Bagaimana Menghadapi Kesulitan Memberitakan Injil
Oleh Saudara Kelvin, PeruSeluruh keluargaku beragama Katolik, demikian juga sebagian besar penduduk di desa kami, tetapi karena tidak ada...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada bulan Februari tahun 2019, aku diberhentikan dari tugas kepemimpinanku karena aku mengejar reputasi dan status alih-alih melakukan kerja nyata. Sehari setelah pemberhentianku, suami seorang saudari di keluarga tuan rumah yang menampungku terluka dalam sebuah kecelakaan, dan saudari tersebut harus pulang untuk merawat suaminya. Pengawas menugaskanku untuk mengambil alih tugas menjadi tuan rumah untuk sementara waktu. Aku berpikir, "Jika saudara-saudari mengetahui bahwa setelah diberhentikan, tugasku sekarang hanya menjadi tuan rumah, memasak, mengurus keperluan, dan mengantar surat, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Mereka pasti akan memandang rendah diriku. Bagaimana aku bisa menyelamatkan mukaku?" Namun, karena aku menganggap tugas ini hanya sementara, aku setuju melakukannya untuk sementara waktu. Akan tetapi, ketika tidak ada orang yang cocok untuk menggantikanku setelah beberapa minggu, pengawas bersekutu denganku dan memintaku melanjutkan tugas menjadi tuan rumah. Ketika aku mendengar hal ini, hatiku bergejolak dan aku berpikir, "Kenapa mengatur semuanya seperti ini? Jika saudara-saudari yang mengenalku tahu bahwa aku akan melaksanakan tugas menjadi tuan rumah dalam jangka panjang, mereka pasti akan memandangku rendah. Tidakkah mereka akan mengatakan bahwa aku bukanlah orang yang mengejar kebenaran serta tidak bisa melakukan apa pun selain pekerjaan kasar dan tugas menjadi tuan rumah? Bagaimana aku bisa menyelamatkan mukaku? Selain itu, sebelum aku diberhentikan, aku bekerja sama dengan beberapa saudari untuk melaksanakan tugas kami. Dan sekarang, di sinilah aku, hanya memasak. Betapa berbeda! Benar-benar memalukan!" Memikirkan hal ini, aku pun enggan melakukan tugas menjadi tuan rumah. Pengawas melihat bahwa aku berada dalam keadaan yang buruk dan dia mempersekutukan pengalamannya sendiri waktu dia diberhentikan. Aku sadar bahwa setiap tugas tak lepas dari kedaulatan dan pengaturan Tuhan, jadi aku tunduk saja. Namun, malam itu, aku berguling-guling di ranjang, tidak bisa tidur. Aku berpikir, "Semenjak aku menemukan Tuhan, sebagian besar tugasku adalah menjadi pemimpin atau pekerja. Aku tidak pernah menyangka aku akan bekerja serabutan dan memasak. Apa yang akan dipikirkan saudara-saudari yang mengenalku jika mereka tahu? Itu akan sangat memalukan!" Aku melihat para saudari mendiskusikan pekerjaan bersama-sama, dan aku ingat ketika aku masih menjadi pemimpin, aku biasa bekerja dengan mereka dalam diskusi semacam itu. Namun, di sinilah aku sekarang, menghabiskan hari-hariku dengan mencuci piring, memasak, dan bahkan bersih-bersih. Betapa berbeda! Aku hidup dalam keadaan yang salah, dan makin aku memikirkannya, makin menyakitkan jadinya. Setelah itu, setiap kali aku melakukan pekerjaan kotor ini, aku takut para saudari akan memandangku rendah, jadi aku akan buru-buru mengerjakannya ketika mereka tidak ada. Aku merasa bahwa melakukan pekerjaan kotor seperti itu memalukan. Hatiku dipenuhi dengan rasa sakit dan penderitaan, dan tanpa sadar, air mata mengalir di wajahku.
Suatu hari, pengawas memintaku untuk membuang sampah ketika aku keluar rumah. Ketika aku mendengar hal ini, aku merasa sangat menentang, dan berpikir, "Kau anggap aku ini apa? Dahulu kita pernah bekerja sama, tetapi sekarang kau memerintahku seperti ini." Makin aku memikirkannya, makin buruk perasaanku. Aku merasa sangat kesal di dalam hatiku. Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, memohon kepada Tuhan untuk mencerahkan dan membimbingku untuk mengenali diriku sendiri dan memahami kehendak-Nya. Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Bagaimana seharusnya sikapmu terhadap tugasmu, yang dapat disebut sikap yang benar dan sesuai dengan maksud Tuhan? Pertama, engkau tidak sepatutnya menganalisis siapa yang mengatur tugas tersebut, oleh tingkat kepemimpinan mana tugas itu ditugaskan—engkau harus menerimanya dari Tuhan. Engkau tidak perlu menganalisisnya, engkau harus menerima bahwa tugas ini adalah dari Tuhan. Inilah syaratnya. Selain itu, apa pun tugasmu, jangan membedakan antara tugas yang tinggi dan rendah. Misalkan engkau berkata, 'Meskipun tugas ini adalah amanat dari Tuhan dan merupakan pekerjaan rumah Tuhan, jika aku melakukannya, orang-orang mungkin akan memandang rendah diriku. Orang-orang lain dapat melakukan pekerjaan yang membuat mereka menonjol. Aku telah diberi tugas ini, yang tidak membuatku menonjol tetapi membuatku berupaya keras di balik layar, ini tidak adil! Aku tidak akan melaksanakan tugas ini. Tugasku haruslah sebuah tugas yang membuatku menonjol di depan orang lain dan memungkinkanku untuk menjadi terkenal—dan bahkan jika aku tidak terkenal atau menonjol, aku harus tetap mendapatkan manfaat darinya dan merasa nyaman secara fisik.' Apakah ini sikap yang bisa diterima? Bersikap pilih-pilih artinya tidak menerima apa yang berasal dari Tuhan; artinya membuat pilihan sesuai preferensimu sendiri. Ini artinya tidak menerima tugasmu; artinya menolak tugasmu, yang adalah perwujudan dari pemberontakanmu terhadap Tuhan. Sikap pilih-pilih seperti itu dicemari oleh preferensi dan keinginan pribadimu. Ketika engkau mempertimbangkan keuntunganmu sendiri, reputasimu, dan sebagainya, maka sikapmu terhadap tugasmu bukanlah tunduk. Sikap apakah yang seharusnya engkau miliki terhadap tugasmu? Pertama, engkau tidak sepatutnya menganalisisnya, berusaha mencari tahu siapa yang sudah menugaskannya kepadamu; sebaliknya, sepatutnyalah engkau menerimanya dari Tuhan, sebagai tugas yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, dan engkau seharusnya menaati penataan dan pengaturan Tuhan, dan menerima tugasmu itu dari Tuhan. Kedua, jangan membeda-bedakan antara tugas yang tinggi dan yang rendah, dan jangan memusingkan dirimu dengan natur dari tugas tersebut, apakah tugas itu akan membuatmu menonjol atau tidak, apakah tugas itu dilakukan di depan umum atau di belakang layar. Jangan mempertimbangkan hal-hal ini. Ada juga sikap yang lain: ketundukan dan kerja sama secara aktif" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Mampu menanggung kesukaran dalam melaksanakan tugas bukanlah hal yang mudah. Tidak mudah juga untuk melaksanakan suatu pekerjaan khusus dengan baik. Yang pasti, kebenaran firman Tuhan sedang bekerja dalam diri orang-orang yang mampu melakukan hal-hal ini. Bukan karena mereka dilahirkan tanpa rasa takut akan kesukaran dan kelelahan. Di manakah orang-orang semacam ini bisa ditemukan? Semua orang ini memiliki motivasi dan mereka telah menjadikan kebenaran firman Tuhan sebagai landasan mereka. Ketika mereka melaksanakan tugas, pandangan dan sudut pandang mereka berubah. Melaksanakan tugas menjadi lebih mudah dan menanggung sedikit kesukaran daging dan kelelahan mulai terasa bukan masalah besar bagi mereka. Mereka yang tidak memahami kebenaran dan yang pandangannya tentang segala sesuatu belum berubah hidup berdasarkan ide, gagasan, keinginan egois manusia, dan kesukaan mereka, jadi mereka enggan dan tidak ingin melaksanakan tugas mereka. Sebagai contoh, dalam melaksanakan tugas yang kotor dan melelahkan, ada orang-orang yang berkata, 'Aku akan menaati pengaturan rumah Tuhan. Tugas apa pun yang gereja atur untukku, aku akan melaksanakannya, entah itu tugas yang kotor atau melelahkan, entah itu tugas yang mengesankan atau biasa-biasa saja. Aku tidak menuntut apa pun, dan aku akan menerimanya sebagai tugasku. Ini adalah amanat yang telah Tuhan percayakan kepadaku, dan sedikit kotor dan kelelahan adalah kesukaran yang harus kutanggung.' Hasilnya, ketika melakukan pekerjaan mereka, mereka sama sekali tidak merasa sedang menanggung kesukaran apa pun. Orang lain mungkin menganggap tugas itu kotor dan melelahkan, tetapi mereka menanggapnya mudah, karena hati mereka tenang dan tidak terganggu. Mereka melakukannya untuk Tuhan, jadi mereka tidak merasa tugas itu sulit. Ada orang-orang yang menganggap melakukan pekerjaan yang kotor, melelahkan atau biasa-biasa saja adalah penghinaan terhadap status dan karakter mereka. Mereka beranggapan dengan melakukannya berarti orang lain tidak menghormati mereka, menindas mereka, atau memandang rendah mereka. Akibatnya, ketika dihadapkan dengan tugas dan beban kerja yang sama, mereka merasa tugas itu berat. Apa pun yang mereka lakukan, ada kemarahan di dalam hati mereka, dan merasa bahwa semua itu tidak sesuai dengan keinginan mereka atau tidak memuaskan. Hati mereka penuh kenegatifan dan penentangan. Mengapa mereka negatif dan menentang? Apa sumber masalahnya? Sering kali, karena mereka tidak mendapatkan gaji untuk tugas tersebut; rasanya seperti bekerja secara gratis. Jika ada upahnya, mungkin bagi mereka tugas itu masih dapat diterima, tetapi mereka tidak tahu apakah akan mendapatkan upah atau tidak. Oleh karena itu, orang merasa melaksanakan tugas itu percuma saja, sama saja dengan bekerja tanpa menghasilkan apa pun, jadi mereka sering menjadi negatif dan menentang dalam melaksanakan tugas. Bukankah benar demikian? Sebenarnya, orang-orang ini tidak ingin melaksanakan tugas" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Tuhan mengungkapkan bahwa ketika beberapa orang menerima tugas, mereka tidak bisa menerima itu dari-Nya dan malah memilih tugas mereka berdasarkan pilihan mereka sendiri. Mereka menerima tugas yang membuat mereka terlihat menonjol, tetapi mereka merasa menentang dan menolak pekerjaan yang tidak memberi mereka pengakuan. Mereka tidak memiliki sikap tunduk dalam tugas mereka. Apa yang disingkapkan Tuhan sama seperti keadaanku. Aku percaya bahwa menjadi seorang pemimpin memiliki hak untuk berbicara, dan kemana pun aku pergi, aku akan dihormati oleh saudara-saudariku, jadi aku bersedia untuk melaksanakan tugas itu. Namun, aku merasa bahwa tugas menjadi tuan rumah adalah salah satu tugas terendah dan hanya terdiri dari pekerjaan kasar, jadi aku tidak bisa membuat diriku tunduk pada pekerjaan. Aku merasa bahwa tugas ini mempermalukanku dan aku merasa dirugikan. Ketika pengawas memintaku untuk membersihkan halaman dan membuang sampah, aku sulit menerimanya. Aku merasa dia tidak menghormatiku dengan memerintahku dan hal itu membuatku kesal. Aku menggunakan tingkatan status sebagai tolok ukur apakah seseorang memiliki martabat. Aku berpikir bahwa melaksanakan tugas sebagai pemimpin sama seperti menjadi bos atau manajer perusahaan. Hal itu disertai dengan status serta kedudukan, dan orang-orang seperti ini dikagumi ke mana pun mereka pergi, dan aku iri dengan orang-orang seperti itu. Ketika aku mendengar tentang tugas menjadi tuan rumah, bagiku rasanya seperti melakukan pekerjaan rumah tangga serta memasak, mirip dengan pekerjaan kasar, dan kurasa orang-orang yang melakukan tugas ini adalah rendahan dan dipandang rendah kemana pun mereka pergi. Aku merasa tugas ini memalukan. Aku sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi aku masih memiliki pandangan yang sama seperti orang tidak percaya. Pandanganku ini sungguh tidak masuk akal! Di rumah Tuhan, semua orang setara dalam tugas mereka. Tidak ada perbedaan tinggi atau rendah, mulia atau hina, besar atau kecil dalam tugas. Entah itu tugas kepemimpinan atau menjadi tuan rumah, semuanya berasal dari Tuhan. Mereka hanya melayani fungsi yang berbeda, dan sebagai makhluk ciptaan, kita harus menerima serta tunduk pada tugas-tugas itu. Namun, dalam tugasku, aku hanya memikirkan kepentingan dan harga diriku sendiri. Aku sama sekali tidak menganggap tugasku sebagai amanat dari Tuhan. Karena tugas menjadi tuan rumah tidak memungkinkanku untuk menonjol, aku merasa menentangnya. Aku tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasku dan hanya melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan. Aku menyadari bahwa aku benar-benar egois serta tercela, dan tidak memiliki hati nurani maupun nalar!
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah sangat dirusak oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi'. Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang buruk, falsafah yang menjijikkan tentang cara berinteraksi dengan orang lain, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak ada seorang pun yang akan rela tunduk kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah kuasa Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur. Bahkan ketika mereka mendengar kebenaran, mereka yang hidup dalam kegelapan tidak berpikir untuk menerapkan kebenaran tersebut, mereka juga tidak ingin mencari Tuhan bahkan sekalipun mereka telah melihat penampakan-Nya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu bejat memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu merosot martabatnya hidup dalam terang?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan penyebab kenapa aku tidak bisa tunduk kepada-Nya. Sejak di usia muda, aku telah dipengaruhi oleh racun Iblis seperti "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti pohon membutuhkan kulitnya" dan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah". Itu semua telah menjadi kriteria yang kugunakan dalam bersikap dan berperilaku. Aku percaya bahwa orang harus hidup demi harga diri mereka, dan dihormati ke mana pun mereka pergi adalah cara seseorang dapat hidup bermartabat. Aku juga ingin melakukan pekerjaan yang bisa membuatku menonjol dan dikagumi orang lain, dan kupikir inilah cara untuk hidup bermartabat dan bernilai. Namun, melakukan pekerjaan yang kotor atau tidak diakui terasa rendah dan remeh bagiku, jadi aku enggan menerimanya. Sebelum aku menemukan Tuhan, aku hidup dengan pandangan ini dan selalu ingin hidup lebih baik dari orang lain. Aku memandang rendah para petani dan buruh yang mendapatkan uang dengan kerja keras, dan aku merasa bahwa menjalankan bisnis pakaian lebih terhormat daripada pekerjaan fisik serta dapat membuatku menegakkan kepala di hadapan orang lain, bahkan membuat teman dan kerabatku datang untuk melihatku dalam cara pandang yang baru. Setelah menemukan Tuhan, aku masih hidup dengan racun Iblis ini saat melaksanakan tugasku di gereja. Melaksanakan tugas kepemimpinan memuaskan hasrat kesombongan dan harga diriku serta membuatku dikagumi oleh saudara-saudariku dan hal itu membuatku bahagia. Aku bahkan rela menanggung kesulitan dan keletihan demi hal itu. Namun, setelah aku melaksanakan tugas kepemimpinan, aku terus berusaha mencari kekaguman dari orang lain, selalu mencoba untuk melindungi harga diri dan statusku. Aku tidak melakukan pekerjaan nyata, dan oleh karena itu aku diberhentikan. Ketika aku kembali diberi tugas, aku tidak tahu cara mensyukurinya. Selain tidak merenungkan alasan kegagalanku, aku masih terus memikirkan tentang harga diri dan statusku. Aku berpikir bahwa melaksanakan tugas menjadi tuan rumah itu memalukan, dan bahkan ketika aku menerimanya dengan enggan, aku tetap melaksanakannya dengan cara asal-asalan sambil merasa menentang. Aku sama sekali tidak memiliki hati nurani maupun nalar. Aku menempatkan harga diri dan status di atas segalanya, dan bahkan ketika aku mengetahui tidak ada orang lain yang bisa menjalankan tugas menjadi tuan rumah, aku tetap ingin menolak dan melalaikannya. Aku sama sekali tidak memikirkan kepentingan gereja, tidak pula memikirkan tugas dan tanggung jawabku. Aku benar-benar egois! Jika aku tidak bertobat, aku akhirnya akan dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku menyadari konsekuensi berbahaya dari mengejar harga diri dan status. Aku pun menjadi bersedia untuk bertobat kepada Tuhan, melepaskan harga diri dan statusku, serta tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan dengan melaksanakan tugas menjadi tuan rumah dengan baik.
Setelah itu, aku tidak lagi merasa begitu menentang ketika melaksanakan tugas menjadi tuan rumah. Terkadang, aku bahkan dapat membuka diri dan bersekutu dengan para saudari, dan aku akan merasa jauh lebih bebas serta terbebaskan. Aku melihat bahwa saudari-saudariku tidak memandangku rendah karena aku melaksanakan tugas menjadi tuan rumah, dan aku benar-benar menyadari bahwa di rumah Tuhan, tidak ada perbedaan tinggi maupun rendahnya tugas. Fungsinya hanya berbeda. Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, setiap kali sesuatu diatur untuk kaulakukan, baik itu pekerjaan yang sulit atau melelahkan, entah engkau menyukainya atau tidak, itu adalah tugasmu. Jika engkau dapat menganggapnya sebagai amanat dan tanggung jawab yang telah Tuhan berikan kepadamu, artinya engkau berkaitan dengan pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Dan jika apa yang kaulakukan dan tugas yang kaulaksanakan berkaitan dengan pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia, dan engkau dapat dengan sungguh-sungguh dan tulus menerima amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu, bagaimana Dia akan menganggapmu? Dia akan menganggapmu anggota keluarga-Nya. Apakah itu berkat atau kutuk? (Berkat.) Itu adalah berkat yang luar biasa" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Apa fungsimu sebagai makhluk ciptaan? Hal ini berkaitan dengan penerapan dan tugasmu. Engkau adalah makhluk ciptaan, dan jika Tuhan mengaruniakanmu dengan bakat menyanyi, dan rumah Tuhan mengatur agar engkau bernyanyi, maka engkau harus bernyanyi dengan baik. Jika engkau memiliki karunia dalam memberitakan Injil, dan rumah Tuhan mengatur agar engkau memberitakan Injil, maka engkau harus melakukannya dengan baik. Ketika umat pilihan Tuhan memilihmu sebagai pemimpin, engkau harus menerima amanat kepemimpinan itu, dan memimpin umat pilihan Tuhan untuk makan dan minum firman Tuhan, mempersekutukan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan. Dengan melakukannya, engkau akan melaksanakan tugasmu dengan baik. Amanat yang Tuhan berikan kepada manusia sangatlah penting dan bermakna! Jadi, bagaimana engkau harus menerima amanat ini dan melaksanakan fungsimu? Ini adalah salah satu masalah terbesar yang kauhadapi, dan engkau harus membuat pilihan. Dapat dikatakan bahwa ini adalah momen penting yang menentukan apakah engkau akan mampu memperoleh kebenaran dan disempurnakan oleh Tuhan atau tidak" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Memahami Kebenaran, Orang Bisa Mengetahui Perbuatan Tuhan"). Dari firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan, dan aku memahami posisi yang harus diambil oleh makhluk ciptaan di hadapan Tuhan, beserta alasan yang seharusnya kita miliki. Apa pun tugas yang ditetapkan gereja, entah itu tugas menjadi tuan rumah atau tugas lainnya, kita harus tunduk kepada Tuhan tanpa syarat. Inilah alasan tepat yang harus kita miliki. Sebesar apa pun tugas itu, jika kita dapat tunduk dan memperlakukannya sebagai tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan, mengandalkan Tuhan, dan melakukan yang terbaik untuk melaksanakannya, kita akan mendapatkan keuntungan. Misalnya, beberapa saudara-saudari mungkin melaksanakan tugas yang kurang terlihat, tetapi mereka tidak berusaha untuk menonjol. Mereka fokus mencari kebenaran dan melaksanakan tugas mereka sesuai dengan prinsip, serta tetap membuat kemajuan. Tidak peduli seberapa mengesankan tugas mereka, jika mereka tidak mengejar kebenaran atau tunduk saat melakasanakan tugasnya, tidak memperoleh kebenaran atau mengalami perubahan dalam watak mereka, mereka masihlah menentang Tuhan, dan pada akhirnya mereka akan disingkirkan oleh Tuhan. Setiap tugas di rumah Tuhan itu penting dan sangat diperlukan. Sebagaimana sebuah mesin tidak dapat berfungsi meskipun kekurangan satu sekrup saja. Tugas menjadi tuan rumah mungkin tampak tidak penting, tetapi tanpa ada orang yang melakukannya, saudara-saudari tidak akan memiliki lingkungan yang tenang untuk berkumpul dan melaksanakan tugas mereka. Menyadari hal ini, aku mulai menghargai tugas menjadi tuan rumah dari lubuk hatiku yang terdalam, dan aku menjadi bersedia bekerja sama dengan baik.
Sejak saat itu, setiap kali aku memiliki niat yang salah dalam tugasku, aku dengan sadar berdoa kepada Tuhan untuk memberontak terhadap diriku. Setelah menyelesaikan tugasku setiap hari, aku akan menenangkan diri, membaca firman Tuhan, dan menulis catatan saat teduh. Aku punya lebih banyak waktu untuk dekat dengan Tuhan. Perlahan-lahan, keadaanku membaik, dan aku mulai merasa bahwa tugas ini cukup baik. Aku benar-benar merasakan maksud Tuhan yang sungguh-sungguh, karena apa pun pengaturan dan penataan yang dibuat oleh Tuhan bertujuan untuk membersihkan dan mengubah kita. Tuhan tidak pilih kasih, dan apa pun tugas yang dilakukan seseorang, selama mereka menerimanya dari Tuhan dan bersedia tunduk serta mengejar kebenaran, mereka akan memperoleh keuntungan.
Merenungkan pengalaman ini, aku diam-diam bersyukur kepada Tuhan di dalam hatiku. Tuhan mengatur lingkungan ini bagiku untuk melaksanakan tugas menjadi tuan rumah, memangkas keinginanku akan harga diri dan status, serta mengoreksi pandanganku yang keliru tentang cara melakukan tugasku. Inilah sesuatu yang dibutuhkan oleh hidupku, dan itu adalah kasih Tuhan. Aku juga mulai memahami bahwa tugas-tugas tidak diberi peringkat berdasarkan pentingnya atau nilainya, dan apa pun jenis tugas yang kita laksanakan merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh makhluk ciptaan. Kita tidak boleh melaksanakan tugas berdasarkan pilihan pribadi dan kita juga tidak boleh bersikap pilih-pilih. Kita harus tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, karena inilah yang dimaksud dengan memiliki kemanusiaan dan nalar. Pemahaman dan perubahan yang kudapatkan dalam hal ini semuanya merupakan hasil dari bimbingan firman Tuhan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Kelvin, PeruSeluruh keluargaku beragama Katolik, demikian juga sebagian besar penduduk di desa kami, tetapi karena tidak ada...
Pada akhir Mei 2023, gereja-gereja menjadi tangung jawabku menghadapi penangkapan dari PKT, dan kitab-kitab firman Tuhan harus segera...
Oleh Saudari Judy, Korea SelatanAkhir-akhir ini, aku menonton video kesaksian pengalaman para petobat baru dan merasa sangat tersentuh....
Oleh Saudara Riley, Amerika SerikatFirman Tuhan katakan: “Orang tidak dapat mengubah watak mereka sendiri; mereka harus menjalani...