Kenapa Aku Sangat Takut Diungguli?

24 November 2022

Oleh Saudari Yang Peiqi, Tiongkok

Setelah lulus tahun 2017, aku memulai tugasku di gereja. Di antara saudara-saudari di sekitarku, aku yang termuda, juga yang paling baru percaya kepada Tuhan dan melakukan tugas, tapi aku berulang kali dipromosikan, jadi selalu merasa unggul. Pada bulan Desember, aku ditugaskan menangani pekerjaan penyiraman beberapa kelompok. Pemimpin gereja mendatangiku untuk bersekutu dan mendorongku bertugas dengan baik. Aku sangat tersanjung. Pemimpin biasanya sangat sibuk dengan pekerjaan, jadi kedatangannya untuk memberiku persekutuan membuatku berpikir pemimpin senang aku dipromosikan. Kupikir dia akan menyebutkanku kepada saudara-saudari lain, setelah itu mereka pasti menghormati dan memujiku karena dipromosikan begitu cepat di usia muda. Pikiran itu membuatku sangat bahagia. Setelah beberapa saat, kulihat Saudari Ai berkembang pesat dalam belajar menyirami petobat baru. Saudara-saudari memuji dia, dan akhirnya memilihnya sebagai pemimpin kelompok. Ini seharusnya hal yang membahagiakan, tapi ada kekhawatiran di hatiku: "Saudari Ai sangat luar biasa sehingga mungkin akan segera dipromosikan." Tiba-tiba aku merasa kehilangan. Semua orang fokus kepadanya, dan performanya lebih baik daripadaku di awal. Jika dipromosikan lagi, pemimpin pasti akan menghormati dia, dan mungkin sering membicarakan dia dengan saudara-saudari, lalu tak akan ada lagi yang menghormatiku. Tiba-tiba hatiku terasa hampa, dan aku sangat sedih. Aku tak ingin ini terjadi. Bahkan tak ingin Saudari Ai terus menjadi pemimpin kelompok.

Sebulan kemudian, kulihat efektivitas pekerjaan yang diawasi Saudari Ai turun drastis. Setelah menyelidiki, aku mendapati Saudari Ai berpuas diri begitu menjadi pemimpin kelompok, pamer di depan orang lain, dan melakukan tugas tanpa mencari prinsip, yang membuat pekerjaannya kurang efektif. Kupikir, "Saudari Ai tak mengikuti jalan yang benar sebagai pemimpin kelompok, yang menghambat pekerjaan. Apa dia tak cocok menjadi pemimpin kelompok?" Tiba-tiba, aku membelalak. Jika Saudari Ai bukan pemimpin kelompok, dia tak akan dipromosikan. Aku segera berkata kepada rekan sekerjaku, Saudari Liu "Sebagai pemimpin kelompok, dia mengejar martabat dan status, lalu hasil kerjanya turun. Dia tak lagi cocok menjadi pemimpin kelompok." Untuk meyakinkan Saudari Liu agar setuju denganku, aku juga bilang, "Aku dahulu bekerja dengan Saudari Ai. Semua orang bilang kualitasnya buruk dan tak akan menjadi pemimpin kelompok yang baik." Saudari Liu mendengar perkataanku dan menyarankan melaporkannya kepada pemimpin gereja. Namun, setelah pemimpin membaca suratku, dia membalas, Saudari Ai hanya sementara dalam keadaan buruk, tapi dia masih bisa melakukan kerja nyata, lalu memintaku lebih banyak membantu Saudari Ai. Setelah beberapa saat, kulihat keadaan Saudari Ai tak membaik. Bukan saja tak membantunya, aku mulai muak dengannya. Aku bahkan menangani dia dengan tak sabar, kubilang dia tak mengejar kebenaran, dan hasil pekerjaannya yang buruk disebabkan oleh pengejarannya akan martabat dan status. Setelah menangani dia seperti itu, Saudari Ai makin negatif. Dia mulai mengecap diri sendiri, kondisinya terus memburuk, dan aku makin yakin dia tak bisa menjadi pemimpin kelompok lagi. Aku melaporkannya kepada pemimpin gereja lagi, tapi pemimpin bilang, Saudari Ai bisa menerima kebenaran dan butuh waktu untuk memperbaiki keadaannya. Aku sama sekali tak suka ini. Keadaan Saudari Ai sangat buruk, kenapa dia harus menjadi pemimpin kelompok? Tidak bisa. Aku harus pikirkan pekerjaan gereja. Jadi, aku menulis surat kepada pemimpin gereja lain dan berkata, "Saat Saudari Ai menjadi pemimpin kelompok, dia mengejar martabat dan status, yang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan kami. Dia tak bisa menjadi pemimpin kelompok lagi." Saat itu, kata-kataku tak objektif, dan aku sengaja menyesatkan pemimpin. Akibatnya, pemimpin memecat Saudari Ai. Kudengar setelah itu, dia makin negatif dan mengecap diri sendiri. Aku merasa sedikit bersalah, tapi tak memikirkannya lagi.

Setelah beberapa waktu, beberapa saudara-saudari menulis surat untuk mengatakan bahwa kami terlalu congkak dalam memecat Saudari Ai. Menurut prinsip, dia bisa melakukan kerja nyata, lalu setelah diberhentikan, kami tak bisa menemukan pemimpin kelompok yang cocok untuk menggantikannya, jadi, hasil pekerjaan tetap buruk. Setelah membaca surat ini, aku sedikit takut. Aku tahu telah mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Suatu hari, aku membaca dalam firman Tuhan, "Karena antikristus mengejar reputasi dan status, ucapan dan tindakan mereka pasti dimaksudkan untuk mempertahankan reputasi dan status mereka. Mereka menempatkan reputasi dan status di atas segalanya. Jika di sekitar antikristus ada orang berkualitas baik yang mengejar kebenaran, seseorang yang memiliki prestise di antara saudara-saudari, yang dipilih sebagai pemimpin kelompok, yang mendapatkan penghargaan dan pujian dari semua saudara-saudari, apa yang akan terjadi dengan antikristus? Di dalam hatinya, mereka pasti tidak akan bahagia, dan mereka akan menjadi cemburu. Jika mereka benar-benar cemburu kepada orang itu, apa yang akan mereka lakukan? Pertama, mereka akan berpikir seperti ini: 'Kualitas orang itu tidak buruk. Dia tahu sedikit tentang pekerjaan—sebenarnya, dia lebih baik daripada aku. Hal ini akan menguntungkan bagi rumah Tuhan, tetapi tidak menguntungkanku. Apakah dia akan merampas statusku? Bagaimana jika dia benar-benar menggantikanku? Bukankah aku akan terjebak dalam situasi sulit? Aku harus bertindak terlebih dahulu. Jika suatu hari dia melebarkan sayapnya, aku tidak akan bisa lagi menanganinya dengan mudah. Bukankah itu akan terlambat? Lebih baik aku bertindak lebih cepat sebelum terlambat; jika aku menunggu terlalu lama, dia akan merugikanku. Lalu, apa yang harus kulakukan? Tepatnya di mana aku harus bertindak? Aku harus mencari alasan, mencari kesempatan.' Jika seseorang ingin membuat orang lain menderita, apakah menurutmu mereka akan dengan mudah menemukan alasan atau kesempatan untuk melakukannya? Apa salah satu tipu muslihat yang Iblis gunakan? (Dia yang bertekad menjebak orang lain, pasti akan dengan mudah menemukan caranya.) Benar, dia yang bertekad menjebak orang lain, pasti akan dengan mudah menemukan caranya. Itu adalah semacam cara berpikir dan situasi yang ada di dunia Iblis. Tentu saja tidak ada hal-hal seperti itu di mana Tuhan berada, tetapi seorang antikristus akan melakukannya. Antikristus berpikir, 'Dia yang bertekad menjebak orang lain, pasti akan dengan mudah menemukan caranya. Aku akan mengajukan tuduhan terhadapmu, mencari kesempatan untuk membuatmu menderita, dan merendahkanmu agar saudara-saudari tidak akan lagi menganggapmu begitu hebat sehingga lain kali mereka tidak akan memilihmu sebagai pemimpin kelompok. Dengan begitu, aku tidak akan terancam lagi, bukan? Jika aku menyingkirkan masalah di masa depan sebelum masalah itu muncul, serta menyingkirkan lawanku, aku akan