Renungan Tentang Menulis Evaluasi

03 April 2023

Oleh Saudari Tiantian, Tiongkok

Di bulan April, aku menangani pekerjaan teks di gereja. Suatu hari aku menerima surat dari pimpinan tinggi berisi permintaan untuk menulis evaluasi pemimpin, Liu Li, dan mengirimkannya dalam tiga hari. Aku tak bisa menahan diri untuk berspekulasi: Aku diminta mengevaluasi Liu Li, jadi mungkin dia tak melakukan pekerjaan nyata, dan rencananya dia akan diberhentikan? Atau mungkin dia memiliki kualitas baik dan layak dibina, jadi rencananya dia akan dipromosikan? Liu Li memikul beban dalam tugasnya dan dapat segera menyelesaikan masalah pekerjaan dengan efektif. Masalahnya, dia kurang cakap, dan begitu kesibukan melanda, dia gelisah dan tak bisa mengatur prioritas dengan baik. Aku terus berspekulasi: Jika pemimpin berencana mempromosikan dan membina Liu Li, tapi aku terlalu banyak menyebutkan kekurangannya, akankah pemimpin berpendapat bahwa aku tak bisa membedakan dan memperlakukan orang lain secara adil? Bagaimana pendapatnya terhadapku setelahnya? Namun, jika pemimpin berencana memberhentikan Liu Li, tapi aku terlalu banyak menyebutkan kekuatannya, pemimpin akan berpikir aku kurang berkualitas dan bahkan tak bisa memberikan penilaian yang akurat, jadi bagaimana bisa aku terus dipercaya untuk mengawasi pekerjaan teks? Kemungkinan pemimpin akan memiliki kesan buruk terhadapku setelah itu. Karena pemikiran tersebut, aku tak berani menulis dengan leluasa.

Keesokan harinya, partner Liu Li, Saudari Wang Jie, datang ke pertemuan bersama kami. Aku lantas mendapat ide—aku bisa menggali informasi secara halus darinya. Jadi, aku memberikan pertanyaan menyelidik: "Belakangan ini kau sering bertemu dengan kami. Kenapa kami belum pernah melihat Liu Li? Apa dia sangat sibuk?" Wang Jie menjawab, "Dia sibuk dengan pekerjana lain." Aku sadar bahwa dia menjawab dengan suara pelan, dan aku menduga bahwa Liu Li mungkin akan diberhentikan, dan Wang Jie merasa bersalah karena belum membantunya. Namun, aku masih belum yakin, jadi aku kembali bertanya: "Apa kalian berdua tak memiliki kendala saat mengawasi pekerjaan gereja?" Aku memperhatikan ekspresi dan cara bicaranya, berusaha mendapatkan petunjuk sekecil apa pun, tapi ternyata hasilnya nihil. Aku merasa cemas melihat tenggat evaluasi yang makini dekat, tapi aku terus berlambat-lambat, tak yakin harus menulis apa. Akhirnya, aku tak menulis apa pun jadi pemimpin tak akan tahu bahwa aku tak bisa membedakan. Jika pemimpin bertanya, aku bisa bilang bahwa aku terlalu sibuk saat itu dan tak sempat menulis. Jadi, aku menghindari masalah dengan cara tak menulis evaluasi. Setiap kali memikirkannya, aku merasa sangat bersalah. Pemimpin memintaku mengevaluasi Liu Li untuk mengetahui apakah dia melakukan pekerjaan nyata atau tidak, dan apakah dia bisa dibina. Itu berkaitan langsung dengan pekerjaan gereja. Menuliskan informasi yang kuketahui adalah tugas yang sangat mudah, jadi, kenapa aku menundanya? Apa yang menghalangiku? Aku memanjatkan doa: "Tuhan! Aku terlalu berhati-hati dan ragu tentang evaluasi itu. Aku punya banyak kekhawatiran dan enggan bekerja sama. Tolong bimbing aku agar aku dapat memahami masalahku."

