Konsekuensi dari Penyamaran dan Penyembunyian

28 Juni 2022

Oleh Saudari Lilieth, Honduras

Pada Oktober 2018, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Enam bulan kemudian, aku dipilih menjadi diaken penyiraman di gerejaku. Aku mengalami banyak kesulitan saat pertama melaksanakan tugas ini, tetapi setelah berdoa dan bersekutu bersama saudara-saudariku, aku berangsur menguasai beberapa prinsip dan mencapai hasil dalam tugasku. Selama waktu luangku, aku juga berlatih menulis artikel kesaksian pengalaman, aku sering merenungkan diriku, dan merasa sangat puas setiap harinya.

Suatu hari pada Januari 2022, pemimpinku memberitahuku, "Kau telah membuat kemajuan dalam jalan masuk kehidupanmu, jadi kami ingin memilihmu untuk menjadi pengkhotbah. Bersediakah kau melakukannya?" Aku agak gugup, dan kujawab, "Aku akan berusaha sebaik mungkin." Lalu pemimpin berkata, "Artikel kesaksian pengalaman yang kau tulis sangat bagus. Hanya saudara-saudari yang memperhatikan jalan masuk kehidupannya yang mampu menjadi pengkhotbah, karena mereka mampu benar-benar menyelesaikan masalah dan kesulitan saudara-saudarinya." Mendengar perkataan pemimpin membuatku sangat senang. Aku merasa dia sangat menghargaiku, jadi aku tak boleh mengecewakan semua orang, dan aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku mampu melakukan pekerjaan ini dengan baik. Setelah itu, pemimpin menyuruhku bertanggung jawab atas pekerjaan beberapa gereja dan mengajariku banyak prinsip. Lingkup pekerjaannya lebih besar, aku juga bertanggung jawab atas banyak tugas, jadi aku merasa stres dan sedikit khawatir aku tak akan mampu melakukannya. Kulihat saudara-saudari yang melakukan tugas yang sama denganku sudah terbiasa dengan pekerjaan mereka, sedangkan aku masih baru dalam tugas ini dan tak tahu cara melakukannya. Aku ingin mengungkapkan kesulitanku, tetapi kemudian aku ingat pujian dari pemimpinku. Aku menjadi cemas dan kupikir, "Jika dia tahu aku tak paham cara melakukan pekerjaan ini, apa yang akan dia pikirkan tentangku? Akankah dia menganggapku tak mampu melakukannya, dan memilihku adalah suatu kesalahan? Selain itu, sekarang, aku adalah pengkhotbah. Jika aku bahkan tak terbiasa dengan pekerjaan itu, bagaimana aku bisa membantu dan mendukung para pemimpin gereja?" Memikirkan ini membuatku sangat tertekan, tetapi aku terlalu malu untuk menceritakan pergumulanku kepada pemimpin.

Suatu saat, ketika pemimpin tingkat atas sedang mendiskusikan pekerjaan kami, kulihat Saudari Silvia dan Saudara Ricardo sangat aktif menjawab pertanyaan dari pimpinan, juga tahu cara melakukan setiap aspek pekerjaan. Saat pemimpin bertanya kepadaku, "Apa kau menghadapi kesulitan?" Kupikir, "Kami semua melakukan tugas yang sama. Jika kujawab ya, apa yang akan pemimpin pikirkan tentangku? Akankah dia menganggapku tidak cakap?" Jadi, aku berbohong dan berkata, "Aku sama sekali tidak punya masalah." Kemudian, tiap kali pemimpin bertemu dengan kami, aku jarang bicara. Bahkan saat aku akhirnya bicara, aku selalu berpikir terlebih dahulu bagaimana aku harus menjawab agar orang lain tak tahu ada banyak hal yang tak kumengerti dan memandang rendah diriku. Dengan cara ini, aku terus menyembunyikan dan menyamarkan diriku, aku merasa sangat terkekang dan makin pasif dalam tugasku. Aku bahkan tak ingin lagi menghadiri pertemuan. Namun sekalipun demikian, aku tak ingin terbuka mengenai keadaanku kepada saudara-saudari. Aku hanya ingin menunjukkan sisi baikku kepada orang lain. Suatu hari, aku membuat janji dengan dua pemimpin gereja untuk mempelajari keadaan pekerjaan di gereja. Saat bertemu dengan mereka, salah satunya berkata dengan antusias, "Kami senang kau memimpin pekerjaan kami! Aku senang menghadiri pertemuan bersamamu, dan aku juga mengagumimu setiap kali mendengar persekutuanmu. Kuharap aku bisa menjadi sepertimu." Pemimpin lainnya berkata, "Kami senang melaksanakan tugas bersamamu. Persekutuanmu selalu memberi kami terang." Saat itu, aku ingin memberi tahu mereka agar jangan terlalu menghormatiku, bahwa aku juga mengalami kesulitan dalam tugasku, dan bahwa aku menjadi negatif di bawah tekanan. Namun, kupikir, "Jika aku memberitahu mereka yang sebenarnya, akankah mereka kelak tetap menghormatiku? Akankah mereka tetap bertanya kepadaku jika punya pertanyaan?" Batinku bergolak, dan pada akhirnya, aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Di lain waktu, aku mengadakan pertemuan dengan beberapa pemimpin dan diaken gereja. Mereka berkata tak bisa melakukan beberapa pekerjaan dan mengalami kesulitan. Aku menghibur mereka, "Jangan khawatir, kita semua baru saja memulai tugas kita. Perlahan kita akan menanganinya satu per satu dan mampu memahaminya." Di permukaan, tak ada yang salah dengan perkataanku. Namun, sebenarnya, aku juga tak bisa melakukan pekerjaan itu. Aku khawatir mereka akan mengetahui tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, jadi aku tak berani jujur, dan hanya memberi sedikit dorongan yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah mereka. Karena terus menyembunyikan dan menyamarkan diriku, keadaanku menjadi sangat buruk, aku tak dapat merasakan bimbingan Roh Kudus dan merasa sangat lelah secara emosi. Aku sering berpikir, "Mengapa aku tak mampu melaksanakan pekerjaan gereja seperti orang lain?" Aku tahu seharusnya aku meminta bantuan pemimpin untuk menyelesaikan kesulitanku, tetapi aku khawatir dia akan menganggapku tidak layak untuk pekerjaan ini jika aku membicarakannya. Kupikir sejak awal, aku dipilih untuk tugas ini karena semua orang menganggapku sangat memperhatikan jalan masuk kehidupanku. Mereka pasti menganggapku orang berkualitas baik yang mengejar kebenaran. Jika mereka tahu ada banyak hal yang tidak kupahami dan aku tak mampu melaksanakan pekerjaan gereja, mereka pasti akan berpikir memilihku sebagai pengkhotbah adalah kesalahan. Aku makin takut bicara saat memikirkan ini. Keadaanku makin buruk, aku juga hidup dalam kegelapan dan penderitaan. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan Yang Mahakuasa, aku tak tahu cara menghadapi lingkungan ini. Kumohon tolonglah dan bimbinglah aku."

Suatu kali, di sebuah pertemuan, pemimpin tingkat atas menanyakan pengalaman kami selama masa ini. Yang lain membuka diri tentang kerusakan dan kekurangan mereka dalam tugas, dan aku mengumpulkan keberanian untuk membicarakan keadaanku sendiri. Pemimpin menggunakan pengalamannya untuk membantuku, lalu berkata, "Sebagai pemimpin dan pekerja, kau tak perlu memahami segalanya untuk melakukan tugasmu dengan baik. Gagasan ini salah. Kita hanya orang biasa, jadi wajar jika kita tidak mengerti dan tidak menguasai beberapa hal. Namun, jika ingin menjadi orang sok tahu dan tak mampu mengatasi kekurangan sendiri dengan benar, dan jika, demi menjaga status dan citra, kita memakai topeng untuk menyamarkan diri, menipu orang lain, dan tak pernah membiarkan orang lain melihat tingkat pertumbuhan kita yang sebenarnya, maka hidup ini akan menyakitkan." Kemudian, pemimpin mengirimiku beberapa bagian firman Tuhan: "Bagaimana engkau menjadi manusia yang biasa dan normal? Bagaimana engkau, seperti yang Tuhan firmankan, dapat dengan benar menempatkan dirinya sebagai makhluk ciptaan—bagaimana engkau mampu untuk tidak berusaha menjadi manusia super, atau sosok yang hebat? ... Pertama, jangan memberi gelar pada dirimu sendiri dan menjadi terikat oleh gelar tersebut, dengan berkata, 'Aku ini seorang pemimpin, kepala tim, aku pengawas, tak seorang pun tahu urusan ini lebih baik daripadaku, tak seorang pun mengerti keahlian ini lebih daripadaku.' Jangan terjebak dalam gelar yang kau tunjuk sendiri. Begitu engkau