merasa lebih aman, bukan?' Ketika hal-hal seperti ini berkecamuk di pikiran mereka, dapatkah mereka tampak damai di luarnya? Dengan memiliki natur antikristus, apakah mereka mampu mengubur pikiran-pikiran itu, tanpa pernah bertindak sesuai dengan pikiran tersebut? Tentu saja tidak. Mereka pasti akan memikirkan cara untuk bertindak sesuai pikiran tersebut. Itulah yang membuat antikristus menjadi jahat" (Firman, Vol. 3, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Dua)"). Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus punya watak jahat. Mereka akan menggunakan segala cara untuk menekan dan menghukum orang yang mengancam status mereka, bahkan dengan rumor, fitnah, dan menjebak. Kusadar dalam pemecatan Saudari Ai, perilakuku sama dengan antikristus. Saat melihat Saudari Ai membuat kemajuan lebih cepat dariku, aku khawatir dia akan dipromosikan, lalu orang lain akan lebih menghormatinya daripada aku, jadi kutunggu dia melakukan kesalahan dan dicopot dari posisinya. Saat melihat dia mengejar martabat dan status, pekerjaannya tak efektif, kucoba memakai ini sebagai alasan untuk memecatnya, dan sengaja melabeli dia orang berkualitas buruk, ingin menyesatkan pemimpin hingga berpikir masalahnya serius. Saat pemimpin memintaku membantu Saudari Ai, aku tak lakukan dan berharap keadaannya tetap buruk, agar dia segera diberhentikan. Saat melihat pemimpin tak memecatnya, aku mencari pemimpin lain untuk menangani masalah dia. Sebenarnya, aku tahu Saudari Ai hanya menunjukkan watak rusak, dia bersedia merenung dan bertobat, jika mendapat bantuan dan dukungan, dia bisa melanjutkan tugasnya setelah kondisinya baik. Namun, untuk menghentikan dia dipromosikan atau dihormati pemimpin, saudara-saudari, kumanfaatkan kerusakan dia, memarahinya, dan menyalahkannya atas ketidakefektifan pekerjaannya, yang membuatnya makin negatif. Aku tak berhenti sampai dia dipecat. Merenungkan perbuatanku, kulihat perilakuku sama dengan antikristus. Aku sangat kejam dan busuk hati! Aku ingat saat aku dan Saudari Ai melakukan tugas bersama, dia sangat membantuku saat aku negatif, tapi bukan saja aku tak membantunya saat dia negatif, kuhakimi dia di belakang punggungnya, menekan dan menghukumnya. Bagaimana aku bisa melakukan hal tak manusiawi seperti itu? Saat memikirkan betapa negatif keadaan Saudari Ai sejak diberhentikan, aku sangat menyesal dan menyalahkan diriku. Pekerjaan kelompok yang dibimbing Saudari Ai sangat lama tak efektif, dan ini kesalahanku; akulah yang mengganggu pekerjaan gereja. Memikirkan ini, aku makin menyesal dan menyalahkan diri sendiri. Malam itu, aku bersembunyi di bawah selimut dan menangis. Aku tahu itu adalah pelanggaran, perbuatan jahat. Selama masa itu, aku sangat tersiksa. Memikirkan perbuatan jahatku, aku merasa menyesal dan menyalahkan diri sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan sambil menangis, "Tuhan, aku tak akan lagi berani menekan orang. Aku ingin bertobat."

Belakangan aku bertanya-tanya, bagaimana aku bisa melakukan itu tanpa nuraniku terganggu? Dalam firman Tuhan, kubaca, "Kecintaan para antikristus akan status dan gengsi melampaui apa yang dirasakan oleh manusia normal, dan merupakan sesuatu yang ada dalam watak dan esensi mereka; itu bukanlah kepentingan yang sifatnya sementara ataupun efek sementara dari lingkungan mereka—itu adalah sesuatu yang ada dalam hidup mereka, dalam naluri mereka, dan dengan demikian, itulah esensi mereka. Dengan kata lain, dalam segala sesuatu yang antikristus lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah status dan gengsi mereka sendiri, tidak ada yang lain. Bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup dan tujuan mereka di sepanjang hidup. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Dan apa yang akan terjadi dengan gengsiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku kehormatan? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi para antikristus; jika tidak, mereka tidak mau mempertimbangkan masalah-masalah ini. Dapat dikatakan bahwa bagi antikristus, status dan gengsi bukanlah tuntutan tambahan, apalagi sesuatu yang tidak diperlukan oleh mereka. Status dan gengsi adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada dalam naluri mereka, tertanam dalam karakter mereka, status dan gengsi adalah hakikat mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki status dan gengsi atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Status dan gengsi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka perjuangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka perjuangkan, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan posisi yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tidak pernah mampu melepaskannya. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka" (Firman, Vol. 3, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)"). Firman Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus hidup untuk martabat dan status. Mereka menganggap semua ini sebagai hidup mereka, jadi mereka berebut martabat dan status dengan orang lain, bahkan menekan dan menghukum orang. Bagi mereka, perbuatan jahat apa pun dibenarkan. Aku merenung dan melihat bahwa aku seperti antikristus. Aku suka martabat dan status, suka dikagumi dan dipuji orang lain, juga mengejar martabat dan status sebagai hal positif. Saat dipromosikan, aku merasa sangat dihargai oleh pemimpin. Bahkan menduga pemimpin akan menyebutkan namaku kepada saudara-saudari lain, dan aku akan dipuji semua orang. Saat melihat Saudari Ai berkembang pesat dan menjadi pemimpin kelompok, aku takut dia akan dipromosikan dan melampauiku, lalu tak akan ada yang menghormatiku. Sebelum kepentinganku terancam, hubunganku dengan Saudari Ai normal, tapi begitu kepentinganku terlibat, kekejamanku langsung terlihat dan aku memakai taktik licik untuk menekan dia. Demi mempertahankan posisiku di hati orang, aku tak ragu memutarbalikkan fakta, dan hanya ingin membuatnya dipecat. Hasratku akan martabat dan status terlalu kuat. Yang kupikirkan hanyalah cara mendapatkan status, dan saat aku menekan dia, hati nuraniku bahkan tak terganggu. PKT hanya mengizinkan orang untuk beribadah dan mengikuti PKT, lalu saat seseorang mengancam kediktatorannya, mereka mencoba segala cara guna mencoreng, mengutuk, menekan, dan mempersekusi. Untuk menstabilkan posisi, mereka membunuh dan melukai orang tak bersalah, sampai Surga dan manusia membenci mereka, ini menyebabkan berbagai bencana alam dan bencana buatan. Jika terus mengejar martabat dan status, entah apa kejahatan yang mungkin kulakukan, lalu akhirnya, aku pasti akan dihukum oleh Tuhan karena melakukan begitu banyak kejahatan. Aku merasa diriku mengerikan dan tak ingin hidup seperti ini. Aku sering berdoa, meminta Tuhan menuntunku keluar dari belenggu martabat dan status.

Kemudian, aku membaca dua kutipan firman Tuhan dan sedikit lebih paham tentang esensi mengejar martabat dan status. Firman Tuhan katakan: "Apa yang Iblis gunakan untuk membuat manusia tetap berada dalam kendalinya? (Ketenaran dan keuntungan.) Jadi, Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). "Orang mengira setelah memiliki ketenaran dan keuntungan, mereka kemudian dapat memanfaatkan hal-hal tersebut untuk menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, serta menikmati hidup. Mereka menganggap ketenaran dan keuntungan adalah semacam modal yang bisa mereka gunakan untuk memperoleh kehidupan yang penuh pencarian akan kesenangan dan kenikmatan daging yang sembrono. Demi ketenaran dan keuntungan yang begitu didambakan umat manusia ini, orang-orang bersedia, meskipun tanpa sadar, menyerahkan tubuh, pikiran mereka, semua yang mereka miliki, masa depan, dan nasib mereka kepada Iblis. Mereka melakukannya bahkan tanpa keraguan sedikit pun, tanpa pernah tahu akan perlunya memulihkan semua yang telah mereka serahkan. Dapatkah orang tetap memegang kendali atas diri mereka sendiri setelah mereka berlindung kepada Iblis dengan cara ini dan menjadi setia kepadanya? Tentu saja tidak. Mereka sama sekali dan sepenuhnya dikendalikan oleh Iblis. Mereka telah sama sekali dan sepenuhnya tenggelam dalam rawa, dan tidak mampu membebaskan dirinya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Baru setelah membaca firman Tuhan aku mengerti bahwa ketenaran dan status adalah cara Iblis merusak orang. Jika ingin lepas dari belenggu ketenaran dan status, aku harus melihat dengan jelas bagaimana Iblis menggunakan itu untuk mengendalikan dan menyakiti orang. Saat aku tumbuh besar, sekolah, masyarakat, dan keluarga memberitahuku bahwa aku harus menonjol di masa depan, agar bisa membawa kehormatan bagi diriku dan orang tuaku, serta menerima pujian dari orang-orang di sekitarku. Aku setuju dengan pandangan seperti "Jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu," dan "Ketenaran dalam kehidupan ini berlangsung seratus generasi." Apalagi saat melihat orang terkenal dan hebat dikenang serta dipuja secara turun-temurun, aku merasa hidup seperti itu layak dijalani, dan benar-benar ingin menjadi orang seperti itu. Setelah percaya Tuhan, saat berulang kali dipromosikan dan sangat dihormati orang lain, aku berharap saudara-saudariku menyebutkan namaku kepada satu sama lain, agar aku mendapat tempat di hati mereka. Itu akan membuatku sangat puas. Setelah membaca firman Tuhan, aku tahu pengejaran ini sangat jahat. Hanya Iblis dan setan yang selalu ingin menempati hati manusia dan meninggalkan kesan permanen pada mereka. PKT berusaha mementapkan dirinya, untuk membuat orang menyembah dan mengikutinya seperti Tuhan, dan itu menyimpan delusi mengambil tempat Tuhan di hati orang, agar bahkan setelah mati, ada patung dirinya yang didirikan dan orang-orang akan memujanya selamanya. Bukankah watakku sama? Di mana pun, aku ingin mendapat tempat di hati orang, ingin dipuji dan dikagumi. Ambisiku terlalu besar. Ini adalah jalan buntu! Dahulu, aku selalu senang dihormati oleh orang lain, juga merasa martabat dan status bisa memberiku kebahagiaan, tapi faktanya mengejar status hanya memberiku rasa sakit, membuatku menyakiti saudariku, berbuat jahat, dan menentang Tuhan. Aku teringat Paulus, yang sering bersaksi untuk dirinya sendiri dan berusaha untuk dikagumi, begitu banyak orang percaya mengagumi dia selama 2.000 tahun, bahkan memperlakukannya sebagai Tuhan. Paulus membawa orang ke hadapan dirinya sendiri dan menyinggung watak Tuhan, jadi dia dihukum oleh Tuhan, dan kini masih dibakar di neraka. Ini pelajaran bagi kita!

Kemudian, aku mencari jalan penerapan dalam firman Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Ketika engkau selalu memiliki dorongan dan keinginan untuk bersaing mengejar status, engkau harus menyadari hal buruk apa yang akan ditimbulkan oleh keadaan seperti ini jika itu dibiarkan tidak diselesaikan. Jadi, segeralah mencari kebenaran, singkirkan keinginanmu untuk bersaing mengejar status sebelum keinginan itu bertumbuh dan menjadi matang, dan gantilah keinginan itu dengan menerapkan kebenaran. Ketika engkau menerapkan kebenaran, keinginanmu untuk bersaing mengejar status akan berkurang, dan engkau tidak akan menghambat pekerjaan gereja. Dengan cara seperti ini, tindakanmu akan diingat dan dipuji oleh Tuhan. Jadi, apa yang berusaha Kutekankan? Kutekankan bahwa engkau harus melepaskan dirimu dari keinginan dan ambisimu sebelum semua itu terlaksana dan menyebabkan bencana yang besar. Jika engkau tidak menyingkirkannya saat semua itu masih dalam masa pertumbuhan, engkau akan kehilangan kesempatan besar; dan begitu semua itu telah menyebabkan bencana besar, akan terlambat untuk menyelesaikannya. Jika engkau bahkan tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan daging, akan sangat sulit bagimu untuk berada di jalan mengejar kebenaran; jika engkau mengalami kemunduran dan kegagalan dalam pengejaranmu akan gengsi, dan engkau menjadi sadar akan hal ini, maka ini berbahaya: ada kemungkinan engkau akan diusir. Jika orang yang mencintai kebenaran menghadapi satu atau dua kegagalan dan kemunduran dalam hal reputasi dan status, mereka akan mampu sepenuhnya meninggalkan status dan reputasi. Mereka dapat melihat dengan jelas bahwa reputasi dan status sama sekali tidak berharga, dan mereka bertekad bahwa meskipun mereka mungkin tidak akan pernah memiliki status, mereka akan tetap mengejar kebenaran dan melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan mereka akan tetap membicarakan pengalaman dan kesaksian mereka, dengan demikian mencapai kesaksian tentang Tuhan. Bahkan jika mereka adalah pengikut biasa, mereka akan tetap mampu mengikuti sampai akhir, dan yang mereka inginkan hanyalah menerima pujian dari Tuhan. Hanya merekalah orang yang benar-benar mencintai kebenaran dan memiliki tekad. Setelah melihat rumah Tuhan mengusir banyak antikristus dan orang jahat, beberapa orang yang mengejar kebenaran melihat kegagalan antikristus dan merenungkan jalan yang ditempuh oleh antikristus. Dari hal ini, mereka mendapatkan pemahaman tentang kehendak Tuhan, memutuskan untuk menjadi pengikut biasa, dan berfokus mengejar kebenaran dan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Meskipun Tuhan menganggap mereka pelaku pelayanan atau orang yang merosot akhlaknya, mereka puas menjadi orang yang rendah di mata Tuhan, pengikut yang kecil dan tak berarti, tetapi orang yang pada akhirnya disebut sebagai makhluk ciptaan yang layak oleh Tuhan. Hanya orang semacam inilah orang yang baik itu, dan hanya orang seperti inilah yang akan dipuji oleh Tuhan" (Firman, Vol. 3, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)"). Aku teringat Petrus. Dia tak mengejar status atau fokus pada apakah orang menghormatinya. Dia justru fokus pada mengejar kasih kepada Tuhan, dan dalam segala hal, dia menuntut dirinya menerapkan kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Dari luar, dia tak setenar Paulus, tapi dia menempuh jalan kesuksesan. Tuhan memuji pengejarannya, dan pada akhirnya, Tuhan menyempurnakan Petrus. Paulus tak mengejar kebenaran, dan meskipun disembah banyak orang percaya, dia menempuh jalan kegagalan, dan wataknya tak pernah berubah. Akhirnya, dia diusir dan dihukum oleh Tuhan. Aku telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, dan meskipun berulang kali dipromosikan, aku tak mengejar kebenaran dan tak menghargai kesempatan untuk melakukan tugasku. Aku justru selalu mengejar ketenaran dan status, menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan untuk mendapatkan kebenaran. Yang kudapatkan dari melakukan tugasku hanya penyesalan dan perasaan berutang. Kulihat mengejar status dalam iman kepada Tuhan bukanlah cara yang benar. Yang terpenting adalah mengejar kebenaran dan berperilaku sesuai tuntutan Tuhan. Hanya dengan itu kita bisa mendapat perkenanan Tuhan dan diselamatkan Tuhan. Selain itu, aku menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan. Saat aku ingin bersaing dengan orang lain untuk ketenaran dan status, aku harus datang ke hadapan Tuhan, berdoa kepada Tuhan, meninggalkan diriku, dan menerapkan kebenaran. Hanya dengan cara ini aku tak akan mengikuti watak jahatku dan melakukan hal yang melawan Tuhan.

Kemudian, kami berencana melatih Saudari Wang, lalu mempromosikan dia untuk bekerja dengan kami dalam tugasnya. Namun, saat melihat yang lain bilang dia punya kualitas dan pemahaman yang baik, aku mulai merasa ragu. Dia lebih muda dariku dan punya kualitas bagus. Jika dipromosikan, bukankah dia akan segera melampauiku? Akankah ada yang masih memandangku? Apa lebih baik tak melatih dia? Aku sadar hasratku akan martabat dan status muncul lagi, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan dan meninggalkan diriku. Aku tahu pekerjaan gereja membutuhkan kerja sama dari semua jenis orang. Menekan orang itu merugikan pekerjaan gereja dan memusuhi Tuhan. Jadi, aku secara sadar meninggalkan diriku dan melatih Saudari Wang, berharap dia bisa bekerja secepat mungkin. Saat menerapkan cara ini, aku merasa sangat damai dan aman.

Melalui pengalaman-pengalaman ini, Kulihat tanpa penghakiman dan penyingkapan ini, aku tak akan bisa merenungkan diri, hanya bisa hidup dalam watak rusak, melakukan kejahatan, dan menentang Tuhan kapan pun. Sekarang, aku sedikit mengenali diriku. Ini adalah hasil dari membaca firman Tuhan, dan ini adalah penyelamatan Tuhan bagiku.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait