Memahami Hati Tuhan Dapat Menyingkirkan Pemahaman yang Salah

29 September 2019

Oleh Saudara Chen Gang, Provinsi Hebei

Firman Tuhan berkata: "Supremasi, kebesaran, kekudusan, toleransi, kasih Tuhan, dan lain sebagainya—setiap detail dari masing-masing aspek watak dan esensi Tuhan diungkapkan secara nyata setiap kali Ia melakukan pekerjaan-Nya, diwujudkan dalam kehendak-Nya bagi manusia, dan juga digenapi serta tecermin pada diri setiap orang. Terlepas dari apakah engkau pernah merasakannya sebelumnya, Tuhan memelihara setiap orang dengan segala cara yang memungkinkan, menggunakan hati-Nya yang tulus, hikmat-Nya, dan berbagai metode untuk menghangatkan hati setiap orang dan membangunkan roh setiap orang. Ini fakta yang tidak terbantahkan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). Setelah membaca firman Tuhan, aku melihat bahwa semua yang Tuhan lakukan penuh dengan kasih dan belas kasihan-Nya, juga kepedulian-Nya kepada kita. Semua tindakan Tuhan adalah yang paling bermanfaat untuk kita, dan yang paling kita butuhkan; selama kita mencari dan mengalaminya dengan sungguh-sungguh, kita akan merasakan kasih-Nya ini. Namun, karena ketidaktahuanku tentang watak dan esensi Tuhan, aku sering kali berada dalam keadaan salah paham, curiga, dan defensif terhadap Tuhan, dan aku tidak mampu menyerahkan hatiku kepada-Nya. Setiap kali ada tugas untuk dilakukan, aku selalu berusaha menghindarinya atau menolak melakukannya, sehingga aku kehilangan banyak kesempatan untuk memperoleh kebenaran. Beberapa waktu yang lalu, karena diperhadapkan pada keadaan nyata serta penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan, aku pun memperoleh sedikit pemahaman tentang natur Iblis dalam diriku, juga sedikit pengetahuan nyata mengenai esensi Tuhan yang indah dan baik; baru pada saat itulah aku menyingkirkan beberapa pemahamanku yang salah tentang Dia.

Setelah aku mulai percaya kepada Tuhan, setiap kali aku mendengar atau melihat seseorang diberhentikan dari tugas kepemimpinan dan diganti—terkadang bahkan dikeluarkan karena telah melakukan terlalu banyak kejahatan—aku selalu memiliki perasaan yang sulit kuungkapkan, dan mau tidak mau aku berpikir dalam hati, "Memenuhi tugas dalam peran kepemimpinan adalah tanggung jawab yang besar; orang bisa diberhentikan dan diganti karena tidak menangani sesuatu dengan cukup baik, dan bahkan mungkin berisiko dikeluarkan dan disingkirkan. Tampaknya semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin berisiko kedudukan tersebut. Ada benarnya juga pepatah, 'sungguh kesepian berada di puncak' dan 'semakin orang menjadi besar, semakin keras mereka jatuh.' Aku menganggap memenuhi tugas yang bukan datang dari kedudukan yang lebih tinggi sedikit lebih aman; selama aku tidak dipromosikan atau diturunkan, aku akan baik-baik saja. Dengan begitu aku dapat menghindarkan diriku melakukan terlalu banyak perbuatan jahat dan menjadi terungkap dan disingkirkan karenanya, dan aku dapat beriman sampai akhir tanpa berakhir dengan apa pun." Setelah itu, setiap kali gereja ingin mempromosikan aku atau mengatur untuk aku berpartisipasi dalam pemilihan, aku membuat segala macam alasan untuk menghindarinya atau menolaknya. Secara berangsur-angsur, jurang yang sangat dalam pun terbentuk di antara aku dan Tuhan. Dalam suatu pertemuan pada bulan April tahun ini, pemimpinku bertanya kepadaku, "Saudara, pemilihan tahunan distrik kecil kita akan segera diadakan. Bagaimana pendapatmu tentang hal ini?" Mendengar bahwa pemilihan akan segera diadakan, aku merasa bingung dan tidak yakin bagaimana harus menanggapinya. Aku berpikir tentang bagaimana di masa lalu beberapa saudara-saudari telah diberhentikan dan diganti karena tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan sampai hari ini mereka belum mampu memenuhi tugasnya. Aku takut jika aku terpilih, aku mungkin mengalami nasib yang sama jika, ketika saatnya tiba, aku juga tidak mampu menyelesaikan pekerjaan nyata apa pun. Saat ini aku melakukan tugasku dengan cukup baik; aku bukan hanya memiliki tugas untuk kupenuhi, tetapi aku juga tidak perlu khawatir kehilangan kedudukanku dan digantikan. Dengan pemikiran ini di benakku, aku buru-buru menjawab pemimpinku, "Aku memiliki terlalu banyak kekurangan dalam segala hal. Aku juga cenderung sangat tegang selama pertemuan dengan saudara-saudari kita. Mungkin akan lebih cocok untuk aku terus lebih banyak berlatih dengan melakukan tugasku saat ini, jadi aku tidak akan mencalonkan diriku dalam pemilihan ini." Melihat bahwa aku tampak tidak terlalu bersemangat mengenai gagasan terpilih dalam pemilihan tersebut, pemimpinku berbicara beberapa kali denganku mengenai perihal ini dengan harapan aku akan ambil bagian dalam pemilihan mendatang, tetapi aku selalu menolak dengan sopan.

Suatu sore beberapa hari kemudian, aku mencari para pemimpinku karena ada sesuatu yang ingin kudiskusikan dengan mereka. Mereka sedang membaca surat dari kepemimpinan tingkat atas terkait dengan pemilihan. Aku merasa begitu gugup seolah-olah jantungku hampir copot, aku berpikir dalam hati, "Aku harus lari dan bersembunyi, kalau tidak, mereka tentu ingin membicarakan lagi denganku tentang mencalonkan diri dalam pemilihan." Oleh karena itu, aku bersembunyi di kamar mandi dan menghabiskan waktu, tetapi akibatnya, selagi menggaruk kulit yang gatal, aku tidak sengaja menggaruk luka hingga terbuka, dan darah menutupi seluruh telapak tanganku. Dengan cepat aku menyekanya dengan kertas tisu dan menekan lukanya, tetapi setelah beberapa saat, kertas tisunya basah kuyup. Mendadak, aku tercengang: apa yang harus kulakukan jika aku tidak bisa menghentikan darahnya? Dengan satu tangan tetap menekan luka, aku melangkah cepat, dan bergegas kembali ke dalam ruangan untuk meminta para pemimpinku melihatnya dan berharap mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk menghentikan pendarahan. Seorang saudara melihatnya dan berkata, "Engkau berdarah cukup banyak; pendarahannya tidak akan berhenti. Semakin kau menyekanya, semakin banyak darahnya!" Mendengar ini, perasaanku semakin tak menentu: apakah ini benar-benar serius? Bagaimana mungkin luka sekecil ini mengeluarkan darah sebanyak itu? Jika aku tidak menghentikan pendarahan, apakah akan berlanjut hingga esok hari sampai aku kehabisan darah? Gelombang ketakutan, kecemasan, dan ketidakberdayaan tiba-tiba melandaku, dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku merasa seolah-olah udara akan segera membeku. Pada saat itulah, aku menjadi sadar akan kemungkinan bahwa kejadian yang begitu tiba-tiba pada hari itu sama sekali bukan kejadian yang acak, dan bahwa aku harus bergegas dan merenungkan tindakanku sehingga aku bisa mengenal diriku dengan lebih baik lagi! Aku kemudian menenangkan diri dan merenungkan apakah aku telah menyinggung Tuhan dengan cara apa pun baru-baru ini, tetapi sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak dapat memikirkan apa pun. Kemudian aku teringat satu bagian dari perkataan Tuhan: "Ketika orang menyinggung Tuhan, itu mungkin bukan dikarenakan oleh satu peristiwa atau satu hal yang mereka katakan, tetapi lebih dikarenakan oleh sikap yang mereka anut dan keadaan yang sedang mereka alami. Ini adalah hal yang sangat menakutkan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VII"). Bimbingan dari firman Tuhan membawaku ke hadapan-Nya untuk mencari kebenaran: "Tuhan! aku telah begitu buta dan bodoh. Aku tidak dapat memahami apa sebenarnya yang telah kulakukan yang menyinggung-Mu. Kumohon, tunjukkanlah jalan kepadaku; nyatakanlah kepadaku kehendak-Mu, agar aku dapat mengenali penentangan dan penolakanku. Aku ingin bertobat di hadapan-Mu." Setelah selesai berdoa, aku merasa sedikit lebih tenang, dan mulai merenungkan tindakan dan pemikiranku di masa lalu, bertanya-tanya di bagian manakah aku mungkin telah menyimpang dari kehendak Tuhan. Pada saat itulah, aku tiba-tiba ingat bagaimana aku telah berperilaku dan bagaimana sikapku sehubungan dengan pemilihan: para pemimpinku telah berulang kali mencariku untuk menyampaikan pendapat mereka bahwa aku seharusnya ambil bagian dalam pemilihan, tetapi aku selalu mempertahankan gagasanku sendiri; karena takut diriku terungkap jika melakukan pekerjaan yang buruk dalam memenuhi tugasku, aku telah berulang kali mengarang segala macam pertimbangan dan alasan untuk menolak berpartisipasi. Sikapku bukanlah sikap yang menerima dan tunduk, bahkan tidak sedikit pun. Aku tahu betul bahwa pemilihan demokratis yang diadakan oleh gereja diperlukan untuk menerapkan pengaturan kerja; ini adalah bagian penting dari pekerjaan keluarga Tuhan, dan di dalamnya terkandung kehendak Tuhan. Namun, aku sama sekali tidak mencari kebenaran; demi melindungi diriku sendiri, aku telah berulang kali menghindari pemilihan dan menolak untuk mencalonkan diriku di dalamnya. Sikap seperti ini yang kumiliki di lubuk hatiku—menjadikan Tuhan sebagai musuh—telah membuatku menjijikkan dan patut dibenci di mata-Nya, dan bahkan lebih dari itu, telah menyebabkan Dia merasa terluka dan kecewa. Aku secara tiba-tiba menghadapi masalah semacam ini adalah cara Tuhan mendisiplinkan diriku. Menyadari hal ini, aku mengerti bahwa watak Tuhan yang benar tidak menoleransi disinggung oleh manusia, jadi aku ingin membalikkan keadaanku yang salah ini dan bertobat di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, aku menceritakan kepada para pemimpinku secara menyeluruh segala sesuatu yang telah kurenungkan, dari awal sampai akhir. Setelah mendengar perkataanku, seorang saudara bersekutu denganku mengenai sikap dan pengungkapan yang ia miliki ketika ia ambil bagian dalam pemilihan. Syukur kepada Tuhan! Kejadian ini telah mengajarkan kepadaku pelajaran, dan satu jam kemudian, lukaku berhenti berdarah. Ini membuatku sadar bahwa sekalipun aku telah berada dalam keadaan kerusakan dan penentangan, Tuhan telah menunjukkan kepadaku watak-Nya yang benar, yang tidak dapat disinggung; dan ketika aku kembali kepada-Nya dengan keinginan untuk mencari kebenaran, Ia telah menyatakan wajah-Nya yang tersenyum kepadaku, dan aku telah merasakan bahwa watak Tuhan itu jelas dan hidup.

Setelah itu, mau tidak mau aku pun merenungkan bahwa setiap kali gereja mengadakan pemilihan, aku selalu berusaha menghindarinya dan mencari-cari alasan untuk keluar dari pemilihan. Aku tidak ingin mencalonkan diri, takut jika aku terpilih masuk dalam posisi kepemimpinan dan melakukan sesuatu yang melawan Tuhan, aku mungkin akan diberhentikan dan disingkirkan. Mengapa pemikiran seperti ini selalu ada di benakku? Selama devosi rohaniku aku sengaja mencari firman Tuhan mengenai hal ini, agar aku dapat makan dan minum firman-Nya. Suatu hari, aku membaca perkataan Tuhan: "Ada orang yang mengatakan, 'Percaya kepada Tuhan dalam hadirat-Nya—itu bagaikan berjalan di atas kulit telur! Itu seperti hidup di ujung pisau!' Yang lainnya mengatakan, 'Percaya kepada Tuhan itu seperti pepatah orang-orang tidak percaya, 'Pertemanan dengan raja itu laksana berada di dekat harimau.' Sungguh mengerikan! Jika engkau mengatakan atau melakukan satu saja hal yang salah, engkau akan disingkirkan; engkau akan dicampakkan ke dalam neraka dan dimusnahkan!' Apakah perkataan semacam itu benar? Di manakah pepatah, 'Pertemanan dengan raja itu laksana berada di dekat harimau,' cenderung digunakan? Dan apa yang dimaksud dengan 'berjalan di atas kulit telur'? Apa artinya 'hidup di ujung pisau'? Engkau semua seharusnya tahu apa arti harfiah dari perkataan-perkataan itu; semua itu menunjukkan bahaya yang besar. Hal itu seperti orang yang menjinakkan singa atau harimau: setiap hari bagaikan berjalan di atas kulit telur atau hidup di ujung pisau; situasi semacam inilah yang dimaksud oleh perkataan itu. Natur harimau dan singa yang ganas itu bisa meledak kapan saja. Mereka adalah hewan berdarah dingin yang tidak memiliki kasih sayang terhadap manusia, tidak peduli sudah berapa tahun hewan-hewan itu berhubungan dengan manusia. Jika mereka ingin memakanmu, mereka akan memakanmu; jika mereka ingin melukaimu, mereka akan melukaimu. Jadi, apakah benar menggunakan frasa semacam itu untuk menggambarkan seperti apakah percaya kepada Tuhan itu? Bukankah engkau terkadang berpikir sebagai berikut? 'Percaya kepada Tuhan itu benar-benar bagaikan berjalan di atas kulit telur; kemarahan-Nya dapat meledak dalam sekejap. Dia bisa menjadi geram kapan saja, dan Dia bisa mencopot seseorang dari kedudukan mereka kapan saja. Siapa pun yang tidak disukai Tuhan akan disingkapkan dan disingkirkan.' Apakah seperti ini kejadiannya? (Tidak.) Sepertinya engkau telah memiliki pengalaman dengan hal ini dan memahaminya, jadi engkau tidak boleh tertipu. Ini adalah sebuah kekeliruan; ini benar-benar hal yang konyol untuk dikatakan" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). "Beberapa orang berkata, 'Jangan menjadi pemimpin, dan jangan memiliki kedudukan. Manusia berada dalam bahaya begitu mereka mendapatkan kedudukan, dan Tuhan akan menyingkapkan mereka! Begitu disingkapkan, mereka bahkan tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi orang-orang percaya kebanyakan, dan tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Tuhan itu tidak adil!' Perkataan macam apa itu? Paling banter, itu merepresentasikan pemahaman yang salah tentangTuhan; paling buruk, itu adalah penghujatan terhadap Tuhan" ("Untuk Mengatasi Watak yang Rusak, Orang Harus Memiliki Jalan Penerapan Tertentu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Baris demi baris, firman Tuhan membuatku sangat terharu, karena menggambarkan keadaanku dengan tepat. Aku sebenarnya tidak secara blak-blakan menyatakan bahwa percaya kepada Tuhan itu "seperti berada di dekat harimau" atau seperti "hidup di ujung pisau," tetapi melihat sikapku terhadap pemilihan yang diadakan oleh gereja, aku telah sepenuhnya bersikap defensif dan penuh dengan kesalahpahaman. Ini menunjukkan bahwa seperti itulah tepatnya keadaan yang telah kualami. Setelah melihat keberadaan beberapa saudara-saudari yang menderita dan tersiksa, yang telah diberhentikan dari posisi kepemimpinan, beberapa dari mereka bahkan telah dikeluarkan karena melakukan banyak kejahatan, aku selalu merasa gentar tentang gagasan memenuhi tugasku sebagai seorang pemimpin, aku sebaliknya ingin menjaga jarak, karena dari sudut pandangku, dengan adanya kepemimpinan berarti ada kedudukan, dan dengan adanya kedudukan berarti ada risiko untuk diungkapkan dan disingkirkan. Aku bahkan bertindak terlalu jauh dengan bersikap sangat waspada, takut-takut, dan ragu ketika menyelesaikan tugasku sendiri, dan tidak pernah tertarik mengenai pemilihan, sangat takut jika aku terpilih untuk melayani sebagai pemimpin dan melakukan kesalahan, sebagai akibatnya aku mungkin akan diberhentikan dan disingkirkan. Dalam imajinasiku, aku telah melihat Tuhan dengan cara yang sama aku melihat para pejabat Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa; aku tidak berani mendekati-Nya terlalu dekat atau membangkitkan kemarahan-Nya. Aku telah berasumsi bahwa siapa pun yang menyinggung-Nya pasti akan mengalami malapetaka besar, dan aku bahkan berpikir bahwa saudara-saudari yang telah diberhentikan dan disingkirkan mengalami semua itu karena melayani di posisi kepemimpinan. Aku sebenarnya telah menganggap "pemimpin," sebuah kedudukan yang dibentuk dalam struktur administratif keluarga Tuhan, sebagai cara untuk mengungkapkan dan menyingkirkan orang. Baru sekaranglah, melalui pernyataan firman Tuhan, aku menjadi sadar bahwa pemikiran yang telah kupendam ini telah menyingkapkan betapa aku sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang esensi Tuhan yang kudus. Dugaan-dugaan yang kumiliki tentang Tuhan sangat menghina Tuhan! Menyadari hal ini, aku merasakan ketakutan yang melekat, dan tidak mampu melakukan apa pun selain berlutut dalam doa di hadapan Tuhan: "Tuhan! Meskipun aku telah mengikuti Engkau selama bertahun-tahun, aku tidak mengenal-Mu. Pembicaraan dari saudara-saudariku untuk membuatku ambil bagian dalam pemilihan merupakan kesempatan yang telah Engkau karuniakan kepadaku untuk melatihku, menyucikanku, dan mengubahku—tetapi aku bukan saja tidak memahami kehendak-Mu, aku malah menolaknya dan berusaha menghindarinya, aku bersikap defensif sekaligus salah paham terhadap-Mu. Aku sama sekali tidak memperlakukan-Mu sebagai Tuhan. Pandanganku itu benar-benar pandangan orang tidak percaya—benar-benar sejenis pandangan Iblis! Tuhan! Andaikan Engkau tidak mengungkapkan diriku dengan cara ini, aku tidak akan pernah merenungkan masalahku sendiri, dan akan tetap berada dalam keadaan antagonisme dan kesalahpahaman. Jika itu terus berlanjut, aku hanya dapat dibenci dan ditolak oleh-Mu. Tuhan! Aku mau bertobat sekarang. Kumohon, bimbinglah aku agar memiliki pemahaman akan kebenaran dan kehendak-Mu ...."

Setelah itu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Saat orang mendapatkan kedudukan—terlepas dari siapa diri mereka—apakah mereka kemudian menjadi antikristus? (Jika mereka tidak mengejar kebenaran, mereka akan menjadi antikristus, tetapi jika mereka sungguh-sungguh mengejar kebenaran, mereka tidak akan menjadi antikristus). Jadi, hal ini tidak mutlak. Jadi, apakah mereka yang menempuh jalan antikristus pada akhirnya terjebak oleh kedudukan? Hal itu terjadi ketika orang tidak mengambil jalan yang benar. Mereka memiliki jalan yang baik untuk diikuti, namun mereka tidak mengikutinya; sebaliknya, mereka mengikuti jalan yang jahat. Ini mirip dengan cara manusia makan: beberapa orang tidak mengonsumsi makanan yang dapat menjaga agar tubuh mereka tetap sehat dan mempertahankan kehidupan normal mereka, dan sebaliknya mengonsumsi narkoba. Pada akhirnya, mengonsumsi narkoba membuat mereka kecanduan dan membunuh mereka. Bukankah ini pilihan yang dibuat manusia sendiri?" ("Untuk Mengatasi Watak yang Rusak, Orang Harus Memiliki Jalan Penerapan Tertentu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Kemudian aku membaca persekutuan lain yang mengatakan: "Mengapa begitu banyak orang tersingkap melakukan segala macam kejahatan dengan jabatan dan kekuasaan mereka? Bukan karena jabatan mereka yang mencelakai mereka. Masalah fundamentalnya adalah esensi dari natur manusia. Sebuah jabatan tentu dapat menyingkap manusia, tetapi jika seorang yang baik hatinya memiliki jabatan yang tinggi, mereka tidak akan melakukan berbagai kejahatan" (Persekutuan dari Atas). Firman Tuhan dan persekutuan ini memungkinkanku menyadari beberapa hal. Ternyata, para rekan kerja dan pemimpin yang telah diberhentikan dan disingkirkan itu bukanlah diberhentikan oleh karena posisi kepemimpinan mereka, tetapi karena ketika melakukan tugasnya, mereka telah secara konsisten gagal mengejar kebenaran ataupun berjalan di jalan yang benar; oleh karenanya, mereka telah diungkapkan dan dikeluarkan. Mau tidak mau aku pun memikirkan tentang para pemimpin dan rekan pekerja di sekitarku yang telah terungkap. Seorang saudara telah benar-benar bersikap merasa diri benar, dan tidak memenuhi tugasnya sesuai prinsip. Ia telah secara bebas mempromosikan orang-orang untuk memenuhi tugas kepemimpinan, yaitu mereka yang memiliki karunia dan kualitas tetapi tidak memiliki kenyataan kebenaran. Ia tidak mau menerima peringatan dan bantuan dari saudara-saudari berulang kali, dan sebagai akibatnya, ia telah menimbulkan gangguan dalam kehidupan bergereja, menghalangi saudara-saudari untuk mencapai jalan masuk kehidupan. Saudara ini sangat bergantung terutama pada pendapatnya sendiri, bahkan ia sampai mengabaikan nasihat para rekan pekerja. Ia bersikeras menyimpan uang dan barang-barang berharga gereja di sebuah rumah yang memiliki risiko keamanan, yang menyebabkan semuanya itu disita oleh Partai Komunis Tiongkok. Ada juga seorang saudari yang terlalu memedulikan status, dan ketika memenuhi tugasnya sebagai rekan pekerja, ia tidak dapat menerima kritik membangun dari siapa pun. Ia bahkan menargetkan dan membalas dendam kepada saudara-saudari yang telah memberinya nasihat, dan berkali-kali menolak menerima persekutuan dan bantuan dari atasannya. Pada akhirnya ia telah diberi peringatan, tetapi ia tetap tidak merenungkan tindakan-tindakannya untuk mengenal dirinya sendiri, apalagi menerima kebenaran; ia tidak pernah bertobat ataupun berubah, sebaliknya ia dengan keras kepala menapaki jalan antikristus .... Contoh-contoh kegagalan ini membuatku melihat bahwa gereja tidak memberhentikan atau menyingkirkan siapa pun tanpa alasan yang kuat. Hanya setelah aku dengan saksama menganalisis bagaimana orang-orang yang diberhentikan dan disingkirkan ini berperilaku selama ini, barulah aku melihat bahwa kebanyakan dari mereka memiliki penentangan yang cukup serius dalam watak mereka dan tidak pernah melakukan pekerjaan gereja sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Mereka semua hanya melakukan apa yang mereka sukai, dan pada akhirnya menyebabkan rintangan dan gangguan dalam pekerjaan gereja, secara serius menghalangi saudara-saudari lain untuk mencapai jalan masuk kehidupan. Pada akhirnya, mereka harus diberhentikan dan diganti. Jelaslah, sebelum seseorang diberhentikan, Tuhan telah memberi kepada mereka banyak kesempatan untuk bertobat, dan saudara-saudari telah menolong serta mendukung mereka berkali-kali; hanya saja para pemimpin itu tidak pernah menunjukkan niat untuk berbalik, dan telah secara serius menyela, mengganggu, dan menghalangi pekerjaan gereja sebelum mereka pada akhirnya diberhentikan dan diganti. Hanya mereka sendirilah yang patut disalahkan atas kegagalan mereka, bukan? Bukankah ini buah pahit dari perbuatan bertahap mereka? Namun, dari kegagalan dan kejatuhan mereka, aku tidak melihat jalan yang salah dari orang-orang ini atau melihat dengan jelas sumber dari penentangan mereka terhadap Tuhan, dan aku kemudian tidak merenungkan tindakan-tindakanku sendiri dan menggunakan contoh mereka sebagai peringatan bagi diriku sendiri. Aku juga tidak tahu bahwa watak Tuhan tidak dapat disinggung, sehingga aku tidak mengembangkan sikap hormat yang takut akan Tuhan yang akan mencegahku untuk mengikuti jejak langkah mereka; sebaliknya, aku mengembangkan kesalahpahaman dan sikap defensifku terhadap Tuhan. Aku telah mengambil semua ketidakbenaran dan mengenakannya kepada Tuhan. Aku dapat melihat bahwa aku sungguh-sungguh bodoh dan buta, hina dan menyedihkan, dan benar-benar telah menyakiti hati Tuhan. Aku juga teringat bahwa sekarang ada sekelompok orang di gereja, yang meskipun tidak pernah memegang kedudukan yang tinggi, mereka terus-menerus gagal mengejar kebenaran dan menyebabkan rintangan dan gangguan di gereja dan mereka tidak memenuhi tujuan mereka dengan baik; demikianlah, mereka pun telah diungkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Kesadaran ini memberiku pemahaman yang bahkan lebih jelas lagi bahwa ketika kita mengikuti Tuhan, entah kita diungkapkan dan disingkirkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan tugas yang sedang kita penuhi atau kedudukan yang sedang kita pegang. Jika kita tidak mengejar kebenaran atau menjalani jalan perubahan dalam watak kita, kedudukan apa pun yang kita pegang, kita semua cenderung dikendalikan oleh watak Iblis, dan kapan saja dapat melakukan hal-hal yang menyinggung atau menentang Tuhan dan dengan demikian akan diungkap dan disingkirkan. Ini merupakan penegasan yang tepat dari firman Tuhan: "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan." Aku sangat bersyukur atas pencerahan dan bimbingan Tuhan, yang memungkinkanku memperoleh sedikit pengertian dan pemahaman tentang pandangan salah yang selama ini kupegang, juga menghargai pentingnya mengejar kebenaran saat kita percaya kepada Tuhan dan berjuang untuk mengalami perubahan watak. Pada saat yang sama, aku menjadi sadar betapa tidak masuk akal dan konyolnya hidup dalam pemahamanku yang salah dan imajinasiku.

Belakangan, aku membaca bagian lain dari sebuah persekutuan yang berbunyi seperti ini: "Aku menanyakan kepada seorang saudara, 'Sudahkah engkau mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir ini?' Ia menjawab, 'Kemajuan terbesarku merupakan hasil pengusiran yang kualami.' Mengapa ia mengalami kemajuan terbesar justru ketika dikeluarkan? Ia pasti telah berdoa dengan perasaan terdesak di hatinya di hadapan Tuhan, dan tentunya telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk merenungkan tindakannya dan mengenal dirinya sendiri. Ia juga mau bertobat, dan tidak ingin dibuang oleh Tuhan. Berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan membawa banyak pencerahan dan penerangan, juga pengetahuan tentang diri sendiri; ia mulai menyadari bagaimana ia telah bertindak dan berperilaku selama bertahun-tahun, serta jalan apa yang telah ia tempuh. Melalui pengalaman pembelajaran negatif ini, ia menyadari dengan tepat bagaimana ia seharusnya percaya kepada Tuhan dan bagaimana ia seharusnya mengejar kebenaran. Setelah itu, ia bertobat dengan tulus di hadapan Tuhan, dan menjadi bersedia untuk bekerja keras dalam pengejarannya akan kebenaran, tunduk pada penghakiman dan hajaran Tuhan, serta tunduk pada pengaturan-Nya. Dengan cara ini, perjalanannya dalam kepercayaannya kepada Tuhan diperbarui, dan ia secara resmi menginjakkan kakinya di jalan iman. Jadi, mungkin engkau bertanya apakah pengusiran seperti itu memiliki manfaat atau tidak, dan apakah itu sebenarnya merupakan cara untuk membawa keselamatan bagi orang-orang" (Persekutuan dari Atas). Dari persekutuan ini, aku bisa melihat belas kasih yang sangat besar serta keselamatan yang Tuhan berikan bagi manusia. Beberapa orang telah dikeluarkan oleh gereja oleh karena tindakan jahat yang telah mereka lakukan, tetapi sejauh mereka dengan tulus bertobat dan rela menerima serta tunduk pada disiplin dan hajaran Tuhan, merenungkan diri untuk mengenal diri mereka sendiri dengan lebih baik, dan mulai mengejar kebenaran, maka masih ada harapan bagi keselamatan mereka. Pada saat yang sama, aku jadi memahami bahwa penghakiman Tuhan yang ketat, cara-cara berurusan dengan orang, hajaran, dan disiplin juga merupakan bentuk keselamatan bagi orang-orang yang dengan tulus bertobat; tujuan semua itu adalah memampukan orang untuk merenungkan dirinya dengan lebih baik dan memahami natur Iblis dalam diri mereka yang telah menyebabkan mereka menentang Tuhan dan melihat-Nya sebagai musuh. Tujuannya adalah untuk memampukan mereka untuk sungguh-sungguh membenci diri mereka sendiri dan meninggalkan daging sehingga mereka dapat membangkitkan sikap hormat yang takut akan Tuhan dan menjejakkan kaki mereka di jalan mengejar kebenaran. Bagi orang-orang yang dengan tulus beriman kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, apa pun yang telah mereka alami—baik mereka diberhentikan dan diganti, atau dikeluarkan, atau apa pun—tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan pengungkapan atau penyingkiran, tetapi sebaliknya semua ini menjadi titik balik dalam jalan mereka percaya kepada Tuhan! Secara tidak sengaja, aku teringat akan satu bagian firman Tuhan: "Berkali-kali gagal dan jatuh bukanlah hal yang buruk; demikian pula halnya dengan disingkapkan. Baik engkau pernah ditangani, dipangkas, ataupun disingkapkan, engkau harus mengingat hal ini setiap saat: disingkapkan tidak berarti bahwa engkau dihukum. Disingkapkan adalah hal yang baik; ini adalah kesempatan terbaik bagimu untuk mengenal dirimu sendiri. Ini bisa membawa perubahan pada pengalaman hidupmu. Tanpa penyingkapan, engkau tidak akan memiliki kesempatan, keadaan, maupun konteks yang memampukanmu untuk mencapai pemahaman tentang kenyataan kerusakanmu. Jika engkau dapat mengenal hal-hal yang ada di dalam dirimu, semua aspek yang tersembunyi jauh di dalam dirimu, yang sulit untuk dikenali dan sulit untuk digali, ini adalah hal yang baik. Menjadi mampu untuk sungguh-sungguh mengenal dirimu sendiri adalah kesempatan terbaik bagimu untuk memperbaiki jalanmu dan menjadi manusia yang baru; inilah kesempatan terbaik bagimu untuk memperoleh kehidupan baru. Begitu engkau benar-benar mengenal dirimu sendiri, engkau akan dapat melihat bahwa saat kebenaran menjadi hidup seseorang, itu sungguh sebuah hal yang berharga, dan engkau akan menjadi haus akan kebenaran dan masuk ke dalam realitas. Ini adalah hal yang luar biasa! Jika engkau dapat meraih kesempatan ini dan dengan sungguh-sungguh merenungkan dirimu sendiri serta mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dirimu sendiri setiap kali engkau gagal atau jatuh, maka di tengah-tengah sikap negatif dan kelemahan, engkau akan mampu bangkit kembali. Setelah melewati ambang batas ini, engkau akan mampu mengambil langkah maju yang besar dan memasuki kebenaran kenyataan" ("Untuk Mendapatkan Kebenaran, Engkau Harus Belajar dari Orang-Orang, Perkara-Perkara, dan Hal-Hal di Sekitarmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Ketika memikirkan hal ini, aku mendapatkan pemahaman tentang kehendak Tuhan yang bahkan lebih dalam lagi: entah Dia memukul kita, mendisiplinkan kita, ataukah memberhentikan dan mengeluarkan kita, segala sesuatu yang Dia lakukan kepada kita ditentukan berdasarkan perilaku dan esensi kerusakan kita sendiri. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan dimaksudkan untuk menyucikan dan mengubah orang; bagi kita, semua ini adalah keselamatan, dan yang paling bermanfaat. Selama ini, aku memandang tugas kepemimpinan dengan penuh ketakutan karena orang-orang itu telah diungkapkan, diberhentikan, dan disingkirkan, dan aku telah memperingatkan diriku sendiri untuk tidak pernah setuju memenuhi tugas yang berkaitan dengan kedudukan, karena dengan cara demikian, aku tidak akan jatuh atau gagal, dan aku juga tidak akan hidup dalam pemurnian yang menyakitkan. Watak Tuhan yang benar meliputi penghakiman, hajaran, didikan, dan pendisiplinan terhadap kita, tetapi juga mencakup toleransi, kesabaran, dan kasih yang terbesar bagi kita. Aku belum pernah melihat hal-hal ini sebelumnya, sebaliknya aku hidup dalam keadaan penuh kesalahpahaman dan dugaan terhadap Tuhan yang didasarkan pada gagasan dan imajinasiku sendiri. Aku tidak bersedia ambil bagian dalam pemilihan, apalagi memiliki aspirasi untuk memenuhi tugas kepemimpinan, dan sebagai akibatnya, aku telah kehilangan banyak kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan mengenal Tuhan. Baru sekarang aku melihat dengan jelas bahwa gagasanku sebelumnya "sungguh kesepian berada di puncak" dan "semakin orang menjadi besar, semakin keras mereka jatuh" merupakan pandangan konyol si Iblis yang telah sangat menghalangiku dalam pengejaranku akan kebenaran dan pencarianku untuk mengenal Tuhan. Aku bersyukur kepada Tuhan untuk pencerahan dan bimbingan-Nya yang memungkinkanku untuk menyingkirkan kesalahpahaman tertentu yang kumiliki terhadap-Nya. Pada saat yang sama, aku merasakan betapa sangat buruk, menjijikkan, bertentangan, dan bodohnya aku sebenarnya!

Belakangan, mau tak mau aku bertanya-tanya dengan sikap berintrospeksi, mengapa aku selalu bersikap defensif terhadap Tuhan dan natur apa yang mengendalikanku untuk melakukannya. Aku membaca satu bagian firman Tuhan, yang mengatakan: "Dan jika engkau cenderung meragukan Tuhan dan berspekulasi tentang diri-Nya sesuka hatimu, maka tak diragukan lagi, engkau adalah orang yang paling curang di antara manusia. Engkau memikirkan apakah Tuhan dapat menjadi seperti manusia atau tidak: penuh dosa yang tak terampuni, berpikiran picik, tak memliki kejujuran dan nalar, kurang memiliki rasa keadilan, penuh dengan taktik yang kejam, pengkhianat dan licik, serta senang dengan kejahatan dan kegelapan, dan sebagainya. Bukankah alasan manusia memiliki pemikiran seperti itu karena mereka sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Aku juga membaca satu bagian persekutuan yang mengatakan, "Semua orang yang bersikap defensif terhadap Tuhan, ketika diperhadapkan dengan ujian, mereka berkhianat, egois, dan jahat, dan mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan tidak mengutamakan Tuhan dalam hati mereka. Orang-orang semacam itu adalah orang-orang yang berjuang melawan Tuhan. Begitu mereka menghadapi masalah, mereka bersikap defensif terhadap Tuhan dan mempelajari Dia, sambil bertanya-tanya, 'Apa maksud Tuhan dengan hal ini? Mengapa Dia membiarkan hal ini terjadi pada diriku?' Kemudian mereka mencoba berunding dengan Tuhan. Bukankah orang-orang semacam itu tidak benar dalam niat mereka? Apakah mengejar kebenaran mudah bagi orang-orang semacam ini? Tidak. Mereka ini bukan orang-orang yang nomal; mereka memiliki natur Iblis, dan benar-benar tidak mampu bergaul dengan siapa pun" (Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan). Firman Tuhan dan persekutuan ini mengungkapkan akar penyebab masalah sikap defensifku terhadap Tuhan dan spekulasiku tentang Tuhan. Karena aku pada dasarnya terlalu licik, setiap kali gereja ingin mengembangkan dan mempromosikan diriku, aku bukan saja gagal memahami kasih Tuhan kepadaku atau memahami maksud-Nya yang sepenuh hati, aku, sebaliknya, malah berasumsi bahwa memenuhi tugas kepemimpinan akan terlalu berbahaya dan begitu aku memiliki kedudukan dan melakukan kejahatan, aku akan terus-menerus menanggung risiko diberhentikan dan disingkirkan. Aku memikirkan tentang bagaimana aku telah menikmati langit dan bumi dan segala sesuatu yang telah Tuhan ciptakan—hingga sinar matahari dan hujan—juga semua penyiraman dan perbekalan dari begitu banyak perkataan Tuhan, tetapi aku belum sedikit pun berusaha untuk menghargai kasih dan keselamatan yang Ia miliki bagi manusia. Aku selalu bersikap defensif terhadap Tuhan dan menyakiti-Nya, curiga bahwa Tuhan itu sama piciknya dengan manusia dan tidak memiliki belas kasihan atau kasih terhadap kita. Aku benar-benar sangat licik dan hina, dan belum menunjukkan bahkan sedikit pun keserupaan dengan manusia dalam hidupku. Saat itulah, aku merasa begitu bersalah, dan aku kembali teringat firman Tuhan: "Tuhan secara diam-diam melakukan segalanya bagi manusia, diam-diam melakukan semuanya melalui ketulusan, kesetiaan, dan kasih-Nya. Namun, Ia tidak pernah memiliki ketakutan atau penyesalan atas semua yang Ia lakukan, Ia juga tidak pernah membutuhkan siapa pun untuk membalas-Nya dengan cara apa pun atau memiliki niat untuk memperoleh sesuatu dari umat manusia. Satu-satunya tujuan dari semua yang telah Ia lakukan adalah agar Ia dapat menerima iman dan kasih sejati umat manusia" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). "Tuhan menciptakan umat manusia; terlepas dari apakah mereka telah rusak atau apakah mereka mengikuti-Nya, Tuhan memperlakukan manusia sebagai orang-orang terkasih yang paling disayangi-Nya—atau sebagaimana manusia katakan, sebagai orang-orang kesayangan-Nya—dan bukan sebagai mainan-Nya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). "Dari awal sampai sekarang, hanya manusia yang mampu untuk bercakap-cakap dengan Tuhan. Artinya, di antara semua makhluk hidup dan makhluk ciptaan Tuhan, tak satu pun kecuali manusia yang mampu bercakap-cakap dengan Tuhan. Manusia memiliki telinga yang memampukannya untuk mendengar dan mata yang memampukannya untuk melihat; dia memiliki bahasa dan gagasannya sendiri, serta kehendak bebas. Dia memiliki semua yang dibutuhkan untuk mendengar Tuhan berbicara, dan memahami kehendak Tuhan, serta menerima amanat Tuhan, dan karena itu, Tuhan pun menyampaikan semua keinginan-Nya kepada manusia, ingin menjadikan manusia rekan yang sepikiran dengan-Nya dan yang dapat berjalan bersama dengan-Nya. Sejak Dia mulai mengelola, Tuhan telah menunggu manusia untuk memberikan hatinya kepada-Nya, untuk mengizinkan Tuhan menyucikan dan memperlengkapinya, membuatnya memuaskan Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan, untuk membuatnya menghormati Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan selalu menantikan dan menunggu hasil ini" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"). Di antara baris dan kata dalam perkataan Tuhan terungkap kasih dan kepedulian-Nya bagi manusia, juga harapan dan ekspektasi. Tuhan memperlakukan manusia seperti ibu yang penuh kasih memperlakukan anak-anaknya, dengan sungguh-sungguh mengasihi dan merawat masing-masing dari antara kita. Demi memperoleh sekelompok manusia yang selaras dengan kehendak-Nya, Tuhan telah dua kali berinkarnasi menjadi manusia, menanggung penghinaan yang luar biasa, dan membayar harga termahal demi membawa penebusan dan keselamatan bagi umat manusia. Terlepas dari penentangan, penolakan, kesalahpahaman, dan keluhan yang telah kita tunjukkan kepada Tuhan, Dia terus, dengan toleransi dan kesabaran luar biasa, secara diam-diam melakukan pekerjaan penyelamatan bagi umat manusia. Tuhan telah datang di antara kita untuk mengungkapkan kebenaran, menyirami, membekali, serta memimpin kita, dengan harapan pada suatu hari nanti kita akan dapat memahami maksud baik-Nya dalam menyelamatkan manusia dan kita akan menyerahkan hati kita kepada Tuhan, tunduk pada penghakiman dan hajaran-Nya, membuang watak kita yang rusak, dan berubah menjadi orang-orang yang telah Tuhan selamatkan, yang menghormati Dia dan menjauhi kejahatan. Aku dapat melihat bahwa esensi Tuhan sangat indah dan baik, dan kasih-Nya bagi manusia begitu nyata! Sebaliknya, aku begitu buta dan bodoh, tidak memiliki bahkan sedikit pun pengetahuan tentang Tuhan; apalagi memahami maksud baik-Nya. Aku telah bersikap defensif dan salah paham terhadap Tuhan, tanpa punya hati, aku berulang-kali menolak penyelamatan-Nya, menghindari-Nya dan menjauhkan diriku dari Tuhan seakan-akan Dia adalah musuh, dan tidak memberi apa pun kepada-Nya selain kesakitan dan penderitaan. Namun, Tuhan tidak berfokus pada penentangan, kebodohan, dan ketidaktahuanku, tetapi sebaliknya mengatur lingkungan yang dapat mendidik dan mendisiplinkan diriku. Dia juga mencerahkan dan membimbingku melalui firman-Nya, dan dengan demikian menyingkirkan sikap defensif dan kesalahpahamanku terhadap Dia dan memampukanku menyerahkan hatiku kepada-Nya. Kasih Tuhan membuatku sangat malu, dan aku tidak dapat menahan diriku untuk bersujud menyembah di hadapan-Nya dan berkata, "Tuhan! Aku telah mengklaim diriku beriman kepada-Mu, tetapi aku belum mengenal-Mu sedikit pun. Dalam segala hal, aku telah bersikap defensif dan salah paham terhadap-Mu. Aku benar-benar terlalu khianat; aku telah menyakiti-Mu sepenuhnya dan aku tidak layak untuk datang ke hadapan-Mu. Tuhan! Hari ini, penghakiman dan hajaran-Mu telah membuatku menyadari maksud-Mu membawa keselamatan bagi manusia, dan telah menyingkirkan kesalahpahamanku terhadap-Mu sedikit demi sedikit. Tuhan! Aku tidak mau lagi kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan disempurnakan. Aku hanya ingin mengejar kebenaran dan memenuhi tugasku untuk membalas kasih-Mu!" Setelah selesai berdoa, dalam hatiku, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan, dan sekarang aku punya kerinduan untuk berusaha memuaskan Dia.

Beberapa hari kemudian, para pemimpinku sekali lagi bersekutu denganku mengenai pemilihan yang akan datang dengan harapan aku akan berpartisipasi. Aku tahu bahwa ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk pertobatanku, dan aku ingin melakukan yang terbaik untuk menghargainya, jadi dengan gembira aku katakan "ya" kepada mereka. Beberapa hari setelah aku membalikkan pemahamanku yang salah dan membuang sikap defensifku terhadap Tuhan dan mencalonkan diri dalam pemilihan, saudara-saudariku memilihku untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Pada saat itu, aku merasa begitu terharu, dan mataku berkaca-kaca karena rasa syukurku. Aku tahu di lubuk hatiku bahwa ini adalah kasih Tuhan yang dianugerahkan kepadaku, dan satu-satunya yang ingin kulakukan adalah bekerja keras mengejar kebenaran dan memenuhi tugasku serta menggunakan tindakan nyata untuk membalas kasih Tuhan.

Melihat kembali pengalaman ini, aku tahu bahwa karena pencerahan dan bimbingan dari firman Tuhanlah, aku dapat sedikit demi sedikit menyingkirkan pemahamanku yang salah tentang Tuhan dan menghargai kebesaran dan kemuliaan watak-Nya. Sementara Tuhan sedang melakukan pekerjaan penyelamatan, seberapa pun banyaknya penentangan, kerusakan, atau bahkan penolakan yang terungkap dalam diri kita, sejauh kita memiliki sedikit keinginan untuk berbalik, Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Sebaliknya, Dia akan membawa keselamatan yang maksimal bagi setiap orang dari antara kita. Meskipun firman Tuhan mengandung penghakiman dan penghukuman, Ia selalu memberikan kepada kita kasih dan keselamatan yang sejati; inilah satu-satunya cara kita dapat mencapai kebencian yang lebih mendalam terhadap kerusakan dan kejahatan kita, dan bekerja keras untuk mengejar kebenaran dan mencapai perubahan watak. Firman Tuhan berkata: "Hakikat Tuhan tidak hanya untuk manusia percaya kepada-Nya; terlebih dari itu, untuk manusia mengasihi-Nya. Namun, banyak orang yang percaya kepada Tuhan tidak mampu menemukan 'rahasia' ini. Manusia tidak berani mengasihi Tuhan, mereka juga tidak berusaha untuk mengasihi Dia. Mereka tidak pernah menemukan bahwa ada begitu banyak hal yang patut dicintai tentang Tuhan; mereka tidak pernah mengetahui bahwa Tuhan adalah Tuhan yang mengasihi manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan untuk dikasihi oleh manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya"). Esensi Tuhan itu indah dan baik, dan ada begitu banyak hal untuk dicintai mengenai Dia. Kita perlu untuk benar-benar menghargai dan mewujudkan ini melalui pengalaman. Mulai sekarang, di lingkungan yang telah Tuhan aturkan bagiku, aku ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk mencari kebenaran, berusaha memahami kehendak Tuhan, menemukan bahkan lebih banyak lagi sifat Tuhan yang indah, dan berusaha untuk mengenal Tuhan sehingga aku dapat melepaskan watakku yang rusak sesegera mungkin dan menjadi sesuai dengan Tuhan.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Berubah Melalui Tugasku

Oleh Saudari Jiang Ling, Spanyol Tahun lalu, aku bertugas dalam tim desain grafis, dan aku juga bertanggung jawab menindaklanjuti pekerjaan...