Setelah Gempa Bumi
Oleh Saudari Jane, Filipina Pada Juli 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kemudian, aku banyak membaca...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Sejak kecil, orang tuaku mengajariku untuk berakal sehat, baik kepada orang lain, penuh pengertian terhadap kesulitan orang lain, dan tidak pilih kasih. Menurut mereka, melakukan ini membuat kita menjadi orang baik, dan membuat orang lain menghormati dan menghargai kita. Aku juga mengira itulah cara hidup yang baik, dan aku sering mengingatkan diriku untuk penuh perhatian dan baik hati. Aku tak pernah berkonflik dengan keluargaku ataupun dengan warga desa lainnya, dan sangat penting bagiku membuat orang lain memiliki kesan yang baik tentang diriku. Warga desa sering memujiku, berkata aku memiliki kemanusiaan yang baik dan penuh perhatian, dan aku tidak bertengkar dengan siapa pun sekalipun mereka menyinggung perasaanku. Pujian semacam ini membuatku sangat senang. Kupikir sebagai manusia, sudah seharusnya aku bersikap ramah seperti itu, dan aku harus penuh pengertian sekalipun orang lain berbuat salah. Aku merasa yakin inilah standar untuk menjadi orang baik. Aku juga terus bertindak seperti itu setelah menjadi orang percaya.
Lalu, pada November 2021, aku terpilih sebagai diaken gereja dan mulai mengabarkan Injil dengan beberapa saudara-saudari lainnya. Salah seorang dari mereka yang bernama Kevin, berasal dari desa yang sama denganku. Dia seorang yang berkualitas—persekutuannya relatif jelas saat dia memberitakan Injil, dan dia mampu menggunakan contoh untuk menjelaskan berbagai hal, sehingga orang, yang sedang menyelidiki jalan yang benar, memahaminya. Namun, aku mendapati ternyata dia agak congkak dan tidak suka menerima saran orang lain. Dia juga, sering kali tidak mengikuti prinsip dalam tugasnya. Bukannya meninggikan Tuhan dan bersaksi tentang Dia dalam pekerjaan penginjilannya, dia malah banyak berbicara tentang berapa banyak orang yang telah dia pertobatkan. Dia juga mengira semua saudara-saudari suka mendengarkannya berkhotbah dan sangat memuja dirinya. Sekali waktu, seseorang yang sedang menyelidiki jalan yang benar memuji dirinya karena berkualitas baik dan berkhotbah dengan baik. Kulihat Kevin meninggikan dirinya dan sedikit pamer, dan saat memberitakan Injil, dia tidak berfokus mempersaksikan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman atau meluruskan gagasan agamawi orang-orang. Aku ingin menyampaikan hal ini kepada Kevin, tetapi setelah dipikir-pikir, kuputuskan untuk menunggu sedikit lebih lama. Aku ingin dia tahu bahwa aku ini orang yang baik dan berakal sehat, yang tidak menghiraukan setiap masalah kecil yang kulihat. Kupikir aku harus lebih banyak mendorong dan membantunya. Belakangan, pemimpin sering mengirimi kelompok kami prinsip-prinsip yang relevan untuk memberitakan Injil dan aku secara tersirat menyampaikan sedikit persekutuan tentang hal-hal terkait dengan perilaku Kevin. Kuharap dia akan menyadari masalah dirinya melalui persekutuan itu. Namun, setelah beberapa waktu, dia masih belum berubah. Aku ingin kembali mengemukakan masalah dirinya, tetapi kupikir karena dia adalah orang yang agak congkak, dia mungkin tak akan menerima nasihatku. Aku takut dia akan menganggapku tidak berakal sehat dan bukan orang yang baik, dan kesannya tentangku menjadi buruk. Jika kami menemui jalan buntu dalam hubungan kami dan tidak bisa bekerja sama dengan baik, citraku sebagai orang baik akan hancur. Saat memikirkan ini, aku tidak jadi mengatakannya. Aku merasa agak buruk saat itu, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dalam doaku, memohon agar Dia memberiku kekuatan untuk menerapkan kebenaran. Setelah itu, aku, Kevin, dan beberapa saudara-saudari pergi ke sebuah desa untuk memberitakan Injil. Kuperhatikan Kevin tetap saja pamer dalam persekutuan yang disampaikannya—berbicara tentang betapa dia tak peduli akan uang, dan betapa dia membayar harga bagi Tuhan. Dia tidak berfokus mempersekutukan kebenaran. Dalam perjalanan pulang, aku memberanikan diri dan berkata kepadanya, "Kau tidak masuk ke dalam prinsip saat kau berkhotbah dan bersaksi tentang Tuhan. Kau harus berfokus mempersekutukan kebenaran kepada calon penerima Injil, berfokus membawa mereka ke hadapan Tuhan ...." Sebelum aku selesai bicara, dia menjawab, "Tak ada yang salah dengan persekutuanku. Kau terlalu banyak berpikir." Aku takut melukai harga dirinya dan merusak hubungan kami jika aku bicara lagi. Aku juga khawatir dia akan berpikiran buruk tentangku, jadi aku tidak lagi mengatakan apa pu. Kurasa itu sudah cukup baik—biarkan dia berangsur-angsur menyadarinya sendiri. Belakangan kusadari bahwa meskipun kami sibuk sepanjang waktu, hasil pekerjaan penginjilan kami tidak baik. Beberapa orang di desa itu yang tertarik untuk menyelidiki, masih tidak mengerti setelah beberapa kali mendengar persekutuan yang Kevin sampaikan. Selain itu, mereka terpengaruh oleh kabar bohong, memiliki gagasan sendiri, dan tak ingin lagi menyelidiki tentang pekerjaan Tuhan. Ada juga orang-orang yang sangat mengagumi Kevin dan hanya ingin mendengarkan persekutuannya, dan tak mau mendengarkan persekutuan orang lain. Melihat ini membuatku sangat tidak nyaman, dan aku merasa sangat bersalah. Masalah-masalah ini berkaitan erat dengan Kevin sendiri. Andai saja aku mengemukakan masalah dirinya lebih awal, dia mungkin telah menyadarinya dan berubah, dan pekerjaan penginjilan kami tidak akan terganggu. Namun setelah itu, saat aku benar-benar ingin mengemukakannya, aku kembali merasa khawatir bahwa itu akan merusak hubungan kami, dan aku merasakan konflik batin. Kupikir aku bisa berbicara dengan pemimpin dan meminta dia menyampaikan persekutuannya kepada Kevin, sehingga kerja sama kami dalam tugas tidak akan terpengaruh, dan kami tetap bisa akur. Jadi, aku berbicara dengan pemimpin tentang apa yang terjadi dengan Kevin. Dia menemukan beberapa firman Tuhan yang relevan dan menyuruh kami mendalaminya bersama-sama, dan tampaknya Kevin agak berubah. Lalu, aku melupakan masalahnya.
Suatu kali, kusampaikan masalah ini kepada seorang saudari, yang menunjukkan kepadaku bahwa aku selalu melindungi hubunganku dengan orang lain, dan itu menandakan bahwa aku adalah seorang penyenang orang. Kupikir tak mungkin aku adalah penyenang orang—penyenang orang sangatlah licik. Sedangkan aku tak pernah bertindak licik, jadi bagaimana bisa aku adalah penyenang orang? Saat itu, aku tak mau menerima penilaiannya, tetapi aku juga tahu bahwa ada pelajaran yang bisa kupetik dari perkataannya. Aku berdoa, memohon agar Tuhan membimbingku untuk mengenal diriku sendiri. Lalu aku membaca firman Tuhan: "Cara orang berperilaku dan bertindak dalam berinteraksi dengan orang lain haruslah didasarkan pada firman Tuhan; ini adalah prinsip paling dasar bagi manusia dalam cara mereka berperilaku. Bagaimana orang dapat menerapkan kebenaran jika mereka tidak memahami prinsip tentang cara manusia berperilaku? Menerapkan kebenaran bukanlah tentang mengucapkan kata-kata kosong atau meneriakkan slogan, melainkan tentang bagaimana orang, apa pun yang ditemuinya dalam hidupnya, selama itu ada kaitannya dengan prinsip tentang cara manusia berperilaku, sudut pandangnya terhadap segala sesuatu, atau pelaksanaan tugasnya, mereka dihadapkan pada pilihan, dan mereka harus mencari kebenaran, mencari dasar dan prinsip di dalam firman Tuhan, dan kemudian menemukan jalan penerapannya. Mereka yang mampu menerapkan dengan cara seperti ini adalah orang yang mengejar kebenaran. Mampu mengejar kebenaran dengan cara seperti ini sebesar apa pun kesulitan yang dihadapi, berarti sedang menempuh jalan Petrus, jalan mengejar kebenaran. Sebagai contoh: prinsip apa yang harus kaupatuhi dalam hal berinteraksi dengan orang lain? Mungkin sudut pandangmu yang semula adalah 'Keharmonisan adalah harta karun; kesabaran adalah kecerdikan', dan engkau harus selalu menjaga hubungan baik dengan semua orang, berusaha agar orang lain terhindar dari rasa malu, dan tidak menyinggung siapa pun, sehingga engkau dapat memelihara hubungan baik dengan orang lain. Karena dibatasi oleh sudut pandang ini, engkau tetap diam ketika menyaksikan orang lain melakukan hal buruk atau melanggar prinsip. Engkau lebih memilih pekerjaan gereja mengalami kerugian daripada menyinggung siapa pun. Engkau menjaga hubungan baik dengan semua orang, siapa pun mereka. Engkau hanya memikirkan perasaan manusia dan melindungi reputasi saat berbicara, dan engkau selalu mengucapkan perkataan yang terdengar manis untuk menyenangkan orang lain. Sekalipun engkau mendapati seseorang yang bermasalah, engkau memilih untuk menoleransi orang itu, dan hanya membicarakan tentang dirinya di belakangnya, tetapi di depan orang itu engkau berusaha untuk tidak berkonfrontasi dengannya dan menjaga hubungan di antaramu. Bagaimana menurutmu perilaku semacam itu? Bukankah itu adalah perilaku penyenang orang? Bukankah itu sikap yang sangat licik? Perilaku ini melanggar prinsip tentang cara manusia berperilaku. Bukankah berperilaku dengan cara seperti ini sangat hina? Mereka yang bertindak seperti ini bukanlah orang yang mulia, ini bukanlah cara berperilaku yang baik. Sekalipun engkau telah sangat banyak menderita, dan sekalipun engkau telah banyak membayar harga, jika engkau tidak berprinsip dalam perilakumu, itu berarti engkau telah gagal dalam hal ini, dan perilakumu tidak akan diakui, diingat, ataupun diterima di hadapan Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Orang Setidaknya Harus Memiliki Hati Nurani dan Nalar"). Aku merenungkan keadaanku berdasarkan firman Tuhan. Aku merasa aku bukan penyenang orang, tetapi bagaimana sebenarnya caraku bertindak? Selama waktu itu, aku telah melihat bahwa Kevin banyak pamer dalam pekerjaan penginjilannya. Seharusnya aku menunjukkan masalah itu untuk membantunya mengenal dirinya sendiri dan melaksanakan tugasnya sesuai prinsip, tetapi aku khawatir berkata terus-terang akan merusak hubungan kami. Aku selalu memikirkan perasaannya dan tidak berani terlalu berterus-terang. Aku bahkan ingin lebih menyemangatinya untuk mengesankan dirinya bahwa aku orang yang baik, dan membuatnya menghormatiku. Padahal sebenarnya aku tahu jika kita menyadari adanya masalah saat bekerja sama dengan saudara-saudari dalam suatu tugas, kita perlu menunjukkannya satu sama lain, saling melengkapi kelemahan masing-masing, dan mendukung pekerjaan gereja bersama-sama. Tetapi aku sengaja melakukan hal yang salah dan tidak menerapkan kebenaran. Akibatnya, Kevin tidak menyadari masalahnya sendiri. Dia terus pamer saat memberitakan Injil, dan tidak berfokus mempersekutukan kebenaran. Itu berarti gagasan agamawi orang-orang yang sedang menyelidiki tidak dapat diluruskan dan dan beberapa orang, karena merasa terganggu, tidak mau lagi menghadiri pertemuan. Aku melihat dampaknya dalam pekerjaan kami dan merasa sangat bersalah, tetapi aku takut Kevin akan berprasangka buruk terhadapku jika aku berterus terang, dan itu akan merusak hubungan kami. Jadi aku dengan licik meminta seorang pemimpin gereja untuk menyampaikan persekutuannya kepada Kevin agar aku tak perlu menyinggung perasaannya. Aku sadar bahwa dalam tugasku, aku berusaha melindungi hubunganku dengan orang lain dan membuat mereka menyukaiku, sama sekali tidak menjunjung tinggi kepentingan gereja dan tidak memiliki rasa keadilan, dan bahwa aku sama sekali tak punya prinsip. Aku sama sekali bukan orang yang menerapkan kebenaran. Bukankah seperti itulah tepatnya tindakan para penyenang orang? Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang menyingkapkan antikristus: "Di luarnya, perkataan antikristus terdengar sangat baik, beradab, dan terhormat. Siapa pun yang melanggar prinsip atau mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, antikristus tidak menyingkapkan atau mengkritik orang-orang itu, mereka berpura-pura tidak melihat, membiarkan orang berpikir bahwa mereka murah hati dalam segala hal. Kerusakan apa yang disingkapkan orang dan perbuatan jahat apa yang orang lakukan, antikristus memaklumi dan bersikap toleran. Mereka tidak menjadi marah, atau meledak dalam kemarahan, mereka tidak akan gusar dan menyalahkan orang ketika mereka melakukan sesuatu yang salah dan merugikan kepentingan rumah Tuhan. Siapa pun yang melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja, mereka tidak mengindahkannya, seolah-olah ini tidak ada kaitannya dengan mereka, dan mereka tidak akan pernah menyinggung orang karena hal itu. Apa yang paling antikristus pedulikan? Mereka paling memedulikan berapa banyak orang yang mengagumi mereka, dan berapa banyak orang yang melihat mereka ketika mereka menderita, dan memuji mereka karenanya. Antikristus yakin bahwa penderitaan tidak boleh sia-sia; seberat apa pun kesukaran yang mereka tanggung, berapa pun harga yang harus mereka bayar, perbuatan baik apa pun yang mereka lakukan, betapa pun peduli, perhatian, dan penuh kasihnya mereka terhadap orang lain, semua ini harus dilakukan di depan orang lain, agar ada lebih banyak orang yang melihatnya. Dan apa tujuan mereka bertindak demikian? Untuk memenangkan hati orang-orang, agar lebih banyak orang menyetujui tindakan mereka, perilaku mereka, dan karakter mereka dari dalam hati orang-orang, serta mendapat acungan jempol. Bahkan ada antikristus yang berusaha membangun citra diri mereka sebagai 'orang yang baik' melalui perilaku baik mereka secara lahiriah, sehingga akan ada lebih banyak orang yang datang kepada mereka untuk mencari pertolongan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Sepuluh)). Aku merasa sangat bersalah setelah membaca firman Tuhan, seolah-olah Tuhan sedang berada tepat di depanku, menyingkapkan watak Iblis dalam diriku. Kurenungkan bagaimana aku selalu berusaha menjadi orang yang baik dan pengertian karena aku merasa dengan melakukannya, aku akan dihormati dan dipuji orang—aku akan disukai oleh orang-orang di sekitarku. Aku juga seperti itu saat melaksanakan tugas bersama saudara-saudari lainnya. Di luarnya, aku tak mau menyingkapkan masalah Kevin karena takut merusak harga dirinya dan kelanjutan kerja sama kami. Padahal sebenarnya, semua yang kulakukan adalah untuk melindungi reputasi dan statusku sendiri. Aku menggunakan kebaikan yang dangkal untuk menyamarkan diriku dan membuat diriku terlihat baik, untuk menjilat orang agar mereka menganggapku penuh kasih, sabar, dan toleran—menganggapku orang yang baik. Namun, aku tidak memikirkan apakah pekerjaan gereja atau kehidupan saudara-saudari akan dirugikan atau tidak. Baru saat itulah aku sadar betapa curang dan liciknya aku. Kelihatannya aku tak pernah menyinggung siapa pun, kelihatannya aku adalah orang baik, padahal sebenarnya, aku punya motif keji di balik semua tindakanku. Aku sadar bahwa watakku sama dengan watak antikristus, bahwa aku mengorbankan kepentingan gereja untuk menjunjung tinggi citra dan statusku sendiri. Aku berada dalam bahaya besar jika aku tetap menempuh jalan ini—aku akan menjadi makin jauh dari Tuhan dan akhirnya dibenci dan ditolak oleh-Nya! Setelah menyadari hal ini, aku sangat membenci diriku, dan juga merasa sangat sedih. Aku berdoa, "Tuhan, aku selalu menyamarkan diri dan membuat diriku terlihat baik, berfokus menciptakan citra yang positif. Aku tak ingin tetap di jalan ini. Aku ingin bertobat dan memberontak terhadap watak rusakku."
Aku membaca lebih banyak firman Tuhan setelah itu: "Standar yang dipergunakan manusia untuk menghakimi manusia lain didasarkan pada perilakunya; orang yang perilakunya baik adalah orang benar, sedangkan orang yang perilakunya keji adalah orang jahat. Standar yang Tuhan pakai untuk menghakimi manusia didasarkan pada apakah esensi mereka tunduk kepada-Nya atau tidak; orang yang tunduk kepada Tuhan adalah orang benar, sedangkan orang yang tidak tunduk kepada Tuhan adalah musuh dan orang jahat, terlepas dari apakah perilaku orang ini baik atau buruk dan terlepas dari apakah ucapan orang ini benar atau salah" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). "Mungkin saja selama bertahun-tahun beriman kepada Tuhan, engkau belum pernah mengutuki siapa pun atau melakukan sesuatu yang jahat, tetapi dalam persekutuanmu dengan Kristus, engkau tidak mampu mengatakan kebenaran, berlaku jujur, atau tunduk pada firman Kristus; dalam hal itu, Kukatakan bahwa engkau orang paling jahat dan berbahaya sedunia. Engkau mungkin sangat ramah dan setia kepada keluarga, sahabat, isteri (atau suami), putra-putri, dan orang tuamu, dan tidak pernah memanfaatkan orang lain, tetapi jika engkau tidak mampu menjadi sesuai dengan Kristus, jika engkau tidak mampu berinteraksi secara harmonis dengan-Nya, maka sekalipun engkau menolong sesamamu dengan semua yang ada padamu atau merawat ayah, ibu, dan anggota keluargamu dengan cermat, Aku akan tetap menyebutmu sebagai orang yang jahat, dan terlebih lagi, menyebutmu penuh dengan tipu muslihat yang licik" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa standar manusia untuk mengukur orang lain adalah berdasarkan seberapa baik mereka berperilaku. Mereka yang berperilaku baik adalah orang baik, sedangkan mereka yang berperilaku jahat adalah orang jahat. Sedangkan standar Tuhan adalah berdasarkan apakah mereka mengikuti jalan-Nya atau tidak, apa esensi mereka dan bagaimana sikap mereka terhadap ketundukan kepada Tuhan. Standar Tuhan tidak berdasarkan seberapa baik perilaku luar mereka. Aku selalu menganggap diriku orang yang baik, karena sejak kecil, aku tak pernah bertengkar atau memulai konflik dengan siapa pun, baik dengan keluargaku atau siapa pun. Meskipun orang lain memulai pertengkaran denganku, aku akan menyelesaikannya dengan menenangkan dirinya. Sesama warga desa selalu memujiku sebagai orang baik; aku juga mengira bertindak dengan cara seperti ini berarti aku telah mencapai standar orang yang baik. Sekarang aku mengerti bahwa sekalipun di luarnya, aku tidak melakukan kejahatan, aku tidak jujur dalam perkataan atau perbuatanku. Aku tahu Kevin melakukan tugasnya dengan tidak berprinsip dan selalu pamer, dan telah menghambat efektivitas pekerjaan kami. Namun, untuk melindungi citraku sebagai orang baik, aku tidak mengungkapkannya ataupun membantunya, dan aku tidak menjunjung tinggi kepentingan gereja. Jadi, meskipun orang lain menganggapku orang baik, di hadapan Tuhan, aku masih menentang Dia dan kebenaran, dan pada dasarnya, aku sedang melakukan kejahatan. Aku mengerti bahwa menilai apakah seseorang itu baik atau jahat berdasarkan perilaku luarnya bukanlah standar yang tepat. Ada orang yang di luarnya tampak melakukan banyak hal baik, tetapi mereka sangat menentang dan mengutuk pekerjaan dan firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang jahat. Aku ingat seorang saudari yang bekerja denganku. Yang aku tahu, dia tak peduli apakah perkataannya terdengar hangat atau baik, tetapi dia memiliki rasa keadilan yang cukup kuat. Dia mengatakan apa yang perlu dikatakan saat melihat orang tidak bertindak sesuai dengan kebenaran. Dia membantu saudara-saudari mencari kebenaran dan melakukan tugas mereka sesuai prinsip, memberi mereka manfaat yang nyata. Setelah memikirkan hal ini, aku bertekad untuk tidak lagi mengikuti sudut pandangku yang keliru dengan berusaha terlihat seperti orang baik. Aku harus bertindak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, dan berusaha menjadi orang yang benar-benar baik.
Aku membaca satu bagian firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Yang paling harus berusaha untuk dicapai manusia adalah menjadikan firman Tuhan sebagai dasar hidup mereka, dan kebenaran sebagai kriteria mereka; hanya dengan cara demikianlah mereka dapat hidup dalam terang dan hidup dalam keserupaan dengan orang normal. Jika engkau ingin hidup dalam terang, engkau harus bertindak sesuai dengan kebenaran; engkau harus menjadi orang jujur yang mengucapkan perkataan yang jujur, dan melakukan hal-hal yang jujur. Yang paling mendasar adalah engkau harus memiliki prinsip-prinsip kebenaran dalam caramu berperilaku; begitu orang kehilangan prinsip-prinsip kebenaran, dan hanya berfokus pada perilaku yang baik, ini pasti akan menimbulkan kepalsuan dan kepura-puraan. Jika tidak ada prinsip bagi cara orang berperilaku, maka sebaik apa pun perilaku mereka, mereka adalah orang-orang yang munafik; mereka mungkin mampu menyesatkan orang lain untuk sementara waktu, tetapi mereka tidak akan pernah dapat dipercaya. Hanya jika orang bertindak dan berperilaku sesuai dengan firman Tuhan, barulah mereka memiliki dasar yang benar. Jika mereka tidak berperilaku sesuai dengan firman Tuhan, dan hanya berfokus untuk berpura-pura berperilaku baik, dapatkah mereka menjadi orang yang baik sebagai hasilnya? Sama sekali tidak. Doktrin dan perilaku baik tidak mampu mengubah watak rusak manusia dan esensi manusia. Hanya kebenaran dan firman Tuhan yang mampu mengubah watak rusak, pemikiran, dan pendapat manusia, serta menjadi hidup mereka. ... Tuhan menuntut agar orang mengatakan yang sebenarnya, mengatakan apa yang mereka pikirkan, dan tidak menipu, menyesatkan, mengolok-olok, menyindir, menghina, mengejek, atau mempersulit orang lain, atau menyingkapkan kelemahan mereka, atau menyakiti mereka. Bukankah ini prinsip orang berbicara? Apa artinya orang tidak boleh menyingkapkan kelemahan orang lain? Itu artinya tidak menggunjingkan orang lain. Jangan terus saja menggunakan kesalahan atau kekurangan mereka di masa lalu untuk menghakimi atau mengutuk mereka. Inilah yang setidaknya harus kaulakukan. Dari sisi proaktif, bagaimana mengungkapkan perkataan yang membangun? Perkataan itu terutama harus mendorong, mengarahkan, membimbing, menasihati, memahami, dan menghibur. Selain itu, dalam beberapa percakapan khusus, sangatlah penting untuk secara langsung menyingkapkan kesalahan dan memangkas mereka, sehingga mereka memperoleh pengetahuan tentang kebenaran dan ingin bertobat. Hanya dengan cara demikianlah, hasil yang diinginkan akan tercapai. Cara penerapan ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka, dan ini membangun mereka, bukan?" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (3)"). Di dalam firman Tuhan, kutemukan prinsip untuk caraku berperilaku. Kita harus menjadi orang jujur sesuai dengan firman-Nya. Saat kita melihat masalah pada diri orang lain, kita harus menunjukkan masalahnya dan menolong mereka—melakukan ini bermanfaat bagi mereka. Kita harus melindungi pekerjaan gereja dan mendidik kerohanian orang. Aku ingin segera menerapkan kebenaran setelah aku memahami jalan ini, berbicara dari hati ke hati dengan Kevin dan membahas masalah dirinya. Ini bertujuan untuk memperbaiki sikapnya terhadap tugasnya dan memungkinkannya untuk memahami wataknya yang rusak dan penyimpangan dalam tugasnya—ini akan membantunya. Jadi aku mencari dia, siap untuk menunjukkan masalah dirinya. Saat itu, aku kembali khawatir tentang apa yang akan dia pikirkan tentangku. Aku segera berdoa kepada Tuhan, memberontak terhadap motif salah yang kupendam. Aku ingat bagaimana baru-baru ini aku tidak menerapkan kebenaran, yang merugikan pekerjaan kami, dan aku merasa sangat bersalah. Aku tahu Tuhan memeriksa setiap pemikiran dan perbuatanku, dan aku harus menjadi orang yang jujur. Aku tidak boleh lagi melindungi citraku dan melanggar kebenaran. Pemikiran ini memberiku keberanian untuk memberontak terhadap watak rusakku dan dengan jujur berbicara dengan Kevin tentang masalah dirinya. Di luar dugaan, dia mau mendengarkanku dan mampu menerimanya. Dia berkata, "Aku belum sepenuhnya memahami beberapa prinsip. Kelak, tolong beri tahu aku tentang masalah apa pun yang kau lihat. Kita dapat saling membantu dan melaksanakan tugas kita dengan baik bersama-sama." Aku senang mendengar perkataannya, dan sangat bersyukur kepada Tuhan. Aku juga merasa malu dan menyesal karena tidak menerapkan kebenaran sebelumnya. Jika aku membicarakan hal ini dengannya sebelumnya, kami dapat meningkatkan hasil pekerjaan kami lebih cepat, dan dia akan menyadari watak rusaknya lebih awal. Aku sadar bahwa menerapkan kebenaran bermanfaat bagi orang lain, bagi diri kita sendiri, dan bagi tugas kita.
Sekarang, saat melihat masalah saudara-saudari, aku secara aktif menunjukkannya kepada mereka karena aku tahu, dengan melakukannya aku menerapkan kebenaran dan membantu mereka. Aku juga mengerti bahwa hidup sesuai dengan tuntutan Tuhan dan bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran adalah satu-satunya cara untuk menerapkan kebenaran dan menjadi orang baik.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Jane, Filipina Pada Juli 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kemudian, aku banyak membaca...
Oleh Saudari Jing Wei, TiongkokPada bulan September 2020, aku adalah seorang pengkhotbah di gereja, yang bertanggung jawab atas pekerjaan...
Oleh Saudara Li Fan, KoreaBeberapa bulan lalu, aku mengalami hal serupa. Aku menerima surat dari gereja kampung halamanku meminta evaluasi...
Oleh Saudara Xiao Jie, AustraliaSelama satu tahun lebih, Tuhan telah mempersekutukan kebenaran tentang mengenali pemimpin palsu. Di...