Permenungan Setelah Tersesat

27 Juli 2022

Oleh Saudari Xin Zhi, Tiongkok

Suatu hari pada Agustus 2019, lewat surat, pemimpin memintaku menjemput seorang saudari dari luar kota. Kulihat alamat rumahnya di sekitar gereja tetangga. Kupikir, "Kenapa dia dipindah ke gereja kami? Kenapa tidak ke gereja yang dekat?" Tapi kupikir lagi, gereja kami butuh bantuan untuk banyak pekerjaan, jadi kuputuskan menjemputnya. Apa pun tugasnya dahulu, kami perlu tambahan bantuan. Kubaca di surat namanya Zhu Yun, tiba-tiba aku ingat, "Aku bertemu Saudari Zhu Yun beberapa tahun lalu. Umurnya empat puluh tahunan dan pandai mengerti. Kalau benar, dia bahkan bisa jadi pemimpin atau pekerja di gereja kami. Aku bisa dapat tambahan bantuan." Memikirkannya membuatku senang. Tak peduli rumahnya jauh, aku hanya ingin segera membawanya ke gereja!

Dengan alamat di surat kucari rumah Saudari Zhu Yun, dan kuketuk pintu, tapi orang yang membuka pintu sangat tua. Bukan Zhu Yun yang kuingat. Aku segera bicara, "Maaf, aku salah ketuk pintu!" Aku berbalik untuk pergi, tapi dia mengikuti dan penasaran bertanya, "Kau mencari siapa?" Kujawab aku mencari Zhu Yun. Dia lekas menjawab, "Itu aku." Kuikuti dia masuk rumah. Saat mengobrol, aku tahu dia pernah ditangkap PKT dan dipenjara tiga tahun. Polisi masih memantaunya setelah dibebaskan, dia tak bisa menghadiri pertemuan di kampung halamannya. Dia terpaksa datang ke rumah putranya agar bisa melanjutkan kehidupan bergereja. Setelah tahu situasinya, aku sangat kecewa. Kupikir, "Seandainya dia Zhu Yun yang kukenal. Jika dia bergabung di gereja, aku akan dapat bantuan yang hebat. Zhu Yun yang ini pernah ditangkap, dan polisi masih memantaunya. Artinya dia tak bisa mengerjakan tugas apa pun di gereja. Gereja kami sudah kekurangan staf, kini satu orang harus menemui dia seorang. Kalau polisi juga mengincar saudara-saudari yang berhubungan dengannya, kerugiannya sangat besar! Tidak, tak bisa kubiarkan dia masuk ke gereja kami. Saat kembali, aku akan surati pemimpin dan minta dia dikirim ke gereja terdekat." Setelah mengetahui situasinya, aku bersiap pergi. Aku tak bertanya apa dia punya masalah atau kesulitan. Dengan mendesak dia bertanya, "Kapan kau akan kembali?" Kujawab asal saja, "Tunggu saja. Aku kembali setelah membahas sesuatu hal."

Di jalan pulang, sambil berjalan aku menyesali diri, "Pemimpin tidak tahu apa yang dia lakukan. Zhu Yun tinggal sangat dekat gereja tetangga. Kenapa orang dari gereja itu tak menjemputnya? Perjalanannya sangat jauh buat kami. Kelak, buang waktu banyak bagi kami menemuinya ...." Aku bersungut dalam hati sambil terus berjalan ke Utara, dan saat berjalan, aku sadar aku tersesat. Saat bertanya arah, ternyata aku pergi ke arah yang berlawanan, keluar kota. aku juga heran. "Aku sudah pernah melewati jalan ini. Kenapa bisa tersesat?" Waktu itu, aku tak terlalu memikirkannya. Tiba di rumah, kutulis surat kepada pemimpin, meminta Zhu Yun dipindahkan ke gereja terdekat.

Hari-hari setelah kukirim surat itu, aku selalu merasa tak tenang, seakan ada yang salah. Aku tak tenang saat membaca firman Tuhan, atau fokus pada khotbah dan persekutuan. Kusadar mungkin aku telah melakukan sesuatu yang melawan kehendak Tuhan, buru-buru aku berdoa mencari Tuhan, minta Dia mencerahkan dan menuntunku mengenali diri. Setelah berdoa, tiba-tiba aku teringat saat tersesat hari itu. Kusadar tentang menerima Zhu Yun masuk gereja, aku hanya memikirkan kepentinganku. Kalau berguna buatku, aku terima, tapi kalau tidak, kutentang, kutolak, dan kukeluhkan. Aku sama sekali tak peduli dengan kehidupan saudariku. Baru kemudian, setelah membaca firman Tuhan, aku mendapat pengertian akan masalahku. Firman Tuhan katakan: "Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan seseorang adalah hal-hal yang paling menyingkapkan diri mereka. Kepentingan berkaitan erat dengan kehidupan setiap orang, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang setiap harinya melibatkan kepentingan mereka. Sebagai contoh, ketika engkau mengatakan sesuatu atau membicarakan suatu hal, kepentingan apa yang terlibat di dalamnya? Ketika dua orang membahas sesuatu, kepentingan dalam hal ini adalah siapa yang mampu berbicara dengan fasih dan siapa yang tidak, juga siapa yang dikagumi dan siapa yang dipandang rendah. ... Selain ini, melibatkan apa saja pengejaran kepentingan yang orang lakukan? Ketika orang melakukan sesuatu, mereka terus-menerus mengukur, mempertimbangkan, merenungkan, dan memeras otak tentang apa yang akan menguntungkan mereka dan apa yang tidak, apa yang akan bermanfaat bagi kepentingan mereka atau apa yang setidaknya dapat mencegah kerugian terhadap kepentingan mereka, apa yang akan memberi mereka penghargaan yang terbesar dan berkat materi yang terbaik, dan apa yang akan membuat mereka menjadi penerima manfaat yang terbesar" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur itu? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa memiliki emosi yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah kehidupan dan falsafah manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan ini telah menjadi natur manusia yang rusak, potret sebenarnya dari natur jahat manusia yang rusak, dan natur jahat ini telah menjadi dasar bagi keberadaan manusia yang rusak; selama ribuan tahun, manusia yang rusak telah hidup berdasarkan racun Iblis ini, hingga hari ini" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkap keadaanku. Kutahu aku sangat egois dan tercela. Dalam segala hal, aku hanya memikirkan kepentinganku, dan hanya mencari cara untuk memaksimalkan keuntungan sendiri. Aku sama sekali tak memikirkan saudara-saudari, apa lagi pekerjaan gereja. Waktu pemimpin memintaku menjemput Saudari Zhu Yun, kupikir dia bisa bekerja untuk gereja, aku dapat bantuan lagi untuk meringankan beban kerjaku dan pekerjaanku jadi lebih efektif, yang akan membuatku tampak lebih baik, maka aku tak sabar membawanya. Tapi waktu tahu dia bukan saudari yang kukenal, dan dia merupakan risiko keamanan, aku sadar bukan hanya dia tak bisa melakukan tugas, satu orang harus menemuinya sendiri. Kupikir dia bukan hanya tidak meningkatkan produktifitas kami atau membuatku tampak baik, tapi dia juga bisa membahayakan keselamatan kami. Aku tidak setuju, dan komplain bahwa pengaturan pemimpin tak masuk akal, maka cepat-cepat kuusahakan mengirim dia ke gereja tetangga. Kulihat hidup dengan racun iblis "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" membuatku makin egois dan tercela. Dalam hati hanya ada kepentinganku, dan peduli diri sendiri. Tuhan melihat isi hati kita. Bagaimana Tuhan tak benci pemikiranku? Saat tahu Saudari Zhu Yun dipindah ke gereja tetangga, aku merasa bersalah terhadapnya, dan tahu aku harus menerapkan firman Tuhan, tak boleh lagi memikirkan kepentingan sendiri.

Setelah beberapa saat, aku dapat surat lagi dari pemimpin. Beberapa saudara-saudari kabur dari PKT, kami harus mengatur agar mereka datang ke gereja kami. Kali ini, aku tak bisa lagi memikirkan kepentingan sendiri. Tak peduli mereka bisa melakukan tugas atau tidak, aku siap menerima mereka agar mereka punya kehidupan bergereja. Aku pergi ke alamat-alamat yang diberikan pemimpin, menyambut mereka di gereja kami, dan membuat pengaturan yang diperlukan. Setelah melakukannya, aku merasa tenteram dan tenang.

Kemudian, polisi juga mengawasiku, aku pun menjadi risiko keamanan dan tak bisa berhubungan dengan yang lain. Aku tak bisa menghadiri pertemuan dan menjalankan tugas. Itu masa yang sangat sulit bagiku. Sering aku rindu saat-saat bisa bertemu saudara-saudari dan menjalankan tugas. Aku menantikan bertemu saudara-saudariku lagi, bersekutu akan kebenaran bersama, dan mengutarakan isi hatiku. Kerinduanku akan kehidupan bergereja dan akan saudara-saudari menyiksaku. Saat itu aku mengerti yang dirasakan saudara-saudari yang dikejar-kejar PKT saat tak bisa punya kehidupan bergereja atau menghubungi saudara-saudari mereka. Aku teringat Saudari Zhu Yun yang kulempar ke gereja tetangga. Waktu itu, kupikir karena dia tak bisa melakukan tugas, dia tak membantu pekerjaan gereja. Namun, aku tak berpikir betapa dia tersiksa dan menderita, mengingat dia pernah ditahan PKT tiga tahun lebih, masih di bawah pengawasan setelah dibebaskan, dan tak bisa menghubungi saudara-saudarinya atau hidup bergereja. Demi menghadiri pertemuan, dia harus datang dari kampung halamannya ke gereja kami. Dia lakukan ini agar bisa menghubungi saudara-saudari, tapi aku tolak dia tanpa kata-kata penghiburan atau simpati sedikit pun. Makin dipikirkan, makin aku merasa bersalah. Kenapa aku dingin dan tak berperasaan? Aku tak punya kemanusiaan sama sekali!

Kemudian, kubaca firman Tuhan yang menyingkap antikristus, yang membantuku melihat masalah dengan lebih jelas. Firman Tuhan katakan: "Perwujudan utama kejahatan dan kekejaman antikristus adalah adanya tujuan dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Hal pertama yang mereka pikirkan adalah kepentingan mereka sendiri; dan cara-cara yang mereka gunakan tercela, kasar, kotor, hina, dan mencurigakan. Tidak ada ketulusan dalam cara mereka melakukan sesuatu, dan dalam cara mereka memperlakukan orang serta prinsip-prinsip yang mereka gunakan untuk memperlakukan orang. Cara mereka memperlakukan orang adalah dengan memanfaatkan dan memanipulasi mereka, dan ketika orang tidak ada gunanya lagi bagi mereka, mereka pun menyingkirkan orang-0rang itu. Jika engkau ada gunanya bagi mereka, mereka akan berpura-pura memedulikanmu: 'Bagaimana kabarmu? Apakah ada kesulitan? Aku bisa membantu memecahkan kesulitanmu. Beri tahu aku kalau kau ada masalah. Aku ada di sini untukmu. Betapa beruntungnya kita memiliki hubungan yang sebaik ini!' Mereka tampak begitu perhatian. Namun ketika suatu saat engkau tidak ada gunanya lagi bagi mereka, mereka akan mengabaikanmu, menyingkirkanmu dan memperlakukanmu seolah-olah mereka belum pernah bertemu denganmu. Ketika engkau benar-benar ada masalah dan mencari mereka untuk minta bantuan, sikap mereka tiba-tiba berubah, perkataan mereka tidak lagi terdengar menyenangkan seperti ketika mereka pertama kali berjanji akan membantumu—mengapa mereka bersikap seperti ini? Ini karena engkau tidak ada gunanya lagi bagi mereka, jadi mereka pun tidak lagi memberimu perhatian. Dan bukan itu saja: jika mereka mendapatimu melakukan kesalahan atau menemukan sesuatu yang bisa mereka gunakan sebagai alat, mereka pun menjadi dingin dan sinis terhadapmu, bahkan mungkin mengutukmu. Cara macam apa ini? Inikah perwujudan kebaikan dan ketulusan itu? Ketika antikristus mewujudkan kejahatan dan kekejaman seperti ini dalam perilaku mereka terhadap orang lain, adakah sedikit saja kemanusiaan dalam perilaku tersebut? Adakah sedikit saja ketulusan dalam diri mereka terhadap orang-orang? Sama sekali tidak. Semua yang mereka lakukan adalah untuk keuntungan, kesombongan, dan reputasi mereka sendiri, agar mereka memiliki status dan ketenaran di antara orang-orang. Mengenai semua orang yang mereka temui, jika dapat memanfaatkan mereka, mereka akan melakukannya. Terhadap orang yang tidak dapat mereka manfaatkan, mereka bersikap merendahkan dan tidak mau memberi perhatian; sekalipun engkau berinisiatif menyapa mereka, mereka akan mengabaikanmu, seolah-olah engkau tak terlihat oleh mereka. Namun, jika suatu saat mereka membutuhkanmu, sikap mereka terhadapmu tiba-tiba berubah, dan mereka bisa membingungkanmu karena menjadi sangat perhatian dan ramah. Mengapa sikap mereka terhadapmu berubah? (Karena kami ada gunanya.) Benar sekali: karena menganggapmu ada gunanya, sikap mereka pun berubah" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Saat membaca apa yang disingkap firman Tuhan, aku merasa sedih dan bersalah. Perbuatanku sama dengan perbuatan antikristus. Di setiap situasi aku punya maksud, dan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Aku selalu berhitung dan memanfaatkan orang dalam berinteraksi. Aku tak mengasihi saudara-saudariku, tak tulus atau baik hati. Saudari Zhu Yun sudah lama diawasi PKT dan tak punya kehidupan bergereja. Seharusnya aku mengerti situasinya, menyokong dan membantunya penuh kasih, segera mengatur agar dia bisa menghadiri pertemuan dan melakukan tugas yang dia bisa. Namun, aku khawatir dengan risiko keamanan yang dia timbulkan. Kupikir menerimanya masuk gereja tak akan membantu pekerjaan gereja, dan kami harus mengeluarkan tenaga ekstra dan menanggung akibat untuk membantunya. Paling buruk, dia membahayakan keamanan saudara-saudari yang lain, yang akan memengaruhi pekerjaan gereja. Jadi, aku sama sekali tak peduli dia punya kehidupan bergereja atau tidak, dan aku tak bertanya tentang keadaan atau kesulitannya. Aku hanya mau singkirkan dia, dan tak terima dia masuk gereja. Aku begitu acuh tak acuh dan egois. Sama sekali tak punya kemanusiaan! Aku hanya bisa bertanya pada diri sendiri, "Aku bahkan tak memikirkan saudariku dalam perkara kecil. Aku tak punya kasih atau belas kasih untuknya. Bagaimana mungkin bantuan yang dulu kutawarkan pada saudara-saudari tulus?" Melalui perenungan, aku tahu bahwa sering kali, aku membantu saudara-saudari karena aku pemimpin gereja. Kupikir dengan memberi sokongan dan memastikan keadaan mereka normal, aku berhasil dalam tugas dan pasti menunjukkan citra yang baik. Baru sekarang aku sadar tindakanku tidak peka pada kehendak Tuhan, dan aku tidak memenuhi tanggung jawab seorang pemimpin. Malah, aku melindungi reputasi dan statusku. Kelihatannya aku melakukan tugas, tapi sebenarnya, aku menjaga kepentingan sendiri berkedok melakukan tugas, dan memakai orang lain sebagai batu loncatan dalam mengejar reputasi dan status. Perbuatanku menjijikkan bagi Tuhan, dan aku berada di jalan yang menentang Tuhan. Kalau aku tak mengalami derita kehilangan hidup bergereja, aku tak akan pernah tahu derita dan sengsaranaya saudara-saudariku tanpa pertemuan dan hidup bergereja. Dan aku tak akan mengenali watak antikristusku yang jahat dan keji.

Kemudian, kubaca kutipan lain dari firman Tuhan. "Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti gengsi dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek negatif" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Pengungkapan firman Tuhan ini membuatku sadar bahwa jika kita mengerjakan tugas tanpa menerapkan kebenaran, menjaga reputasi dan status, berapa pun harga yang kita bayarkan, kita selalu berperan negatif di gereja dan menjadi saluran bagi Iblis. Kita hanya akan menyebabkan kekacauan dan gangguan pekerjaan gereja dan merusak jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Aku teringat akan saudari yang terpaksa datang pada kami dari kampung halaman hanya untuk ikut hidup bergereja. Dia tulus percaya pada Tuhan dan menantikan firman Tuhan. Andai punya sedikit kemanusiaan, tak akan kuperlakukan dia seperti itu. Aku pemimpin gereja, tapi saat Saudari Zhu Yun dalam masalah, aku tak menolong, dengan acuh tak acuh dan kejam kukirim dia ke gereja lain. Makin kupikirkan perbuatanku, makin kubenci diriku. Aku merasa berutang pada saudariku, terlebih pada Tuhan. Aku menghadap Tuhan dan berdoa, "Tuhan! Aku hanya memikikan kepentingan sendiri saat bekerja, dan tak mengasihi saudara-saudariku. Aku sangat egois dan keji! Tuhan! Aku mau bertobat ...."

Lalu, saat membaca firman Tuhan, kubaca kerelaan dan kepedulian Tuhan yang tanpa pamrih bagi manusia, aku makin malu akan sikap egois dan kejiku. Firman Tuhan katakan: "Sebanyak apa pun firman Tuhan yang telah kaudengar, sebanyak apa pun kebenaran yang mampu kauterima dan telah kaupahami, sebanyak apa pun kenyataan yang telah kaujalani, atau sebanyak apa pun hasil yang telah kauperoleh, ada fakta yang harus kaupahami: jalan, kebenaran, dan hidup dari Tuhan dianugerahkan secara cuma-cuma kepada setiap orang, dan ini adil bagi setiap orang. Tuhan tidak pernah menyukai seseorang lebih daripada yang lain oleh karena berapa lama mereka telah percaya kepada Tuhan atau berapa banyak mereka telah menderita, dan tidak akan pernah menyukai atau memberkati seseorang oleh karena berapa lama mereka telah percaya kepada Tuhan atau berapa banyak mereka telah menderita. Dia juga tidak akan memperlakukan siapa pun secara berbeda oleh karena usia, penampilan, jenis kelamin, latar belakang keluarga mereka, dll. Setiap orang memperoleh yang sama dari Tuhan. Dia tidak membuat siapa pun memperoleh lebih sedikit, atau membuat siapa pun memperoleh lebih banyak. Tuhan itu adil kepada setiap orang. Dia mencukupi kebutuhan manusia pada waktunya dan sesuai kebutuhannya, tidak membiarkan mereka kelaparan, kedinginan, atau kehausan, dan Dia memuaskan semua kebutuhan hati manusia. Ketika Tuhan melakukan hal-hal ini, apa yang Tuhan tuntut dari manusia? Tuhan mengaruniakan hal-hal ini kepada manusia, jadi adakah sedikit saja keegoisan dalam diri Tuhan? (Tidak.) Tidak ada sama sekali keegoisan dalam diri Tuhan. Firman dan pekerjaan Tuhan semuanya adalah demi manusia, dan dimaksudkan untuk menyelesaikan semua kesukaran dan kesulitan manusia, sehingga manusia mampu memperoleh kehidupan yang nyata dari Tuhan. Ini adalah fakta" ("Manusia Adalah Penerima Manfaat Terbesar dari Rencana Pengelolaan Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tanpa pamrih Tuhan tersedia bagi semua orang. Dia bekerja keras dalam setiap kita dan tak pernah mengharap imbalan, hanya berharap kita mengejar kebenaran, mengubah watak, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Namun, perlakuanku terhadap saudara-saudariku berdasarkan kegunaan mereka. Jika mereka berguna, aku bersedia bayar berapa pun. Kalau tidak, mereka tak kuindahkan. Aku tak peduli kalau tak ada keuntungannya. Aku egois dan tercela. Tuhan Yesus berfirman: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebanyak yang telah kamu lakukan untuk salah satu dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya kepada-Ku" (Matius 25:40). Ya. Saudara-saudari di gereja yang paling tak menonjol sekalipun harus ditawari bantuan, asalkan mereka sungguh percaya kepada Tuhan, dan bukan penjahat, antikristus, atau orang tidak percaya. Membantu mereka dengan penuh kasih adalah peka pada kehendak Tuhan, dan mendapat perkenanan Tuhan. Terutama saudara-saudari yang dikejar dan dicari-cari PKT, yang tak bisa kembali ke rumah, kita harus perlakukan mereka dengan baik dan pastikan mereka selamat. Ini lebih dari perbuatan baik. Sikap seseorang terhadap saudara-saudarinya menunjukkan kemanusiaannya. Kurasakan penyesalan yang dalam. Kalau ada kesempatan bertugas lagi, aku tak akan egois dan tercela, atau hanya memikirkan kepentingan sendiri saat berinteraksi dengan saudara-saudariku. Aku harus berusaha maksimal menolong saudara-saudariku, dan menjadi orang yang punya kemanusiaan dan nalar.

Bulan Januari tahun ini, aku akhirnya mulai bertugas lagi. Pemimpinku mengatur agar aku menyokong seorang saudari yang merupakan risiko keamanan. Kupikir, "Setelah semua berlalu, akhirnya aku punya tugas. Jika aku berhubungan dengan saudari ini, bagaimana kalau aku dinyatakan terlibat?" Saat ini, aku sadar keadaanku tidak benar, segera aku menghadap Tuhan dan berdoa agar menanggalkan diri, aku mau sebaik-baiknya membantu dan menyokong saudariku. Dengan bertemu dan bersekutu tentang firman Tuhan bersamanya, keadaan negatifnya berangsur berubah, dan dia mau menulis artikel kesaksian tentang Tuhan. Saat berupaya penuh membantu saudariku, aku merasa sangat tenteram.

Dulu, aku merasa tahan penderitaan, kerja keras dalam tugas, punya kemanusiaan bagus, dan mengasihi saudara-saudariku. Melalui apa yang ditunjukkan kenyataan, penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, akhirnya aku sadar aku hanya mencari keuntungan. Aku egois, tak peduli, hatiku tak punya kejujuran atau kebaikan. Aku dirusak Iblis sampai menjadi tidak manusiawi! Penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan membuatku mengerti cara memperlakukan saudara-saudari dengan kemanusiaan dan nalar. Firman Tuhan membantuku dekat dengan yang lain tanpa selalu mencari kepentingan sendiri, tulus menyokong dan menolong saudara-saudariku. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Hari-hariku dalam Penahanan

Oleh Saudari Yang Qing, Tiongkok Juli 2006, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Suamiku mendukung dan menyambut...