Apa yang Kuperoleh dengan Menjadi Orang yang Jujur

02 September 2022

Oleh Saudara Felix, Korea Selatan

Dalam sebuah pertemuan, pemimpin menanyaiku tentang penyiraman petobat baru di gereja yang kupimpin. Aku tercengang. Aku tidak menindaklanjutinya dalam beberapa hari terakhir dan tidak tahu kemajuannya secara spesifik. Bagaimana aku harus menjawabnya? Jika kukatakan aku tidak tahu, pemimpin dan rekan kerja lain pasti akan menganggapku tidak melakukan pekerjaan nyata, dan itu akan memalukan. Kupikir kukatakan saja apa yang kuketahui dari situasi sebelumnya, lalu lihat apa yang bisa kulakukan setelahnya. Jadi, aku menjawab, "Pengaturan telah dibuat untuk semua pekerjaan itu dan kami telah menambah anggota tim." Pemimpin langsung berkata, "Kau tidak menjawab pertanyaanku, kau sedang berpura-pura. Itu sikap yang licik. Jika kau tidak tahu, katakan saja tidak tahu dan tindak lanjuti secepatnya. Mengapa kau berbelit-belit? Itu tidak baik. Kesalahan adalah kesalahan, dan kau harus berani mengakuinya!" Aku merasa gelisah dan risau, wajahku merah padam karena malu. Yang kutakutkan telah terjadi. Aku benar-benar malu karena semua orang jadi tahu diriku yang sebenarnya. Aku tahu perkataan pemimpin benar, tetapi aku tak bisa tunduk dalam hatiku. Menurutku dia tak perlu mengatakan sedemikian banyak tentang hal itu. Bukankah tak masalah jika aku mengatasinya segera setelah aku bisa? Mengapa dia harus memangkasku di depan semua orang itu? Aku benar-benar kesal, jadi aku berdoa dalam hati, "Tuhan, aku merasa tidak suka dengan apa yang terjadi hari ini dan aku tak mampu tunduk. Kumohon, cerahkanlah aku agar aku bisa mengenal diriku sendiri dan memetik pelajaran."

Lalu, aku membaca firman Tuhan: "Marilah kita terlebih dahulu melihat pada pertanyaan seperti apa yang diajukan Tuhan Yahweh kepada Iblis. 'Dari mana engkau?' Bukankah ini pertanyaan yang sederhana? Apakah ada makna yang tersembunyi? Tidak; itu hanya sebuah pertanyaan yang terang-terangan. Jika Aku bertanya kepada engkau semua: 'Dari mana asalmu?' bagaimana kemudian engkau akan menjawab? Apakah ini pertanyaan yang sulit dijawab? Apakah engkau akan menjawab: 'Dari pergi ke sana kemari, dan dari berjalan naik dan turun'? (Tidak.) Engkau semua tidak akan menjawab seperti ini. Jadi, bagaimana kemudian perasaanmu ketika engkau semua melihat Iblis menjawab seperti ini? (Kami merasa bahwa Iblis sedang bersikap tidak masuk akal, dan juga curang.) Dapatkah engkau semua mengatakan apa yang sedang Kurasakan? Setiap kali Aku melihat perkataan Iblis ini, Aku merasa muak, karena Iblis berbicara, tetapi perkataannya tidak mengandung substansi. Apakah dia menjawab pertanyaan Tuhan? Tidak, perkataan yang Iblis ucapkan bukanlah sebuah jawaban, itu tidak menghasilkan jawaban apa pun. Perkataan itu bukanlah jawaban untuk pertanyaan Tuhan. 'Dari mengelilingi dan menjelajah bumi.' Apa pemahamanmu dari perkataan ini? Sebenarnya dari mana asal Iblis? Sudahkah engkau semua menerima jawaban terhadap pertanyaan ini? (Tidak.) Ini adalah 'kejeniusan' dari rencana licik Iblis—tidak membiarkan siapa pun memahami apa yang sebenarnya dia katakan. Setelah mendengar perkataan ini engkau masih tidak dapat memahami apa yang telah Iblis katakan, meskipun dia sudah selesai menjawab. Namun Iblis yakin dia telah menjawab dengan sempurna. Lalu bagaimana perasaanmu? Muakkah? (Ya.) Sekarang engkau mulai merasa muak menanggapi perkataan ini. Perkataan Iblis mengandung karakteristik tertentu: apa yang Iblis katakan membuatmu bingung, tak mampu memahami sumber perkataannya itu. Terkadang Iblis memiliki motif tertentu dan berbicara dengan sengaja, dan terkadang perkataannya dikendalikan oleh natur dirinya, perkataan semacam itu muncul secara spontan, dan keluar langsung dari mulut Iblis. Iblis tidak menghabiskan banyak waktu menimbang-nimbang perkataan semacam itu; sebaliknya, perkataan itu diucapkan tanpa berpikir. Ketika Tuhan bertanya dari mana dia, Iblis menjawab dengan beberapa perkataan yang ambigu. Engkau merasa sangat bingung, tidak pernah tahu sebenarnya dari mana asalnya. Adakah di antaramu yang berbicara seperti ini? Cara berbicara seperti apakah ini? (Cara berbicara ini ambigu dan tidak memberikan jawaban yang pasti.) Perkataan seperti apa yang seharusnya kita gunakan untuk menggambarkan cara berbicara seperti ini? Cara berbicara ini mengalihkan dan menyesatkan pikiran. Misalkan seseorang tidak ingin memberi tahu orang lain apa yang mereka lakukan kemarin. Engkau bertanya kepada mereka: 'Aku melihatmu kemarin. Engkau pergi ke mana?' Mereka tidak menjawab secara langsung ke mana mereka pergi. Sebagai gantinya, mereka berkata: 'Kemarin hari yang sangat tidak menyenangkan. Sangat melelahkan!' Apakah mereka menjawab pertanyaanmu? Mereka menjawab pertanyaanmu, tetapi mereka tidak memberi jawaban yang engkau inginkan. Inilah 'kejeniusan' dalam kecerdasan bicara manusia. Engkau tidak pernah dapat mengetahui apa yang mereka maksudkan, ataupun melihat sumber atau maksud perkataan mereka. Engkau tidak tahu apa yang sedang berusaha mereka hindari karena di dalam hatinya, mereka memiliki cerita mereka sendiri—ini berbahaya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Melalui firman Tuhan aku mengerti bahwa perkataan dan perbuatan Iblis penuh motif dan tipu muslihat. Untuk menutupi niatnya yang memalukan, Iblis bicara berbelit-belit agar orang tidak bisa memahaminya. Iblis sangat berbahaya dan licik. Iblis menjawab pertanyaan Tuhan dengan jawaban yang ambigu dan menyesatkan. Itu menjijikkan bagi Tuhan. Adapun aku, aku sebenarnya tidak tahu kemajuan penyiraman petobat baru, tetapi aku tidak jujur. Aku memberi jawaban tidak benar untuk membingungkan pemimpinku. Jawabanku membuat pemimpin tidak tahu yang sebenarnya. Untuk melindungi reputasi dan statusku, dan agar pemimpin tidak tahu bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata dan agar saudara-saudari tidak meremehkanku, aku dengan berani mengatakan sesuatu untuk mengaburkan fakta, menyesatkan dan menipu mereka. Aku sedang memperlihatkan watak Iblis! Jika kupikir kembali, aku biasa seperti itu kepada saudara-saudari. Misalnya, terkadang ada orang yang bertanya kepadaku tentang keterampilan tertentu, tetapi aku tidak terlalu memahaminya hal-hal ini, dan karena takut jika mereka tahu yang sebenarnya, aku akan diremehkan, aku pun menjawab, "Jika masalah ini tidak teratasi, masalahnya bukan hanya terkait dengan tingkat keterampilanmu, bukan? Bukankah masalahnya adalah karena kau telah bersikap asal-asalan dalam tugasmu? Atau apakah kau tidak bisa belajar dan berkomunikasi?" Di luarnya, aku sepertinya menjawab pertanyaan, tetapi sebenarnya aku tahu bahwa jawaban semacam itu tidak menyelesaikan masalah. Kupikir jika aku menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, mereka akan merenungkan diri mereka, dan mereka juga akan berhenti menanyaiku. Dengan begitu, kekuranganku tidak akan tersingkap. Aku selalu licik dan menipu untuk melindungi reputasi dan statusku. Aku lebih suka mengatakan kebohongan daripada kehilangan reputasi. Itu sepenuhnya menyingkapkan naturku yang licik dan curang yang muak akan kebenaran. Kukira berbohong dan menipu adalah pintar, padahal sebenarnya bodoh! Sekalipun aku bisa menipu dan menyesatkan semua orang, dan mereka menghormatiku dan menganggapku mampu bekerja dan melaksanakan tugasku dengan baik, Tuhan tidak akan berkenan─Dia akan muak terhadapku. Lalu apa gunanya diperkenan orang-orang ini? Saat itu, aku merasa begitu hampa dan menyedihkan. Aku selalu sibuk sepanjang waktu, tetapi tak sanggup berkata jujur. Watakku yang licik sama sekali belum berubah, dan aku tidak memiliki kenyataan kebenaran. Disingkapkan dan dipangkas dengan begitu keras oleh pemimpin pada hari itu adalah peringatan bagiku! Aku tahu aku tak bisa terus seperti itu, melainkan harus bertobat kepada Tuhan dan berusaha untuk menjadi orang yang jujur dan hidup dalam kenyataan itu.

Setelah itu, aku bertanya-tanya perilaku tidak jujur apa yang masih kumiliki. Aku tahu aku harus introspeksi dan mengubah perilakuku itu. Dengan merenungkan diriku, aku sadar ada juga beberapa bagian yang tidak jujur dalam rangkuman pekerjaanku baru-baru ini. Aku mencatat secara terperinci pekerjaan yang dilakukan dengan lebih teliti, dengan lebih lengkap. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan asal-asalan dan kurang efisien aku menuliskannya secara umum, atau sama sekali tidak menuliskan perkembangannya. Aku ingat ada proyek yang tidak membuahkan hasil baik, dan saat tiba waktunya menuliskan rangkuman pekerjaan itu, aku mulai mempertimbangkan pendapat semua orang tentangku jika menulis yang sebenarnya. Akankah mereka menganggapku tak mampu menangani proyek kecil dengan baik, menganggapku tak kompeten? Kutimbang baik-buruknya, dan kuputuskan tidak menulis tentang kemajuan proyek agar tak seorang pun tahu, dan mungkin mereka hanya akan menganggapku terlalu sibuk dan melupakannya. Dari waktu ke waktu, aku selalu berbuat tidak jujur dan menipu. Aku sungguh licik! Selama bertahun-tahun beriman, meskipun aku telah melakukan banyak tugas dan mampu menanggung kesukaran dan membayar harga, aku tidak berusaha menerapkan kebenaran. Aku hanya memikirkan cara melindungi reputasi dan statusku, jadi aku masih tidak berbicara dan bertindak seperti orang jujur. Aku tak punya keberanian untuk bersikap sederhana dan terbuka─sungguh menyedihkan! Terkadang kutanyakan pada diriku sendiri: Tuhan telah berfirman begitu banyak, dan aku telah membaca banyak firman-Nya, tetapi apakah aku hidup dalam kenyataan firman-Nya? Aku bahkan tak mampu menulis rangkuman kerja yang akurat. Apa yang akan kuperoleh pada akhirnya? Aku merasa berada di ambang bahaya. Tanpa bertobat dan berusaha mengubah watakku, setiap saat aku bisa disingkirkan oleh Tuhan. Aku berdoa dalam hatiku, "Tuhan, aku sungguh rusak. Aku selalu berbohong dan menipu untuk melindungi reputasi dan statusku. Kumohon cerahkanlah aku agar aku sungguh-sungguh mengenal diriku."

Setelah itu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan, yang berbunyi: "Jika engkau adalah pemimpin atau pekerja, apakah engkau takut rumah Tuhan akan mengajukan pertanyaan dan mengawasi pekerjaanmu? Apakah engkau takut rumah Tuhan akan menemukan penyimpangan dan kesalahan dalam pekerjaanmu dan memangkasmu? Apakah engkau takut setelah Yang di Atas mengetahui kualitas dan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, Dia akan memandangmu secara berbeda dan tidak mempertimbangkanmu untuk dipromosikan? Jika engkau memiliki semua ketakutan ini, ini membuktikan bahwa motivasimu bukanlah demi pekerjaan gereja, engkau sedang bekerja demi reputasi dan status, yang membuktikan bahwa engkau memiliki watak antikristus. Jika engkau memiliki watak antikristus, engkau akan cenderung menempuh jalan antikristus, dan melakukan semua kejahatan yang dilakukan oleh antikristus. Jika, di dalam hatimu, engkau tidak takut rumah Tuhan mengawasi pekerjaanmu, dan engkau mampu memberikan jawaban yang jujur atas pertanyaan dan pemeriksaan Yang di Atas, tanpa menyembunyikan apa pun, dan mengatakan sebanyak yang kauketahui, maka entah yang kaukatakan itu benar atau salah, kerusakan apa pun yang kauperlihatkan—meskipun engkau memperlihatkan watak antikristus—engkau sama sekali tidak akan dianggap sebagai antikristus. Yang terpenting adalah apakah engkau mampu mengetahui watak antikristus dalam dirimu sendiri, dan apakah engkau mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini. Jika engkau adalah orang yang menerima kebenaran, watak antikristus dalam dirimu dapat dibereskan. Jika engkau tahu betul bahwa engkau memiliki watak antikristus, tetapi tidak mencari kebenaran untuk membereskannya, jika engkau bahkan berusaha menyembunyikan atau berbohong tentang masalah yang terjadi dan mengelak dari tanggung jawab, dan jika engkau tidak menerima kebenaran ketika mengalami pemangkasan, ini adalah masalah serius, dan engkau tidak ada bedanya dengan antikristus. Jika engkau tahu bahwa engkau memiliki watak antikristus, mengapa engkau tidak berani menghadapinya? Mengapa engkau tak mampu memperlakukan hal itu dengan jujur dan berkata, 'Jika Yang di Atas menanyakan tentang pekerjaanku, aku akan mengatakan semua yang kutahu, dan meskipun hal-hal buruk yang telah kulakukan tersingkap, dan Yang di Atas tidak memakaiku lagi begitu Dia mengetahuinya, dan aku kehilangan statusku, aku akan tetap mengatakan dengan jelas apa yang harus kukatakan'? Ketakutanmu akan pengawasan dan pertanyaan tentang pekerjaanmu di rumah Tuhan membuktikan bahwa engkau lebih menghargai statusmu daripada kebenaran. Bukankah ini watak antikristus? Menghargai status di atas segalanya adalah watak antikristus. Mengapa engkau begitu menghargai status? Apa manfaat yang dapat kauperoleh dari status? Jika status mengakibatkanmu mengalami bencana, kesulitan, rasa malu, dan penderitaan, akankah engkau tetap menghargainya? (Tidak.) Ada begitu banyak manfaat yang berasal dari memiliki status, misalnya orang akan iri terhadapmu, menghormatimu, menghargaimu, dan menyanjungmu, engkau juga akan menerima kekaguman dan penghormatan mereka. Ada juga perasaan memiliki superioritas dan hak istimewa yang diberikan statusmu, yang memberimu kebanggaan dan rasa harga diri. Selain itu, engkau juga bisa menikmati hal-hal yang orang lain tidak dapat menikmatinya, seperti manfaat dari statusmu dan perlakuan istimewa. Ini adalah hal-hal yang bahkan tidak berani kaupikirkan, dan yang sudah lama kaurindukan dalam mimpimu. Apakah engkau menghargai hal-hal ini? Jika status hanyalah hal yang hampa, tanpa makna nyata, dan mempertahankannya tidak memiliki tujuan nyata, bukankah bodoh untuk menghargainya? Jika engkau mampu melepaskan hal-hal seperti kepentingan dan kesenangan daging, maka ketenaran, keuntungan, dan status tidak akan lagi mengikatmu. Jadi, apa yang harus kauselesaikan sebelum menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghargai dan mengejar status? Pertama, ketahuilah natur yang sebenarnya dari masalah berbuat jahat dan menipu, menyembunyikan dan menutupi, serta menolak pengawasan, pertanyaan, dan penyelidikan rumah Tuhan agar dapat menikmati manfaat dari status. Bukankah ini adalah penentangan dan perlawanan yang terang-terangan terhadap Tuhan? Jika engkau mampu mengetahui natur dan konsekuensi yang sebenarnya dari mendambakan manfaat dari status, maka masalah mengejar status akan diselesaikan. Jika engkau tidak dapat mengetahui esensi yang sebenarnya dari mendambakan manfaat dari status, masalah ini tidak akan pernah diselesaikan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka Akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Dua)"). Firman Tuhan membantuku menyadari bahwa aku tak bisa berhenti berbohong dan menipu karena aku terlalu menghargai reputasi dan statusku. Demi melindungi reputasi dan kedudukanku, dan agar pemimpin tidak melihat kegagalanku menindaklanjuti pekerjaan, aku mencoba memperdaya, menipu, dan menyesatkan pemimpin dengan perkataanku. Dalam rangkuman pekerjaanku, aku menutupi kekuranganku, hanya menuliskan yang baik, tidak yang buruk, agar orang lain menganggapku pemimpin yang melakukan pekerjaan nyata. Aku takut mereka mengetahui diriku yang sebenarnya dan tidak lagi menghormatiku, lalu aku tak akan bisa menikmati perasaan unggul yang diberikan oleh status tersebut. Setelah membaca firman Tuhan, "Menghargai status di atas segalanya adalah watak antikristus," aku akhirnya sadar betapa seriusnya masalah ini. Aku memikirkan para antikristus yang telah diusir. Mereka selalu mengejar reputasi dan status dalam tugas, dan mereka diam-diam menipu dan berbuat curang. Karena sangat mengganggu pekerjaan gereja, mereka pun disingkapkan dan diusir. Ada juga pemimpin palsu yang menikmati manfaat status. Mereka selalu licik dalam tugas mereka dan menutupi kebenaran padahal mereka tidak melakukan pekerjaan nyata, dan ini menunda pekerjaan gereja. Aku teringat seorang saudari yang memimpin pekerjaan penginjilan. Saat itu, dia juga menangani pekerjaan lain, tetapi dia bersikap licik dan curang di kedua kedudukan tersebut. Di pekerjaan penginjilan, dia sibuk dengan pekerjaan lain, dan di pekerjaan lainnya, dia sibuk dengan pekerjaan penginjilan. Sebenarnya dia tidak melakukan tugasnya di kedua pekerjaan tersebut, dan akhirnya dia disingkapkan dan disingkirkan. Pelajaran dari kegagalan orang lain adalah peringatan bagiku. Menipu dan berbuat curang demi reputasi dan statusku hanyalah memperdaya diriku sendiri dan orang lain, itu bodoh. Tuhan melihat segalanya dan Dia menyukai orang yang jujur. Hanya orang jujur yang akan bertahan di rumah Tuhan, sedangkan orang licik cepat atau lambat akan disingkapkan dan disingkirkan. Dalam imanku, aku tidak berusaha menjadi orang jujur, melainkan selalu berpura-pura, memberi kesan yang salah, dan meskipun aku bisa membodohi beberapa orang, aku tak bisa lepas dari pemeriksaan Tuhan. Pada akhirnya, Tuhan akan menyingkapkan dan menyingkirkanku. Aku pun kemudian sadar pentingnya bersikap jujur dan aku tahu bahwa bersikap jujur sesuai tuntutan Tuhan dan menerima pemeriksaan-Nya dalam segala hal adalah satu-satunya cara untuk memperoleh perkenanan-Nya. Sebagaimana firman Tuhan katakan: "Jika seseorang selalu mengatakan apa yang benar-benar ada di dalam hatinya, jika dia berbicara dengan jujur, jika dia berterus terang, jika dia tulus, dan sama sekali tidak asal-asalan ketika melaksanakan tugasnya, dan jika dia mampu menerapkan kebenaran yang dia pahami, maka orang ini memiliki harapan untuk memperoleh kebenaran. Jika orang selalu menutupi diri dan menyembunyikan hatinya sehingga tak seorang pun bisa melihatnya dengan jelas, jika mereka memberikan kesan palsu untuk menipu orang lain, maka mereka berada dalam bahaya besar, mereka berada dalam kesulitan besar, akan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan kebenaran. Engkau dapat melihat prospek seseorang dari kehidupannya sehari-hari dan dari perkataan serta tindakannya. Jika seseorang selalu berpura-pura, berperilaku seolah-olah dia lebih baik daripada orang lain, maka orang seperti ini bukanlah orang yang menerima kebenaran, dan cepat atau lambat dia akan tersingkap dan disingkirkan. ... Orang yang tidak pernah mengatakan isi hati mereka, yang selalu berusaha menyembunyikan dan menutupi sesuatu, yang berpura-pura terhormat, yang ingin orang-orang menghormati mereka, yang tidak membiarkan orang lain mengenal mereka sepenuhnya, yang ingin orang-orang mengagumi mereka—bukankah orang-orang ini bodoh? Orang-orang ini adalah yang paling bodoh! Itu karena yang sebenarnya tentang orang-orang akan tersingkap dengan sendirinya, cepat atau lambat. Jalan apa yang mereka tempuh dengan bersikap seperti ini? Ini adalah jalan orang Farisi. Apakah orang munafik berada dalam bahaya atau tidak? Inilah orang-orang yang paling dibenci Tuhan, jadi menurutmu apakah mereka berada dalam bahaya atau tidak? Semua orang Farisi menempuh jalan menuju kehancuran!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). Selalu bersembunyi dan menutupi diri, selalu berpura-pura adalah jalan yang salah, dan jika tidak berbalik, pada akhirnya kau akan hancur. Aku berdoa kepada Tuhan dan menetapkan tekad, siap untuk mulai mengubah watakku dan menjadi orang yang jujur.

