Firman Tuhan Menghilangkan Pembelaan dan Kesalahpahamanku

28 Juni 2022

Oleh Saudari Li Jin, Tiongkok

Pada 2014, ketika menjadi pemimpin gereja, aku agak efektif dalam tugasku dan berpengalaman, jadi kurasa seperti aku mengerti kebenaran. Ketika sesuatu terjadi, aku sering tak mencari prinsip kebenaran, tapi bertindak arbitrer. Saat itu, beberapa orang melaporkan bahwa para pemimpin dua gereja berkemanusiaan buruk, menekan, dan membatasi orang lain. Aku mendengarkan, memercayai laporan, dan tanpa menyelidiki fakta, kuberhentikan salah satu pemimpin yang bisa melakukan kerja nyata, dan hampir secara keliru memecat salah satu pemimpin lainnya, yang secara serius memengaruhi pekerjaan kedua gereja. Atasanku dengan keras menanganiku karena bertugas secara sewenang-wenang, tak bertindak menurut prinsip kebenaran, dan memberhentikan serta mengusir orang sesuka hati. Namun, aku tak banyak mengenal diriku, tetap berdebat dan membenarkan diriku, kupikir semua orang membuat kesalahan dalam tugas mereka. Karena aku tak menerima kebenaran, sering melakukan hal-hal yang menentang prinsip, bertindak arbitrer, dan pekerjaanku tak berefek nyata, aku diberhentikan oleh atasanku. Setelah diberhentikan, mereka tak mengatur tugas apa pun untukku, tapi menyuruhku melakukan perenungan spiritual di rumah. Saat itu, aku tak mengerti kehendak Tuhan, dan aku sangat negatif. Kupikir, aku telah percaya Tuhan bertahun-tahun, kutinggalkan keluargaku, kuhentikan pekerjaanku, dan sering lakukan tugasku meski sakit. Meski tak mendapatkan upah, setidaknya aku telah bekerja keras. Diberhentikan sudah cukup buruk, tapi sekarang diberi tahu aku tak dapat melakukan tugas sama sekali. Aku hanya membuat dua kesalahan, jadi kupikir ditangani seperti ini terlalu keras, terutama ketika kulihat orang lain yang bukan pemimpin dan pekerja masih bertugas, sedangkan aku yang pernah menjadi pemimpin tak bertugas sama sekali. Kupikir, "Sepertinya aku tak bisa menjadi pemimpin. Ada standar tinggi dan persyaratan ketat untuk menjadi pemimpin. Jika kau sedikit ceroboh, kehidupan kepercayaanmu kepada Tuhan bisa berakhir. Jika kau bahkan tak bisa menjadi pelaku pelayanan, bagaimana bisa punya akhir dan tempat tujuan? Nantinya, aku tak akan menjadi pemimpin lagi, apa pun yang terjadi." Bertahun-tahun setelah itu, aku selalu melakukan pekerjaan tekstual di gereja. Meski ada peluang untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin atau pekerja, aku selalu menghindar ambil bagian. Aku tak menyadari masalahku saat itu. Kupikir melakukan hal-hal begini adalah bijaksana.

Pada Mei 2020, saudara-saudariku merekomendasikanku untuk mencalonkan diri. Konflik mencengkeram pikiranku. Aku melakukan pekerjaan tekstual dengan baik, dan tak ingin mengambil bagian dalam pemilihan. Jika aku terpilih sebagai pemimpin, itu akan menjadi berita buruk. Menjadi pemimpin itu sulit, pekerjaan tanpa pamrih, pikirku. Melakukannya dengan baik itu wajib, dan jika terjadi kesalahan, pemimpin selalu bertanggung jawab. Ungkapan "Setiap orang menuai keuntungan tetapi hanya satu orang yang menanggung kesalahan" cocok. Sebelumnya, ketika menjadi pemimpin, aku melanggar. Jika menjabat lagi sebagai pemimpin dan melakukan sesuatu yang menentang prinsip, menyebabkan kerusakan besar pada pekerjaan rumah Tuhan, paling-paling, aku akan diberhentikan, dan paling buruk, dipecat, setelah itu aku akan kehilangan kesempatan untuk selamat. Memikirkan ini, kubilang kondisi hatiku memburuk akhir-akhir ini, jadi aku tak bisa ikut pemilihan. Saat itu, aku merasa agak bersalah. Bukankah aku menghindari pemilihan? Namun, kemudian kupikir aku sungguh tak cocok menjadi pemimpin, dan hatiku sangat tidak nyaman akhir-akhir ini, jadi aku punya alasan untuk menolak. Dengan pemikiran ini, sedikit kegelisahan dan rasa bersalah yang kurasakan menghilang. Sebulan kemudian, pemimpin mengatakan dalam sebuah surat bahwa saudara-saudari mencalonkanku lagi. Setelah membacanya, aku mulai berpikir, "Mengapa mereka merekomendasikanku sebagai calon? Menjadi pemimpin itu berbahaya! Banyak pekerjaan dan banyak masalah, dan aku bisa disingkap kapan saja. Beberapa orang di sekitarku tampaknya tak bermasalah ketika mereka bukan pemimpin, tetapi begitu menjadi pemimpin, mereka disingkap sebagai pemimpin palsu dan diberhentikan, sementara yang lain terbukti jahat atau antikristus dan dipecat. Tampaknya status memang bisa menyingkapkan orang." Jadi, kuputuskan untuk tak ikut pemilihan. Namun, pemimpin mengatakan aku harus tiba pada waktu yang ditentukan, jadi kupergi dengan enggan. Selama beberapa hari pertemuan itu, aku tidak banyak bicara. Ketika tiba saatnya untuk memilih, aku bergumul lama. Akhirnya, kuberi tahu semua orang, "Aku abstain. Aku tak akan memilih atau mencalonkan diri."

Tak lama sesampai di rumah, sakitku kambuh lagi. Aku mengalami diare dan demam, dan minum obat tak menolong. Setelah beberapa hari, kondisiku akhirnya membaik, setelah itu lengan dan leherku menjadi berbintik-bintik merah. Itu menjadi makin serius, begitu mulai berkeringat, kurasakan sakit yang menyengat di sekujur tubuh. Setelah beberapa hari, aku benar-benar kelelahan karena penyakit ini. Kusadari bahwa penyakit ini bukanlah suatu kebetulan, itu disiplin Tuhan, tapi aku tak tahu bagaimana merenungkan diri. Aku berdoa memohon kepada Tuhan untuk membimbingku dalam mengenal diriku dan memetik pelajaran.

Kemudian, saat pemimpinku tahu bahwa aku menderita sakit, dia mengingatkanku untuk merenungkan sikapku terhadap pemilihan, dan menemukan bagian dari firman Tuhan tentang keadaanku. "Karena memiliki natur Iblis ... begitu orang mendapatkan status, mereka pun berada dalam bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan? Apakah mereka tidak memiliki jalan untuk diikuti? Apakah kenyataan ini tak bisa diubah? Katakan kepada-Ku, pada saat orang yang rusak mendapatkan status—siapa pun diri mereka—apakah mereka kemudian menjadi antikristus? Apakah ini mutlak? (Jika mereka tidak mengejar kebenaran, mereka akan menjadi antikristus, tetapi jika mereka sungguh-sungguh mengejar kebenaran, mereka tidak akan menjadi antikristus.) Benar sekali: jika orang tidak mengejar kebenaran, mereka pasti akan menjadi antikristus. Dan apakah dalam hal ini semua orang yang menempuh jalan antikristus melakukannya karena status? Tidak, itu terutama karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena mereka bukan orang yang benar. Entah mereka memiliki status atau tidak, orang-orang yang tidak mengejar kebenaran semuanya menempuh jalan antikristus. Sebanyak apa pun khotbah yang telah mereka dengar, orang-orang semacam itu tidak menerima kebenaran, mereka tidak menempuh jalan yang benar, dan dengan demikian pasti menempuh jalan yang jahat. Ini sama dengan cara manusia makan: beberapa orang tidak mengonsumsi makanan yang dapat memelihara tubuh mereka dan mendukung keberadaan yang normal, tetapi sebaliknya, mereka bersikeras mengonsumsi hal-hal yang membahayakan mereka, dan pada akhirnya, mendatangkan masalah bagi diri mereka sendiri. Bukankah ini pilihan mereka sendiri? Setelah disingkirkan beberapa pemimpin dan pekerja menyebarkan gagasan, berkata, 'Jangan menjadi pemimpin, dan jangan membiarkan dirimu mendapatkan status. Manusia berada dalam bahaya begitu mereka mendapatkan status, dan Tuhan akan menyingkapkan mereka! Begitu disingkapkan, mereka bahkan tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi orang-orang percaya kebanyakan, dan sama sekali tidak akan menerima berkat.' Perkataan macam apa itu? Paling banter, itu merepresentasikan pemahaman yang salah tentang Tuhan; paling buruk, itu adalah penghujatan terhadap Dia. Jika engkau tidak berjalan di jalan yang benar, tidak mengejar kebenaran, dan tidak mengikuti jalan Tuhan, tetapi sebaliknya, engkau bersikeras menempuh jalan antikristus dan berakhir di jalan Paulus, pada akhirnya akan menemui kesudahan yang sama, akhir yang sama seperti Paulus, masih menyalahkan Tuhan dan menilai Tuhan sebagai Tuhan yang tidak benar, maka bukankah engkau gambaran nyata dari antikristus? Perilaku semacam itu sungguh terkutuk! Jika orang tidak memahami kebenaran, mereka akan selalu hidup berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka, sering salah memahami Tuhan, dan merasa tindakan Tuhan bertentangan dengan gagasan mereka sendiri, yang menghasilkan emosi negatif dalam diri mereka; ini terjadi karena orang memiliki watak yang rusak. Mereka mengatakan hal-hal yang negatif dan mengeluh karena iman mereka terlalu kecil, tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah, dan mereka terlalu sedikit memahami kebenaran—yang semuanya dapat dimaafkan, dan tidak diingat oleh Tuhan. Namun, ada orang yang tidak menempuh jalan yang benar, yang secara khusus menempuh jalan yang menipu, menentang, mengkhianati, dan melawan Tuhan. Orang-orang ini akhirnya dihukum dan dikutuk oleh Tuhan, dan jatuh ke dalam kebinasaan dan kehancuran. Bagaimana mereka sampai ke titik ini? Karena mereka tidak pernah merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, karena mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, serta sembrono dan degil, dan dengan keras kepala tidak mau bertobat, dan mengeluh tentang Tuhan setelah mereka disingkapkan dan disingkirkan, dengan mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil. Dapatkah orang semacam itu diselamatkan? (Tidak.) Mereka tidak dapat diselamatkan. Jadi, apakah semua orang yang disingkirkan tidak dapat diselamatkan? Tidak bisa dikatakan bahwa mereka sama sekali tidak dapat diselamatkan. Ada orang-orang yang terlalu sedikit memahami kebenaran, dan masih muda serta tidak berpengalaman—yang, begitu mereka menjadi pemimpin atau pekerja dan memiliki status, mereka pun dikendalikan oleh watak mereka yang rusak, dan mengejar status, serta menikmati status ini, dan karena itu secara alami menempuh jalan antikristus. Jika setelah disingkapkan dan dihakimi, mereka mampu merenungkan diri mereka sendiri, dan sungguh-sungguh bertobat, meninggalkan kejahatan seperti penduduk Niniwe, tidak lagi menempuh jalan kejahatan seperti dahulu, maka mereka masih memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Namun, apa syarat mendapatkan kesempatan seperti itu? Setelah disingkapkan dan diidentifikasi, mereka sungguh-sungguh bertobat, mampu menerima kebenaran—yang berarti mereka masih memiliki sedikit harapan. Jika mereka tidak mampu merenungkan diri mereka sendiri, dan tidak berniat untuk sungguh-sungguh bertobat, mereka akan disingkirkan sepenuhnya" ("Untuk Menyelesaikan Watak Rusak Seseorang, Dia Harus Memiliki Jalan Penerapan yang Spesifik" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, pemimpinku mengingatkanku, "Kau selalu merasa bahwa sebagai pemimpin, mudah untuk disingkapkan, diganti, atau diusir. Benarkah pandangan ini? Apakah orang akhirnya disingkapkan dan diusir tergantung pada apa mereka mengejar kebenaran dan jalan apa yang mereka ambil. Tak jadi masalah apakah mereka pemimpin. Jika orang tak mengejar kebenaran atau menempuh jalan yang benar sebagai pemimpin, jika mereka berbuat jahat, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, dan tak mau bertobat, mereka pasti akan disingkapkan dan diusir. Namun, bagi sebagian orang, meski mereka melakukan kesalahan dalam tugas dan melakukan pelanggaran, jika mereka dapat menerima kebenaran, merenungkan diri, dan memiliki pertobatan nyata, Rumah Tuhan akan memberi mereka kesempatan. Meski berkualitas buruk dan tak cocok menjadi pemimpin, mereka akan dipindahkan ke tugas yang sesuai, dan tak akan diberhentikan atau diusir begitu saja. Dari semua pemimpin di rumah Tuhan, mengapa beberapa orang makin memahami kebenaran dan makin baik dalam tugas? Mengapa beberapa orang melakukan hal-hal jahat, lalu disingkapkan sebagai pemimpin palsu dan antikristus dan diusir? Apa kegagalan mereka berhubungan dengan menjadi pemimpin? Juga, rumah Tuhan telah menyingkap dan mengusir banyak pelaku kejahatan, banyak dari mereka bukan pemimpin. Mereka diusir karena mereka membenci kebenaran, tak menempuh jalan yang benar, merajalela dalam tugas, dan menyebabkan gangguan dan kekacauan. Apa ini ada hubungannya dengan menjadi pemimpin?"

Pada saat itu, aku sedikit tergerak oleh ini. "Benar, tak semua pemimpin yang disingkap dan diusir begitu mereka punya status. Itu terjadi karena setelah mendapat status, mereka tak menempuh jalan yang benar, tak mengejar kebenaran, hanya mendambakan manfaat status, bertindak sewenang-wenang, merajalela, dan menimbulkan gangguan dan kekacauan. Ini yang menjadikan mereka pemimpin palsu dan antikristus yang disingkap dan diusir." Kuterpikir Saudara Wu, yang diberhentikan beberapa waktu lalu. Sebagai pemimpin, dia selalu congkak, selalu pamer, meremehkan, dan mengucilkan mitranya dalam segala hal, menyebabkan mereka merasa terkekang dan tak mampu bertugas secara normal. Pemimpinnya bersekutu dengannya berkali-kali, tapi dia tak pernah berubah, dan baru diberhentikan setelah itu. Kurenungkan tahun-tahun sebelumnya sebagai pemimpin. Aku sering bertindak arbitrer. Ketika saudara-saudariku melaporkan dua pemimpin, aku tak selidiki dan memverifikasi sesuai prinsip. Justru, aku serta-merta mengutuk, bahkan memberhentikan dan memecat mereka. Akibatnya, aku merugikan kedua pemimpin dan mengacaukan gereja. Memikirkannya sekarang, kutahu semua yang kulakukan itu jahat. Aku merusak pekerjaan rumah Tuhan dan kesempatan orang untuk diselamatkan. Untungnya, keputusanku yang tak adil dan salah ditemukan dan dibatalkan. Kalau tidak, konsekuensinya akan mengerikan. Aku menyadari pemberhentianku sebenarnya tak berhubungan dengan status atau menjadi pemimpin. Itu karena watakku terlalu congkak, aku tak mencari kebenaran, bertindak arbitrer dan tak pandang bulu, mengganggu pekerjaan gereja, dan ketika dipangkas dan ditangani, aku tak merenungkan diri atau bertobat. Inilah sebabnya aku diberhentikan. Ini sejalan dengan prinsip, dan juga merupakan keadilan Tuhan. Namun, aku tak mengenal diriku, dan hidup dalam keadaan salah paham dan waspada terhadap Tuhan. Kupikir aku disingkapkan karena aku seorang pemimpin, bahwa tuntutan rumah Tuhan terlalu tinggi, dan aku dipecat hanya karena dua kesalahan. Aku sangat absurd dan tak masuk akal! Aku baru sadar sekarang jika aku tak diberhentikan tepat waktu dan dihentikan pada jalurku, mengingat watak congkakku, aku akan melakukan kejahatan yang jauh lebih besar. Pemberhentianku adalah perlindungan Tuhan untukku, dan kesempatan baik untuk merenungkan diriku sendiri. Kuterpikir Saudari Wang, yang sebelumnya adalah mitraku. Dia telah diberhentikan, tapi setelah gagal, dia dapat merenungkan diri, memetik pelajaran, dan bertobat kepada Tuhan. Kemudian, ketika dia menjadi pemimpin lagi, dia bisa mencari prinsip kebenaran saat bertindak, dan membuat kemajuan nyata. Setelah memikirkan hal ini, aku mengerti bahwa orang diusir bukan karena punya status. Mereka melakukannya untuk diri sendiri dengan watak rusaknya. Jika watak rusak kita tidak diselesaikan, meski bukan pemimpin dan tak melakukan kejahatan dari posisi pemimpin, kita tetap akan diusir karena tak mengejar kebenaran.

Begitu menyadari ini, keadaanku mulai berubah, tapi aku masih punya kekhawatiran, "Pemahamanku tentang kebenaran masih dangkal, dan pemimpin perlu memutuskan banyak hal. Jika pengaturanku yang tak sesuai mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, aku mungkin melakukan pelanggaran. Jika bukan pemimpin, dan tak berhubungan dengan pekerjaan seperti itu, aku tak akan berbuat jahat atau melawan Tuhan karena hal ini. Aku tetap pikir sebaiknya tak terlibat dalam pemilihan." Pada saat ini, kubaca bagian dari firman Tuhan, "Aku tidak ingin melihat siapa pun merasa seolah-olah Tuhan telah meninggalkan mereka dalam kedinginan, bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka atau berpaling dari mereka. Satu-satunya yang ingin Kulihat adalah bahwa semua orang sedang berada di jalan di mana mereka mengejar kebenaran dan berusaha untuk memahami Tuhan, dengan berani bergerak maju dengan tekad tak tergoyahkan, tanpa beban ataupun keraguan. Tidak peduli apa kesalahan yang telah engkau perbuat, tidak peduli seberapa jauh engkau telah menyimpang, atau seberapa serius engkau telah melanggar, jangan biarkan hal-hal ini menjadi beban atau beban berat yang harus kaubawa bersamamu dalam pengejaranmu untuk memahami Tuhan. Teruslah bergerak maju. Setiap saat, Tuhan mengenggam keselamatan manusia di hati-Nya; ini tidak pernah berubah. Inilah bagian paling berharga dari esensi Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Aku sangat tersentuh oleh firman Tuhan. Tuhan tak menyerah untuk menyelamatkan orang dari kegagalan dan pelanggaran sementara. Justru, Dia memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Melakukan kesalahan dan melanggar dalam tugas bukanlah hal yang menakutkan. Selama orang bisa berubah, Tuhan terus membimbing mereka. Kuteringat meski aku melakukan beberapa pelanggaran, Tuhan tak meninggalkanku. Dia hanya menegur dan mendisiplinkanku, lalu menggunakan orang untuk mengungkap dan menanganiku, menyingkirkanku dari peran kepemimpinan, dan membuatku merenungkan diri. Namun, aku hidup dalam keadaan waspada dan salah paham tentang Tuhan, dan aku tak mau menjadi pemimpin atau pekerja, jadi Tuhan menggunakan orang lain untuk bersekutu denganku berkali-kali dan menungguku berubah. Sejak awal, Tuhan sudah sabar dan toleran denganku, Dia memberiku cukup waktu dan kesempatan, berharap aku akan menerima kebenaran dan bertobat. Kupikir, Dia mengutuk dan mengusirku karena satu pelanggaran, tetapi Dia tidak begitu. Ketika menyadari ini, aku merasa menyesal dan bersalah, jadi kuberdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Aku terlalu memberontak. Aku tak ingin lagi salah paham dan waspada terhadap-Mu. Sekarang, aku ingin bertobat. Bimbinglah aku untuk dapat mengubah keadaanku yang salah."

Setelah itu, kupikir kenapa aku telah salah paham dan waspada terhadap Tuhan. Apa akar penyebabnya? Pada saat ini, pemimpin mengirimiku bagian firman Tuhan yang sangat membantuku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jika engkau adalah orang yang curang, engkau akan selalu waspada dan curiga terhadap semua orang dan segala hal, dan dengan demikian imanmu kepada-Ku akan dibangun di atas dasar kecurigaan. Aku tidak pernah bisa membenarkan iman seperti ini. Tanpa memiliki iman yang sejati, engkau bahkan lebih tidak memiliki kasih sejati. Dan jika engkau cenderung meragukan Tuhan dan berspekulasi tentang diri-Nya sesuka hatimu, maka tak diragukan lagi, engkau adalah orang yang paling curang di antara manusia. Engkau memikirkan apakah Tuhan dapat menjadi seperti manusia atau tidak: penuh dosa yang tak terampuni, berpikiran picik, tak memliki kejujuran dan nalar, kurang memiliki rasa keadilan, penuh dengan taktik yang kejam, pengkhianat dan licik, serta senang dengan kejahatan dan kegelapan, dan sebagainya. Bukankah alasan manusia memiliki pemikiran seperti itu karena mereka sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Tuhan? Iman seperti ini adalah sama dengan dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Firman Tuhan menyadarkanku aku salah paham dan waspada terhadap Tuhan karena naturku terlalu curang. Setelah diberhentikan, aku tak memikirkan jalan menuju kegagalan yang kuambil atau memetik pelajaran agar tidak mengulangi kesalahanku. Sebaliknya, kupikir menjadi pemimpin berarti aku akan mudah disingkap dan diusir. Kupikir gelar "pemimpin" telah merugikanku. Aku bahkan membayangkan Tuhan seperti penguasa duniawi yang akan menghukum mati orang karena melakukan kesalahan, jadi aku takut memikirkan pemilihan. Aku takut jika terpilih sebagai pemimpin, aku akan disingkap dan kehilangan akhirku, jadi aku selalu waspada dan defensif di hadirat Tuhan. Kuanggap pemuliaan Tuhan atas diriku sebagai kejahatan, dan membuat alasan demi alasan untuk menghindari dan menolak pencalonan. Aku sangat curang! Rumah Tuhan melatih pemimpin dan pekerja untuk memberi mereka kesempatan penerapan, agar mereka dapat memahami kebenaran dan memikul amanat Tuhan. Namun, kupikir Tuhan bermaksud menyingkap dan mengusirku. Aku salah paham dan menghujat Tuhan! Aku percaya Tuhan, tapi selalu melihat segala hal dari sudut pandang orang yang tak benar, ragu, dan waspada terhadap Tuhan. Yang kuungkapkan dalam hal ini adalah watak jahat dan keji. Bukankah kepercayaan seperti ini melawan Tuhan?

Kemudian, setelah membaca firman Tuhan, aku makin memahami kehendak Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Terkadang, Tuhan menggunakan masalah tertentu untuk menyingkapkan atau mendisiplinkanmu. Apakah ini berarti engkau telah disingkirkan? Apakah itu berarti akhirmu telah tiba? Tidak. ... Sebenarnya, dalam banyak hal, kekhawatiran orang berasal dari kepentingan mereka sendiri. Secara umum, kekhawatiran itu adalah ketakutan bahwa mereka tidak akan mendapatkan hasil. Mereka selalu berpikir dalam hati, 'Bagaimana jika Tuhan menyingkapkanku, menyingkirkanku, dan menolakku?' Ini adalah kesalahanmu dalam memahami Tuhan; ini hanyalah pemikiranmu. Engkau harus mencari tahu apa maksud Tuhan. Tuhan menyingkapkan manusia bukanlah untuk menyingkirkan mereka. Orang-orang disingkapkan untuk menyingkapkan kekurangan, kekeliruan, dan esensi dari natur mereka, untuk membuat mereka mengenal diri mereka sendiri, dan mampu sungguh-sungguh bertobat; dengan demikian, disingkapkan adalah untuk membantu hidup orang bertumbuh. Tanpa pemahaman yang murni, orang cenderung salah memahami Tuhan dan menjadi negatif dan lemah. Mereka bahkan mungkin menyerah karena putus asa. Sebenarnya, disingkapkan oleh Tuhan bukan berarti orang itu akan disingkirkan. Itu adalah untuk memberimu pemahaman, dan membuatmu bertobat. Sering kali, karena orang-orang memberontak, dan tidak mencari kebenaran untuk menemukan penyelesaian ketika kerusakan mereka yang banyak tersingkap, Tuhan harus melakukan pendisiplinan. Dan terkadang, Dia menyingkapkan orang, memperlihatkan keburukan dan keadaan mereka yang menyedihkan, memungkinkan mereka untuk mengenal diri mereka sendiri, yang membantu hidup mereka bertumbuh. Menyingkapkan orang memiliki dua arti yang berbeda: bagi orang jahat, disingkapkan berarti mereka disingkirkan. Bagi orang yang mampu menerima kebenaran, disingkapkan adalah pengingat dan peringatan; itu membuat mereka harus merenungkan diri mereka sendiri untuk melihat keadaan mereka yang sebenarnya, dan tidak lagi suka memberontak dan sembrono, karena terus seperti ini akan berbahaya. Menyingkapkan orang dengan cara ini adalah untuk mengingatkan mereka, agar ketika mereka melaksanakan tugasnya, mereka tidak bingung dan ceroboh, tidak meremehkan tugas, tidak puas hanya dengan sedikit efektif, berpikir bahwa mereka telah melakukan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima—padahal sebenarnya, diukur menurut apa yang Tuhan tuntut, mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi mereka tetap sombong dan berpuas diri, dan berpikir pekerjaan mereka baik. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan akan mendisiplinkan, memperingatkan, dan mengingatkan manusia. Terkadang, Tuhan menyingkapkan keburukan mereka—yang secara terang-terangan berfungsi sebagai pengingat. Pada saat-saat seperti itu engkau harus merenungkan dirimu sendiri: melaksanakan tugasmu seperti ini tidak memadai, ada pemberontakan yang terlibat di dalamnya, itu mengandung terlalu banyak hal-hal negatif, itu sepenuhnya asal-asalan, dan jika engkau tidak bertobat, engkau akan dihukum. Ketika Tuhan mendisiplinkan dan menyingkapkanmu, ini bukan berarti engkau akan disingkirkan. Masalah ini harus diperlakukan dengan benar" ("Hanya dengan Melakukan Firman Tuhan Bisa Terjadi Perubahan Watak" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku sangat tersentuh saat membaca firman Tuhan. Aku juga merasa malu dan bersalah. Tuhan menyingkap, menangani, dan mendisiplinkan orang agar kita bisa mengenal diri, bertobat, dan berubah. Tuhan dengan tulus berusaha menyelamatkanku, tapi ketika pemangkasan, penanganan, dan kegagalan menimpaku, aku tak mengerti niat baik Tuhan. Aku bersikeras berpaut kepada kesalahan dan kebohongan Iblis seperti "Semakin besar mereka, semakin keras mereka jatuh" dan "Berada di atas mendatangkan kesepian." Kupikir menjadi pemimpin di rumah Tuhan seperti menjadi pejabat duniawi, dan makin tinggi posisiku, makin tinggi risikoku disingkap dan diusir. Selama bertahun-tahun, ketika aku salah paham dan waspada terhadap Tuhan, hatiku tetap tertutup bagi Tuhan. Aku berulang kali menolak amanat dan lingkungan Tuhan untukku, menghindari pemilihan, dan tetap sangat berhati-hati serta cemas dalam tugasku, tak bisa memberikan segalanya dan sepenuhnya menyerahkan hatiku kepada Tuhan, dan selalu bersikap suam-suam kuku terhadap kebenaran, seperti orang tidak percaya. Aku terjebak dalam jerat Iblis, dilukai oleh Iblis, dan bahkan tak tahu kerusakan besar yang ia lakukan terhadap hidupku. Sekarang, aku berada di ambang bahaya, jadi aku tak boleh lagi salah paham dan menyakiti Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hati, "Tuhan, aku ingin bertobat kepada-Mu dan memperlakukan pemilihan dengan benar. Terpilih atau tidak, aku akan tunduk kepada pengaturan-Mu."

Saat pemilihan, aku masih mengalami konflik, "Jika mereka benar-benar memilihku, aku harus terima dan taat, tapi seperti kata pepatah, 'Dibutuhkan palu yang kuat untuk menempa besi,' kemampuan dan kualitasku terbatas, jadi sebaiknya biarkan orang lain melakukannya. Dengan begitu, aku tak perlu lagi disingkap." Dalam dilemaku, tiba-tiba kuteringat firman Tuhan, "Ketika umat Tuhan melaksanakan tugas mereka di Kerajaan, dan makhluk ciptaan Tuhan melaksanakan tugas mereka di hadapan Sang Pencipta, mereka harus memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan melaksanakannya dengan tenang, serta tidak boleh menjadi pengecut, penakut, dan malu: apakah melaksanakan tugas itu hal yang memalukan?" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Firman Tuhan langsung menyadarkanku. Ya, pada saat kritis, aku ingin mundur dan melarikan diri. Aku selalu khawatir dengan pemilihan. Di mana keberanian dan martabatku? Aku sama pengecut dan pemalu seperti yang Tuhan katakan! Benar dan pantaslah bagi makhluk ciptaan untuk melakukan tugas mereka; itu terhormat. Namun, aku mundur dan bersembunyi dalam kepengecutan yang memalukan. Itu sangat bodoh dan menyedihkan! Aku harus menghadap Tuhan, menjadi orang sederhana dan jujur, berhenti mengkhawatirkan akhir dan tempat tujuanku, dan memberikan hatiku kepada-Nya. Terpilih atau tidak, aku harus bersikap taat kepada Tuhan, dan jika terpilih, aku harus terima, taat, dan laksanakan tugasku dengan baik. Setelah berpikir seperti ini, aku merasakan beban besar terangkat dari hatiku, dan aku merasa lega.

Ketika hasilnya keluar, aku dan saudari lainnya terpilih. Kali ini, aku tidak lagi bersikap defensif dan salah paham, dan tidak lagi takut diusir jika aku tak melakukan tugasku dengan baik. Sebaliknya, aku bersedia menghargai kesempatan itu dan melakukan tugasku dengan sebaik mungkin untuk menebus pelanggaran masa laluku. Kemudian, kubaca bagian lain dari firman Tuhan, "Apakah engkau semua takut menempuh jalan antikristus? (Ya.) Apakah merasa takut saja ada gunanya? Tidak—hanya merasa takut tidak dapat menyelesaikan masalah. Adalah normal untuk merasa takut. Jika orang merasa takut dalam hatinya, itu memperlihatkan bahwa dia mencintai kebenaran, seseorang yang mau berjuang ke arah kebenaran dan mau mengejarnya. Jika engkau merasa takut dalam hatimu, engkau harus mencari kebenaran dan menemukan jalan penerapan. Engkau harus memulainya dengan belajar bekerja sama dengan orang lain secara harmonis. Jika ada masalah, selesaikanlah dengan persekutuan dan diskusi sehingga semua orang dapat mengetahui prinsip-prinsipnya, serta alasan spesifik dan rencana tentang bagaimana menyelesaikannya. Bukankah ini menghalangimu agar tidak bertindak sewenang-wenang dan sepihak? Selain itu, engkau harus belajar mengizinkan kelompok mengawasi dan membantumu. Ini membutuhkan toleransi dan pikiran yang terbuka. ... Menerima pengawasan tentu saja diperlukan, tetapi yang terutama engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia, terus-menerus merenungkan dirimu sendiri. Khususnya ketika engkau telah menempuh jalan yang salah atau melakukan sesuatu yang salah, atau ketika engkau hendak mengambil tindakan yang sewenang-wenang dan sepihak, dan seseorang di dekatmu memberitahu dan mengingatkanmu, engkau harus menerimanya dan segera merenungkan dirimu sendiri, dan mengakui kesalahanmu, lalu memperbaikinya. Ini dapat menghindarkanmu menempuh jalan antikristus. Jika ada seseorang yang membantu dan mengingatkanmu dengan cara ini, bukankah engkau sedang dilindungi tanpa menyadarinya? Ya—itulah perlindungan terhadap dirimu" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan prinsip penerapan untuk menghindari jalan yang salah, yaitu mencari kebenaran, apa pun yang terjadi, mendiskusikan hal-hal dengan saudara-saudari, bekerja sama secara harmonis, melakukan tugas dengan prinsip kebenaran, tak bertindak arbitrer karena watak congkak, tak menuntut keputusan akhir, tapi menerima pengawasan saudara-saudari dalam tugas kita. Jika takut mengambil jalan antikristus dan disingkap, sehingga gagal melakukan tugas, kau tak akan memecahkan masalah, dan akan merusak kesempatan untuk mendapatkan kebenaran dan diselamatkan. Ini seperti membuat dirimu kelaparan karena takut tersedak. Kemudian, kupetik pelajaran dari kegagalanku sebelumnya, dan bersikap jauh lebih benar dalam tugasku. Aku secara sadar membahas segala hal dengan semua orang dan dapat bekerja dengan baik bersama mereka. Kami mencari prinsip kebenaran bersama. Beberapa waktu berlalu, kulihat bimbingan Tuhan, dan tugasku membuahkan hasil.

Melalui pengalaman ini, kulihat bahwa Tuhan tak mengusirku karena pelanggaranku, Dia juga tak meninggalkanku karena waspada terhadap-Nya. Sebaliknya, Dia mengatur orang, masalah, dan hal untuk mendorongku datang ke hadapan-Nya dan merenungkan watak rusakku, agar aku mampu memahami kehendak Tuhan, berhenti salah paham tentang Dia, dan dengan puas melakukan tugasku. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Hanya Kasih Tuhan yang Benar

Oleh Saudara Xiaodong, Provinsi Sichuan Tuhan berfirman, "Bangsa Tiongkok, yang dirusak selama ribuan tahun, telah bertahan sampai hari...

Tinggalkan Balasan