Menjadi Saksi untuk Tuhan Sesungguhnya Adalah Melaksanakan Kewajiban

28 Juni 2022

Oleh Saudari Xin Rui, Korea

Akhir-akhir ini, aku menonton video kesaksian pengalaman para petobat baru dan sangat tersentuh. Meski baru percaya dua atau tiga tahun, mereka sudah bisa berbagi pengalaman dan kesaksian. Aku merasa sangat malu, dan mulai merenung, kenapa aku yang sudah percaya bertahun-tahun tetap tak bisa bersaksi untuk Tuhan. Kemudian aku menemukan firman Tuhan yang begitu indah: "Apa yang telah engkau semua alami dan saksikan melebihi yang telah dialami dan disaksikan para orang kudus dan nabi dari segala zaman, tetapi apakah engkau semua mampu memberikan kesaksian yang lebih besar daripada perkataan para orang kudus dan nabi pada masa yang lampau itu? Yang sekarang ini Kukaruniakan kepadamu melebihi yang Kukaruniakan kepada Musa dan Daud, jadi demikian juga Aku meminta agar kesaksianmu melebihi kesaksian Musa dan agar perkataanmu lebih hebat dari perkataan Daud. Aku memberimu seratus kali lipat—jadi demikian juga Aku memintamu mengembalikannya kepada-Ku sebanyak itu. Engkau harus tahu bahwa Akulah yang mengaruniakan hidup kepada umat manusia, dan engkau semualah yang menerima hidup itu dari-Ku dan harus memberikan kesaksian tentang-Ku. Inilah tugasmu yang Kuembankan kepadamu dan yang harus engkau semua lakukan bagi-Ku. Aku telah mengaruniakan seluruh kemuliaan-Ku kepadamu, Aku telah mengaruniakan kepadamu hidup yang tidak pernah diterima oleh umat pilihan, yaitu umat Israel. Sudah sepatutnya, engkau semua harus menjadi kesaksian bagi-Ku dan mengabdikan masa mudamu kepada-Ku serta menyerahkan hidupmu. Siapa pun yang menerima kemuliaan-Ku haruslah menjadi saksi-Ku dan menyerahkan hidup mereka bagi-Ku. Ini telah sejak lama ditentukan dari semula oleh-Ku. Engkau semua sungguh beruntung karena Aku mengaruniakan kemuliaan-Ku kepadamu, dan tugasmu adalah bersaksi tentang kemuliaan-Ku. Jika engkau semua percaya kepada-Ku hanya untuk mendapatkan berkat, maka pekerjaan-Ku tidak akan terlalu bermakna, dan engkau semua tidak akan memenuhi tugasmu. ... Apa yang telah engkau semua terima bukan hanya kebenaran-Ku, jalan-Ku, dan hidup-Ku, melainkan juga penglihatan dan wahyu yang lebih hebat daripada penglihatan dan wahyu Yohanes. Engkau semua memahami jauh lebih banyak misteri dan juga telah melihat wajah asli-Ku; engkau semua telah menerima lebih banyak penghakiman-Ku dan mengetahui lebih banyak tentang watak benar-Ku. Jadi, meskipun engkau semua dilahirkan pada akhir zaman, pemahamanmu adalah pemahaman mereka yang lahir sebelumnya dan di masa yang lampau, dan engkau juga telah mengalami hal-hal dari zaman sekarang, dan semua ini dilakukan oleh-Ku secara pribadi. Apa yang Kuminta darimu tidaklah berlebihan, karena Aku telah memberimu begitu banyak, dan engkau semua telah melihat banyak hal dalam diri-Ku. Oleh karena itu, Aku memintamu untuk memberikan kesaksian tentang-Ku bagi orang-orang kudus di masa yang lampau, dan inilah satu-satunya keinginan hati-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa sangat senang, tetapi juga sedikit bersalah. Senang karena aku beruntung bisa mengalami pekerjaan Tuhan dan menikmati perbekalan dari firman Tuhan, tapi merasa bersalah karena telah percaya Tuhan bertahun-tahun dan menikmati kasih karunia Tuhan, namun aku belum punya kesaksian akan Tuhan. Aku berpikir bahwa pada akhir zaman, Tuhan telah memberi kita kebenaran secara cuma-cuma, namun karena kita tidak mengejar kebenaran dan pemahaman kita amatlah lemah, Tuhan bersekutu dengan kita dalam semua aspek kebenaran secara mendetil, memberi kita contoh dan perumpamaan, dan menjelaskannya dari dasar untuk memastikan kita mengerti. Tujuan Tuhan adalah watak kita yang rusak, dan mengungkap firman untuk menghakimi dan menyingkap kita, juga mengingatkan, menasihati, mendorong dan menenangkan kita. Tuhan telah mencurahkan begitu banyak upaya dan membayar begitu mahal untuk kita, dan Dia melakukannya karena Dia ingin kita mengerti kebenaran dan mengenal Dia, membuang watak kita yang rusak dan sungguh-sungguh bertobat serta berubah. Inilah kesaksian yang diinginkan Tuhan. 30 tahun berlalu sejak Dia memulai pekerjaan-Nya. Dia telah melakukan begitu banyak pekerjaan dan menyampaikan kebenaran, dan Dia ingin melihat kesaksian dalam diri kita. Meskipun tidak mendalam, Dia terima jika memang benar. Tuhan berharap kita bisa membagikan pengalaman dan pengetahuan kita akan pekerjaan-Nya, dan menulis artikel kesaksian karena inilah buah dari pekerjaan Tuhan dan perwujudan upaya Tuhan. Tuhan teristimewa menghargai kesaksian seperti ini. Kesaksian seperti itu yang paling menyenangkan dan menghibur Tuhan. Lalu aku terpikir akan diriku sendiri. Meski telah menerima banyak dari Tuhan, aku tidak berani memikirkan aspek kebenaran mana yang aku pahami dan kenyataan akan kebenaran mana yang telah aku masuki, karena aku hanya memahami firman Tuhan dari doktrin, tapi tidak secara serius merenungkan atau mengalaminya. Jadi, mengenai bersaksi untuk Tuhan dan menulis artikel kesaksian, aku merasa tertekan dan malu, dan sangatlah sedikit upayaku dalam hal ini. Bila memikirkan bertahun-tahun aku percaya tapi masih tidak bisa menuliskan pengalamanku, dan tidak punya kesaksian, aku sangat sedih.

Pernah seorang saudari bertanya apakah aku mau latihan menulis kesaksian pengalaman. Waktu itu aku bersedia, tapi tidak pernah menulis apa pun. Kadang aku menulis sedikit lalu kutangguhkan, dan tidak pernah menyelesaikannya. Sebenarnya pekerjaanku tidaklah banyak, tapi aku merasa sangat sibuk hingga tidak punya waktu untuk menulis. Maka hari demi hari, kutangguhkan perihal menulis artikel. Kemudian, aku membuat jadwal menulis, tapi bila waktunya tiba, aku tetap saja sibuk dengan banyak hal, sampai tak bisa tenang menulis. Aku menemukan berbagai sebab dan alasan. Kadang aku berkata aku kurang pendidikan atau kurang berkualitas, jadi tak bisa menulis dengan baik. Kali lain aku berkata aku terlalu sibuk dan tak punya waktu, aku kerjakan nanti saja. Kadang aku merasa menulis artikel tidak teramat penting, dan yang paling penting adalah mengerjakan tugas harianku, karena jika itu kutunda, aku akan dipangkas dan ditangani, atau paling parah diberhentikan. Tak ada yang mengusik aku karena tidak menulis. Bila kupikir-pikir, aku kurang menganggap serius hal menulis artikel, dan tidak menghargai menulis artikel kesaksian sebagai bagian penting dari kewajibanku. Mengenai menulis kesaksian, aku terperangkap dalam keadaan yang keras kepala dan memberontak.

Suatu hari aku membaca firman Tuhan dan pandanganku sedikit berubah. Firman Tuhan katakan: "Sekarang apakah engkau benar-benar tahu mengapa engkau percaya kepada-Ku? Apakah engkau benar-benar mengetahui tujuan dan makna penting pekerjaan-Ku? Apakah engkau benar-benar mengetahui tugasmu? Apakah engkau benar-benar mengetahui kesaksian-Ku? Jika engkau sekadar percaya kepada-Ku, tetapi tidak terdapat baik kemuliaan-Ku maupun kesaksian-Ku dalam dirimu, berarti Aku sudah lama menyingkirkanmu. Adapun orang-orang yang sok tahu itu, mereka bahkan terlebih lagi adalah duri di mata-Ku, dan di rumah-Ku, mereka tidak lebih dari rintangan di jalan-Ku, mereka adalah lalang yang harus seluruhnya ditampi dalam pekerjaan-Ku, mereka tidak berguna, mereka tidak berharga, dan Aku sudah lama membenci mereka. Murka-Ku sering kali menimpa semua orang yang tidak lagi memiliki kesaksian, dan tongkat-Ku tidak pernah meninggalkan mereka. Aku sudah lama menyerahkan mereka ke tangan si jahat; mereka tidak lagi memiliki berkat-berkat-Ku. Ketika saatnya tiba, hajaran terhadap mereka akan lebih mengerikan daripada hajaran terhadap para gadis bodoh itu. Sekarang, Aku hanya melakukan pekerjaan yang sudah menjadi tugas-Ku; Aku akan mengikat seluruh gandum itu menjadi berkas-berkas, bersama dengan semua lalang itu. Inilah pekerjaan-Ku sekarang. Lalang-lalang ini akan ditampi pada waktu penampian-Ku, lalu bulir-bulir gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung, dan lalang-lalang yang telah ditampi itu akan ditempatkan di dalam api untuk dibakar sampai menjadi debu. Pekerjaan-Ku sekarang hanyalah mengikat semua manusia menjadi berkas-berkas; yaitu, untuk sepenuhnya menaklukkan mereka. Lalu, Aku akan mulai menampi untuk menyingkapkan kesudahan semua manusia. Jadi, engkau harus tahu bagaimana engkau seharusnya memuaskan-Ku sekarang, dan bagaimana engkau harus menapaki jalur yang benar dalam imanmu kepada-Ku. Yang Kuinginkan adalah kesetiaan dan ketaatanmu sekarang, kasih dan kesaksianmu sekarang. Sekalipun pada saat ini engkau tidak tahu apa arti kesaksian atau apa arti kasih, engkau harus membawa segenap dirimu kepada-Ku dan menyerahkan kepada-Ku satu-satunya harta yang kaumiliki: kesetiaan dan ketaatanmu. Engkau harus tahu bahwa kesaksian mengenai kalahnya Iblis oleh-Ku terletak dalam kesetiaan dan ketaatan manusia, begitu juga kesaksian mengenai tuntasnya penaklukkan-Ku terhadap manusia. Tugas dalam imanmu kepada-Ku adalah memberikan kesaksian tentang-Ku, setia kepada-Ku dan bukan kepada yang lain, dan taat sampai akhir" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). Firman Tuhan jelas-jelas mengatakan bahwa orang yang percaya Tuhan harus bersaksi untuk Tuhan dan ini kewajiban setiap orang. Bila orang yang percaya Tuhan tidak bisa bersaksi, maka mereka menjadi obyek kebencian Tuhan. Terutama dalam firman Tuhan yang ini, "Jika engkau sekadar percaya kepada-Ku, tetapi tidak terdapat baik kemuliaan-Ku maupun kesaksian-Ku dalam dirimu, berarti Aku sudah lama menyingkirkanmu." "Adapun orang-orang yang sok tahu itu, mereka bahkan terlebih lagi adalah duri di mata-Ku, dan di rumah-Ku, mereka tidak lebih dari rintangan di jalan-Ku, mereka adalah lalang yang harus seluruhnya ditampi dalam pekerjaan-Ku." "Murka-Ku sering kali menimpa semua orang yang tidak lagi memiliki kesaksian, dan tongkat-Ku tidak pernah meninggalkan mereka. Aku sudah lama menyerahkan mereka ke tangan si jahat; mereka tidak lagi memiliki berkat-berkat-Ku. Ketika saatnya tiba, hajaran terhadap mereka akan lebih mengerikan daripada hajaran terhadap para gadis bodoh itu." Firman Tuhan membuatku merasa dihakimi, dan aku merasakan murka Tuhan. Setelah percaya Tuhan sekian tahun dan mengikuti Tuhan hingga saat ini, setelah membaca begitu banyak firman Tuhan, mendengarkan banyak kothbah dan persekutuan, mengalami pemangkasan, penanganan, kemunduran dan kegagalan, dan mengalami pencerahan, bimbingan, dan pendisiplinan Roh Kudus, aku masih tetap tidak bisa bersaksi untuk Tuhan. Aku punya pengalaman dan pengetahuan, tapi aku tak mau berusaha menulis. Aku habiskan waktu seharian mengurus hal-hal eksternal, tapi aku tidak fokus mencari kebenaran untuk mengubah watakku yang rusak, dan aku tidak berusaha berkembang dalam kebenaran. Dari pengalaman, aku memperoleh sedikit pengetahuan dan pencerahan tapi kadang sepihak, tak sama dan tidak spesifik. Aku tidak merenung dan mencari pencerahan agar bisa mendapat pemahaman yang sesungguhnya, dan seiring waktu, apa yang kuperoleh hilang, yang juga memadamkan pencerahan Roh Kudus. Aku teringat waktu dulu aku berlatih menyirami para petobat baru. Aku bahkan tidak bisa bersekutu dengan baik tentang kebenaran kesaksian akan pekerjaan Tuhan. Hal-hal yang kubagikan relatif dangkal, dan aku tak bisa memahami poin-poin utamanya. Kemudian, waktu aku memberitakan Injil, aku juga tidak bisa memahami poin-poin utama untuk menganalisis pemahaman agama atau kekeliruan antikristus dengan jelas atau meyakinkan. Dalam segala aspek kebenaran, aku hanya separuh paham, dan tidak bisa bersekutu dengan baik. Selama persekutuan tentang masalah jalan masuk kehidupan dalam pertemuan, seringnya aku meyakinkan orang dengan ucapan klise yang dangkal, atau aku tawarkan teori kosong dan pemahaman yang dangkal. Aku tak bisa memecahkan masalah dari akarnya, dan kesaksianku akan Tuhan tidaklah efektif. Pemahamanku akan aspek kebenaran pada dasarnya hampa. Kebanyakan persekutuanku hanyalah tulisan dan doktrin, bukan kenyataan kebenaran. Aku melihat diriku percaya kepada Tuhan tapi tak bisa bersaksi akan Tuhan. Aku hanya sedikit berusaha dan bekerja, tapi aku tidak benar-benar menerima penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan, aku juga tidak punya kesaksian tentang pemahaman akan kebenaran dan perubahan watak hidupku. Aku berpikir akan perkataan Tuhan bahwa orang seperti itu adalah duri di mata-Nya, batu sandungan, dan ilalang yang akan Dia cabuti. Murka Tuhan atas orang-orang seperti itu tak pernah pudar. Pikiran-pikiran ini membuatku menderita. Bertahun-tahun percaya kepada Tuhan tapi aku tidak belajar apa-apa. Aku merasa tak berguna, sangat memalukan, dan aku tak berarti di hadapan Tuhan. Tuhan teramat benci orang seperti itu, tidak menoleransi, dan marah kepada mereka. Sekalipun orang seperti itu menjalankan kewajibannya, tapi karena mereka tidak mengejar kebenaran dan tak bisa bersaksi akan Tuhan, mereka tak bisa menerima pekerjaan Roh Kudus, Dan pada akhirnya, tidak bisa diselamatkan oleh Tuhan. Melihat sikap Tuhan terhadap orang seperti itu, pemikiranku terbukti salah besar. Dulu kupikir kalau aku mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadaku, tidak berbuat jahat, tidak melakukan kesalahan besar dalam tugasku, tidak melakukan pelanggaran serius, dan kalau aku tidak diberhentikan, pokoknya aku diselamatkan, dan aku punya harapan akan penyelamatan. Kini aku melihat hal itu tidak sejalan dengan tuntutan Tuhan. Hal itu hanya pemikiran dan khayalanku. Percaya kepada Tuhan tidak semata bekerja keras menjalankan tugas, tunduk pada peraturan, dan tidak melakukan kejahatan besar. Jika kita percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tapi masih tidak bisa bersaksi, pada akhirnya kita akan disisihkan. Aku teringat firman Tuhan, "Jika tiba suatu hari di mana engkau tidak mampu memberikan kesaksian tentang semua yang telah engkau lihat sekarang ini, engkau telah kehilangan fungsi sebagai makhluk ciptaan, dan keberadaanmu tidak akan ada artinya sama sekali. Engkau tidak akan layak menjadi manusia. Bahkan dapat dikatakan bahwa engkau tidak akan menjadi manusia! Aku telah melakukan pekerjaan yang tak terhitung banyaknya di dalam dirimu, tetapi karena saat ini engkau tidak belajar apa pun, tidak menyadari apa pun, tidak efektif dalam pekerjaanmu, ketika tiba waktunya bagi-Ku untuk memperluas pekerjaan-Ku, engkau hanya akan menatap dengan tatapan kosong, lidah kelu, dan sama sekali tidak berguna. Bukankah itu akan menjadikanmu orang berdosa untuk selamanya? Bila saat itu tiba, bukankah engkau akan merasakan penyesalan terdalam?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Bagaimanakah Pemahamanmu tentang Tuhan?"). Firman Tuhan membuatku malu sekaligus khawatir. Aku merasa aku tak boleh terus seperti itu. Kemudian, aku mulai fokus menulis artikel kesaksian.

Saat aku sungguh mau menulis, masih ada halangan dalam pikiranku. Awalnya, aku tak bisa meluruskan pengalamanku, dan tak tahu mau mulai dari mana, ditambah ada tugas lain yang lebih mendesak, jadi aku kerjakan hal-hal yang lain. Setelahnya, aku memakai alasan bahwa kualitasku kurang. Kupikir, orang lain bisa menulis artikel kesaksian dalam waktu setengah hari, tapi aku tidak bisa tanpa lingkungan yang tenang dan waktu yang cukup, jadi aku berhenti menulis lagi. Setelah itu aku mulai bertanya-tanya tentang hal ini. Kenapa aku begitu pasif dalam menulis artikel kesaksian? Aku sudah setuju untuk menulis, tapi tidak berbuat apa-apa. Suatu hari, aku membaca firman Tuhan dan mendapat pemahaman akan diriku sendiri. Tuhan berfirman: "Bagaimana engkau mampu mengetahui dan mengenali watak Iblis? Orang harus menilainya dari hal-hal yang Iblis suka lakukan, dan dari metode serta tipu muslihat yang Iblis gunakan untuk melakukan segala sesuatu. Iblis tidak pernah menyukai hal-hal positif, dia menyukai kejahatan, dan selalu menganggap dirinya kompeten dan mampu mengendalikan segalanya. Inilah natur congkak Iblis. Itulah sebabnya Iblis dengan gegabah menyangkal, menentang, dan melawan Tuhan. Iblis adalah representasi dan sumber dari semua hal negatif dan semua hal yang jahat. Untuk mampu melihat masalah ini dengan jelas berarti harus memiliki pemahaman tentang watak-watak Iblis. Tidaklah mudah bagi manusia untuk menerima kebenaran dan menerapkan kebenaran karena mereka semua memiliki watak Iblis, dan mereka semua dikendalikan dan dibelenggu oleh watak Iblis dalam diri mereka. Sebagai contoh, beberapa orang menyadari bahwa menjadi orang yang jujur itu baik, dan mereka menjadi iri ketika melihat orang lain mampu bersikap jujur, mengatakan yang sebenarnya, dan berbicara dengan hati yang terbuka, tetapi jika engkau meminta mereka untuk menjadi orang yang jujur, mereka merasa itu sulit. Bukankah ini adalah watak Iblis? Mereka mengatakan hal-hal yang kedengarannya bagus, tetapi mereka tidak menerapkannya. Ini disebut muak akan kebenaran. Orang yang muak akan kebenaran mengalami kesulitan menerima kebenaran dan tidak memiliki cara untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Keadaan orang yang muak akan kebenaran yang paling jelas terlihat adalah mereka tidak tertarik akan hal-hal positif, dan mereka terutama suka mengikuti tren duniawi. Hati mereka tidak menerima hal-hal yang Tuhan kasihi dan apa yang Tuhan tuntut untuk manusia lakukan. Sebaliknya, mereka bersikap meremehkan dan acuh tak acuh, dan beberapa orang bahkan sering kali membenci standar dan prinsip yang Tuhan tuntut dari orang-orang. Mereka merasa jijik akan hal-hal positif, dan mereka selalu merasakan penentangan, konfrontasi, dan penghinaan terhadap hal-hal positif. Inilah perwujudan utama kemuakan mereka terhadap kebenaran. Dalam kehidupan bergereja, membaca firman Tuhan, berdoa, mempersekutukan kebenaran, melaksanakan tugas, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, semuanya itu adalah hal-hal yang positif. Ini jelas, tetapi ada orang yang merasa jijik akan hal-hal positif ini, tidak memedulikannya, dan bersikap acuh tak acuh terhadapnya. Yang paling patut dibenci adalah bahwa mereka mengambil sikap yang menghina terhadap orang-orang positif, seperti orang yang jujur, orang yang mengejar kebenaran, orang yang melaksanakan tugasnya dengan setia, dan orang yang melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Mereka selalu berusaha menyerang dan mengucilkan orang-orang ini. Jika mereka mendapati bahwa orang-orang ini memiliki kekurangan atau menyingkapkan kerusakan, mereka tak melakukan apa pun selain membuat keributan besar dan bersikap meremehkan. Watak macam apa ini? Mengapa mereka sangat membenci orang yang positif? Mengapa mereka begitu menyukai dan menyetujui orang-orang jahat, orang-orang tidak percaya, dan antikristus, dan mengapa mereka sering bersekongkol dengan orang-orang semacam itu? Jika menyangkut hal-hal yang negatif dan jahat, mereka merasakan kegirangan dan kegembiraan, tetapi jika menyangkut hal-hal yang positif, ketika mereka mendengar persekutuan tentang kebenaran atau melihat kebenaran digunakan untuk menyelesaikan masalah, mereka menentang, menjadi tidak puas, dan mengutarakan keluhan mereka. Bukankah ini watak yang muak terhadap kebenaran? Bukankah ini menyingkapkan watak yang rusak? Ada banyak orang yang percaya kepada Tuhan yang suka bekerja untuk Tuhan dan menyibukkan dirinya dengan penuh semangat; mereka memiliki tenaga yang tak ada habisnya untuk mengucapkan omong kosong dan melakukan perbuatan yang sembrono, serta pamer. Namun, ketika mereka diminta untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, mereka tak bertenaga. Jika diminta untuk tidak pamer, mereka merasa tidak memiliki status, dan tenaga mereka yang dahsyat itu tidak terlihat. Semua orang mencari kepentingannya sendiri. Ketika mereka baru percaya kepada Tuhan, mereka semua menginginkan mahkota dan upah, dan mereka semua rela menderita apa pun. Mengapa mereka melakukan hal ini? Semua itu demi berkat, dan bahasa kasarnya, itu demi masuk ke dalam kerajaan surga. Tanpa manfaat yang diperoleh, orang kehilangan motivasi, menjadi tertekan, dan tidak bersemangat. Semua hal ini disebabkan oleh watak rusak yang muak akan kebenaran. Ketika dikendalikan oleh watak ini, orang sering kali tidak memiliki arah dan tidak tahu jalan mana yang harus dipilih. Mereka sering tersesat dan selalu menempuh jalan yang salah. Jika orang tidak mengenali watak mereka yang muak akan kebenaran, mereka tak akan mampu menerima kebenaran, dan terlebih lagi, tak akan mampu mencapai perubahan. Mereka masih mengikuti daging dan watak rusak Iblis dalam diri mereka. Yang berarti mereka masih mengikuti Iblis, semua yang mereka lakukan adalah untuk melayani Iblis, dan mereka adalah hamba Iblis" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Sebelumnya, aku tidak berusaha keras menulis artikel, dan aku hanya merasa sedikit bersalah tentang hal itu. Aku tak berpikir bahwa itu masalah besar. Hanya melalui pengungkapan firman Tuhan aku mengerti bahwa hal itu adalah menolak kebenaran, semacam watak iblis. Menulis artikel membutuhkan pengalaman dan pengetahuan, dan butuh waktu berpikir. Kita harus menenangkan diri, merenungkan firman Tuhan, mencari kebenaran, dan merenungkan diri. Tetapi menangani urusan eksternal, hal-hal yang sesuai dengan keahlian kita, itu mudah. Itu sebabnya, ketika diminta untuk mencari kebenaran, merenungkan firman Tuhan, dan menulis artikel, aku menolak dan dalam hati menentang. Aku tahu bahwa Tuhan telah banyak bersekutu tentang cara untuk bersaksi akan Dia, dan saudara-saudariku semua berlatih menulis kesaksian pengalaman, tapi aku masa bodoh, bahkan membuat-buat alasan untuk menghindarinya. Aku melihat bahwa aku sangat keras kepala. Aku menolak dan membenci hal-hal yang menyangkut kebenaran, dan enggan bekerja keras. Mengenai hal-hal eksternal, pekerjaan yang tidak melibatkan intisari kebenaran, aku sungguh antusias dan bersedia mengerjakan. Ini benar-benar watak iblis yaitu jenuh akan kebenaran. Sebenarnya, proses membuat artikel adalah proses mencari kebenaran. Mencari kebenaran untuk memecahkan masalah bisa mengungkap sikap seseorang terhadap kebenaran. Meskipun bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan, bisa meninggalkan segalanya dan berkorban demi memenuhi tugasku, dan aku bisa membicarakan banyak surat dan doktrin, aku tidak tertarik akan kebenaran dan tidak merindukan atau menghargainya, ataupun memiliki kepatuhan yang tulus kepada Tuhan. Aku masih hidup dengan watak iblisku dan memusuhi Tuhan. Begitu aku merenung, aku sadar bahwa masalahku serius. Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, watak hidupku tidak berubah sama sekali. Tidak ada perubahan sejati akan sikapku terhadap Tuhan dan kebenaran. Aku masih milik Iblis, membenci kebenaran dan menentang Tuhan. Jika ini berlanjut, tak penting berapa lama aku percaya atau berapa besar usahaku, aku tak akan pernah memahami kebenaran atau memperbaiki watakku yang rusak. Sekalipun aku percaya hingga akhir, aku tidak akan diselamatkan seutuhnya. Saat itu, aku merasa sedikit takut, jadi aku berdoa kepada Tuhan untuk bertobat. "Tuhan, aku tidak mengasihi kebenaran, aku muak akan kebenaran. Aku hanya suka menghabiskan tenaga dan bekerja melakukan tugasku. Kini aku mengerti betapa menyedihkannya aku dalam keyakinanku. Aku tak mau terus seperti ini. Aku mau berbalik kepada-Mu, dan bekerja keras mengejar kebenaran."

Kemudian, menanggapi keluhanku karena kurang berpendidikan dan kurang berkualitas, seorang saudari mengirimkan sepenggal firman Tuhan yang menurutku sangat membantu. Tuhan berfirman: "Mengalami penghakiman dan hajaran Tuhan memberikan keuntungan baru dan pengalaman nyata—jadi engkau harus memberikan kesaksian tentang Tuhan. Ketika memberikan kesaksian tentang Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus memberikan kesaksian tentang Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami. Dahulu, engkau semua adalah orang-orang yang paling menentang Tuhan dan paling enggan untuk tunduk kepada-Nya, tetapi sekarang engkau telah ditaklukkan oleh firman-Nya—jangan pernah melupakan hal itu. Engkau harus merenungkan dan memikirkan tentang perkara-perkara ini lebih lanjut. Setelah orang memahami perkara-perkara ini dengan jelas, mereka akan tahu bagaimana memberikan kesaksian; jika tidak, mereka akan cenderung melakukan tindakan yang memalukan dan tidak bernalar, yang berarti tidak memberikan kesaksian tentang Tuhan, melainkan mempermalukan Tuhan. Tanpa pengalaman nyata dan pemahaman akan kebenaran, tidaklah mungkin memberikan kesaksian tentang Tuhan; orang-orang yang imannya kepada Tuhan kacau dan bingung tidak akan pernah mampu memberikan kesaksian tentang Tuhan" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti. Kesaksian sejati akan Tuhan adalah untuk membuktikan firman dan pekerjaan Tuhan, mempersekutukan pengalamanmu tentang penghakiman, hukuman, pencobaan, dan pemurnian firman Tuhan, mempersekutukan kerusakan yang kau tunjukkan, dan membagikan pengetahuan yang kau dapat tentang dirimu sendiri melalui apa yang diungkapkan lewat firman Tuhan, dan caramu menemukan jalan masuk, agar orang lain dapat melihat watak benar Tuhan dan mengetahui pekerjaan Tuhan serta kasih Tuhan. Bersaksi akan Tuhan tak melihat seberapa cakap seseorang dalam membicarakan teori-teori yang hebat. Yang penting adalah kita bisa berbicara secara jujur dan tulus. Begitu aku menyadarinya, hatiku sedikit lebih cerah. Sama halnya dengan menulis kesaksian. Tingkat pendidikan atau gaya menulis kita tidaklah penting. Kuncinya adalah apakah kita bisa mengorbankan upaya untuk mengejar kebenaran, apakah kita mencari kebenaran untuk memperbaiki kerusakan dan masalah kita, apakah kita mengalami penghakiman Tuhan, menganalisis dan mengenali diri sendiri berdasarkan firman Tuhan, melihat jelas inti permasalahannya, dan sungguh bertobat serta berubah. Ketika kita diperlengkapi dengan hal-hal ini, artikel yang kita tulis akan bagus. Tak ada hubungannya dengan tingkat pendidikan kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah menulis hal-hal praktis tersebut dalam bahasa kehidupan sehari-hari. Kita hanya perlu menulis apa yang kita pikirkan dan pahami. Jika kita menulis pemahaman dan perasaan kita yang murni dengan kata-kata sendiri, apa pun yang bisa bermanfaat bagi orang lain, maka kita punya kesaksian. Dulu, aku selalu berpikir pendidikanku rendah dan kurang berkualitas, dan aku memakainya sebagai alasan untuk tidak menulis artikel kesaksian, seakan menulisnya membutuhkan tingkat pengetahuan yang tinggi, namun kini aku paham bahwa pandangan itu keliru. Tak seharusnya aku hidup dalam keadaan ini. Aku harus fokus mengejar kebenaran, berlatih dan mengalami firman Tuhan dan menulis artikel tentang apa yang kualami dan kudapatkan untuk bersaksi tentang Tuhan. Inilah kewajibanku.

Kemudian, dalam acara kumpul-kumpul, aku membaca firman Tuhan, yang membantuku menanggung beban dalam mengejar kebenaran dan menulis artikel kesaksian. Firman Tuhan katakan: "Apa penyebab munculnya kategori orang yang merupakan para pemimpin dan pekerja, dan bagaimana mereka muncul? Dalam skala besar, mereka diperlukan untuk pekerjaan Tuhan; dalam skala yang lebih kecil, mereka diperlukan untuk pekerjaan gereja, mereka diperlukan oleh umat pilihan Tuhan. ... Perbedaan antara pemimpin dan pekerja dan umat pilihan Tuhan lainnya hanyalah karakteristik khusus dalam tugas yang mereka laksanakan. Karakteristik khusus ini terutama terlihat dalam peran kepemimpinan mereka. Sebagai contoh, sebanyak apa pun jemaat yang dimiliki sebuah gereja, pemimpin adalah kepalanya. Jadi peran apa yang dimainkan pemimpin ini di antara para jemaat? Mereka memimpin semua umat pilihan Tuhan di gereja. Jadi apa pengaruh mereka terhadap seluruh jemaat? Jika pemimpin ini menempuh jalan yang salah, umat pilihan Tuhan di gereja akan mengikuti pemimpin ini menempuh jalan yang salah, yang akan berdampak yang besar pada mereka semua. Misalnya Paulus. Dia memimpin banyak gereja yang dirintisnya dan umat pilihan Tuhan. Ketika Paulus tersesat, gereja-gereja dan umat pilihan Tuhan yang dipimpinnya juga tersesat. Jadi, ketika pemimpin tersesat, mereka bukan satu-satunya yang terkena dampaknya, tetapi gereja-gereja dan umat pilihan Tuhan yang mereka pimpin juga terkena dampaknya. Jika seorang pemimpin adalah orang yang tepat, orang yang sedang berjalan di jalan yang benar dan mengejar serta menerapkan kebenaran, orang-orang yang dipimpinnya akan makan dan minum firman Tuhan dengan benar dan mencari kebenaran dengan benar, dan, pada saat yang sama, pengalaman hidup dan kemajuan pribadi pemimpin tersebut akan selalu terlihat oleh orang lain, dan akan memengaruhi orang lain. Jadi, jalan yang benar seperti apa yang harus ditempuh seorang pemimpin? Pemimpin harus mampu menuntun orang lain untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kebenaran, dan memimpin orang lain ke hadapan Tuhan. Seperti apa jalan yang salah itu? Jalan yang salah adalah mengejar status, reputasi, dan keuntungan, sering kali meninggikan diri sendiri dan memberi kesaksian tentang diri sendiri, tidak pernah memberi kesaksian tentang Tuhan. Apa dampaknya pada umat pilihan Tuhan? Mereka akan menyimpang jauh dari Tuhan dan berada di bawah kendali pemimpin ini. Jika engkau memimpin orang untuk datang ke hadapanmu, artinya engkau sedang memimpin mereka untuk datang ke hadapan manusia yang rusak, dan engkau sedang memimpin mereka untuk datang ke hadapan Iblis, bukan ke hadapan Tuhan. Hanya memimpin orang untuk datang ke hadapan kebenaranlah yang berarti memimpin mereka untuk datang ke hadapan Tuhan. Para pemimpin dan pekerja, tidak peduli entah mereka menempuh jalan yang benar atau salah, memiliki pengaruh langsung terhadap umat pilihan Tuhan" ("Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca firman Tuhan, aku tahu lebih jelas tentang tanggung jawab dan tugasku. Di waktu yang sama, aku merasa ada tanggungjawab yang besar di atas pundakku. Tuhan memberi tahu kita bahwa jalan yang para pemimpin dan para pekerja ambil serta apa yang mereka cari tak hanya memengaruhi diri mereka, tapi juga saudara-saudari yang mereka pimpin. Saat para pemimpin dan pekerja mengejar kebenaran dan merupakan orang-orang yang benar, maka mereka akan terus-menerus berkembang dalam kebenaran, dalam hidup sehari-hari mereka akan merenungkan pandangan mereka yang salah atau watak rusak apa yang mereka hidupi, memahami esensi permasalahan berdasarkan firman Tuhan, kemudian mencari tahu prinsip-prinsip mana untuk dimasuki. Ketika para pemimpin dan pekerja mengambil jalan yang benar, mereka akan menanggung beban untuk jalan masuk kehidupan saudara-saudari mereka dan fokus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, agar orang-orang yang mereka pimpin juga akan masuk ke arah ini. Jika para pemimpin dan pekerja lalai, tidak mengejar kebenaran, menghabiskan waktu bekerja untuk meraih ketenaran dan status, tidak tertarik mengejar kebenaran, dan tak bisa bersekutu tentang kebenaran untuk memecahkan masalah, maka kewajiban mereka hanyalah urusan eksternal, atau berbicara dalam surat dan doktrin untuk meninggikan dan mengistimewakan diri sendiri, tak bisa menghasilkan kesaksian akan Tuhan. Dengan begitu mereka berjalan di jalan yang menentang Tuhan, dan mereka juga memimpin orang-orang di arah yang salah. Orang seperti itu secara tidak sadar mengikuti jalan mereka sendiri dan memimpin orang-orang ke jalan pelayanan, yaitu jalan Paulus yang menentang Tuhan. Hal ini bertentangan dengan maksud Tuhan untuk bekerja dan menyelamatkan orang. Saat menyadari hal ini, aku merasa Tuhan memberiku kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin bukan agar aku bisa mengerjakan pekerjaan eksternal, bukan agar aku bisa melayani dan bekerja keras, dan bukan agar aku bisa mengejar reputasi dan status. Maksud Tuhan untukku adalah agar aku menjalankan peran seorang pemimpin, seseorang yang bisa memimpin orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan, mencari kebenaran untuk memecahkan masalah dalam tugasku, dan berangsur-angsur memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan akan firman Tuhan. Inilah amanat Tuhan serta tugasku. Jadi, aku merasa, mengejar kebenaran dan berfokus memperbaiki watakku yang rusak itu penting. Di titik ini, pemahamanku akan kebenaran sangatlah dangkal, dan aku tak memiliki kenyataan kebenaran, maka aku hanya bisa belajar lewat pengalaman. Selama hati dan jalan kita benar, kita akan menerima bimbingan dan berkat Tuhan.

Masa-masa selanjutnya, aku mulai merenung akan keadaanku, masalah apa yang aku pecahkan dengan cara sungguh mencari kebenaran selama bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan dan watak rusak mana yang sudah aku perbaiki. Ketika aku mulai merenung dan bercermin, aku menemukan bahwa dulu aku bingung dan hanya separuh memahami banyak pertanyaan. Aku tidak sungguh-sungguh paham akan kebenaran dan mencari esensi permasalahan, atau mencari prinsip-prinsip penerapan, aku juga tidak pernah memecahkan masalah secara efektif. Setelah itu, aku mencoba menulis pengalaman yang sudah cukup kupahami, dan saat menulis, aku merenung. Aku merenung setiap ada waktu. Ketika akhirnya aku selesai menulis artikel, aku merasa sangat puas, aman, dan tenang, karena selama proses menulis, melalui pencarian kebenaran, dengan sendirinya aku mulai melihat keadaanku dan esensi permasalahanku dengan lebih jelas, pengetahuanku akan kebenaran menjadi lebih praktis dan nyata, dan jalan penerapanku menjadi lebih jelas. Aku sadar bahwa menulis artikel kesaksian amat penting untuk memahami keadaanku sendiri dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Inilah jalan menuju jalan masuk kehidupan, juga cara terbaik untuk mencari dan memahami kebenaran.

Kemudian, aku dengar kabar bahwa banyak, termasuk pemimpin dan pekerja, tidak fokus menulis artikel, juga mereka tidak berusaha sama sekali untuk hal ini. Beberapa selalu berkata bahwa mereka sibuk dan tak punya waktu. Kupikir, bukankah ini tepatnya keadaanku dulu? Dulu aku pun memiliki pandangan yang salah itu, dan mencari-cari alasan untuk tidak menulis. Aku berpikir, "Kalau aku mengambil proses caraku mempelajari keadaanku, dan caraku mengubah sudut pandangku serta menulis artikel tentang itu, bukankah hal itu akan memecahkan masalah saudara-saudariku?" Menyadari hal ini, aku merasa kini ada beban yang harus kutanggung, dan aku mulai bersiap untuk menulis. Meski pemahamanku dangkal dan sebagian-sebagian, aku tahu bahwa menulis artikel adalah tugasku, maka aku harus menulis pemahamanku sebanyak mungkin. Dengan mengingat tujuan ini, ketika aku bertemu atau bersekutu dengan saudara-saudariku, kami membahas topik ini, dan aku memikirkan topik ini setiap ada waktu luang. Selama waktu teduh pagiku, kadang aku makan dan minum firman Tuhan tentang hal ini. Setelah beberapa saat, aku bisa melihat permasalahannya sedikit lebih jelas, dan saat aku mulai menulis, jadi jauh lebih mudah. Setelah membuat garis besarnya, aku sampaikan maknanya satu per satu menurut pemahamanku sendiri, dan menuliskan pemikiran serta pengalamanku dengan kata-kataku sendiri. Rasanya tidak terlalu sulit lagi, dan sambil merenungkan hal-hal yang aku tulis, aku merasa aku bisa melihat permasalahannya demikian juga aspek kebenaran yang terlibat dengan lebih jelas. Aku sungguh merasa bahwa makin kita mencoba mengejar kebenaran dan menulis artikel untuk menyelesaikan masalah, makin kita menerima pencerahan dan bimbingan Tuhan dan kita makin diberkati. Aku teringat sepenggal firman Tuhan, "Semakin engkau memperhatikan kehendak Tuhan, semakin besar beban yang kautanggung, dan semakin besar beban yang kautanggung, semakin kaya pula pengalamanmu. Saat engkau memperhatikan kehendak Tuhan, Dia akan memberikan beban kepadamu, kemudian memberi engkau pencerahan tentang perkara yang telah dipercayakan-Nya kepadamu. Saat Tuhan memberimu beban ini, engkau akan memperhatikan seluruh kebenaran yang terkait dengannya saat makan dan minum firman Tuhan. Jika engkau memiliki beban yang berhubungan dengan kehidupan saudara-saudarimu, inilah beban yang telah dipercayakan Tuhan kepadamu, dan engkau akan senantiasa memikul beban ini dalam doa harianmu. Hal yang Tuhan lakukan telah dipikulkan kepadamu, dan engkau mau menjalankan apa yang Tuhan ingin lakukan; itulah artinya mengambil beban Tuhan sebagai bebanmu sendiri. Pada titik ini, dalam makan dan minummu akan firman Tuhan, engkau akan berfokus pada jenis persoalan ini, dan engkau akan berpikir: Bagaimana caraku memecahkan masalah ini? Bagaimana aku bisa membantu saudara-saudariku untuk mencapai kelepasan dan menemukan sukacita rohani? Engkau juga akan berfokus pada memecahkan masalah-masalah ini saat menyampaikan persekutuan, dan ketika makan dan minum firman Tuhan, engkau akan berfokus pada makan dan minum firman Tuhan yang berhubungan dengan masalah-masalah ini. Engkau juga memanggul beban ini saat makan dan minum firman-Nya. Begitu engkau memahami tuntutan Tuhan, engkau akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang jalan mana yang harus dilalui. Inilah pencerahan dan penerangan Roh Kudus yang didatangkan oleh bebanmu, dan ini juga merupakan bimbingan Tuhan yang telah dianugerahkan kepadamu. Mengapa Aku berkata demikian? Jika engkau tidak memiliki beban, engkau tidak akan memberi perhatian saat makan dan minum firman Tuhan; ketika engkau makan dan minum firman Tuhan saat tengah memikul beban, engkau dapat memahami esensinya, menemukan jalanmu, dan memperhatikan kehendak Tuhan. Karena itu, dalam doamu, engkau harus memohon kepada Tuhan agar memikulkan lebih banyak beban atasmu dan mempercayakan perkara yang lebih besar kepadamu, sehingga di masa depan, engkau akan lebih memiliki jalan untuk pengamalan; sehingga makan dan minummu akan firman Tuhan mendatangkan dampak yang lebih besar; sehingga engkau semakin mampu memahami esensi firman-Nya; dan agar engkau lebih mampu digerakkan oleh Roh Kudus" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perhatikan Kehendak Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sadar bahwa ketika kita menanggung beban jalan masuk kehidupan kita sendiri dan permasalahan di gereja, kita mampu mengorbankan upaya lebih besar dalam mencari kebenaran untuk memecahkan masalah dengan sungguh-sungguh makan, minum dan menjalankan firman Tuhan, kemudian bersekutu dan menulis tentang pemahaman kita sendiri akan firman Tuhan. Hanya dengan begitu kita berangsur-angsur memasuki kenyataan kebenaran. Selama proses ini, saat kita menanggung beban, mendambakan dan mencari, kita bisa memperoleh pencerahan dan bimbingan Tuhan, berangsur-angsur memperdalam pemahaman kita akan kebenaran, melihat hal tertentu dengan lebih jelas dan saksama, dan mendapat pemahaman yang lebih nyata dan praktis akan kebenaran. Jika kita tidak berupaya keras mengejar kebenaran atau berlatih menulis artikel, sekalipun kita memperoleh pencerahan mengenai firman Tuhan, itu hanyalah pemahaman dangkal dan perseptual yang akan selalu samar, seperti rupa dalam kabut, dan itu menunjukkan bahwa kita tak punya pengetahuan sejati sama sekali. Hanya dengan menulis pengetahuan dan pengalaman kita sendiri, merenung dengan saksama dan memahami permasalahan berdasarkan firman Tuhan, dan akhirnya meningkatkan pengetahuan perseptual kita menjadi pengetahuan yang eksplisit dan rasional maka pengertian kita akhirnya berkembang dan berbuah. Inilah tuaian kita, perwujudan pemikiran kita. Selama masa ini, aku juga mengalami bagaimana menulis artikel adalah sebuah proses mencapai kejelasan akan masalah-masalah, memahami kebenaran dan memecahkan masalah. Makin banyak kita menulis, makin banyak yang kita dapatkan.

Sekarang, aku tak tahan untuk tidak menulis artikel. Menulis menjadi hal yang aku nikmati, karena dalam proses menulis, aku melihat watakku yang rusak dengan lebih jelas, dan sudut pandang serta ideologiku juga berubah ketika aku makin memahami firman Tuhan. Ini keuntungan yang sebenarnya, dan sesuatu yang berharga dan berarti. Sebelumnya, aku selalu berpikir menulis artikel adalah pekerjaan berat dan sangat sulit, dan aku lebih memilih mengerjakan pekerjaan eksternal daripada mencoba menulis. Dulu aku pembangkang sekali. Aku bahkan berpikir kalau menulis artikel akan menunda pekerjaanku, tapi pandangan ini sebenarnya salah dan konyol. Menulis artikel tidak menunda pekerjaan sama sekali. Malahan, hal itu mendesak kita untuk mencari kebenaran guna memecahkan masalah dan membuat kita menjalankan kewajiban dengan lebih efektif. Sekarang, kapan pun sempat, aku akan berusaha menenangkan diri dan memikirkan keadaanku. Aku merasa perlu merenungkan masalah-masalah yang kurang jelas bagiku atau tak bisa kuselesaikan. Berangsur-angsur aku mulai menanggung beban untuk mengejar kebenaran. Aku juga merasa memiliki beragam keadaan yang harus diperbaiki menurut firman Tuhan, dan perlahan, aku membangun kerinduanku akan firman Tuhan. Ini semua berkat kasih karunia dan berkat Tuhan, dan aku sangat bersyukur kepada Tuhan.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Rasa Sakit yang Tak Terelakkan

Oleh Saudara Qiu Cheng, Tiongkok Saat berusia 47 tahun, penglihatanku mulai memburuk dengan cepat. Dokter bilang jika tak merawat mataku,...