Setelah Putraku yang Masih Muda Jatuh Sakit
Oleh Saudara Yang Le, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berfirman: “Manusia memiliki nalar yang rendah, mereka memiliki terlalu banyak tuntutan...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Aku melakukan pekerjaan urusan umum di gereja. Suatu kali, saat mengobrol, aku mendengar seorang pemimpin gereja berkata, "Saudari Zhen Xin memiliki kualitas yang baik, memahami berbagai hal secara murni, dan mempersekutukan kebenaran secara nyata. Aku berencana membinanya untuk melakukan pekerjaan penyiraman." Tak lama setelah itu, Zhen Xin terpilih sebagai pemimpin. Mendengar berita ini, hatiku pun merasa sedih. Dahulu, aku dan Zhen Xin melakukan pekerjaan umum, tetapi sekarang dia sudah menjadi pemimpin, sementara aku tetap melakukan pekerjaan umum. Mengapa aku tertinggal? Sepanjang pagi, aku merasa sangat sedih, dan tidak fokus dalam tugasku. Kemudian, Zhen Xin dipindahkan, dan pemimpin bertanya apa aku mau mengambil alih pekerjaan lama Zhen Xin, dan sekaligus menjadi pengawas pekerjaan urusan umum. Pada waktu itu, aku merasa sedikit sedih. Meskipun aku akan menjabat sebagai pengawas, itu tetaplah hanya pekerjaan urusan umum. Tak peduli betapa bagusnya kinerjaku, tak akan ada yang mengetahuinya, tidak seperti menjadi pemimpin, seseorang yang menjadi fokus pembinaan gereja dan dihormati serta didukung semua saudara-saudari. Aku merasa bahwa pekerjaan urusan umum itu lebih rendah, jadi sebenarnya aku tak mau menerimanya. Kupikir, "Jika aku mengambil tugas ini, apa pendapat saudara-saudari tentang diriku? Akankah mereka berpikir bahwa aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tanpa mengejar kebenaran atau mengalami kemajuan, dan itulah sebabnya aku selalu melakukan pekerjaan urusan umum? Itu akan sangat memalukan!" Namun setelah kupikir lagi, aku mendapat tugas ini atas izin Tuhan. Sekalipun itu tak sesuai dengan keinginanku, aku harus tunduk dan tak bertindak berdasarkan kesukaan pribadi, jadi aku menjawab dengan enggan kepada pemimpinku bahwa aku bersedia untuk menerima tugas ini.
Setelah beberapa waktu, aku mendengar pemimpin berkata, "Saudara Shang Jin memiliki kualitas yang baik, dan dengan mengerahkan sedikit upaya ke dalam jalan masuk kehidupannya, dia bisa dibina." Mendengar hal ini, aku merasa makin tak nyaman. Aku mengawasi pekerjaan Shang Jin, dan bahkan dialah orang yang ingin dibina oleh pemimpin, lalu mengapa tak ada seorang pun yang menyebut namaku? Aku mengawasi pekerjaannya, tetapi aku tak dipromosikan, posisiku sebenarnya tak berubah. Bagaimana orang lain akan memandangku? Apakah aku benar-benar seburuk itu? Aku memiliki kemampuan untuk mengelola pekerjaan, menemukan masalah, dan menyelesaikan masalah. Terkadang, ketika pemimpin mendiskusikan sesuatu, aku mampu mengungkapkan beberapa pendapat dan memberikan saran. Mengapa pemimpin tak bisa melihat kelebihanku? Aku akan senang jika saja pemimpin menyebutkan namaku dan berkata bahwa aku pantas untuk dipromosikan, tetapi aku diperlukan untuk mengawasi pekerjaan urusan umum. Ini akan membuktikan bahwa aku tak seburuk itu, dan itu akan membuatku merasa lebih baik. Pada hari-hari itu, ketika aku memikirkannya, aku merasa sangat kesal. Aku merasa sangat lesu, tak mau berbicara dengan saudara-saudariku, dan tak menanggung beban dalam tugasku. Ketika orang-orang lain melaporkan masalah kepadaku, aku tak memikirkan masalah itu dengan saksama seperti dahulu.
Suatu kali, pengawasku mengirimiku sepucuk surat, memintaku untuk menangani beberapa pekerjaan, tetapi aku tak memperhatikan isi surat itu, yang akhirnya memengaruhi pekerjaanku. Suatu hari, pemimpin memintaku untuk mengantar sesuatu ke pertemuan kelompok Zhen Xin. Saat mendengar ini, aku ragu untuk pergi, karena takut akan anggapan Zhen Xin tentang diriku. Kami melaksanakan tugas yang sama sebelumnya, tetapi sekarang dia sudah dipromosikan, sedangkan aku tetap melakukan pekerjaan urusan umum. Akankah dia memandang rendah diriku dan berpikir bahwa aku tak berguna? Namun, jika aku tak pergi, aku khawatir itu akan memengaruhi pekerjaan, jadi aku terpaksa menghadapinya. Sesampainya di sana, agar Zhen Xin tak mengenaliku, aku terus menunduk sambil memainkan ponselku selama setengah jam lebih. Selama waktu ini, beberapa saudara-saudari berbicara denganku, tetapi aku tak berani mendongak karena takut Zhen Xin akan mengenaliku. Pada waktu itu, aku merasa tak berguna. Aku merasa sangat sedih hingga ingin menangis. Aku pun berlari ke ruangan lain, menatap langit malam, dan diam-diam menangis. Sudah bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan, tetapi aku merasa tak dihargai. Sementara orang lain bisa menjadi pemimpin, aku hanya bisa melakukan pekerjaan urusan umum. Apa gunanya hidup seperti ini? Aku terkejut saat mendapati diriku berpikir seperti ini. Bagaimana aku bisa memiliki pemikiran seperti itu? Pada waktu itu, aku samar-samar teringat akan firman Tuhan: "Bagi antikristus, status dan reputasi adalah hidup mereka. ... Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan reputasi dan status." Firman Tuhan menggambarkan keadaanku, jadi aku menemukan bagian ini dan membacanya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagi antikristus, status dan reputasi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka kejar, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semuanya berpusat pada memiliki reputasi yang baik dan status yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka. Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan reputasi dan status. Engkau dapat menempatkan mereka di antara kelompok orang mana pun, dan satu-satunya yang mereka pikirkan tetaplah reputasi dan status. Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan reputasi dan status setara dengan iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar reputasi dan status mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa mengejar kebenaran dalam iman mereka kepada Tuhan adalah mengejar reputasi dan status; pengejaran akan reputasi dan status juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan reputasi dan status berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki reputasi, ketenaran, atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau menghargai mereka, atau mengikuti mereka, maka mereka merasa sangat kecewa, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah iman kepada tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah artinya tidak ada harapan?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, dan memiliki ketenaran, keuntungan, dan status—mereka sangat berfokus pada hal-hal semacam itu di dalam hati mereka. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa dalam segala hal yang mereka lakukan, antikristus akan memikirkan reputasi dan status mereka sendiri terlebih dahulu, tak pernah berhenti mengejar ketenaran dan status, dan bagi mereka, status sama pentingnya dengan hidup mereka sendiri. Aku merenungkan diriku sendiri: "Mengapa aku tak pernah mau melakukan pekerjaan urusan umum? Mengapa aku sangat ingin menjadi pemimpin?" Aku menyadari, alasan utamanya adalah karena aku merasa bahwa pemimpin memiliki status. Bukan hanya saudara-saudari yang mengagumi dan memperkenan mereka, para pemimpin tingkat atas sangat menghargai mereka, dan gereja berfokus membina mereka. Aku merasa bahwa menjadi pemimpin itu bagus, bisa menunjukkan wajahku dan diperkenan semua orang, dan hanya dengan menjadi pemimpinlah berarti aku sukses. Aku juga merasa bahwa melakukan pekerjaan urusan umum adalah melakukan urusan eksternal, bahwa hanya mereka yang tak mengejar kebenaranlah yang melaksanakan tugas seperti itu, dan orang lain memandang rendah mereka. Karena pemikiran yang keliru ini, saat aku melihat semua orang di sekelilingku dipromosikan, tetapi aku tidak, aku sangat terluka dan ingin pemimpin menyebutkan namaku. Namun, saat pemimpin mempromosikan orang lain, dan bukan aku, aku menjadi sangat sedih hingga tak mau bertemu siapa pun, dan aku tak lagi memiliki keinginan untuk melaksanakan tugasku. Setiap hari tersiksa oleh reputasi dan status itu mengerikan, hingga aku merasa bahwa hidup ini tak layak untuk dijalani. Bukankah mengejar reputasi dan status seperti ini berarti menempuh jalan yang sama seperti antikristus? Ketika menyadari hal ini, aku merasa takut, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan untuk bertobat, "Ya Tuhan, keinginanku akan reputasi dan status terlalu kuat. Aku tak mau hidup dalam keadaan yang memberontak ini. Kumohon bimbinglah aku untuk membebaskan diri dari belenggu ketenaran dan status."
Suatu hari, saat aku membaca firman Tuhan, pandanganku berubah sedikit. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apakah engkau selalu ingin mengepakkan sayapmu dan terbang, apakah engkau selalu ingin terbang sendiri, menjadi elang daripada menjadi burung kecil? Watak apakah ini? Inikah prinsip manusia dalam bertindak? Pengejaranmu dalam berperilaku sebagai manusia haruslah didasarkan pada firman Tuhan; hanya firman Tuhan yang adalah kebenaran. Engkau semua telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis, dan selalu menganggap budaya tradisional—perkataan Iblis—sebagai kebenaran, sebagai objek pengejaranmu, yang membuatmu dengan mudahnya mengambil jalan yang salah, menempuh jalan yang menentang Tuhan. Pemikiran dan pandangan manusia yang rusak, serta hal-hal yang mereka perjuangkan bertentangan dengan keinginan Tuhan, dengan kebenaran, dan dengan hukum kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, bahwa Dia mengatur segala sesuatu, dan bahwa Dia mengendalikan nasib manusia. Jadi, betapa pun pantas dan masuk akalnya pengejaran seperti itu menurut pemikiran dan gagasan manusia, di mata Tuhan, semua itu bukanlah hal yang positif, dan semua itu tidak sesuai dengan maksud-Nya. Karena engkau menentang fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, dan karena engkau ingin melakukan semuanya seorang diri, mengendalikan nasibmu sendiri, engkau selalu membentur tembok penghalang, sedemikian kerasnya hingga darah mengucur dari kepalamu, dan tak pernah ada yang berjalan lancar bagimu. Mengapa tidak ada yang berjalan lancar bagimu? Karena aturan yang Tuhan tetapkan tidak bisa diubah oleh makhluk ciptaan mana pun. Otoritas dan kuasa Tuhan berada di atas segalanya, tak dapat dilanggar oleh makhluk ciptaan mana pun. Orang terlalu menganggap hebat kemampuan mereka. Apa yang selalu membuat orang ingin lepas dari kedaulatan Tuhan, dan selalu ingin mengendalikan nasib mereka sendiri serta merencanakan masa depan mereka sendiri, dan ingin mengendalikan prospek, arah, dan tujuan hidup mereka sendiri? Berasal dari manakah titik awal ini? (Dari watak rusak Iblis dalam diri kami.) Lalu apa akibatnya jika orang memiliki watak rusak Iblis dalam dirinya? (Mereka menentang Tuhan.) Apa yang terjadi dengan orang yang menentang Tuhan? (Penderitaan.) Penderitaan? Yang terjadi adalah kebinasaan! Ini jauh lebih buruk daripada penderitaan. Yang engkau lihat tepat di depan matamu adalah penderitaan, kenegatifan, dan kelemahan, dan itu merupakan penentangan dan keluhan—akibat apa yang akan dihasilkan semua ini? Kebinasaan! Ini bukan masalah kecil dan ini bukan lelucon. Orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan tidak mampu memahami hal ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Watak yang Rusak Hanya Dapat Diselesaikan dengan Menerima Kebenaran"). Aku sama seperti yang firman Tuhan singkapkan. Aku ingin menjadi elang, bukan burung biasa, dan kupikir pekerjaan umum membuatku menjadi burung biasa, orang yang tak layak dibina dan dipandang rendah. Bagiku, pemimpin itu seperti elang. Mereka punya potensi, dihargai dan dihormati oleh orang lain. Aku hidup berdasarkan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah", "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti pohon membutuhkan kulitnya", "Orang harus berjuang untuk memperoleh martabat", dan racun-racun Iblis lainnya. Kupikir, untuk menjalani hidup yang baik, orang harus terus berusaha mendapatkan posisi yang lebih tinggi, dan makin tinggi statusmu akan makin baik; jika tidak, berarti kau sedang menjalani hidup yang tak berguna. Di bawah kendali pemikiran yang keliru ini, aku tak mampu melaksanakan tugasku dengan rendah hati, dan selalu berusaha menjadi pemimpin untuk membuat orang menghormatiku. Saat melihat saudara-saudari di sekelilingku dipilih sebagai pemimpin, aku merasa sedih, tak mampu menerimanya, dan menentang. Kupikir, "Aku tak lebih buruk dari orang lain. Mengapa orang lain bisa menjadi pemimpin, tetapi aku hanya bisa melakukan pekerjaan urusan umum?" Aku mulai mengeluh kepada Tuhan dan berpikir bahwa orang yang melakukan pekerjaan urusan umum tak mengejar kebenaran, jadi aku hidup dalam kenegatifan dan mulai bersikap asal-asalan dan bermalas-malasan dalam tugasku, yang akhirnya memengaruhi pekerjaanku. Di mana kesetiaan dan ketundukanku kepada Tuhan? Ambisiku terlalu besar! Aku tahu bahwa kualitas setiap orang dan tugas apa yang mereka laksanakan, semua itu sudah ditentukan oleh Tuhan dari semula, termasuk tugas yang kulaksanakan saat ini, juga ketetapan dan kedaulatan Tuhan, jadi aku harus menerima dan tunduk. Aku selalu merasa bahwa tak seorang pun menghargaiku karena melakukan pekerjaan urusan umum, dan aku menjadi sedih, tetapi itu karena aku memiliki pandangan yang keliru tentang pengejaran dan tidak mampu tunduk pada kedaulatan serta ketetapan Tuhan. Aku tak mampu tunduk pada kedaulatan serta pengaturan Tuhan, bersikap negatif, dan mengeluh. Intinya, aku melawan, menentang, dan memberontak terhadap Tuhan. Jika terus begini, aku hanya akan berakhir di neraka.
Setelah itu, aku membaca dua bagian firman Tuhan: "Jika engkau merasa terbeban dengan pekerjaan gereja, dan ingin terlibat di dalamnya, ini bagus; tetapi engkau harus merenungkan apakah engkau memahami kebenaran, apakah engkau mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, apakah engkau dapat benar-benar tunduk pada pekerjaan Tuhan, dan apakah engkau mampu melakukan pekerjaan gereja dengan benar, sesuai dengan pengaturan kerja. Jika engkau memenuhi kriteria ini, engkau dapat mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin atau pekerja. Yang Kumaksud dengan mengatakan ini adalah bahwa paling tidak, orang harus memiliki kesadaran akan dirinya. Pertama-tama lihatlah apakah engkau mampu mengidentifikasi berbagai jenis orang, apakah engkau mampu memahami kebenaran dan melakukan segala sesuatu sesuai prinsip. Jika engkau memenuhi persyaratan ini, engkau cocok untuk menjadi pemimpin atau pekerja. Jika engkau tidak mampu menilai dirimu sendiri, engkau dapat bertanya kepada orang-orang di sekitarmu yang akrab denganmu atau dekat denganmu. Jika mereka semua mengatakan bahwa engkau tidak memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin, dan bahwa hanya melakukan pekerjaanmu saat ini dengan baik sudah cukup baik, maka engkau harus segera mengenal dirimu sendiri. Karena engkau berkualitas buruk, jangan habiskan seluruh waktumu selalu ingin menjadi pemimpin—lakukan saja apa yang bisa kaulakukan, laksanakan tugasmu dengan benar, dengan sikap rendah hati, sehingga pikiranmu bisa menjadi tenang. Ini juga bagus. Dan jika engkau mampu menjadi seorang pemimpin, jika engkau benar-benar memiliki kualitas dan bakat seperti itu, jika engkau memiliki kemampuan kerja, dan memiliki perasaan terbeban, maka engkau adalah jenis orang berbakat yang diperlukan di rumah Tuhan, dan engkau pasti akan dipromosikan dan dibina; tapi ada waktu Tuhan dalam segala hal. Keinginan ini—keinginan untuk dipromosikan—bukanlah ambisi, tetapi engkau harus memiliki kualitas, dan memenuhi kriteria, untuk menjadi pemimpin. Jika engkau berkualitas buruk tetapi masih menghabiskan seluruh waktumu untuk selalu ingin menjadi pemimpin, atau mengambil tugas penting tertentu, atau bertanggung jawab atas pekerjaan secara keseluruhan, atau melakukan sesuatu yang memungkinkanmu untuk menonjolkan diri, maka Kuberitahukan kepadamu: ini adalah ambisi. Ambisi dapat mendatangkan malapetaka, jadi engkau harus berwaspada terhadapnya. Semua orang berkeinginan untuk maju dan semua orang mau berusaha untuk memperoleh kebenaran, dan ini bukan suatu masalah. Sebagian orang memiliki kualitas, memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin, dan mampu berusaha untuk memperoleh kebenaran, dan ini adalah hal yang baik. Yang lain tidak berkualitas, jadi mereka harus mempertahankan tugas mereka sendiri, melaksanakan tugas yang ada di depan mereka dengan benar dan melaksanakannya berdasarkan prinsip, dan sesuai dengan persyaratan rumah Tuhan; bagi mereka, itu lebih baik, lebih aman, dan lebih realistis" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (5)"). "Orang harus memiliki pemahaman dan sikap yang benar terhadap promosi dan pembinaan; dalam hal ini, mereka harus mencari kebenaran, dan tidak mengikuti keinginan mereka sendiri, atau memiliki ambisi dan keinginan. Jika engkau merasa bahwa engkau memiliki kualitas yang baik tetapi rumah Tuhan tidak pernah mempromosikanmu, juga tidak berencana untuk membinamu, maka jangan merasa frustrasi atau mulai mengeluh, fokuskan saja dirimu untuk mengejar kebenaran dan berusaha maju. Ketika engkau memiliki tingkat pertumbuhan tertentu dan mampu melakukan pekerjaan nyata, umat pilihan Tuhan tentu saja akan memilihmu untuk menjadi pemimpin. Dan jika engkau merasa kualitasmu buruk, merasa tidak punya kesempatan untuk dipromosikan atau dibina, dan merasa ambisimu itu tidak mungkin tercapai, bukankah ini sesuatu yang baik? Ini akan melindungimu! Karena kualitasmu buruk, jika engkau bertemu sekelompok orang yang bingung yang memilihmu menjadi pemimpin mereka, bukankah engkau sedang berjalan di atas bara api yang panas? Engkau tak mampu melakukan pekerjaan apa pun dan mata serta pikiranmu buta. Semua yang engkau lakukan adalah gangguan; setiap gerakanmu adalah kejahatan. Akan jauh lebih baik bagimu untuk mengerjakan tugasmu saat ini dengan baik; setidaknya engkau tidak akan mempermalukan dirimu sendiri, dan itu lebih baik daripada menjadi pemimpin palsu dan menjadi sasaran kritik di belakang. Sebagai seorang manusia, engkau harus mengenal dirimu yang sebenarnya, engkau harus memiliki sedikit kesadaran diri; jika engkau demikian, engkau akan mampu menghindarkan dirimu menempuh jalan yang salah dan melakukan kesalahan serius" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sangat tersentuh. Aku selalu merasa lebih baik daripada saudara-saudari di sekelilingku, dan aku ingin menjadi pemimpin, tapi apa aku benar-benar pantas menjadi pemimpin? Apakah aku benar-benar memiliki kualitas untuk menjadi pemimpin? Pemimpin harus mengejar kebenaran dan memiliki kemampuan kerja serta kemanusiaan yang baik. Tak sembarang orang bisa menjadi pemimpin. Jika kau tak memiliki kualifikasi untuk menjadi pemimpin dan tak mampu melakukan pekerjaan nyata, sekalipun menjadi pemimpin, kau tak akan bertahan lama, dan beberapa orang akan disingkapkan sebagai pemimpin palsu. Sebenarnya aku pernah menjadi pemimpin gereja, tapi karena kualitasku rendah dan kemampuan kerjaku buruk, aku tak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan tak mampu menyelesaikan masalah serta kesulitan orang lain, yang merusak jalan masuk kehidupan mereka dan merugikan pekerjaan gereja, sehingga akhirnya aku diberhentikan. Dalam hal kualitas dan kemampuan kerja, aku sebenarnya tak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin. Sebaliknya, aku cakap dalam pekerjaan urusan umum, aku mampu melakukan beberapa pekerjaan nyata di bidang itu, dan tekanannya tak terlalu besar. Gereja mengatur pekerjaan berdasarkan kualitas dan kelebihan setiap orang. Hal ini memungkinkan orang untuk menjalankan fungsinya secara normal dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Namun, aku tak mengetahui kemampuanku sendiri. Aku jelas tak memiliki kualitas dan kualifikasi untuk menjadi pemimpin, tetapi aku tetap merasa berbakat serta unggul daripada orang lain, dan selalu ingin dipromosikan. Saat aku melihat pemimpin mempromosikan orang lain, tetapi bukan aku, aku mengeluh bahwa pemimpin tak memperhatikanku, aku bersikap asal-asalan dalam tugasku, memusuhi dan bersikap negatif terhadap Tuhan. Aku sangat congkak dan sama sekali tak bernalar! Saat menyadari hal ini, aku merasa sangat bersalah, aku mampu memperlakukan tugasku saat ini dengan benar, dan bersedia untuk berdiri di posisiku sendiri serta melaksanakan tugasku dengan rendah hati.
Kemudian, aku mendengar lagu pujian firman Tuhan "Aku Hanyalah Makhluk Ciptaan yang Kecil":
1 Ya Tuhan! Entah aku memiliki status atau tidak, aku sekarang telah mengerti tentang diriku sendiri. Jika statusku tinggi, itu karena Engkau yang meninggikannya, dan jika statusku rendah, itu karena ketetapan-Mu. Segala sesuatu berada di tangan-Mu. Aku tidak punya pilihan atau keluhan apa pun. Engkau telah menetapkan bahwa aku harus lahir di negeri ini dan di tengah orang-orang ini, dan satu-satunya yang harus kulakukan adalah tunduk sepenuhnya di bawah kekuasaan-Mu karena segala sesuatu berada di dalam ketetapan-Mu.
2 Aku tidak memikirkan status; bagaimanapun juga, aku hanyalah makhluk ciptaan. Jika Engkau menaruhku dalam jurang maut, dalam lautan api dan belerang, diriku bukan apa-apa selain makhluk ciptaan. Jika Engkau memakai aku, diriku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau menyempurnakan aku, aku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau tidak menyempurnakanku, aku akan tetap mengasihi-Mu karena aku tidak lebih dari makhluk ciptaan.
3 Aku tidak lebih dari makhluk ciptaan yang sangat kecil, yang diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta, hanya salah satu dari antara umat manusia yang diciptakan. Engkaulah yang menciptakan diriku, dan sekarang Engkau telah sekali lagi menaruh aku kembali di tangan-Mu untuk Kau perlakukan diriku seturut kehendak-Mu. Aku bersedia menjadi alat-Mu dan kontras-Mu karena segala sesuatu sudah ditetapkan oleh-Mu. Tidak seorang pun dapat mengubahnya. Segala sesuatu dan semua peristiwa ada di tangan-Mu.
—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"
Saat aku merenungkan liriknya, hatiku menjadi cerah. Entah tinggi ataupun rendah, statusku telah ditentukan dari semula oleh Tuhan, dan entah memiliki status atau tidak, aku adalah makhluk ciptaan. Jika statusku tinggi, aku adalah makhluk ciptaan, dan jika statusku rendah, aku tetaplah makhluk ciptaan. Esensiku tak kan pernah berubah. Gereja telah mengatur agar aku melakukan pekerjaan urusan umum, jadi aku harus berdiri di posisiku, memanfaatkan semua kelebihanku, dan berusaha melaksanakan pekerjaan itu dengan sebaik mungkin. Ini adalah kewajibanku sebagai makhluk ciptaan. Dengan pemikiran ini, aku merasa dibebaskan, dan aku berdoa di dalam hati kepada Tuhan, "Tuhan! Aku tak mau lagi bersikap negatif dan menentang-Mu karena tingkatan tugasku. Apa pun statusku, aku hanya ingin melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh sebagai makhluk ciptaan untuk memuaskan-Mu." Setelah itu, aku tak lagi menentang lingkungan yang Tuhan atur. Aku merenungkan cara untuk melaksanakan tugasku dengan baik, dan melakukan pekerjaanku dengan sikap rendah hati. Dengan menerapkan seperti ini, aku merasa sangat tenang.
Kemudian, aku merenung dan menyadari bahwa ada alasan lain mengapa aku membenci pekerjaan urusan umum, yaitu karena aku memiliki pandangan yang konyol dan tak masuk akal tentang pekerjaan umum. Kupikir orang yang melakukan pekerjaan urusan umum tak mengejar kebenaran, mereka lebih rendah dan tak punya harapan untuk diselamatkan, dan hanya orang yang dipromosikan ke peran pentinglah yang mengejar kebenaran, dan memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Aku membaca dua bagian firman Tuhan yang membahas pandangan yang keliru ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Di rumah Tuhan, selalu disebutkan tentang menerima amanat Tuhan dan bagaimana orang melaksanakan tugasnya dengan benar. Bagaimana tugas muncul? Secara umum, tugas muncul sebagai hasil dari pekerjaan pengelolaan Tuhan yang membawa keselamatan bagi umat manusia; secara khusus, saat pekerjaan pengelolaan Tuhan dilakukan dan dinyatakan di antara manusia, pada saat itulah muncul berbagai pekerjaan yang menuntut orang untuk bekerja sama dan menyelesaikannya. Ini telah memunculkan tanggung jawab dan misi untuk orang penuhi, dan tanggung jawab serta misi ini adalah tugas yang Tuhan limpahkan kepada umat manusia. Di rumah Tuhan, berbagai tugas yang membutuhkan kerja sama manusia merupakan tugas yang harus mereka penuhi. Jadi, apakah ada perbedaan dalam pengertian apakah tugas tersebut lebih baik dan lebih buruk, apakah tugas tersebut tinggi dan rendah, atau besar dan kecil? Perbedaan semacam itu tidak ada; selama sesuatu ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, selama itu adalah tuntutan pekerjaan rumah-Nya, dan diperlukan untuk menyebarluaskan Injil Tuhan, maka itu adalah tugas orang. Inilah asal mula dan definisi tugas. ... Apa pun tugasmu, itu adalah misi yang telah Tuhan berikan kepadamu. Terkadang engkau mungkin diminta untuk menjaga atau melindungi suatu objek yang penting. Ini mungkin masalah yang relatif sepele yang hanya dapat dikatakan sebagai tanggung jawabmu, tetapi ini adalah tugas yang diberikan Tuhan kepada-Mu; engkau menerima tugas ini dari-Nya. Engkau menerimanya dari tangan Tuhan, dan ini adalah tugasmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Bukan berarti bahwa orang menjadi seseorang yang memiliki kenyataan kebenaran segera setelah mereka mulai melaksanakan tugasnya. Orang melaksanakan tugas tidak lebih sebagai sebuah cara dan sebuah saluran yang harus diambilnya. Dalam melaksanakan tugasnya, orang menggunakan pengejaran kebenaran untuk mengalami pekerjaan Tuhan, secara bertahap memahami dan menerima kebenaran, dan kemudian menerapkan kebenaran. Mereka kemudian mencapai keadaan di mana mereka membuang watak rusak mereka, melepaskan ikatan dan kendali watak rusak Iblis, dan dengan demikian mereka menjadi orang yang memiliki kenyataan kebenaran dan orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Hanya jika engkau memiliki kemanusiaan yang normal, barulah pelaksanaan tugasmu dan tindakanmu akan mendidik kerohanian orang dan memuaskan Tuhan. Dan hanya jika orang memperoleh perkenan Tuhan oleh karena pelaksanaan tugas mereka, barulah mereka dapat menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang dapat diterima" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Firman Tuhan telah mengubah pandanganku yang keliru tentang tugasku. Aku memahami bahwa tugas muncul dari pekerjaan pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, dan tak ada perbedaan antara tinggi dan rendah atau besar dan kecil. Apa pun tugasnya, itu adalah kewajiban dan tanggung jawab bagi kita, dan kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya. Jika kita ingin pekerjaan gereja berjalan lancar, kita harus bekerja sama dalam melaksanakan setiap tugas. Setiap tugas sangatlah penting. Sebelumnya, aku tidak memahami kebenaran. Aku mengikuti gagasanku, menganggap bahwa pekerjaan urusan umum itu rendahan dan tak ada harapan bagiku untuk menerima keselamatan. Itu benar-benar kesalahpahaman terhadap Tuhan. Sebenarnya, entah seseorang dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan status atau tugasnya. Menjadi pemimpin juga bukan berarti bahwa kau akan memiliki kebenaran dan diselamatkan. Sekalipun kau menjadi pemimpin selama bertahun-tahun, jika kau tak mengejar kebenaran, Tuhan tak akan berkenan kepadamu. Aku terpikir akan para antikristus dan pemimpin palsu yang telah disingkapkan. Gereja telah membina mereka untuk tugas-tugas penting, tetapi mereka tak mengejar kebenaran dalam tugasnya. Mereka mengejar reputasi dan status, sibuk dengan urusan pribadi, memusuhi Tuhan, dan pada akhirnya, mereka disingkirkan. Tuhan itu benar, dan Tuhan menentukan kesudahan orang bukan berdasarkan apakah mereka memiliki peran yang penting atau status yang tinggi. Yang terpenting adalah apakah watak hidup mereka berubah dan apakah mereka memperoleh kebenaran. Jika kau percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tetapi tak mengejar kebenaran, dan watak hidupmu tak berubah, tugas apa pun yang kaulaksanakan, kau akan disingkapkan dan disingkirkan pada akhirnya. Tuhan itu benar dan tak membeda-bedakan orang. Itu mengingatkanku pada firman Tuhan: "Keberhasilan atau kegagalan tergantung pada jalan yang manusia jalani" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Keberhasilanmu dalam kepercayaan kepada Tuhan tergantung pada jalan yang kautempuh. Mengejar kebenaran dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan dengan rendah hati adalah hal yang terpenting.
Pengalamanku selama waktu ini membuatku melihat dengan sedikit lebih jelas natur mengejar reputasi dan status. Mengejar ketenaran dan status bukanlah jalan yang benar, itu berarti menentang Tuhan. Tak ada yang lebih penting daripada mengejar kebenaran. Selain itu, ini juga memberiku sedikit pengenalan diri dan pandangan yang benar tentang diriku sendiri, dan ambisiku untuk menjadi pemimpin tak lagi begitu kuat. Ketika mendengar tentang saudara-saudari tertentu yang dipilih sebagai pemimpin, meskipun terkadang emosiku masih terpengaruh, dengan berdoa dan memberontak terhadap diriku sendiri, aku tak lagi begitu terkekang, dan aku mampu bekerja sama secara normal dengan saudara-saudariku dalam melaksanakan tugas. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Yang Le, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berfirman: “Manusia memiliki nalar yang rendah, mereka memiliki terlalu banyak tuntutan...
Ketika aku masih sekolah, guru kami sering mengajarkan bahwa berbakti kepada orang tua dan menghormati penatua kami adalah kebajikan...
Xiaochen Kota Zhengzhou, Provinsi Henan Keangkuhan adalah kecacatan saya yang fatal. Dahulu saya seringkali menunjukkan watak yang angkuh,...
Pada malam tanggal 15 April 2022, jam 10 malam lebih sedikit, aku menerima surat dari pemimpin yang mengatakan bahwa empat saudara-saudari...