Alasan di Balik Kesibukanku
Aku adalah pemimpin tim penyiraman di gereja. Kupikir siapa pun yang ingin menjadi pemimpin tim yang memenuhi syarat dan kompeten harus...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada Oktober 2020, aku terpilih untuk mengawasi pekerjaan video bersama Wang Li, yang pernah bekerja bersamaku sebelumnya. Aku tahu dia agak disibukkan dengan reputasi dan statusnya, dan dia selalu bertengkar dengan siapa pun yang menyinggung dirinya. Namun, aku cukup rukun dengannya, tanpa ada konflik besar di antara kami. Kemudian, aku mendapati dia mulai berprasangka terhadap salah seorang saudari dari kelompok, yang bernama Xin Cheng. Ketika Wang Li mulai memberitahuku tentang keadaan setiap orang di kelompok, dia berkata dengan nada merendahkan, "Xin Cheng tidak memiliki kemanusiaan yang baik dan sangat congkak. Ketika aku memberinya saran, dia bukan saja menolak untuk menerimanya, dia malah mulai membicarakan masalahku. Dia tidak berperan positif dalam tim. Aku telah menulis surat kepada pemimpin melaporkan masalah dirinya dan mengumpulkan penilaian dari orang lain, kita harus bersiap-siap untuk memberhentikan dirinya." Aku membaca penilaian tersebut, dan kebanyakan saudara-saudari mengatakan Xin Cheng berbakat dalam tugasnya dan memiliki kualitas yang baik, tetapi wataknya sedikit congkak. Mereka mengatakan terkadang dia bersikeras pada pendapatnya sendiri ketika mereka mendiskusikan pekerjaan, tetapi jika kau menyampaikan persekutuan kepadanya dengan jelas, dia mampu menerimanya. Secara keseluruhan, dia masih bisa dibina. Kupikir, "Penilaian Wang Li tentangnya tidak objektif atau adil, dan Xin Cheng tidak boleh diberhentikan begitu saja karena hal ini. Apakah Xin Cheng pernah membantah ide-ide Wang Li dengan cara yang membuatnya malu, sehingga Wang Li menjadi berprasangka terhadapnya dan ingin dia diberhentikan? Jika demikian, Wang Li seharusnya merenungkan dirinya sendiri." Dengan pemikiran ini, aku ingin menunjukkan masalah ini kepadanya, tetapi kemudian kupikir, "Dia sangat peduli dengan reputasinya—akankah dia membenciku setelah aku melakukannya? Bagaimana kami bisa rukun jika hubungan kami memburuk?" Jadi, aku berkata kepadanya dengan hati-hati, "Xin Cheng adalah orang percaya baru, dan dia sedikit keras kepala, tetapi masalah dirinya tidak cukup serius untuk memberhentikannya. Mari kita bantu dia melalui persekutuan." Mendengar ini, ekspresi Wang Li berubah drastis, dan dia berkata dengan kesal, "Masalah Xin Cheng bukanlah bahwa dia keras kepala, masalahnya dia memiliki watak buruk. Dahulu pikiranku sama sepertimu, tetapi sekarang aku mampu membedakan banyak hal dengan lebih jelas. Bantu dia jika kau mau. Kau bisa bertanggung jawab atas pekerjaannya mulai dari sekarang." Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa mendengar perkataannya. Kupikir, "Aku baru saja bergabung dengan tim dan belum terbiasa dengan banyak hal. Wang Li melemparkan tanggung jawabnya kepadaku, dan ini bisa menunda pekerjaan kami. Itu sangat tidak bertanggung jawab." Aku masih ingin mengemukakan pendapatku kepadanya, tetapi melihat sikapnya yang sangat dingin, aku takut konflik yang berlanjut akan mengganggu hubungan kami, jadi aku tutup mulut.
Beberapa hari kemudian, kami sedang bersiap untuk pindah lokasi karena kebutuhan pekerjaan kami. Tiba-tiba Wang Li berkata kepadaku, "Jangan ajak Xin Cheng kali ini. Dia harus tinggal di sini dan merenungkan dirinya." Aku sangat terkejut. Apa bedanya menyuruhnya tinggal di sini dengan memberhentikannya? Melakukan ini akan menunda pekerjaan kami dan itu tidak adil baginya. Aku merasa khawatir ketika kulihat Wang Li bertindak berdasarkan watak rusaknya, dan aku ingin menyingkapkan dirinya karena menyalahgunakan kekuasaannya untuk mengucilkan dan menindas Xin Cheng. Namun, aku teringat bagaimana dia sangat menentang dan bersikap buruk terhadapku ketika kami mendiskusikan Xin Cheng hari itu, jadi jika aku menganalisis dan menyingkapkan esensi dari tindakannya secara langsung kepadanya, dia mungkin mengatakan aku melindungi Xin Cheng dan mempersulitkan dirinya. Jika hal itu merusak hubungan kami dan dia membenciku dan mengabaikanku, bagaimana mungkin kami bisa bekerja sama? Aku ragu-ragu, dan memutuskan tutup mulut. Kupikir, "Lupakan saja. Aku tidak seharusnya menyingkapkan dirinya secara langsung. Akan kulupakan saja hal ini." Jadi, dengan tergagap aku berkata, "Pemimpin belum mengonfirmasi perubahan apa pun pada tugasnya. Apakah pantas bagi kita untuk meninggalkannya di sini? Bukankah seharusnya kita menunggu persetujuan pemimpin sebelum memberhentikannya? Biarkan dia ikut dengan kita. Itu juga akan memudahkan kita menindaklanjuti pekerjaan." Wang Li tidak bersikeras lagi setelah aku mengatakan hal itu. Aku tahu aku belum dengan jelas menangani masalah dirinya, dan dia akan terus mengincar Xin Cheng. Aku merasa bersalah tentang hal itu, tetapi kemudian kupikir, "Karena kami rekan sekerja, aku akan selalu mengawasinya dengan ketat dan menghindarkannya melakukan kesalahan besar." Setelah itu, dia dengan sengaja terus mengucilkan Xin Cheng. Suatu ketika, ada kesempatan pelatihan profesional, dan Xin Cheng adalah orang yang cepat belajar, jadi pilihan terbaik adalah mengirimnya ke pelatihan, lalu menyuruhnya mengajar yang lain ketika dia kembali. Namun, Wang Li bersikeras untuk mengirim saudari lain, yang tidak mengetahui bidang pekerjaan kami dengan baik. Aku juga mengetahui dari yang lain bahwa Xin Cheng telah beberapa kali mengungkapkan pandangan yang bertentangan dengan pandangan Wang Li, dan semua orang merasa gagasan Xin Cheng lebih baik, tetapi Wang Li menolak menerimanya, dan bersikeras agar Xin Cheng mendengarkan dirinya. Setelah Xin Cheng menyingkapkan masalah Wang Li dalam sebuah pertemuan, Wang Li menjadi marah dan mengabaikan dia. Ketika Wang Li melihat bahwa Xin Cheng menghadapi masalah dalam tugasnya, dia tidak membantunya untuk menyelesaikan masalah itu, membuat Xin Cheng tidak memiliki jalan untuk diikuti dalam pekerjaannya, membuat banyak hal menjadi sulit baginya. Aku merasa sangat tidak nyaman ketika mengetahui tentang semua ini. Wang Li selalu berprasangka, mengucilkan, dan menindas Xin Cheng. Ini menjadi masalah yang sangat serius. Ini sudah mulai mengganggu dan menghambat pekerjaan. Aku tahu aku harus berbicara kepada Wang Li. Hari itu, aku mengumpulkan keberanian dan berkata, "Kau belum melepaskan prasangkamu terhadap Xin Cheng, bukan? Xin Cheng pandai mempelajari teknik-teknik baru. Dengan tidak mengizinkannya pergi, kau sedang berprasangka terhadapnya." Saat aku mengatakan hal ini, ekspresi wajahnya terlihat kesal dan berkata dengan marah, "Aku telah melepaskan prasangkaku terhadapnya, tetapi sekarang aku memiliki prasangka terhadapmu. Proyek yang menjadi tanggung jawab Xin Cheng tidak mencapai apa pun, dan itu adalah masalah dia. Dari dulu sudah kukatakan kepadamu untuk memberhentikan dia, tetapi kau tidak setuju." Aku sadar bahwa Wang Li tidak mengenal dirinya sendiri. Sebagai pengawas, dia tidak merenungkan dirinya sendiri ketika pekerjaan tidak berjalan dengan baik, dan dia begitu saja melalaikan tanggung jawabnya. Aku sangat marah, dan benar-benar ingin menyingkapkan esensi dari tindakannya secara langsung. Namun, melihat betapa menentangnya dia, aku menahan diri. Aku merasa agak terkekang. Kupikir, "Aku hanya mengatakan sedikit perkataan kebenaran kepadanya, tetapi pendapatnya sudah sedemikian keras terhadapku. Jika aku benar-benar menyingkapkan semua masalahnya, dia pasti akan sangat marah. Itu pasti akan merusak hubungan kami. Lebih baik diam, lagi pula, aku telah sedikit menasihatinya. Karena dia tidak mau menerimanya, kuputuskan untuk diam." Setelah itu, karena ada beberapa pekerjaan yang diatur ulang, aku terutama bertanggung jawab atas pekerjaan lain dan lebih jarang bertemu Wang Li.
Di luar dugaan, sekitar tiga minggu kemudian, pekerjaan Wang Li belum juga membuahkan hasil, dan anggota tim merasa lemah dan tawar hati. Mereka melaporkan bahwa ketika Wang Li melihat tugas mereka tidak berjalan dengan baik, dia hanya menegur mereka, tetapi tidak bersekutu dengan mereka ataupun membimbing mereka. Mereka semua merasa dikekang olehnya, dan menjadi sangat negatif sehingga tak tahu bagaimana melakukan tugas mereka. Mereka juga berkata dia tidak membimbing pekerjaan Xin Cheng selama berbulan-bulan. Air mata menggenang di mata mereka semua saat mengatakan hal ini kepadaku. Aku tidak bisa lagi tenang. Aku telah sejak lama tahu masalah Wang Li, tetapi aku tidak menunjukkan natur masalah ini kepadanya. Dia tidak memahami watak rusaknya sendiri, dan dia terus mengucilkan orang karena prasangkanya dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain, sampai pekerjaan tim hampir terhenti. Aku merasa sangat bersalah. Sesampainya di rumah, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang menyingkapkan antikristus: "Di luarnya, perkataan antikristus terdengar sangat baik, beradab, dan terhormat. Siapa pun yang melanggar prinsip atau mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, antikristus tidak menyingkapkan atau mengkritik orang-orang itu, mereka berpura-pura tidak melihat, membiarkan orang berpikir bahwa mereka murah hati dalam segala hal. Kerusakan apa yang disingkapkan orang dan perbuatan jahat apa yang orang lakukan, antikristus memaklumi dan bersikap toleran. Mereka tidak menjadi marah, atau meledak dalam kemarahan, mereka tidak akan gusar dan menyalahkan orang ketika mereka melakukan sesuatu yang salah dan merugikan kepentingan rumah Tuhan. Siapa pun yang melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja, mereka tidak mengindahkannya, seolah-olah ini tidak ada kaitannya dengan mereka, dan mereka tidak akan pernah menyinggung orang karena hal itu. Apa yang paling antikristus pedulikan? Mereka paling memedulikan berapa banyak orang yang mengagumi mereka, dan berapa banyak orang yang melihat mereka ketika mereka menderita, dan memuji mereka karenanya. Antikristus yakin bahwa penderitaan tidak boleh sia-sia; seberat apa pun kesukaran yang mereka tanggung, berapa pun harga yang harus mereka bayar, perbuatan baik apa pun yang mereka lakukan, betapa pun peduli, perhatian, dan penuh kasihnya mereka terhadap orang lain, semua ini harus dilakukan di depan orang lain, agar ada lebih banyak orang yang melihatnya. Dan apa tujuan mereka bertindak demikian? Untuk memenangkan hati orang-orang, agar lebih banyak orang menyetujui tindakan mereka, perilaku mereka, dan karakter mereka dari dalam hati orang-orang, serta mendapat acungan jempol. Bahkan ada antikristus yang berusaha membangun citra diri mereka sebagai 'orang yang baik' melalui perilaku baik mereka secara lahiriah, sehingga akan ada lebih banyak orang yang datang kepada mereka untuk mencari pertolongan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Sepuluh)). Antikristus tidak akan turun tangan ketika mereka melihat orang mengganggu pekerjaan gereja, agar mereka dapat membangun citra diri yang baik di antara orang-orang—mereka sangat egois dan hina. Saat memikirkan kembali perilakuku sendiri, aku sadar bahwa aku bertindak sama seperti antikristus. Gereja mengatur agar aku bekerja bersama Wang Li, agar kami dapat melengkapi kelemahan satu sama lain, saling mengawasi, dan melindungi pekerjaan gereja bersama-sama. Namun, untuk melindungi hubungan "harmonis" ku dengan Wang Li, dan untuk mempertahankan citraku sebagai "orang baik", aku tidak berani menyingkapkan perlakuannya yang mengucilkan dan menindas Xin Cheng. Aku tahu bahwa caranya memperlakukan orang lain adalah berdasarkan watak rusak dirinya, dan itu memengaruhi pekerjaan, tetapi aku tidak berpegang pada prinsip kebenaran, tidak menghentikan ataupun melaporkannya kepada pemimpin. Aku takut dia akan membenciku dan itu akan menciptakan jarak di antara kami. Bahkan ketika aku punya keberanian untuk mengatakan sesuatu kepadanya dalam persekutuan, aku tetap menahan diri, tidak secara langsung dan jelas menunjukkan esensi dari perilakunya. Aku selalu memaklumi dirinya. Aku bersikap menunggu dan melihatnya mengucilkan serta menindas saudara-saudari, yang sangat merugikan jalan masuk kehidupan mereka dan menghambat pekerjaan gereja, dan aku justru tidak melakukan apa pun untuk membantu. Akhirnya aku mengerti bahwa di luarnya, para penyenang orang mungkin tampak seperti orang baik, dan tidak menyinggung siapa pun, tetapi pada kenyataannya mereka lebih licin dan licik. Semua yang mereka lakukan adalah untuk melindungi diri mereka sendiri, untuk mempertahankan reputasi dan status mereka. Mereka menggunakan kebaikan di luarnya untuk memenangkan hati orang dan mengikat orang. Mereka menyingkapkan watak jahat yang sama seperti watak antikristus. Saat kurenungkan tindakan dan perilakuku, aku merasa sangat bersalah, dan membenci diriku sendiri. Bagaimana aku bisa begitu licin, begitu licik? Aku sedang melaksanakan tugas yang begitu penting, tetapi aku tidak bertanggung jawab dan tidak berpegang pada prinsip ketika melihat masalah, merugikan pekerjaan gereja dan menghalangi kehidupan orang lain. Bukankah dengan melakukan hal ini, aku sedang merugikan kepentingan gereja? Aku benar-benar tak punya hati nurani! Aku bertobat dan dalam doaku kukatakan kepada Tuhan aku tak mau lagi memberontak dan melukai hati-Nya, dan aku ingin menerapkan kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja.
Keesokan harinya, begitu aku membicarakan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Xin Cheng, ekspresi Wang Li langsung terlihat marah dan dia mulai mengeluh tentang Xin Cheng yang membawa orang lain ke dalam hal negatif. Aku melihat dia tidak merenungkan dirinya sama sekali, dan dia mengalihkan semua kesalahan kepada Xin Cheng. Kupikir, "Aku bahkan belum mulai dan dia sudah marah. Jika aku membicarakan semua masalah pekerjaannya, dia pasti akan jengkel kepadaku. Haruskah aku terus bicara?" Aku merasa ragu-ragu dan merasa agak terkekang, jadi aku berdoa dalam hati dan merenungkan bagaimana Tuhan menuntut kita untuk bersikap jujur dan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Ini memberiku sedikit keberanian. Apa pun yang dia pikirkan, aku tahu aku harus mengemukakan pendapatku yang jujur. Jadi, aku dengan tegas dan adil menyingkapkan bagaimana dia menindas dan menghukum Xin Cheng. Namun, dia tak mau menerimanya. Dia terus berdebat tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Dia sama sekali tak mau menerima kebenaran ataupun mengenal dirinya sendiri. Aku tahu betapa serius masalah dirinya, dan bahwa dia tidak boleh terus melaksanakan tugas itu, jadi kulaporkan hal ini kepada pemimpin kami. Pemimpin berkata dia telah berusaha membantu Wang Li dengan bersekutu dengannya berkali-kali sebelumnya, tetapi dia tetap tidak berubah. Perilakunya memperlihatkan bahwa dia tidak memiliki kemanusiaan yang baik dan tidak mau menerima kebenaran, dan dia tidak sesuai untuk pekerjaan itu. Jadi, dia harus diberhentikan sesegera mungkin. Selain itu, pemimpin ingin agar aku yang melakukannya. Hatiku berdebar-debar, dan kupikir, "Sikapnya terhadapku telah berbeda sejak aku menyingkapkan masalah dirinya. Jika aku menemuinya secara pribadi untuk memberhentikannya, itu akan sangat menyinggungnya. Akankah dia membenciku setelah itu? Akankah dia mengira aku menargetkan dirinya?" Aku mengalami konflik batin dan tidak tahu cara menghadapinya. Saat mengkhawatirkan hal ini, aku membaca firman Tuhan: "Kebanyakan orang ingin mengejar dan menerapkan kebenaran, tetapi seringkali mereka hanya memiliki tekad dan keinginan untuk melakukannya; kebenaran belum menjadi hidup mereka. Akibatnya, saat mereka bertemu kekuatan jahat atau menghadapi orang-orang jahat dan tidak baik yang melakukan perbuatan jahat, atau para pemimpin palsu dan antikristus melakukan sesuatu dengan cara yang melanggar prinsip—sehingga mengganggu pekerjaan gereja, dan merugikan umat pilihan Tuhan—mereka kehilangan keberanian untuk berdiri dan angkat bicara. Apa artinya saat engkau tidak punya keberanian? Apakah itu berarti bahwa engkau malu atau sukar berbicara? Atau apakah engkau tidak memahami hal itu sepenuhnya, dan karenanya tidak memiliki kepercayaan diri untuk berbicara? Bukan keduanya; ini terutama adalah akibat dirimu dikekang oleh watak yang rusak. Salah satu watak rusak yang kauperlihatkan adalah watak licik; ketika sesuatu terjadi padamu, hal pertama yang kaupikirkan adalah kepentinganmu sendiri, hal pertama yang kaupertimbangkan adalah akibatnya, apakah ini akan bermanfaat bagimu atau tidak. Ini adalah watak licik, bukan? Yang lainnya adalah watak yang egois dan hina. Engkau berpikir, 'Apa hubungannya dirugikannya kepentingan rumah Tuhan dengan diriku? Aku bukan pemimpin, jadi mengapa aku harus peduli? Itu tidak ada hubungannya denganku. Itu bukan tanggung jawabku.' Pemikiran dan perkataan seperti itu bukanlah sesuatu yang secara sadar kaupikirkan, tetapi dihasilkan oleh alam bawah sadarmu—yaitu watak rusak yang tersingkap ketika orang menghadapi suatu masalah. ... Engkau tidak memiliki kuasa atas apa yang kaukatakan dan lakukan. Sekalipun engkau mau, engkau tidak mampu mengatakan yang sebenarnya atau apa yang sebenarnya kaupikirkan; sekalipun engkau mau, engkau tidak mampu menerapkan kebenaran; sekalipun engkau mau, engkau tidak mampu melaksanakan tanggung jawabmu. Semua yang kaukatakan, lakukan, dan terapkan adalah kebohongan, dan engkau hanya bersikap asal-asalan. Engkau sepenuhnya dibelenggu dan dikendalikan oleh watak Iblis dalam dirimu. Engkau mungkin mau menerima dan menerapkan kebenaran, tetapi itu bukan tergantung pada dirimu. Ketika watak Iblis dalam dirimu mengendalikanmu, engkau mengatakan dan melakukan apa pun yang diperintahkan oleh watak Iblismu tersebut. Engkau hanyalah boneka daging yang rusak, engkau telah menjadi alat Iblis. Sesudahnya, engkau merasa menyesal karena sudah sekali lagi mengikuti daging yang rusak dan kembali gagal menerapkan kebenaran. Engkau berpikir, 'Aku tidak mampu mengalahkan daging seorang diri, aku harus berdoa kepada Tuhan. Aku tidak berani bertindak menghentikan mereka yang mengganggu pekerjaan gereja, dan hati nuraniku menuduhku. Aku sudah bertekad, jika ini terjadi lagi, aku harus berani bertindak dan memangkas mereka yang berlaku buruk dalam pelaksanaan tugas mereka dan mengganggu pekerjaan gereja, agar mereka berperilaku baik dan tidak lagi bertindak seenaknya.' Setelah akhirnya mengumpulkan keberanian untuk angkat bicara, engkau menjadi takut dan mengambil langkah mundur begitu orang lain marah dan menggebrak meja. Apakah engkau mampu menjadi pemimpin? Apakah gunanya tekad dan kemauanmu? Keduanya tidak berguna. Engkau semua pasti pernah menjumpai banyak kejadian seperti ini: ketika engkau mengalami kesulitan, engkau menyerah, engkau merasa engkau tidak bisa berbuat apa-apa dan menyerah tanpa daya, engkau membiarkan dirimu berputus asa dan memutuskan bahwa tidak ada harapan bagimu, dan bahwa kali ini, engkau telah sama sekali disingkirkan. Engkau mengakui bahwa engkau tidak mengejar kebenaran, lalu mengapa engkau tidak bertobat? Sudahkah engkau menerapkan kebenaran? Tentunya tidak mungkin engkau tidak memahami apa pun sesudah mendengarkan khotbah selama beberapa tahun. Mengapa engkau sama sekali tidak menerapkan kebenaran? Engkau tidak pernah mencari kebenaran, apalagi menerapkannya. Engkau hanya terus berdoa, bertekad, menetapkan aspirasi, dan berjanji di dalam hatimu. Dan apa hasilnya? Engkau tetaplah seorang penyenang orang, engkau tidak terbuka mengenai masalah yang engkau hadapi, engkau tidak peduli dengan orang-orang jahat saat engkau melihatnya, engkau tidak bereaksi ketika seseorang berbuat jahat atau membuat keributan, dan engkau tetap menyingkir saat engkau secara pribadi tidak terkena dampaknya. Engkau berpikir, 'Aku tidak mengatakan apa pun yang tidak ada sangkut pautnya denganku. Sepanjang itu tidak merugikan kepentinganku, harga diriku, atau citraku, aku tidak akan mempedulikan semuanya tanpa kecuali. Aku harus sangat berhati-hati, karena burung yang menjulurkan lehernya adalah burung yang tertembak. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang bodoh!' Engkau dengan sepenuhnya dan tanpa tergoyahkan dikendalikan oleh watak rusakmu yang penuh kejahatan, kelicikan, kekerasan dan kemuakan akan kebenaran. Watak rusak itu makin sulit untuk kautanggung dibandingkan ikat kepala emas pengencang yang dikenakan si Kera Sakti. Hidup di bawah kendali watak yang rusak sungguh melelahkan dan menyiksa!" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan menghunjam hatiku bagaikan pisau. Kurenungkan bagaimana aku selalu takut menyinggung Wang Li dan tidak berani menerapkan kebenaran dan menyingkapkan fakta. Aku dikendalikan oleh watak Iblis dalam diriku yang jahat, licik, dan muak akan kebenaran. Aku memperlakukan falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain seperti "Keharmonisan adalah harta karun; kesabaran adalah kecerdikan", "Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau menyingkapkan orang lain, jangan singkapkan kekurangan mereka", "Ketika kau tahu sesuatu itu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya", dan "Berkata jujur mengganggu orang lain" sebagai aturan hidupku. Aku tidak berani membicarakan masalah yang kulihat, berpegang pada prinsip, ataupun melindungi pekerjaan gereja. Aku menjalani kehidupan yang pengecut. Ketika pemimpin ingin agar aku memberhentikan Wang Li, sangat jelas bagiku bahwa itu harus segera dilakukan, karena jika tidak, pekerjaan gereja akan tertunda. Namun, aku tak mampu membuka mulutku, takut menyinggungnya. Di luarnya, aku tampak baik dan tidak mau menyakiti siapa pun, tetapi sebenarnya aku sedang mengkhianati kepentingan gereja dengan imbalan mempertahankan citraku yang positif di hati orang lain. Aku melindungi Wang Li di setiap kesempatan, membiarkannya mengganggu pekerjaan gereja. Aku seperti perisai bagi Iblis, membiarkannya merajalela di gereja. Aku adalah orang yang munafik dan licik! Falsafah Iblis itu hanyalah kekeliruan yang menyesatkan dan menyakiti orang! Masyarakat modern sangat gelap dan jahat, karena manusia hidup menurut falsafah tersebut. Mereka menjadi pengecut dan tercela, dan membenci terang. Tak seorang pun yang berani ambil sikap, menegakkan keadilan, dan menyingkapkan kebenaran. Namun orang yang suka menjilat justru makmur dan memperoleh kekuasaan. Tidak ada keadilan atau kebenaran dalam hal ini. Semua orang saling menipu tanpa ada ketulusan sama sekali. Itulah yang terjadi pada manusia yang dirusak oleh Iblis. Akhirnya aku mengerti dengan jelas bahwa falsafah Iblis ini tampaknya sejalan dengan gagasan manusia, tetapi semua itu sebenarnya perkataan setan yang Iblis gunakan untuk menyesatkan dan merusak orang. Hidup menurut falsafah Iblis hanya membuat kita semakin egois, jahat, dan licik. Ini adalah cara hidup yang keji dan kotor, tanpa jejak kemanusiaan.
Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, atau menutup-nutupi segala sesuatu, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan gagasan dan pikiran terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit. Jika hatimu semakin jujur, dan semakin memiliki kecenderungan kepada Tuhan, dan jika engkau tahu untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan ketika engkau melaksanakan tugasmu, dan hati nuranimu terganggu ketika engkau gagal melindungi kepentingan ini, ini adalah bukti bahwa kebenaran telah memengaruhimu, dan telah menjadi hidupmu. Begitu kebenaran telah menjadi kehidupan di dalam dirimu, saat engkau mengamati ada orang yang menghujat Tuhan, yang tidak takut akan Tuhan, dan asal-asalan saat melakukan tugas mereka, atau yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, engkau akan menanggapinya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan akan mampu mengidentifikasi serta mengungkapkannya bila perlu. ... Jika engkau adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, maka meskipun engkau belum memperoleh kebenaran dan hidup, setidaknya engkau akan berdiri di pihak Tuhan dalam berbicara dan bertindak; setidaknya, engkau tidak akan berpangku tangan ketika engkau melihat kepentingan rumah Tuhan dirugikan. Jika engkau merasa terdorong untuk berpura-pura tidak tahu, engkau akan merasa bersalah dan tidak nyaman, serta akan berkata dalam hatimu, 'Aku tidak boleh diam dan tidak melakukan apa pun, aku harus mengambil sikap dan mengatakan sesuatu, aku harus bertanggung jawab, aku harus menghentikan ini, aku harus menyingkapkan perilaku jahat ini, aku harus menghentikannya sehingga kepentingan rumah Tuhan tidak dirugikan, dan kehidupan bergereja tidak terganggu.' Jika kebenaran telah menjadi hidupmu, engkau tidak hanya akan memiliki keberanian dan tekad ini, juga tidak hanya akan mampu memahami masalah ini sepenuhnya, tetapi engkau juga akan melaksanakan tanggung jawab yang harus kautanggung untuk pekerjaan Tuhan dan untuk kepentingan rumah-Nya, dan dengan demikian tugasmu akan terpenuhi" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Membaca ini membuatku merasa bersalah sekaligus termotivasi. Setelah bertahun-tahun beriman, menikmati kebenaran yang Tuhan anugerahkan, aku tetap tak mampu menjunjung tinggi prinsip ataupun melindungi kepentingan gereja. Aku benar-benar tak punya hati nurani! Aku harus melepas topengku sebagai penyenang orang. Aku tak boleh terus hidup menurut watak rusakku yang jahat dan licik. Aku harus mengambil sikap untuk menerapkan kebenaran dan melindungi kepentingan gereja. Setelah itu, aku pergi untuk berbicara dengan Wang Li dan memberhentikannya. Aku juga membuka diri kepadanya dalam persekutuan, menyingkapkan satu per satu perilakunya yang menolak menerima kebenaran, menindas orang, dan menghambat pekerjaan gereja. Aku tidak lagi mengatakan hal-hal menyenangkan yang tidak akan melukainya untuk menipunya. Aku benar-benar ingin membantunya dan menyingkapkan masalah dirinya, agar dia bisa memahami wataknya yang rusak dan benar-benar bertobat. Dia sangat sedih sampai menangis ketika aku selesai, dan mengatakan bahwa dia siap menerima pengaturan gereja, untuk kembali dan benar-benar merenung serta memetik pelajaran. Keadaan saudara-saudari berangsur-angsur pulih setelah itu, dan pekerjaan perlahan mulai mendapatkan hasil. Aku benar-benar merasakan kedamaian dan ketenangan karena menerapkan kebenaran. Inilah satu-satunya cara untuk hidup dalam terang.
Beberapa waktu kemudian, ada beberapa perpindahan pekerjaan, jadi aku mulai menyirami orang percaya baru bersama beberapa saudari lainnya. Aku melihat Saudari Chen Si tidak memiliki banyak terbeban dalam tugasnya, dan bersikap lalai juga tidak bertanggung jawab, yang memengaruhi pekerjaan penyiraman. Aku khawatir tentang hal itu dan ingin menunjukkan kepadanya masalah dirinya agar dia bisa berubah sesegera mungkin. Namun, kami baru saja saling mengenal dan kami sangat akrab, jadi aku bertanya-tanya jika aku berterus terang tentang sikapnya yang tidak bertanggung jawab dalam tugasnya, akankah dia marah kepadaku? Saat itulah, aku sadar bahwa aku kembali berpikir seperti seorang penyenang orang, jadi aku segera berdoa. Kemudian aku membaca firman Tuhan: "'Lalu Tuhan Yahweh memerintahkan manusia, demikian: "Dari semua pohon di taman ini engkau boleh makan dengan bebas. Tetapi dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau tidak boleh memakannya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati."' ... Dalam firman singkat yang Dia ucapkan ini, dapatkah engkau melihat sesuatu dari watak Tuhan? Apakah firman Tuhan ini benar? Apakah ada penipuan? Apakah ada kebohongan? Apakah ada intimidasi? (Tidak.) Tuhan secara jujur, benar, dan tulus memberitahukan kepada manusia apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan. Tuhan berfirman dengan jelas dan lugas. Apakah ada makna tersembunyi dalam firman ini? Bukankah firman ini lugas? Apakah kita perlu menduga-duga? Tidak perlu menebak. Maknanya sangat jelas sekali. Setelah membacanya, orang merasa sepenuhnya jelas tentang maknanya. Artinya, apa yang Tuhan ingin katakan dan apa yang Dia ingin ungkapkan berasal dari hati-Nya. Segala sesuatu yang Tuhan ungkapkan bersih, lugas, dan jelas. Tidak ada motif terselubung, ataupun makna tersembunyi apa pun. Dia berbicara kepada manusia secara langsung, memberitahukan kepadanya apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan. Dengan kata lain, melalui firman Tuhan ini, manusia dapat melihat bahwa hati Tuhan itu transparan dan benar. Sama sekali tidak ada jejak kesalahan di sini; firman Tuhan tidak mengatakan kepadamu bahwa engkau tidak boleh makan apa yang dapat dimakan atau mengatakan kepadamu 'makanlah dan lihatlah apa yang terjadi' dengan hal-hal yang tidak boleh engkau makan itu. Dia tidak bermaksud seperti ini. Apa pun yang Tuhan pikirkan di dalam hati-Nya, itulah yang Dia katakan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Aku melihat bahwa apa yang Tuhan katakan kepada Adam dan Hawa sangat jelas dan berterus terang. Dia tulus kepada manusia dan tidak menyembunyikan apa pun. Esensi Tuhan begitu kudus. Pada akhir zaman, Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk menghakimi dan menghajar manusia. Firman-Nya secara langsung menyingkapkan dan menganalisis esensi natur manusia, dan menyingkapkan keburukan dan ketidakbenaran batin kita. Firman-Nya sangat jelas dan tidak menyembunyikan apa pun. Firman-Nya mungkin keras, tetapi semua itu adalah keselamatan kita. Tujuan firman-Nya adalah untuk mentahirkan dan mengubah kita, sehingga kita dapat mengenal diri kita sendiri, memberontak terhadap Iblis, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Iblis justru sebaliknya: dia licik dan jahat, dan bicara berputar-putar, tidak pernah secara langsung mengatakan apa yang diinginkannya. Dia memulainya dengan mengatakan hal-hal yang baik dan palsu yang terdengar masuk akal untuk memikat dan menyesatkan Adam dan Hawa, agar mereka berbuat dosa dan mengkhianati Tuhan. Aku telah hidup menurut falsafah Iblis, menyingkapkan watak diri yang jahat dan licik seperti Iblis. Untuk melindungi hubunganku dengan orang lain dan menjaga citraku di mata orang lain, aku memikirkan satu hal dan mengatakan yang lain. Aku bengkok seperti ular dan sangat ambigu dan samar-samar sehingga orang lain tidak mengerti makna perkataanku yang sebenarnya. Aku sangat licin dan licik. Aku hidup dalam citra Iblis, tidak seperti manusia! Aku merasa jijik akan diriku sendiri ketika menyadari hal ini dan aku tak mau lagi menjadi penyenang orang atau menjadi orang yang curang. Aku ingin menerapkan kebenaran dan menjadi orang jujur yang melindungi pekerjaan gereja. Pada pertemuan hari berikutnya, aku menyingkapkan tentang masalah yang kulihat dalam diri Chen Si, dan dia mampu mengenali masalah dirinya setelah kami mempersekutukannya bersama. Aku melihat keadaannya perlahan mulai berubah setelah itu, dan aku merasa jauh lebih bebas.
Pengalaman ini telah menunjukkan kepadaku bahwa kita tidak boleh hidup menurut falsafah Iblis dan saling menipu. Kita harus bersikap apa adanya, terbuka dan tulus dalam memperlakukan satu sama lain. Hanya inilah yang merupakan kasih sejati dan ini sangat bermanfaat bagi semua orang. Aku juga mengerti bahwa untuk memiliki kemanusiaan dan merasakan kedamaian dan suka cita, kita harus bersikap jujur sesuai tuntutan Tuhan. Itulah satu-satunya cara untuk hidup dalam keserupaan dengan manusia. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Aku adalah pemimpin tim penyiraman di gereja. Kupikir siapa pun yang ingin menjadi pemimpin tim yang memenuhi syarat dan kompeten harus...
Pada bulan Oktober 2004, aku dan istriku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, kedua anak kami pun percaya kepada...
Oleh Saudari Xun Qiu, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Daging manusia adalah milik Iblis, itu penuh dengan watak pemberontak, itu...
Oleh Saudari Jing Mo, Amerika Aku telah mengaransemen musik untuk video di gereja selama lebih dari empat tahun. Karena kebutuhan pekerjaan...