melakukannya, itu akan mengikat tangan dan kakimu, dan apa yang kaukatakan dan lakukan akan terpengaruh. Pemikiran dan penilaian normalmu juga akan terpengaruh. Engkau harus membebaskan diri dari belenggu status ini. Pertama-tama, turunkan dirimu dari gelar dan kedudukan resmi ini dan tempatkanlah dirimu sebagai orang biasa. Jika engkau melakukannya, mentalitasmu akan menjadi sedikit normal. Engkau juga harus mengakui dan berkata, 'Aku tidak tahu bagaimana melakukan ini, dan aku juga tidak mengerti itu—aku harus melakukan penelitian dan belajar,' atau 'Aku tidak pernah mengalami ini, jadi aku tidak tahu harus berbuat apa.' Ketika engkau mampu mengatakan apa yang sebenarnya kaupikirkan dan mengatakannya dengan jujur, engkau akan memiliki nalar yang normal. Orang lain akan mengetahui dirimu yang sebenarnya, dan dengan demikian akan memiliki pandangan yang normal tentang dirimu, dan engkau tidak perlu berpura-pura, engkau juga tidak akan merasa sangat tertekan, sehingga engkau akan dapat berkomunikasi dengan orang-orang secara normal. Hidup seperti ini adalah hidup yang bebas dan mudah; siapa pun yang mendapati hidupnya melelahkan, mereka sendirilah yang menyebabkannya. Jangan berpura-pura atau menyembunyikan sesuatu. Pertama-tama, engkau harus membuka diri tentang apa yang kaupikirkan di dalam hatimu, tentang pikiranmu yang sebenarnya, sehingga semua orang menyadari dan memahaminya. Sebagai hasilnya, kekhawatiranmu dan hambatan serta kecurigaan di antaramu dan orang lain semuanya akan sirna. Selain itu, engkau juga terbelenggu oleh sesuatu yang lain. Engkau selalu menganggap dirimu sebagai kepala tim, pemimpin, pekerja, atau seseorang yang bergelar, berstatus, dan berposisi: jika engkau berkata engkau tidak mengerti sesuatu, atau tidak mampu melakukan sesuatu, bukankah engkau sedang merendahkan dirimu sendiri? Ketika engkau mengesampingkan semua belenggu ini di dalam hatimu, ketika engkau tidak lagi menganggap dirimu sebagai pemimpin atau pekerja, dan ketika engkau tidak lagi berpikir dirimu lebih baik daripada orang lain, dan merasa bahwa engkau hanya manusia biasa, yang sama dengan orang lain, dan bahwa ada beberapa area di mana engkau lebih rendah dari orang lain—ketika engkau mempersekutukan kebenaran dan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dengan sikap ini, maka dampaknya akan berbeda, demikian juga suasananya akan berbeda. Jika, dalam hatimu, engkau selalu memiliki perasaan waswas, jika engkau selalu merasa stres dan terbelenggu, dan jika engkau ingin melepaskan diri dari hal-hal ini tetapi tidak bisa, maka engkau harus berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, merenungkan dirimu, melihat kekuranganmu, dan berusaha untuk memperoleh kebenaran. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, engkau akan memperoleh hasil. Apa pun yang kaulakukan, jangan berbicara dan bertindak dari posisi tertentu atau menggunakan gelar tertentu. Pertama-tama, kesampingkan semua hal ini, dan tempatkan dirimu pada posisi seorang manusia biasa" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). "Jika di dalam hatimu, engkau tahu dengan jelas orang seperti apa dirimu, apa esensimu, apa kekuranganmu, dan kerusakan apa yang kauperlihatkan, engkau harus mempersekutukannya secara terbuka dengan orang lain, sehingga mereka dapat melihat bagaimana keadaanmu yang sebenarnya, apa pemikiran dan pendapatmu, sehingga mereka tahu apa pengetahuan yang kaumiliki tentang hal-hal seperti itu. Apa pun yang kaulakukan, jangan berpura-pura atau menyembunyikan sesuatu, jangan sembunyikan kerusakan dan kelemahanmu sendiri dari orang lain sehingga tidak ada yang mengetahuinya. Perilaku palsu semacam ini merupakan penghalang di dalam hatimu, ini juga merupakan watak yang rusak, dan dapat mencegah orang bertobat dan berubah. Engkau harus berdoa kepada Tuhan, dan teruslah merenungkan dan menganalisis hal-hal palsu, seperti pujian yang orang lain berikan kepadamu, sanjungan yang mereka limpahkan kepadamu, dan mahkota yang mereka berikan kepadamu. Engkau harus melihat kerugian yang ditimbulkan hal-hal ini terhadapmu. Dalam melakukannya, engkau akan mampu menilai dirimu sendiri, engkau akan mencapai pengetahuan diri, dan tidak akan lagi menganggap dirimu sebagai manusia super, atau sosok yang hebat. Setelah memiliki kesadaran diri seperti itu, akan menjadi mudah bagimu untuk menerima kebenaran, menerima firman Tuhan dan apa yang Tuhan kehendaki dari manusia di dalam hatimu, menerima keselamatan Sang Pencipta atasmu, dengan teguh menjadi orang biasa, orang yang jujur dan dapat diandalkan, dan menjalin hubungan yang normal antara dirimu—seorang makhluk ciptaan, dengan Tuhan—Sang Pencipta. Inilah tepatnya yang Tuhan kehendaki dari manusia, dan inilah sesuatu yang sepenuhnya dapat dicapai oleh mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mulai merenungkan keadaanku selama masa ini. Saat mendengar pemimpin berkata aku dipilih menjadi pengkhotbah karena aku memperhatikan jalan masuk kehidupanku, aku menjadi bangga dan berpuas diri. Aku merasa karena aku mengejar kebenaran dan mampu bekerja, maka aku dipilih untuk pekerjaan yang begitu penting. Namun, saat benar-benar mulai melakukan tugas ini, aku tahu aku tidak mengerti banyak tentang pekerjaan. Aku tidak memahami beberapa prinsipnya dan merasakan banyak tekanan sehingga aku sering merasa negatif. Namun, aku tidak membuka diri tentang keadaanku yang sebenarnya dan memperdaya pemimpinku, berkata aku tak punya masalah, karena takut dia akan menganggapku tidak memenuhi syarat. Saat mendengar para pemimpin gereja memujiku, bahkan menganggapku sebagai teladan, meskipun tahu aku seharusnya membuka diri tentang kerusakan dan kekuranganku, serta memberi tahu mereka tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, aku khawatir mereka tak akan menghormatiku setelah tahu yang sebenarnya. Karena inilah, aku tetap bungkam. Bahkan saat para pemimpin dan diaken mengajukan pertanyaan kepadaku yang jelas tidak kuketahui cara menyelesaikannya, aku tidak membuka diri dan mendiskusikannya dengan mereka. Aku berpura-pura mengerti padahal tidak mengerti dan menjawab sekenanya. Berkali-kali, aku menyamarkan diri dan memberi kesan palsu, karena terjebak oleh jabatan sebagai "pengkhotbah". Kupikir sebagai pengkhotbah, pemahaman dan pengetahuanku harus lebih hebat dari yang lain, aku tak boleh punya kekurangan, juga tak boleh negatif atau lemah. Kupikir ini satu-satunya cara agar orang lain akan menghormati dan menerimaku. Untuk memeprtahankan status dan citraku, aku memakai topeng untuk menutupi diriku dan menyamar sebagai orang yang tidak dirusak. Bahkan saat merasa tersiksa, negatif, dan lemah, demi mempertahankan jabatan "pengkhotbah", aku lebih suka menangis diam-diam dan sendirian daripada membuka hati dan meminta bantuan. Jabatan ini terlalu sulit dan melelahkan untukku. Saat gereja memilihku sebagai pengkhotbah, itu memberiku kesempatan untuk berlatih serta memungkinkanku mencari dan memahami lebih banyak kebenaran dalam tugasku. Namun, aku tak mengikuti jalan yang benar. Aku memakai kesempatan ini untuk mengejar ketenaran dan status. Bukankah ini bertentangan dengan maksud Tuhan? Tuhan tak ingin kita berusaha menjadi manusia super atau orang hebat. Tuhan ingin kita berdiri di tempat kita sebagai makhluk ciptaan dan menjadi orang biasa dan normal, mengejar kebenaran dengan nyata dan realistis, dengan jujur menghadapi kekurangan kita sendiri, dan untuk masalah yang tidak kita pahami, kita membuka diri kepada saudara-saudari dan mencari bantuan. Inilah akal sehat yang harus kita miliki. Aku merasa jauh lebih bebas setelah memahami maksud Tuhan.

Kemudian, aku membaca beberapa kesaksian pengalaman yang ditulis beberapa saudara-saudari yang merujuk firman Tuhan yang sangat relevan dengan keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pun konteksnya, tugas apa pun yang mereka laksanakan, antikristus akan berusaha memberi kesan bahwa mereka tidak lemah, bahwa mereka selalu kuat, penuh keyakinan, dan tidak pernah negatif, sehingga orang tidak pernah melihat tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya atau sikap mereka yang sebenarnya terhadap Tuhan. Sebenarnya, di lubuk hati mereka, apakah mereka benar-benar yakin bahwa tidak ada yang tidak mampu mereka lakukan? Apakah mereka benar-benar yakin bahwa mereka tidak memiliki kelemahan, kenegatifan, atau penyingkapan kerusakan? Sama sekali tidak. Mereka pandai berpura-pura, mahir menyembunyikan segala sesuatu. Mereka suka memperlihatkan sisi mereka yang kuat dan sangat baik kepada orang-orang; mereka tidak mau orang-orang melihat sisi mereka yang lemah dan sebenarnya. Tujuan mereka jelas: sederhananya, untuk mempertahankan keangkuhan dan harga diri mereka, melindungi tempat yang mereka miliki di hati orang-orang. Mereka berpikir bahwa jika mereka membuka diri di hadapan orang lain tentang kenegatifan dan kelemahan mereka sendiri, jika mereka menyingkapkan sisi mereka yang memberontak dan rusak, ini akan menjadi kehancuran besar bagi status dan reputasi mereka—lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Jadi mereka lebih memilih mati daripada mengakui bahwa mereka mengalami saat-saat ketika mereka lemah, memberontak, dan negatif. Suatu saat semua orang melihat sisi mereka yang lemah dan memberontak, ketika orang melihat bahwa mereka rusak, dan sama sekali belum berubah, mereka akan tetap berpura-pura. Mereka berpikir jika mereka mengakui bahwa mereka memiliki watak yang rusak, bahwa mereka orang biasa, seseorang yang tidak penting, mereka akan kehilangan tempat mereka di hati orang-orang, akan kehilangan pemujaan dan kekaguman semua orang, dan dengan demikian mereka akan sepenuhnya gagal. Jadi, apa pun yang terjadi, mereka tidak akan membuka diri kepada orang-orang; apa pun yang terjadi, mereka tidak bisa memberikan kekuasaan dan status mereka kepada orang lain; sebaliknya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk bersaing, dan tidak akan pernah menyerah" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Sepuluh)). Di bagian lainnya, Tuhan mengungkapkan natur dan akibatnya jika orang mengejar status. Firman Tuhan katakan: "Engkau selalu mencari kebesaran, kemuliaan, dan status; engkau selalu mencari keagungan. Bagaimana perasaan Tuhan ketika Dia melihat hal seperti ini? Dia membencinya, dan Dia akan menjauhkan diri-Nya darimu. Makin engkau mengejar hal-hal seperti kebesaran, kemuliaan, dan menjadi lebih unggul daripada orang lain, terkemuka, luar biasa, dan patut diperhatikan, makin Tuhan menganggapmu menjijikkan. Jika engkau tidak merenungkan dirimu sendiri dan bertobat, Tuhan akan membencimu dan meninggalkanmu. Janganlah menjadi seseorang yang menurut Tuhan menjijikkan; jadilah orang yang Tuhan kasihi. Jadi, bagaimana orang dapat memperoleh kasih Tuhan? Dengan menerima kebenaran secara patuh, berdiri pada posisi sebagai makhluk ciptaan, bertindak berdasarkan firman Tuhan dengan jujur dan terbuka, melaksanakan tugas dengan benar, menjadi orang yang jujur, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Ini sudah cukup, Tuhan akan dipuaskan. Orang tidak boleh berambisi atau memiliki impian yang tidak realistis, mencari ketenaran, keuntungan, dan status atau ingin terlihat paling menonjol. Terlebih lagi, mereka tidak boleh berusaha menjadi orang yang hebat atau manusia super, unggul di antara manusia dan membuat orang lain memuja mereka. Itu adalah keinginan manusia yang rusak, dan ini adalah jalan Iblis; Tuhan tidak menyelamatkan orang-orang semacam itu. Jika orang-orang tak henti-hentinya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status dan tidak mau bertobat, maka tidak ada harapan bagi mereka, dan hanya satu kesudahannya: mereka akan disingkirkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Aku merenungkan firman Tuhan dan mengerti bahwa antikristus adalah orang munafik, yang selalu menyembunyikan dan menutupi dirinya. Mereka tak pernah mengatakan yang sebenarnya atau membiarkan orang lain melihat sisi lemah mereka, dan mereka menyamarkan diri sebagai orang yang memahami kebenaran dan tak punya kekurangan. Ini bertujuan agar orang memuji dan mengagumi mereka sehingga semua orang akan mengikuti dan memuja mereka. Natur mereka sangat congkak dan licik. Aku merenungkan perilakuku dan sadar bahwa aku sama seperti antikristus. Aku selalu berpura-pura tahu segalanya. Aku ingin orang lain menghormatiku, menganggapku berkualitas baik, dan mampu memecahkan masalah apa pun, agar mereka punya tempat bagiku dalam hati mereka, mengelilingi dan memujaku. Aku sangat congkak dan tak masuk akal! Semua pikiran dan tindakanku bertentangan dengan Tuhan. Terutama saat kubaca firman Tuhan ini, "Jika orang-orang tak henti-hentinya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status dan tidak mau bertobat, maka tidak ada harapan bagi mereka, dan hanya satu kesudahannya: mereka akan disingkirkan," aku tahu ini peringatan Tuhan untukku. Jika aku terus mencari ketenaran dan status, aku pasti akan dibenci dan ditolak oleh Tuhan, dan pada akhirnya aku akan disingkirkan. Dalam doaku, kukatakan kepada Tuhan bahwa aku ingin bertobat, tak ingin kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan, dan aku mau berusaha menjadi orang yang murni dan jujur.

Esoknya, pemimpin memberitahuku materi untuk kupersekutukan pada pertemuan selanjutnya, dan memintaku untuk bersiap mengadakan pertemuan itu. Lalu dia bertanya apakah aku mengerti. Sebenarnya, aku tidak benar-benar mengerti saat itu, tetapi aku takut dia akan merasa kualitasku buruk, jadi aku berbohong dan bilang mengerti. Namun, saat mulai mengerjakannya, aku tidak tahu firman Tuhan mana yang harus kucari. Aku sangat gugup, tanganku berkeringat, tak tahu harus berbuat apa, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan Yang Mahakuasa, aku dirusak terlalu dalam oleh Iblis. Aku masih dibatasi oleh reputasi dan status. Aku tidak bisa memberontak terhadap dagingku dan bicara jujur. Kumohon tuntunlah aku untuk menemukan jalan penerapannya." Dalam firman Tuhan, kubaca: "Beberapa orang dipromosikan dan dibina oleh gereja menerima kesempatan yang baik untuk dilatih. Ini adalah sesuatu yang baik. Dapat dikatakan bahwa mereka telah ditinggikan dan dianugerahi kasih karunia oleh Tuhan. Lalu, bagaimana seharusnya mereka melaksanakan tugas mereka? Prinsip pertama yang harus mereka patuhi adalah memahami kebenaran—ketika mereka tidak memahami kebenaran, mereka harus mencari kebenaran, dan jika setelah mencari sendiri, mereka tetap tidak memahami kebenaran, mereka dapat menemukan seseorang yang benar-benar memahami kebenaran untuk diajak bersekutu dan mencari, yang akan membuat pemecahan masalah menjadi lebih cepat dan tepat waktu. Jika engkau hanya berfokus menghabiskan lebih banyak waktu membaca firman Tuhan sendiri, dan menghabiskan lebih banyak waktu merenungkan firman ini untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran dan memecahkan masalah, ini terlalu lambat; seperti kata pepatah, 'Air yang jauh tidak akan memuaskan dahaga yang mendesak.' Jika, dalam hal kebenaran, engkau ingin mengalami kemajuan yang cepat, engkau harus belajar bagaimana bekerja secara harmonis dengan orang lain, dan mengajukan lebih banyak pertanyaan dan mencari lebih banyak. Hanya dengan melakukannya, hidupmu akan bertumbuh dengan cepat, dan engkau akan dapat menyelesaikan masalah tepat waktu, juga tanpa penundaan. Karena engkau baru saja dipromosikan dan masih dalam masa percobaan, dan tidak benar-benar memahami kebenaran atau memiliki kenyataan kebenaran—karena engkau masih kurang memiliki tingkat pertumbuhan ini—jangan mengira karena engkau dipromosikan, itu berarti engkau memiliki kenyataan kebenaran; itu tidak benar. Hanya karena engkau merasa terbeban terhadap pekerjaan itu dan memiliki kualitas seorang pemimpin, maka engkau dipilih untuk dipromosikan dan dibina. Engkau harus memiliki nalar ini. Jika, setelah dipromosikan dan menjadi seorang pemimpin atau pekerja, engkau mulai menegaskan statusmu dan meyakini bahwa engkau adalah seseorang yang mengejar kebenaran dan memiliki kenyataan kebenaran—dan jika, apa pun masalah yang saudara-saudari hadapi, engkau berpura-pura mengerti, dan bahwa engkau adalah orang yang rohani—ini adalah cara yang bodoh, dan ini adalah cara yang sama dengan cara orang-orang Farisi yang munafik. Engkau harus berbicara dan bertindak dengan jujur. Jika tidak mengerti, engkau bisa bertanya kepada orang lain atau mencari persekutuan dari Yang di Atas—tidak perlu malu tentang hal ini. Sekalipun engkau tidak bertanya, Yang di Atas akan tetap mengetahui tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, dan akan mengetahui bahwa kenyataan kebenaran tidak ada dalam dirimu. Mencari dan bersekutu adalah hal yang harus kaulakukan; inilah nalar yang harus ditemukan dalam kemanusiaan yang normal, dan prinsip yang harus dipatuhi oleh para pemimpin dan pekerja. Itu bukan sesuatu yang memalukan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa gereja memilihku sebagai pengkhotbah untuk memberiku kesempatan berlatih dan agar aku bisa belajar cara melakukan pekerjaan dalam tugasku. Ini tidak berarti aku lebih baik daripada orang lain, atau bahwa aku tahu segalanya. Aku baru saja memulai tugas ini, jadi sangat normal jika ada banyak pekerjaan yang tak bisa kulakukan dan jika aku tidak memahami prinsip-prinsipnya. Selain itu, jika aku bisa menulis kesaksian pengalaman, itu hanya berarti aku memiliki sedikit pengalaman dan pemahaman yang dangkal tentang firman Tuhan, bukan berarti aku memahami kebenaran dan memiliki kenyataan kebenaran. Aku harus menangani kelemahan dan kekuranganku dengan tepat, dan ketika aku tidak mengerti sesuatu, aku harus membuka diri dan mencari persekutuan dengan saudara-saudari. Tidak ada yang memalukan tentang ini. Sangat disayangkan aku berpura-pura mengerti padahal tidak, dan ini mengakibatkan banyak masalah menjadi tak terselesaikan tepat waktu, yang menunda pekerjaan gereja. Aku juga berulang kali kehilangan kesempatan untuk mencari kebenaran dan hidup dalam kenegatifan. Aku sangat bodoh! Aku tak bisa terus seperti ini. Aku harus meluruskan niatku, membuka diri, mencari dan bersekutu dengan saudara-saudariku, serta melaksanakan tugasku dengan baik. Setelah itu, aku berkonsultasi dengan pemimpin tentang hal-hal yang tidak kupahami, atau hal-hal yang tidak jelas bagiku dan dia dengan sabar mempersekutukannya kepadaku. Aku berpikir dengan jauh lebih jernih. Pertemuan akhirnya berlangsung dengan sangat efektif, dan aku merasa santai dan tenang.

Kini, dalam melaksanakan tugasku, aku masih menemui banyak masalah dan kesulitan, tetapi aku bisa berdoa dan mengandalkan Tuhan, dan aku juga sering mencari bantuan saudara-saudariku. Selama pertemuan, aku juga membuka diri kepada saudara-saudariku, membiarkan mereka melihat kerusakan dan kekuranganku. Dengan melakukan ini, aku merasa sangat tenang dan aman. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh