Firman Tuhan Menghilangkan Pembelaan dan Kesalahpahamanku

28 Juni 2022

Oleh Saudari Li Jin, Tiongkok

Pada tahun 2014 ketika aku menjadi pemimpin gereja, aku cukup efektif dalam melaksanakan tugasku, aku cukup berpengalaman, dan merasa telah memahami kebenaran. Ketika menghadapi masalah, aku tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan sering kali bertindak semauku. Pada waktu itu, seseorang melaporkan bahwa para pemimpin dari dua gereja memiliki kemanusiaan yang buruk, suka menindas dan mengekang orang lain. Aku jadi berprasangka dan meyakini apa yang kudengar tanpa memahami situasi sebenarnya secara terperinci. Jadi, aku memberhentikan salah seorang pemimpin yang mampu melakukan pekerjaan nyata, dan hampir melakukan kesalahan dengan mengusir seorang pemimpin lainnya. Ini sangat merugikan pekerjaan kedua gereja itu. Para pemimpin tingkat atas memangkasku dengan keras karena ceroboh dan bertindak semauku dalam melaksanakan tugas, tidak menangani berbagai hal sesuai dengan prinsip kebenaran, dan dengan semena-mena memberhentikan dan mengusir orang. Namun, aku benar-benar tidak mengenal diriku sendiri, dan berusaha membantah dan membenarkan diriku. Lagi pula, siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya? Karena aku tidak menerima kebenaran, sering melanggar prinsip dalam pekerjaanku, ceroboh dan bertindak semauku, serta mengganggu dan menghambat pekerjaan gereja, aku pun diberhentikan oleh para pemimpin tingkat atas. Setelah diberhentikan, pemimpin tingkat atas tidak mengaturku untuk melaksanakan tugas apa pun, dan membiarkanku merenungkan diri. Pada waktu itu, aku tidak memahami maksud Tuhan dan menjadi sangat negatif. Aku merasa selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, aku telah meninggalkan keluarga dan karierku, dan sering melaksanakan tugasku bahkan saat aku sakit. Aku mungkin belum banyak berkontribusi, tetapi aku benar-benar bekerja keras. Diberhentikan saja sudah berat, tetapi mengapa aku bahkan tidak diberi tugas yang lain? Aku hanya melakukan dua kesalahan, jadi bukankah memperlakukanku seperti ini terlalu keras? Terutama saat aku melihat saudara-saudari yang belum pernah menjadi pemimpin masih melaksanakan tugas mereka, sementara aku sebagai mantan pemimpin malah tidak diberi tugas sama sekali, kupikir: "Sepertinya aku tidak mampu menjadi pemimpin. Sebagai pemimpin, kita harus memenuhi standar yang tinggi dan syarat yang ketat. Jika suatu hari kita sedikit ceroboh, hidup kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan bisa berakhir. Bagaimana kita bisa memperoleh kesudahan dan tempat tujuan yang baik? Apa pun yang terjadi, aku tak akan pernah lagi menjadi pemimpin." Selama beberapa tahun berikutnya, aku selalu melakukan pekerjaan tulis-menulis di gereja, dan meskipun ada kesempatan untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin atau pekerja, aku selalu tidak berpartisipasi. Saat itu, aku tidak menyadari masalahku, dan mengira tindakanku itu bijak.

Pada Mei 2020, gereja akan memilih para pemimpin. Hatiku gelisah: "Pekerjaan tulis-menulisku berjalan dengan sangat baik, dan aku tak ingin turut serta dalam pemilihan. Jika aku terpilih untuk menjadi pemimpin, itu akan menjadi hal buruk. Menjadi pemimpin adalah tugas yang sulit dan tanpa pamrih. Pemimpin diharapkan bekerja dengan baik, dan jika pekerjaan gereja tertunda, pemimpinlah yang harus bertanggungjawab. Jadi, benarlah yang dikatakan pepatah bahwa 'Semua orang menuai keuntungan, tetapi hanya satu orang yang disalahkan.' Sebelumnya, ketika menjadi pemimpin, aku melakukan beberapa pelanggaran. Jika melayani lagi sebagai pemimpin lalu melakukan sesuatu yang melanggar prinsip dan menyebabkan kerugian besar terhadap pekerjaan gereja, diberhentikan masih lebih baik. Namun, aku bisa saja mengalami yang terburuk, yaitu diusir, dan kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan." Dengan pemikiran itu, aku mencari-cari alasan dengan berkata kondisi jantungku sedang memburuk belakangan ini, jadi aku tak bisa ikut pemilihan. Saat itu, aku merasa sedikit bersalah. "Bukankah ini berarti aku menghindar ikut pemilihan?" Namun, kupikir aku benar-benar tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, dan kondisi jantungku akhir-akhir ini memang kurang bagus, jadi aku punya alasan untuk tidak ikut pemilihan. Berpikir demikian membantu menghilangkan kegelisahan dan rasa bersalahku. Beberapa waktu kemudian, ketika pemilihan berikutnya diadakan, aku tetap tak ingin berpartisipasi, merasa bahwa menjadi pemimpin itu berbahaya! Ada banyak pekerjaan dan ada banyak masalah yang harus ditangani dan setiap saat aku bisa disingkapkan. Ketika tidak menjadi pemimpin, beberapa saudara dan saudari di sekitarku tampak tidak punya masalah. Namun, begitu menjadi pemimpin, beberapa dari mereka tersingkap sebagai pemimpin palsu dan diberhentikan, sementara beberapa lainnya tersingkap sebagai orang jahat atau antikristus, dan mereka pun diusir atau dikeluarkan. Tampaknya status tersebut memang menyingkapkan diri orang yang sebenarnya! Akhirnya, aku mundur dan tidak mencalonkan diri.

Tak lama setelah sampai di rumah, aku tiba-tiba sakit. Aku menderita diare dan demam, dan obat yang kuminum tidak menolongku. Setelah menderita selama beberapa hari, aku akhirnya sembuh. Namun tangan dan leherku dipenuhi ruam-ruam merah. Kondisiku menjadi makin parah, dan begitu aku mulai berkeringat, aku merasakan sakit yang membakar di sekujur tubuhku. Setelah beberapa hari, aku benar-benar kelelahan karena bergumul dengan penyakitku, dan menyadari bahwa penyakitku bukanlah suatu kebetulan—itu adalah pendisiplinan Tuhan. Namun, aku tidak tahu bagaimana aku harus merenungkan dan mengenal diriku sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan, dan memohon agar Dia menuntunku untuk mengenal diriku sendiri dan memetik pelajaran.

Ketika pemimpinku mengetahui bahwa aku sakit, dia mengingatkanku untuk merenungkan sikapku terhadap pemilihan, dan menemukan satu bagian firman Tuhan mengenai keadaanku: "Dengan natur Iblis dalam dirinya ... begitu orang mendapatkan status, mereka pun berada dalam bahaya. Jadi, apa yang harus mereka lakukan? Apakah mereka tidak memiliki jalan untuk diikuti? Begitu mereka berada dalam situasi berbahaya tersebut, tidak adakah jalan kembali bagi mereka? Katakan kepada-Ku, begitu orang yang rusak mendapatkan status—siapa pun diri mereka—apakah mereka kemudian menjadi antikristus? Apakah ini mutlak? (Jika mereka tidak mengejar kebenaran, mereka akan menjadi antikristus, tetapi jika mereka sungguh-sungguh mengejar kebenaran, mereka tidak akan menjadi antikristus.) Benar sekali: jika orang tidak mengejar kebenaran, mereka pasti akan menjadi antikristus. Dan apakah dalam hal ini semua orang yang menempuh jalan antikristus melakukannya karena status? Tidak, itu terutama karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena mereka bukan orang yang benar. Entah mereka memiliki status atau tidak, orang-orang yang tidak mengejar kebenaran semuanya menempuh jalan antikristus. Sebanyak apa pun khotbah yang telah mereka dengar, orang-orang semacam itu tidak menerima kebenaran, mereka tidak menempuh jalan yang benar, tetapi bertekad untuk menempuh jalan yang jahat. Ini sama dengan cara manusia makan: beberapa orang tidak mengonsumsi makanan yang dapat memelihara tubuh mereka dan mendukung keberadaan yang normal, tetapi sebaliknya, mereka bersikeras mengonsumsi hal-hal yang membahayakan mereka, dan pada akhirnya, mendatangkan masalah bagi diri mereka sendiri. Bukankah ini pilihan mereka sendiri? Setelah disingkirkan, beberapa pemimpin dan pekerja menyebarkan gagasan, berkata, 'Jangan menjadi pemimpin, dan jangan membiarkan dirimu mendapatkan status. Manusia berada dalam bahaya begitu mereka mendapatkan status, dan Tuhan akan menyingkapkan mereka! Begitu disingkapkan, mereka bahkan tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi orang-orang percaya kebanyakan, dan sama sekali tidak akan menerima berkat.' Perkataan macam apa itu? Paling tidak, itu merepresentasikan pemahaman yang salah tentang Tuhan; paling buruk, itu adalah penghujatan terhadap Dia. Jika engkau tidak berjalan di jalan yang benar, tidak mengejar kebenaran, dan tidak mengikuti jalan Tuhan, tetapi sebaliknya, engkau bersikeras menempuh jalan antikristus dan berakhir di jalan Paulus, pada akhirnya akan menemui kesudahan yang sama, akhir yang sama seperti Paulus, masih menyalahkan Tuhan dan menilai Tuhan sebagai Tuhan yang tidak benar, maka bukankah engkau gambaran nyata dari antikristus? Perilaku semacam itu sungguh terkutuk! Jika seseorang tidak memahami kebenaran, mereka akan selalu hidup berdasarkan gagasan dan imajinasinya, sering salah memahami Tuhan, dan merasa tindakan Tuhan bertentangan dengan gagasan mereka sendiri, yang menghasilkan emosi negatif dalam dirinya; ini terjadi karena manusia memiliki watak yang rusak. Mereka mengatakan hal-hal yang negatif dan mengeluh karena iman mereka terlalu kecil, tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah, dan mereka terlalu sedikit memahami kebenaran—yang semuanya dapat dimaafkan, dan tidak diingat oleh Tuhan. Namun, ada orang yang tidak menempuh jalan yang benar, yang secara khusus menempuh jalan yang menipu, menentang, mengkhianati, dan melawan Tuhan. Orang-orang ini akhirnya dihukum dan dikutuk oleh Tuhan, dan jatuh ke dalam kebinasaan dan kehancuran. Bagaimana mereka sampai ke titik ini? Karena mereka tidak pernah merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, karena mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, sembrono, cenderung impulsif dan menantang, serta dengan keras kepala tidak mau bertobat, dan bahkan mengeluh tentang Tuhan setelah mereka disingkapkan dan disingkirkan, dengan mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil. Dapatkah orang semacam itu diselamatkan? (Tidak.) Mereka tidak dapat diselamatkan. Jadi, apakah semua orang yang disingkapkan dan disingkirkan tidak dapat diselamatkan? Tidak bisa dikatakan bahwa mereka sama sekali tidak dapat diselamatkan. Ada orang-orang yang terlalu sedikit memahami kebenaran, dan masih muda serta tidak berpengalaman—yang, begitu mereka menjadi pemimpin atau pekerja dan memiliki status, mereka pun dikendalikan oleh watak mereka yang rusak, dan mengejar status, serta menikmati status ini, dan karena itu secara alami menempuh jalan antikristus. Jika setelah disingkapkan dan dihakimi, mereka mampu merenungkan diri mereka sendiri, dan sungguh-sungguh bertobat, meninggalkan kejahatan seperti penduduk Niniwe, tidak lagi menempuh jalan kejahatan seperti dahulu, maka mereka masih memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Namun, apa syarat mendapatkan kesempatan seperti itu? Mereka harus benar-benar bertobat dan mampu menerima kebenaran. Hanya dengan begitu, barulah mereka masih memiliki sedikit harapan. Jika mereka tidak mampu merenungkan diri mereka sendiri, sama sekali tidak menerima kebenaran, dan tidak berniat untuk sungguh-sungguh bertobat, mereka akan disingkirkan sepenuhnya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagaimana Mengatasi Pencobaan dan Keterikatan Status"). Setelah membaca firman Tuhan, pemimpin mengingatkanku: "Kau selalu mengira bahwa sebagai pemimpin, orang akan mudah untuk disingkapkan, diberhentikan, atau disingkirkan. Apakah sudut pandang seperti itu benar? Tentang apakah orang disingkapkan dan disingkirkan, itu tergantung pada apakah mereka mengejar kebenaran atau tidak, dan jalan apa yang mereka tempuh. Itu tidak ada hubungannya dengan apakah orang itu adalah pemimpin atau bukan. Jika seseorang adalah pemimpin, tetapi dia tidak mengejar kebenaran atau menempuh jalan yang benar, jika mereka berbuat jahat, mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, serta tidak mau bertobat, mereka pasti akan disingkapkan dan disingkirkan. Meskipun beberapa pemimpin menyimpang dalam pelaksanaan tugas mereka dan melakukan pelanggaran, jika mereka mampu menerima kebenaran, merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, serta benar-benar bertobat, gereja akan memberi mereka kesempatan untuk terus melaksanakan tugas. Sekalipun mereka berkualitas rendah dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, mereka akan dipindahkan untuk melaksanakan tugas yang sesuai. Dengan adanya begitu banyak pemimpin di gereja, mengapa beberapa orang makin memahami kebenaran dan makin mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik? Mengapa beberapa orang lainnya berulang kali melakukan kejahatan, tersingkap sebagai pemimpin palsu dan antikristus dan kemudian disingkirkan? Apakah kegagalan mereka ada hubungannya dengan menjadi pemimpin? Gereja telah menyingkirkan banyak orang-orang jahat, banyak di antaranya bukanlah pemimpin. Mereka disingkirkan karena natur mereka yang muak akan kebenaran dan memusuhinya, mereka tidak menempuh jalan yang benar, dan ketika melaksanakan tugas, mereka dengan ceroboh melakukan kesalahan, dan menyebabkan kekacauan dan gangguan. Apakah itu ada hubungannya dengan menjadi pemimpin?"

Setelah mendengarkan persekutuan pemimpin, aku merasa terharu. Dia benar—hanya karena seseorang menjadi pemimpin dan memiliki status bukan berarti orang itu akan disingkapkan dan disingkirkan. Itu terjadi karena setelah orang mendapatkan status mereka tidak menempuh jalan yang benar, dan tidak mengejar kebenaran. Mereka hanya mendambakan keuntungan dari status, berbuat semaunya dan dengan ceroboh melakukan kesalahan, serta menimbulkan gangguan dan kekacauan. Hal itulah yang menjadikan mereka pemimpin palsu dan antikristus yang diberhentikan dan disingkirkan. Aku teringat Saudara Fang Xun, yang diberhentikan beberapa waktu lalu. Sebagai pemimpin, dia selalu pamer, meremehkan dan tidak menganggap penting para saudara yang bekerja bersamanya. Itu membuat mereka merasa terkekang, sehingga mereka tak mampu melaksanakan tugas mereka secara normal. Para pemimpin kerap kali menyampaikan persekutuan mereka kepada Fang Xun. Namun, dia tak pernah berubah, dan itulah sebabnya dia kemudian diberhentikan. Ketika aku diberhentikan dari kedudukanku sebagai pemimpin, itu juga karena aku sering kali bersikap ceroboh dan bertindak semauku. Ketika saudara-saudariku melaporkan para pemimpin yang bermasalah di dua gereja, aku tidak mengikuti prinsip, tidak menyelidikinya dan tidak memverifikasi laporan tersebut. Sebaliknya, aku mengutuk mereka secara membabi buta, dan bahkan memberhentikan yang seorang dan hampir mengusir yang lain. Sebagai akibatnya, aku menyakiti kedua pemimpin itu dan menimbulkan kekacauan di kedua gereja tersebut. Sekarang, saat memikirkannya kembali, segala sesuatu yang kulakukan itu jahat, mengganggu pekerjaan gereja, dan menyakiti saudara-saudariku. Untunglah, kedua kesalahan tersebut ditemukan dan diperbaiki. Jika tidak, akibatnya akan sangat merugikan! Aku sadar bahwa pemberhentianku sebenarnya tidak ada kaitannya dengan memiliki status atau menjadi seorang pemimpin. Aku diberhentikan karena watakku terlalu congkak, ketika menghadapi masalah aku tidak mencari kebenaran, dan aku tidak melakukan hal-hal berdasarkan prinsip. Sebaliknya, aku bertindak sewenang-wenang dan dengan ceroboh melakukan kesalahan, mengganggu pekerjaan gereja. Dan ketika aku dipangkas, aku tidak merenungkan diriku sendiri. Pemberhentianku dilakukan sesuai prinsip, dan menunjukkan kebenaran Tuhan. Namun selama ini, aku tidak mengenal diriku sendiri. Aku selalu bersikap membela diri terhadap Tuhan, salah paham terhadap-Nya, dan mengira disingkapkannya diriku adalah karena aku seorang pemimpin. Aku begitu konyol dan tak masuk akal! Baru sekaranglah aku sadar jika pada waktu itu aku tidak segera diberhentikan dan dicegah untuk berbuat jahat, mengingat watak congkakku, aku mungkin sudah melakukan kejahatan yang jauh lebih besar! Pemberhentianku adalah cara Tuhan untuk melindungiku, dan juga merupakan kesempatan yang baik bagiku untuk merenungkan dan mengenal diriku sendiri. Aku juga teringat Saudari Wang Rui, seseorang yang sebelumnya adalah rekan sekerjaku. Dia juga telah diberhentikan, tetapi setelah kegagalannya, dia mampu merenungkan dirinya, mengenal dirinya sendiri, memetik pelajaran, dan bertobat kepada Tuhan. Beberapa waktu kemudian, ketika dia kembali menjadi pemimpin dia mampu mencari kebenaran dan bekerja berdasarkan prinsip, dan jelas membuat kemajuan. Setelah merenungkan hal-hal ini, aku mengerti bahwa bukan status seseorang yang menyebabkan dirinya disingkapkan dan disingkirkan—orang itu adalah korban dari watak rusaknya sendiri. Jika watak yang rusak tidak diatasi, walaupun seseorang bukan pemimpin dan tidak melakukan kejahatan saat berstatus pemimpin, dia tetap akan disingkirkan karena tidak mengejar kebenaran. Begitu aku memahami hal itu, keadaanku sedikit berubah, tetapi aku masih memiliki sedikit kekhawatiran: "Pemahamanku tentang kebenaran masih dangkal. Gereja menghadapi banyak masalah yang mengharuskan pemimpin mengambil keputusan, dan jika segala sesuatunya tidak ditata dengan baik, pekerjaan gereja akan terganggu dan terhambat, pelanggaran mungkin saja terjadi. Jika orang tidak menjadi pemimpin dan tidak terlibat dalam pekerjaan semacam itu, pekerjaan tersebut tidak akan menyebabkannya melakukan kejahatan ataupun menentang Tuhan. Jadi sebaiknya aku tidak maju dalam pemilihan." Setelah itu, pemimpin menunjukkan bagian lain firman Tuhan: "Aku tidak ingin melihat siapa pun merasa seolah-olah Tuhan telah meninggalkan mereka dalam kedinginan, bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka atau meremehkan mereka. Satu-satunya yang ingin Kulihat adalah bahwa semua orang sedang berada di jalan di mana mereka mengejar kebenaran dan berusaha untuk memahami Tuhan, dengan berani bergerak maju dengan tekad tak tergoyahkan, tanpa beban ataupun keraguan. Tidak peduli apa kesalahan yang telah engkau perbuat, tidak peduli seberapa jauh engkau telah menyimpang, atau seberapa serius engkau telah melanggar, jangan biarkan hal-hal ini menjadi beban atau beban berat yang harus kaubawa bersamamu dalam pengejaranmu untuk memahami Tuhan. Teruslah bergerak maju. Setiap saat, maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia tidak pernah berubah. Inilah bagian paling berharga dari esensi Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Aku sangat terharu membaca firman Tuhan ini. Tuhan tidak akan pernah berhenti menyelamatkan orang karena kegagalan dan pelanggaran sesaat mereka. Sebaliknya, Dia memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Tidak ada yang perlu ditakutkan jika orang melakukan kesalahan dan pelanggaran dalam pelaksanaan tugas mereka. Selama orang dapat berubah, Tuhan akan terus menuntun mereka. Walaupun aku telah melakukan beberapa pelanggaran, gereja tetap memberiku kesempatan untuk merenungkan diriku dan bertobat. Gereja tidak mengutuk atau menyingkirkanku karena pelanggaran tersebut. Akan tetapi, aku tidak merenungkan diriku, tetap membela diri dan salah paham terhadap Tuhan, dan tidak bersedia menjadi pemimpin ataupun pekerja. Aku sangat keras kepala! Setelah menyadarinya, aku menyesal dan merasa bersalah, jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku sangat memberontak. Aku tak mau lagi salah paham, dan bersikap membela diri terhadap-Mu. Sekarang, aku bersedia bertobat. Kumohon bimbinglah aku dan tolonglah aku untuk memperbaiki kesalahanku."

Aku jadi bertanya-tanya mengapa selama ini aku bisa salah paham terhadap Tuhan dan bersikap membela diri terhadap-Nya. Apa sumber masalahnya? Ketika itu, pemimpinku membacakan satu bagian firman Tuhan yang sangat bermanfaat bagiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jika engkau adalah orang yang curang, engkau akan selalu waspada dan curiga terhadap semua orang dan segala hal, dan dengan demikian imanmu kepada-Ku akan dibangun di atas dasar kecurigaan. Aku tidak pernah bisa membenarkan iman seperti ini. Tanpa memiliki iman yang sejati, engkau bahkan lebih tidak memiliki kasih sejati. Dan jika engkau cenderung meragukan Tuhan dan berspekulasi tentang diri-Nya sesuka hatimu, maka tak diragukan lagi, engkau adalah orang yang paling curang di antara manusia. Engkau memikirkan apakah Tuhan dapat menjadi seperti manusia atau tidak: penuh dosa yang tak terampuni, berpikiran picik, tak memiliki kejujuran dan nalar, kurang memiliki rasa keadilan, penuh dengan taktik yang kejam, pengkhianat dan licik, serta senang dengan kejahatan dan kegelapan, dan sebagainya. Bukankah alasan manusia memiliki pemikiran seperti itu karena mereka sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Tuhan? Iman seperti ini adalah sama dengan dosa!" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Firman Tuhan membuatku mengerti bahwa aku bersikap membela diri terhadap Tuhan dan salah paham terhadap-Nya karena naturku yang terlalu licik. Setelah dahulu aku diberhentikan, aku tidak merenungkan diriku tentang jalanku pada waktu itu, yang menyebabkanku mengalami kegagalan, aku juga tidak memetik pelajaran agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebaliknya, aku mengira menjadi pemimpin berarti aku akan dengan mudah disingkapkan dan disingkirkan, jadi gelar "pemimpin"-lah yang menjadikanku korban. Aku bahkan membayangkan Tuhan itu seperti seorang penguasa duniawi yang menghukum mati orang-orang begitu mereka melakukan kesalahan kecil. Jadi, begitu seseorang menyinggung tentang pemilihan, aku gentar dan takut jika aku terpilih menjadi pemimpin, maka kecerobohanku yang paling kecil sekalipun akan membuatku disingkapkan, dan aku pasti tidak akan memiliki tempat tujuan yang baik. Jadi aku mengawasi dengan saksama dan terus membela diri. Aku terus berdalih untuk menghindari situasi itu dan tidak mau ikut pemilihan. Aku begitu licik! Alasan gereja melatih pemimpin dan pekerja adalah memberi mereka kesempatan untuk berlatih, jadi mereka dapat memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan sesegera mungkin. Namun, aku benar-benar mengira Tuhan bermaksud untuk menyingkapkan dan menyingkirkanku. Bukankah ini berarti salah paham dan menghujat Tuhan? Aku percaya kepada Tuhan tetapi selalu memandang Dia melalui sudut pandang orang yang tidak benar, mencurigai-Nya, dan bersikap membela diri terhadap-Nya, yang mengungkapkan watak Iblis dalam diriku. Bukankah kepercayaan kepada Tuhan seperti ini sebenarnya adalah menentang Tuhan?

Belakangan, setelah lebih banyak membaca firman Tuhan, aku memiliki pemahaman yang sedikit lebih baik tentang maksud-Nya. Firman Tuhan katakan: "Terkadang, Tuhan menggunakan masalah tertentu untuk menyingkapkan atau mendisiplinkanmu. Apakah ini berarti engkau telah disingkirkan? Apakah itu berarti segalanya sudah berakhir bagimu? Tidak. ... Sebenarnya, dalam banyak hal, kekhawatiran orang berasal dari kepentingan mereka sendiri. Secara umum, kekhawatiran itu adalah ketakutan bahwa mereka tidak memiliki kesudahan yang baik. Mereka selalu berpikir dalam hati, 'Bagaimana jika Tuhan menyingkapkanku, menyingkirkanku, dan menolakku?' Ini adalah kesalahanmu dalam memahami Tuhan; ini hanyalah pemikiranmu. Engkau harus mencari tahu apa maksud Tuhan. Tuhan menyingkapkan manusia bukanlah untuk menyingkirkan mereka. Orang-orang disingkapkan untuk menyingkapkan kekurangan, kekeliruan, dan esensi dari natur mereka, untuk membuat mereka mengenal diri mereka sendiri, dan mampu sungguh-sungguh bertobat; dengan demikian, menyingkapkan orang adalah untuk membantu mereka agar bertumbuh dalam hidup mereka. Tanpa pemahaman yang murni, orang cenderung salah memahami Tuhan dan menjadi negatif dan lemah. Mereka bahkan mungkin menyerah karena putus asa. Sebenarnya, disingkapkan oleh Tuhan bukan berarti orang itu akan disingkirkan. Itu adalah untuk membantumu menyadari kerusakanmu sendiri, dan membuatmu bertobat. Sering kali, karena orang-orang memberontak, dan tidak mencari kebenaran untuk menemukan penyelesaian ketika kerusakan mereka yang banyak tersingkap, Tuhan harus melakukan pendisiplinan. Dan terkadang, Dia menyingkapkan orang, memperlihatkan keburukan dan keadaan mereka yang menyedihkan, memungkinkan mereka untuk mengenal diri mereka sendiri, yang membantu hidup mereka bertumbuh. Menyingkapkan orang memiliki dua arti yang berbeda: bagi orang jahat, disingkapkan berarti mereka disingkirkan. Bagi orang yang mampu menerima kebenaran, disingkapkan adalah pengingat dan peringatan; itu membuat mereka harus merenungkan diri mereka sendiri untuk melihat keadaan mereka yang sebenarnya, dan tidak lagi suka memberontak dan sembrono, karena terus seperti ini akan berbahaya. Menyingkapkan orang dengan cara ini adalah untuk mengingatkan mereka, agar ketika mereka melaksanakan tugasnya, mereka tidak bingung dan ceroboh, tidak meremehkan tugas, tidak puas hanya dengan sedikit efektif, berpikir bahwa mereka telah melakukan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima—padahal sebenarnya, diukur menurut apa yang Tuhan tuntut, mereka jauh dari standar, tetapi mereka tetap berpuas diri, dan berpikir pekerjaan mereka baik. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan akan mendisiplinkan, memperingatkan, dan mengingatkan manusia. Terkadang, Tuhan menyingkapkan keburukan mereka, yang secara terang-terangan berfungsi sebagai pengingat. Pada saat-saat seperti itu engkau harus merenungkan dirimu, yaitu bahwa melaksanakan tugasmu seperti ini tidaklah memadai, ada pemberontakan yang terlibat di dalamnya, itu mengandung terlalu banyak hal-hal negatif, itu sepenuhnya asal-asalan, dan jika engkau tidak bertobat, engkau akan dihukum. Ketika Tuhan mendisiplinkan dan menyingkapkanmu, ini bukan berarti engkau akan disingkirkan. Masalah ini harus diperlakukan dengan benar. Sekalipun engkau disingkirkan, engkau harus menerimanya dan tunduk akan hal itu, dan segera merenungkan dirimu dan bertobat" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran dan Tunduk Kepada Tuhan Orang Bisa Mencapai Perubahan Watak"). Membaca firman Tuhan membuatku sangat terharu dan merasa sangat malu dan bersalah. Tuhan menyingkapkan, memangkas, dan mendisiplinkan orang agar mereka memahami dirinya sendiri, bertobat dan berubah. Ketika aku dipangkas dan mengalami frustrasi dan kegagalan, aku tidak memahami maksud baik Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Aku terus saja berpegang erat pada kepalsuan dan perkataan setan si Iblis seperti, "Semakin besar mereka, semakin keras mereka jatuh" dan "Berada di atas mendatangkan kesepian." Aku membayangkan menjadi pemimpin di gereja adalah seperti menjadi pejabat di dunia sekuler, dan makin tinggi kedudukan seseorang, makin besar risikonya, dan makin seseorang menjadi pemimpin, makin cepat dia akan disingkapkan dan disingkirkan. Selama beberapa tahun terakhir, aku selalu salah paham terhadap Tuhan dan bersikap membela diri terhadap-Nya, dan hatiku tertutup bagi Tuhan selama ini. Aku berulang kali menolak untuk maju dalam pemilihan. Walaupun aku sedang melaksanakan tugas, aku penuh kekhawatiran, jadi aku tak mampu mengerahkan segenap kemampuanku, dan selalu bersikap setengah hati dalam mengejar kebenaran. Aku terjebak dalam jerat Iblis dan menderita dalam genggaman Iblis dan bahkan tidak menyadari betapa hal itu merusak hidupku. Sekarang aku berada dalam bahaya dan tak boleh lagi salah paham terhadap Tuhan dan melukai hati-Nya. Dalam hatiku, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku ingin bertobat kepada-Mu dan memperlakukan pemilihan dengan benar. Entah aku terpilih atau tidak, aku akan tunduk pada pengaturan-Mu."

Ketika waktu pemilihan tiba, aku masih merasa dilematik: "Kali ini, jika mereka benar-benar memilihku, aku harus menerima jabatan tersebut. Namun, kemampuanku untuk melaksanakan pekerjaan dan kualitasku hanya rata-rata, lalu jika kinerjaku tidak baik, apa yang akan terjadi? Yang terbaik adalah membiarkan orang lain melakukannya. Dengan demikian, aku tidak akan lagi disingkapkan." Dalam dilemaku ini, aku tiba-tiba teringat firman Tuhan: "Ketika umat Tuhan melaksanakan tugas mereka dalam kerajaan dan makhluk ciptaan melaksanakan tugas mereka di hadapan Pencipta, mereka seharusnya melakukannya dengan tenang dan hati yang takut akan Tuhan. Seharusnya mereka tidak gugup, mundur, atau ekstra berhati-hati. Jika engkau tahu bahwa keadaan ini salah dan malah terus-menerus mencemaskannya, bukannya mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, maka engkau justru dikendalikan dan dikekang oleh hal ini dan engkau tidak akan bisa memenuhi tugasmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan mengingatkanku. Selama ini, aku selalu cemas dengan pemilihan, dan pada saat kritis, aku ingin mundur dan kembali menghindar. Sebagai makhluk ciptaan, melaksanakan tugas adalah benar dan pantas—itu adalah suatu kehormatan. Akan tetapi, aku menghindari tanggung jawab, takut, membela diri dan curiga. Itu sangat bodoh dan menyedihkan! Aku harus berpaling kepada Tuhan, menjadi orang yang apa adanya dan jujur, tidak lagi mengkhawatirkan masa depan dan tempat tujuan akhirku, dan menyerahkan hatiku kepada-Nya. Entah terpilih atau tidak, aku tidak bisa lagi lari dan bersembunyi. Jika terpilih, aku harus menerimanya, dan melaksanakan tugasku dengan baik. Ketika aku sepenuhnya berkomitmen pada pola pikir ini, aku merasakan beban berat terangkat dari hatiku, dan aku terbebas dari bebanku.

Kali ini ketika hasil pemilihan keluar, aku dan seorang saudari terpilih. Aku tidak lagi terperosok dalam kesalahpahaman dan sikap membela diri terhadap Tuhan, dan tidak lagi takut disingkirkan jika aku tidak melaksanakan tugasku dengan baik. Sebaliknya, aku ingin menghargai kesempatan ini, melaksanakan tugasku sebaik mungkin, dan membayar utangku kepada Tuhan. Kemudian, aku membaca firman Tuhan "Apakah engkau semua takut menempuh jalan antikristus? (Ya.) Apakah merasa takut saja ada gunanya? Tidak—hanya merasa takut tidak dapat menyelesaikan masalah. Adalah normal untuk merasa takut menempuh jalan antikristus. Itu memperlihatkan bahwa seseorang mencintai kebenaran, seseorang yang mau berjuang ke arah kebenaran dan mau mengejarnya. Jika engkau merasa takut dalam hatimu, engkau harus mencari kebenaran dan menemukan jalan penerapan. Engkau harus memulainya dengan belajar bekerja sama dengan orang lain secara harmonis. Jika ada masalah, selesaikanlah dengan persekutuan dan diskusi sehingga semua orang dapat mengetahui prinsip-prinsipnya, serta alasan spesifik dan rencana tentang bagaimana menyelesaikannya. Bukankah ini menghalangimu agar tidak membuat keputusan sendiri? Selain itu, jika engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, engkau akan secara alami mampu menerima pemeriksaan Tuhan, tetapi, engkau juga harus belajar untuk menerima pengawasan dari umat pilihan Tuhan, yang mengharuskanmu untuk memiliki toleransi dan pikiran terbuka. ... Menerima pengawasan tentu saja diperlukan, tetapi yang terutama engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia, terus-menerus memeriksa dirimu sendiri. Khususnya ketika engkau telah menempuh jalan yang salah atau melakukan sesuatu yang salah, atau ketika engkau hendak bertindak atau memutuskan sesuatu menurut kemauanmu sendiri, dan seseorang di dekatmu memberi tahu dan mengingatkanmu, engkau harus menerimanya dan segera merenungkan dirimu sendiri, serta mengakui kesalahanmu, lalu memperbaikinya. Hal ini dapat mencegahmu agar tidak menempuh jalan antikristus. Jika ada seseorang yang membantu dan mengingatkanmu dengan cara seperti ini, bukankah engkau terlindungi tanpa menyadarinya? Engkau terlindungi—itulah perlindunganmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan menunjukkan prinsip penerapan yang membantu kita untuk tidak menempuh jalan yang salah, yaitu kita harus mencari kebenaran apa pun masalah kita hadapi, membicarakan segala sesuatu dengan saudara-saudari kita, bekerja sama dengan harmonis, dan melakukan tugas kita sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran; jangan bertindak semena-mena berdasarkan watak congkak kita dan jangan mengambil keputusan secara sepihak, dan ketika melaksanakan tugas kita, terimalah pengawasan dari saudara-saudari kita. Jika kita tidak melaksanakan tugas karena kita takut menempuh jalan antikristus dan takut disingkapkan, itu tidak hanya akan membuat kita gagal penyelesaian masalah tetapi juga akan menghancurkan kesempatan kita untuk mendapatkan kebenaran dan diselamatkan. Bukankah hal itu seperti berhenti makan sama sekali karena kita takut tersedak? Setelahnya, aku memetik pelajaran dari kegagalanku sebelumnya, dan ketika melaksanakan tugasku, aku memiliki sikap yang jauh lebih benar. Jika aku menghadapi masalah, aku mampu secara sadar membicarakannya dengan semua orang, bekerja sama dengan harmonis, dan mencari prinsip kebenaran bersama-sama. Setelah beberapa waktu, aku melihat tuntunan Tuhan dan melaksanakan tugasku secara efektif.

Pengalaman ini memaksaku untuk merenungkan diriku dan mengenali watak rusakku sendiri, yang memungkinkanku memahami maksud Tuhan, menyingkirkan kesalahpahamanku tentang Tuhan dan sikapku yang membela diri terhadap-Nya, serta melaksanakan tugasku dengan tenang. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Berkat Terselubung dari Penyakit

Oleh Saudari Xiao Lan, Tiongkok Pada tahun 2014, Partai Komunis mulai memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dengan Kasus Zhaoyuan pada 28...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh