Rekan Sekerja Bukanlah Rival

16 September 2022

Oleh Saudari Ou Zhen, Myanmar

Tak lama setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku mulai berlatih menyiram petobat baru. Karena antusias dan proaktif, aku mencapai hasil dalam tugasku dan terpilih sebagai pemimpin kelompok. Kemudian, aku menjadi diaken Injil. Saudara-saudariku bilang meski masih muda, aku bisa diandalkan, memikul beban dalam tugas, dan bertanggung jawab. Ini sangat memuaskan kesombonganku. Pada Oktober 2020, aku menjadi pemimpin gereja, yang membuatku makin merasa dalam hati saudara-saudariku, aku orang kompeten yang mengejar kebenaran. Tak lama, seorang pemimpin tingkat atas mengatur agar Saudari Liu bekerja denganku. Saat memperkenalkan pekerjaan kepadanya, pemimpin membicarakan beberapa masalah di gereja kami. Setelah mendengar ini, Saudari Liu bilang, "Kita harus temukan akar masalahnya dan cepat menyelesaikannya. Jika tidak, itu akan menghambat pekerjaan gereja." Aku malu saat mendengar dia mengatakan itu, khawatir Saudari Liu akan memandangku rendah karena punya masalah ini dalam pekerjaanku. Dalam beberapa hari berikutnya, Saudari Liu menyelidiki situasi sebenarnya di gereja. Lalu, dia berkata kepadaku di depan beberapa rekan kerja dan saudara-saudari, "Diaken Injil dan beberapa pemimpin kelompok yang kutemui dua hari terakhir ini tak memikul beban. Saat petobat baru punya gagasan dan kesulitan, pemimpin kelompok tak menyelesaikannya atau mencari, justru terperosok dalam kesulitan. Jadi, mereka tak bisa menyirami petobat baru dengan baik." Aku merasa sedikit menentang saat mendengar perkataannya, karena ada beberapa pemimpin kelompok yang kufokuskan untuk bina. Menurut dia tak satu pun dari mereka bagus, jadi aku merasa dia mungkin sedikit terlalu menuntut. Kupikir, "Kau baru datang dan tak tahu situasi spesifiknya, tapi sudah mencari kesalahan. Apa kau ingin menunjukkan bisa menemukan masalah dan memikul beban? Apa kau hanya mencoba terlihat baik karena baru di sini? Jika terus menggali masalah dalam pekerjaanku, kau akan menghancurkan citra baikku di mata saudara-saudariku." Aku menahan amarah dan berkata, "Kau benar tentang pertanyaan-pertanyaan ini. Namun, pemimpin kelompok dan diaken Injil menghadapi kesulitan nyata, jadi kadang pekerjaan tindak lanjut tak berjalan lancar, dan kita harus mengerti." Setelah mendengar ini, dia bilang, "Kesulitan-kesulitan ini bisa diselesaikan dengan persekutuan tentang kebenaran. Jika bisa menerima kebenaran dan memahami kehendak Tuhan, mereka akan memikul beban dan bertanggung jawab dalam tugas. Kuncinya adalah apa kita bersekutu tentang kebenaran untuk memecahkan masalah ini." Tapi aku tak menerimanya dengan baik, lalu makin marah. Aku bertanya-tanya, "Maksudmu aku tak bisa bersekutu tentang kebenaran?" Pandanganku tentang Saudari Liu benar-benar berubah. Aku tak lagi menganggapnya rekan sekerja dan penolongku, tapi lawan. Kupikir jika ini berlanjut, cepat atau lambat dia akan memimpin pekerjaan, tapi aku pemimpinnya, dan dia di sini hanya untuk bekerja sama denganku. Dia lebih baik dariku dalam segala hal dan selalu mempermalukanku. Bagaimana aku bisa punya martabat? Apa pendapat saudara-saudariku tentangku? Setelah itu, aku tak ingin bekerja dengannya lagi, juga bicara dengannya. Suatu kali pada pertemuan rekan kerja, kami membaca firman Tuhan yang mengungkapkan bahwa pemimpin palsu tak melakukan kerja nyata, lalu Saudari Liu merenungkan dan memahami dirinya, dia bilang sudah cukup lama berada di gereja, tapi karena tak melakukan kerja nyata, kesulitan petobat baru tak selesai tepat waktu, jadi mereka terjebak dalam kesulitan, juga tak tahu cara menerapkan kebenaran, yang menunda pertumbuhan mereka dalam hidup. Meski dia sedang mendiskusikan pengetahuan diri, di telingaku, dia seperti menyingkapku karena tak melakukan kerja nyata. Aku mulai menebak apa maksudnya, "Kau membicarakan masalah ini agar semua orang tahu tentang masalah dalam pekerjaanku, kan? Saudara-saudari sebelumnya punya kesan baik tentangku, tapi setelah kau menyingkapku seperti ini, citraku akan rusak. Apa pendapat mereka tentangku sekarang?" Saat itu, aku sangat menentang dan ingin pergi, tapi merasa tak masuk akal jika melakukannya, jadi kupaksakan diri untuk tinggal sampai akhir.

Malam itu, Saudari Liu datang kepadaku untuk membahas pemilihan diaken gereja baru dan menanyakan siapa yang memikul beban yang bisa kami promosikan. Setelah dia bertanya, aku merasa sangat menentang. Kupikir, "Apa masih ada kandidat yang cocok? Kau telah menolak yang terbaik. Ada masalah di gereja kita, tapi kau tak membicarakannya secara terbuka di sini, justru mendiskusikannya di depan saudara-saudari dari gereja lain. Sekarang mereka tahu aku tak melakukan kerja nyata. Kenapa tak memikirkan perasaanku saat kau bicara? Aku pikir kau sengaja menyerangku!" Aku bilang dengan tegas, "Sejak kau datang, tak ada orang lain yang memikul beban." Dia menjawabku pelan, "Maksudmu aku seharusnya tak ada di sini?" Aku terlalu impulsif dan sadar perkataanku salah, jadi aku langsung menjawab "Tidak." Kami berdua terdiam beberapa saat sebelum lanjut membahas pekerjaan. Kemudian, saat memikirkan perkataanku kepada saudariku, aku merasa sedikit bersalah. Seharusnya aku tak bicara seperti itu. Aku ingin minta maaf setelah diskusi selesai, tapi saat sibuk dengan pekerjaan, aku lupa.

Saat melihat pemimpin tingkat atas berkonsultasi dengan Saudari Liu dalam segala hal, aku merasa sangat tak nyaman. "Aku juga pemimpin. Apa nanti pendapat saudara-saudariku tentangku? Apa mereka akan bilang aku tak berguna sebagai pemimpin dan tak diperlukan?" Aku merasa Saudari Liu mencuri perhatian dariku, dan aku iri kepadanya. Kupikir, "Jika dia tak datang ke sini, pemimpin akan mendiskusikan pekerjaan denganku." Aku juga memikirkan kini Saudari Liu mendominasi semua pekerjaan, dia telah lama percaya Tuhan dan memahami lebih banyak kebenaran. Dia juga menunjukkan masalah dalam pekerjaanku di depan saudara-saudariku, jadi entah apa pendapat saudara-saudariku tentangku kini. Saat memikirkan itu, aku merasakan krisis. Aku khawatir Saudari Liu akan mengambil posisi kepemimpinanku. Makin dipikirkan, makin aku kesal dan punya keinginan membalas dendam: "Kau tak peduli dengan perasaanku, jadi kini aku akan mempersulitmu." Aku ingat kami sedang mendiskusikan pekerjaan, dan setelah Saudari Liu mengungkapkan pendapatnya, dia meminta saranku. Aku mengabaikannya dan mencari kesalahan dengan pengaturan kerjanya, mengatakan ini dan itu tak akan berhasil untuk mempersulit dia. Pernah suatu kali kami mendiskusikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab utama Saudari Liu. Saat itu aku tahu cara menyelesaikan masalah itu, tapi tak ingin memberi saran. Aku bahkan berpikir, "Lebih baik jika pengaturanmu gagal. Dengan begitu, semua orang akan tahu kau tak bisa bekerja, dan pemimpin akan lihat selalu bicara denganmu, bukan aku itu salah." Setelah itu, dia membuat beberapa saran, yang semuanya kutolak. Saat melihat dia tak tahu cara menyelesaikannya dan ingin aku memberinya saran, aku bangga kepada diriku. Kupikir, "Kau bahkan tak bisa mengatur pekerjaan seperti ini dengan benar dan masih punya nyali menunjukkan masalah di pekerjaanku." Saat itu, pemimpinku melihat keadaanku salah dan mengingatkan aku harus bekerja secara harmonis dengan Saudari Liu, jika tidak, pekerjaan gereja akan tertunda. Setelah mendengar perkataan pemimpin, aku merasakan sedikit teguran di hatiku. Saat kami mendek dalam pekerjaan, kenapa aku tak merasa harus menyelesaikannya? Aku justru diam dan tersenyum. Aku sama sekali tak menjaga pekerjaan gereja. Setelah menyadari ini, kuubah mentalitasku dan berpartisipasi dalam diskusi. Namun, karena penundaan dari diskusi sebelumnya, pekerjaan itu diatur sangat terlambat. Suatu malam, pemimpin mendatangiku untuk menunjukkan masalahku. Dia bilang, "Hasratmu akan martabat dan status terlalu kuat. Kau bersaing dengan Saudari Liu untuk ketenaran. Saat mendiskusikan pekerjaan, kau tak menerima semua pandangan yang dia kemukakan. Kau membantah semuanya. Saudari Liu merasa dibatasi olehmu, juga tak tahu cara bekerja sama denganmu. Kau harus merenungkan diri." Setelah mendengar perkataan pemimpinku, aku merasa sangat sedih dan tersinggung: "Kenapa Saudari Liu melaporkan masalahku di belakangku? Jika benar-benar ingin membantuku, dia bisa langsung memberitahuku. Sekarang pemimpin tahu tentang masalahku dan mungkin memecatku dari tugas." Segera setelah terpikirkan ini, aku membuka diri tentang keadaanku dengan pemimpin. Bahkan menawarkan mengundurkan diri, agar tak terus menunda pekerjaan gereja. Saat mengucapkan itu, hatiku hampir hancur. Aku merasa akan kehilangan tugasku. Pemimpin berkata, "Saat punya masalah, kita tak bisa menghindarinya. Kita harus mencari kebenaran dan merenungkan diri. Saudari Liu bisa menemukan masalah dalam pekerjaan artinya dia bisa memikul beban. Bukankah ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja? Kenapa kau tak bisa menanganinya dengan benar? Kau selalu iri kepadanya dan takut dia akan melampauimu. Artinya hasratmu akan status terlalu kuat." Setelah persekutuan pemimpin, aku sadar hasratku untuk martabat dan status memang terlalu kuat. Aku harus mencari kebenaran untuk memperbaiki keadaanku. Aku tak bisa lagi pasif dan menentang.

Setelah itu, aku membaca kutipan firman Tuhan dan mendapatkan pemahaman tentang watak rusak yang kuungkapkan. "Antikristus menganggap siapa pun yang menyingkapkan mereka hanya mempersulit mereka, jadi mereka pun mempersulit siapa pun yang menyingkapkan mereka, bersaing dan bertengkar dengan mereka. Karena natur antikristus mereka, mereka tidak akan pernah bersikap baik terhadap siapa pun yang memangkas atau menangani mereka, mereka juga tidak akan menoleransi atau tahan dengan siapa pun yang melakukannya, apalagi akan merasa bersyukur atau memuji siapa pun yang melakukannya. Sebaliknya, jika ada yang memangkas atau menangani mereka dan membuat mereka kehilangan martabat dan reputasi, mereka akan menyimpan kebencian terhadap orang ini di dalam hati mereka, dan akan mencari kesempatan untuk membalas dendam pada mereka. Betapa bencinya mereka terhadap orang lain! Inilah yang mereka pikirkan dan katakan secara terbuka di hadapan orang lain, 'Hari ini engkau telah memangkas dan menanganiku, berarti sekarang perseteruan kita telah tertulis di atas batu. Engkau ikuti caramu, dan aku akan ikuti caraku, tetapi aku bersumpah akan membalas dendam! Jika engkau mengakui kesalahanmu kepadaku, menundukkan kepalamu kepadaku, atau berlutut dan memohon kepadaku, aku akan memaafkanmu, jika tidak, aku tidak akan pernah membiarkan ini begitu saja!' Apa pun yang antikristus katakan atau lakukan, mereka tidak pernah melihat pemangkasan atau penanganan yang baik dari siapa pun atau bantuan tulus siapa pun sebagai wujud kasih dan penyelamatan Tuhan. Sebaliknya, mereka melihatnya sebagai tanda penghinaan, dan momen paling memalukan mereka. Ini menunjukkan bahwa antikristus sama sekali tidak menerima kebenaran, bahwa watak mereka benci dan muak akan kebenaran" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Delapan)). Tuhan mengungkapkan bahwa saat antikristus dipangkas dan ditangani, mereka bukan hanya tak terima, tapi membenci orang yang memangkas dan menangani mereka, dan ingin membalas. Kulihat antikristus tak menerima kebenaran, lelah dengan kebenaran, dan membenci kebenaran. Dahulu saat melihat kata-kata "pembalasan terhadap orang-orang", kupikir pendekatan ini kejam. Aku yakin tak menunjukkan kekejaman dan tak bisa melakukan hal ini, juga hanya antikristus dan pelaku kejahatan yang akan membalas dendam. Aku merenungkan perilakuku: Saat Saudari Liu menunjukkan masalah dalam pekerjaanku di depan rekan kerja, saudara-saudari, aku merasa citraku rusak, jadi aku memiliki prasangka dan penentangan terhadap dia. Saat pertemuan, Saudari Liu sadar dia tak melakukan kerja nyata berdasarkan firman Tuhan, dan aku merasa dia sengaja menyingkap masalah dalam pekerjaanku dengan mendiskusikan pengetahuan tentang dirinya, jadi prasangkaku terhadap dia menguat. Aku bahkan menyerang dia, berkata tak ada orang yang memikul beban sejak dia datang. Setelah itu, saat melihat pemimpin selalu mendiskusikan pekerjaan dengannya, aku merasa Saudari Liu mencuri perhatian dariku. Untuk membalasnya, aku tak memberikan saran saat kami membahas pekerjaan, lalu saat Saudari Liu mengungkapkan pemikiran dan sarannya, aku mencari kesalahan dan menyangkalnya, yang membuat pekerjaan tak bisa maju. Aku menganggap saudariku sebagai rival. Untuk mempertahankan reputasi dan status, aku bahkan bisa menyerang dan membalas dendam kepadanya. Bukankah watak yang kuungkapkan sama dengan watak antikristus? Di luar itu, aku memikirkan fakta dia menunjukkan masalah nyata dalam pekerjaanku. Jika aku mencari kebenaran untuk merenungkan diri dan memperbaiki penyimpangan, masalah itu bisa cepat diselesaikan. Itu akan bermanfaat bagi pekerjaan kami. Namun, bukan saja tak terima, aku ingin membalas dendam kepada saudariku. Aku sungguh tak pantas disebut orang percaya kepada Tuhan!

Kemudian, aku membaca dua kutipan lagi dari firman Tuhan yang memberiku lebih banyak wawasan tentang esensi dan konsekuensi dari perilaku ini. Tuhan berfirman: "Salah satu ciri utama dalam natur antikristus adalah kejahatan. Apa yang dimaksud dengan 'kejahatan'? Kejahatan artinya mereka memiliki sikap yang sangat buruk terhadap kebenaran—bukan saja tidak tunduk pada kebenaran, dan bukan saja tidak mau menerimanya, tetapi bahkan mengutuk orang yang memangkas dan menangani mereka. Itulah watak jahat antikristus. Antikristus menganggap siapa pun yang menerima dirinya ditangani dan dipangkas rentan terhadap intimidasi, dan menganggap orang yang selalu menangani dan memangkas orang lain adalah orang yang ingin selalu mengganggu dan mengintimidasi orang lain. Jadi, antikristus akan menentang siapa pun yang menangani dan memangkas mereka, dan mereka akan menyulitkan orang itu. Dan siapa pun yang menyebutkan kekurangan atau kerusakan antikristus, atau mempersekutukan kebenaran dan kehendak Tuhan kepada mereka, atau membuat mereka mengenal diri mereka sendiri, mereka menganggap orang itu sedang mempersulit mereka dan sedang memandang mereka dengan rasa curiga. Mereka membenci orang itu dari lubuk hati mereka, dan mereka akan membalas dendam terhadap mereka dan mempersulit mereka. ... Orang macam apa yang memiliki watak jahat seperti itu? Orang jahat. Sebenarnya antikristus adalah orang yang jahat. Jadi, hanya orang-orang jahat dan antikristuslah yang memiliki watak jahat seperti itu. Ketika orang jahat dihadapkan dengan segala jenis nasihat, tuduhan, pengajaran atau bantuan yang bermaksud baik, sikap mereka bukanlah berterima kasih atau menerimanya dengan rendah hati, melainkan menjadi sangat marah, dan merasakan kebencian yang ekstrem, permusuhan, dan bahkan keinginan untuk membalas dendam" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Delapan)). "Antikristus menganggap status dan reputasi mereka sendiri lebih penting daripada apa pun. Orang-orang ini tidak hanya curang, licik dan jahat, tetapi juga sangat ganas. Apa yang mereka lakukan ketika mereka mendeteksi bahwa status mereka sedang berada dalam bahaya, atau ketika mereka telah kehilangan tempat di hati orang-orang, ketika mereka kehilangan dukungan dan kasih sayang orang-orang ini, ketika orang-orang tidak lagi memuja dan menghormati mereka, dan kehilangan reputasi mereka? Mereka tiba-tiba berubah. Begitu status mereka hilang, mereka tak mau lagi melakukan tugas, semua yang mereka lakukan buruk, dan mereka tidak berminat melakukan apa pun. Namun, ini bukan perwujudan yang terburuk. Apa perwujudan terburuknya? Begitu orang-orang ini kehilangan status mereka, dan tak seorang pun menghormati mereka, dan tak seorang pun tertipu oleh mereka, muncullah kebencian, kecemburuan dan balas dendam. Mereka bukan hanya tidak takut akan Tuhan, tetapi juga tidak memiliki sedikit pun ketaatan. Lebih dari itu, di dalam hatinya, mereka cenderung membenci rumah Tuhan, gereja dan para pemimpin dan pekerja; mereka berharap pekerjaan gereja mengalami masalah atau terhenti; mereka ingin menertawakan gereja dan saudara-saudari. Mereka juga membenci siapa pun yang mengejar kebenaran dan takut akan Tuhan. Mereka menyerang dan mencemooh siapa pun yang setia pada tugas mereka dan rela membayar harga. Inilah watak antikristus—dan bukankah itu kejam? Mereka jelas orang-orang yang jahat; antikristus pada dasarnya adalah orang yang jahat" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Dua)). Melihat kata "kejam" dan "orang yang jahat" itu menyakitkan dan membuatku takut. Kuharap kata-kata ini tak berlaku untukku. Citraku rusak karena saudariku menunjukkan masalah dalam pekerjaanku, jadi aku menyerang dan membalas dia, sengaja mempermalukannya saat mendiskusikan pekerjaan, dan mencari kesalahan dalam pengaturan kerjanya. Aku bahkan tak menjelaskan saat tahu cara menyelesaikan masalah yang dia miliki dalam pekerjaannya karena ingin mempermalukan dan menertawakan dia. Saat pemimpin menyingkap dan menanganiku, aku bukan hanya tak merenungkan diri, tapi membenci dia karena melaporkan masalahku. Aku negatif dan menentang, melampiaskan kemarahan kepada tugasku, bahkan ingin mengundurkan diri dan berhenti melakukan tugas. Yang kutunjukkan sama dengan antikristus, watak kejam! Yang kuyakini adalah "Aku tak akan menyerang kecuali aku diserang" dan "Jika kau bersikap jahat, jangan salahkan aku karena bersikap tak adil." Saat seseorang merugikan kepentingan dan citraku, aku membenci, menyerang, dan membalas mereka. Aku ingat sebelum percaya Tuhan, saat aku punya konflik dengan seorang teman dan dia bicara buruk tentangku kepada orang lain. Aku sangat marah, lalu berpikir, "Jika kau bersikap jahat, jangan salahkan aku karena bersikap tak adil." Aku diam-diam berkata kepada orang itu, "Bagaimana kau bisa begitu bodoh bersikap baik kepadanya? Kau bahkan tak tahu dia bicara buruk tentangmu di belakangmu!" Kupikir aku lemah jika tak menyerang balik setelah diganggu. Hidup berdasarkan falsafah ini membuatku egois dan kejam, memutar balik pemikiranku, serta tak bisa membedakan yang baik dan jahat. Menyadari ini, aku terkejut, dan juga merasa sangat buruk. Jika tak menangani kekejamanku, aku akan melakukan lebih banyak kejahatan, lalu ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan! Menyadari ini, aku berdoa kepada Tuhan dalam hati, "Tuhan, kupikir aku punya kemanusiaan yang baik, tapi penghakiman dan penyingkapan firman-Mu menunjukkan aku punya kemanusiaan buruk dan sangat kejam. Aku membalas dendam kepada saudariku atas bantuannya. Aku sungguh tak punya kemanusiaan! Tuhan, aku ingin bertobat, menerapkan kebenaran, dan mengubah diriku. Tolong bimbing aku."

Lalu, dalam firman Tuhan, kubaca, "Ketika ada orang yang menghabiskan sedikit waktu mereka untuk mengawasi dan mengamatimu, atau mengajukan pertanyaan mendalam kepadamu, mencoba berbicara dari hati ke hati denganmu, dan mencari tahu bagaimana keadaanmu selama waktu ini, dan bahkan terkadang ketika sikap mereka sedikit lebih keras, dan mereka menangani serta memangkasmu sedikit, mendisiplinkan dan menegurmu, semua ini karena mereka memiliki sikap berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Engkau tidak boleh memiliki pemikiran atau perasaan negatif terhadap hal ini. Apa artinya jika engkau mampu menerima pengawasan, pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan orang lain? Artinya, di dalam hatimu, engkau menerima pemeriksaan Tuhan. Jika engkau tidak menerima pengawasan, pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan tentang dirimu—jika engkau menolak semua ini—mampukah engkau menerima pemeriksaan Tuhan? Pemeriksaan Tuhan jauh lebih mendetail, mendalam, dan akurat daripada pertanyaan orang; yang Tuhan tuntut jauh lebih spesifik, teliti, dan mendalam daripada ini. Jadi, jika engkau tak mampu menerima dirimu diawasi oleh umat pilihan Tuhan, bukankah pernyataanmu bahwa engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan adalah omong kosong? Agar engkau mampu menerima pemeriksaan dan pengujian Tuhan, engkau harus terlebih dahulu mampu menerima pengawasan oleh rumah Tuhan, oleh para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 4, Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja). "Masalah apa pun yang ada di dalam dirimu atau kerusakan apa pun yang kausingkapkan, engkau harus merenung dirimu dan mengenal dirimu sendiri berdasarkan firman Tuhan, atau mintalah saudara-saudari untuk memberimu tanggapan. Yang terpenting adalah engkau harus menerima pemeriksaan Tuhan dan datang ke hadapan Tuhan untuk memohon pencerahan dan penerangan-Nya. Bagaimanapun caramu melakukannya, yang terbaik adalah jika engkau terlebih dahulu mengenali masalah-masalahmu, dan menyelesaikannya, dan ini adalah hasil jika engkau merenungkan dirimu sendiri. Apa pun yang kaulakukan, jangan hanya menunggu untuk disingkapkan oleh Tuhan, karena itu akan terlambat" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Tujuh: Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Satu)). Baru setelah membaca firman Tuhan kusadar, saudara-saudariku mengawasi dan membimbingku karena mereka serius dan bertanggung jawab tentang pekerjaan, aku harus menerimanya dari Tuhan, serta belajar menerima dan menaatinya. Hanya inilah yang berarti menerima pengawasan Tuhan dan punya hati yang takut akan Tuhan. Saat saudariku menemukan masalahku dan menunjukkannya kepadaku, tujuannya adalah membantu dan menolongku. Pengalaman hidupku terlalu dangkal. Para petobat baru punya masalah dalam tugas, tapi aku tak bisa bersekutu tentang kebenaran untuk menyelesaikannya, sering kali aku hanya mengatur pekerjaan dan berhenti di situ, tanpa tindak lanjut atau bantuan lagi. Aku tak memahami prinsip mengatur staf, tapi Saudari Liu memahami beberapa kebenaran dan bisa melihat beberapa hal dengan jelas, jika kami bekerja sama dalam pekerjaan gereja, itu bukan hanya akan membantu pekerjaan, aku bisa belajar dari situ dan meningkat lebih cepat. Barulah aku paham kenapa Tuhan mengharuskan kita bekerja sama dalam tugas daripada melakukannya sendirian. Itu karena orang punya watak rusak, jadi kita perlu saling mengawasi, saling membimbing, dan saling membantu untuk menghindari kesalahan. Memikirkan ini, aku merasa sangat bersalah. Aku tak bisa lagi hidup untuk martabat dan status sendiri. Aku harus belajar melepaskan diri, menerima pengawasan dan bimbingan orang lain, bekerja sama dengan saudariku, mencari kebenaran dan memecahkan masalah di tempat kerja bersama, serta melakukan tugasku dengan benar.

Setelah itu, aku ingin membuka diri kepada Saudari Liu untuk menyingkap dan menganalisis kerusakanku sendiri, serta meminta maaf kepadanya. Aku terkejut saat pemimpin mengirimku ke gereja lain untuk melakukan tugasku. Setelah berpisah dari Saudari Liu, aku punya banyak penyesalan. Jadi, dalam hati aku berdoa kepada Tuhan, mulai sekarang, aku ingin melakukan tugas dengan benar dan fokus memperbaiki watak rusakku. Kemudian, di gereja baru, aku mengabdikan diri untuk tugasku. Aku ingat Saudari Li yang bertanggung jawab atas penyiraman, menghubungiku untuk menanyakan situasi pertemuan petobat baru. Saudari Li memberiku saran, "Kau selalu pergi ke pertemuan lain, dan jarang datang ke pertemuan petobat baru, yang membuat pemimpin tampak absen. Tak ada saudara-saudari yang mengenalmu. Akan sulit menindaklanjuti keadaan dan kesulitan mereka dengan baik di kemudian hari." Mendengarnya mengatakan itu membuatku tercengang, dan aku merasakan amarahku memuncak. Kupikir, "Bagaimana kau bisa sebut aku pemimpin yang absen? Bukankah maksudmu aku tak benar-benar bekerja dan tak berguna? Kau terlalu keras! Aku bukannya tak bekerja, tapi menindaklanjuti pekerjaan lain. Karena kau memimpin kelompok ini, bertanggung jawablah untuk itu. Bukan aku yang harus melakukan semuanya. Jika para pemimpin tingkat atas mengetahui ini, bukankah mereka akan pikir aku tak melakukan kerja nyata? Tidak bisa. Aku harus temukan penyimpangan dalam pekerjaanmu untuk dibicarakan ..." Saat memikirkan itu, aku sadar keadaanku salah. Saudariku menunjukkan masalah dalam pekerjaanku, lalu bukannya menerima dan merenung, aku pikir dia terlalu keras dan ingin mencari masalah dalam pekerjaannya untuk membantah dia. Aku menolak menerima kebenaran dan coba membalas lagi. Begitu menyadari ini, aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, "Ya Tuhan, Saudari Li menunjukkan masalah ini kepadaku hari ini adalah pengaturan-Mu, tapi hatiku menentang, itu melawan kehendak-Mu. Aku ingin mematuhi dan merenungkan diri." Setelah berdoa, aku merasa tenang dan mulai merenungkan diri. Kusadar aku memang punya masalah: Aku sangat bergantung kepada Saudari Li. Aku merasa, dengan dia bertanggung jawab untuk menyiram petobat baru, aku bisa santai dan lepas tangan. Sebagai pemimpin gereja, aku jarang tahu keadaan dan kesulitan nyata dari para petobat baru. Aku tak memenuhi tanggung jawabku. Ini benar-benar manifestasi dari tak melakukan kerja nyata. Setelah itu, aku bilang kepada Saudari Li, "Aku akan atur ulang waktuku. Aku tak menyadari masalah ini sebelumnya, tapi ingin mengubahnya." Kemudian, aku menghubungi petobat baru dan menghadiri pertemuan mereka dan menawarkan persekutuan untuk menyelesaikan keadaan mereka. Melakukan tugasku dengan cara ini, aku merasa sangat nyaman. Melalui pengalaman ini, kusadar dengan menerapkan sesuai firman Tuhan dan belajar menerima pengawasan, bimbingan, pemangkasan, dan penanganan saudara-saudariku, aku benar-benar bisa mencapai perubahan.

Sebelumnya: Tugas Tak Terelakkan

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Tugas Tak Kenal Pangkat

Oleh Saudari Li Karen, Filipina Sebelum memercayai Tuhan Yang Mahakuasa, aku terbiasa dipuji guru. Aku selalu ingin diperhatikan, dan...