Aku membaca ini di saat teduhku. "Antikristus buta terhadap Tuhan, Dia tidak memiliki tempat di hati mereka. Ketika mereka bertemu Kristus, mereka memperlakukan Dia tidak berbeda dari orang biasa, selalu bertindak dengan mencontoh ekspresi dan nada bicara-Nya, mengubah nada bicara mereka sesuai dengan situasi, tidak pernah mengatakan apa yang sebenarnya sedang terjadi, tidak pernah mengatakan apa pun yang tulus, hanya mengucapkan kata-kata kosong dan doktrin, berusaha untuk menipu dan memperdaya Tuhan yang nyata yang sedang berdiri di hadapan mereka. Mereka tidak memiliki rasa takut akan Tuhan sedikit pun. Mereka sama sekali tak mampu berbicara kepada Tuhan dari hati mereka, tak mampu mengatakan apa pun yang sebenarnya. Mereka berbicara seperti ular yang merayap, jalannya berkelok-kelok dan tidak terus terang. Cara dan arah perkataan mereka seperti tanaman anggur yang merambat naik di sebuah tiang. Sebagai contoh, ketika engkau mengatakan seseorang berkualitas baik dan dapat dipromosikan, mereka segera berbicara tentang betapa baiknya orang ini, dan apa yang diwujudkan dan diungkapkan dalam dirinya; dan jika engkau mengatakan seseorang itu buruk, mereka dengan cepat berbicara tentang betapa buruk dan jahatnya dia, tentang bagaimana dia menyebabkan kekacauan dan gangguan di dalam gereja. Ketika engkau ingin mengetahui kebenaran tentang sesuatu, mereka tidak punya apa pun untuk dikatakan; mereka mengelak, menunggu untuk engkau membuat kesimpulan, mendengarkan dengan saksama makna dalam perkataanmu sehingga mereka dapat memberitahumu apa yang ingin kaudengar. Semua yang mereka katakan adalah sanjungan, kata-kata manis, dan pujian; tak sepatah kata kebenaran pun keluar dari mulut mereka. Beginilah cara mereka berinteraksi dengan orang dan cara mereka memperlakukan Tuhan—mereka memang selicik itu. Inilah watak antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Dua)). Firman Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus bermain-main setiap kali bertemu Kristus. Mereka menjilat, bersikap manis, dan mencari petunjuk melalui ekspresi-Nya. Mereka tak membicarakan kebenaran di hadapan Kristus; mereka ahli dalam menipu dan bersandiwara. Mereka sangat licik dan jahat, dan mereka membuat Tuhan jijik. Meski aku tak bertemu Kristus, aku berperilaku dan berwatak seperti seorang antikristus. Pemimpin memintaku menulis evaluasi mengenai Liu Li untuk keperluan pekerejaan gereja. Itu bukan hal yang rumit. Aku hanya perlu menuliskan dengan jujur semua informasi yang kuketahui, dan membagikan pemahamanku secara adil dan objektif. Namun, aku merumitkan keadaan dengan berspekulasi tentang kehendak pemimpin, takut jika aku tak menulis dengan baik, pemimpin akan beranggapan bahwa aku tak bisa membedakan dan meremehkanku. Demi melindungi citra dan posisiku di hatinya, aku menyelidiki kehendaknya dengan berpura-pura khawatir terhadap saudari-saudariku. Jika dia ingin mempromosikan Liu Li, aku akan mengikuti dan menuliskan kekuatan Liu Li. Jika dia ingin memberhentikan Liu Li, maka aku akan menuliskan kekurangan Liu Li agar pemimpin menghargaiku. Aku tak berusaha mengevaluasi Liu Li berdasarkan fakta atau prinsip, aku mengamati reaksi Wang Jie untuk menebak kehendak pemimpin. Aku berwatak seperti seorang antikristus—licin dan curang! Demi mengetahui kehendak pemimpin, aku memberikan pertanyaan mengecoh kepada Wang Jie, berusaha mengorek informasi darinya. Aku seperti makhluk rendahan yang picik, tak bermartabat atau berkarakter. Sebenarnya, semua orang punya kekuatan dan kekurangan, dan kita harus menulis evaluasi secara adil dan objektif, sesuai dengan fakta. Jika aku menulis evaluasi positif tentang seseorang yang buruk, lalu pemimpin salah mengambil keputusan, maka aku akan mengganggu pekerjaan gereja, berbuat jahat, dan melawan Tuhan. Jika aku menulis evaluasi yang tajam tentang seseorang yang mengejar kebenaran, maka itu tak adil dan dapat berimbas buruk bagi orang tersebut. Jika evaluasiku yang tak akurat membuat Liu Li dipindahkan atau diberhentikan, maka perbuatanku jahat dan pasti menyinggung Tuhan. Aku memikirkan firman Tuhan: "Kejujuran berarti memberikan hatimu kepada Tuhan, bersungguh-sungguh kepada Tuhan dalam segala sesuatu, terbuka kepada-Nya dalam segala sesuatu, tidak pernah menyembunyikan yang sebenarnya, tidak berusaha menipu mereka yang di atas dan di bawahmu, dan tidak melakukan sesuatu semata-mata demi mengambil hati Tuhan. Singkatnya, jujur berarti kudus dalam tindakan dan perkataanmu, dan tidak menipu baik Tuhan maupun manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). Tuhan tak terlalu menuntut kita. Dia hanya berharap kita akan berterus terang dalam berucap dan bertindak, berbicara apa adanya, serta menjadi orang adil dan jujur yang tak berbuat curang atau menyembunyikan sesuatu. Kita hanya perlu berterus terang, menulis menurut pengetahuan kita, dan memperlakukan orang secara adil dalam evaluasi kita. Namun, aku bahkan tak mampu melakukannya. Pemimpin ingin mengetahui pendapatku tentang seseorang, tapi dia tak mendapatkan satu pun kejujuran dariku. Selalu bersikap penuh tipu daya dan curang sama sekali tak mencerminkan seseorang yang jujur. Aku membenci diriku saat menyadarinya.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan ini. "Apa arti takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Sebagai contoh, ketika engkau memberikan penilaianmu tentang seseorang—ini berkaitan dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Bagaimana caramu menilai mereka? (Kami harus jujur dan adil, dan perkataan kami tidak boleh didasarkan pada emosi.) Ketika engkau mengatakan apa yang sebenarnya kaupikirkan dan apa yang sebenarnya telah kaulihat, itu artinya engkau sedang bersikap jujur. Dan pertama-tama, berlatih bersikap jujur berarti mengikuti jalan Tuhan. Inilah yang Tuhan ajarkan kepada orang-orang; inilah jalan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Apakah bersikap jujur adalah bagian dari takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Dan apakah itu berarti mengikuti jalan Tuhan? (Ya.) Jika engkau tidak jujur, maka apa yang kaulihat dan apa yang kaupikirkan tidak sama dengan perkataanmu. Seseorang bertanya kepadamu, 'Apa pendapatmu tentang orang itu? Apakah mereka bertanggung jawab atas pekerjaan gereja?' dan engkau menjawab, 'Mereka cukup bagus, mereka mengambil tanggung jawab lebih banyak daripada yang kulakukan, kualitas mereka lebih baik daripada kualitasku, dan kemanusiaan mereka juga baik, mereka dewasa dan stabil.' Namun, inikah yang kaupikirkan di dalam hatimu? Yang sebenarnya kaupikirkan adalah walaupun orang ini memang memiliki kualitas, mereka tidak dapat diandalkan dan agak licik, serta sangat penuh tipu daya. Inilah yang sebenarnya sedang kaupikirkan dalam benakmu, tetapi ketika tiba saatnya untuk berbicara, engkau berpikir bahwa, 'Aku tidak boleh mengatakan yang sebenarnya, aku tidak boleh menyinggung siapa pun,' jadi engkau dengan segera mengatakan sesuatu yang lain, engkau memilih untuk mengatakan hal-hal yang baik tentang diri mereka, dan tak satu pun dari apa yang kaukatakan adalah yang sebenarnya kaupikirkan, semua yang kaukatakan adalah kebohongan dan kemunafikan. Apakah ini menunjukkan bahwa engkau mengikuti jalan Tuhan? Tidak. Engkau telah menempuh jalan Iblis, jalan setan. Apa yang dimaksud dengan jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah mengatakan yang sebenarnya, berdasarkan perilaku orang itu, itulah jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Meskipun engkau berbicara kepada manusia, Tuhan juga sedang mendengarkan dan mengawasi hatimu, Dia memeriksa hatimu. Orang mendengar apa yang kaukatakan, tetapi Tuhan memeriksa hatimu. Apakah orang mampu memeriksa hati manusia? Paling-paling, orang dapat melihat bahwa engkau tidak sedang mengatakan yang sebenarnya. Mereka bisa melihat apa yang ada di luarnya. Hanya Tuhan yang mampu melihat ke dalam lubuk hatimu, hanya Tuhan yang mampu melihat apa yang sedang kaupikirkan, apa yang sedang kaurencanakan, rencana picik apa yang kaumiliki di dalam hatimu, cara berbahaya atau pemikiran licik apa yang kaumiliki. Dan melihat bahwa engkau tidak sedang mengatakan yang sebenarnya, apa pendapat Tuhan tentang dirimu, apa penilaian-Nya terhadap dirimu? Bahwa dalam hal ini, engkau belum mengikuti jalan Tuhan karena engkau tidak mengatakan yang sebenarnya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Aku belajar dari firman Tuhan bahwa kita perlu takut kepada Tuhan dan menerima pengawasan-Nya saat menulis evaluasi. Dengan demikian kita akan berhati-hati dan menghadap Tuhan saat bertindak, karena takut apabila niat kita salah, kita akan menulis evaluasi yang tak benar dan bias dan akan menyinggung Tuhan. Lalu, saat menulis evaluasi kita harus berdoa, fokus mencari prinsip kebenaran, dan secara objektif membagikan pemahaman dan pandangan kita mengenai orang tersebut tanpa memiliki niat pribadi. Kita sebaiknya memberitahukan segalanya apa adanya tanpa mengubah apa pun. Itu adalah tanda bahwa kita takut kepada Tuhan. Namun, orang-orang yang tak takut kepada Tuhan bicara dan bertindak sesuka hati, terkadang mengatakan apa pun yang dapat menguntungkan mereka, atau bahkan menciptakan bias dan memutarbalikkan fakta. Mereka adalah orang-orang berwatak licik. Mereka berperilaku seperti orang tak percaya dan mereka tak bisa dipercaya. Menulis evaluasi itu menyingkapkanku. Setelah bertahun-tahun beriman, aku masih memiliki niat licik dan ingin bertindak tergantung pada situasi saat menulis, dan mengatakan apa pun yang dapat menguntungkanku. Aku sama sekali tak takut kepada Tuhan. Aku terlalu licik, dan itu membuat Tuhan jijik. Saat menyadarinya, aku merasa bahwa terus bersikap seperti ini akan mendatangkan bahaya, jadi aku berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku untuk merenung dan mengenali diriku.

Setelah itu, aku membaca kutipan firman Tuhan lainnya. "Apakah arti kejahatan yang sebenarnya? Dalam keadaan apa kejahatan terwujud? Apakah ketika orang menggunakan pernyataan yang terdengar muluk-muluk untuk menyembunyikan niat jahat dan memalukan yang ada di lubuk hati mereka, dan kemudian membuat orang lain percaya bahwa pernyataan ini sangat baik, tulus, dan masuk akal, dan akhirnya mencapai motif tersembunyi mereka adalah watak yang jahat? Mengapa ini disebut berbuat jahat dan bukan berbuat curang? Dalam hal watak dan esensi, kecurangan tidaklah seburuk kejahatan. Berbuat jahat lebih serius daripada berbuat curang, ini adalah perilaku yang lebih berbahaya dan jauh lebih buruk daripada kecurangan, dan sulit bagi kebanyakan orang untuk mengetahui yang sebenarnya mengenai hal itu. Sebagai contoh, perkataan seperti apa yang ular gunakan untuk membujuk Hawa? Perkataan yang muluk-muluk, yang kedengarannya benar dan sepertinya diucapkan demi kebaikanmu sendiri. Engkau tidak menyadari ada yang salah dengan perkataan ini atau ada niat jahat di baliknya, dan pada saat yang sama, engkau tak mampu mengabaikan saran yang Iblis berikan ini. Ini adalah pencobaan. Ketika engkau dicobai dan mendengarkan perkataan semacam ini, engkau tak berdaya selain terbujuk dan kemungkinan besar engkau akan jatuh ke dalam perangkap, dan dengan demikian tujuan Iblis pun tercapai. Inilah yang disebut kejahatan. Ular menggunakan metode ini untuk membujuk Hawa. Apakah ini sejenis watak? (Ya.) Berasal dari manakah jenis watak ini? Jenis watak ini berasal dari ular dan dari Iblis. Jenis watak jahat ini ada di dalam natur manusia" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Pengenalan Diri yang Menopang dalam Pengejaran Kebenaran"). Tuhan berkata, saat orang terdengar masuk akal, tapi memiliki kelicikan di hati dan menggunakan kata-kata manis untuk mencapai tujuan tersembunyinya, maka itu bukan hanya kelicikan, itu adalah watak jahat. Tuhan paling benci kepada orang seperti itu. Demi mendapatkan persetujuan dan rasa hormat pemimpin, aku menebak kehendaknya saat menuliskan evaluasi, berusaha menyesuaikan isinya, bahkan berpura-pura khawatir kepada Liu Li demi menggali informasi, bertanya apakah Liu Li sibuk bekerja karena aku sudah lama tak melihatnya, apakah mereka baik-baik saja, dan sebagainya, aku berusaha mencari tahu kondisi mereka dan apakah Liu Li akan dipertahankan atau disingkirkan. Dari luar aku tampak perhatian dan peduli kepada Liu Li, tapi ucapanku penuh kelicikan dan sama sekali tak tulus. Aku sangat curang dan jahat. Natur bicaraku sama seperti ular yang menggoda Hawa untuk memakan buah pengetahuan dengan kata manis dan menipu. Aku licik dalam berucap dan bertindak, menipu dan mempermainkan orang lain. Aku bersikap jahat. Jika tak berubah, kemungkinan aku akan berbuat dosa dengan ucapanku dan menyinggung Tuhan serta watak-Nya. Saat menyadarinya, aku memanjatkan doa, ingin bertobat dan berubah, serta berhenti hidup dengan watak jahat.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan lain yang memberiku jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Kerajaan-Ku memerlukan orang-orang yang jujur, orang-orang yang tidak munafik atau curang. Bukankah orang-orang yang tulus dan jujur tidak disenangi di dunia? Aku justru sebaliknya. Orang-orang jujur boleh datang kepada-Ku; Aku menyenangi orang-orang seperti ini, dan Aku juga membutuhkan orang-orang seperti ini. Inilah kebenaran-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 33"). "Menjadi orang yang jujur adalah tuntutan Tuhan terhadap manusia. Ini adalah kebenaran yang harus orang terapkan. Jadi, prinsip apa yang harus orang patuhi dalam berinteraksi dengan Tuhan? Bersikaplah tulus: ini adalah prinsip yang harus kauikuti ketika berinteraksi dengan Tuhan. Jangan terlibat dalam tindakan menjilat yang dilakukan orang tidak percaya; Tuhan tidak membutuhkan orang untuk menjilat kepada-Nya. Sudah cukup bagimu untuk bersikap tulus. Dan apa arti bersikap tulus? Bagaimana ini harus diterapkan? (Cukup membuka diri kepada Tuhan, tanpa berpura-pura atau menyembunyikan apa pun atau menyimpan rahasia apa pun, bertemu Tuhan dengan hati yang jujur, dan bersikap terus terang, tanpa kecurangan atau tipu muslihat sedikit pun.) Benar. Untuk bersikap tulus, engkau harus terlebih dahulu mengesampingkan keinginan pribadimu. Alih-alih berfokus pada bagaimana Tuhan memperlakukanmu, katakanlah apa yang ada di dalam hatimu, dan janganlah merenungkan atau mempertimbangkan apa akibat dari perkataanmu nantinya; katakanlah apa pun yang kaupikirkan, kesampingkan motivasimu, dan jangan mengatakan segala sesuatu hanya untuk mencapai tujuan tertentu. Ketika engkau memiliki terlalu banyak ketidakmurnian dan niat pribadi, engkau akan selalu penuh perhitungan dalam caramu berbicara, dengan mempertimbangkan, 'Aku harus membicarakan hal ini, dan bukan hal itu, aku harus berhati-hati dengan apa yang kukatakan. Aku akan mengatakannya dengan cara yang menguntungkanku, dan yang menutupi kekuranganku, dan akan meninggalkan kesan yang baik pada Tuhan.' Bukankah engkau memiliki motivasi? Sebelum membuka mulutmu, pikiranmu telah dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran licik, engkau mengubah apa yang ingin kaukatakan beberapa kali sehingga ketika perkataan keluar dari mulutmu, semua perkataan itu tidak lagi murni, dan tidak sedikit pun tulus, dan mengandung motifmu sendiri serta rencana licik Iblis. Ini bukanlah yang dimaksud dengan bersikap tulus; ini artinya memiliki motif yang jahat dan niat yang buruk. Selain itu, ketika berbicara, engkau selalu memperhatikan ekspresi wajah Tuhan dan sorot mata-Nya: jika ekspresi wajah-Nya terlihat positif, engkau terus berbicara; jika tidak, engkau menahannya dan tidak mengatakan apa pun; jika sorot mata Tuhan terlihat buruk, dan Dia tampak tidak menyukai apa yang didengar-Nya, engkau akan berpikir ulang dan berkata pada dirimu sendiri, 'Baiklah, aku akan mengatakan sesuatu yang menarik bagi-Mu, yang akan membuat-Mu senang, yang akan Kausukai, dan yang akan membuat-Mu bersikap baik terhadapku.' Inikah bersikap tulus itu? Tidak" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Dua)). Dari firman Tuhan aku paham bahwa Tuhan menyukai orang jujur. Orang jujur bicara secara sederhana dan terbuka, serta berterus terang kepada Tuhan dan orang lain, tanpa kelicikan atau kepura-puraan. Mereka menyampaikan segalanya apa adanya dan secara jelas serta lugas. Begitulah seharusnya manusia normal bersikap. Aku melihat cukup banyak saudara-saudari yang berusaha menjadi orang jujur. Saat mereka melihat seseorang melanggar prinsip kebenaran, mereka akan bersekutu dan membantu mereka, atau memangkas dan menangani mereka. Mereka berterus terang, dan saling membantu serta mendukung. Mereka membuka diri saat bersekutu di pertemuan dan mereka sangat bebas. Aku mengagumi mereka dan berusaha menjadi orang jujur seperti permintaan Tuhan. Ada beberapa hal yang tak kupahami dan beberapa pandanganku mungkin salah, tapi setidaknya aku tak boleh bersikap curang, dan harus memiliki niat yang benar. Itulah kuncinya. Memahami hal ini mencerahkan hatiku, dan aku mendapatkan kejelasan mengenai jalan penerapan.

Tak lama berselang, aku menulis sebuah evaluasi untuk pemimpin lain, Saudari Chen Xiao. Aku berpikir: "Aku tak terlalu mengenalnya. Jika evaluasiku tak jelas, akankah pimpinan tinggi menyebutku tak bisa membedakan dan memandangku rendah? Apa mungkin sebaiknya aku lebih banyak menuliskan kekuatannya?" Saat memikirkannya, aku sadar bahwa aku berusaha mempermainkan orang lagi. Evaluasi bukan masalah kecil—mereka memengaruhi promosi dan pemberhentian. Jika aku berbohong soal evaluasi, itu akan menyinggung Tuhan. Aku tak bisa menulis berdasarkan kepentingan pribadiku, jadi aku bergegas berdoa kepada Tuhan dan meninggalkan diriku. Aku membaca kutipan firman Tuhan ini. "Untuk melindungi ketenaran dan reputasimu, engkau berbicara dengan cara yang berputar-putar, dan memikirkan masak-masak setiap kata yang akan kauucapkan. Hidupmu memang melelahkan! Jika engkau hidup dengan cara seperti ini, akankah Tuhan berkenan? Orang yang curang adalah orang yang paling dibenci Tuhan. Jika engkau ingin menyingkirkan pengaruh Iblis dan diselamatkan, engkau harus menerima kebenaran. Engkau harus memulainya dengan menjadi orang yang jujur, mengatakan yang sebenarnya, tidak dikendalikan oleh emosi, membuang kepura-puraan dan tipu muslihat, dan mulai berbicara dan bertindak dengan berprinsip. Hidup seperti ini bebas dan bahagia, dan engkau dapat hidup di hadapan Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran Engkau Dapat Melepaskan Belenggu Watak yang Rusak"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Aku tak bisa bersikap tak tulus demi melindungi reputasi dan statusku. Itu bukan keserupaan dengan manusia yang sebenarnya. Tuhan meminta kita menjadi orang jujur, kita seharusnya jujur dan tak mementingkan reputasi dan status pribadi. Aku harus menuliskan apa pun yang kuketahui dan meninggalkan apa pun yang tak kupahami, dan aku tak perlu mengkhawatirkan pandangan orang lain terhadapku. Jadi, dengan sikap objektif dan adil, aku menuliskan pemahamanku mengenai Chen Xiao sesuai dengan fakta, lalu mengirimkannya. Dengan melakukan hal itu, aku merasa sangat tenang dan damai. Syukur kepada Tuhan atas bimbingan-Nya!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Bernapas Lega Tanpa Rasa Iri

Oleh Saudari An Jing, Tiongkok Pada Januari 2017, aku diberikan tugas penyiraman di dalam gereja. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas...