Kepalsuan Orang yang Suka Menyenangkan Semua Orang

19 Januari 2022

Oleh Saudari Chun Cui, Tiongkok

Aku tidak bisa bersekolah pada tahun 2020 karena pandemi, jadi gereja mengatur agar Saudari Liu membawaku ke pertemuan untuk makan dan minum firman Tuhan. Saudari Liu adalah diaken penginjilan di gereja kami. Setelah beberapa bulan, aku mendapati bahwa dia benar-benar bertanggung jawab dalam tugasnya dan sangat penuh kasih. Jika saudara-saudari mengalami masalah atau kesulitan, dia selalu menemukan firman Tuhan untuk bersekutu dan menyelesaikannya, lalu dengan sabar membantu dan menyokong mereka. Dia juga menulis banyak artikel kesaksian. Aku merasa dia kuat dalam pengejarannya. Selain itu, keadaanku sedang sangat tidak baik, tetapi Saudari Liu banyak membantuku dan bersikap baik terhadapku. Dia memberikan kesan yang baik padaku.

Setelah mengenalnya selama beberapa waktu, aku menyadari bahwa, di pertemuan, dia selalu suka berbicara tentang keberhasilan jalan masuk positifnya sendiri ketika sesuatu terjadi padanya, tetapi tampaknya selalu menutupi watak rusak yang dia singkapkan, akibat yang ditimbulkannya, dan bagaimana dia merenung, mengenal diri sendiri, serta menyelesaikan kerusakan lewat membaca firman Tuhan. Kedengarannya seakan dia memiliki tingkat pertumbuhan, setia pada pengejarannya, dan tidak memiliki kerusakan atau kesalahan. Aku selalu merasa ada yang aneh dengan perilaku Saudari Liu. Persekutuan semacam itu bukanlah pengenalan diri yang sejati, di mana itu tidak bermanfaat atau mendidik siapa pun. Mengingat bahwa dia bertanggung jawab atas beberapa tempat pertemuan, aku tahu saudara-saudari yang tidak memiliki kepekaan akan menghormatinya. Jika itu terus berlanjut, mereka akan dibawa ke hadapannya. Selain itu, pertemuan adalah tempat untuk membaca firman Tuhan dan mempersekutukan pengalaman pribadi kita, untuk saling membantu dengan jalan masuk kehidupan kita ... Namun, Saudari Liu memonopoli sebagian besar waktu persekutuan dalam pertemuan, di mana ini benar-benar memengaruhi kehidupan bergereja saudara-saudari. Kupikir aku harus membicarakan hal itu dengannya, bahwa seharusnya ada batasan pada persekutuan semacam ini. Namun kemudian kupikir, Saudari Liu telah beriman lebih lama dariku, jadi jika aku mengkritik dia secara langsung, akankah dia mengatakan aku tidak tahu posisiku dan dengan sengaja mempermasalahkan dirinya? Akankah itu memalukan baginya? Apa yang akan dia pikirkan tentang diriku setelah itu? Jadi, aku tidak mengatakan apa pun.

Suatu hari, Saudari Liu mengadakan pertemuan dengan kami, dan kami membaca beberapa bagian firman Tuhan tentang bagaimana Tuhan akan meninggalkan dan menyingkirkan kita jika kita tidak menerapkan kebenaran atau mengubah watak rusak kita. Firman ini benar-benar menghunjam langsung ke hati kami semua. Setelah membaca bagian-bagian ini, Saudari Liu kembali membicarakan berbagai pengalamannya, menceritakannya kepada kami satu demi satu, tetapi dia tidak membicarakan tentang aspek kerusakannya sendiri yang dia singkapkan atau bagaimana dia merenungkan dan apa yang telah dia ketahui. Aku benar-benar ingin segera menunjukkan masalah dia, tetapi aku melihat Saudari Li di sebelahku tidak mengatakan apa pun, sementara Saudari Lin dengan penuh semangat mengangguk setuju. Aku khawatir jika aku mengatakan sesuatu tentang Saudari Liu secara langsung, dia mungkin merasa bahwa aku hanya berusaha membuat dia terlihat buruk. Jika hanya empat mata, aku bisa mengingatkannya dengan lembut, tetapi dua saudari lainnya berada di sana. Pikirku "Jika aku mengatakan sesuatu sekarang, akankah itu mempermalukan Saudari Liu? Akankah itu merusak hubungan kami? Akankah dia mulai memperlakukanku secara berbeda? Namun, Tuhan menyukai orang jujur yang memiliki rasa keadilan, jadi jika aku melihat masalah tetapi tidak angkat bicara, itu bertentangan dengan kehendak Tuhan!" Tentu saja, aku mengalami konflik batin, dan pertemuan itu terasa tak tertahankan bagiku. Pada saat itu, aku melihat bagian firman Tuhan. "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan mengatakan bahwa pengalaman dan kesaksian yang sejati haruslah merupakan pengetahuan tentang watak rusak mana yang kausingkapkan berdasarkan firman Tuhan dan pemahamanmu tentang pekerjaan Tuhan, dan dalam firman Tuhan yang mana kau menemukan jalan penerapan. Bagian ini membahas keadaan Saudari Liu secara langsung. Jadi, aku menyoroti bagian ini di komputer, berharap untuk menarik perhatian Saudari Liu dengan cara ini, untuk membuatnya sadar akan kekeliruannya dalam mempersekutukan pengalaman. Dengan begitu, aku tidak perlu mengkritiknya secara langsung, dan bisa terhindar dari menyinggungnya. Namun, Saudari Liu sama sekali tidak menyadari apa yang kumaksud. Aku ingin membicarakannya, tetapi khawatir dia tidak akan menerimanya, jadi aku berkata dengan sangat hati-hati, "Kita masih belum mampu mengenal diri kita sendiri melalui firman Tuhan, dan kita tidak mampu mendiskusikan di bagian firman Tuhan yang mana kita dapat menemukan jalan penerapan ..." Namun meski begitu, dia tetap tidak memahami apa yang kumaksud. Kupikir, "Kurasa tindakanku ini bisa dianggap telah menunjukkan masalah ini kepadanya. Jika dia tetap tidak melihat masalahnya sendiri, itu bukan urusanku."

Setelah itu, para pemimpin gereja meminta saudara-saudari menulis evaluasi tentang diaken gereja dan mengatur agar aku mengumpulkan semuanya. Aku ingin menulis evaluasi yang jujur tentang Saudari Liu, tetapi aku melihat bahwa sebagian besar saudara-saudari mengatakan hal-hal yang positif tentang dirinya dalam beberapa aspek. Sangat sedikit orang yang mengatakan sesuatu yang negatif tentang dirinya. Bahkan ada seorang saudari yang baru saja bertemu dengannya yang hanya menuliskan tentang kebaikan Saudari Liu. Kupikir, "Jika aku satu-satunya orang yang mengkritiknya, akankah para pemimpin berpikir ada semacam dendam di antara kami, bahwa aku dengan sengaja menargetkannya? Bagaimana jika para pemimpin gereja datang untuk mengetahui lebih banyak tentang dirinya, dan Saudari Liu mengetahui akulah yang mengatakan hal-hal ini di belakangnya? Akankah dia membenciku setelah itu? Jika begitu, bukankah itu akan membuat kami berdua menemui jalan buntu?" Setelah itu, meskipun menuliskan tentang beberapa perilaku Saudari Liu, aku juga dengan tegas menuliskan bahwa tingkat pertumbuhanku sendiri rendah, dan persepsiku mungkin salah.

Pada sebuah pertemuan, aku membuka diri tentang pengalamanku selama periode waktu ini. Salah seorang saudari di sana mengatakan bahwa ini adalah perilaku orang yang suka menyenangkan semua orang, dan berkata, "Orang yang suka menyenangkan semua orang itu jahat!" Mendengar dia mengucapkan kata "jahat", itu menyakitkan dan menyedihkan, tetapi aku menganggap bahwa aku sudah lama tahu tentang masalah Saudari Liu, tetapi aku tidak segera mengatakan sesuatu karena ingin melindungi hubunganku dengannya. Aku tidak membantu saudariku untuk mengetahui kerusakannya sendiri dan menyelesaikan masalah dia, dan saudara-saudariku tidak memiliki kepekaan dan disesatkan, jadi mereka menghormati dan memujanya. Aku telah melakukan sesuatu yang sangat berbahaya. Bukankah ini membuatku menjadi orang yang jahat? Aku merasakan sedikit penyesalan, dan kemudian membaca bagian firman Tuhan ini: "Jika engkau dengan jelas melihat ada yang salah dengan mereka, tetapi tidak dengan jelas mengatakan apa kesalahan itu agar tidak merusak kedamaian di antara engkau berdua—itu berarti engkau sedang menggunakan falsafah hidup. Orang yang mengambil pendekatan berbeda terhadap masalah semacam itu berkata, 'Tingkat pertumbuhanku sekarang rendah dan aku tidak memahami masalahmu sepenuhnya. Saat aku memahami masalahmu, aku akan memberitahumu.' Bukankah ini mencoba mengelabui orang lain? Mungkinkah sebenarnya mereka sama sekali tidak memahami apa pun sepenuhnya? Mungkinkah mereka sama sekali tidak memiliki pemikiran tentang masalah ini? Mereka memiliki pemikiran; mereka hanya tidak mengucapkannya karena takut menyinggung orang" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran, Orang Dapat Menyelesaikan Gagasan dan Kesalahpahaman Mereka tentang Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca firman Tuhan membuatku agak sedih dan sedikit menyalahkan diri sendiri. Aku telah lama mengetahui bahwa Saudari Liu selalu meninggikan dirinya sendiri dan pamer di pertemuan, dan persekutuan semacam itu sama sekali tidak membantu jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Itu juga memakan banyak waktu dalam pertemuan, dan telah memengaruhi kehidupan bergereja yang normal. Meski begitu, aku tetap tutup mulut untuk melindungi hubungan kami. Saat sedang menuliskan evaluasiku, aku ingin menyingkapkan betapa dia meninggikan dirinya sendiri, tetapi ketika melihat bagaimana semua orang mengatakan hal-hal yang baik tentang dirinya, aku mengikuti orang banyak karena takut menyinggungnya, Meskipun menuliskan tentang beberapa perilakunya, aku juga menuliskan bahwa tingkat pertumbuhanku sendiri rendah dan aku kurang wawasan. Namun selama ini, aku bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi dan aku punya pendapat sendiri, tetapi ketakutanku akan menyinggung orang lain membuatku benar-benar ragu untuk mengucapkan sepatah kata pun. Firman Tuhan menyingkapkan kerusakanku di setiap kesempatan dan menyingkapkan pemikiranku yang sebenarnya. Aku merasa bersalah dan malu. Karena takut jika menunjukkan kesalahan Saudari Liu akan menyinggungnya, aku tidak berani mengutarakan pendapatku secara langsung. Interaksiku berasal dari sudut pandang orang tidak percaya. Orang percaya macam apakah aku?

Setelah itu, aku menonton video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Kebanyakan orang ingin mengejar dan menerapkan kebenaran, tetapi seringkali mereka hanya memiliki tekad dan keinginan untuk melakukannya; kebenaran belum menjadi hidup mereka. Akibatnya, saat mereka bertemu kekuatan jahat atau menghadapi orang-orang keji dan jahat yang melakukan perbuatan jahat, atau para pemimpin palsu dan antikristus melakukan sesuatu dengan cara yang melanggar prinsip—sehingga menyebabkan pekerjaan rumah Tuhan mengalami kerugian, dan membahayakan umat pilihan Tuhan—mereka kehilangan keberanian untuk berdiri dan angkat bicara. Apa artinya saat engkau tidak punya keberanian? Apakah itu berarti bahwa engkau malu atau sukar berbicara? Atau apakah engkau tidak memahami hal itu sepenuhnya, dan karenanya tidak memiliki kepercayaan diri untuk berbicara? Tidak satu pun dari hal-hal ini; ini berarti bahwa engkau sedang dikendalikan oleh beberapa jenis watak yang rusak. Salah satu watak ini adalah kelicikan. Engkau memikirkan dirimu sendiri terlebih dahulu, berpikir, 'Jika aku berbicara, apa manfaatnya bagiku? Jika aku berbicara dan membuat seseorang tidak senang, bagaimana kami bisa rukun di masa depan?' Ini adalah mentalitas yang licik, bukan? Bukankah ini adalah hasil dari watak yang licik? Yang lainnya adalah watak yang jahat dan egois. Engkau berpikir, 'Apa hubungan antara kehilangan minat akan kepentingan rumah Tuhan dengan diriku? Mengapa aku harus peduli? Itu tidak ada hubungannya denganku. Bahkan jika aku melihatnya dan mendengar hal itu terjadi, aku tidak perlu melakukan apa pun. Itu bukan tanggung jawabku—aku bukanlah pemimpin.' Hal-hal semacam itu ada di dalam dirimu, seolah-olah hal itu telah muncul dari pikiran bawah sadarmu, dan seolah-olah hal itu menempati posisi permanen di dalam hatimu—semua itu adalah watak manusia yang rusak dan jahat. Watak yang rusak tersebut mengendalikan pikiran-pikiranmu dan menguasai, serta mengendalikan mulutmu. Ketika engkau mau mengucapkan sesuatu di dalam hatimu, kata-kata itu sudah mencapai bibirmu tetapi engkau tidak mengucapkannya, atau, jika engkau mengucapkannya, perkataanmu berputar-putar, memberi ruang bagimu untuk mengatur siasat—engkau sama sekali tidak berbicara dengan jelas. Orang lain tidak merasakan apa pun setelah mendengarmu, dan apa yang telah kauucapkan tidak menyelesaikan masalah. Dalam hati engkau berpikir: 'Yang penting aku sudah berbicara. Hati nuraniku sudah tenang. Aku telah memenuhi tanggung jawabku.' Sebenarnya, di dalam hatimu engkau tahu bahwa engkau belum mengatakan apa yang seharusnya, bahwa apa yang telah kaukatakan tidak berdampak, dan bahwa kerusakan pada pekerjaan rumah Tuhan tetap berlangsung. Engkau belum memenuhi tanggung jawabmu, tetapi engkau berkata secara terang-terangan bahwa engkau telah memenuhi tanggung jawabmu, atau bahwa apa yang sedang terjadi tidak jelas bagimu. Apakah ini benar? Dan apakah ini yang sebenarnya kaupikirkan? Bukankah itu berarti engkau sepenuhnya berada di bawah kendali watakmu yang jahat? Apa yang kaupikirkan dan katakan mungkin terkadang mendekati kenyataan, tetapi pada saat-saat penting, engkau tetap berbohong dan menipu, bahkan melakukan pembelaan diri yang palsu—yang membuktikan bahwa mulutmu dikendalikan oleh watakmu yang jahat. Engkau tidak pernah mengatakan apa yang sebenarnya kaupikirkan. Semua itu harus diproses terlebih dahulu oleh otakmu, dalam benakmu. Semua yang kaukatakan adalah kebohongan, bertentangan dengan fakta, semua itu ada dalam pembelaan palsumu sendiri, demi keuntunganmu sendiri. Beberapa orang tertipu, dan itu cukup baik bagimu: perkataan dan tindakanmu telah mencapai tujuanmu. Inilah yang ada di dalam hatimu" ("Hanya Mereka yang Menerapkan Kebenaran yang Takut akan Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menggambarkan keadaanku yang sesungguhnya. Aku melihat Saudari Liu tidak melakukan apa pun selain meninggikan dirinya dalam persekutuannya di pertemuan, sangat mengganggu kehidupan bergereja, dan jelas sekali, aku seharusnya mengatakan sesuatu, tetapi ketakutanku akan menyinggung orang lain membuatku khawatir, berpikir terlalu berlebihan, dan sama sekali tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku sama sekali dikendalikan oleh watakku yang rusak dan membiarkannya menutup mulutku, membuatku tidak mampu melakukan satu pun hal yang benar atau positif. Aku selalu mengatur ulang apa yang sebenarnya ingin kukatakan, mengubah dan membuatnya agar lebih mudah diterima, sehingga ketika aku mengatakannya kepada saudariku, itu sama sekali tidak membantu. Di luar, aku berpura-pura sebagai orang baik, tetapi di dalam, aku selalu memikirkan cara melindungi hubunganku dengan orang lain agar mereka selalu mengatakan hal-hal baik tentang diriku. Aku lebih suka melihat hidup saudara-saudara menderita untuk melindungi status dan citraku sendiri. Aku menyadari bahwa aku egois, curang, serta tidak memiliki kemanusiaan dan nalar.

Mengingat kembali semua perilakuku yang suka menyenangkan semua orang pada waktu itu, aku merasa sangat bersalah. Aku tak pernah menyangka bahwa akhirnya aku akan membuat kebenaran sebagai renungan untuk melindungi kepentingan diriku sendiri dan sama sekali tidak melakukan penerapan. Aku teringat bagian firman Tuhan ini: "Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Dan kemudian setelah itu, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Kaum muda tidak seharusnya tanpa kebenaran, juga tidak boleh menyembunyikan kemunafikan dan ketidakbenaran—mereka harus berdiri teguh dalam pendirian yang benar. Mereka tidak boleh mengikuti arus begitu saja, tetapi harus memiliki semangat berani berkorban dan berjuang demi keadilan dan kebenaran. Orang-orang muda harus memiliki keberanian untuk tidak menyerah pada penindasan kekuatan kegelapan dan untuk mengubah makna keberadaan mereka. Mereka tidak boleh mudah menyerah saat menghadapi kesulitan, melainkan harus terbuka dan jujur, disertai semangat pengampunan terhadap saudara-saudari mereka. Tentu saja, ini adalah tuntutan-Ku terhadap semua orang, dan nasihat-Ku bagi semua orang. Namun terlebih dari itu, ini adalah firman-Ku yang menenangkan bagi semua orang muda. Engkau semua haruslah melakukan pengamalan sesuai dengan firman-Ku. Orang-orang muda, terutama, haruslah memiliki tekad untuk memahami berbagai isu dan mencari keadilan dan kebenaran. Engkau semua haruslah mengejar segala hal yang indah dan bagus, dan engkau harus mewujudkan semua hal yang positif. Engkau harus bertanggung jawab terhadap kehidupanmu, dan tidak boleh menganggapnya enteng" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman bagi Orang-Orang Muda dan Orang-Orang Tua"). Tuhan ingin agar kita mampu membedakan yang benar dan yang salah, mengambil sikap yang benar, tidak mengikuti orang banyak dengan membabi buta, dan berani menegakkan keadilan dan prinsip. Adapun aku, aku melihat masalah Saudari Liu, tetapi aku bukan orang jujur yang dengan terus terang menunjukkan masalah saudariku, aku juga tidak berusaha membantunya dengan penuh kasih. Sebaliknya, aku adalah orang yang suka menyenangkan semua orang dan curang, jadi pada akhirnya aku tetap gagal membantunya mengetahui masalahnya sendiri. Bukankah aku hanya merugikannya? Rasa bersalahku bertambah. Aku tidak boleh lagi membiarkan diriku menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang. Aku harus menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur.

Dalam pertemuan dengan Saudari Liu, aku memberitahukan kepadanya tentang masalah yang dia miliki, bahwa dia hanya membicarakan sisi baiknya dalam persekutuannya tetapi tidak pernah membahas tentang proses kerusakannya yang tersingkap, yang sangat mungkin akan membuat orang lain menghormati dan mengikutnya, di mana hal ini menentang Tuhan. Aku juga mengatakan bahwa mempersekutukan kebenaran dan kesaksian tentang Tuhan harus didasarkan pada kerusakan yang kita sendiri singkapkan, dan kemudian digabungkan dengan firman Tuhan untuk menganalisis dan mengenal diri kita sendiri, dan mendiskusikan bagaimana firman Tuhan mengubah kita. Dengan cara ini kita dapat membantu orang memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang watak-watak jahat ini dan melihat bagaimana firman Tuhan benar-benar dapat mengubah orang. Hanya inilah yang meninggikan dan menjadi kesaksian bagi Tuhan. Setelah aku selesai, Saudari Liu mengaku memang memiliki masalah ini, membicarakan secara terperinci tentang bagaimana keinginannya untuk mengejar status disingkapkan, membicarakan tentang pemikiran dan gagasannya yang rusak, mengatakan bahwa adalah bagus aku menunjukkannya dan itu membantunya, dan memintaku untuk lebih sering mengingatkan dirinya. Mendengar dia mengatakan itu membuatku merasa malu. Menunjukkan masalah dia secara langsung jelas membantunya, tetapi aku selalu khawatir menyinggungnya dengan berbicara terus terang dan bahwa dia akan berpikir buruk tentang diriku. Ternyata, penerimaannya terhadap kebenaran tidak seperti yang kupikirkan. Masalahnya, aku terlalu pengecut, licik, dan curang. Hanya setelah melakukan hal ini barulah aku memahami bahwa menerapkan kebenaran tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga menenangkan hatiku sendiri.

Kemudian, selama perenunganku, aku menonton dua pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sementara mengejar kepentingan diri mereka sendiri, orang merusak pekerjaan rumah Tuhan, mereka mengganggu jalan masuk normal saudara-saudari, dan bahkan mencegah orang untuk memiliki kehidupan bergereja yang normal dan kehidupan rohani yang normal. Yang lebih serius lagi adalah, ketika orang mengejar kepentingan diri mereka sendiri, perilaku semacam itu dapat digolongkan sebagai bekerja sama dengan Iblis dalam merusak dan menghalangi kemajuan normal pekerjaan Tuhan sampai taraf tertinggi, dan mencegah dilaksanakannya kehendak Tuhan secara normal di antara manusia. Inilah natur orang-orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri. ... Jika seseorang yang mengejar kebenaran mampu memikirkan kehendak Tuhan dan memikirkan beban Tuhan, maka segala sesuatu tentang pelaksanaan tugas mereka menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan, mereka mampu meninggikan Tuhan dan bersaksi tentang Tuhan, mereka membawa manfaat bagi saudara-saudari, dan Tuhan menerima kemuliaan dan kesaksian dari mereka, dan Iblis pun dipermalukan. Sebagai hasil dari pengejaran mereka, Tuhan mendapatkan makhluk ciptaan yang benar-benar mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan yang mampu menyembah Tuhan; dan sebagai hasil dari pengejaran mereka juga, jalan bagi kehendak Tuhan menjadi jelas dan pekerjaan Tuhan dapat mengalami kemajuan. Di mata Tuhan, pengejaran semacam itu adalah pengejaran yang positif, proaktif, dan merupakan manfaat terbesar bagi rumah Tuhan dan gereja-gereja" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Jika engkau tidak mampu melakukan apa pun yang Tuhan minta, menaati apa pun yang Tuhan atur atau tuntut darimu, itu berarti engkau tidak mengikut Tuhan—engkau mengikut Iblis. Dan berada di manakah Iblis? Di dalam hati orang. Engkau semua harus sering becermin dan menganalisis hal-hal itu di dalam pemikiranmu sendiri. Engkau harus tahu mana dari hal-hal tersebut di dalam dirimu yang merupakan falsafah hidup, mana yang merupakan pepatah populer, mana yang merupakan budaya tradisional, dan mana yang berasal dari pengetahuan intelektual. Engkau semua harus mengetahui yang mana dari semua ini yang selalu engkau yakini benar dan sesuai dengan kebenaran, yang engkau patuhi seolah-olah itu adalah kebenaran, dan mana yang kauizinkan untuk menggantikan kebenaran. Semua ini adalah hal-hal yang harus kauanalisis. Secara khusus, engkau memperlakukan hal-hal yang kauyakini benar dan berharga sebagai kebenaran; hal-hal semacam itu tidak mudah dikenali. Namun, begitu engkau mengenalinya, engkau sudah menerobos sebuah rintangan yang besar. Hal-hal ini menghalangi orang untuk menerapkan kebenaran, memahami firman Tuhan, dan menaati Tuhan. Jika engkau menghabiskan sepanjang hari dalam keadaan bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, jika engkau tidak memikirkan hal-hal ini atau tidak memperhatikannya, maka akan selalu ada penyakit di dalam hatimu, penyakit yang tidak dapat disingkirkan sehingga engkau tidak akan mampu untuk benar-benar mengikut Tuhan dan tidak mampu menerapkan kebenaran" ("Kepercayaan pada Agama Tidak akan Membawa pada Keselamatan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Saat merenungkan firman Tuhan ini, aku menyadari bahwa aku menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang karena jauh di lubuk hatiku, pemikiran seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri", "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain", "Ucapkan kata-kata baik yang sesuai dengan perasaan dan nalar orang lain karena berkata jujur mengganggu sesama" dan falsafah iblis yang serupa telah mengendalikanku. Hidup menurut hal-hal ini telah membuatku sangat egois, mementingkan diri sendiri, licik, dan berbahaya. Dalam semua yang kukatakan dan lakukan, aku mempertimbangkan apakah itu akan menguntungkan kepentingan diriku sendiri atau tidak. Aku melihat masalah Saudari Liu dan ingin menunjukkannya, aku ingin melakukan apa yang Tuhan minta dan menjadi orang yang memiliki rasa keadilan, tetapi ingin menyelamatkan muka dan takut merusak hubungan kami, aku melihat dengan jelas saat kehidupan bergereja terpengaruh, tidak memiliki keberanian untuk secara langsung menunjukkan kesalahannya. Meskipun bergumul dalam batin dan merasa bersalah, aku masih terikat dan dibatasi oleh falsafah kehidupan ini dan tidak mau mengambil sikap apa pun. Aku menyadari bahwa jika aku hidup menurut racun iblis ini, aku tidak akan pernah mampu menerapkan kebenaran, karena pada dasarnya pendekatanku keliru. Kehendak Tuhan adalah agar kita sebagai orang-orang yang jujur, dapat membantu saudara-saudara kita, saling menunjukkan kekurangan, agar kita semua dapat mengejar kebenaran dan mencapai perubahan dan penyucian dalam watak hidup kita. Namun, aku hidup dengan perspektif dan pandangan iblis ini, dan selalu memercayai "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain" dan "Ucapkan kata-kata baik yang sesuai dengan perasaan dan nalar orang lain karena berkata jujur mengganggu sesama" adalah benar, dan memperlakukannya seolah-olah semua itu adalah kebenaran. Kupikir aku bisa hidup rukun dengan orang lain jika aku tidak menunjukkan atau membicarakan masalah orang lain ketika aku melihatnya, bahwa aku adalah orang yang baik. Aku sama sekali tidak masuk akal. Jika aku telah mengejar kebenaran, melakukan penerapan menjadi orang yang jujur sesuai firman Tuhan, dan dari awal menunjukkan masalah saudariku, dia mungkin telah menyadarinya lebih cepat dan mengubahnya, di mana ini akan membantu hidupnya dan bermanfaat bagi kehidupan bergereja. Jadi, mengapa aku berusaha melindungi kepentingan diriku sendiri dan tidak menerapkan kebenaran? Bukankah ini membuatku menjadi kaki tangan Iblis untuk terlibat dalam menghancurkan kehidupan bergereja? Melindungi kepentingan diriku sendiri artinya melakukan kejahatan! Akhirnya aku sadar, konsekuensi menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang adalah mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Hanya mengejar kebenaran dan melakukan penerapan untuk menjadi orang jujur adalah pengejaran yang positif dan memungkinkan saudara-saudari kita memiliki hubungan yang benar, dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Aku bersyukur atas pencerahan dan bimbingan Tuhan membantuku memahami bahwa orang yang suka menyenangkan semua orang sebenarnya bukan orang baik, dan memberiku beberapa pemahaman tentang watak jahatku sendiri yang egois dan berbahaya. Aku secara pribadi mengalami bahwa menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur adalah satu-satunya cara untuk merasa damai dan tenteram. Kelak, aku akan berfokus untuk menerapkan kebenaran dan menjadi orang jujur yang menyenangkan Tuhan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Hanya Kasih Tuhan yang Benar

Oleh Saudara Xiaodong, Provinsi Sichuan Tuhan berfirman, "Bangsa Tiongkok, yang dirusak selama ribuan tahun, telah bertahan sampai hari...