“Dipenjara” oleh Ayahku Sendiri

30 Agustus 2023

Oleh Saudari Keanna, Ukraina

Pada musim panas 2020. Saat itu, aku dan adikku Albina menemukan sebuah video Gereja Tuhan Yang Mahakuasa berjudul Bangkit dari Mimpi. Dalam video itu dikatakan bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali. Ini membuat kami penasaran, jadi kami mengunduh aplikasi Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dan terhubung dengan saudara-saudari dari gereja. Mereka bersaksi kepada kami tentang bagaimana Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan banyak kebenaran, melakukan pekerjaan penghakiman dan telah membuat sekelompok pemenang. Aku sangat bersemangat dan terus membaca banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa. Kulihat firman-Nya penuh otoritas dan kuasa, serta semuanya adalah kebenaran, aku sadar, tak ada orang biasa yang bisa mengungkapkan kata-kata seperti itu—ini adalah suara Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali! Aku dan adikku merasa sangat terinspirasi dan dengan gembira menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kami sering berkumpul dengan saudara-saudari secara daring dan mempersekutukan firman Tuhan.

Namun, tak disangka saat ayah kami melihat kami menghadiri pertemuan daring Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dan tak berdoa dengan ikon Ortodoks, dia bilang kami menyembah Tuhan yang berbeda dan mengkhianati Tuhan Yesus. Perkataannya salah. Dengan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, aku tahu Tuhan Yang Mahakuasa dan Tuhan Yesus adalah Tuhan yang sama, Roh yang sama. Mereka mewakili Tuhan melakukan pekerjaan berbeda pada zaman berbeda. Pada Zaman Kasih Karunia, Tuhan menggunakan nama Yesus untuk melakukan pekerjaan penebusan. Kini pada akhir zaman, Tuhan telah berinkarnasi dan memakai nama baru untuk melakukan pekerjaan penghakiman dan pentahiran. Tuhan Yang Mahakuasa adalah nama baru yang dipakai Tuhan Yesus saat Dia datang kembali. Aku tak mengkhianati Tuhan Yesus dengan percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku menyambut kedatangan Tuhan kembali dan mengikuti jejak langkah Tuhan. Namun, ayahku belum membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, tak mengenali pekerjaan Tuhan, jadi dia tak tahu Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Aku mencoba menjelaskan, tapi dia tak memberiku kesempatan bicara dan mempertahankan pandangannya, bahkan sampai mencaci maki aku. Dia bilang jika memergoki kami membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa lagi, dia akan memukuli kami, meski harus memukuli kami sampai mati dan masuk penjara, dia akan melakukannya agar kami tak percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Aku terkejut mendengar perkataan ayahku. Aku tak pernah membayangkan dia bisa bicara sekeras itu hanya untuk mencegah kami percaya. Hari itu, dia melarang kami masuk rumah dan memaksa kami duduk di luar selama beberapa jam dengan mengenakan piama. Aku merasa sangat sedih saat itu dan berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku merasa sedikit lemah, tapi aku tahu harus kuat dan menanggung semua ini. Bagaimanapun ayahku menghalangi, aku akan terus percaya kepada-Mu. Tolong beri aku iman dan kekuatan." Setelah itu, aku teringat satu kutipan firman Tuhan: "Engkau harus memiliki keberanian-Ku di dalam dirimu, dan engkau harus memiliki prinsip-prinsip dalam hal menghadapi kerabat yang tidak percaya. Namun demi Aku, engkau juga tidak boleh tunduk pada kekuatan gelap apa pun. Andalkan hikmat-Ku untuk berjalan jalan yang sempurna; jangan sampai rencana Iblis menang. Kerahkan segala upayamu untuk menaruh hatimu di hadapan-Ku, dan Aku akan menghiburmu dan memberimu kedamaian dan kebahagiaan di hatimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Firman Tuhan menghangatkan hatiku dan membantuku menenangkan diri. Melalui firman Tuhan aku tahu, bagaimanapun ayahku menghalangiku, dia tetap dalam kendali Tuhan, jadi aku tak perlu takut kepadanya. Aku harus berdoa kepada Tuhan untuk memberiku keberanian dan kebijaksanaan agar bisa melewati cobaan ini. Setelah itu, meski ayahku sering mencari maki aku, melarangku berhubungan dengan saudara-saudari, bahkan sering memeriksa ponselku, aku tetap berusaha keras menghindari pengawasannya dan sering bersembunyi di kamar mandi, pancuran, ruang bawah tanah atau taman agar bisa mengobrol dengan saudara-saudari.

Tidak lama, kami mulai berlatih sebagai penyiram petobat baru dan diam-diam menjalankan tugas, tapi petobat baru yang perlu disiram perlahan tumbuh dan akhirnya aku bersekutu dan berkumpul dengan mereka di kamarku setiap hari. Ini membuat ayahku curiga aku ikut pertemuan lagi sehingga pengawasannya lebih ketat. Dia bukan hanya memeriksa ponselku, saat aku sendirian di kamar, dia diam-diam masuk untuk melihat apa yang kulakukan. Dia juga memasang CCTV di rumah, bahkan adik laki-lakiku mengawasiku dengan imbalan hadiah. Terkadang, aku terpaksa menghapus semua hal yang berhubungan dengan gereja dan tugasku di ponsel, juga untuk sementara meninggalkan grup obrolan pertemuan, tapi akhirnya, ayahku memergokiku menerapkan imanku. Hari itu, dia mabuk lagi dan mulai memakiku, bahkan meracaukan hujatan tentang Tuhan. Aku tak tahan lagi, jadi aku berkata: "Aku percaya kepada Tuhan yang benar, Tuhan Yesus yang datang kembali. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan banyak kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia, serta membebaskan kita dari dosa dan bencana. Ini satu-satunya kesempatanku untuk memperoleh penyelamatan, jadi aku harus menjalankan imanku. Jika kau terus berusaha menghentikanku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku akan terpaksa pergi dari sini dan mencari tempat tinggal lain." Dia tak mengatakan apa-apa dan beberapa saat setelah itu, dia nyaris tak bicara tentang imanku dan berhenti berusaha menekanku. Kupikir semua ini telah berlalu, dan tak pernah membayangkan ini semua hanya ketenangan sebelum badai. Suatu hari, tepat saat aku memulai pertemuan, adikku berlari masuk dan berkata ayah kami meminta untuk melihat ponselku, tapi aku tak menyerahkannya karena tahu ayahku mungkin akan merusaknya. Aku hanya bisa terhubung dengan gereja lewat ponsel, juga satu-satunya cara aku bisa membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa. Jadi, aku buru-buru menghubungi seorang saudari dari gereja dan menjelaskan situasi keluargaku, lalu meminta para petobat baru yang kusirami dialihkan kepadanya. Setelah itu, aku menyembunyikan ponselku.

Hari itu, ayahku mengundang pamanku, meminta dia menghentikan kami percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Aku tak tahu metode apa yang akan mereka gunakan untuk menekan kami. Kemudian beberapa firman Tuhan muncul di benakku: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Ketika Tuhan bekerja, memedulikan seseorang, dan memperhatikan orang ini, dan ketika Dia menyukai dan berkenan atas orang ini, Iblis juga akan menguntit orang ini, berusaha menipu orang ini dan melukai dirinya. Jika Tuhan ingin mendapatkan orang ini, Iblis akan berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi Tuhan, menggunakan berbagai cara jahat untuk mencobai, mengganggu, dan merusak pekerjaan yang Tuhan lakukan demi mencapai tujuan tersembunyinya. Apa tujuan ini? Iblis tidak ingin Tuhan mendapatkan siapa pun; Iblis ingin merebut orang-orang yang ingin Tuhan dapatkan, dia ingin mengendalikan mereka, menguasai mereka sehingga mereka menyembahnya, sehingga mereka bergabung dengannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat, dan menentang Tuhan. Bukankah ini motif Iblis yang jahat? ... Dalam peperangan melawan Tuhan dan mengikuti di belakang-Nya, tujuan Iblis adalah untuk menghancurkan semua pekerjaan yang Tuhan ingin lakukan, untuk merasuki dan mengendalikan orang-orang yang Tuhan ingin dapatkan, untuk sepenuhnya memusnahkan orang-orang yang Tuhan ingin dapatkan. Jika mereka tidak dimusnahkan, mereka menjadi milik Iblis, untuk dipakai olehnya—inilah tujuannya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Melalui firman Tuhan, aku sadar, penindasan keluargaku terhadap imanku adalah ujian dan gangguan Iblis. Iblis tak ingin aku mengikuti Tuhan dan diselamatkan oleh-Nya, jadi dia menggunakan keluargaku untuk menyerang dan memaksaku menyangkal dan mengkhianati Tuhan. Ini adalah rencana jahat Iblis. Aku ingat bagaimana Ayub diserang oleh Iblis saat dia diuji. Semua hartanya hancur, anak-anaknya meninggal, dan seluruh tubuhnya diselimuti bisul. Meski mengalami penderitaan besar, Ayub masih mampu menjadi saksi bagi Tuhan dan mempermalukan Iblis. Aku tahu harus meniru Ayub: bagaimanapun ayah dan pamanku menekan dan menghalangiku, aku harus bertahan dalam imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa, berdiri teguh dan mempermalukan Iblis.

Segera setelah dia masuk ke kamar kami, dia mulai mendesak kami untuk melepaskan iman kami. Dia berkata: "Kau telah meninggalkan Tuhan Yesus dan tak pergi ke gereja—ini pengkhianatan terhadap Tuhan!" Aku membalas: "Tuhan Yang Mahakuasa dan Tuhan Yesus adalah Tuhan yang sama. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan jutaan kata serta menyingkap kebenaran dan misteri yang tak terhitung jumlahnya, seperti misteri rencana pengelolaan 6.000 tahun Tuhan, kisah di balik tiga tahap pekerjaan-Nya, serta misteri nama-nama Tuhan. Dia juga telah menyingkap akar dari dosa umat manusia dan kenyataan dari kerusakan kita oleh Iblis, menunjukkan kita jalan menuju penyelamatan. Banyak orang di seluruh dunia mengakui firman Tuhan Yang Mahakuasa sebagai kebenaran dan suara Tuhan, serta telah menyambut kedatangan Tuhan kembali. Jadi, bagaimana kau bisa bilang kami mengkhianati Tuhan dengan percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa? Saat Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, banyak yang meninggalkan bait suci untuk mengikuti-Nya—apa menurutmu mereka mengkhianati Tuhan Yahweh? Mereka yang tak mendengar suara Tuhan dan tak mengikuti Tuhan saat orang-orang bersaksi atas kedatangan-Nya kembali yang mengkhianati Tuhan." Mendengar ini, pamanku murka. Dia berkata: "Lihat dia! Dia tak memikirkan perkataanku sedikit pun, justru coba menguliahiku. Dia berkhotbah dan mencoba menarikku ikut gereja itu!" Kemudian, istri pamanku coba meyakinkanku. Dengan nada mengejek dan mencemooh, dia menyarankan agar aku menikah saja seperti wanita lain, mengejar keluarga yang stabil dan kehidupan kerja, bukannya menghabiskan seluruh waktuku menerapkan iman dan berkhotbah. Aku membalas: "Sejak menjadi orang percaya, aku banyak membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, mendapatkan wawasan tentang banyak hal, tahu makna hidup, dan apa yang paling berarti untuk dikejar dalam hidup. Selama ini, seiring pandemi, perang dan kelaparan meningkat, bisakah kenikmatan daging dan hidup santai menjamin keselamatan atau melindungi kita dari bencana? Hanya dengan menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, memperoleh kebenaran dan menyingkirkan dosa kita bisa mendapatkan perlindungan Tuhan dari bencana dan masuk kerajaan-Nya. Ini satu-satunya jalan menuju penyelamatan." Mereka tak mengatakan apa pun. Melihat sikapku yang kukuh, mereka memanggil kakekku dan paman lain untuk mengeroyokku. Aku memikirkan bagaimana saudara-saudari Tionghoa mampu berdiri teguh menghadapi persekusi dan bahaya. Aku ingin menjadi saksi bagi Tuhan dan mempermalukan Iblis seperti mereka, jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku tak tahu apa yang akan dikatakan atau dilakukan kakekku dan yang lain kepadaku, tolong beri aku iman dan kekuatan." Begitu kakekku tiba, dia mulai memarahiku dan adikku, memegang ikat pinggang dengan sikap mengancam, berkata: "Jika kalian berdua tak melepaskan iman kepada Tuhan Yang Mahakuasa, kalian bukan lagi cucuku!" Mendengar ini, aku berpikir: aku tak akan pernah melepaskan imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa meski seluruh keluargaku meninggalkanku. Tuhan Yesus berfirman: "Barangsiapa yang menyangkal Aku di hadapan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di hadapan Bapa-Ku yang di surga" (Matius 10:33). Ditinggalkan oleh orang-orang itu tak menakutkan karena kita bisa hidup tanpa manusia, tapi jika ditinggalkan oleh Tuhan, maka semuanya sudah tamat. Jadi, bagaimanapun mereka menghalangiku, aku tak akan menyangkal Tuhan. Aku dengan teguh berkata: "Aku telah mengakui Tuhan Yang Mahakuasa sebagai Tuhan yang benar. Apa pun yang kau katakan, aku tak akan pernah melepaskan imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa." Adikku juga berkata bahwa dia tak akan meninggalkan imannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Semua orang di sana terkejut dengan ucapan kami. Pamanku murka, merebut ponselku dan memarahiku: "Siapa yang kau telepon di ponsel ini setiap hari? Siapa mereka? Siapa saja nama mereka? Beri aku nomor telepon mereka! Aku akan laporkan mereka ke polisi!" Dia lalu menyuruhku membuka ponselku. Saat aku tak menjawab, dia makin marah dan berkata: "Sepertinya kau tanpa harapan, kau tak mau mendengarkan semua perkataan kami. Kami harus mengirimmu ke psikiater untuk dirawat." Di mata mereka, iman hanyalah semacam keyakinan agama, dan mereka pikir orang yang mau mengabdi dan mengorbankan diri untuk Tuhan adalah orang yang tak normal. Setelah itu, anggota keluarga lain bergantian memarahi dan memakiku, tapi aku dan adikku tak goyah dan bahkan membantah. Mereka akhirnya muak terhadap kami dan pulang.

Mereka tak berhenti di situ. Dua hari kemudian, ayahku menunjukkan beberapa video yang menjelekkan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Aku merasa video itu sangat menyakitkan karena aku tahu itu salah dan memfitnah gereja. Aku mungkin belum lama percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tapi aku telah membaca firman-Nya dan memahami sedikit kebenaran. Aku tahu jalan yang harus diambil seseorang untuk dibebaskan dari dosa dan disucikan, tahu apa saja hal yang paling berarti untuk dikejar dalam hidup. Aku mulai menerapkan memandang sesuatu berdasarkan firman Tuhan dan bisa membedakan yang baik dan yang jahat. Aku sudah meningkat di beberapa area dan imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa telah memberiku banyak manfaat. Aku merasakan kedamaian batin dan kepuasan, serta yakin bahwa inilah jalan yang benar, jalan yang ditunjukkan Tuhan. Jadi, aku berkata kepada ayahku: "Kau belum menyelidiki pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan memercayai semua desas-desus dan kekeliruan di internet ini. Ini adalah kebohongan iblis. Aku percaya kepada Tuhan yang benar ...." Namun, setelah kukatakan ini, ayahku langsung menyela dan mulai memarahiku lagi. Kemudian, pamanku datang lagi dan mulai menekanku, berkata: "Keanna, kau adalah keluarga kami, dan kami semua sangat mencintaimu. Kami melakukan ini untuk kebaikanmu sendiri. Kau akan berterima kasih kepada kami. Tinggalkanlah gereja ini secepat mungkin." Kata-katanya mengingatkanku pada bagaimana Iblis menggunakan istri Ayub untuk menyerangnya. Istri Ayub berkata: "Apakah engkau masih mempertahankan kesalehanmu? Kutuklah Tuhan dan matilah!" (Ayub 2:9). Namun, Ayub tak menuruti dia, justru menegurnya karena berbicara "seperti wanita bodoh bicara". Sekarang, aku juga dipaksa dan dihalangi oleh keluargaku. Katanya mereka melakukannya demi kebaikanku sendiri, tapi itu untuk memaksaku meninggalkan Tuhan Yang Mahakuasa. Aku muak dengan kebohongan dan tipuan mereka, jadi aku hanya duduk diam dan mengabaikan mereka. Ada sangat banyak yang ingin kukatakan kepada mereka, tapi aku tahu mereka tak akan mendengarkan. Melihatku tak menuruti tuntutan mereka, ayahku mengambil ikat pinggangnya dan mencambuk wajah dan tanganku beberapa kali, membuat tanganku perih karena rasa sakit dan air mata mengalir di wajahku. Akhirnya, mereka menyita ponselku dan ponsel adikku, dan kami tak bisa berhubungan dengan gereja. Setelah itu, ayahku terus memantau kami dan melarang kami membaca firman Tuhan. Dia mengikutiku ke mana pun aku pergi agar tak bisa sendirian, bahkan mengamati ekspresiku—jika sepertinya ada sesuatu di pikiranku, dia akan berteriak: "Jangan berani-berani memikirkan Tuhan yang kau percayai itu!" Aku teringat beberapa firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Orang percaya dan orang tidak percaya sama sekali tidak sesuai; sebaliknya mereka saling bertentangan satu sama lain" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). "Siapa pun yang tidak percaya kepada Tuhan yang berinkarnasi adalah orang jahat dan, terlebih lagi, akan dimusnahkan. ... Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapa lagi musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Tuhan menyingkap esensi orang tak percaya. Aku dulu berpikir tak seorang pun yang lebih dekat daripada keluarga, tapi setelah ditindas dan dihalangi oleh mereka berkali-kali serta membandingkan itu dengan firman Tuhan, aku akhirnya melihat wujud asli mereka. Meskipun percaya Tuhan, mereka tak punya keinginan sedikit pun untuk mencari saat dihadapkan pada sesuatu yang luar biasa seperti kedatangan Tuhan kembali. Mereka tak mendengarkan suara Tuhan dan tak menyambut Tuhan, bahkan menggunakan segala cara untuk menghalangi kami menerima Tuhan Yang Mahakuasa, mengocehkan segala macam penghakiman dan kutukan terhadap-Nya. Mereka adalah orang-orang yang membenci dan menentang Tuhan. Karena mereka adalah musuh Tuhan, mereka juga musuhku. Aku tak sama dengan mereka.

Meskipun telah mendapatkan sedikit pemahaman tentang keluargaku, aku terus diawasi oleh mereka, tak bisa menghadiri pertemuan, bahkan tak bisa bicara dengan adikku secara pribadi mengenai hal-hal rohani, jadi, lama-kelamaan, aku mulai merasa lemah. Saat itu, aku teringat sebuah kutipan firman Tuhan. "Jangan berkecil hati, jangan lemah, dan Aku akan menjadikan segalanya jelas bagimu. Jalan menuju kerajaan tidaklah mulus; tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin berkat datang dengan mudah, bukan? Sekarang, semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Tanpa ujian semacam itu, hati penuh kasih yang engkau miliki bagi-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati bagi-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus menjalaninya; hanya saja tingkat kesulitan ujian-ujian itu berbeda-beda untuk masing-masing orang. Ujian merupakan berkat dari-Ku, dan berapa banyak dari antaramu sering datang ke hadapan-Ku dan berlutut untuk meminta berkat-Ku? Anak-anak bodoh! Engkau selalu mengira bahwa beberapa kata kemujuran merupakan berkat-Ku, tetapi tidak menyadari bahwa kepahitan merupakan salah satu berkat-Ku. Mereka yang berbagi dalam kepahitan-Ku pasti akan berbagi juga dalam kemanisan-Ku. Itulah janji-Ku dan berkat-Ku untukmu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Firman Tuhan memenuhiku dengan kehangatan dan aku merasa Dia sangat dekat denganku. Tuhan mengerti apa yang kupikirkan dan alami, serta menggunakan firman-Nya untuk menghibur dan menyemangatiku. Aku tahu alasan memasuki kerajaan surga begitu sulit serta jalan yang benar terus dipersekusi dan ditolak adalah karena Iblis menguasai dunia ini serta tak mengizinkan Tuhan datang ke sini untuk mengungkapkan kebenaran dan menyelamatkan umat manusia, apalagi mengizinkan orang-orang mengikuti dan percaya kepada Tuhan. Akibatnya, orang yang melakukan itu dipersekusi. Pada Zaman Kasih Karunia, banyak orang dipersekusi, bahkan menjadi martir karena kepercayaan mereka kepada Tuhan Yesus. Kini pada Zaman Kerajaan, Tuhan telah berinkarnasi lagi untuk menyelamatkan umat manusia. Di Tiongkok, sangat banyak orang percaya Tuhan Yang Mahakuasa telah ditangkap, dipersekusi, dipukuli dan disiksa oleh PKT, tapi mereka tetap teguh memercayai Tuhan dan menjadi saksi bagi-Nya. Menghadapi persekusi dari keluargaku karena kepercayaanku kepada Tuhan, aku merasa sangat terhormat untuk menjadi saksi bagi Tuhan di hadapan Iblis. Aku menghadapi kesulitan, tapi ini mengandung niat baik Tuhan. Imanku lemah dan tak bisa melihat rencana Iblis, jadi Tuhan bekerja melalui halangan dan persekusi keluargaku untuk mengajariku mengandalkan Dia dan mencari kebenaran untuk mendapatkan ketajaman. Situasi ini membantuku memahami kebenaran dan mengembangkan tingkat pertumbuhanku. Setelah menyadari maksud Tuhan, aku merasa lebih nyaman dan kecemasanku berkurang, lalu memutuskan untuk mengandalkan Tuhan dalam pengalaman ini. Selama Tuhan ada di sisiku, siapa pun yang menentang atau menghalangiku bukan masalah.

Selama waktu itu, keluargaku terus memantau dan menekan kami. Kami tak bisa membaca firman Tuhan, dan perasaanku sangat buruk sampai-sampai mempertimbangkan untuk melarikan diri. Menurutku melarikan diri adalah satu-satunya jalan keluar. Jika meninggalkan rumah, aku akan bisa menerapkan iman secara normal, tapi semua jalan untuk melarikan diri ditutup. Ayahku selalu ada di rumah dan aku tak tahu cara menghindari dia. Anggota keluarga lainnya juga mengawasiku. Selain itu, aku tak punya uang dan tak tahu ke mana aku bisa pergi. Aku khawatir jika melarikan diri, ayahku akan melaporkan saudara-saudari kepada polisi. Aku sangat tertekan, selalu menangis, dan tak ingin ada yang melihatku seperti itu. Selama waktu itu, aku hidup dalam ketakutan tanpa henti. Saat berdoa di kamarku, aku selalu khawatir ayahku akan masuk, mendobrak pintu dan meneriakiku. Aku makin khawatir dia akan memukuli dan mencaci maki aku dan adikku. Aku tak tahu berapa lama lagi persekusi ini akan berlangsung. Memikirkan saudara-saudariku bisa berkumpul dan melakukan tugas secara teratur, sementara aku tak punya kesempatan itu, aku iri kepada mereka, jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku sangat kesulitan untuk menerapkan iman di rumah. Aku ingin meninggalkan rumah agar bisa berkumpul dan melakukan tugasku dengan bebas. Tolong bukakan jalan untukku."

Suatu hari, aku akhirnya bisa menghindari semua anggota keluargaku dan melihat dua kutipan firman Tuhan di ponselku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sementara menjalani ujian, wajar bagi manusia untuk merasa lemah, atau memiliki kenegatifan dalam diri mereka, atau kurang memiliki kejelasan tentang kehendak Tuhan atau jalan penerapan mereka. Namun dalam hal apa pun, engkau harus memiliki iman dalam pekerjaan Tuhan, dan seperti Ayub, jangan menyangkal Tuhan. Walaupun Ayub lemah dan mengutuki hari kelahirannya sendiri, dia tidak menyangkal bahwa segala sesuatu dalam hidup manusia dikaruniakan oleh Yahweh dan Yahweh-lah juga yang bisa mengambil semuanya itu. Bagaimanapun dia diuji, dia tetap mempertahankan keyakinannya ini. Dalam pengalamanmu, pemurnian apa pun yang engkau alami melalui firman Tuhan, yang Tuhan kehendaki dari manusia, singkatnya, adalah iman dan kasih mereka kepada-Nya. Yang Dia sempurnakan dengan bekerja dengan cara ini adalah iman, kasih dan aspirasi manusia. Tuhan melakukan pekerjaan penyempurnaan dalam diri manusia, dan mereka tidak bisa melihatnya, tidak bisa merasakannya; dalam situasi inilah imanmu dibutuhkan. Iman manusia dibutuhkan ketika sesuatu tidak bisa terlihat oleh mata telanjang, dan imanmu dibutuhkan ketika engkau tidak bisa melepaskan gagasanmu sendiri. Ketika engkau tidak memiliki kejelasan tentang pekerjaan Tuhan, yang dibutuhkan darimu adalah memiliki iman dan engkau harus berdiri teguh dan menjadi saksi. Ketika Ayub mencapai titik ini, Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berbicara kepadanya. Artinya, hanya dari dalam imanmulah, engkau akan bisa melihat Tuhan, dan ketika engkau memiliki iman, Tuhan akan menyempurnakanmu. Tanpa iman, Dia tidak bisa melakukan ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). "Jika ada banyak hal yang terjadi pada dirimu tidak sesuai dengan gagasanmu tetapi engkau bisa mengesampingkannya dan memperoleh pengetahuan tentang tindakan Tuhan dari hal-hal ini, dan jika di tengah pemurnian engkau menyatakan hatimu yang mengasihi Tuhan, ini berarti engkau menjadi kesaksian bagi-Nya. Jika rumahmu damai, engkau menikmati kenyamanan daging, tidak ada yang menganiayamu, dan saudara-saudari di gereja menaatimu, bisakah engkau memperlihatkan hati yang mengasihi Tuhan? Dapatkah situasi ini memurnikanmu? Hanya melalui pemurnianlah kasihmu kepada Tuhan bisa diperlihatkan, dan hanya melalui terjadinya hal-hal yang tidak sesuai dengan gagasanmu, engkau bisa disempurnakan. Melalui adanya banyak hal negatif dan bertentangan, dan melalui segala macam perwujudan Iblis—tindakannya, tuduhannya, gangguannya dan tipu dayanya—Tuhan memperlihatkan kepadamu wajah jahat Iblis dengan jelas, dan dengan demikian menyempurnakan kemampuanmu untuk membedakan Iblis, sehingga engkau akan membenci Iblis dan meninggalkannya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Dengan membaca firman Tuhan, aku menyadari maksud Tuhan dan tahu bahwa dalam iman kita, kita harus melalui ujian dan pemurnian. Hanya dengan pemurnian, kita bisa mencapai iman sejati kepada Tuhan. Contohnya kisah Ayub—setelah dia menjalani ujian dan berdiri teguh dalam kesaksiannya, imannya kepada Tuhan meningkat dan Iblis menyelinap pergi dalam kehinaan. Aku tahu harus menjadikan Ayub sebagai panutanku dan berdiri teguh dalam ujian ini, tapi aku telah melihat imanku benar-benar lemah. Saat aku bisa berkumpul secara teratur di lingkungan yang damai, aman, imanku kuat dan aku bahkan berkata: "Apa pun yang terjadi, aku tak akan pernah menyalahkan Tuhan." Namun, saat ditindas oleh keluargaku dan dikurung di rumah tanpa kebebasan, aku menjadi negatif dan lemah. Aku tak meninggalkan imanku kepada Tuhan, tapi selalu mengeluh, dan selalu ingin menghindari kesulitan, mencari kehidupan yang tenang dan ibadah yang santai. Ini jelas menunjukkan naturku adalah pengkhianatan terhadap Tuhan. Aku memikirkan betapa tabahnya Ayub. Saat Iblis menguji dan menyerangnya, dia tak pernah mengeluh sama sekali kepada Tuhan, tak pernah membuat tuntutan irasional kepada Tuhan, apalagi mempertanyakan Tuhan karena membiarkan hal seperti itu menimpanya. Ayub tunduk dan menghormati Tuhan, aku tidak. Aku sadar Tuhan menggunakan situasi ini untuk mengujiku dan menyempurnakan imanku. Jika aku selalu ingin menerapkan iman di masa yang tenang, menghindari situasi yang Dia rancang dan tak belajar dari situ, aku tak akan mendapatkan apa-apa. Aku sadar meskipun aku sedikit menderita, Tuhan selalu di sisi aku untuk membimbingku. Saat aku lemah, firman Tuhan menghibur dan menyemangatiku. Jadi, bagaimana bisa aku mengeluh kepada Tuhan? Aku tak punya hati nurani. Dulu aku iri kepada saudara-saudari yang tak ditindas keluarga mereka, tapi setelah kurenungkan: Siapa yang pada akhirnya mendapatkan lebih banyak? Apakah orang yang hidup tenang dan nikmat mendapatkan lebih banyak, ataukah seseorang yang mengalami penindasan dan kesulitan? Jawabannya jelas. Semua ada dalam genggaman Tuhan dan di bawah pengaturan-Nya, Tuhan juga tak melakukan pekerjaan yang tak berarti. Hanya Tuhan yang tahu situasi apa yang terbaik untuk kemajuan hidupku, bukan aku, jadi aku harus tunduk dan mencari.

Tidak lama setelah itu, ayahku mendapatkan pekerjaan dan mulai sering keluar. Selama waktu itu, aku dan adikku bisa dengan aman ikut pertemuan dan mempersekutukan firman Tuhan. Untuk CCTV yang dipasang ayahku, itu bukan hanya tak menyulitkan kami, tapi sangat membantu melindungi kami, karena setiap kali ayahku pulang, kami bisa melihat dia pulang melalui CCTV dan keluar dari pertemuan. Begitu dia pergi lagi, kami akan melanjutkan bersekutu. Saat ayahku di rumah, kami tak bisa menghadiri pertemuan, jadi kami akan meminta izin pergi ke toko, lalu mengambil kesempatan untuk bersekutu di taman. Tahun 2022, pemimpin gerejaku menugaskanku untuk terus menyirami petobat baru dan kemudian aku menjadi pengawas. Aku terus melakukan tugasku bahkan saat mendapat tekanan dan rintangan ayahku.

Aku telah mengalami firman Tuhan, melihat kemahakuasaan dan kebijaksanaan-Nya, serta mendapatkan iman kepada-Nya. Aku telah belajar untuk mengandalkan Tuhan serta menerapkan makan dan minum firman Tuhan untuk menyelesaikan masalahku. Aku juga mendapatkan ketajaman tentang anggota keluarga yang bukan orang percaya dan belajar cara menangani mereka. Aku tak akan mempelajari semua ini jika hidup santai. Pekerjaan Tuhan begitu indah dan nyata. Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa dari lubuk hatiku!

Sebelumnya: Kisah Angel

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Apa Itu Sifat dari Kasih Tuhan?

Ibu Siqiu Kota Suihua, Propinsi Heilongjiang Setiap kali melihat penggalan firman Tuhan berikut ini, "Jika engkau selalu sangat setia...

Membiarkan Diriku Lengah

Oleh Saudari Zhuanyi, Korea Beberapa waktu lalu, kami harus membuat sejumlah gambar untuk pembuatan film gereja. Rekanku, Saudara Simon,...