Kerja Sama yang Harmonis adalah Kunci dalam Tugas

28 Juni 2022

Oleh Saudari Jing Kao, Amerika

Pada musim panas 2020, aku dan Saudari Wang bekerja sama dalam pewarnaan video. Aku pemimpin tim, dan aku membagi tugas, jadi kuatur agar Saudari Wang menangani video musik, sementara aku mengerjakan film. Kupikir aku bisa mengerjakan pewarnaan film sendiri karena pernah menyelesaikan beberapa film sendirian. Meski Saudari Wang juga pernah mewarnai film, pengalamanku lebih banyak, jadi kurasa dia tak perlu terlibat. Lagi pula, jika itu kulakukan sendirian, akulah yang akan dipuji, yang akan lebih menonjolkan kemampuanku dan saudara-saudariku akan menghormatiku. Belakangan, tunggakan adegan yang belum diwarnai membuat beban kerjaku tinggi. Aku lembur setiap hari, berusaha mengejar adegan yang belum selesai. Terkadang kulihat Saudari Wang tidur lebih awal sementara aku masih bekerja, aku bangun lebih pagi daripada Saudari Wang, dan merasa sangat lelah. Namun, aku tak ingin Saudari Wang berbagi beban denganku. Kupikir begitu dia terlibat, akan ada dua nama di bawah credit title perwarnaan di akhir film. Dahulu hanya ada namaku, tapi jika kutambahkan Saudari Wang, saudara-saudari pasti akan menganggap kemampuan kerjaku buruk, itu akan memalukan. Terkadang kupikir, jika aku membiarkan Saudari Wang membantu, segalanya akan berjalan lebih cepat, aku tak akan terlalu sibuk, dan hasilnya lebih baik daripada jika melakukannya sendiri. Namun, saat berpikir berbagi pujian dengannya, aku merasa tak puas. Jadi, aku tak pernah membiarkan Saudari Wang ikut dalam pewarnaan film. Saat itu aku tak merenungkan diri sampai suatu hari, saat seorang saudari memberitahuku Saudari Wang tak menanggung beban dalam tugasnya dan memintaku bersekutu dengannya, aku tiba-tiba berpikir, "Apa Saudari Wang tak menanggung beban ada hubungannya denganku? Aku sangat sibuk setiap hari, aku tahu dia punya waktu, tapi tak memberinya tugas pewarnaan film, yang membuatnya menganggur." Samar-samar kusadari tindakanku salah, dan jika aku melakukan perwarnaan film sendiri, aku akan menunda pekerjaan rumah Tuhan. Namun, kupikir aku bisa mengatasinya dengan lebih banyak lembur, jadi aku mendiamkannya. Meskipun sadar niatku salah, aku masih tak bisa melepaskan, rasanya sangat menyakitkan, jadi aku berdoa memohon kepada Tuhan untuk membimbingku meninggalkan niat keliruku.

Suatu hari, saat masa teduh, aku menonton video pembacaan firman Tuhan, "Meskipun para pemimpin dan pekerja memiliki rekan sekerja, dan semua orang yang melaksanakan tugas apa pun memiliki rekan sekerja, antikristus yakin bahwa mereka memiliki kualitas yang baik dan lebih baik daripada orang kebanyakan sehingga orang kebanyakan tidak layak menjadi rekan sekerja mereka, dan semuanya lebih rendah daripada mereka. Inilah sebabnya antikristus suka menjadi penentu keputusan dan tidak suka mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain. Mereka pikir melakukan hal itu membuat mereka terlihat bodoh dan tidak cakap. Sudut pandang macam apa ini? Watak macam apa ini? Apakah ini watak yang congkak? Mereka berpikir bahwa bekerja sama dan mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain, mencari jawaban dari mereka dan mengajukan pertanyaan kepada mereka, berarti tidak bermartabat dan merendahkan, suatu penghinaan terhadap harga diri mereka. Jadi, untuk melindungi harga dirinya, mereka tidak memiliki transparansi dalam apa pun yang mereka lakukan, mereka juga tidak memberi tahu orang lain tentang hal itu, apalagi mendiskusikannya dengan mereka. Menurut mereka berdiskusi dengan orang lain berarti memperlihatkan diri mereka tidak kompeten; menurut mereka selalu meminta pendapat orang lain berarti mereka bodoh dan tidak mampu berpikir sendiri; menurut mereka bekerja bersama orang lain dalam menyelesaikan sebuah tugas atau menyelesaikan beberapa masalah membuat mereka tampak tidak berguna. Bukankah ini adalah mentalitas mereka yang congkak dan absurd? Bukankah ini adalah watak rusak mereka? kecongkakan dan sikap merasa diri benar di dalam diri mereka terlalu jelas; mereka telah kehilangan semua nalar manusia normal, dan mereka tidak sehat secara mental. Mereka selalu berpikir bahwa mereka memiliki kemampuan, mampu menyelesaikan segala sesuatu seorang diri, dan tidak perlu bekerja sama dengan orang lain. Karena mereka memiliki watak yang rusak seperti itu, mereka tak mampu mencapai kerja sama yang harmonis. Mereka yakin bahwa bekerja dengan orang lain berarti melemahkan dan memecah-belah kekuasaan mereka, bahwa ketika pekerjaan dibagi dengan orang lain, kekuasaan mereka sendiri berkurang dan mereka tak bisa memutuskan sendiri segala sesuatunya, yang berarti mereka tidak memiliki kekuasaan nyata, yang bagi mereka merupakan kerugian besar. Jadi, apa pun yang terjadi pada diri mereka, jika mereka yakin bahwa mereka mengerti dan tahu bagaimana menanganinya, mereka tidak akan mendiskusikannya dengan orang lain, mereka akan tetap ingin mengendalikannya. Mereka akan lebih memilih melakukan kesalahan daripada membiarkan orang lain tahu, mereka akan lebih memilih untuk salah daripada berbagi kekuasaan dengan orang lain, dan mereka akan lebih memilih diberhentikan daripada membiarkan orang lain ikut campur dalam pekerjaan mereka. Inilah antikristus itu. Mereka lebih suka merugikan kepentingan rumah Tuhan, lebih suka mempertaruhkan kepentingan rumah Tuhan, daripada berbagi kekuasaan dengan orang lain. Menurut mereka ketika mereka sedang melakukan suatu pekerjaan atau menangani suatu hal, asalkan mereka memahami beberapa doktrin dan mampu melakukannya seorang diri, mereka tidak perlu bekerja sama dengan orang lain; menurut mereka, tugas itu haruslah dilaksanakan dan diselesaikan seorang diri, dan hanya inilah yang membuat mereka cakap. Apakah pandangan ini benar? Mereka tidak tahu jika mereka melanggar prinsip, itu artinya mereka tidak melakukan tugas mereka sehingga mereka tak mampu melaksanakan amanat Tuhan, dan hanya melakukan pelayanan. Alih-alih mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika melaksanakan tugasnya, mereka menggunakan kekuasaan sesuai dengan pemikiran dan niat mereka, pamer, dan memamerkan diri mereka sendiri. Siapa pun rekan sekerja mereka atau apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak pernah mau mendiskusikan segala sesuatu, mereka selalu ingin bertindak sendiri, dan selalu ingin menjadi penentu keputusan. Mereka jelas bermain-main dengan kekuasaan dan menggunakan kekuasaan untuk melakukan segala sesuatu. Antikristus semuanya menyukai kekuasaan, dan ketika mereka memiliki status, mereka menginginkan lebih banyak kekuasaan. Ketika mereka memiliki kekuasaan, antikristus cenderung pamer, memamerkan diri mereka sendiri, dan terlihat paling menonjol. Oleh karena itu, antikristus sangat mementingkan kekuasaan dan status, dan tidak akan pernah melepaskannya, selamanya" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dalam firman Tuhan, kulihat antikristus punya watak sangat congkak dan tak mau bekerja sama dengan siapa pun. Mereka pikir jika berbagi pekerjaan dengan orang lain, mereka akan terlihat tak cakap, kekuasaan akan tersebar, dan mereka tak akan dikagumi orang lain. Jadi, mereka lebih suka kepentingan rumah Tuhan dirugikan daripada berbagi pekerjaan dengan orang lain. Aku merenung dan sadar aku juga sama. Aku tak ingin Saudari Wang ikut serta dalam pewarnaan film karena takut partisipasinya akan membuatku tampak tak cakap dan merusak citraku, jadi kulakukan sendiri. Akibatnya, aku kelelahan, dan pekerjaan tertunda. Aku terlalu congkak dan tak masuk akal. Pekerjaan apa pun yang ada di rumah Tuhan, tak seorang pun bisa melakukannya sendirian. Semua orang butuh rekan dan bantuan, saudara-saudari perlu satu hati bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan, karena tak ada manusia yang sempurna. Setinggi apa pun kualitas, anugerah, dan bakat mereka, setiap orang punya kekurangan dan kelemahan, kita harus belajar melepaskan diri dan bekerja sama dengan rekan kita untuk melakukan tugas dengan baik dan menuntaskan amanat Tuhan. Namun, aku congkak dan merasa diri penting. Aku terlalu ambisius dalam tugas, ingin pujian, dan ingin orang lain mengagumiku, jadi aku tak bermitra dengan siapa pun. Lebih baik menunda pekerjaan rumah Tuhan daripada menyertakan orang atau ikut campur dalam pekerjaanku. Aku tak menghasilkan perbuatan baik dan melakukan kejahatan dengan melakukan tugas seperti ini. Saat menyadari ini, aku merasa sangat sedih, jadi aku berdoa di hadapan Tuhan, "Ya Tuhan, kulihat aku terlalu congkak, tak punya kemanusiaan dan nalar. Aku ingin bertobat. Bimbinglah aku untuk mengenal diriku."

Suatu hari aku mencari kutipan firman Tuhan yang berkaitan dengan keadaanku, dan menemukan kutipan ini, "Apa yang harus orang lakukan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik? Orang harus mulai melaksanakan tugasnya dengan segenap hati dan segenap tenaga mereka. Menggunakan segenap hati dan tenaga berarti berfokus untuk melaksanakan tugas mereka dan tidak membiarkan hal-hal lain menyibukkan mereka, dan kemudian menggunakan tenaga yang dia miliki, mengerahkan seluruh kekuatannya, dan menggunakan kualitas, karunia, kekuatan, dan hal-hal yang telah mereka pahami untuk melaksanakan tugas itu. Jika engkau memahami, menerima dan memiliki gagasan yang baik, engkau harus menyampaikannya kepada orang lain tentang hal itu. Inilah yang dimaksud dengan bekerja sama secara harmonis. Beginilah caranya engkau akan melaksanakan tugasmu dengan baik, beginilah caranya engkau akan mencapai kinerja yang memuaskan dalam tugasmu. Jika engkau selalu ingin memikul seluruh beban dan melakukan semuanya seorang diri, menampilkan dirimu sendiri alih-alih orang lain, apakah engkau sedang melaksanakan tugasmu? Yang sedang kaulakukan itu disebut bersikap sewenang-wenang; itu berarti pamer. Itu adalah perilaku Iblis, bukan pelaksanaan tugas. Apa pun kelebihan, karunia, atau bakat khusus mereka, tak seorang pun mampu melakukan semua pekerjaan seorang diri; mereka harus belajar bekerja sama secara harmonis jika mereka ingin melaksanakan pekerjaan gereja dengan baik. Itulah sebabnya kerja sama yang harmonis merupakan prinsip dalam melaksanakan tugas. Selama engkau mengerahkan segenap hatimu dan segenap tenagamu dan segenap kesetiaanmu, dan melakukan semua yang dapat kaulakukan, engkau sedang melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika engkau memiliki pemikiran atau gagasan, sampaikanlah itu kepada orang lain; jangan menahan atau menyembunyikannya—selain itu, jangan lalai memperhatikan pendapat orang lain. Gagasan siapa pun yang benar harus diterima dan ditaati. Lakukanlah ini, dan engkau pasti akan mencapai kerja sama secara harmonis. Inilah yang dimaksud dengan melaksanakan tugas dengan setia. Dalam melaksanakan tugasmu, engkau tidak boleh melakukan semuanya seorang diri, engkau juga tidak boleh memaksa dirimu sendiri bekerja sekeras mungkin, atau terlihat paling menonjol atau bersikap individualistis; sebaliknya, engkau harus belajar cara bekerja sama dengan orang lain secara harmonis, dan melakukan semua yang dapat kaulakukan, memenuhi tanggung jawabmu, mengerahkan segenap tenagamu. Itulah arti melaksanakan tugasmu. Melaksanakan tugasmu berarti mengerahkan segenap kekuatan dan terang yang kaumiliki untuk mencapai hasil. Itu sudah cukup. Jangan selalu berusaha pamer, selalu mengatakan hal yang muluk-muluk, dan tidak mau bertentangan dengan orang lain. Berfokuslah untuk lebih banyak mendengarkan saran orang lain dan menemukan kelebihan mereka. Dengan cara ini, bekerja sama secara harmonis menjadi mudah. Jika engkau selalu berusaha pamer dan ingin menjadi penentu keputusan, itu berarti engkau tidak sedang bekerja sama secara harmonis. Apa yang sedang kaulakukan? Engkau sedang menyebabkan gangguan dan meremehkan orang lain. Menyebabkan gangguan dan meremehkan orang lain berarti memainkan peran Iblis; itu bukan melaksanakan tugas. Jika engkau selalu melakukan segala sesuatu yang mengganggu dan meremehkan orang lain, maka sebanyak apa pun upaya yang kaucurahkan atau sebanyak apa pun perhatian yang kauberikan, Tuhan tidak akan mengingatnya" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku merasa malu. Firman Tuhan menyingkap keadaanku. Untuk pamer, memantapkan posisi, dan dihormati, aku ingin melakukan pewarnaan film sendirian, tak mengizinkan Saudari Wang berpartisipasi. Kupikir karena aku pernah melakukan pewarnaan tiap film sendirian, aku tak akan dipuji jika Saudari Wang terlibat. Dengan begitu, tak akan ada yang mengagumiku, dan aku tak punya modal untuk pamer. Kupikir akan kehilangan kesempatan. Meskipun tahu beban kerja pewarnaan film itu berat, aku akan menyebabkan penundaan jika mengerjakannya sendiri, lalu jika saudariku terlibat, pekerjaan akan lebih cepat selesai dan hasilnya lebih baik, meskipun kutahu aku menangani sebagian besar pekerjaan tim, saudariku sering menganggur, tak punya pekerjaan, dan keadaannya terpengaruh, aku tetap tak mau berbagi beban dengannya. Aku ingin mewarnai semua film sendirian untuk memberi kontribusi penting serta membuktikan keterampilan teknis dan profesionalku baik. Kusadari yang kupikirkan hanyalah martabat dan status. Aku tak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan sama sekali dan tak memedulikan perasaan saudariku. Aku tak punya hati nurani atau kemanusiaan! Tampaknya, aku bangun pagi dan bekerja keras setiap hari, seolah-olah bisa menanggung beban, menderita, dan membayar mahal, tapi sebenarnya, aku mengejar misi pribadi, memuaskan ambisi dan hasrat sendiri. Aku sama sekali tak memenuhi tugasku sebagai makhluk ciptaan. Aku mengganggu pekerjaan rumah Tuhan dengan dalih bertugas, tetapi melakukan kejahatan. Aku juga menempuh jalan antikristus.

Kemudian, aku lihat dua kutipan lagi dari firman Tuhan. "Ketika Tuhan menuntut agar manusia melaksanakan tugas mereka dengan baik, Dia tidak meminta mereka untuk menyelesaikan sejumlah tugas tertentu, atau menyelesaikan pekerjaan besar apa pun, ataupun melaksanakan usaha besar apa pun. Yang Tuhan inginkan adalah agar manusia dapat melakukan semua yang mereka mampu lakukan dengan nyata, dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Tuhan tidak membutuhkanmu untuk menjadi besar atau terhormat, juga tidak membutuhkanmu untuk melakukan mukjizat apa pun, Dia juga tidak ingin melihat kejutan yang menyenangkan di dalam dirimu. Dia tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Yang Tuhan butuhkan hanyalah agar engkau dengan tekun melakukan penerapan sesuai dengan firman-Nya. Ketika engkau mendengarkan firman Tuhan, lakukanlah apa yang telah kaumengerti, lakukanlah apa yang telah kaupahami, ingatlah apa yang telah kaulihat, dan kemudian jika waktunya tiba untuk melakukan penerapan, terapkanlah sesuai dengan firman Tuhan sehingga firman Tuhan dapat menjadi hidupmu, kenyataanmu, dan sesuatu yang kauhidupi. Dengan demikian, Tuhan akan dipuaskan. Engkau selalu mencari kebesaran, kemuliaan, dan status; engkau selalu mencari peninggian. Bagaimana perasaan Tuhan saat Dia melihat ini? Dia membencinya, dan tidak mau melihatnya. Semakin engkau mengejar hal-hal seperti kebesaran, kemuliaan, dan menjadi lebih unggul daripada orang lain, terhormat, terkemuka, dan penting, semakin Tuhan menganggapmu menjijikkan. Jika engkau tidak merenungkan dirimu sendiri dan bertobat, Tuhan akan membencimu dan meninggalkanmu. Pastikan untuk tidak menjadi orang yang Tuhan anggap menjijikkan; jadilah orang yang Tuhan kasihi. Jadi, bagaimana orang bisa memperoleh kasih Tuhan? Dengan menerima kebenaran dengan taat, dengan berdiri pada posisi sebagai makhluk ciptaan, bertindak dengan firman Tuhan dengan kerendahhatian, melaksanakan tugas dengan benar, berusaha menjadi orang yang jujur, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Ini sudah cukup. Pastikan untuk tidak menyimpan ambisi atau mimpi-mimpi kosong, jangan mencari ketenaran, keuntungan, dan status atau berusaha lebih menonjol dari orang banyak. Selain itu, jangan berusaha menjadi orang hebat atau manusia super, yang lebih unggul di antara manusia dan membuat orang lain memujanya. Itu adalah keinginan dari manusia yang rusak, dan itulah jalan Iblis; Tuhan tidak menyelamatkan orang semacam itu. Jika orang tak henti-hentinya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status serta tidak mau bertobat, maka tidak ada lagi yang bisa diperbaiki dari mereka dan hanya ada satu kesudahan bagi mereka: disingkirkan" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah perbuatan seseorang itu baik atau buruk? Itu tergantung pada apakah engkau, dalam pemikiran, ungkapan, dan tindakanmu, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, dengan demikian tidak diragukan lagi, engkau adalah seorang pelaku kejahatan. Bagaimana Tuhan memandang pelaku kejahatan? Pemikiran dan tindakan lahiriahmu tidak menjadi kesaksian untuk Tuhan, juga tidak mempermalukan atau mengalahkan Iblis; sebaliknya, pemikiran dan tindakan lahiriahmu mempermalukan Tuhan, dan penuh dengan tanda-tanda yang menyebabkan Tuhan menjadi malu. Engkau tidak bersaksi bagi Tuhan, tidak mengorbankan dirimu untuk Tuhan, engkau juga tidak memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu kepada Tuhan; sebaliknya, engkau bertindak demi kepentinganmu sendiri. Apakah sebenarnya arti dari 'demi kepentinganmu sendiri'? Itu berarti demi Iblis. Karena itu, pada akhirnya, Tuhan akan berkata, 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Di mata Tuhan, engkau belum melakukan perbuatan baik, tetapi sebaliknya, perilakumu telah berubah menjadi jahat. Bukan hanya gagal mendapatkan perkenanan Tuhan, perbuatan itu akan dikutuk. Apa yang ingin diperoleh orang yang percaya kepada Tuhan seperti ini? Bukankah kepercayaan seperti itu pada akhirnya akan sia-sia?" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan, aku mengerti kehendak Tuhan. Sebenarnya, tuntutan Tuhan terhadap manusia itu sederhana. Tuhan tak ingin orang melakukan hal besar atau banyak perbuatan dahsyat, Tuhan pun tak meminta kita menjadi orang yang luar biasa atau hebat. Tuhan hanya ingin kita berdiri di posisi makhluk ciptaan, mengejar kebenaran secara praktis, melakukan tugas sebaik mungkin, dan hidup berdasarkan firman Tuhan. Aku juga sadar Tuhan menilai kita memenuhi syarat dalam menjalankan tugas bukan berdasarkan besarnya pencapaian atau kontribusi kita, tapi apakah motivasi dan titik awal kita dalam bertindak mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan apakah kita berusaha yang terbaik. Hanya saat kita punya motivasi yang benar dan mengambil jalan yang benar, kita bisa bersaksi dalam tugas. Saat orang melakukan tugas hanya demi memuaskan ambisi dan keinginan sendiri, sebanyak apa pun usaha yang dilakukan atau berapa pun kontribusi mereka, akhirnya, mereka akan dibenci dan disingkirkan Tuhan. Aku sadar ingin selalu dipuji sendirian untuk tugasku. Watak congkak membuatku ingin melakukan semua pekerjaan, tak bekerja sama dengan rekan. Aku bekerja keras dan membuat diriku lelah agar orang lain menghormatiku. Tak satu pun upayaku bertujuan memuaskan Tuhan, semuanya untuk memuaskan hasrat dan ambisi pribadiku. Meskipun aku sibuk, banyak menderita, berprestasi, serta mendapat kekaguman dan persetujuan orang lain, apa gunanya? Tak satu pun dari itu berarti aku melakukan tugas dengan layak, juga tak berarti aku mendapat perkenanan Tuhan. Akhirnya, karena aku mengambil jalan yang salah, bertindak berdasarkan watak jahatku, dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, aku akan ditolak dan diusir oleh Tuhan. Aku juga berpikir bekerja sama dengan Saudari Wang akan menutupi kekuranganku dalam tugas. Dia fokus belajar, mau belajar, dan keterampilannya berkembang pesat, tapi aku tidak, dan hanya mengandalkan pengalamanku. Meskipun telah lama mengemban tugas ini, keterampilanku tak meningkat banyak. Selain itu, pemikiran dan estetika seseorang selalu terbatas dan tak sempurna. Orang yang sadar diri bisa melepaskan diri dalam tugas dan bersedia bekerja bersama orang lain demi bertugas dengan baik. Inilah nalar yang harus kita miliki dan cara penerapan kita. Namun, aku congkak, merasa benar, dan menginginkan status. Aku tak ingin melepaskan kepentinganku dan bekerja bersama saudariku. Semua itu berdampak pada kemajuan dan hasil pekerjaan. Jika aku bekerja sama dengan dia sebelumnya, dan kami saling membantu, hasil dan kemajuan pekerjaan akan jauh lebih baik. Makin merenung, makin kusadar aku terlalu congkak dan tak punya kemanusiaan, serta makin aku benci diriku dan menyesali tindakanku. Aku tak ingin melakukan tugas dengan niat ini. Aku berdoa di hadapan Tuhan, "Tuhan, aku selalu melakukan tugas dengan ambisi, melakukan semua hal demi ketenaran dan status pribadi. Aku tak ingin mengejar seperti ini lagi. Aku ingin bertobat, melepaskan niat keliruku, dan bekerja selaras dengan saudariku untuk melakukan tugas dengan baik."

