Pelajaran Menyakitkan dari Bersikap Licik dan Curang
Oleh Saudari Mariana, ItaliaPada tahun 2020, aku menangani pekerjaan desain di gereja, terutama membuat gambar. Setelah beberapa waktu, aku...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada bulan September 2020, Aku bertanggung jawab untuk mengoordinasikan pekerjaan pascaproduksi audio lagu pujian. Aku mengurus semua urusan besar dan kecil dalam tim, dan pemimpin tim berkonsultasi denganku tentang berbagai masalah. Saudara-saudari juga bersedia mendiskusikan keadaan dan kesulitan mereka denganku. Pemimpin tim berkata, "Selama bertahun-tahun, banyak koordinator yang telah datang dan pergi dalam tim kita, tetapi kau adalah yang paling lama bekerja di sini. Kau dapat mengelola semua aspek pekerjaan dengan baik, dan cukup mampu berkoordinasi." Kadang-kadang, ketika aku bersekutu dengan saudara-saudari, aku mendengar beberapa dari mereka berkata, "Bersekutu denganmu membuat pikiranku lebih jernih." Setiap kali aku mendengar kata-kata seperti itu, aku merasa sangat puas. Kupikir aku adalah orang yang paling cocok untuk tugas ini, dan tugas ini paling sesuai dengan nilai keberadaanku. Maka dari itu, aku sangat menyukai tugas ini.
Tanpa diduga, pada Januari 2023, karena tuntutan pekerjaan, aku ditugaskan kembali ke tim rekaman lagu. Aku sudah lebih dari empat tahun tidak merekam lagu apapun, jadi aku harus mempelajari beberapa keterampilan dan teknik dari awal. Aku menjadi orang yang paling tidak terampil dalam tim. Sebelumnya, sebagai koordinator, anggota tim lain akan datang kepadaku untuk meminta saran tentang berbagai hal. Sekarang aku harus bertanya kepada orang lain tentang semuanya. Siapa pun dalam tim bisa menghampiri dan membimbingku dalam pekerjaanku dan menunjukkan kekuranganku, yang membuatku merasa sangat tidak nyaman. Aku berpikir, "Dahulu akulah yang mengatur tugas orang lain. Namun sekarang, siapa pun bisa mengarahkanku. Harus kutaruh di mana mukaku? Apa yang akan dipikirkan saudara-saudari tentangku? Tidak bisa begini. Aku harus berlatih menyanyi dengan tekun dan berusaha meningkatkan keterampilanku secepat mungkin, agar orang lain tidak terus menunjukkan masalahku." Terlepas dari upayaku, teknik bernyanyiku masih memiliki banyak masalah. Hal yang sama juga terjadi ketika pembuatan video paduan suara. Karena aku sudah lama tidak ikut dalam pengambilan gambar, ekspresiku tampak tidak alami. Meskipun aku berlatih keras, Aku hanya bisa berdiri di barisan terakhir sebagai bagian dari latar belakang, di sepanjang lagu nyaris tidak ada gambarku yang terekam. Ini membuatku merasa semakin kesal. Kupikir, "Aku tidak bisa bernyanyi dengan baik; aku tidak bisa tampil dengan baik. Aku adalah yang terburuk dalam segala aspek. Seberapa keras pun aku berusaha, aku tidak bisa mengejar ketertinggalanku dari yang lain. Apakah aku ditakdirkan untuk selamanya menjadi latar belakang? Lalu, apa gunanya melakukan tugas ini? Bagaimana aku bisa menghadapi siapa pun?" Ketika memikirkan "kejayaan" masa laluku dan membandingkannya dengan "kejatuhan" ku sekarang, aku menangis karena kecewa. Situasi ini membuatku sangat sakit dan tertekan. Aku kehilangan semua semangat dan bahkan berpikir untuk meninggalkan tim. Aku makin merindukan masa-masa aku menjadi koordinator, selalu berkhayal untuk kembali ke peran itu suatu hari nanti. Dengan begitu, aku jadi tidak begitu merana. Lalu aku dapat melaksanakan tugasku dengan mudah, mengatur tugas orang lain dengan penuh gaya, dan terus menikmati menjadi panutan oleh saudara-saudari. Aku tahu keadaanku tidak benar. Dalam penderitaan itu, aku menghadap Tuhan untuk berdoa, meminta-Nya untuk menuntunku keluar dari keadaan ini.
Selama saat teduh, aku terus merenung: Tidak terbiasa dengan keterampilan dalam tugas baru itu normal. Saudara-saudari juga bersekutu denganku, mendorongku untuk tidak khawatir, dan mengatakan bahwa dengan latihan, aku akan meningkat seiring waktu. Namun mengapa sesuatu yang dianggap normal bagi orang lain sering kali membuatku merasa sangat negatif dan bahkan ingin melarikan diri? Aku membaca firman Tuhan ini: "Janganlah ada orang yang menganggap diri mereka sempurna, istimewa, mulia, atau berbeda dari orang lain; semua ini disebabkan oleh kebodohan dan watak congkak manusia. Selalu menganggap dirimu istimewa—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah bisa menerima kekuranganmu, dan tidak pernah mampu menghadapi kesalahan dan kegagalanmu—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain lebih tinggi atau lebih baik daripada dirimu—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan kekuatan orang lain melampaui atau melebihi kekuatan mereka sendiri—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik daripadamu, dan, ketika engkau mendapati bahwa orang lain lebih baik daripadamu, lalu engkau menjadi negatif, tidak ingin berbicara, merasa tertekan dan sedih, serta menjadi kesal—semua ini disebabkan oleh watak yang congkak. Watak yang congkak dapat membuatmu melindungi reputasimu, tak dapat menerima koreksi orang lain, tak mampu menghadapi kekuranganmu, serta tak mampu menerima kegagalan dan kesalahanmu sendiri. Selain itu, ketika seseorang lebih baik daripadamu, hal itu dapat menyebabkan kebencian dan kecemburuan muncul di dalam hatimu, dan engkau dapat merasa terkekang, sampai-sampai engkau tak ingin melaksanakan tugasmu dan bersikap asal-asalan dalam melaksanakannya. Watak yang congkak dapat menyebabkan perilaku dan perbuatan ini muncul dalam dirimu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Aku membandingkan diriku dengan firman Tuhan dan merenung. Aku mulai mengerti bahwa naturku terlalu congkak. Dalam dua tahun terakhir, aku mendapatkan pengalaman dalam tugas koordinasiku dan mendapatkan sedikit hasil. Ini membuatku berpikir bahwa aku pintar dan cakap dalam pekerjaanku, selalu menjadi pemimpin dalam kelompok mana pun. Aku percaya bahwa akulah yang seharusnya mengatur pekerjaan untuk orang lain dan bukan sebaliknya. Bahkan setelah aku dialihkan ke tugas yang mensyaratkan belajar keterampilan baru, Aku merasa bahwa aku harus belajar lebih cepat dari orang lain. Anggota tim yang lain kesulitan dengan nyanyian mereka dan telah melatih berbulan-bulan atau bahkan lebih untuk sedikit demi sedikit menyelaraskan suara mereka dengan semuanya. Namun, aku berharap diriku dapat menyusul mereka dalam beberapa minggu. Setelah harapanku ini gagal terpenuhi, aku merasa kesal dan negatif. Selama perekaman, ketika melihat saudara-saudari lain memiliki pengungkapan dan keadaan yang lebih baik dari diriku, Aku juga merasa gelisah. Ketika aku tidak banyak ditampilkan, aku menjadi negatif dan bahkan berpikir untuk meninggalkan tugas menyanyi. Aku tidak bisa bertahan di sebuah lingkungan yang di mata orang lain tampak biasa saja. Bahkan kemunduran atau kesulitan kecil pun membuatku ingin melalaikan tanggung jawabku dan meninggalkan tugasku. Aku benar-benar congkak dan tidak bernalar! Ketika saudara-saudari menawarkan bimbingan dan bantuan, aku tidak dapat menanggapinya dengan benar, bahkan merasa itu melukai harga diriku. Aku menyadari bahwa kesedihan dan perasaan negatifku bukanlah karena aku belum melaksanakan tugasku dengan cukup baik untuk memuaskan Tuhan, tetapi karena aku adalah yang terburuk dalam kelompok dan tidak bisa membuat saudara-saudari mengagumi dan memujiku. Aku lalu membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Apa motif mereka membuat orang-orang menghormati mereka? (Agar memiliki status di benak orang-orang ini.) Jika engkau memiliki status di benak orang lain, maka ketika mereka berada bersamamu, mereka menghormatimu, dan terutama bersikap sopan ketika mereka berbicara kepadamu. Mereka selalu mengagumimu, mereka selalu memprioritaskan dirimu dalam segala hal, mereka memberi jalan kepadamu, mereka menyanjung dan mematuhimu. Dalam segala hal, mereka mencarimu dan membiarkanmu mengambil keputusan. Dan engkau merasakan kenikmatan dari hal ini—engkau merasa dirimu lebih kuat dan lebih baik daripada orang lain. Semua orang menyukai perasaan ini. Ini adalah perasaan memiliki status di hati orang lain; orang ingin menikmati ini. Inilah sebabnya orang bersaing untuk mendapatkan status, dan semua orang ingin memiliki status di hati orang lain, ingin dihargai dan dipuja oleh orang lain. Jika mereka tidak dapat memperoleh kenikmatan seperti itu darinya, mereka tidak akan mengejar status. Sebagai contoh, jika engkau tidak memiliki status di benak seseorang, saat berinteraksi denganmu dia akan menganggapmu sejajar dengannya dan memperlakukanmu setara dengannya. Dia akan menentangmu bila perlu, dia tidak mau bersikap sopan atau hormat terhadapmu, dan bahkan mungkin pergi sebelum engkau selesai berbicara. Akankah engkau merasa diabaikan? Engkau tidak suka jika orang memperlakukanmu seperti ini; engkau suka jika, di setiap kesempatan, mereka menyanjungmu, menghormatimu, dan memujamu setiap saat. Engkau suka jika dirimu menjadi pusat dari segalanya, jika semuanya mengelilingimu, dan semua orang mendengarkanmu, menghormatimu, dan tunduk pada arahanmu. Bukankah ini adalah keinginan untuk memerintah seperti raja, untuk memiliki kekuasaan? Perkataan dan tindakanmu didorong oleh keinginanmu untuk mengejar dan memperoleh status, dan engkau berjuang, merebut, dan bersaing dengan orang lain untuk mendapatkannya. Tujuanmu adalah merebut posisi, dan membuat umat pilihan Tuhan mendengarkanmu, mendukungmu, dan memujamu. Begitu engkau memegang posisi itu, engkau kemudian memperoleh kekuasaan dan dapat menikmati manfaat dari statusmu, menikmati kekaguman dari orang lain, dan menikmati semua keuntungan lain yang menyertai posisi itu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sangat tersentuh dan segera memahami bahwa keenggananku untuk melepaskan tugas koordinasiku yang lalu muncul dari keinginan mendalamku untuk dihormati serta hasratku untuk mendapatkan manfaat dari memiliki status. Ketika merenungkan masa-masaku di kelompok sebelumnya, ketika aku mengatur semuanya dengan baik, aku menerima pujian dari semua orang. Selain itu, saudara-saudari menghormati pendapatku, pemimpin kelompok mendiskusikan semua hal denganku, dan semua orang berbicara kepadaku dengan sangat sopan. Dalam lingkungan seperti itu, aku merasa diriku sangat penting, menerima perhatian dan kekaguman dari semua orang. Aku sangat menikmati perasaan itu. Setelah memulai tugas menyanyi, aku tidak bisa mengimbangi anggota kelompok lainnya dalam berbagai hal. Tidak ada lagi yang meminta pendapatku atau berkonsultasi denganku tentang masalah pekerjaan, dan malah sebaliknya, semua orang sering memberiku saran, jadi aku ingin keluar dari lingkungan ini. Untuk meningkatkan keterampilanku, aku bangun pagi dan tidur lebih malam untuk berlatih menyanyi, berupaya lebih keras daripada yang lain, berharap suatu hari nanti aku akan mendapatkan kembali kekaguman dan pujian dari orang lain. Bahkan sekalipun aku tidak bisa menjadi yang paling menonjol, setidaknya aku tidak akan diabaikan dalam aspek apa pun seperti sekarang. Aku tahu jelas bahwa meningkatkan kemampuan menyanyiku adalah proses yang bertahap, tetapi aku masih ingin mendapatkan hasil yang cepat. Ketika aku tidak melihat kemajuan yang berarti setelah sekian waktu berusaha, aku menjadi negatif dan kehilangan semua semangat. Sekarang aku menyadari bahwa yang kuinginkan bukanlah sekadar membawakan lagu dengan baik tetapi untuk meningkatkan keterampilanku dengan cepat, sehingga aku dapat keluar dari situasi saat ini yang terabaikan dan tidak diperhatikan, dan menjadi seseorang yang dihargai dalam kelompok. Aku membandingkan berbagai perwujudkanku dengan apa yang diungkapkan oleh firman Tuhan, dan aku menyadari bahwa aku enggan diarahkan oleh orang lain, enggan diabaikan, dan selalu ingin mengambil keputusan akhir serta otoritas untuk memerintah dalam sebuah kelompok. Aku berusaha untuk didukung dan dihormati, ingin memastikan diriku mendapat tempat di hati semua orang. Bukankah ini berjalan di jalan antikristus? Aku merasa sangat takut dan buru-buru menghadap Tuhan untuk berdoa, "Ya Tuhan, aku menjadi keras kepala dan memberontak belakangan ini. Hanya karena aku tidak bisa menerima kekaguman dan perhatian dari saudara-saudari, aku ingin melalaikan tanggung jawabku dan meninggalkan tugasku, serta tidak bisa tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Mu. Sekarang aku menyadari bahwa jalan yang kutempuh itu salah. Aku bersedia untuk bertobat. Mohon bimbing aku untuk memahami diriku lebih dalam lagi."
Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup dan tujuan seumur hidup mereka. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Lalu apa yang akan terjadi dengan reputasiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku reputasi yang baik? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi antikristus; itulah sebabnya mereka mempertimbangkan hal-hal seperti ini. Dapat dikatakan bahwa bagi antikristus, reputasi dan status bukanlah tuntutan tambahan, apalagi hal-hal lahirian bagi mereka yang dapat mereka abaikan. Reputasi dan status adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada di dalam tulang mereka, dalam darah mereka, yang sudah menjadi bawaan lahiriah mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki reputasi dan status atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Reputasi dan status berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka kejar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, status dan reputasi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka kejar, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semuanya berpusat pada memiliki reputasi yang baik dan status yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka. Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan reputasi dan status. Engkau dapat menempatkan mereka di antara kelompok orang mana pun, dan satu-satunya yang mereka pikirkan tetaplah reputasi dan status. Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan reputasi dan status setara dengan iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar reputasi dan status mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa mengejar kebenaran dalam iman mereka kepada Tuhan adalah mengejar reputasi dan status; pengejaran akan reputasi dan status juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan reputasi dan status berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki reputasi, ketenaran, atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau menghargai mereka, atau mengikuti mereka, maka mereka merasa sangat kecewa, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah iman kepada tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah artinya tidak ada harapan?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, dan memiliki ketenaran, keuntungan, dan status—mereka sangat berfokus pada hal-hal semacam itu di dalam hati mereka. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa antikristus selalu mengutamakan reputasi dan statusnya sendiri dalam segala yang mereka lakukan. Mereka menjadikan reputasi dan status sebagai tujuan hidup mereka. Bukankah pengejaranku sama dengan pengejaran para antikristus? Ketika menengok ke belakang, sejak kecil, orang tua dan guruku mengajarkan bahwa hidup harus dijalani dengan ambisi, bahwa dalam kelompok mana pun, aku harus berusaha untuk menjadi yang terbaik dan menjadi teladan bagi orang lain, dan hanya dengan cara inilah hidupku dapat bernilai. Aku ingat saat aku masih kecil, sebelum mengikuti berbagai kompetisi, pertama-tama aku akan menilai peluangku untuk menang. Jika aku yakin menang, aku akan ikut serta, tetapi jika peluangku kecil, aku lebih memilih tidak ikut serta daripada berisiko kehilangan muka. Dalam benakku, tidak ada konsep "Yang penting sudah ikut serta," melainkan "Menang adalah segalanya." Sikap ini terbawa ke dalam tugas-tugasku di rumah Tuhan. Aku selalu ingin melaksanakan tugas yang kukuasai, karena itu akan menunjukkan kemampuan kerjaku dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Aku enggan menerima tugas yang tidak kukuasai, karena tidak ingin saudara-saudari melihat sisi diriku yang bodoh dan canggung. Aku menyadari bahwa setiap penyingkapan dan tindakanku berpusat pada reputasi dan status. Apa yang aku singkapkan adalah watak antikristus. Ketika aku memiliki reputasi dan status, aku merasa bersemangat dalam bekerja, dan merasa bahwa tugas tersebut sangat berharga dan bermakna. Begitu aku kehilangan reputasi dan status tersebut, aku pun kehilangan hasrat untuk melakukan tugasku. Tindakan membuat pertimbangan dan rencana demi reputasi dan statusku adalah hal yang secara alami kulakukan layaknya makan dan tidur setiap hari. Falsafah Iblis seperti "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang," dan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah" telah mengakar kuat di hatiku, menjadi tujuan dan standarku dalam bertindak. Jika aku tidak bertobat dan berubah, cepat atau lambat, aku akan disingkapkan dan disingkirkan Tuhan karena mengikuti jalan antikristus dalam mengejar reputasi dan status.
Dalam sebuah pertemuan, aku mendengar sebuah bagian dari firman Tuhan, yang memberiku jalan penerapan yang jelas, dan pemahaman akan tuntutan-tuntutan Tuhan bagi umat manusia. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Karena engkau ingin menetap dengan damai di dalam rumah Tuhan sebagai anggota, engkau harus terlebih dahulu belajar bagaimana menjadi makhluk ciptaan yang baik dan melaksanakan tugasmu sesuai dengan posisimu. Di rumah Tuhan, engkau akan menjadi makhluk ciptaan yang hidup sesuai dengan namanya. Makhluk ciptaan adalah identitas dan sebutanmu secara lahiriah, dan itu seharusnya memiliki perwujudan dan hakikat yang spesifik. Ini bukan sekadar tentang memiliki sebutan; tetapi karena engkau adalah makhluk ciptaan, engkau harus melaksanakan tugas-tugas sebagai makhluk ciptaan. Karena engkau adalah makhluk ciptaan, engkau harus memenuhi tanggung jawab tersebut. Jadi, apa sajakah tugas dan tanggung jawab makhluk ciptaan? Firman Tuhan dengan jelas menjabarkan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab makhluk ciptaan, bukan? Mulai hari ini dan seterusnya, engkau adalah anggota sejati keluarga Tuhan, dengan kata lain, engkau mengakui dirimu sendiri sebagai salah satu dari makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, mulai hari ini, engkau harus merumuskan kembali rencana hidupmu. Engkau tidak boleh lagi mengejar tetapi harus melepaskan cita-cita, keinginan, dan tujuan yang sebelumnya kautetapkan untuk hidupmu. Sebaliknya, engkau harus mengubah identitas dan sudut pandangmu agar dapat merencanakan tujuan dan arah hidup yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Yang pertama dan terutama, tujuan dan arahmu tidak boleh menjadi seorang pemimpin, atau memimpin atau unggul dalam industri apa pun, atau menjadi tokoh terkenal yang melaksanakan tugas tertentu atau menguasai keahlian tertentu. Tujuanmu seharusnya adalah menerima tugasmu dari Tuhan, yaitu mengetahui pekerjaan apa yang harus kaulakukan sekarang, pada saat ini, dan memahami tugas apa yang harus kaulaksanakan. Engkau harus bertanya apa yang Tuhan tuntut darimu dan tugas apa yang telah diatur untukmu di rumah-Nya. Engkau harus memahami dan mendapatkan kejelasan tentang prinsip-prinsip yang harus dipahami, dipegang, dan diikuti sehubungan dengan tugas itu. Jika engkau tidak mampu mengingatnya, engkau dapat menuliskannya di kertas atau mencatatnya di komputermu. Luangkan waktu untuk meninjau dan merenungkannya. Sebagai bagian dari makhluk ciptaan, tujuan hidup utamamu adalah melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan menjadi makhluk ciptaan yang layak. Inilah tujuan hidup paling mendasar yang harus kaumiliki. Yang kedua dan yang lebih spesifik adalah bagaimana melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan menjadi makhluk ciptaan yang layak. Tentu saja, tujuan atau arah apa pun yang berkaitan dengan reputasi, status, kesombongan, masa depan, dan sebagainya harus dilepaskan" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (7)"). Tuhan menuntut setiap makhluk ciptaan-Nya untuk melaksanakan tugas mereka sesuai dengan tempatnya dan mengetahui apa pekerjaan dan tugas mereka saat ini. Tujuan apa pun yang terkait dengan reputasi, status, atau masa depan mereka sendiri harus ditinggalkan. Tugasku saat ini adalah bernyanyi. Yang harus kulakukan adalah lebih fokus mempelajari keterampilan dan teknik bernyanyi, dan berusaha untuk secepatnya meningkatkan kemampuan bernyanyiku, aku tidak boleh terpaku dengan kejayaan peranku sebelumnya sebagai koordinator, atau sibuk memikirkan tentang bagaimana reputasi dan statusku terpengaruh saat berlatih menyanyi. Ini bukanlah perwujudan dari sikap rendah hati dalam melaksanakan tugas. Setelah memahami ini, aku berusaha keras untuk berlatih sesuai dengan firman Tuhan, sambil berfokus menangani watak rusak serta sudut pandangku yang keliru dalam berlatih menyanyi. Setiap kali aku khawatir dengan reputasi dan statusku serta ragu untuk menyanyi dengan lepas, Aku berdoa kepada Tuhan secara diam-diam, meminta-Nya untuk membimbing dan menolongku dalam menurunkan kesombongan serta statusku. Meskipun terkadang aku masih merasa putus asa dan kesal karena tidak bisa bernyanyi dengan baik, melalui makan dan minum firman Tuhan, aku dapat dengan jelas menyadari bahwa pandanganku tentang pengejaran itu salah. Tuhan tidak mengharuskan manusia untuk menjadi pemimpin atau figur yang luar biasa dalam industri apapun, melainkan menyuruh manusia untuk menjunjung tinggi tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika menyadari hal ini, aku segera mengatur emosi negatifku, dan menjadi tidak terlalu terkekang dalam bernyanyi. Setelah beberapa waktu, pengawas kami mengatakan bahwa aku sudah mengalami kemajuan dalam bernyanyi dan mengizinkan aku untuk bergabung dalam rekaman. Ketika melihat peningkatan kecil dalam keterampilanku ini, Aku merasa sangat senang. Aku pun menyadari bahwa kemajuan dalam keterampilan sangat berkaitan dengan jalan masuk kehidupan pribadi. Ketika aku fokus pada reputasi dan statusku, aku merasa terikat dan terkekang dalam segala hal, dan tidak dapat merasakan bimbingan Tuhan dalam tugasku. Namun, ketika aku bersedia mengesampingkan keangkuhan dan statusku serta dengan tekun melatih keterampilanku, tanpa sadar aku menemukan beberapa jalan penerapan.
Setelah melalui pengalaman ini, aku benar-benar menyadari bahwa mengejar reputasi serta status dan bukannya kebenaran, tidak membantuku melaksanakan tugas dengan baik. Sebaliknya, hal itu malah membawa dampak kepada tugas gereja. Aku juga menyadari bahwa penugasan kembali dalam tugasku ini merupakan perlindungan Tuhan yang luar biasa bagiku. Ini memungkinkanku untuk melihat kerusakan dan kekuranganku, menemukan tempat yang tepat bagiku, tunduk, dan melakukan tugasku dengan tenang. Terima kasih Tuhan atas keselamatan-Nya bagiku!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Mariana, ItaliaPada tahun 2020, aku menangani pekerjaan desain di gereja, terutama membuat gambar. Setelah beberapa waktu, aku...
Oleh Saudari Kylie, PrancisPada 2020, aku bertanggung jawab atas pekerjaan dua gereja. Terkadang orang perlu dipindahkan dari gereja kami...
Oleh Saudara Flavien, BeninPada September 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Lalu, aku terpilih sebagai...
Oleh Saudari Chen Shi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat,...