Ketika Orangtuaku Dikeluarkan Dari Gereja

16 September 2022

Oleh Saudari Ai Yi, Tiongkok

Satu hari pada Oktober 2018, pengawas memberitahuku, "Orangtuamu dikeluarkan dari gereja. Kabarnya karena mengganggu pekerjaan gereja." Aku tertegun saat mendengarnya. Aku tidak memercayai telingaku. Aku tahu orangtuaku pernah melakukan hal-hal yang mengganggu, tapi kupikir tak parah sampai membuat mereka dikeluarkan. Saat itu aku hanya terduduk, hatiku kacau. Dulu, kakakku antek antikritus dan menolak bertobat dalam persekutuan apa pun, dan akhirnya diusir dari gereja. Kini orangtuaku juga dikeluarkan dari gereja, jadi tinggal aku orang percaya di keluarga kami. Saat itu aku merasa begitu sendirian. Sudah dua dekade lebih keluarga kami jadi orang beriman dan selalu menderita penindasan PKC. Ayah ditangkap dua kali karena membagikan Injil dan dipenjara lima tahun. Aku, ibu, dan kakak pindah-pindah ke seluruh kota, tak punya rumah tetap, mengelak dari tangkapan polisi. Kami alami berbagai pasang surut selama tahun-tahun itu dan pekerjaan Tuhan hampir berakhir. Kenapa mereka dikeluarkan dari gereja? Hidup mereka sangat sulit tahun-tahun itu. Mereka banyak menderita—apa semuanya sia-sia? Memikirkannya, tak kuasa air mata mengalir dan dalam hati kucoba berunding dengan Tuhan: Mungkin orangtuaku tak banyak berkontribusi, tapi cukup menderita. Menimbang pengorbanan bertahun-tahun, tak bisakah mereka diberi lagi kesempatan bertobat? Mereka bisa tinggal di rumah Tuhan sebagai pelayan! Semakin kupikirkan, semakin menyakitkan dan gelap rasanya bagiku, tenagaku untuk tugas hilang. Saudari pasangan kerjaku mengingatkan: "Menemui hal seperti ini kau harus terima ini berasal dari Tuhan—jangan mengeluh. Apa pun yang Tuhan lakukan benar." Aku paham pemikiran itu, tapi aku tak bisa mengalihkan pikiranku.

Aku baca surat pemberitahuan pengeluaran orangtuaku beberapa minggu kemudian. Ayahku sangat angkuh. Dia menangani urusan umum dengan suka-suka dan tak mengerjakan tugas sesuai prinsip. Dia tak terima usul saudara-saudari yang menyebabkan korban persembahan banyak berkurang. Juga, meski tahu ada resiko keamanan pribadi, dia tetap mengantar buku Firman Tuhan. Dia tak dengar pendapat saudara-saudari, bertindak dengan cara sendiri, akhirnya dia ditangkap dan dihukum karena mengantar buku, dan buku firman Tuhan disita polisi. Ini satu pukulan besar bagi kepentingan gereja. Dan waktu kakakku dikeluarkan ayah memutar balik fakta, katanya pemimpin dendam kepada kakakku. Dia juga meributkan kerusakan yang diungkap pemimpin dan mengancam menjatuhkannya lewat kritikan. Ayahku sering menyanjung diri dan bersaksi di hadapan saudara-saudari, sehingga mereka hormat dan kagum padanya. Maka bila dia bicara seperti itu, beberapa orang terpedaya—memihak ayah dan berprasangka terhadap pemimpin, yang mana menghambat pekerjaan gereja. Perilaku ayahku sangat mengganggu pekerjaan gereja, dan tak ada penyesalan atau pertobatan atas semua kejahatannya. Akhirnya diputuskan dia penjahat dan disingkirkan dari gereja. Ibuku dikeluarkan karena terus meributkan kenapa kakakku diusir. Dia menebarkan keluhan terhadap pemimpin kepada saudara-saudari, memutar-balikkan fakta, dalam pertemuan selalu berdebat tentang orang-orang yang dikeluarkan, katanya pemimpin mencecar mereka. Sungguh mengganggu kehidupan gereja. Dia tak mau bertobat setelah sering bersekutu dengan yang lain, dan akhirnya ditetapkan sebagai penjahat dan dikeluarkan dari gereja. Melihat perbuatan jahat ayah dan ibuku, aku mengerti, berdasarkan prinsip mereka harus dikeluarkan, tapi ketika dipikirkan, aku tak tahu apa aku bisa menerimanya. Aku sedih sekali. Aku tak berdaya dan lemas saat membaca surat pengeluaran mereka, dan tak berhenti menangis. Aku pun mulai berargumentasi dengan Tuhan: "Tuhan, Engkau mengasihi manusia. Orangtuaku sudah 20 atau 30 tahun percaya dan banyak menderita. Apa Engkau sungguh tak ingat semua yang mereka berikan?" Aku hidup dengan sikap negatif dan salah paham. Kupikir, seluruh keluargaku diusir, tinggal aku yang percaya, mana bisa aku tetap di jalan ini? Maka, dua tahun lebih aku hidup dalam kekacauan, dan akhirnya diberhentikan karena aku tak mencapai hasil dalam tugas. Waktu itu emosiku sangat menderita, dan aku terus berdoa berlinang air mata, "Oh Tuhan! Aku pernah punya pikiran dan salah paham tentang Engkau mengenai pengeluaran orangtuaku dari gereja. Aku tahu ini berbahaya, tapi aku tak berdaya menyingkirkannya. Tuhan, tolong dan selamatkan aku."

Satu kali pada saat teduh aku membaca penggalan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Saat mengetahui bahwa Tuhan mengasihi umat manusia, mereka mendefinisikan Dia sebagai simbol kasih: mereka yakin bahwa apa pun yang orang lakukan, bagaimanapun mereka berperilaku, bagaimanapun mereka memperlakukan Tuhan, dan betapa tidak taatnya pun mereka, tidak satu pun dari hal ini benar-benar penting, karena Tuhan memiliki kasih, dan kasih-Nya tidak terbatas dan tidak dapat diukur; Tuhan memiliki kasih, jadi Dia bisa bersikap toleran terhadap orang-orang; dan Tuhan memiliki kasih, sehingga Dia bisa bersikap penyayang terhadap orang, berbelas kasih terhadap ketidakmatangan mereka, berbelas kasih terhadap ketidaktahuan mereka, dan berbelas kasih terhadap ketidaktaatan mereka. Apakah benar demikian? Bagi beberapa orang, ketika mereka telah mengalami kesabaran Tuhan sekali atau bahkan beberapa kali, mereka akan memperlakukan pengalaman ini sebagai modal dalam pemahaman mereka sendiri tentang Tuhan, percaya bahwa Dia akan selamanya sabar dan penyayang terhadap mereka, dan kemudian, sepanjang hidup, mereka akan memegang kesabaran Tuhan ini dan menganggapnya sebagai standar yang digunakan-Nya untuk memperlakukan mereka. Ada juga orang yang setelah mengalami toleransi Tuhan satu kali, selamanya mendefinisikan Tuhan penuh toleransi—dan dalam benak mereka, toleransi ini tidak terbatas, tanpa syarat, dan bahkan sama sekali tanpa prinsip. Apakah keyakinan semacam ini benar?" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). "Tuhan itu benar dalam perlakuan-Nya terhadap setiap orang dan Dia sungguh-sungguh dalam pendekatan-Nya terhadap pekerjaan menaklukkan dan menyelamatkan orang. Inilah pengelolaan-Nya. Dia memperlakukan setiap orang dengan serius, dan bukan seperti hewan peliharaan yang diajak bermain. Kasih Tuhan untuk manusia bukanlah kasih yang memberi hati atau memanjakan, demikian juga, belas kasih dan toleransi-Nya terhadap umat manusia tidak memanjakan atau kurang awas. Sebaliknya, kasih Tuhan untuk manusia mencakup menyayangi, mengasihani, dan menghormati kehidupan; belas kasih dan toleransi-Nya menyampaikan apa yang diharapkan-Nya dari mereka, dan itulah yang dibutuhkan umat manusia untuk bertahan hidup. Tuhan itu hidup, dan Tuhan benar-benar ada; sikap-Nya terhadap umat manusia berprinsip, sama sekali bukan serangkaian aturan dogmatis, dan itu bisa berubah. Niat-Nya terhadap umat manusia berubah secara bertahap dan bertransformasi seiring waktu, tergantung pada keadaan yang timbul, dan seiring dengan sikap setiap orang. Oleh karena itu, engkau perlu mengetahui dalam hatimu dengan sejernih-jernihnya bahwa esensi Tuhan tidak dapat berubah, dan bahwa watak-Nya akan muncul di waktu-waktu berbeda, dan dalam konteks berbeda. Engkau mungkin tidak berpikir bahwa ini hal yang serius, dan engkau mungkin menggunakan gagasan pribadimu sendiri untuk membayangkan bagaimana Tuhan seharusnya bertindak. Akan tetapi, ada kalanya ketika kebalikan total dari sudut pandangmu adalah yang benar, dan dengan menggunakan gagasan pribadimu sendiri untuk berusaha mengukur Tuhan, engkau sudah membuat-Nya marah. Ini karena Tuhan tidak bekerja dengan cara seperti yang engkau pikir dilakukan-Nya, maupun memperlakukan perkara ini seperti yang engkau katakan akan Dia lakukan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). Setelah membaca firman Tuhan aku mengerti bahwa Tuhan penyayang, tapi kasih Tuhan berprinsip. Bukan cinta buta, tanpa prinsip yang dimiliki manusia. Tuhan adalah Tuhan yang benar dan punya pendirian terhadap tindakan tiap orang. Tuhan mengasihi dan berbelas kasih pada pencinta kebenaran, meski ada pelanggaran. Tapi kepada orang jahat yang muak dan benci kebenaran, mengganggu pekerjaan Tuhan, Dia hukum dan usir mereka. Hanya karena Tuhan adalah kasih tak berarti Dia berbelas kasih dan toleran kepada penjahat, dan membiarkan mereka mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Aku tidak mengerti esensi Tuhan dan membatasi Tuhan sesuai pikiranku sendiri. Kupikir Tuhan mengasihi manusia, selama kita percaya, mengikut Tuhan dan berkorban untuk-Nya, sebanyak apa pun kita berbuat jahat, Dia harus tetap beri kita kesempatan untuk bertobat. Jadi waktu orangtuaku dikeluarkan, aku tak terima, aku berargumentasi dan menentang Tuhan. Sebelum orangtuaku dikeluarkan dari gereja, rumah Tuhan memberi mereka banyak kesempatan, tapi hal ini terjadi karena mereka tak pernah bertobat. Watak Tuhan benar dan kudus. Selama manusia mau bertobat atas pelanggaran dan kerusakan mereka, Tuhan sangat penyayang dan toleran. Tapi manusia seperti orangtuaku, yang sudah berbuat banyak kejahatan tanpa bertobat, bahkan menambah kejahatan, sebenarnya antikristus, orang jahat, Tuhan tak bisa terus tunjukkan belas kasih dan toleransi kepada orang seperti itu. Terutama Dia tak boleh lemah lembut terhadap mereka hanya karena mereka lama percaya dan banyak menderita.

Aku membaca firman Tuhan yang lain. "Orang-orang mengatakan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil, dan selama manusia mengikuti Dia sampai akhir, Dia pasti akan bersikap adil kepada manusia, sebab Dialah Yang Mahabenar. Jika manusia mengikuti Dia sampai akhir, bisakah Dia membuang manusia? Aku tidak memihak terhadap semua orang dan menghakimi semua orang dengan watak-Ku yang benar, tetapi ada beberapa syarat yang sesuai dengan persyaratan yang kutuntut dari manusia, dan apa yang Kutuntut itu harus dilaksanakan oleh semua orang, siapa pun mereka. Aku tidak peduli tentang kualifikasimu, atau sudah berapa lama engkau memilikinya; yang Kupedulikan hanyalah apakah engkau berjalan di jalan-Ku, dan apakah engkau mengasihi dan haus akan kebenaran. Jika engkau tidak memiliki kebenaran, dan justru mempermalukan nama-Ku, serta tidak bertindak sesuai dengan jalan-Ku, hanya mengikuti tanpa perhatian atau kepedulian, pada waktu itulah Aku akan memukul dan menghukum engkau karena kejahatanmu, dan apa jawabmu kemudian? Bisakah engkau berkata bahwa Tuhan itu tidak benar? Hari ini, jika engkau telah mematuhi firman yang Kusampaikan, engkau adalah jenis orang yang berkenan bagi-Ku. Engkau mengatakan bahwa engkau selalu menderita selama mengikut Tuhan, bahwa engkau telah mengikuti-Nya dalam segala keadaan, dan telah berbagi saat-saat suka dan duka bersama-Nya, tetapi engkau belum hidup dalam firman yang Tuhan sampaikan; engkau hanya ingin sibuk bagi Tuhan dan mengorbankan dirimu bagi Tuhan setiap hari, dan tidak pernah berpikir untuk hidup dalam kehidupan yang bermakna. Engkau juga berkata, 'Bagaimanapun juga, aku percaya bahwa Tuhan itu benar. Aku telah menderita bagi-Nya, sibuk bekerja bagi Dia, mempersembahkan diriku bagi Dia, dan aku telah bekerja keras meskipun tidak menerima penghargaan apa pun; Dia tentunya akan mengingat aku.' Memang benar bahwa Tuhan itu benar, tetapi kebenaran ini tidak ternoda oleh kecemaran apa pun. Kebenaran ini tidak mengandung kehendak manusia, dan tidak tercemar oleh daging, atau oleh transaksi manusia. Semua yang memberontak dan menentang, dan semua yang tidak mematuhi jalan-Nya, akan dihukum; tidak ada yang diampuni, dan tak seorang pun yang luput!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Kupelajari dari firman Tuhan bahwa kebenaran Tuhan tak seperti yang kukira, menerima sebesar yang kita korbankan. Tuhan tak perlu menolong mereka yang sibuk, berkorban, bekerja dan menderita. Bagi Tuhan tak ada istilah "Kerja keras patut dihargai." Tuhan tidak menentukan kesudahan seseorang berdasarkan besarnya penderitaan dan senioritas, dan Dia tidak melihat besarnya pengorbanan mereka yang dangkal. Kuncinya, apakah mereka mengejar kebenaran dan menerapkannya, bila watak hidup mereka sudah berubah. Jika tak pernah menerapkan firman Tuhan, meski sangat berpengalaman atau menderita, mereka tak akan mendapat pujian dari Tuhan. Mereka pantas dihukum Tuhan atas kejahatan yang telah diperbuat. Aku mengukur kebenaran Tuhan dengan pola berpikir untung-rugi. Kupikir orangtuaku sudah berkorban dan menderita sedikit banyak selama bertahun-tahun percaya, jadi sejahat apa pun perbuatan mereka, Tuhan harus beri kesempatan bertobat, bukan menyingkirkan mereka, itu tak adil terhadap mereka. Aku tak bisa membedakan salah dan benar. Aku berpikir Paulus berlari keliling Eropa menyebarkan Injil Tuhan. Berkali-kali ditangkap dan banyak menderita, tapi dalam pekerjaan dia selalu menyanjung diri dan bersaksi. Akhirnya, katanya dia hidup sebagai Kristus, dan mati adalah suatu keuntungan, dan akibatnya orang sangat memujanya selama dua ribu tahun. Dia mendapat tempat yang lebih tinggi daripada Tuhan Yesus di hati orang. Itu sebabnya dia menyinggung watak Tuhan dan dihukum oleh Tuhan. Dari sini kulihat Tuhan tak melihat tingkat usaha eksternal manusia, Tapi Dia mengganjar semua yang berbuat jahat dan yang menyinggung watak-Nya tanpa penyesalan, sesuai perbuatannya. Contohnya, orangtuaku menghabiskan banyak usaha dan mengorbankan diri, tapi semua itu mengganggu pekerjaan gereja dan menyabot kehidupan gereja yang layak, membahayakan hidup saudara-saudari dan merusak kepentingan gereja. Menyingkirkan mereka dari gereja adalah kebenaran Tuhan. Aku tidak mengerti kebenaran Tuhan, tetapi mengandalkan pola pikir transaksional bahwa kerja keras patut dihargai, berargumentasi dan ribut dengan Tuhan, hidup dalam keadaan negatif dan menentang Tuhan sekian lama. Aku sungguh pemberontak! Setelah sadar, aku merasa takut dan penuh penyesalan, dan berdoa, menangis, "Tuhan! Bertahun-tahun aku percaya kepada-Mu tanpa mengenal-Mu sama sekali. Kuukur kasih dan kebenaran-Mu dengan pikiran dan bayanganku sendiri, selalu menentang-Mu, berargumentasi dan cerewet pada-Mu. Tuhan, kini aku bisa melihat bahwa orangtuaku diusir adalah kebenaran-Mu." Aku merasa lebih dihukum lagi setelah berdoa.

Kemudian aku merenung, aku marah sekali soal orangtuaku dikeluarkan dari gereja karena perasaanku kepada mereka begitu kuat. Karenanya aku bergumul untuk menerima kabar tentang mereka dikeluarkan. Aku jadi memikirkan beberapa firman Tuhan: "Tuhan menciptakan dunia ini dan menghadirkan manusia, makhluk hidup yang ke dalam dirinya Dia anugerahkan kehidupan. Selanjutnya, manusia memiliki orang tua dan kerabat dan tidak sendirian lagi. Sejak pertama kali manusia melihat dunia lahiriah ini, dia telah ditakdirkan untuk berada dalam penentuan Tuhan dari semula. Napas kehidupan dari Tuhanlah yang menyokong setiap makhluk hidup sepanjang masa pertumbuhannya hingga dewasa. Selama proses ini, tak seorang pun merasa bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan Tuhan; melainkan, mereka meyakini bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan yang penuh kasih dari orang tuanya, dan bahwa naluri kehidupannya sendirilah yang mengatur proses pertumbuhannya. Anggapan ini ada karena manusia tidak memahami siapa yang menganugerahkan kehidupannya dan dari mana kehidupan itu berasal, apalagi cara naluri kehidupan menciptakan keajaiban. Manusia hanya tahu bahwa makanan adalah dasar keberlanjutan hidupnya, bahwa kegigihan adalah sumber keberadaannya, dan bahwa keyakinan dalam benaknya adalah modal yang menjadi sandaran kelangsungan hidupnya. Tentang kasih karunia dan perbekalan Tuhan, manusia sama sekali tidak menyadarinya, dan dengan demikian, manusia menyia-nyiakan kehidupan yang dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan .... Tak seorang pun di antara umat manusia yang dipelihara Tuhan siang dan malam mengambil inisiatif untuk menyembah-Nya. Tuhan hanya terus membentuk manusia tanpa mengharapkan apa pun darinya, sebagaimana yang telah direncanakan-Nya. Dia berbuat demikian dengan harapan bahwa, suatu hari, manusia akan terjaga dari mimpinya dan tiba-tiba memahami nilai dan makna kehidupan, harga yang Tuhan bayar untuk semua yang telah diberikan-Nya kepada manusia, dan perhatian penuh semangat yang dengannya Tuhan menantikan manusia berbalik kepada-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). "Semua orang tidak percaya tidak memercayai bahwa Tuhan itu ada, atau bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu, atau bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan. Bahkan ada orang-orang yang berkata, 'Hidup diberikan kepada manusia oleh orang tuanya, dan orang haruslah menghormati orang tua mereka.' Berasal dari manakah pemikiran atau pandangan seperti itu? Apakah itu berasal dari Iblis? Ribuan tahun budaya tradisional yang telah mendidik dan memperdaya orang dengan cara seperti ini menyebabkan mereka menolak penciptaan dan kedaulatan Tuhan. Tanpa tipu daya dan kekangan Iblis, manusia pasti menyelidiki pekerjaan Tuhan dan membaca firman-Nya, dan mereka akan tahu bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, bahwa hidup mereka diberikan oleh Tuhan; mereka akan tahu bahwa semua yang mereka miliki diberikan oleh Tuhan, dan bahwa kepada Tuhanlah mereka harus berterima kasih. Jika ada orang yang berbuat baik kepada kita, kita harus menerimanya dari Tuhan. Secara khusus, orang tua kita yang melahirkan dan membesarkan kita; semua ini sudah diatur oleh Tuhan. Tuhan mengendalikan segalanya; manusia hanyalah alat untuk melayani. Jika seseorang dapat mengesampingkan orang tuanya, atau suami (atau istri) dan anak-anaknya, untuk mengorbankan dirinya bagi Tuhan, maka orang itu akan lebih kuat dan memiliki rasa kebenaran yang lebih besar di hadapan-Nya" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Hanya dengan Mengenali Pandangannya yang Keliru Barulah Orang Dapat Benar-Benar Berubah). Melalui firman Tuhan aku sadar bahwa Tuhan adalah sumber hidup manusia, dan semua milik kita pemberian Tuhan. Kita ada hingga hari ini melalui pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Setiap orang yang baik hati dan menolong kita, harus kita anggap datang dari Tuhan. Aku tidak mengikuti firman Tuhan, hanya berpikir betapa baiknya orangtuaku kepadaku. Aku tak melihat aturan dan pengaturan Tuhan ada di balik semua perbuatan orangtuaku, bahwa pemeliharaan, perlindungan dan tuntunan Tuhan yang membawaku hingga hari ini. Aku tidak bersyukur atas pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, atau membalas kasih-Nya, tapi melawan dan mengkhianati Tuhan karena tak bisa mengesampingkan perasaanku terhadap orangtuaku, sampai aku tak sanggup melanjutkan jalan imanku. Makin kurenungkan, makin aku merasa tak punya hati nurani dan berhutang kepada Tuhan.

Kemudian kubaca lagi firman Tuhan yang lainnya. "Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapa lagi musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang tidak taat kepada Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman, tetapi tidak memiliki kebenaran? Bukankah mereka adalah orang-orang yang hanya berupaya untuk memperoleh berkat tetapi tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan? Engkau masih bergaul dengan setan-setan itu sekarang dan memiliki hati nurani dan kasih terhadap mereka, tetapi dalam hal ini, bukankah engkau sedang menawarkan niat baikmu kepada Iblis? Bukankah engkau sedang bersekutu dengan setan-setan? Jika orang pada zaman sekarang masih tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, dan terus secara membabi buta menjadi penuh kasih dan penyayang tanpa berniat mencari kehendak Tuhan atau mampu dengan cara apa pun menyimpan maksud-maksud Tuhan sebagai milik mereka, maka akhir hidup mereka akan menjadi lebih buruk. Siapa pun yang tidak percaya kepada Tuhan dalam daging adalah musuh Tuhan. Jika engkau dapat memiliki hati nurani dan kasih terhadap musuh, bukankah itu berarti engkau tidak memiliki rasa keadilan? Jika engkau sesuai dengan mereka yang Kubenci dan yang dengannya Aku tidak sependapat, dan tetap memiliki kasih dan perasaan pribadi terhadap mereka, bukankah itu berarti engkau tidak taat? Bukankah engkau sedang dengan sengaja menentang Tuhan? Apakah orang semacam itu memiliki kebenaran? Jika orang memiliki hati nurani terhadap musuh, kasih kepada setan-setan, dan belas kasihan kepada Iblis, bukankah itu berarti mereka dengan sengaja mengganggu pekerjaan Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Firman Tuhan tepat mengungkap keadaanku. Tuhan minta kita mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Dia benci. Mereka yang benci kebenaran dan menentang Tuhan pada dasarnya orang jahat yang tak disukai dan dibenci Tuhan, kita pun harus membenci mereka. Aku tak melihat esensi orangtuaku sesuai dengan firman Tuhan. Bagaimanapun mereka membahayakan pekerjaan gereja, kubela mereka, berargumentasi dengan Tuhan dan menentang-Nya. Aku bahkan kehilangan perasaan dalam tugas. Saat itu aku mengerti kenapa Tuhan berkata, "Emosi adalah musuh-Nya Tuhan " (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 28"). Aku sayang dan berbelas kasih terhadap penjahat karena terjebak perasaan, bahkan berharap Tuhan memberi mereka kesempatan bertobat lagi, membolehkan mereka tetap di gereja. Aku benar-benar bodoh! Apa pun yang diperbuat orang jahat, mereka tak akan sungguh bertobat. Hal itu ditentukan oleh esensi mereka. Membiarkan mereka di gereja berarti mengizinkan mereka terus berbuat jahat dan mengganggu pekerjaan gereja. Itu sama saja dengan memihak penjahat dan menentang Tuhan!

Ada lagi penggalan firman Tuhan yang kubaca yang sedikit memberi pencerahan. Firman Tuhan katakan: "Suatu hari, ketika engkau memahami sedikit kebenaran, engkau tidak akan lagi berpikir bahwa ibumu adalah orang yang terbaik, atau orang tuamu adalah orang yang terbaik. Engkau akan menyadari bahwa mereka pun adalah bagian dari umat manusia yang rusak, dan bahwa watak rusak mereka semuanya sama. Satu-satunya yang membedakan mereka adalah hubungan darah mereka secara jasmani dengan dirimu. Jika mereka tidak percaya kepada Tuhan, mereka sama saja dengan orang tidak percaya. Engkau tidak akan lagi memandang mereka dari sudut pandang anggota keluarga, atau dari sudut pandang hubungan darahmu, melainkan dari sisi kebenaran. Apa aspek utama yang harus kaulihat? Engkau harus melihat pandangan mereka tentang kepercayaan kepada Tuhan, pandangan mereka tentang dunia, pandangan mereka tentang penanganan masalah, dan yang terpenting, sikap mereka terhadap Tuhan. Jika engkau melihat aspek-aspek ini secara akurat, engkau akan mampu melihat dengan jelas apakah mereka orang baik atau orang jahat. Jika suatu hari engkau dapat melihat dengan jelas bahwa mereka sama seperti dirimu, bahwa mereka adalah orang-orang dengan watak yang rusak, dan terlebih lagi, bahwa mereka bukanlah orang-orang baik hati yang memiliki kasih sejati terhadapmu seperti yang kaubayangkan, dan bahwa mereka sama sekali tidak mampu menuntunmu kepada kebenaran atau ke jalan yang benar dalam hidup, dan jika engkau dapat melihat dengan jelas bahwa apa yang telah mereka lakukan untukmu tidak memberikan manfaat yang besar bagimu, dan tidak bermakna apa pun bagimu untuk menempuh jalan yang benar dalam hidup, dan jika engkau juga mendapati bahwa banyak dari penerapan dan pendapat mereka bertentangan dengan kebenaran, bahwa semuanya itu berasal dari daging, dan ini membuatmu memandang rendah mereka, dan merasa jijik dan benci terhadap mereka, maka mengingat faktor-faktor ini, engkau akan mampu memperlakukan mereka dengan benar di dalam hatimu, dan engkau tidak akan lagi merindukan, mengkhawatirkan, dan tak mampu berpisah dari mereka. Mereka telah menyelesaikan tugas mereka sebagai orang tua, dan engkau tidak akan lagi memperlakukan mereka sebagai orang terdekatmu atau memuja mereka. Sebaliknya, engkau akan memperlakukan mereka sebagai orang biasa, dan pada waktu itulah engkau akan sepenuhnya melepaskan diri dari belenggu emosi dan benar-benar keluar dari emosi dan kasih sayang keluargamu" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Hanya Menyelesaikan Watak Rusak yang Dapat Membawa Transformasi Sejati). Aku sangat terharu membacanya. Karena perasaanku terhadap orangtuaku sangat kuat, aku hanya melihat betapa baik mereka padaku, tidak sikap mereka terhadap kebenaran dan Tuhan. Aku tak bisa jelas melihat esensi atau jalan hidup mereka. Karenanya aku tak bisa mendekati hal pengusiran mereka dengan pantas, terjebak dalam perasaan, berargumentasi dengan Tuhan, sedih dan melawan selama dua tahun lebih. Hidupku rusak parah dan aku melakukan pelanggaran. Penyiraman dan pemeliharaan firman Tuhan yang berangsur menyadarkan hatiku yang keras, suka memberontak dan menghapus pikiran dan kesalahpahamanku akan Tuhan. Kini aku merasa jauh lebih bebas dan punya tenaga untuk tugas. Syukur atas penyelamatan Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Rekan Sekerja Bukanlah Rival

Oleh Saudari Ou Zhen, Myanmar Tak lama setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku mulai berlatih menyiram petobat baru. Karena...