Lebih Berbahagia Memberi daripada Menerima
Beberapa tahun yang lalu, para pemimpin gereja mengatur agar aku membuat video. Mereka saat itu juga mengatakan bahwa tim pembuatan video...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada Agustus 2021, aku mulai berlatih menyirami petobat baru. Karena pengucapan bahasa Inggrisku kurang memenuhi standar, aku takut ketika menyampaikan persekutuanku kepada mereka, mereka akan meremehkanku, jadi biasanya aku hanya berkomunikasi dengan mereka lewat pesan tertulis. Namun, terus melakukannya seperti itu memengaruhi kemajuan penyiraman. Selama pertemuan, seorang saudari berkata bahwa bahasa Inggrisnya tidak bagus, tetapi dia ingin dapat bersekutu secara lisan dengan petobat baru dan menangani berbagai gagasan dan kesulitan mereka tepat pada waktunya, jadi dia memakai aplikasi terjemahan untuk membantunya. Dengan cara itu dia bisa bersekutu dengan mereka secara lisan sebanyak mungkin. Aku merasa malu ketika membandingkannya dengan sikapku sendiri terhadap tugasku. Walaupun dia tak mampu berbahasa Inggris dengan baik, dia tetap bisa mencari cara untuk berkomunikasi secara lisan dengan petobat baru. Masalahku hanyalah pengucapanku yang kurang memenuhi standar. Aku lancar dalam percakapan sehari-hari, tetapi aku takut para petobat baru akan menganggap bahasa Inggrisku buruk, dan karenanya aku tak mau berkomunikasi dengan mereka secara lisan. Ini berpengaruh langsung pada hasil penyiramanku. Ada makin banyak petobat baru yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, jadi kami harus meningkatkan pekerjaan penyiraman kami dan membantu mereka membangun dasar di jalan yang benar sesegera mungkin. Namun, aku hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri, bukan memikirkan bagaimana menyirami petobat baru dengan segera. Aku sama sekali tidak memikirkan maksud Tuhan! Jadi aku berdoa, siap untuk mengandalkan Tuhan dan berusaha berkomunikasi secara lisan dengan petobat baru. Aku mulai melatih pengucapan bahasa Inggrisku setelah itu, memulainya dengan petobat baru yang sudah kukenal. Setelah beberapa waktu, aku tidak merasa takut untuk melakukan percakapan lisan. Aku ingat suatu kali aku berbicara dengan petobat baru, dan aku bukan saja mampu berkata-kata dengan lancar, tapi masalahnya juga dapat diselesaikan. Sulit bagiku untuk percaya—aku tak pernah menyangka satu diskusi lisan bisa lebih efektif daripada beberapa hari berkirim pesan.
Karena makin banyak anggota baru bergabung dengan gereja, pemimpin memintaku dan Saudari Mavis untuk bekerja sama memimpin pekerjaan penyiraman. Mendengar tentang pengaturan ini, aku sangat terkejut. Aku baru mulai berlatih menyirami petobat baru, masih banyak kebenaran tentang pekerjaan Tuhan yang tidak kupahami, dan kemampuan bahasa Inggrisku biasa-biasa saja. Bagaimana aku bisa memikul tanggung jawab seperti itu? Mavis telah menyirami petobat baru lebih lama daripadaku, jadi dia punya lebih banyak pengalaman dalam segala hal. Dia juga berbicara bahasa Inggris dengan cukup baik. Jika aku bekerja sama dengannya, mengingat kemampuanku yang sebenarnya, bukankah yang sebenarnya mengenai diriku akan tersingkap begitu aku berbicara? Dia mungkin akan menganggap persekutuanku tentang kebenaran tidak jelas, bahwa aku tidak cocok untuk tugas itu. Saat aku mengkhawatirkan hal itu, Mavis menemuiku untuk mendiskusikan pekerjaan denganku serta menanyakan kemampuanku berbahasa Inggris. Tanpa pikir panjang, aku berkata, "Bahasa Inggrisku tidak bagus. Aku bisa mengerti, tetapi bicaraku tidak terlalu lancar. Secara tertulis aku bisa." Dia menjawab, "Kalau begitu, kau bisa bertanggung jawab mengatur waktu pertemuan dengan petobat baru, dan aku akan bertanggung jawab menyampaikan persekutuan kepada mereka. Kita bisa bekerja sama." Setelah mendengar perkataan Mavis, kupikir berkata aku tak bisa berbahasa Inggris dengan baik adalah alasan yang bagus, dan dalam pertemuan, aku tak perlu mengatakan apa pun. Asalkan aku tetap diam, kekurangan dan kelemahanku tak akan pernah terlihat. Jadi, saat Mavis menyirami petobat baru, aku bisa berada di sana mendengarkan dan belajar, dan setelah beberapa waktu, setelah memahami segala sesuatunya, aku bisa berkomunikasi secara lisan dengan mereka. Dengan cara ini, mereka tidak akan tahu yang sebenarnya mengenai diriku.
Pertama kali aku dan Mavis menyirami petobat baru bersama-sama, kuperhatikan dia berinteraksi dengan mereka dengan bahasa Inggris yang lancar, sedangkan selain berkata "Halo!", aku tak berani mengatakan apa pun. Kami sepakat setelah pertemuan selesai, aku akan berbicara dengan para petobat baru untuk memahami masalah dan pergumulan mereka dan menyelesaikannya sesegera mungkin, tetapi aku merasa enggan. Dalam interaksi pertama mereka dengan Mavis, mereka telah melihat betapa fasih bahasa Inggrisnya dan dia mampu mempersekutukan kebenaran dengan jelas. Jika mereka berbicara denganku setelah itu dan mendengarku terbata-bata, mereka akan menyadari perbedaan yang sangat mencolok. Lalu, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Aku memikirkannya berulang kali, dan memutuskan untuk terus melanjutkan pesan tertulis. Setelah itu, selain berkomunikasi secara lisan dengan beberapa petobat baru yang cukup kukenal, aku hanya berinteraksi dengan petobat baru lainnya lewat pesan tertulis. Namun, itu cara berkomunikasi yang lebih lambat. Sering kali ada yang tidak online ketika aku mengirim pesan, dan kemudian aku tidak melihat ketika mereka menjawab. Beberapa masalah yang dapat diselesaikan hanya dalam beberapa menit percakapan lisan, belum tentu dapat diselesaikan bahkan setelah beberapa hari lewat pesan tertulis. Saat meninjau pekerjaan yang telah kami lakukan, aku melihat hampir setengah dari petobat baru yang menjadi tanggung jawabku tak ikut pertemuan secara normal. Aku tercengang. Bagaimana itu bisa terjadi? Mavis bertanya kepadaku, "Mengapa kau selalu mengirim pesan kepada petobat baru? Mengapa kau tak pernah berbicara dengan mereka secara langsung?" Aku menjawab seadanya, tak ingin memberitahunya. Aku tahu jika aku berbicara kepada mereka secara langsung untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka, beberapa dari mereka pasti akan mulai ikut pertemuan secara normal. Namun, aku takut memperlihatkan kelemahanku dan mengandalkan pesan, yang mengakibatkan hal ini terjadi.
Malam itu, aku gelisah dan tak bisa tidur. Makin kupikirkan, makin aku merasa buruk. Jika kebingungan dan berbagai gagasan petobat baru tidak segera diselesaikan, mereka bisa melepaskan iman mereka setiap saat. Itu kelalaian tugas yang serius! Mengapa aku bersikeras mengirim pesan tentang sesuatu yang bisa diselesaikan dengan tiga menit percakapan? Bukannya aku tak bisa berbahasa Inggris. Belum lama ini, aku telah mampu berkomunikasi secara lisan, jadi mengapa aku tak lagi melakukannya? Memikirkan bagaimana beberapa petobat baru tidak ikut pertemuan secara normal karena aku tidak menyirami mereka dengan benar, membuatku ingin menegur diriku dengan keras. Aku sangat sedih sehingga aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku untuk memahami diriku sendiri. Kemudian, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Manusia itu sendiri adalah makhluk ciptaan. Mampukah makhluk ciptaan memperoleh kemahakuasaan? Mampukah mereka mencapai kesempurnaan dan keadaan tanpa cela? Mampukah mereka mencapai kemahiran dalam segala sesuatu, memahami segala sesuatu, mengetahui yang sebenarnya tentang segala sesuatu, dan cakap dalam segala sesuatu? Mereka tidak mampu. Namun, di dalam diri manusia, ada watak-watak yang rusak dan kelemahan yang fatal: begitu mereka mempelajari sebuah keterampilan atau profesi, manusia merasa bahwa mereka cakap, bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki status dan nilai, dan bahwa mereka adalah para profesional. Betapa pun tidak istimewanya mereka, mereka semua ingin mengemas diri mereka sebagai tokoh terkenal atau individu luar biasa, mengubah diri mereka menjadi selebritas kecil, dan membuat orang berpikir bahwa mereka sempurna dan tanpa cacat, tanpa kekurangan sedikit pun; di mata orang lain, mereka ingin menjadi terkenal, berkuasa, atau tokoh yang hebat, dan mereka ingin menjadi perkasa, mampu melakukan apa saja, tak satu pun yang tidak mampu mereka lakukan. Mereka merasa bahwa jika mereka mencari bantuan orang lain, mereka akan terlihat tidak mampu, lemah, dan kurang cerdas, serta orang-orang akan memandang rendah mereka. Karena alasan ini, mereka selalu ingin berpura-pura. Ada orang-orang yang, ketika disuruh melakukan sesuatu, berkata mereka tahu bagaimana melakukannya, padahal sebenarnya mereka tidak tahu. Setelah itu, diam-diam, mereka mencari tahu tentang hal tersebut dan mencoba mempelajari bagaimana melakukannya, tetapi setelah mempelajarinya selama beberapa hari, mereka tetap tidak mengerti cara melakukannya. Ketika ditanya sudah sampai di mana mereka dalam pekerjaan itu, mereka berkata, 'Segera, segera selesai!' Namun, di dalam hati, mereka berpikir, 'Itu masih jauh dari selesai, aku sama sekali tidak tahu kapan selesainya, aku tak tahu harus berbuat apa! Aku tak boleh membongkar rahasiaku ini, aku harus terus berpura-pura, aku tak boleh membiarkan orang melihat kekurangan dan kebodohanku, aku tak boleh membiarkan mereka memandang rendah diriku!' Masalah apa ini? Ini adalah kehidupan bagai neraka karena berusaha mempertahankan reputasi dengan segala cara. Watak macam apa ini? Kecongkakan orang semacam itu tidak mengenal batas, mereka telah menjadi sama sekali tidak bernalar. Mereka tidak ingin menjadi seperti orang lain, mereka tidak ingin menjadi orang biasa, orang normal, tetapi ingin menjadi manusia super, orang yang luar biasa, atau orang yang hebat. Ini sebuah masalah besar! Mengenai kelemahan, kekurangan, ketidaktahuan, kebodohan, dan kurangnya pemahaman dalam kemanusiaan yang normal, mereka akan menyembunyikannya rapat-rapat, dan tidak membiarkan orang lain melihatnya, dan kemudian terus menyamarkan diri. ... bukankah orang-orang semacam itu hidup dalam angan-angan? Bukankah mereka sedang bermimpi? Mereka tidak mengenal diri mereka sendiri, mereka juga tidak tahu bagaimana hidup dalam kemanusiaan yang normal. Mereka tidak pernah sekali pun bertindak seperti manusia yang nyata. Jika engkau menjalani hari-harimu dengan hidup dalam angan-angan, bersikap asal-asalan, tidak melakukan apa pun berdasarkan kenyataan, selalu hidup berdasarkan imajinasimu sendiri, maka ini adalah masalah. Jalan dalam kehidupan yang kaupilih itu tidak benar" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Lima Syarat yang Harus Kaupenuhi Agar Dapat Masuk ke Jalur yang Benar dalam Kepercayaanmu kepada Tuhan"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti bahwa aku telah berpura-pura dan menyamarkan diriku sendiri. Aku takut petobat baru akan meremehkanku karena bahasa Inggris lisanku tidak bagus, jadi aku tidak berani bercakap-cakap dengan mereka. Setelah aku dan Mavis mulai bekerja sama, aku melihat bahasa Inggrisnya sangat bagus dan persekutuannya tentang kebenaran lebih jelas daripadaku. Aku takut saudara-saudari akan menganggapku mengecewakan bila dibandingkan dengan Mavis, dan takut Mavis akan mengetahui diriku yang sebenarnya, jadi aku makin berpura-pura. Ketika Mavis bertanya tentang bahasa Inggrisku, aku dengan sengaja berkata bahasa Inggrisku buruk, mencari alasan agar tidak harus bersekutu secara lisan. Setiap kali kami berdua melakukan penyiraman bersama-sama aku tidak berbicara. Aku tidak melaksanakan tugasku sendiri. Ketika menyirami petobat baru, aku hanya mengirim pesan kepada mereka alih-alih berbicara kepada mereka secara langsung, yang berarti banyak masalah petobat baru tidak terselesaikan secepat yang seharusnya, jadi mereka tetap bersikap negatif dan tidak ikut pertemuan. Aku menunda pekerjaan kami. Aku selalu berpura-pura, takut kelemahanku akan tersingkap. Aku ingin diam-diam mempelajari segala sesuatunya di balik layar dan kemudian tampil dan membuat semua orang mengagumiku. Betapa congkaknya aku! Aku tak mampu menghadapi kekurangan dan kelemahanku dengan benar, melainkan ingin terlihat luar biasa dan berbeda dari orang lain. Ini sama seperti sesuatu yang Tuhan singkapkan: "Mereka tidak ingin menjadi seperti orang lain, mereka tidak ingin menjadi orang biasa, orang normal, tetapi ingin menjadi manusia super, orang yang luar biasa, atau orang yang hebat. Ini sebuah masalah besar!" Keterampilan bahasa Inggris lisanku tidak bagus, dan aku telah menyiram orang-orang percaya baru dalam waktu singkat. Aku tidak memiliki banyak pengalaman dalam pekerjaan penyiraman. Gereja mengaturku untuk menyirami petobat baru dari luar negeri, yang berarti memberiku kesempatan untuk berlatih, dan seharusnya aku menghargainya. Namun, bukannya melakukan tugasku dengan baik, aku hanya ingin menutupi kekuranganku dan bertindak seakan-akan aku mampu melakukan apa pun agar orang lain selalu menghormati dan mengagumiku. Aku sama sekali tak punya nalar atau kesadaran diri. Aku tahu aku harus berhenti berpura-pura dan menyamar. Apa pun pendapat orang lain, aku harus melepaskan kesombonganku, melaksanakan tugas dan tanggung jawabku. Itulah yang harus kuterapkan.
Aku membaca beberapa bagian lain firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal menuju jalan masuk kehidupan, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Apa yang ditunjukkan dari mengambil langkah ini? Ini menunjukkan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kelicikan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinsip dan dengan suatu tingkat keterbukaan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Di hadirat Tuhan, bagaimanapun engkau menyamarkan dirimu, bagaimanapun engkau menyembunyikan dirimu, atau apa pun yang kaupalsukan untuk dirimu sendiri, Tuhan memahami secara jelas semua pemikiranmu yang sebenarnya dan hal-hal yang tersembunyi di lubuk hatimu yang terdalam; tidak ada hal-hal yang tersembunyi di dalam hati seorang pun yang dapat luput dari pemeriksaan Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Enam Indikator Pertumbuhan dalam Hidup"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa langkah pertama untuk menyelesaikan watak rusakku adalah belajar untuk membuka diri, tidak lagi berpura-pura dan dengan jujur membukakan kekurangan, kelemahan, dan kerusakan yang kusingkapkan. Aku harus menjadi orang yang sederhana, jujur, dan rendah hati di hadapan saudara-saudariku dan di hadapan Tuhan. Setelah itu, barulah aku akan bisa tenang dan bebas dalam tugasku. Memahami hal ini memberiku keyakinan dan keberanian untuk menerapkan kebenaran, jadi aku menemui pemimpin dan Mavis, dan memberi tahu mereka secara terbuka tentang keadaan dan pemahamanku. Mereka tidak meremehkanku, tetapi dengan sabar mempersekutukan kepadaku pengalaman mereka sendiri untuk membantuku memahami masalahku. Setelah itu, ketika menyirami petobat baru, aku tidak lagi dikekang oleh kesombonganku. Aku mulai berfokus pada komunikasi lisanku dengan mereka sehingga aku dapat membantu menyelesaikan kebingungan mereka dengan lebih cepat. Ketika aku menemukan kata yang tidak kumengerti atau tak mampu kuucapkan, aku selalu mengambil kamus atau memakai aplikasi terjemahan. Seiring waktu, bahasa Inggris lisanku meningkat. Aku merasa bersekutu secara terbuka dengan saudara-saudariku dan tidak berpura-pura atau bersikap palsu, aku bisa belajar tentang kerusakan dan kekuranganku dan dengan cepat membalikkan keadaanku yang buruk. Sebagaimana yang Tuhan katakan: "Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal menuju jalan masuk kehidupan, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Kupikir setelah melewati semua ini, aku telah menjadi mampu untuk membuka diri dan berubah. Namun, setelah itu aku kembali disingkapkan oleh situasi yang lain.
Suatu kali, beberapa petobat baru ingin memberitakan Injil kepada beberapa anggota keluarga dan teman, jadi aku dan pemimpin tim menjelaskan prinsip-prinsip melakukan hal itu kepada mereka. Aku baru saja selesai memperkenalkan diriku, ketika salah seorang petobat baru berkata dia tidak mengerti apa yang kukatakan. Pemimpin tim bergegas membantu menjelaskan, berkata pengucapan bahasa Inggrisku kurang baik, dan kemudian mulai berbicara kepada para petobat baru itu. Aku merasa seperti orang asing saat mendengarkan mereka bercakap-cakap dengan lancar—aku bisa merasakan wajahku makin memerah. Rasanya benar-benar memalukan. Tadinya, aku ingin pemimpin tim memiliki kesempatan untuk belajar dariku dan berlatih, tetapi aku bahkan tak mampu memperkenalkan diriku dengan benar—apa yang akan pemimpin tim dan petobat baru pikirkan tentangku? Akankah mereka berpikir karena bahasa Inggrisku buruk, tentunya aku juga tidak cakap dalam pekerjaanku? Siapa yang mau mendengarkanku setelah itu saat aku menindaklanjuti segala sesuatunya? Pemikiran ini membuatku merasakan perasaan gagal yang tak terlukiskan, dan aku merasa putus asa. Pada waktu itu, pemimpin gereja juga merupakan anggota kelompok. Aku takut dia akan ikut online, dan melihat apa yang terjadi, lalu menganggap bahasa Inggrisku buruk dan aku tak mampu menyelesaikan pekerjaan, dan kemudian memberhentikanku. Aku tak mau mereka mengetahui kemampuanku yang sebenarnya, jadi aku kembali mulai menyembunyikan kekuranganku, berkomunikasi melalui pesan tertulis, alih-alih secara lisan, dan mengubah diskusi kelompok menjadi obrolan jalur pribadi. Setelah beberapa waktu berlalu, aku mulai merasa sangat lelah. Aku takut semua orang akan mengetahui kebenaran dari masalah ini dan meremehkanku. Aku hidup setiap hari dalam keadaan itu, dan tak punya waktu atau tenaga untuk memikirkan bagaimana melakukan tugasku dengan baik. Aku makin merasakan kegelapan di dalam hatiku dan sama sekali tak mampu merasakan bimbingan Tuhan. Aku juga sama sekali tak punya arah dalam tugasku. Aku tahu aku berada dalam keadaan berbahaya, tetapi aku tak mampu mengatasinya. Jadi aku berdoa dalam hati, memohon agar Tuhan membimbingku keluar dari keadaan itu.
Suatu hari, aku menonton video kesaksian berjudul "Di Balik Kepura-puraan", dan beberapa firman Tuhan yang ditampilkan di dalamnya sangat berkesan bagiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Watak macam apakah ketika orang selalu menyamarkan diri, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik mereka kepada orang-orang? Ini adalah watak yang congkak, palsu, dan munafik, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat. Sebagai contoh, lihatlah anggota rezim Iblis: sebanyak apa pun mereka bertengkar, berseteru, atau membunuh di balik layar, tak seorang pun yang diperbolehkan untuk melaporkan atau menyingkapkan mereka. Mereka takut orang akan melihat wajah Iblis mereka, dan mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk menutupinya. Di depan umum, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, mengatakan betapa mereka mengasihi rakyat, betapa baik, mulia dan tak bercelanya mereka. Ini adalah natur Iblis. Ciri paling menonjol dari natur Iblis adalah tipu muslihat dan tipu daya. Dan apa tujuan dari tipu muslihat dan tipu daya ini? Untuk menipu orang, untuk menghalangi orang agar tidak melihat esensi dan diri mereka yang sebenarnya, dan dengan cara demikian mencapai tujuan untuk memperlama kekuasaan mereka. Rakyat jelata mungkin tidak memiliki kekuasaan dan status semacam itu, tetapi mereka juga ingin membuat orang lain memiliki pandangan yang baik tentang diri mereka, ingin orang memiliki penilaian yang tinggi terhadap mereka, dan ingin status mereka tinggi di hati orang lain. Ini adalah watak yang rusak, dan jika orang tidak memahami kebenaran, mereka tidak mampu mengenali hal ini. ... Melakukan kesalahan atau menyamarkan diri: yang manakah dari kedua hal ini yang berkaitan dengan watak? Menyamarkan diri adalah masalah watak, itu melibatkan watak yang congkak, kejahatan, dan kelicikan; ini terutama dibenci oleh Tuhan. ... Jika engkau tidak berusaha berpura-pura atau membenarkan dirimu, jika engkau mampu mengakui kesalahanmu, semua orang akan berkata engkau jujur dan bijak. Dan apa yang membuatmu bijak? Semua orang melakukan kesalahan. Semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan. Dan sebenarnya, semua orang memiliki watak rusak yang sama. Jangan menganggap dirimu lebih mulia, lebih sempurna, dan lebih baik daripada orang lain; itu berarti bersikap sama sekali tak masuk akal. Setelah engkau memahami tentang watak rusak manusia, serta esensi dan kerusakan manusia yang sebenarnya, engkau tidak akan berusaha menutupi kesalahanmu sendiri, engkau juga tidak akan memanfaatkan kesalahan orang untuk menindas mereka—engkau akan mampu memperlakukan kedua hal ini dengan tepat. Hanya setelah itulah, engkau akan berwawasan luas dan tidak melakukan hal-hal bodoh, yang akan membuatmu menjadi bijak. Orang yang tidak bijak adalah orang bodoh, dan mereka selalu berkutat dengan kesalahan kecil mereka sambil bersikap licik di balik layar. Ini menjijikkan untuk dilihat. Sebenarnya, apa yang sedang kaulakukan itu segera terlihat oleh orang lain, tetapi engkau masih terang-terangan berpura-pura. Bagi orang lain, ini terlihat seperti pertunjukan badut. Bukankah ini bodoh? Benar-benar bodoh. Orang bodoh tidak memiliki hikmat. Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar, mereka tetap tidak memahami kebenaran atau melihat apa pun sebagaimana adanya. Mereka tak pernah berhenti bersikap congkak, menganggap diri mereka berbeda dari orang lain dan lebih terhormat; ini adalah sikap yang congkak dan merasa diri benar, ini adalah kebodohan. Orang bodoh tidak memiliki pemahaman rohani, bukan? Hal-hal di mana engkau bodoh dan tidak bijak adalah hal-hal di mana engkau tidak memiliki pemahaman rohani, dan tidak dapat dengan mudah memahami kebenaran. Inilah kenyataannya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Aku merenungkan firman Tuhan—ini benar-benar mengejutkanku. Berpura-pura dan melakukan kesalahan pada dasarnya berbeda. Bahasa Inggrisku kurang baik, jadi ketika melakukan kesalahan aku bisa belajar dan berlatih. Namun, aku selalu menyamarkan diriku agar orang lain tidak mengetahui diriku yang sebenarnya. Tersembunyi di balik itu terdapat watak rusakku yang congkak, licik, dan jahat. Itu menjijikkan dan dibenci oleh Tuhan. Aku masih berlatih cara melakukan tugas itu, jadi kesalahan, kelalaian, dan pengungkapan kerusakan tak dapat dihindari. Semua itu tak perlu membuatku merasa malu, dan itu dapat diselesaikan dengan mencari kebenaran. Namun, sejak bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman, aku selalu menempatkan diriku pada kedudukan seseorang yang memimpin, menganggap diriku harus lebih baik daripada orang biasa, jika tidak, para petobat baru akan meremehkanku. Ketika petobat baru itu berkata dia tidak mengerti apa yang kukatakan, aku merasa kekuranganku telah tersingkap dan citraku telah rusak, dan para petobat baru akan meremehkanku dan tak mau mendengarkanku. Aku bahkan lebih khawatir pemimpin akan melihat apa yang kurang dari diriku dan menganggapku tidak memadai untuk pekerjaan itu, dan kemudian memberhentikanku. Aku memikirkan cara untuk menyembunyikan kekuranganku untuk melindungi status dan citraku, bahkan sampai aku menunda pekerjaan gereja. Aku mengganti komunikasi lisan menjadi percakapan tertulis, dan menggunakan jalur pribadi menggantikan pertemuan kelompok untuk mendiskusikan pekerjaan, yang menunda pekerjaan penyiraman kami. Aku berada dalam keadaan yang defensif dan semakin jauh dari Tuhan. Betapa liciknya aku! Membaca bagian firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkapkan natur Iblis dalam diriku membuatku gemetar. Tuhan berkata aspek paling menonjol dari natur Iblis adalah tipu muslihat dan penipuan, bahwa itu sangat jahat. Si naga merah yang sangat besar sangat pandai berpura-pura dan menipu. Mereka selalu berbicara tentang citra mereka yang "hebat, mulia, dan benar" untuk membuat orang memuja dan mengikuti mereka, semuanya dalam upaya untuk mengamankan kediktatoran mereka. Namun, mereka melakukan segalanya untuk menyembunyikan semua hal jahat yang mereka lakukan di balik layar, sehingga menyesatkan dan menipu orang-orang di seluruh dunia. Saat merenungkan perilakuku, aku sadar bahwa aku sedang berpura-pura agar orang lain selalu memiliki citra positif tentang diriku dan hanya melihat sisi baikku. Aku sedang memperlihatkan watak yang licik dan jahat! Bukankah watak ini sama dengan watak si naga merah yang sangat besar? Apa gunanya memenangkan rasa hormat dan kekaguman orang lain melalui penipuan dan berpura-pura? Dengan menyembunyikan kelemahan dan kekuranganku, dengan melakukan tipu muslihat untuk menipu Tuhan dan orang lain, aku bukan saja tidak membuat kemajuan apa pun, tetapi aku juga menunda pekerjaan penyiraman petobat baru. Bukankah itu bodoh? Banyak petobat baru sedang membaca firman Tuhan dan memahami maksud-Nya untuk menyelamatkan manusia. Mereka bisa melihat bencana makin banyak dan pandemi makin buruk, dan mereka tahu bahwa menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk bertahan hidup. Mereka mau memberitakan Injil kepada teman dan keluarga mereka, untuk membawa mereka ke hadapan Tuhan sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan Tuhan. Namun, aku sama sekali tidak memedulikan jalan masuk kehidupan mereka. Demi mempertahankan kesombonganku yang tidak berharga ini, aku tidak segera menjawab pertanyaan saudara-saudari tentang memberitakan Injil. Itu menunda begitu banyak orang untuk menyelidiki jalan yang benar dan berbalik kepada Tuhan. Bukankah itu membuatku menjadi penghalang, batu sandungan bagi pekerjaan penginjilan? Saat merenungkan hal ini, aku sadar aku telah hidup berdasarkan watak rusakku, dan meskipun di luarnya, aku tampak melakukan tugasku, aku sebenarnya sedang menentang Tuhan, menunda pekerjaan gereja, dan merugikan saudara-saudari. Aku membenci diriku, dan muak akan diriku sendiri dari lubuk hatiku. Aku merasa sangat berutang kepada Tuhan dan juga telah mengecewakan saudara-saudariku. Dalam doaku kukatakan kepada Tuhan aku siap untuk bertobat, dan aku ingin dengan teguh mengejar kebenaran dan melakukan tugasku.
Suatu kali selama saat teduhku, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa kekangan atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang. Belajar bagaimana membuka diri ketika bersekutu adalah langkah pertama untuk melangkah ke jalan masuk kehidupan. Selanjutnya, engkau harus belajar menganalisis pikiran dan tindakanmu untuk melihat mana yang salah, dan mana yang tidak Tuhan sukai, dan engkau perlu membalikkannya dengan segera dan memperbaikinya. Apa tujuan memperbaikinya? Tujuannya adalah untuk menerima kebenaran, sambil menyingkirkan hal-hal yang ada di dalam dirimu yang merupakan milik Iblis dan menggantikannya dengan kebenaran. Dahulu, engkau melakukan segala sesuatu menurut watak licikmu yaitu berbohong dan menipu; engkau merasa bahwa engkau tidak mampu menyelesaikan apa pun tanpa berbohong. Kini, setelah engkau memahami kebenaran dan membenci cara Iblis dalam melakukan segala sesuatu, engkau tidak lagi bertindak seperti itu, engkau bertindak dengan mentalitas kejujuran, kemurnian, dan ketundukan. Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, atau menutup-nutupi segala sesuatu, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan gagasan dan pikiran terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit. Jika hatimu semakin jujur, dan semakin memiliki kecenderungan kepada Tuhan, dan jika engkau tahu untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan ketika engkau melaksanakan tugasmu, dan hati nuranimu terganggu ketika engkau gagal melindungi kepentingan ini, ini adalah bukti bahwa kebenaran telah memengaruhimu, dan telah menjadi hidupmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan yang spesifik. Aku harus melakukan tugasku dengan hati yang murni dan jujur, dan seberapapun tinggi atau rendahnya tingkat pertumbuhanku, atau apa pun kelemahan dan kekurangan yang kumiliki, aku tak boleh berpura-pura. Aku harus memperlihatkan diriku yang sebenarnya kepada semua orang, dan terbuka tentang diriku sendiri meskipun aku melakukan kesalahan. Hidup dengan cara seperti itu tidak melelahkan, dan Tuhan berkenan. Sebenarnya, masalah dan kekuranganku tidak akan lenyap hanya karena aku berusaha menyembunyikannya, jadi aku harus menghadapinya dengan tenang, mengakui kekuranganku, dan menjadi orang yang bisa jujur serta terbuka. Jika aku tidak mengerti sesuatu, aku harus bertanya dan belajar lebih banyak agar secara perlahan bisa bertambah baik dalam pekerjaanku. Selain itu, ketika pemimpin mengaturku untuk memimpin, itu seharusnya menjadi tanggung jawab yang kuterima dari Tuhan, bukan menjadi sebuah status. Aku harus melepaskan identitasku sebagai pemimpin dan mengutamakan tugasku. Apa pun pendapat atau perkataan orang lain, aku harus memperbaiki motifku, berdiri di posisiku sendiri, dan melakukan tugas makhluk ciptaan.
Sejak saat itu, aku selalu melepaskan kesombonganku dan secara aktif mencari petobat baru untuk berkomunikasi lisan untuk membantu menyelesaikan kesulitan dan masalah yang mereka hadapi dalam tugas mereka. Aku juga terus melatih keterampilan bahasa Inggris lisanku dan memperbaiki pengucapanku, dan ketika menghadapi hal-hal yang tidak kumengerti, aku selalu bertanya kepada saudara-saudari lainnya dan belajar dari kelebihan mereka. Suatu kali, ketika aku ikut serta dalam pertemuan online dengan beberapa petobat baru, tepat saat kami mulai saling menyapa, aku mendapati diriku salah menyebutkan nama salah seorang dari mereka. Petobat baru itu mengoreksi pengucapanku berulang kali. Aku merasa agak malu, dan heran mengapa dia menganggapnya begitu serius. Cukup perbaiki sekali saja, ada banyak orang yang mendengarkan! Kemudian, aku teringat sesuatu yang Tuhan katakan: "Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa kekangan atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Kupikir dalam hatiku, "Benar—jika aku salah, artinya aku salah. Mengapa aku harus selalu menyembunyikannya? Alih-alih berfokus pada tugasku, aku malah berfokus pada kesombonganku, dan tak mungkin aku mampu melakukan tugasku dengan baik dengan menanggung beban seperti itu." Jadi, aku menenangkan diri dan berdoa, memohon agar Tuhan membimbingku melepaskan kesombonganku dan tetap berfokus pada tugasku. Setelah berdoa, aku tidak lagi merasa malu seperti sebelumnya, dan tidak merasa terkekang oleh pengucapanku yang kurang memenuhi standar. Aku meminta petobat baru itu untuk membantu memperbaiki pengucapanku. Beberapa waktu kemudian, seorang saudari yang pernah bekerja sama denganku berkata, "Apa yang biasanya kaulakukan untuk melatih bahasa Inggrismu? Kau berbicara sangat lancar dengan petobat baru. Kau telah membuat begitu banyak kemajuan selama beberapa bulan ini sejak terakhir kita bertemu!" Mendengar ini membuatku sangat terharu, dan aku tahu itu sepenuhnya karena bimbingan dan anugerah Tuhan. Makin aku memiliki pengalaman semacam ini, makin aku merasa bahwa membuka diri tentang keadaanku yang sebenarnya, tidak menyamar atau menutupi diriku sendiri, dan dengan teguh melakukan tugasku adalah penerapan yang membuat hatiku tenang. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Beberapa tahun yang lalu, para pemimpin gereja mengatur agar aku membuat video. Mereka saat itu juga mengatakan bahwa tim pembuatan video...
Pada bulan Juni 2022, beberapa gereja terdekat diserbu oleh Partai Komunis Tiongkok. Hampir semua pemimpin, pekerja, dan pekerja...
Pada bulan Oktober 2021, aku mulai melaksanakan tugasku sebagai pemimpin di Gereja Daybreak. Pada malam tanggal 10 Desember, aku menerima...
Oleh Saudara Frank, FilipinaAku selalu menganggap diriku orang yang jujur. Kupikir aku dapat dipercaya dalam perkataan dan perbuatan, dan...