Melepaskan Simpul yang Mengikat Hati
Oleh Saudari Chun Yu, Tiongkok Itu terjadi musim semi yang lalu ketika aku sedang melakukan tugas memberitakan Injil di gereja. Pada saat...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Dahulu, aku tidak memperlakukan tugasku dengan serius, aku sering mengendur dalam tugasku, dan melakukan segala sesuatu dengan sangat sikap asal-asalan. Aku sering mengundang calon penerima Injil untuk mendengarkan khotbah, tetapi aku tidak mau berbicara atau bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka rasakan dari khotbah yang mereka dengar. Kupikir mengundang banyak orang untuk datang mendengarkan khotbah artinya aku sedang melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, mengundang orang lebih mudah bagiku. Aku merasa kesulitan berbicara dengan mereka; bukan saja ini membutuhkan banyak waktu, menjawab pertanyaan mereka juga membutuhkan upaya, jadi aku tidak ingin berhubungan dengan mereka. Kupikir staf penginjilan dapat berbicara dengan mereka dan itu sudah cukup, dan menurutku tidak masalah jika aku tidak mengetahui keadaan mereka. Di pertemuan, pemimpin berkata, "Saat kita mengundang orang untuk datang mendengarkan khotbah, kita harus mengetahui keadaan mereka sesudahnya, melihat apakah mereka datang ke pertemuan atau tidak, apakah mereka memahami khotbahnya atau tidak, dan apakah mereka memiliki gagasan atau tidak. Kita harus berupaya sebaik mungkin untuk membantu mereka dengan kasih, dan ini juga adalah tanggung jawab kita." Namun, menurutku itu merepotkan, jadi aku tidak mau terlalu banyak berkorban atau menanggung terlalu banyak kesukaran. Aku mengambil jalan termudah dan tidak memikirkan apakah aku memperoleh hasil atau tidak. Suatu kali, pemimpin berkata ada orang-orang yang mengundang banyak orang untuk mendengar khotbah, tetapi sangat sedikit dari antara mereka yang benar-benar mencari atau menyelidiki. Aku tahu aku adalah salah satu orang tersebut; aku hanya memedulikan pekerjaan secara eksternal, dan tidak mendapatkan hasil yang nyata. Setelah itu, pemimpin datang untuk memeriksa pekerjaanku dan berkata, "Bagaimana keadaan para calon penerima Injil ini sekarang?" Aku merasa malu dan tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak berhubungan dengan banyak dari mereka, dan tidak menghubungi orang yang tidak datang mendengarkan khotbah. Aku hanya melepaskan mereka begitu saja.
Setelah berbicara dengan pemimpin itu, aku mulai merenung. Aku membaca bahwa Tuhan berfiman: "Orang-orang dibutuhkan untuk melaksanakan semua yang Tuhan tuntut untuk orang lakukan, dan berbagai jenis pekerjaan di rumah Tuhan—semua ini termasuk tugas manusia. Pekerjaan apa pun yang orang lakukan, ini adalah tugas yang harus dia laksanakan. Tugas mencakup lingkup yang sangat luas, dan melibatkan banyak bidang, tetapi apa pun tugas yang kaulaksanakan, bahasa sederhananya, itu adalah kewajibanmu dan sesuatu yang harus kaulakukan. Asalkan engkau berusaha melaksanakannya dengan baik dengan segenap hatimu, Tuhan akan memperkenan dirimu, dan mengakuimu sebagai orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Siapa pun dirimu, jika engkau selalu berusaha menghindarkan diri atau bersembunyi dari tugasmu, itu artinya ada masalah. Bahasa halusnya, engkau terlalu malas, terlalu licik, engkau bermalas-malasan, dan engkau suka bersantai dan tidak suka bekerja keras. Bahasa kasarnya, engkau tidak bersedia melaksanakan tugasmu, dan engkau tidak memiliki kesetiaan ataupun ketundukan. Jika engkau bahkan tidak bisa mengerahkan dirimu secara jasmani untuk memikul pekerjaan yang sedikit ini, apa yang dapat kaulakukan? Apa yang mampu kaulakukan dengan benar? Jika orang benar-benar memiliki kesetiaan dan rasa tanggung jawab terhadap tugas mereka, maka selama tugas itu dituntut oleh Tuhan, dan selama tugas itu dibutuhkan oleh rumah Tuhan, mereka akan melakukan apa pun yang diminta, tanpa membuat pilihan mereka sendiri. Bukankah salah satu prinsip melaksanakan tugas adalah orang harus melakukan dan melaksanakan dengan baik apa yang mampu dan harus mereka lakukannya? (Ya.)" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Empat)). "Jika engkau tunduk dan tulus, maka ketika engkau melaksanakan suatu tugas, engkau tidak akan bersikap asal-asalan, dan engkau tidak akan bermalas-malasan dengan licik, melainkan akan mengerahkan segenap hati dan tenagamu untuk melaksanakannya. Jika keadaan batin seseorang salah dan kenegatifan muncul dalam diri mereka, mereka akan kehilangan semangat dan ingin bersikap asal-asalan; mereka tahu betul bahwa keadaan mereka tidak benar, tetapi mereka tetap tidak berusaha untuk memperbaikinya dengan mencari kebenaran. Orang yang seperti ini tidak mencintai kebenaran, dan hanya sedikit bersedia untuk melaksanakan tugas mereka; mereka tidak mau berusaha atau tidak mau mengalami kesukaran, dan mereka selalu berusaha untuk bermalas-malasan dengan licik. Sebenarnya, Tuhan telah memeriksa semua ini—jadi mengapa Dia tidak mengindahkan orang-orang ini? Tuhan hanya menunggu umat pilihan-Nya untuk sadar, mengenali, dan menyingkapkan orang-orang tersebut, dan menyingkirkan mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Empat)). Melalui firman Tuhan, aku mengerti bahwa orang yang bertanggung jawab dalam tugas mereka tidak memerlukan pengawasan dari orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan; mereka mengerahkan segenap hati mereka untuk melaksanakan tugas. Namun, orang yang tidak serius dengan tugas mereka hanya berpura-pura dan asal-asalan. Meskipun orang melihat sepertinya mereka telah melakukan banyak pekerjaan, itu hanya di luarnya dan sama sekali belum memperoleh hasil yang nyata. Mereka sedang menipu orang. Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku. Aku merasa senang saat mengundang calon penerima Injil untuk datang mendengarkan khotbah karena ketika semua orang melihat jumlah orang yang kuundang, mereka akan menganggapku sebagai orang yang bertanggung jawab. Namun sebenarnya, saat aku harus mengetahui apa yang terjadi dengan mereka sesudahnya, aku tidak mau membayar harga, ataupun mengerahkan lebih banyak waktu dan upaya. Aku hanya ingin menyerahkan pekerjaan itu kepada staf penginjilan. Aku suka mengambil jalan keluar yang mudah. Jika ada jalan yang tidak begitu sukar dan paling nyaman, itulah jalan yang kuambil. Aku mengambil jalan pintas saat keadaan menjadi sulit. Aku ingin menyerah ketika sesuatu tampak sulit atau aku harus mengerahkan banyak upaya. Aku sangat malas! Aku tidak mau repot-repot mencari tahu pertanyaan calon penerima Injil setelah mendengarkan khotbah, apakah mereka terus datang ke pertemuan atau tidak, dan jika tidak, mengapa mereka tidak berada di sana, dan sebagainya. Aku sangat tidak bertanggung jawab dalam tugasku dan tidak mau berkontribusi, tetapi ingin terlihat efektif dalam tugasku. Aku sangat cerdik dan licik, aku tidak layak untuk dipercaya. Aku ingat pengalamanku yang lain. Saat aku masih bersekolah dan nilai-nilaiku buruk, aku harus tinggal kelas dan harus mengulang, tetapi aku tetap tidak belajar dengan giat. Aku selalu lebih memilih pekerjaan yang mudah daripada pekerjaan yang sulit, dan telah bersikap malas. Itu adalah bagian dari naturku. Setelah menyadari hal ini, aku mulai lebih memikirkan pekerjaanku, mengubah cara kerjaku, dan berkomunikasi dengan para calon penerima Injil itu. Aku juga berbicara dengan staf penginjilan dan meminta bantuan mereka. Ketika aku melakukan hal ini, aku menjadi sedikit lebih efektif.
Beberapa waktu kemudian, aku menyerahkan mereka yang siap menerima jalan yang benar kepada para penyiram, tetapi masih banyak orang yang tidak terus datang ke pertemuan. Ada satu orang yang terlalu sibuk dengan pekerjaan untuk datang ke pertemuan. Selain itu, ibunya baru saja meninggal dunia. Dia merasa sedih dan menarik diri dari dunia. Aku tidak tahu bagaimana bersekutu dengannya selain mencari kata-kata sederhana untuk disampaikan. Dan ketika beberapa orang menghadapi masalah, aku tidak mampu menemukan firman Tuhan yang tepat untuk bersekutu dengan mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Ini sulit bagiku. Aku lebih suka mengundang orang datang mendengarkan khotbah karena itu lebih mudah. Aku sebenarnya tidak suka berbicara dengan mereka; aku takut mereka akan menanyakan pertanyaan yang tidak mampu kujawab, jadi aku memilih menghindari atau melepaskan mereka. Kira-kira setengah tahun kemudian, kulihat hanya enam dari orang-orang yang kuundang yang telah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, sedangkan saudara-saudari lainnya telah mempertobatkan banyak orang. Aku merasa malu dan dipenuhi penyesalan. Aku telah lalai dalam tugasku selama enam bulan ini. Jika saja aku bisa memutar waktu kembali, aku tidak akan lalai. Fakta bahwa orang lain telah membawa begitu banyak orang ke hadapan Tuhan memperlihatkan bahwa mengabarkan Injil tidaklah sulit, bahwa itu hanya membutuhkan sedikit ketekunan, dan bahwa hasil sangatlah mungkin diperoleh dalam tugas ini. Aku membaca bahwa firman Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Dalam menyebarkan Injil, orang harus memenuhi tanggung jawab mereka dan memperlakukan setiap calon penerima Injil dengan sungguh-sungguh. Tuhan menyelamatkan manusia semaksimal mungkin, dan manusia harus memperhatikan maksud-maksud Tuhan, mereka tidak boleh dengan sembarangan melewatkan siapa pun yang sedang mencari dan menyelidiki jalan yang benar. Terlebih dari itu, dalam menyebarkan Injil, engkau harus memahami prinsip-prinsipnya. Bagi setiap orang yang sedang menyelidiki jalan yang benar, engkau harus mengamati, memahami, dan mengetahui dengan jelas hal-hal tertentu seperti latar belakang agama mereka, apakah kualitas mereka baik atau buruk, dan bagaimana kualitas kemanusiaan mereka. Jika engkau menemukan seseorang yang haus akan kebenaran, yang mampu memahami firman Tuhan, dan mampu menerima kebenaran, artinya orang itu telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Engkau harus berusaha dengan sekuat tenaga mempersekutukan kebenaran kepadanya dan memenangkannya. Namun, jika orang itu memiliki kemanusiaan dan karakter yang buruk, dan kehausannya hanyalah kepura-puraan, dan dia terus berdebat dan berpaut pada gagasannya, engkau harus mengesampingkan orang itu dan melepaskannya. Ada orang-orang yang sedang menyelidiki jalan yang benar memiliki kemampuan untuk memahami dan berkualitas baik, tetapi mereka congkak dan merasa diri benar. Mereka sangat berpaut pada gagasan agamawi, jadi, engkau harus mempersekutukan kebenaran kepada mereka dengan penuh kasih dan kesabaran untuk membantu mereka mengatasi hal ini. Engkau baru boleh melepaskan mereka jika mereka tidak menerima kebenaran bagaimanapun caramu mempersekutukannya kepada mereka—itu berarti engkau telah melakukan semua yang mampu kaulakukan. Singkatnya, jangan dengan mudahnya melepaskan siapa pun yang mampu mengakui dan menerima kebenaran. Asalkan mereka mau menyelidiki jalan yang benar dan mampu mencari kebenaran, engkau harus berupaya sebaik mungkin untuk membacakan lebih banyak firman Tuhan dan mempersekutukan lebih banyak kebenaran kepada mereka, dan bersaksi tentang pekerjaan Tuhan serta meluruskan gagasan dan menjawab pertanyaan mereka, sehingga engkau bisa memenangkan mereka dan membawa mereka ke hadapan Tuhan. Ini sesuai dengan prinsip-prinsip penyebaran Injil. Jadi, bagaimana mereka bisa dimenangkan? Jika, selama proses menginjili mereka, engkau yakin bahwa orang ini memiliki kualitas yang baik dan kemanusiaan yang baik, engkau harus berupaya sebaik mungkin untuk memenuhi tanggung jawabmu; engkau harus membayar harga tertentu, dan menggunakan cara dan sarana tertentu, dan engkau boleh menggunakan cara serta sarana apa pun selama engkau menggunakannya untuk memenangkan orang itu. Singkatnya, untuk memenangkan mereka, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu, dan menggunakan kasih, dan berupaya sebaik mungkin. Engkau harus mempersekutukan semua kebenaran yang kaupahami dan melakukan semua hal yang harus kaulakukan. Meskipun orang ini tidak dimenangkan, tidak akan ada perasaan bersalah di dalam hatimu. Engkau telah melakukan semua yang mampu dan harus kaulakukan. Jika engkau tidak mempersekutukan kebenaran dengan jelas, dan orang itu terus berpaut pada gagasan mereka, dan jika engkau kehilangan kesabaran, dan melepaskan orang ini atas kemauanmu sendiri, ini berarti engkau bersikap sembrono dalam tugasmu, dan bagimu, ini akan menjadi sebuah pelanggaran dan noda. Ada orang-orang yang berkata, 'Apakah memiliki noda ini berarti aku telah dikutuk oleh Tuhan?' Perkara semacam itu tergantung pada apakah orang melakukan hal-hal ini dengan sengaja dan merupakan kebiasaannya atau tidak. Tuhan tidak menghukum orang karena pelanggaran sesekali; mereka hanya perlu bertobat. Namun, jika mereka secara sadar melakukan kesalahan dan tidak mau bertobat, mereka akan dihukum oleh Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan tidak menghukum mereka padahal mereka jelas-jelas tahu jalan yang benar tetapi dengan sengaja berbuat dosa? Dilihat berdasarkan prinsip kebenaran, ini artinya tidak bertanggung jawab dan asal-asalan, dan setidaknya, orang-orang ini belum memenuhi tanggung jawab mereka; dengan cara inilah Tuhan menilai kesalahan mereka. Jika mereka tidak mau bertobat, mereka akan dihukum. Jadi, untuk mengurangi atau menghindari kesalahan semacam itu, orang harus berupaya sebaik mungkin untuk memenuhi tanggung jawab mereka, secara aktif berusaha menjawab semua pertanyaan yang diajukan orang yang sedang menyelidiki jalan yang benar, dan tentu saja tidak mengundur atau menunda menjawab pertanyaan-pertanyaan penting" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menyebarkan Injil adalah Tugas yang Wajib Semua Orang Percaya Laksanakan"). Firman Tuhan sungguh membuatku merenung, dan aku sangat tersentuh. Karena mengabarkan Injil adalah tanggung jawabku dan maksud Tuhan, aku seharusnya mengerahkan segenap kemampuanku, tetapi aku tidak mau berkorban dalam tugasku untuk membawa orang kepada Tuhan. Aku sangat malas dan terlalu asal-asalan dalam tugasku. Aku tidak melakukan perintah Tuhan dan tidak memberi perhatian yang sungguh-sungguh kepada semua orang yang menyelidiki jalan yang benar ataupun memenuhi tanggung jawabku. Kupikir mengundang banyak orang untuk datang mendengarkan khotbah saja sudah cukup, dan yang terjadi setelah itu bukanlah tugasku. Di mataku, itu adalah tanggung jawab para penyiram, dan entah mereka datang ke pertemuan atau tidak bukan masalah atau tanggung jawabku. Jadi, saat mereka tidak datang ke pertemuan, aku tidak berupaya sebaik mungkin mencari firman dari Tuhan untuk membantu mereka. Kupikir masalah mereka sulit untuk kuselesaikan, jadi aku ingin melepaskan mereka. Namun sebenarnya, asalkan mereka memenuhi prinsip untuk pemberitaan Injil, aku seharusnya memberi perhatian serius terhadap mereka karena akulah yang mengundang mereka untuk datang mendengarkan khotbah. Dalam keadaan normal, aku harus terus berkomunikasi dengan mereka sesudahnya, tetapi tidak kulakukan. Aku hanya menyerahkan mereka kepada para penyiram dan berhenti di tahap itu. Aku benar-benar tidak punya rasa tanggung jawab atau memikirkan maksud Tuhan. Setelah menyadari masalahku, aku bertekad mengubah sikapku, tetapi aku tahu aku tidak mampu melakukannya seorang diri. Aku harus berdoa dan mencari pertolongan Tuhan. Setelah itu, saat bertemu dengan calon penerima Injil, aku sering berdoa kepada Tuhan agar membantuku membawa mereka kepada-Nya, serta memiliki kemauan untuk bekerja keras dan membuat pengorbanan nyata, tidak akan lalai dengan tugasku seperti dahulu. Aku juga bertanya kepada pemimpinku cara membuat orang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Dia menjelaskan beberapa cara denganku, dan aku mulai merenung untuk mengetahui apa yang belum kulakukan. Aku sadar aku tidak mencari kebenaran dalam pekerjaanku, dan tidak belajar dari saudara-saudariku. Saat ada yang tidak datang ke pertemuan, aku tidak ingin tahu alasannya, dan hanya memutuskan untuk melepaskan mereka. Sikapku terhadap tugas terlalu teledor.
Setelah menyadari hal ini, aku teringat firman Tuhan berkata: "Caramu memperlakukan amanat Tuhan sangatlah penting, dan ini adalah hal yang sangat serius. Jika engkau tidak dapat menyelesaikan apa yang telah Tuhan percayakan kepada manusia, engkau tidak layak untuk hidup di hadirat-Nya dan engkau harus dihukum. Adalah sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bahwa manusia harus menyelesaikan amanat apa pun yang Tuhan percayakan kepada mereka. Ini adalah tanggung jawab tertinggi manusia, dan sama pentingnya dengan hidup mereka sendiri. Jika engkau tidak memperlakukan amanat Tuhan dengan serius, artinya engkau sedang mengkhianati Dia dengan cara yang paling serius. Dalam hal ini, engkau lebih menyedihkan daripada Yudas dan harus dikutuk. Manusia harus mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana memperlakukan apa yang Tuhan percayakan kepada mereka dan, setidaknya, mereka harus memahami bahwa amanat yang Tuhan percayakan kepada manusia adalah peninggian dan kemurahan khusus dari Tuhan, dan semua ini adalah hal-hal yang paling mulia. Segala sesuatu yang lain dapat ditinggalkan. Meskipun seseorang harus mengorbankan nyawanya sendiri, dia tetap harus memenuhi amanat Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa malu. Sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan, aku seharusnya melaksanakan tugasku dengan baik. Ini adalah misi dan nilai keberadaanku. Jika aku tidak mampu melaksanakan tugas ini, artinya aku sudah kehilangan fungsi yang menjadi tujuanku diciptakan, dan tidak layak untuk hidup di hadapan Tuhan. Pada akhirnya aku akan dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan. Mengabarkan Injil Kerajaan adalah keinginan Tuhan yang paling mendesak, dan Tuhan ingin agar kita mengerahkan segenap kemampuan kita untuk mengabarkan Injil dan menjadi saksi bagi-Nya. Kita tidak boleh bersikap asal-asalan dalam melakukan hal-hal ini. Aku teringat saat Tuhan memanggil Nuh untuk membangun bahtera. Meskipun itu tugas yang sangat sulit, Nuh tidak menyerah. Dia tidak bertanya kepada Tuhan kapan bahtera itu akan selesai, atau kapan air bah akan datang. Dia hanya mengikuti perintah Tuhan dan membangun bahtera itu. Setelah menyadari hal ini, aku sadar aku harus mengubah sikapku terhadap tugas, mengikuti teladan Nuh, dan berusaha sekuat tenaga ketika melaksanakan tugasku. Suatu kali dalam sebuah pertemuan, saudara-saudari yang lain menceritakan pengalaman penginjilan mereka dan bagaimana mereka menggunakan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah calon penerima Injil. Setelah mendengarkan mereka, aku sangat tersentuh. Aku tidak mau lagi bermalas-malasan. Aku mau bertanggung jawab dan mengerahkan segenap tenagaku untuk melaksanakan tugasku.
Setelah itu, aku selalu mengamati siapa saja yang tidak datang ke pertemuan, segera menghubungi mereka yang tidak hadir, lalu mempersekutukan firman Tuhan kepada mereka. Saat aku mengerahkan segenap hatiku untuk memperhatikan setiap orang, kebanyakan dari mereka datang ke pertemuan secara teratur. Aku ingat ada satu orang yang tidak datang selama beberapa hari. Aku mengiriminya pesan, tetapi saat dia tidak menjawab selama beberapa hari, aku mulai khawatir. Aku menelepon Saudara Derly, seorang penyiram, dan mengetahui bahwa saudari itu menghadapi kesulitan di tempat kerja, dan Derly telah membagikan beberapa bagian firman Tuhan kepadanya. Mendengar laporannya, aku merasa itu tidak cukup, jadi kuminta Saudara Derly untuk menelepon dia dan bersekutu melalui telepon. Di luar dugaan, setelah persekutuan, dia mau menghadiri pertemuan pada hari itu juga, dan meminta maaf karena tidak datang sebelumnya. Tak lama kemudian, dia bergabung dengan gereja. Hatiku sangat gembira. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan! Aku membaca firman Tuhan berkata: "Jika engkau benar-benar memiliki hati nurani dan nalar, maka ketika engkau melakukan sesuatu, engkau akan sedikit lebih sepenuh hati, serta memberikan sedikit lebih banyak kebaikan, tanggung jawab, dan perhatian, dan engkau akan mampu mengerahkan lebih banyak upaya. Jika engkau mampu mengerahkan lebih banyak upaya, hasil dari tugas yang kaulaksanakan akan meningkat. Hasilmu akan lebih baik, dan ini akan memuaskan baik Tuhan maupun orang lain" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). "Engkau harus masuk memperoleh jalan masuk dari sisi yang positif. Jika engkau menunggu secara pasif, berarti engkau masih negatif. Engkau harus proaktif dalam bekerja sama dengan-Ku; rajinlah dan jangan pernah malas. Selalulah bersekutu dengan Aku dan peroleh keintiman yang lebih dalam dengan-Ku. Jika engkau tidak mengerti, jangan menjadi tidak sabar demi hasil yang cepat. Bukan berarti Aku tidak akan memberitahumu; itu karena Aku ingin melihat apakah engkau mengandalkan Aku ketika engkau berada dalam hadirat-Ku, dan apakah engkau memiliki keyakinan dalam pengandalanmu kepada-Ku. Engkau harus selalu tetap dekat dengan-Ku, dan menempatkan semua hal di tangan-Ku. Jangan kembali dengan sia-sia. Setelah tanpa kausadari engkau menjadi dekat dengan-Ku selama jangka waktu tertentu, maksud-maksud-Ku akan Kunyatakan kepadamu. Jika engkau memahami maksud-maksud-Ku, engkau akan benar-benar berhadapan muka dengan-Ku, dan engkau benar-benar telah menemukan wajah-Ku. Engkau akan memiliki banyak kejelasan dan keteguhan di dalam batinmu, dan engkau akan memiliki sesuatu untuk kauandalkan. Engkau juga akan memiliki kekuatan dan keyakinan, dan memiliki jalan ke depan. Segala sesuatu akan menjadi mudah bagimu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 9"). Tuhan menuntut agar kita aktif dalam melaksanakan tugas kita. Kita tidak boleh pasif. Ketika kita menghadapi masalah atau kesulitan, kita harus lebih banyak berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, dan Tuhan akan membantu dan membimbing kita untuk memahami prinsip kebenaran. Sebelumnya, aku pasif dalam tugasku dan tidak punya inisiatif. Aku dengan sembrono melepaskan calon penerima Injil. Bimbingan dari firman Tuhan membuatku mengerti bahwa apa yang ada di hati kita sangatlah penting. Saat kita memperlakukan orang dengan kasih dan bersekutu dengan ketulusan, kita akan melihat bimbingan Tuhan. Setelah memahami hal ini, aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membantuku melaksanakan tugasku dengan baik, dan dengan sadar menerapkan firman-Nya.
Setelah itu, aku aktif berbicara dengan para calon penerima Injil itu, dan aku selalu terus mencari tahu keadaan mereka dan mempersekutukan firman Tuhan kepada mereka dengan sabar sampai mereka menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Ketika aku melakukan hal ini, aku merasa Tuhan membimbingku sedikit demi sedikit, membantuku memahami cara melaksanakan tugasku dengan baik, dan hatiku terasa sangat tenang. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Chun Yu, Tiongkok Itu terjadi musim semi yang lalu ketika aku sedang melakukan tugas memberitakan Injil di gereja. Pada saat...
Oleh Saudari Keanna, Ukraina Pada musim panas 2020. Saat itu, aku dan adikku Albina menemukan sebuah video Gereja Tuhan Yang Mahakuasa...
Oleh Saudari Jiayu, TiongkokSaudari Li Le adalah seorang pengkhotbah, dan dia juga memeriksa pekerjaan gereja kami. Biasanya hubungan kami...
Suatu hari di bulan Mei 2023, Saudari Zhao Fei mengajakku untuk menyebarkan Injil akhir zaman Tuhan kepada seseorang yang percaya Tuhan...