Di saat teduh pagiku berikutnya, aku baca firman Tuhan ini, "Mereka yang mampu menerapkan kebenaran dapat menerima pemeriksaan Tuhan ketika melakukan segala sesuatu. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu menjadi lurus. Jika engkau hanya melakukan hal-hal agar dilihat orang lain, dan tidak menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam itu tidak menghormati Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, harga diri, atau reputasimu sendiri, dan jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau tidak murni dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin dan pahamilah semuanya itu, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika kualitasmu buruk, jika pengalamanmu dangkal, atau jika engkau tidak cakap dalam pekerjaanmu, berarti mungkin ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam pekerjaanmu, dan hasilnya mungkin tidak terlalu baik—tetapi engkau telah mengerahkan upayamu yang terbaik. Dalam segala sesuatu yang kaulakukan, engkau tidak memikirkan keinginanmu sendiri yang egois atau melindungi kepentinganmu sendiri, dan sebaliknya selalu memikirkan pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Meskipun engkau mungkin tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, hatimu telah diluruskan; jika, di atas semua ini, engkau dapat mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam tugasmu, maka tugasmu akan akan memenuhi standar dan engkau akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran; Inilah artinya menjadi kesaksian" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Untuk melakukan tugas, kau harus melepaskan kepentingan sendiri dan memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Meskipun martabat atau statusmu dirugikan, yang penting adalah melindungi pekerjaan rumah Tuhan dan memenuhi tugasmu. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku punya motivasi untuk menerapkan kebenaran. Aku tak lagi memikirkan berapa banyak nama yang akan muncul di credit title, dan pada akhirnya tak memedulikan pendapat orang lain tentangku. Aku hanya memikirkan cara memenuhi tugasku dengan baik dan memuaskan Tuhan. Jadi, aku memberi tugas pewarnaan film kepada Saudari Wang, dan dia langsung setuju. Tak lama, Keadaan Saudari Wang berbalik, dia tak sepasif sebelumnya, dan kami bisa menyelesaikan tunggakan pekerjaan. Setelah ini, aku merasa sangat nyaman. Aku juga sadar betapa baiknya menerapkan kebenaran dan bekerja sama secara harmonis dalam tugas.

Tidak lama, saat pewarnaan film selesai, kami mengerjakan pentas drama dan video musik. Pada saat ini, aku tanpa sadar berpikir, "Jika aku mengerjakan pewarnaan pentas drama, aku tak perlu berbagi pujian. Pentas drama lebih mudah daripada film. Dengan kemampuanku, aku bisa melakukannya sendiri. Aku tak perlu melibatkan Saudari Wang. Aku akan terlihat tak kompeten jika pewarnaan pentas drama butuh dua orang. Semua saudara-saudariku akan menertawakanku." Memikirkan itu, aku ingin memberikan pewarnaan video musik kepada Saudari Wang dan mengerjakan pentas drama sendirian. Saat itu, aku sadar niatku salah. Aku masih bertindak untuk memuaskan kepentingan pribadi. Aku teringat firman Tuhan, "Jika dalam hatimu, engkau masih berfokus pada status dan gengsi, masih berfokus untuk pamer dan mendapatkan kekaguman dari orang lain, maka engkau bukanlah orang yang mengejar kebenaran, dan engkau menempuh jalan yang salah; yang kaukejar bukanlah kebenaran ataupun hidup, tetapi mengejar hal-hal yang kaucintai, yaitu status dan gengsi—di mana dalam hal ini, tidak ada yang kaulakukan akan berkaitan dengan kebenaran, semua itu akan dianggap sebagai kejahatan, dan melakukan pelayanan" ("Hanya Jika Orang Melakukan Kebenaran, Mereka Dapat Memiliki Kemanusiaan yang Normal" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyadarkanku. Aku selalu tanpa sadar melakukan hal-hal egoistis. Aku sangat picik dan mementingkan diri. Aku membenci diriku karena terlalu rusak, ingin meninggalkan niat salahku dan menerapkan kebenaran. Jadi, aku minta Saudari Wang berpartisipasi dalam pewarnaan pentas drama bersamaku. Sejak saat itu, saat tiba waktunya membagi tugas, aku selalu berkonsultasi dengan Saudari Wang dan meminta pendapatnya, lalu saat ingin mengambil semua pekerjaan agar dipuji sendirian, aku secara sadar meninggalkan diriku, dan memberikan pekerjaan kepada Saudari Wang berdasarkan kebutuhan tugas. Aku merasa damai dan nyaman menerapkan ini.

Pengalaman ini membuatku menyadari ambisi congkak dan watak jahatku. Hal ini juga menyadarkanku kerja sama yang harmonis adalah kunci untuk memenuhi tugas dengan baik. Kau tak akan bisa melakukan tugas dengan baik sendirian. Hanya dengan bekerja sama secara harmonis, kita bisa mendapat berkat Tuhan dan tuntunan Roh Kudus.

Selanjutnya: Laporan yang Keliru

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait