Baru Sekarang Aku Mengerti Apa Arti Jalan Masuk Kehidupan

13 September 2019

Oleh Saudari Yulu, Portugal

Awal tahun 2017, aku memenuhi tugas kepemimpinan di gereja. Setelah pelatihan selama jangka waktu tertentu, beberapa saudara-saudari memberiku saran: mereka mengatakan bahwa aku memiliki sangat sedikit pemahaman tentang keadaan dan kesulitan mereka, dan belum melakukan pekerjaan nyata apa pun. Untuk memperbaiki penyimpangan ini, aku bersiap melakukan serangkaian tindak lanjut agar aku dapat memahami keadaan semua saudara-saudari di gereja. Untuk mencapai tujuan ini, aku bolak-balik ke gereja setiap hari, menyibukkan diriku bersekutu dengan saudara-saudari serta menawarkan dukungan dan bantuan. Ketika mereka mengalami sedikit perubahan dalam keadaan mereka dan memiliki penyelesaian bagi kesulitan mereka, aku menyimpulkan bahwa aku memang mampu melakukan sedikit pekerjaan nyata, dan merasa cukup puas. Alangkah terkejutnya aku, ketika suatu hari pemimpin tim penyiraman berkata kepadaku, "Selama pertemuan hari ini, setelah memperoleh pemahaman tentang keadaan kita, kepemimpinan tingkat atas mengatakan bahwa kita baru-baru ini hanya sibuk terus dengan pekerjaan dan bukan dengan jalan masuk kehidupan..." Mendengar ini, aku merasa sangat terkejut, dan berpikir, "Kupikir saudara-saudari telah menyampaikan tentang keadaan mereka selama pertemuan dan memperoleh sedikit pengetahuan tentang diri mereka sendiri, jadi bagaimana bisa dikatakan bahwa mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan? Jika seorang pun di antara mereka belum mencapai jalan masuk kehidupan, dan aku bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, bukankah ini berarti aku pun belum mencapai jalan masuk kehidupan?" Aku merasakan pertentangan dan tidak mampu menerima petunjuk atasanku.

Beberapa hari kemudian, saudari Li mendekatiku setelah pertemuan dan berkata dengan nada suram, "Setelah mendengarkan persekutuanmu hari ini, aku tidak merasakan kegembiraan. Saat menyampaikannya, engkau menyebutkan bahwa para pemimpin tingkat atas telah mengatakan bahwa saudara-saudari dari tim penyiraman rohani belum mencapai jalan masuk kehidupan─lalu bagaimana engkau mengetahui tentang hal ini? Sudahkah engkau memperhatikan jalan masuk kehidupanmu sendiri akhir-akhir ini? Engkau seharusnya meluangkan waktu untuk merenungkan keadaan dirimu sendiri." Perkataan saudari itu bagaikan sebaskom air es diguyurkan ke seluruh tubuhku. Merasa terlalu kewalahan menerima perkataannya, aku berpikir dalam hati, "Aku mengadakan pertemuan dan persekutuan dengan saudara-saudariku setiap hari, dan apa pun keadaan mereka, aku mampu memberikan bantuan dan dukunganku. Saat menyampaikan firman Tuhan, aku juga memasukkan dan berbicara tentang pengalaman pribadiku, jadi bagaimana engkau bisa katakan bahwa aku belum mencapai jalan masuk kehidupan? Dapatkah engkau benar-benar mengetahui apakah aku sudah mencapainya atau belum? Engkau meminta terlalu banyak dariku. Menurut pendapatku, ketika engkau bersekutu, engkau bahkan tidak memiliki kedalaman pemahaman seperti yang kumiliki; jika aku menuruti tuntutanmu, aku tidak tahu bagaimana aku akan bersekutu." Perkataan saudari itu melekat di benakku, dan semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa marah. Aku bahkan tidak mau lagi melihat saudari Li. Pagi berikutnya, rekanku, saudari Wang, mengatakan kepadaku, "Kemarin sore, saudari Zhang juga menanyakan kepadaku apakah baru-baru ini kita hanya berfokus untuk melakukan pekerjaan dan bukan untuk mencapai jalan masuk kehidupan." Mendengar ini, aku merasa sangat sedih. Aku berpikir, "Bagaimana mungkin saudari Zhang juga mengatakan hal ini? Aku sering mengadakan pertemuan bersamanya, dan aku selalu memasukkan pengalamanku sendiri ke dalam persekutuanku, dan ia telah mendengar aku melakukannya─jadi bagaimana ia bisa mengatakan bahwa aku belum memiliki jalan masuk kehidupan? Sekarang dua saudari telah mengatakan hal yang sama; mungkinkah itu karena aku benar-benar belum mencapai jalan masuk kehidupan? Jika demikian, bagaimana aku dapat menyirami saudara-saudariku? Apakah aku tidak mampu melaksanakan tugas ini?" Saat itu aku seperti bola karet yang kempes; aku merasa benar-benar putus asa. Di tengah penderitaanku, aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan Yang Mahakuasa! Hatiku terasa sangat sedih saat ini. Aku tidak tahu bagaimana mengalami lingkungan ini, aku juga tidak tahu pelajaran apa yang harus kuambil. Tuhan! Kumohon Engkau membimbingku; buatlah aku mengerti kehendak-Mu…"

Setelah berdoa, aku memikirkan satu bagian dalam persekutuan, "Kehendak Tuhan itu sangat sederhana. Kehendak Tuhan adalah menggunakan segala macam lingkungan, segala macam saudara-saudari, dan segala macam masalah untuk mengujimu, membuatmu menghadapi rintangan, membuatmu menjalani pemurnian dan kemudian membuatmu memahami dirimu sendiri. Pada akhirnya, engkau akan sungguh-sungguh mengenal dirimu sendiri dan melihat bahwa engkau sama sekali bukan apa-apa, lalu dengan gembira menerima kebenaran, menerima ditangani dan dipangkas, serta menaati firman Tuhan untuk masuk ke jalur yang benar dalam imanmu. Inilah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan sama sekali bukan menggunakan lingkungan untuk membuatmu jatuh dan tidak mampu bangun lagi, lalu membiarkanmu mati. Itu bukanlah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah membuatmu sepenuhnya memahami dirimu sendiri, kemudian dengan cepat menarik dirimu sendiri untuk bangkit dan mengejar kebenaran. Ini karena manusia bersandar kepada Tuhan dan mengejar kebenaran hanya ketika mereka sedang berputus asa. … Apakah alasan menempa dan memangkasmu adalah untuk membuatmu terbaring ataukah membuatmu lebih layak untuk dipakai? Apakah mengungkapkan dirimu yang kurang memiliki kebenaran dan kenyataan dilakukan untuk menghakimi dan menghukummu, ataukah untuk membuatmu berdiri teguh dan memperlengkapi dirimu dengan kebenaran dan pengejaran akan kebenaran? Jika engkau merenungkan hal ini berulang-ulang, tidakkah engkau akan memahami kehendak Tuhan?" (Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan). Setelah merenungkan khotbah ini, aku tiba-tiba menyadari bahwa orang-orang, peristiwa dan berbagai hal yang telah kutemui satu demi satu baru-baru ini sebenarnya muncul karena Tuhan sedang memangkas dan menanganiku; semua itu adalah watak benar-Nya, yang terwujud dalam diriku, dan di dalamnya terdapat maksud-maksud baik Tuhan. Kehendak-Nya bukan untuk membuatku mundur dalam kenegatifan, juga bukan untuk membuatku berada dalam keadaan memperdebatkan yang benar dan yang salah; sebaliknya, kehendak-Nya adalah membawaku ke hadapan-Nya dalam perenungan diri sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri, berfokus mengejar kebenaran, dan berusaha keras mencapai perubahan dalam watakku. Namun, selama dipangkas dan ditangani, aku malah menolak untuk merenungkan diriku sendiri ataupun mencari kebenaran. Hatiku telah dipenuhi dengan pertentangan dan ketidaktaatan, dan aku bahkan berpikir bahwa tujuan dari keadaanku yang didorong ke dalam lingkungan semacam itu adalah untuk mengungkapkan bahwa aku tidak sesuai untuk memenuhi tugas semacam ini, dan karenanya aku pun hidup dalam keadaaan kepasifan yang negatif. Aku sungguh-sungguh kebal terhadap nasihat! Aku berpikir tentang bagaimana, selama beberapa hari terakhir ini, beberapa saudari mengatakan kepadaku bahwa aku belum mencapai jalan masuk kehidupan, dan menyadari bahwa Tuhan telah memakai mereka untuk mengingatkanku bahwa aku harus tenang dan dengan rajin merenungkan diriku sendiri untuk mencari tahu apa masalahku, mengapa saudari- saudari mengatakan bahwa aku belum mencapai jalan masuk ke dalam kehidupan. dan yang terutama apa sebenarnya yang dimaksud dengan jalan masuk kehidupan.

Kemudian, aku membaca yang berikut ini dari persekutuan tentang "Apa yang Dimaksud dengan Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan dan Jalan untuk Masuk ke Dalam Kehidupan": "Jalan masuk ke dalam kehidupan mengacu pada masuk ke dalam kebenaran dan ke dalam firman Tuhan, juga mengacu pada pemahaman akan kebenaran tentang kerusakan manusia dan esensi kerusakan mereka, sehingga mereka kemudian mampu menerima kebenaran, menerima firman Tuhan, dan menjadikan semua itu hidup mereka. Hanya apa pun yang relevan dengan pengalaman semacam ini yang merupakan jalan masuk ke dalam kehidupan." "Jalan masuk ke dalam kehidupan mengacu pada masuk ke dalam kebenaran. Masuk ke dalam kebenaran didasarkan pada orang-orang mengalami firman Tuhan dan mencapai pemahaman tentang kebenaran." "Jika kita memiliki pengetahuan yang benar tentang Tuhan, itu membuktikan bahwa kita memiliki jalan masuk yang benar ke dalam firman-Nya. Jika kita memiliki pengetahuan yang benar tentang esensi kerusakan kita sendiri dan kebenaran mengenai kerusakan kita sendiri, itu juga membuktikan bahwa kita memiliki jalan masuk yang benar ke dalam firman Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh taat pada pekerjaan Tuhan, kenyataan-Nya, dan esensi-Nya, jika kita sungguh-sungguh memuaskan semua tuntutan-Nya, itu juga membuktikan bahwa kita memiliki jalan masuk yang benar ke dalam firman-Nya. Sejauh ada jalan masuk yang benar yang berdasarkan pada firman-Nya, yakni jalan masuk yang benar ke dalam kebenaran dan hasil-hasil yang harus diraih telah tercapai, ini berarti kita memiliki kenyataan jalan masuk ke dalam kehidupan." (Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan). Kata-kata ini serta-merta memberiku wawasan: ternyata, jalan masuk kehidupan mengacu pada orang mengalamifirman Tuhan dan memperoleh pemahaman tentang kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Dengan kata lain, itu berarti ketika mengalami pekerjaan Tuhan, mereka dapat menerapkan firman-Nya, dan secara bertahap memahami kebenaran sampai mereka telah memperoleh pengetahuan tentang watak Tuhan dan pekerjaan-Nya, juga pengetahuan yang nyata tentang natur mereka sendiri yang rusak dan esensi serta wajah sebenarnya dari kerusakan mereka. Itu berarti mereka dapat membenci diri sendiri, berpaling dari niat mereka sendiri yang salah, dan natur Iblis dalam diri mereka, dan menerapkan kebenaran, tunduk kepada Tuhan dan memuaskan Dia sesuai dengan kehendak dan tuntutan-Nya. Hanya dengan cara ini mereka dapat dianggap benar-benar telah mencapai jalan masuk kehidupan. Membandingkan diriku sendiri dengan keadaan serta penyampaian ini, aku tidak dapat melakukan apa pun selain merenungkan keadaanku baru-baru ini: sejak saudara-saudari memberiku anjuran bahwa aku tidak menanggung beban tugasku dan tidak memberi perhatian untuk memecahkan masalah mereka, agar mereka tidak mengatakan hal-hal semacam itu tentang diriku, aku telah menyibukkan diri dengan menindaklanjuti keadaan saudara-saudariku dan bahkan menggunakan waktu yang disediakan untuk melakukan devosi rohani untuk mencari bagian-bagian firman Tuhan yang dapat memecahkan masalah mereka. Meskipun demikian, sangat jarang aku sendiri menenangkan diriku dan merenungkan firman Tuhan, atau mencari kebenaran dan kehendak Tuhan dalam perkataan-perkataan tersebut. Dalam memenuhi tugasku, aku sama sekali tidak memperhatikan pemikiran dan gagasanku sendiri, aku juga tidak merenungkan diriku untuk menemukan watak rusak mana yang telah kuungkapkan dan kebenaran apa yang perlu kumasuki, apalagi memperhatikan apakah jalan yang telah kutempuh itu benar atau salah. Setiap kali aku bersekutu dalam pertemuan bersama mereka, aku sekadar mencomot firman Tuhan dan menyampaikannya kepada saudara-saudariku agar mereka dapat pergi dan menerapkan kebenaran, namun aku sendiri tidak mengambil kesempatan ini untuk merenungkan diriku atau masuk ke dalam firman Tuhan bersama mereka. Terkadang, setelah beberapa watak rusakku terungkap, aku hanya mencocokkannya dengan firman Tuhan atau mencari beberapa bagian firman Tuhan yang mendorong dan menghibur untuk kubaca. Ini telah memuaskan ketidaknyamanan yang kurasakan di hatiku, tetapi jarang sekali aku merenungkan atau menganalisis diriku sendiri sesuai dengan perkataan Tuhan untuk mengetahui esensiku yang rusak. Akibatnya, aku tidak membenci diriku, dan selanjutnya tidak berfokus untuk melakukan kebenaran. Ketika menghadapi lebih lanjut lingkungan yang seperti itu, aku kembali menunjukkan kerusakan yang sama. Mengingat bahwa semua indikasi ini jelas ada dalam diriku, bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku telah mencapai jalan masuk kehidupan? Demi reputasi dan status, aku telah melakukan yang terbaik untuk mengabdikan diriku pada pekerjaan, tetapi tidak menganggap penting untuk merenungkannya ketika kami biasanya makan dan minum firman Tuhan. Aku hanya memuaskan diriku dengan pengetahuan doktrinal, tetapi belum benar-benar memahami kehendak dan tuntutan-Nya serta hasil-hasil apa yang ingin dicapai-Nya dengan firman yang Dia ucapkan. Aku benar-benar tidak memahami kebenaran, apalagi memiliki kesaksian tentang melakukan firman Tuhan. Aku benar-benar tidak memiliki pengalaman nyata, dan sama sekali belum mencapai jalan masuk kehidupan! Setelah memikirkan lebih jauh tentang bagaimana aku baru-baru ini telah dipangkas dan ditangani oleh para pemimpin tingkat atas dan saudara-saudariku, aku melihat bahwa aku telah terungkap sebagai seorang yang bertentangan, tidak taat dan argumentatif. Jika aku telah benar-benar mencapai jalan masuk kehidupan, selama dipangkas dan ditangani, aku akan mampu mencari kebenaran dan merenungkan tentang diriku sendiri, tetapi tanpa mendapati diriku yang hidup dalam kenegatifan dan perlawanan. Baru sekarang aku sepenuhnya yakin bahwa aku benar-benar belum mencapai jalan masuk kehidupan, dan dalam persekutuanku dengan saudara-saudari, aku hanya berbicara banyak hal muluk tentang firman dan doktrin. Seperti kata pepatah, "Tindakan para jenderal memengaruhi tindakan prajurit mereka." Karena aku sendiri belum mencapai jalan masuk kehidupan, bagaimana aku dapat membawa saudara-saudari masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan? Bukankah caraku bekerja ini bertanggung jawab menjebak dan menghancurkan saudara-saudariku? Kesadaran ini membuatku merasa agak takut. Untunglah, Tuhan telah memakai saudari-saudari itu untuk mengingatkanku tepat pada waktunya untuk merenungkan diri sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri; jika tidak, aku akan terus hanya berfokus pada pekerjaan dan tugas lahiriah, tetapi aku sendiri tidak akan masuk ke dalam kehidupan, dan pada akhirnya tidak akan terjadi sedikit pun perubahan dalam watak hidupku─dan aku hanya akan diungkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku bersyukur kepada Tuhan atas bimbingan-Nya! Pengaturan Tuhan atas orang-orang, peristiwa dan berbagai hal seperti itu sungguh sangat indah, dan tepat seperti yang aku butuhkan. Hanya dengan cara dipangkas dan ditangani seperti itu, aku jadi mengerti apa yang sebenarnya dimaksud dengan jalan masuk kehidupan, dan memperoleh sedikit pengetahuan tentang keadaanku yang sebenarnya. Aku melihat bahwa dengan tidak mengejar kebenaran, juga tidak menaruh perhatian pada jalan masuk kehidupan, aku akan terus berpegang pada imanku itu sampai pada akhirnya aku berakhir dalam kegagalan.

Setelah itu, aku secara sadar berfokus pada jalan masukku sendiri. Setiap hari selama devosi rohaniku, aku melatih diriku untuk dengan sungguh-sungguh berusaha merenungkan firman Tuhan dan menaruh perhatian pada mencari kebenaran di dalamnya, juga menerapkannya dalam kehidupan nyata. Di antara orang-orang, peristiwa dan hal-hal yang kutemui, aku berfokus memahami pemikiran dan gagasanku sendiri, merenungkan niat dan ketidakmurnianku dalam memenuhi tugasku, membedah natur dan esensiku, dan mencari jalan dari firman Tuhan untuk diterapkan dan memasuki kehidupan. Ketika memecahkan masalah saudara-saudariku, aku tidak lagi sekadar bersekutu untuk menyelesaikan keadaan mereka; aku berfokus merenungkan dan mengenal diriku sendiri untuk mencari tahu apakah aku pun menghadapi masalah yang sama, sehingga aku bisa memperoleh jalan masuk bersama saudara-saudariku. Setelah beberapa saat melakukan hal ini, aku merasa hubunganku dengan Tuhan jauh lebih dekat, dan aku memperoleh sedikit pengalaman dan pengetahuan akan firman-Nya. Aku juga memperoleh beberapa hasil dalam pekerjaanku di gereja. Belakangan, aku melihat dari persekutuan saudara-saudariku bahwa ketika menghadapi masalah, mereka semua telah mulai merenungkan niat dan ketidakmurnian mereka sendiri dan menganalisis natur dan esensi mereka sendiri. Mereka pun mampu untuk masuk ke dalam beberapa bagian firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Setelah peristiwa dipangkas dan ditangani ini, aku telah memperoleh sedikit pengetahuan nyata tentang apa yang dimaksud dengan jalan masuk kehidupan, dan telah melihat kekuranganku sendiri dengan sedikit lebih jelas. Dalam memenuhi tugasku, aku mulai memperhatikan jalan masukku sendiri dan merasakan betapa manisnya mengejar kebenaran dan menerapkannya. Semua ini adalah hasil pekerjaan Tuhan dalam diriku. Syukur kepada Tuhan! Mulai sekarang, dalam segala sesuatu yang kualami, aku berharap untuk selalu setia dan realistis dalam pengejaranku akan kebenaran, dan berusaha mencapai perubahan dalam watakku dengan segera pada suatu hari nanti.

Selanjutnya: Kekayaan Hidup

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pekerjaan Tuhan Begitu Bijaksana

Shiji Kota Ma’anshan, Provinsi Anhui Selama saya bekerja sebagai pemimpin di gereja, pimpinan saya sering berbagi contoh tentang kegagalan...