Cara Menangani Pemangkasan terhadap Diri Kita
Oleh Saudari Rosalie, Korea SelatanRabu, 17 Agustus 2022, Saat langit cerah.Hari ini, aku mulai melaksanakan tugas baruku. Aku melakukan...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada Agustus 2021, aku datang ke sebuah gereja untuk menyirami petobat baru. Tak lama kemudian, aku mendapati salah seorang petobat baru berwatak agak congkak, sering memaksakan gagasannya sendiri, dan tak mampu bekerja secara harmonis dengan saudara-saudarinya. Ketika yang lain menasihatinya tentang masalah itu, dia bukan saja tak mau mendengarkan, dia juga berdebat tentang yang benar dan yang salah, mengkritik mereka di belakang mereka, mengutuk mereka, menyebabkan mereka merasa terkekang dan mengganggu pekerjaan gereja. Berdasarkan prinsip, dia harus digantikan. Namun, aku merasa khawatir, karena aku tahu aku harus mempersekutukan tentang masalah ini kepadanya, sedangkan aku belum pernah menjadi pemimpin atau pekerja sebelumnya, belum pernah mempersekutukan topik ini kepada siapa pun, dan tidak tahu bagaimana aku harus melakukannya. Namun, aku juga tak ingin bertanya kepada pengawas, takut dia mengetahui bahwa aku bahkan tak mampu menangani masalah ini, takut dia menganggapku tidak cakap, dan mengetahui diriku yang sebenarnya, dan setelah itu tidak akan lagi menghargai atau membinaku. Aku juga memikirkan fakta bahwa petobat baru ini orang Prancis, dan bahasa Prancis lisanku tidak terlalu bagus. Jika aku tak mampu menjelaskan maksudku dengan jelas, ini akan menyebabkan petobat baru itu menjadi negatif dan lemah dan mundur dari imannya, dan ini tentunya adalah kesalahanku. Aku memikirkannya masak-masak, dan menyerahkan masalah ini kepada pemimpin gereja bernama Saudara Claude agar dia yang menanganinya. Aku bahkan menemukan pembenaran diri yang terdengar mulia, yaitu bahwa ini adalah pelatihan bagi Claude, yang akan membuat dia sendiri belajar cara untuk menyelesaikan masalah. Namun kemudian, karena dia tidak menjelaskan segala sesuatunya dengan jelas selama persekutuannya, petobat baru itu menjadi negatif dan memiliki kesalahpahaman, lalu dia mundur dan tidak lagi percaya. Karena hal ini, Claude menjadi sangat putus asa. Dia berkata dia terlalu bodoh untuk menyampaikan persekutuan. Aku tahu peristiwa ini adalah tanggung jawabku, tetapi aku tak mau menganalisis masalahku secara terbuka dengannya. Dengan tenang aku menyampaikan persekutuanku kepadanya dan membahas kesalahannya. Aku bukan saja tidak menyingkapkan keadaanku yang sebenarnya, aku juga membiarkan dia secara keliru mengira bahwa aku sangat ahli dalam menyelesaikan masalah.
Beberapa hari kemudian, di sebuah pertemuan, dalam persekutuannya pemimpin kami menyebutkan tentang keadaanku. Dia berkata seorang pekerja penyiraman telah melaksanakan tugasnya dengan tidak bertanggung jawab. Ketika menghadapi masalah, dia tidak menyelesaikannya sendiri, tetapi menyerahkannya kepada pemimpin petobat baru untuk melakukannya, dan akibatnya masalah tidak terselesaikan dengan benar dan petobat baru itu pun mundur. Mendengar pemimpin menunjukkan masalahku dengan begitu berterus terang, aku malu sekali, merasa benar-benar kehilangan muka. Pengawas dan pekerja penyiraman dari beberapa gereja hadir di sini. Apa yang akan semua orang pikirkan tentangku setelah mendengar perkataannya? Mereka pasti menganggapku tidak bisa dipercaya. Setelah mengakhiri persekutuannya, dia meminta semua orang untuk berbicara. Kupikir, "Di sini, pemimpin berbicara dengan begitu berterus terang, dan akulah yang dimaksudkannya. Jika aku tidak bersekutu sekarang, bukankah itu akan membuatku tampak seolah-olah bersikap tak mau menerima diriku dipangkas? Itu pasti akan membuat pemimpin memiliki kesan yang sangat buruk tentangku." Untuk memulihkan citraku, kusampaikan persekutuanku terlebih dahulu, dan dengan sedikit merengek kukatakan, "Aku merasa sangat menyesal telah membiarkan hal seperti ini terjadi. Aku tahu sekarang bahwa aku adalah orang yang sangat tidak bertanggung jawab." Setelah memperlihatkan bahwa aku mengenal diriku, aku mulai membenarkan diri dengan berkata, "Sebelumnya, aku sudah mencoba mengetahui keadaan petobat baru itu dan mempersekutukan firman Tuhan kepadanya, dan aku telah banyak berupaya untuk membantu dan menyokongnya. Namun, karena kendala bahasa, ketika harus memberhentikannya, kuserahkan kepada Claude untuk menanganinya. Aku tidak memikirkan konsekuensinya, yang mengakibatkan petobat baru itu mundur." Setelah pembicaraan itu, seorang saudari mengirimiku pesan dan tanpa berbasa-basi dia berkata, "Nada bicaramu terlalu lemah lembut, sedikit penuh perhitungan. Mendengarnya terasa tidak nyaman, seolah kau ingin mengatakan kepada orang-orang bahwa kau sudah tahu bahwa kau salah, dan mereka tidak seharusnya terus menegurmu." Saat membaca pesan itu, wajahku merah padam dan aku merasa sangat malu. Itu sangat memalukan, rasanya seperti tertangkap basah menggunakan tipu muslihat. Setelah itu, perkataan saudari itu selalu terngiang di hatiku. Kupikir, dia menunjukkan masalahku dengan begitu terus terang, dan pasti ada maksud Tuhan di baliknya. Aku harus merenungkannya dengan baik dan berusaha lebih mengenal diriku sendiri. Sementara merenung, aku sadar bahwa setiap kali aku dipangkas, aku selalu dengan rela mengakui masalahku dan kemudian mengungkapkan kesulitanku yang nyata dengan nada bicara yang sedih dan memilukan untuk mendapatkan simpati dan pengertian orang lain, sehingga semua orang akan bersikap lunak terhadapku dan tidak lagi meminta pertanggungjawabanku. Pada saat yang sama, aku juga ingin orang lain merasa bahwa aku mampu menerima diriku dipangkas, serta memiliki kesan yang baik tentangku. Baru sekaranglah aku sadar bahwa perkataanku selama ini begitu penuh dengan tipu muslihat. Setelah itu, aku berfokus pada masalah ini ketika makan dan minum firman Tuhan.
Suatu hari, aku teringat dialog antara Tuhan dan Iblis di dalam Alkitab: "Maka Yahweh bertanya kepada Iblis: 'Dari mana engkau?' Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: 'Dari berkeliling ke sana ke mari di bumi, dan dari menjelajahinya ke atas ke bawah'" (Ayub 1:7). Tuhan telah menyingkapkan dan menganalisis cara Iblis berbicara: "Perkataan Iblis mengandung karakteristik tertentu: apa yang Iblis katakan membuatmu bingung, tak mampu memahami sumber perkataannya itu. Terkadang Iblis memiliki motif tertentu dan berbicara dengan sengaja, dan terkadang perkataannya dikendalikan oleh natur dirinya, perkataan semacam itu muncul secara spontan, dan keluar langsung dari mulut Iblis. Iblis tidak menghabiskan banyak waktu menimbang-nimbang perkataan semacam itu; sebaliknya, perkataan itu diucapkan tanpa berpikir. Ketika Tuhan bertanya dari mana dia, Iblis menjawab dengan beberapa perkataan yang ambigu. Engkau merasa sangat bingung, tidak pernah tahu sebenarnya dari mana asalnya. Adakah di antaramu yang berbicara seperti ini? Cara berbicara seperti apakah ini? (Cara berbicara ini ambigu dan tidak memberikan jawaban yang pasti.) Perkataan seperti apa yang seharusnya kita gunakan untuk menggambarkan cara berbicara seperti ini? Cara berbicara ini mengalihkan dan menyesatkan. Misalkan seseorang tidak ingin memberi tahu orang lain apa yang mereka lakukan kemarin. Engkau bertanya kepada mereka: 'Aku melihatmu kemarin. Engkau pergi ke mana?' Mereka tidak menjawab secara langsung ke mana mereka pergi. Sebagai gantinya, mereka berkata: 'Kemarin hari yang sangat tidak menyenangkan. Sangat melelahkan!' Apakah mereka menjawab pertanyaanmu? Mereka menjawab pertanyaanmu, tetapi mereka tidak memberi jawaban yang engkau inginkan. Inilah 'kejeniusan' dalam kecerdasan bicara manusia. Engkau tidak pernah dapat mengetahui apa yang mereka maksudkan, ataupun melihat sumber atau maksud perkataan mereka. Engkau tidak tahu apa yang sedang berusaha mereka hindari karena di dalam hatinya, mereka memiliki cerita mereka sendiri—ini berbahaya. Adakah di antaramu yang juga sering berbicara dengan cara seperti ini? (Ya.) Lalu apa tujuanmu? Apakah tujuannya terkadang untuk melindungi kepentinganmu sendiri, terkadang untuk mempertahankan harga diri, kedudukan, dan citramu sendiri, untuk melindungi rahasia kehidupan pribadimu? Apa pun tujuannya, tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kepentinganmu, tujuannya terkait dengan kepentinganmu. Bukankah ini adalah natur manusia? Semua orang yang memiliki natur seperti ini, jika bukan keluarganya Iblis, memiliki hubungan yang erat dengannya. Kita bisa mengatakannya seperti ini, bukan? Secara umum, perwujudan ini memuakkan dan menjijikkan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Dahulu, ketika membaca firman Tuhan yang mengatakan bahwa Iblis berbicara dengan cara yang mengalihkan dan menyesatkan, aku selalu merasa bahwa semua orang yang mampu memainkan tipu muslihat ini adalah orang yang licik dan curang. Namun, saat membaca firman Tuhan, aku mendapati bahwa aku juga menyingkapkan perilaku semacam ini. Ketika pemimpin menyingkapkanku di depan saudara-saudariku, di luarnya, aku menerimanya dan mengakui bahwa tindakanku tidak bertanggung jawab. Padahal, sebenarnya aku tidak menerimanya, bahkan merasa diperlakukan sedikit tidak adil. Aku merasa karena aku belum lama melakukan tugas ini, masalah ini seharusnya bisa dimaafkan. Mengapa dia menyingkapkanku secara langsung di pertemuan itu, membuatku begitu dipermalukan? Setelah itu, semua orang pasti akan menganggapku tidak bisa dipercaya dan tidak bertanggung jawab. Untuk memulihkan citraku, untuk membuat saudara-saudari menganggapku mampu menerima diriku dipangkas, aku dengan rela mengakui kesalahanku, dan berbicara dengan nada bicara lemah lembut dengan rengekan yang disengaja, karena aku ingin memberitahu orang-orang bahwa aku sudah tahu aku salah, bahwa aku merasa sangat bersalah dan menyesal, dan mereka tidak seharusnya terus menyalahkanku; bahwa aku adalah orang yang mampu memperbaiki kesalahanku dan menerima kebenaran. Di luarnya, aku tampak mengenal diriku sendiri, tetapi sebenarnya aku menggunakan metode ini untuk membungkam mulut orang lain dan menghalangi mereka agar tidak terus membicarakan masalahku atau meminta pertanggungjawabanku. Inilah niatku yang sebenarnya. Saat merenungkan hal ini, barulah aku sadar bahwa aku sama jahat dan liciknya dengan Iblis. Perkataanku dipenuhi dengan rencana jahat untuk menyesatkan dan membingungkan orang. Tidak bertanggungjawabnya aku dalam melakukan tugasku telah menimbulkan masalah dan aku pun disebutkan oleh pemimpinku. Aku bukan saja tidak bertobat, aku malah berpura-pura mengenal diriku sendiri di depan saudara-saudariku, agar mereka selalu menganggapku orang yang mampu menerima kebenaran. Aku benar-benar culas dan licik! Berbicara terus terang dan mengenal diri sendiri seharusnya adalah apa yang terwujud dalam diri orang yang menerapkan kebenaran, tetapi pengakuanku yang berterus terang mengandung tipu muslihat, itu adalah pembenaran diri untuk menghindari tanggung jawab. Aku benar-benar sangat licik!
Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang menyingkapkan watak jahat manusia. Tuhan berfirman: "Kelicikan biasanya dapat dilihat dari luar: seseorang bertele-tele atau menggunakan perkataan yang muluk-muluk, dan tak seorang pun dapat membaca apa yang sedang mereka pikirkan. Itulah kelicikan. Apa karakteristik utama dari kejahatan? Karakteristik utamanya adalah kata-katanya terdengar sangat menyenangkan dan di luarnya, segalanya tampak benar. Tidak tampak adanya masalah, dan segala sesuatu terlihat baik-baik saja dari berbagai sudut. Ketika mereka melakukan sesuatu, engkau tidak melihat mereka menggunakan cara tertentu, dan secara lahiriah, tidak ada tanda-tanda kelemahan atau kekurangan, tetapi mereka tetap berhasil mencapai tujuannya. Mereka melakukan segala sesuatu dengan cara yang sangat rahasia. Beginilah cara antikristus menyesatkan orang lain. Orang-orang dan hal-hal seperti inilah yang paling sulit dikenali. Ada orang-orang yang kerap mengatakan hal-hal yang benar, menggunakan alasan-alasan yang terdengar bagus, menggunakan doktrin, ungkapan, atau tindakan tertentu yang sesuai dengan kasih sayang manusia untuk mengelabui orang lain. Mereka berpura-pura melakukan satu hal padahal sebenarnya melakukan hal lain untuk mencapai tujuannya yang tersembunyi. Ini adalah kejahatan, tetapi kebanyakan orang menganggapnya sebagai perilaku yang licik. Orang-orang memiliki pemahaman dan analisis yang relatif terbatas tentang kejahatan. Sebenarnya, kejahatan lebih sulit dikenali dibandingkan kelicikan karena lebih tersembunyi, cara serta tindakannya juga lebih cerdik. Jika seseorang memiliki watak yang licik dalam dirinya, orang lain biasanya dapat mendeteksi kelicikan tersebut dalam waktu dua atau tiga hari setelah berinteraksi dengannya, atau mereka dapat merasakan watak licik orang tersebut dalam tindakan dan perkataannya. Namun, seandainya orang tersebut jahat: ini bukan sesuatu yang dapat dikenali dalam waktu beberapa hari saja karena tanpa adanya peristiwa penting atau keadaan khusus yang terjadi dalam waktu yang singkat, tidak mudah untuk mengenali apa pun hanya dengan mendengarkannya berbicara. Mereka akan selalu mengatakan dan melakukan hal-hal yang benar, serta menyampaikan doktrin demi doktrin yang benar. Setelah beberapa hari berinteraksi dengannya, engkau mungkin berpikir orang tersebut cukup baik, mampu meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan dirinya, memiliki pemahaman rohani, memiliki hati yang mengasihi Tuhan, serta memiliki hati nurani dan nalar dalam tindakannya. Namun, setelah mereka menangani beberapa persoalan, engkau melihat bahwa ucapan dan tindakannya bercampur baur dengan begitu banyak hal, terlalu banyak maksud jahat. Engkau akan menyadari bahwa orang tersebut tidak jujur dan licik—seseorang yang jahat. Mereka sering menggunakan kata-kata yang tepat dan ungkapan-ungkapan yang menyenangkan yang selaras dengan kebenaran, serta menunjukkan kasih sayang manusia saat berinteraksi dengan orang lain. Di satu sisi, mereka membangun reputasinya sendiri, sementara di sisi lain, mereka menyesatkan orang lain demi mendapatkan gengsi dan status di antara orang-orang. Orang-orang semacam ini sangat menyesatkan, dan begitu mereka memperoleh kekuasaan dan status, mereka dapat menyesatkan dan merugikan banyak orang. Mereka yang memiliki watak jahat sangatlah berbahaya" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Lima: Mereka Menyesatkan, Membujuk, Mengancam, dan Mengendalikan Orang"). Firman Tuhan menyingkapkan bahwa ciri utama orang berwatak jahat adalah bahwa perkataan dan perbuatan mereka selalu penuh rahasia. Untuk menyembunyikan niat mereka dari orang lain, mereka selalu mengucapkan perkataan yang benar, dan menggunakan metode yang disesuaikan dengan perasaan manusia dan terdengar sesuai dengan kebenaran untuk mencapai motif tersembunyi mereka. Aku merenungkan hal-hal yang telah kulakukan; itu adalah tipu muslihat yang sama: aku tak mampu menangani masalah petobat baru, jadi untuk menyembunyikan tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya dari atasanku, aku menyerahkan masalah ini kepada pemimpin petobat baru. Aku bahkan menemukan alasan yang terdengar muluk, bahwa ini adalah pelatihan bagi Claude, untuk mengajarinya cara menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, dia tidak menanganinya dengan baik, dan aku menyampaikan persekutuanku kepadanya dan mengevaluasi kesalahannya. Aku bukan hanya gagal menyingkapkan diriku yang sebenarnya, aku juga menyajikan citra yang baik di hadapannya untuk membuatnya yakin bahwa aku ahli dalam menangani masalah ini. Ketika aku disingkapkan oleh pemimpinku, untuk memulihkan citraku di hati semua orang, aku mengakui kesalahanku agar orang lain tidak lagi membicarakannya, dan bahkan menggunakan nada bicara merengek untuk mendapatkan simpati dan pengertian semua orang dan membuat mereka mengira aku mampu menerima kebenaran, mengenal diriku sendiri, dan memiliki sikap yang mau bertobat. Dengan demikian, mereka pasti tak lagi meminta pertanggungjawabanku. Setelah merenungkan perkataan dan perbuatanku berdasarkan firman Tuhan, aku sadar bahwa aku benar-benar busuk. Aku menggunakan perkataan yang disesuaikan dengan perasaan orang dan yang sesuai dengan kebenaran untuk menyembunyikan motifku yang hina, dan dengan demikian menyesatkan dan membingungkan orang-orang. Aku sebenarnya orang yang jahat, licik, dan culas. Sebelumnya, ketika membaca firman Tuhan yang menyingkapkan watak jahat orang, aku tak pernah menerapkannya pada diriku sendiri, menganggap aku bukanlah orang yang seperti itu. Setelah disingkapkan oleh fakta, dan setelah lebih jauh memeriksa diriku sendiri berdasarkan firman Tuhan, aku akhirnya mengetahui sedikit tentang watakku yang jahat.
Saat merenungkannya lebih lanjut, aku sadar bahwa aku telah menyingkapkan watak jahatku di berbagai bidang. Aku ingat, belum lama ini, pengawas memintaku untuk menyerahkan suatu pekerjaan kepada Saudari Marina dan mengizinkannya mengambil alih pekerjaan itu dariku. Ketika mendengar pengaturan ini, aku merasa kecewa. Aku telah memimpin pekerjaan ini sendirian selama lebih dari dua tahun, dan kupikir tak seorang pun mampu menggantikanku dalam tugas ini. Aku tak menyangka itu akan diberikan kepada orang lain. Aku benar-benar ingin bertanya kepada pengawas apakah aku dapat terus memimpin pekerjaan ini, tetapi aku takut pengawas akan menganggapku terlalu ambisius dan tidak bernalar, jadi aku tidak mengatakan apa pun. Di luarnya, aku taat, tetapi ketika menyerahkan pekerjaan itu, aku menggunakan kehadiran pengawas dan Marina untuk dengan sengaja menyinggung beberapa detail penting dalam pekerjaan ini. Aku ingin mereka melihat bahwa pengalaman yang telah kukumpulkan dan prinsip-prinsip yang telah kupelajari dalam melakukan tugas ini tidak bisa dipelajari hanya dalam beberapa hari atau beberapa minggu, agar pengawas mengizinkanku melanjutkan tugas ini. Benar saja, setelah serah terima, pengawas bertanya kepadaku apakah aku bisa membimbing Marina sedikit lebih lama. Aku sangat senang mendengarnya. Meskipun aku tak dapat terus memimpin pekerjaan itu, apa yang kukatakan telah mencapai tujuanku sendiri. Setelah itu, masalah dan kesulitan apa pun yang Marina hadapi dalam tugasnya, dia menemuiku, membolehkanku mengevaluasi dan menilai segala sesuatunya, juga memintaku untuk meninjau setiap tugas. Dengan cara ini, aku diam-diam kembali menjadi pemegang kekuasaan. Saat dengan saksama mengingat kembali perilakuku saat itu, aku jelas tidak ingin orang lain menggantikanku, tetapi untuk menjaga agar pengawas tidak menganggapku congkak dan tak bernalar, aku menggunakan kesempatan serah terima pekerjaan untuk memamerkan keahlianku, dan mendapatkan persetujuan pengawas. Dengan cara demikian, aku berhasil untuk tetap menjadi pemegang kekuasaan dan "dengan cerdik" menyembunyikan niatku sendiri. Semakin kurenungkan perilakuku, semakin aku merasa takut. Sulit kupercaya bahwa aku adalah orang semacam itu.
Dalam sebuah pertemuan, aku membaca dua bagian firman Tuhan yang menyingkapkan watak jahat antikristus yang membuatku lebih mengenal diriku sendiri. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Kejahatan antikristus memiliki satu ciri yang jelas, dan Aku akan memberitahumu rahasia untuk mengidentifikasi hal itu: dalam ucapan maupun tindakan mereka, engkau tidak dapat memahami kedalamannya ataupun mengetahui isi hati mereka yang sebenarnya. Saat berbicara kepadamu, mata mereka selalu berputar, dan engkau tidak dapat mengetahui rencana licik macam apa yang sedang mereka pikirkan. Terkadang, mereka membuatmu merasa bahwa mereka setia atau sangat tulus, tetapi ini tidak benar—engkau tidak pernah bisa mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Engkau memiliki perasaan tertentu di hatimu, perasaan bahwa ada kelicikan mendalam dalam pemikiran mereka, kedalaman yang tak terselami, bahwa mereka penuh akal bulus" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Tujuh: Mereka Jahat, Berbahaya, dan Licik (Bagian Dua)"). "Di sini, 'terselubung' berarti jahat dan culas, dan mengacu pada perilaku yang tidak normal. Keabnormalan ini merujuk pada sifat yang sangat tersembunyi dan tidak dapat ditembus oleh orang kebanyakan, yang tidak dapat memahami apa yang dipikirkan atau dilakukan orang-orang seperti itu. Dengan kata lain, metode, motif, dan titik awal dari tindakan orang seperti ini sangat sulit untuk dipahami, dan terkadang perilaku mereka juga licik dan tersembunyi. Singkatnya, ada istilah yang dapat menggambarkan perwujudan dan keadaan sebenarnya dari keterselubungan seseorang, yaitu 'ketiadaan transparansi', yang membuat mereka tidak dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Tindakan antikristus memiliki natur ini—yaitu, ketika engkau menyadari dan merasakan bahwa niat mereka untuk melakukan sesuatu tidaklah sederhana, engkau menganggap hal tersebut sangat menakutkan, tetapi dalam jangka pendek atau karena alasan tertentu, engkau tetap tidak mampu memahami motif dan maksud mereka, dan engkau secara tidak sadar merasa bahwa tindakan mereka terselubung. Mengapa antikristus memberimu perasaan seperti ini? Di satu sisi, hal itu terjadi karena tidak ada seorang pun yang dapat merasakan apa yang mereka katakan atau lakukan. Di sisi lain adalah mereka sering berbicara belat-belit sehingga menyesatkanmu, dan akhirnya membuatmu tidak yakin mana pernyataan mereka yang benar dan yang tidak, serta apa sebenarnya maksud dari perkataan mereka. Ketika antikristus berbohong, engkau mengira itu adalah kebenaran; engkau tidak tahu pernyataan mana yang benar atau keliru, dan engkau sering merasa bahwa engkau telah dibodohi dan ditipu. Mengapa perasaan ini muncul? Itu karena orang-orang tersebut tidak pernah bertindak secara terbuka; engkau tidak dapat melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan atau yang mereka sibukkan, yang tentu saja membuatmu curiga kepada mereka. Pada akhirnya, engkau melihat bahwa watak mereka licik, berbahaya, dan juga jahat" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Enam). Firman Tuhan menyingkapkan watak antikristus yang sangat jahat. Selalu ada motif tersembunyi di balik perkataan dan perbuatan mereka, yang membuat mereka tak mungkin bisa dipahami. Untuk mencapai tujuan mereka sendiri, antikristus sering menggunakan ilusi dan metode licik untuk menipu dan menyesatkan orang. Mereka memperdaya orang lain sampai-sampai tak seorang pun tahu mana dari perkataan mereka yang benar dan mana yang salah. Perilakuku sama liciknya dengan perilaku antikristus; semua yang kukatakan dan kulakukan selalu mengandung motif pribadi. Ketika menghadapi masalah dalam melaksanakan tugasku, aku memeras otak mencari cara untuk menghindarinya, dan juga menghalangi agar tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya tidak diketahui oleh pengawasku. Ketika pemimpinku menyingkapkan masalah dalam tugasku, yang kupikirkan hanyalah bagaimana membuat orang lain merasa bahwa aku adalah orang yang menerima kebenaran, dan bagaimana mengelak dari tanggung jawabku. Ketika aku ingin merebut kekuasaan dan mempertahankan kedudukanku, aku memperhitungkan bagaimana agar ambisiku tidak tersingkap, dan bagaimana membuat pengawas mengizinkanku terus terlibat dalam pekerjaan dan menjadi penentu keputusan. Aku tak pernah mengira bisa memiliki motif tersembunyi semacam itu di balik perkataan dan perbuatanku! Demi melindungi reputasi dan kedudukanku, yang kupikirkan hanyalah bagaimana menyembunyikan diriku dan menipu orang lain. Khususnya di depan pemimpin dan atasanku, aku memikirkan setiap perkataanku dengan hati-hati sebelum mengucapkannya, perkataan apa yang bisa sekaligus mencapai tujuanku dan secara efektif menyembunyikan pemikiranku yang sebenarnya. Inilah watak antikristus! Saat merenungkan hal ini, aku merasa sedikit takut. Tuhan menuntut kita untuk menjadi orang jujur dan mengatakan apa yang sebenarnya kita pikirkan, serta membuka diri tentang kerusakan yang kita singkapkan, apa yang tidak kita pahami dan apa yang tak mampu kita lakukan. Namun, yang setiap saat kupikirkan hanyalah bagaimana menyamarkan diriku, bagaimana membuat orang menghormatiku dan bagaimana menjaga citraku. Semua yang kulakukan penuh perhitungan, jahat, dan licik, dan semua yang kusingkapkan adalah watak Iblis yang licik dan jahat. Ketika menyadari hal ini, adegan demi adegan terlintas di benakku. Aku teringat masa kecilku—ibuku mengajariku "Kuda cepat tidak perlu dicambuk, drum yang nyaring tidak perlu pemukul yang berat", jadi aku selalu berusaha menjadi "kuda cepat" dan "drum yang nyaring", anak yang taat dan berperilaku baik. Jika melakukan kesalahan, aku langsung mengakuinya tanpa perlu diingatkan. Orang tuaku hampir tak pernah menegur atau mendisiplinkanku saat aku bertumbuh dewasa, jadi aku merasa bahwa sadar akan diriku dan mengakui kesalahanku dapat menghindarkanku mengalami banyak penderitaan. Misalnya, jika gagal dalam ujian, untuk mencegah orang tuaku menyalahkan atau menegurku, sebelum mereka mulai bicara, aku mulai menangis, dan berpura-pura merasa sangat sedih. Orang tuaku tak tahan melihatku menangis. Mereka takut aku tak sanggup lagi menahan tekanan, jadi mereka tidak lagi menyalahkanku. Sebaliknya, mereka menghiburku. Jadi, aku lolos dari teguran orang tuaku, dan harga diriku tetap utuh. Setelah percaya kepada Tuhan, aku masih sama. Ketika gagal melaksanakan tugasku dengan baik dan harus bertanggung jawab, aku berpura-pura merasa sangat sedih dan memperdebatkan kasusku untuk menyembunyikan perilakuku yang sembrono dan tak bertanggung jawab sehingga tak seorang pun akan memangkasku. Hidup berdasarkan falsafah hidup Iblis untuk falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain benar-benar membuatku makin licik dan curang. Aku benar-benar ahli dalam merekayasa perkataan untuk mencapai tujuanku, menggunakan banyak tipu muslihat jahat, dan menjadikan diriku gambar Iblis yang sesungguhnya Hal yang paling menakutkan adalah bahwa tipu muslihat dan penipuan ini terasa nyaris normal bagiku. Seandainya saudariku tidak mengingatkan dan menyingkapkanku, aku sama sekali tidak akan memiliki kesadaran ataupun merasa malu. Aku teringat firman Tuhan: "Tuhan menyelamatkan orang yang jujur, dan orang yang Dia inginkan untuk Kerajaan-Nya adalah orang yang jujur. Jika engkau mampu berbohong dan melakukan tipu muslihat, engkau adalah orang yang licik dan suka menipu, bengkok, dan berbahaya; engkau bukan orang yang jujur. Jika engkau bukan orang yang jujur, maka tidak mungkin Tuhan akan menyelamatkanmu, engkau juga tidak mungkin dapat diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penerapan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur"). "Jika kata-katamu dipenuhi dengan alasan dan pembenaran diri yang tidak ada nilainya, maka Aku katakan bahwa engkau adalah seseorang yang benci untuk melakukan kebenaran. Jika engkau memiliki banyak rahasia yang enggan engkau bagikan, jika engkau sama sekali menolak menyingkapkan rahasiamu—kesulitan-kesulitanmu—di depan orang lain untuk mencari jalan terang, maka Aku katakan bahwa engkau adalah seseorang yang tidak akan memperoleh keselamatan dengan mudah, dan yang tidak akan dengan mudah keluar dari kegelapan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). Dari firman Tuhan, kita dapat mengerti bahwa Tuhan membenci orang yang curang. Orang yang curang memiliki terlalu banyak aspek gelap di dalam hati mereka. Perkataan dan tindakan mereka selalu menipu dan menyesatkan orang, dan mereka tidak pernah menerapkan firman Tuhan. Meskipun sudah bertahun-tahun mereka percaya kepada Tuhan, watak rusak mereka tidak berubah, dan mereka tak pernah bisa memperoleh keselamatan. Menyadari hal ini, aku merasa benar-benar berada dalam bahaya. Aku berdoa kepada Tuhan mengatakan aku mau bertobat, dan memohon agar Tuhan membimbingku dan membantuku untuk benar-benar berubah.
Suatu hari, aku membaca dalam firman Tuhan: "Jadilah orang yang jujur; berdoalah kepada Tuhan untuk membersihkanmu dari tipu daya di dalam hatimu. Selalu sucikan dirimu melalui doa, biarlah Roh Tuhan menjamahmu dalam doa, dan watakmu akan berubah secara bertahap" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tentang Penerapan Doa"). "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal menuju jalan masuk kehidupan, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Apa yang ditunjukkan dari mengambil langkah ini? Ini menunjukkan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kelicikan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinsip dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa kekangan atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang. Belajar bagaimana membuka diri ketika bersekutu adalah langkah pertama untuk melangkah ke jalan masuk kehidupan. Selanjutnya, engkau harus belajar menganalisis pikiran dan tindakanmu untuk melihat mana yang salah, dan mana yang tidak Tuhan sukai, dan engkau perlu membalikkannya dengan segera dan memperbaikinya. Apa tujuan memperbaikinya? Tujuannya adalah untuk menerima kebenaran, sambil menyingkirkan hal-hal yang ada di dalam dirimu yang merupakan milik Iblis dan menggantikannya dengan kebenaran. Dahulu, engkau melakukan segala sesuatu menurut watak licikmu yaitu berbohong dan menipu; engkau merasa bahwa engkau tidak mampu menyelesaikan apa pun tanpa berbohong. Kini, setelah engkau memahami kebenaran dan membenci cara Iblis dalam melakukan segala sesuatu, engkau tidak lagi bertindak seperti itu, engkau bertindak dengan mentalitas kejujuran, kemurnian, dan ketundukan. Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, atau menutup-nutupi segala sesuatu, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan gagasan dan pikiran terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit. Jika hatimu semakin jujur, dan semakin memiliki kecenderungan kepada Tuhan, dan jika engkau tahu untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan ketika engkau melaksanakan tugasmu, dan hati nuranimu terganggu ketika engkau gagal melindungi kepentingan ini, ini adalah bukti bahwa kebenaran telah memengaruhimu, dan telah menjadi hidupmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan menyentuh hatiku. Tuntutan Tuhan sebenarnya sangat sederhana. Tuntutan Tuhan adalah agar kita berbicara dan bertindak dengan murni dan jujur, agar di dalam hati kita tidak ada kecurangan, kepura-puraan atau penipuan, agar kita memiliki hati yang jujur terhadap Tuhan dan agar kita jujur kepada orang lain. Jika telah melakukan sesuatu yang salah atau berbohong, kita harus mengakuinya dan merenungkan diri kita, serta menerima kebenaran dengan sikap yang tulus. Hanya dengan cara inilah kita dapat secara bertahap menyingkirkan watak Iblis dalam diri kita. Aku teringat beberapa saudara-saudari yang dipangkas. Meskipun mereka merasa malu pada waktu itu, mereka mampu menerimanya dan tunduk. Setelah itu, mereka mampu mencari kebenaran, merenungkan diri mereka, dan menemukan penyebab kegagalan mereka. Setelah beberapa waktu, mereka mengalami makin banyak kemajuan, menjadi makin baik dalam tugas mereka, dan mendapatkan bimbingan Tuhan. Sedangkan aku, demi mempertahankan citra dan kedudukanku sendiri, aku selalu mengambil langkah untuk melalaikan tanggung jawabku dan menghindarkan diriku dipangkas, dan mengira aku melakukan segala sesuatu dengan cara yang cerdas. Apa hasil yang kudapatkan? Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, watak hidupku tidak berubah. Aku tetap sangat licik, curang, dan jahat. Aku melakukan tugasku tanpa memegang prinsip, dan saat menghadapi masalah, aku tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Setelah itu, barulah aku sadar bahwa dengan berulang kali menggunakan tipu muslihat untuk melalaikan tanggung jawab dan menghindarkan diriku dipangkas, aku sebenarnya sedang menolak keselamatan Tuhan dan menghancurkan kesempatanku untuk memperoleh kebenaran. Dan setiap kali aku menggunakan tipu muslihat untuk melalaikan tanggung jawabku, aku harus memeras otak untuk memikirkan apa yang harus kukatakan dan alasan apa yang harus kugunakan. Aku mungkin pernah berhasil lolos, tetapi kali berikutnya, saat reputasi dan citraku terancam, aku harus memikirkan cara lain untuk menipu orang. Hidup setiap hari dalam keadaan yang curang dan tidak jujur ini sangat melelahkan, Tuhan membencinya, dan pada akhirnya, aku akan menghancurkan kesempatanku untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Bisakah ini disebut cerdas? Aku begitu bodoh dan bebal. Ketika menyadari hal ini, aku sangat ingin menyingkirkan watakku yang curang dan jahat dan menjadi orang yang jujur.
Terpikir olehku bahwa Claude masih belum mengetahui motif tercelaku dengan memintanya bersekutu dengan petobat baru itu. Jika aku tidak membuka diri kepadanya, dia bukan saja tidak akan mengenali diriku yang sebenarnya, dia juga akan tetap menghormatiku, dan tetap dalam keadaan negatif serta merasa tak mampu melakukan pekerjaan itu. Jadi, aku menemui Claude, membuka diriku kepadanya tentang motifku menyuruhnya menyampaikan persekutuan kepada petobat baru itu, dan mengatakan kepadanya pelajaran apa yang telah kupetik dari masalah ini. Aku juga mengatakan bahwa akulah yang paling harus disalahkan atas pengunduran diri petobat baru itu dan bahwa aku egois dan hina. Hanya untuk melindungi reputasi dan kepentinganku sendiri, aku telah menipunya dan membuatnya memikul tanggung jawab. Kemudian, dia membuka diri kepadaku tentang perenungan dan pengenalan dirinya, serta apa yang didapatkannya dari masalah ini. Setelah bersekutu dengannya, aku merasa sangat lega. Aku sadar bahwa hanya dengan menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur, barulah pikiran kita akan menjadi tenang. Setelah itu, pengawasku mengadakan pertemuan untuk membahas kekurangan dalam pekerjaan kami. Efektivitasku menurun drastis bulan itu. Aku ingin menghindari rapat kerja ini, tetapi aku tahu dengan jelas bahwa Tuhan pasti memeriksa setiap perkataan dan perbuatanku untuk melihat bagaimana caraku berperilaku—untuk melihat apakah aku akan kembali melakukan tipu muslihat untuk mempertahankan citra dan kedudukanku, serta menyembunyikan kekurangan dan masalahku, atau apakah aku mau menghadapi masalah dalam tugasku, berbicara terus terang, dan menjadi orang yang jujur. Aku berkata pada diriku sendiri untuk menerapkan kebenaran, meskipun itu merusak citraku. Jadi, aku membuka diri tentang sikapku yang asal-asalan dan penuh tipu muslihat dalam pekerjaanku selama masa itu, dan kukatakan aku akan mengevaluasi penyimpangan dan kesalahanku, memperbaiki sikapku terhadap tugasku, dan berusaha menjadi lebih efektif. Setelah persekutuan ini, aku merasa sangat lega, dan memiliki tekad dan motivasi untuk melakukan tugasku dengan baik. Setelah aku selesai, saudara-saudariku tidak memandang rendah diriku. Sebaliknya, mereka mendiskusikan beberapa cara penerapan denganku untuk melaksanakan tugas kami. Aku mendapat banyak manfaat dari persekutuan yang mereka sampaikan, dan juga belajar lebih banyak cara untuk memperbaiki kesalahanku. Setelah itu, saat melaksanakan tugasku, aku menerapkan cara-cara ini, dan secara perlahan menjadi lebih efektif dalam pekerjaanku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan.
Melalui pengalaman ini, aku benar-benar merasa bahwa kesalahan apa pun yang kita lakukan atau kerusakan apa pun yang kita singkapkan dalam tugas kita, selama kita bisa menghadapi segala sesuatu dengan tenang, membuka hati kita, dan mencari kebenaran, kita bukan saja tidak akan dipandang rendah oleh siapa pun, kita juga akan mampu merenungkan diri kita sendiri dan melaksanakan tugas kita dengan lebih baik. Aku juga merasa bahwa hanya orang yang menerapkan kebenaran dan hanya orang jujurlah yang memiliki karakter dan martabat, dan hanya merekalah yang benar-benar merasa tenang dan bebas.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Rosalie, Korea SelatanRabu, 17 Agustus 2022, Saat langit cerah.Hari ini, aku mulai melaksanakan tugas baruku. Aku melakukan...
Oleh Saudari Miao Xiao, Tiongkok Aku dahulu berpikir dengan melakukan tugasku, berhubungan baik dengan saudara-saudari, dan tidak melakukan...
Oleh Saudari Xiaoen, Spanyol Beberapa waktu lalu, seorang pengawas yang mengelola gereja dipindahkan karena kebutuhan pekerjaan dan...
Oleh Saudari Jane, Filipina Pada Juli 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kemudian, aku banyak membaca...