Firman Tuhan Menaklukkan Segala Kebohongan
Oleh Saudari Ye Qiu, TiongkokPada Juni 2022, aku terpilih menjadi diaken penyiraman. Suatu hari, aku dan Saudari Cheng Lin mengadakan...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Sejak aku masih kecil, orang tuaku mengajariku untuk bersikap ramah kepada orang, dan menjadi orang yang mudah bergaul dan berempati. Jika orang-orang di sekitarku punya masalah atau kekurangan, aku tak boleh menyingkapkan mereka secara langsung, aku harus memikirkan harga diri mereka. Karena didikan ini, aku tak pernah terlibat dalam konflik atau perselisihan dengan siapa pun, dan orang-orang di sekitarku menganggapku orang yang baik dan ingin berteman denganku. Aku mengira ini pun adalah cara yang baik untuk berperilaku. Setelah percaya kepada Tuhan, aku berinteraksi dengan saudara-saudariku dengan cara yang sama. Apalagi setelah menjadi pemimpin gereja, kupikir aku harus ramah kepada saudara-saudari dan tidak dengan mudah menuduh orang lain melakukan kesalahan. Dengan begitu, aku tidak akan merusak hubungan baikku dengan mereka, dan saudara-saudari akan ingin berinteraksi denganku, dan memujiku sebagai pemimpin yang ramah dan baik.
Beberapa waktu kemudian, aku mendapati seorang pemimpin kelompok, Saudari Joan, tidak terbeban dalam tugasnya dan dia sama sekali tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku mengingatkan dia berkali-kali, "Sebagai pemimpin kelompok, kau harus peduli dan memahami keadaan saudara-saudarimu dan menindaklanjuti pekerjaan mereka." Namun, dia tetap tidak melakukan apa yang kuminta, jadi aku harus kembali mengingatkan dia dan menanyakan alasannya. Dia berkata hanya punya satu jam waktu luang, tetapi memakainya untuk membuka Facebook dan menonton film, jadi dia tidak menindaklanjuti pekerjaan apa pun. Mendengar perkataannya, aku sangat marah, dan kupikir, "Kau sangat malas dan sama sekali tak terbeban. Ada saudara-saudari yang tidak menghadiri pertemuan dan kau tidak memikirkan cara untuk menyokong mereka." Aku ingin memangkasnya karena bekerja asal-asalan dan tak bertanggung jawab, tetapi kupikir jika aku memangkasnya, itu mungkin akan membuatnya menjauhkan diri dariku dan berkata aku bukan pemimpin yang baik dan mudah bergaul. Aku tidak ingin merusak hubungan kami yang harmonis, jadi alih-alih memangkasnya, aku berusaha menyemangatinya. Aku berkata, "Kau bisa memakai waktu luang ini untuk berusaha memahami keadaan saudara-saudarimu, dan barulah kau bisa melaksanakan tugasmu dengan baik." Setelah dinasihati, kinerjanya membaik selama beberapa hari, tetapi segera kembali kepada caranya yang lama. Karena dia asal-asalan dalam tugasnya, makin banyak petobat baru yang berhenti menghadiri pertemuan secara teratur, dan ada petobat baru yang tidak datang sama sekali. Aku sangat marah. Dia sangat tak bertanggung jawab! Aku sangat ingin memangkasnya, tetapi aku aku juga khawatir dia akan menjauhkan dirinya dariku, jadi aku tidak mengatakan apa pun, dan aku harus menyirami dan menyokong para petobat baru itu seorang diri. Setelah aku berbicara dengan mereka, aku mendapati mereka tidak datang ke pertemuan karena mereka memiliki banyak kesulitan yang belum diselesaikan, tetapi Joan telah memberitahuku sebelumnya bahwa mereka sama sekali tidak membalas pesan. Setelah melihat sikap Joan yang sembrono terhadap tugasnya, aku sangat ingin memangkasnya dan memberitahunya bahwa sikapnya yang tidak bertanggung jawab telah menyebabkan konsekuensi yang sangat serius. Namun, aku juga ingin menjadi pemimpin yang baik yang ramah dan mudah bergaul, jadi aku berubah pikiran, lalu kembali hanya mengatakan beberapa hal untuk menyemangati dia. Akibatnya, dia tetap tidak berubah. Di suatu pertemuan, Joan mengeluh, "Aku sudah lama berada di kelompok ini. Mengapa aku belum dipromosikan?" Mendengar perkataannya, kupikir, "Kau sangat malas, bekerja asal-asalan, dan kau tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin kau dipromosikan?" Meski marah kepadanya, aku menghiburnya dengan berkata, "Tugas apa pun yang kita laksanakan, kita melakukannya karena kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Meskipun tugas kita berbeda, kita semua menyirami petobat baru." Kupikir perkataanku ini akan membuatnya merasa aku mengerti dan peduli kepadanya, bahwa aku adalah pemimpin yang baik. Jadi, ketika aku dihadapkan dengan masalah dalam diri saudara-saudariku, aku tak pernah menyingkapkan atau memangkas mereka. Aku malah mengatakan hal-hal yang baik untuk menghibur dan menyemangati mereka. Kupikir melakukan ini bisa menjaga citraku yang baik dan mudah bergaul di hati semua orang.
Di lain waktu, diaken penginjilan, Edna, dan seorang pemimpin kelompok bernama Anne tidak bekerja sama secara harmonis. Edna berkata kepadaku dengan marah, "Anne terlalu malas! Saat kutanyakan tentang keadaan dan kesulitan saudara-saudari dalam kelompoknya, jawabannya sangat lama. Ini berarti aku tak bisa memahami keadaan dengan cepat. Dia tidak melaksanakan tugasnya dengan baik!" Aku tahu Edna memiliki watak congkak, dan dia berbicara dengan nada bicara yang terdengar seperti perintah atau tuntutan, yang sulit diterima orang lain. Anne cukup angkuh dan kemungkinan dia tidak tahan dengan nada bicara Edna, dan itulah sebabnya dia tidak mau menjawab. Aku ingin menunjukkan hal ini kepada Edna, tetapi aku juga tak ingin dia merasa terluka atau merasa aku tidak memahami dia, jadi kuberi tahu dia baik-baik, "Mungkin Anne sedang sibuk dan tak melihat pesanmu." Setelah itu, aku menemui Anne, dan Anne berkata dengan sedih, "Edna terlalu congkak. Dia selalu menuntutku, jadi aku tak mau membalas pesannya." Ketika kulihat dia tidak mau menerima saran dari orang lain, aku ingin memperingatkannya tentang hal ini, tetapi aku khawatir dia tidak mau menerimanya, dan itu akan merusak keharmonisan di antara kami, jadi aku berkata, "Mungkin kau salah paham terhadap Edna. Dia hanya ingin kau melaksanakan tugasmu dengan baik." Jadi, aku hanya memberikan penghiburan dan nasihat kepada mereka dan tidak menunjukkan masalah mereka. Tak satu pun dari mereka mengenal diri mereka sendiri, Edna tetap belum memiliki cara untuk menindaklanjuti pekerjaan Anne, dan Anne yakin dia telah diperlakukan tidak adil, sampai-sampai dia merasa tidak mampu melaksanakan tugasnya. Aku tahu bahwa aku tidak memenuhi tanggung jawabku sebagai pemimpin, yang menyebabkan mereka tidak menyadari masalah mereka sendiri. Akulah yang menyebabkan ini terjadi. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia mencerahkanku agar aku mampu mengenal diriku sendiri.
Suatu hari, aku membaca dalam firman Tuhan: "Menerapkan kebenaran bukanlah tentang mengucapkan kata-kata kosong atau meneriakkan slogan, melainkan tentang bagaimana orang, apa pun yang ditemuinya dalam hidupnya, selama itu ada kaitannya dengan prinsip tentang cara manusia berperilaku, sudut pandangnya terhadap segala sesuatu, atau pelaksanaan tugasnya, mereka dihadapkan pada pilihan, dan mereka harus mencari kebenaran, mencari dasar dan prinsip di dalam firman Tuhan, dan kemudian menemukan jalan penerapannya. Mereka yang mampu menerapkan dengan cara seperti ini adalah orang yang mengejar kebenaran. Mampu mengejar kebenaran dengan cara seperti ini sebesar apa pun kesulitan yang dihadapi, berarti sedang menempuh jalan Petrus, jalan mengejar kebenaran. Sebagai contoh: prinsip apa yang harus kaupatuhi dalam hal berinteraksi dengan orang lain? Mungkin sudut pandangmu yang semula adalah 'Keharmonisan adalah harta karun; kesabaran adalah kecerdikan', dan engkau harus selalu menjaga hubungan baik dengan semua orang, berusaha agar orang lain terhindar dari rasa malu, dan tidak menyinggung siapa pun, sehingga engkau dapat memelihara hubungan baik dengan orang lain. Karena dibatasi oleh sudut pandang ini, engkau tetap diam ketika menyaksikan orang lain melakukan hal buruk atau melanggar prinsip. Engkau lebih memilih pekerjaan gereja mengalami kerugian daripada menyinggung siapa pun. Engkau menjaga hubungan baik dengan semua orang, siapa pun mereka. Engkau hanya memikirkan perasaan manusia dan melindungi reputasi saat berbicara, dan engkau selalu mengucapkan perkataan yang terdengar manis untuk menyenangkan orang lain. Sekalipun engkau mendapati seseorang yang bermasalah, engkau memilih untuk menoleransi orang itu, dan hanya membicarakan tentang dirinya di belakangnya, tetapi di depan orang itu engkau berusaha untuk tidak berkonfrontasi dengannya dan menjaga hubungan di antaramu. Bagaimana menurutmu perilaku semacam itu? Bukankah itu adalah perilaku penyenang orang? Bukankah itu sikap yang sangat licik? Perilaku ini melanggar prinsip tentang cara manusia berperilaku. Bukankah berperilaku dengan cara seperti ini sangat hina? Mereka yang bertindak seperti ini bukanlah orang yang mulia, ini bukanlah cara berperilaku yang baik. Sekalipun engkau telah sangat banyak menderita, dan sekalipun engkau telah banyak membayar harga, jika engkau tidak berprinsip dalam perilakumu, itu berarti engkau telah gagal dalam hal ini, dan perilakumu tidak akan diakui, diingat, ataupun diterima di hadapan Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Orang Setidaknya Harus Memiliki Hati Nurani dan Nalar"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti bahwa menerapkan kebenaran artinya bertindak berdasarkan prinsip kebenaran apa pun yang terjadi, dan tidak takut menyinggung orang. Namun, saat berinteraksi dengan saudara-saudariku, aku selalu ingin meninggalkan kesan yang positif kepada mereka dan menjaga keharmonisan di antara kami. Aku berupaya keras untuk menjadi pemimpin yang mudah bergaul dan berempati agar mendapatkan pujian mereka, tetapi aku tidak berfokus untuk menerapkan kebenaran. Saat aku melihat Joan menyirami para petobat baru tanpa terbeban dan bersikap malas, aku ingin memangkasnya karena tidak bertanggung jawab, tetapi demi menjaga hubungan baik dengannya dan membuatnya berpikir bahwa aku adalah pemimpin yang baik dan mudah bergaul, aku tidak menyingkapkan masalah dia. Akibatnya, karena dia tak bertanggung jawab, beberapa masalah petobat baru tidak diselesaikan dan mereka tidak datang ke pertemuan. Dengan Edna dan Anne, kulihat mereka tidak bekerja sama secara harmonis dan tidak mengenal diri mereka sendiri—aku seharusnya telah menunjukkan masalah mereka dan membantu mereka mengenal diri mereka sendiri. Ini seharusnya akan bermanfaat bagi pekerjaan dan akan membantu jalan masuk kehidupan mereka, tetapi aku hanya berusaha untuk meredakan konflik mereka dengan memberi penghiburan dan nasihat. Akibatnya, mereka berdua tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik. Demi menjaga citraku sebagai pemimpin yang baik yang ramah dan mudah bergaul, aku sama sekali tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan. Aku lebih suka membiarkan pekerjaan gereja dirugikan sehingga aku dapat menjaga hubunganku dengan orang. Aku sangat egois dan hina. Aku adalah penyenang orang dan orang yang curang. Perilaku dan tindak tandukku sepenuhnya didasarkan pada watak rusakku. Aku sama sekali tidak menerapkan kebenaran. Meskipun aku dipuji oleh orang lain, aku tak akan pernah dipuji oleh Tuhan. Aku tidak menyingkapkan atau menunjukkan masalah saudara-saudariku, dan aku tidak mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikannya. Ini berarti mereka tidak mengenali watak rusak mereka atau melaksanakan tugas mereka dengan baik, yang mana ini memengaruhi pekerjaan gereja. Aku tidak membantu saudara-saudari untuk mengenal diri mereka sendiri atau mengalami kemajuan dalam jalan masuk kehidupan mereka. Aku malah melindungi citra diriku di mata orang lain sebagai pemimpin yang baik, sehingga mereka selalu memuji dan menghormatiku, yang mana ini menjijikkan bagi Tuhan. Saat menyadari hal ini, aku merasa sangat sedih. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku untuk menyelesaikan watak rusakku.
Kemudian, setelah mengetahui tentang keadaanku, seorang saudari mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Esensi di balik perilaku baik, seperti rendah hati dan mudah bergaul dan bersikap ramah dan mudah didekati, dapat digambarkan dengan satu kata: kepura-puraan. Perilaku baik seperti itu bukan dihasilkan dari firman Tuhan, juga bukan hasil dari menerapkan kebenaran atau bertindak berdasarkan prinsip. Dihasilkan dari apakah perilaku baik ini? Ini berasal dari motif dan rencana licik manusia, dari sikap mereka yang berpura-pura, menipu, dan licik. Ketika orang berpegang teguh pada perilaku baik ini, tujuannya adalah untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan; jika tidak, mereka tidak akan pernah menyusahkan dirinya dengan cara seperti ini, dan hidup bertentangan dengan keinginan mereka sendiri. Apa artinya hidup bertentangan dengan keinginan mereka sendiri? Itu artinya natur mereka yang sebenarnya tidaklah sebaik, sejujur, selembut, seluhur, dan sebajik yang orang bayangkan. Mereka tidak hidup sesuai dengan hati nurani dan akal mereka; sebaliknya mereka hidup untuk mencapai tujuan atau tuntutan tertentu. Seperti apa sebenarnya natur manusia itu? Natur manusia sebenarnya kacau dan bodoh. Tanpa adanya hukum dan perintah yang Tuhan karuniakan, orang tidak akan tahu apa artinya dosa. Bukankah manusia dahulu seperti ini? Hanya setelah Tuhan mengeluarkan hukum dan perintah, barulah orang memiliki sedikit pemahaman tentang dosa. Namun mereka tetap tidak memahami apa yang salah dan apa yang benar, atau apa yang positif dan apa yang negatif. Dan, jika mereka tidak memahami hal-hal ini, bisakah mereka tahu apa prinsip yang tepat untuk berbicara dan bertindak? Bisakah mereka tahu cara bertindak seperti apa, perilaku baik seperti apa, yang seharusnya ditemukan dalam diri kemanusiaan yang normal? Bisakah mereka tahu apa yang mampu menghasilkan perilaku yang benar-benar baik, cara seperti apa yang harus mereka ikuti agar hidup dalam keserupaan dengan manusia? Mereka tidak bisa. Karena natur Iblis dalam diri manusia, karena naluri mereka, mereka hanya bisa berpura-pura dan menyamarkan diri untuk hidup terhormat dan bermartabat—dan inilah yang memunculkan perilaku yang menipu seperti terpelajar dan santun, bersikap lembut dan sopan, elegan dan sopan, menghormati orang yang lanjut usia dan mengasihi orang muda, bersikap ramah dan mudah didekati, rendah hati dan mudah bergaul; demikianlah munculnya tipu muslihat dan cara-cara yang menipu ini. Dan begitu itu muncul, orang pun memilih untuk berpegang teguh pada satu atau beberapa dari cara-cara yang menipu ini. Ada yang memilih bersikap ramah dan mudah didekati, rendah hati dan mudah bergaul, ada yang memilih bersikap terpelajar dan santun, bersikap lembut dan sopan, ada yang memilih bersikap elegan dan sopan, menghormati orang yang lanjut usia dan mengasihi orang muda, ada yang memilih semua sikap ini. Namun, Aku mendefinisikan orang-orang yang berperilaku baik seperti itu dengan satu istilah. Istilah apa itu? 'Batu halus.' Apa yang dimaksud dengan batu halus? Itu adalah batu berpermukaan halus di sungai yang permukaan kasarnya telah digosok dan dipoles oleh air mengalir selama bertahun-tahun. Meskipun jika diinjak batu-batu itu tidak terasa menyakitkan, tetapi jika tidak berhati-hati orang bisa terpeleset ketika menginjaknya. Permukaan dan bentuk batu-batu ini sangat indah, tetapi begitu engkau membawanya ke rumah, batu-batu itu sama sekali tidak berguna. Engkau merasa sayang membuangnya, tetapi menyimpannya juga tidak ada gunanya—inilah yang dimaksud dengan 'batu halus'. Bagi-Ku, orang yang memiliki perilaku yang tampak baik ini adalah orang yang suam-suam kuku. Mereka berpura-pura baik di luarnya, tetapi sama sekali tidak menerima kebenaran, mereka mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan, tetapi tidak melakukan hal nyata apa pun. Mereka itulah batu-batu yang halus itu" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (3)"). Sebelumnya, aku selalu merasa bahwa orang yang mudah bergaul dan ramah adalah orang yang baik, tidak pernah menyangka bahwa di balik jenis perilaku "baik" ini terdapat watak rusak Iblis serta tujuan dan niat pribadi. Aku berupaya keras untuk menjadi orang yang mudah bergaul dan ramah sejak kecil, dan orang-orang di sekitarku semuanya memujiku karena bersikap empati, tetapi sebenarnya, semua yang kulakukan adalah untuk membuat orang menghormati dan memujiku. Aku menggunakan perilaku yang tampaknya baik yaitu mudah bergaul dan ramah untuk membutakan dan menipu saudara-saudariku. Tuhan mencirikan orang dengan perilaku "baik" seperti ini sebagai "batu-batu halus". Batu-batu ini terlihat bagus di luar, tidak sakit jika terinjak, tetapi sangat mudah membuat orang terpeleset dan jatuh. Batu-batu ini enak dilihat, tetapi tidak punya kegunaan nyata. Itulah diriku. Aku tampak mudah bergaul dan ramah, dan aku tidak akan pernah menyakiti siapa pun, tetapi aku juga tidak memberikan bantuan nyata untuk saudara-saudariku. Sebaliknya, hatiku penuh kecurangan dan tipuan. Aku rukun dengan semua orang dan tidak menyinggung siapa pun. Aku hanyalah "batu-batu halus", penyenang orang yang selalu bermain aman, dan orang munafik yang licik. Sebagaimana firman Tuhan singkapkan: "Orang yang suka mengambil jalan tengah adalah orang yang paling berbahaya dari semuanya. Mereka tidak menyinggung siapa pun, mereka halus dan licik, mereka pandai berpura-pura sependapat dalam segala situasi, dan tidak seorang pun yang bisa melihat kesalahan mereka. Mereka seperti Iblis yang sesungguhnya!" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran Engkau Dapat Melepaskan Belenggu Watak yang Rusak"). Dahulu kupikir menjadi orang yang mudah bergaul dan ramah akan membuat orang lain menyukaiku, dan bahwa Tuhan juga akan memperkenan diriku. Kini aku mengerti bahwa tindakanku tidak sesuai dengan prinsip kebenaran dan firman Tuhan. Semua itu adalah penyingkapan dari watak curangku. Orang-orang yang bertindak seperti itu tidak memiliki martabat atau karakter, dan Tuhan membenci mereka. Aku tahu jika aku tidak bertobat dan berubah, suatu hari aku akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku tidak mau lagi menjadi orang seperti itu. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan bertobat. Aku memohon agar Dia membantuku mengubah watakku, memberiku kekuatan untuk menerapkan kebenaran, dan bersikap tulus kepada-Nya dan saudara-saudariku.
Suatu hari, seorang saudari mengirimiku firman Tuhan ini:
Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah tindakan dan perbuatan seseorang itu baik atau jahat? Lihatlah apakah mereka, dalam pemikiran, penyingkapan, dan tindakan mereka, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, maka tidak diragukan lagi, engkau adalah seorang pelaku kejahatan.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"
Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja:
1. Memimpin orang untuk makan dan minum firman Tuhan serta memahaminya, dan untuk masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan.
2. Memahami keadaan setiap jenis orang dan menyelesaikan berbagai kesulitan yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata mereka.
3. Mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran yang seharusnya dipahami agar dapat melaksanakan setiap tugas dengan baik.
4. Terus mengikuti perkembangan keadaan para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, dan dengan segera memindahtugaskan atau memberhentikan mereka bila diperlukan, untuk mencegah atau mengurangi kerugian karena menggunakan orang-orang yang tidak tepat, dan menjamin efisiensi serta kelancaran kemajuan pekerjaan.
5. Terus mendapatkan pemahaman terkini tentang status dan kemajuan setiap bagian dari pekerjaan, dan mampu dengan segera menyelesaikan masalah, mengoreksi penyimpangan, dan memperbaiki kekurangan dalam pekerjaan sehingga itu akan berkembang dengan lancar.
............
—Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (1)"
Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa standar-Nya untuk menilai kemanusiaan kita bukanlah berdasarkan berapa banyak perilaku "baik" yang kelihatannya kita lakukan atau berapa banyak orang yang menghormati kita. Melainkan, itu berdasarkan apakah kita mampu tunduk kepada Tuhan dan apakah dalam pemikiran dan perbuatan, kita memiliki kesaksian menerapkan kebenaran atau tidak. Hanya orang semacam itulah yang memiliki kemanusiaan yang baik. Selama ini, aku melihat Joan bukan saja bekerja asal-asalan dalam tugasnya dan tidak bertanggung jawab, tetapi Edna dan Anne juga hidup dalam watak rusak mereka dan saling mendendam. Tindakan mereka telah sangat merugikan pekerjaan gereja. Sebagai pemimpin gereja, aku seharusnya telah bersekutu untuk membantu mereka, menyingkapkan, dan menganalisis natur perilaku mereka, tetapi aku malah mengatakan hal-hal yang baik kepada mereka dan berusaha menjadi juru damai. Bahkan saat melihat pekerjaan gereja dirugikan, aku tetap hanya berusaha menjaga citra baikku. Aku bukan saja tak punya kesaksian menerapkan kebenaran, tetapi juga telah gagal memenuhi tanggung jawabku sebagai pemimpin gereja dan tidak membantu jalan masuk kehidupan saudara-saudariku sedikit pun. Dahulu, kupikir jika aku bisa hidup secara harmonis dengan saudara-saudariku dan membuat mereka menganggap aku mudah bergaul dan ramah, artinya aku adalah pemimpin yang baik. Sebenarnya, itu pemahaman yang keliru, dan sama sekali tidak sesuai dengan tuntutan Tuhan. Itu karena pemimpin yang baik adalah seseorang yang mampu menerapkan kebenaran untuk melindungi kepentingan gereja, yang mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan saudara-saudari dan memimpin mereka untuk masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Sedangkan aku, aku tidak menyingkapkan atau menunjukkan masalah saudara-saudariku, atau membantu mereka untuk memahami kebenaran dan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Sebaliknya, aku bermuslihat untuk melindungi harga diri dan citraku, aku menghibur dan menasihati mereka, dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Dengan melakukan itu, bukankah aku sedang mengelabui dan menipu saudara-saudariku? Aku baru sadar bahwa untuk menjadi pemimpin yang benar-benar baik, setiap perkataan dan perbuatanku harus sesuai dengan standar firman Tuhan, dan jika aku tidak menerapkan kebenaran, aku pasti sedang menempuh jalan yang menentang Tuhan. Ini karena Tuhan menginginkan orang yang mampu bertindak berdasarkan firman dan tuntutan-Nya, dan bukan pemimpin yang mengikuti nilai budaya tradisional, mengejar pujian orang lain, dan tidak menerapkan kebenaran. Dengan pemikiran ini, aku sadar bahwa aku harus mengubah caraku berinteraksi dengan orang. Aku tidak boleh terus mengikuti falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain ketika berinteraksi dengan saudara-saudari atau melaksanakan tugasku. Melainkan, aku harus membantu saudara-saudariku menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka berdasarkan firman Tuhan, agar mereka semua mampu melaksanakan tugas sesuai dengan prinsip kebenaran. Inilah tanggung jawabku. Dalam firman Tuhan, kutemukan jalan penerapan. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku menerapkan kebenaran untuk menyelesaikan kerusakanku.
Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Yang paling harus berusaha untuk dicapai manusia adalah menjadikan firman Tuhan sebagai dasar hidup mereka, dan kebenaran sebagai kriteria mereka; hanya dengan cara demikianlah mereka dapat hidup dalam terang dan hidup dalam keserupaan dengan orang normal. Jika engkau ingin hidup dalam terang, engkau harus bertindak sesuai dengan kebenaran; engkau harus menjadi orang jujur yang mengucapkan perkataan yang jujur, dan melakukan hal-hal yang jujur. Yang paling mendasar adalah engkau harus memiliki prinsip-prinsip kebenaran dalam caramu berperilaku; begitu orang kehilangan prinsip-prinsip kebenaran, dan hanya berfokus pada perilaku yang baik, ini pasti akan menimbulkan kepalsuan dan kepura-puraan. Jika tidak ada prinsip bagi cara orang berperilaku, maka sebaik apa pun perilaku mereka, mereka adalah orang-orang yang munafik; mereka mungkin mampu menyesatkan orang lain untuk sementara waktu, tetapi mereka tidak akan pernah dapat dipercaya. Hanya jika orang bertindak dan berperilaku sesuai dengan firman Tuhan, barulah mereka memiliki dasar yang benar. Jika mereka tidak berperilaku sesuai dengan firman Tuhan, dan hanya berfokus untuk berpura-pura berperilaku baik, dapatkah mereka menjadi orang yang baik sebagai hasilnya? Sama sekali tidak. Doktrin dan perilaku baik tidak mampu mengubah watak rusak manusia dan esensi manusia. Hanya kebenaran dan firman Tuhan yang mampu mengubah watak rusak, pemikiran, dan pendapat manusia, serta menjadi hidup mereka. ... Dalam beberapa percakapan khusus, sangatlah penting untuk secara langsung menyingkapkan kesalahan dan memangkas mereka, sehingga mereka memperoleh pengetahuan tentang kebenaran dan ingin bertobat. Hanya dengan cara demikianlah, hasil yang diinginkan akan tercapai. Cara penerapan ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka, dan ini membangun mereka, bukan?" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (3)"). Firman Tuhan menunjukkan jalan bagiku untuk mengubah watakku. Aku harus bertindak dan berperilaku sesuai dengan firman Tuhan, memakai kebenaran sebagai standarku. Aku harus berhenti menyamarkan diriku dengan perilaku yang tampaknya baik, dan aku harus menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Saat aku melihat sesuatu terjadi yang bertentangan dengan prinsip kebenaran, atau saat melihat saudara-saudari melaksanakan tugas mereka berdasarkan watak yang rusak, aku harus bersikap jujur kepada mereka, dan memperlakukan mereka berdasarkan prinsip. Ketika seseorang harus dibantu melalui persekutuan, aku harus bersekutu dan membantu mereka; ketika sesuatu harus ditunjukkan kepada seseorang, aku harus menunjukkannya; ketika seseorang harus dipangkas, aku harus memangkas mereka. Hanya dengan melakukan hal-hal itu, barulah saudara-saudari bisa menyadari bahwa ada penyimpangan dengan cara mereka melaksanakan tugas dan membalikkan keadaan secara tepat waktu. Itulah satu-satunya cara untuk benar-benar membantu mereka. Aku harus membangun hubunganku dengan di atas dasar firman Tuhan; seperti itulah seharusnya hubungan yang normal di antara manusia. Setelah memahami jalan untuk menerapkan kebenaran, aku berkata dalam hatiku, "Jangan takut untuk membicarakan kesalahan orang lain, dan jangan hanya selalu mengatakan hal-hal yang baik kepada mereka. Tuhan membenci orang yang menyamarkan dirinya dan menipu orang lain. Perkataan dan perbuatanku harus sesuai dengan firman Tuhan dan aku harus melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip kebenaran." Beberapa waktu kemudian, saat melihat Joan kembali bersikap malas, meskipun aku masih khawatir akan kehilangan citra baikku di hatinya jika aku menunjukkan masalah itu kepadanya secara langsung, aku teringat bagian firman Tuhan yang telah kubaca sebelumnya dan sadar bahwa aku masih mengikuti gagasan tentang mudah bergaul dan ramah dalam berperilaku dan bertindak-tanduk. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku menerapkan kebenaran. Setelah itu, aku menemui Joan dan berkata, "Karena kau asal-asalan dalam tugasmu dan tidak bertanggung jawab, banyak petobat baru tidak datang ke pertemuan. Melaksanakan tugasmu seperti ini sangat memperlambat jalan masuk kehidupan para petobat baru dan pekerjaan gereja." Setelah menunjukkan masalah dalam dirinya, aku juga mempersekutukan pengalamanku sendiri. Kupikir dia akan menjadi marah dan mengabaikanku, tetapi yang terjadi membuatku terkejut. Dia bukan saja tidak marah, tetapi dia juga merenungkan dirinya sendiri dan berkata, "Ini adalah kekuranganku, dan aku harus mengubahnya." Setelah itu, Saudari Joan mulai melaksanakan tugasnya dengan rajin, dan para petobat baru yang dia sirami makin menghadiri pertemuan secara teratur. Hubungan kami tidak rusak karena aku telah menasihati dan membantunya, itu justru membaik. Beberapa waktu kemudian, saat aku melihatnya kembali menyingkapkan kerusakannya, aku langsung menunjukkan hal itu kepadanya, dan dia bisa menerima nasihatku dan mengenal dirinya sendiri. Kini sikapnya terhadap tugas telah banyak berubah, dan dia telah dipilih sebagai pemimpin gereja. Aku juga menunjukkan masalah Edna dan Anne. Edna menjadi sadar akan kecongkakan dan keegoisannya, dan berkata dia harus mengubah cara bicaranya kepada orang lain. Anne juga mengenali watak rusaknya, dan dia berkata mau berubah. Ini membuatku sangat senang. Syukur kepada Tuhan! Hanya firman Tuhan yang mampu mengubah orang!
Semua pengalaman ini memperlihatkan kepadaku bahwa orang yang benar-benar baik, seperti yang diyakini orang, bukanlah orang yang terlihat berperilaku baik. Orang yang benar-benar baik adalah orang yang bertindak dan berperilaku berdasarkan firman Tuhan, menerapkan kebenaran, dan merupakan orang yang jujur. Inilah jenis orang yang Tuhan kasihi. Aku juga sadar bahwa saat aku melihat masalah dalam diri saudara-saudari, aku harus segera bersekutu dan membantu mereka, dan jika perlu, menyingkapkan dan memangkas mereka. Inilah satu-satunya cara untuk membantu orang menyadari kerusakan dan kekurangan mereka sendiri sehingga mereka mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan kerusakan mereka dan melaksanakan tugas mereka berdasarkan prinsip—Ini adalah cara terbaik bagiku untuk membantu saudara-saudariku. Kini aku tidak lagi takut menunjukkan masalah mereka. Apa pun yang mereka pikirkan tentangku, aku akan berlatih menjadi orang yang jujur, menjunjung tinggi prinsip, dan melindungi pekerjaan gereja. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Ye Qiu, TiongkokPada Juni 2022, aku terpilih menjadi diaken penyiraman. Suatu hari, aku dan Saudari Cheng Lin mengadakan...
Oleh Saudari Ting Ting, Guangzhou Sejak kecil, aku mudah sakit kepala, dan kadang, saking sakitnya, aku sampai berguling-guling di kasur....
Gan’en Kota Hefei, Provinsi Anhui Dalam hidup saya, saya selalu mengikuti ungkapan, "Seseorang tak boleh memiliki niat untuk menyakiti...
Oleh Saudari Claire, MyanmarTak lama setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku mulai berlatih menyirami petobat baru. Karena...