Aku teringat apa yang firman Tuhan katakan: "Semua yang engkau lakukan, setiap tindakan, setiap niat, dan setiap reaksi harus dibawa ke hadapan Tuhan. Bahkan kehidupan spiritualmu sehari-hari—doamu, kedekatanmu dengan Tuhan, caramu makan dan minum firman Tuhan, persekutuan dengan saudara-saudarimu, dan kehidupan bergerejamu—dan pelayananmu dalam kemitraan dapat dibawa ke hadapan Tuhan untuk diperiksa oleh-Nya. Penerapan semacam inilah yang akan membantumu mencapai pertumbuhan dalam hidup. Proses menerima pemeriksaan Tuhan adalah proses penyucian. Makin engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan, makin engkau disucikan, dan makin engkau selaras dengan maksud-maksud Tuhan, sehingga engkau tidak akan tertarik untuk melakukan kebejatan, dan hatimu akan hidup dalam hadirat-Nya. Makin engkau menerima pemeriksaan Tuhan, makin malu Iblis dan makin engkau mampu untuk memberontak melawan kedagingan. Jadi, menerima pemeriksaan Tuhan adalah jalan penerapan yang harus diikuti oleh orang-orang" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan Menyempurnakan Orang-Orang yang Sejalan dengan Maksud-Maksud-Nya"). Dengan merenungkan firman Tuhan, kuperoleh jalan penerapannya: menerima pengawasan Tuhan. Asalkan kita mau menerima pengawasan Tuhan, motif dan gagasan kita yang licik dan curang dapat dengan mudah diperbaiki, dan hanya dengan demikianlah, hati kita dapat menjadi makin murni dan jujur, dan hanya dengan demikianlah, kita akan mudah menerapkan kebenaran dan melaksanakan tugas kita dengan baik. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku berlatih membuka hatiku kepada Tuhan, tidak lagi berpura-pura atau mengemas diriku, dan menerima pemeriksaan Tuhan dalam segala hal. Setelah itu, aku selalu mengingatkan diriku saat menulis rangkuman pekerjaan untuk bersikap jujur dan menerima pemeriksaan Tuhan, dan menjelaskan dengan akurat pekerjaan yang belum kulakukan dengan baik. Saat pemimpin bertanya tentang pekerjaanku, aku secara sadar berlatih mengatakan yang sebenarnya. Saat orang lain bertanya kepadaku, aku jujur tentang apa yang tidak kuketahui. Jika aku mengetahuinya, kukatakan aku tahu, jika tidak, kukatakan aku tidak tahu. Setelah menerapkan seperti ini, aku merasa jauh lebih tenang. Aku mengalami bahwa secara sadar menerima pemeriksaan Tuhan adalah jalan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan membuang kerusakan. Tanpa dipangkas, aku pasti tidak akan serius memeriksa watak rusakku sendiri, dan pasti tidak akan mencari kebenaran untuk masuk ke dalam kenyataannya. Dan, berapa tahun pun aku percaya, sebanyak apa pun tugas yang kulakukan atau sebanyak apa pun aku menderita, watakku yang rusak sama sekali tidak akan pernah berubah. Aku pasti tidak akan bisa diselamatkan, sekalipun aku berteguh dalam kepercayaanku sampai akhir, dan aku ditakdirkan untuk disingkirkan oleh Tuhan.

Dipangkas saat itu menunjukkan kepadaku pentingnya bersikap jujur, dan aku memperoleh pemahaman tentang watak Iblis dalam diriku yang licik dan curang. Itu adalah kasih dan penyelamatan Tuhan terhadapku.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kisah Joy

Oleh Saudari Joy, FilipinaDahulu, aku selalu memperlakukan orang berdasarkan emosi. Selama orang bersikap baik kepadaku, aku pasti bersikap...