Pemimpin Gereja Bukanlah Pejabat

31 Januari 2022

Oleh Saudara Matius, Prancis

Namaku Mathieu, dan aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman tiga tahun yang lalu. Aku menjadi pemimpin gereja pada Oktober 2020. Aku sadar itu tanggung jawab yang besar dan merasa sedikit stres, tetapi sekaligus sangat bangga. Aku merasa dipilih untuk tugas itu karena memiliki kualitas yang lebih baik daripada orang lain. Aku menjalankan tugasku dengan sangat serius, melakukan yang terbaik untuk bersekutu dengan orang lain untuk membantu mereka dengan masalah dalam tugas mereka. Seiring waktu, aku mulai merasa mampu menyelesaikan banyak masalah, dan di mana pun aku dibutuhkan untuk persekutuan, aku akan bergegas ke sana tanpa ragu sedikit pun. Aku ingin membuktikan kepada semua orang bahwa aku pemimpin yang hebat dan penyelesai masalah yang baik.

Kemudian beberapa antikristus mulai menyebarkan kabar bohong di gereja. Mereka menyebarkan kebohongan Partai Komunis yang menghujat Tuhan dalam berbagai kelompok pertemuan memutarbalikkan fakta dan membalikkan keadaan, mengkritik pekerjaan rumah Tuhan. Mereka ingin menyesatkan orang agar menjauh dari Tuhan. Aku mengadakan pertemuan dan persekutuan sebanyak mungkin, dan merasa seperti seorang komandan militer, memimpin pasukan melawan faksi musuh! Aku mau membuktikan bahwa aku bisa melindungi semua orang sehingga mereka melihatku mampu memikul beban berat, bahwa aku bertanggung jawab. Namun kenyataannya, aku merasa sangat lemah. Aku sendiri tidak tahu bagaimana menyanggah beberapa kekeliruan antikristus dan semua itu juga memengaruhiku. Namun, aku tidak mau menyingkapkan kelemahanku kepada orang lain. Aku ingin terlihat besar dan kuat, berpikir bahwa itulah arti menjadi pemimpin sejati. Aku tidak pernah benar-benar membuka diri tentang keadaanku karena kupikir jika aku menunjukkan tanda-tanda kelemahan sebagai pemimpin, aku akan kehilangan citra kekuatan itu. Apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku? Apakah mereka pikir aku hanya bisa mengkhotbahkan doktrin dan tidak memiliki kenyataan kebenaran? Kupikir sebagai pemimpin gereja, aku harus kuat, seperti presiden atau komandan militer. Aku tak boleh membiarkan siapa pun melihat kelemahanku! Jadi dalam pertemuan, aku selalu membicarakan pemahamanku yang "mendalam" tentang firman Tuhan dan pengalamanku sendiri, seperti bagaimana saudara-saudari bisa lebih efektif dalam upaya penginjilan mereka dengan bantuanku. Namun, aku hanya menutupi kegagalan dan kerusakanku, dengan segera beralih membicarakan hal-hal yang kulakukan dengan benar. Jika mengantuk dalam pertemuan, aku tidak mau mengakuinya, dan jika punya masalah, aku selalu mengatakan akan segara menemukan jalan untuk menyelesaikan kelemahanku. Aku membicarakan bagaimana aku menyirami petobat baru dan memberi mereka kesempatan belajar untuk memamerkan perbuatan baikku. Saat menceritakan pengalamanku, aku suka membicarakan pengorbananku bagi Tuhan, bercerita bagaimana aku bekerja semalaman untuk tugasku, berharap semua orang akan menghormatiku. Saudari Marinette, rekan sekerjaku, sangat mengagumiku karena aku selalu membantunya dengan firman Tuhan yang relevan dengan keadaannya. Aku sangat senang, sangat puas ketika dia mengungkapkan kekagumannya. Saudara-saudari yang dilatih untuk tugas penyiraman juga sangat mengagumiku, dan pernah seorang saudari meneleponku untuk mengatakan bahwa dia menjadi mampu dalam tugasnya berkat apa yang dia pelajari dariku. Ini benar-benar memberi makan kesombonganku. Aku tidak pernah memberitahunya bahwa persekutuanku yang bermanfaat semuanya adalah bimbingan Tuhan, bahwa itu berasal dari pencerahan Tuhan, jadi semua kemuliaan seharusnya bagi Dia. Beberapa saudara-saudari mengatakan "Amin" setelah persekutuanku, atau "Mathieu benar sekali", atau "Aku sangat bersyukur atas persekutuan Mathieu". Terkadang mereka berbicara kepadaku dengan nada kagum, dan selalu menanyakan pendapatku tentang keputusan dalam tugas mereka, bertanya kepadaku, "Mathieu, apakah ini boleh?" Aku tahu aku memiliki tempat penting di hati mereka. Ketika melihat betapa mereka mengagumiku, aku merasa sedikit tidak nyaman, tetapi aku suka perasaan dihormati. Itu membuatku bahagia. Lalu suatu hari, aku menonton video kesaksian yang berjudul "Bahaya yang Ditimbulkan dari Pamer". Itu benar-benar menyentuh. Seorang saudari, juga seorang pemimpin, selalu meninggikan dirinya dalam tugasnya. Dia menyinggung watak Tuhan dan didisiplinkan dengan penyakit. Intinya adalah, perilakunya menjijikkan Tuhan. Air mata mulai mengalir di wajahku ketika menonton video itu dan menyadari bahwa dengan pamer untuk mendapatkan kekaguman orang lain, aku sedang menentang Tuhan. Aku berada di jalan antikristus. Aku tak pernah menyadari bahwa pamer bisa menjadi masalah serius. Aku terus berkata pada diriku sendiri, "Aku telah membangkitkan murka Tuhan." Aku merasa sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa.

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini yang membantuku memahami kerusakanku. Firman Tuhan berkata, "Meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan ini? Salah satu cara adalah dengan bersaksi tentang berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan berapa banyak mereka telah mengorbankan diri. Mereka membicarakan hal-hal ini sebagai wujud modal pribadi. Artinya, mereka menggunakan hal-hal ini sebagai modal yang melaluinya mereka meninggikan diri mereka sendiri, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang menghargai, mengagumi, menghormati, dan bahkan memuja, mengidolakan, dan mengikuti mereka. Itulah tujuan utamanya. Apakah hal-hal yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan ini—yaitu semua tindakan meninggikan diri dan bersaksi tentang diri mereka sendiri ini—masuk akal? Tidak. Semua itu di luar cakupan rasionalitas. Orang-orang ini tidak punya rasa malu: mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, talenta, pengalaman, dan keterampilan khusus mereka, atau teknik-teknik cerdas mereka berperilaku dan cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyembunyikan dan menyamarkan diri mereka, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan kegagalan mereka dari orang-orang sehingga orang-orang hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerusakan yang mereka timbulkan terhadap rumah Tuhan selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Apakah meninggikan dan bersaksi tentang dirimu sendiri berada dalam batas kemanusiaan yang normal? Tidak. Jadi ketika orang melakukan hal ini, watak apa yang biasanya terungkap? Watak congkak adalah salah satu perwujudan utamanya, diikuti dengan kecurangan, yang termasuk di dalamnya melakukan apa pun yang memungkinkan untuk membuat orang lain menjunjung tinggi mereka. Kisah-kisah mereka sepenuhnya tanpa cela; kata-kata mereka jelas mengandung motivasi dan rencana licik, dan mereka telah menemukan cara untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka sedang pamer, tetapi hasil dari perkataan mereka adalah membuat orang tetap merasa bahwa mereka lebih baik daripada orang lain, bahwa tidak ada yang dapat menandingi mereka, bahwa semua orang lain lebih rendah daripada mereka. Dan bukankah hasil ini diperoleh melalui cara-cara licik? Watak apa di balik cara-cara semacam itu? Dan apakah ada unsur-unsur kejahatan? Ini adalah sejenis watak jahat" ("Mereka Menipu dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Membaca firman Tuhan merupakan hunjaman langsung ke hatiku. Aku mampu memahami dengan sangat jelas apa yang tersembunyi di dalam diriku. Aku ingin membangun citra diriku sebagai pria yang kuat, orang yang sempurna. Ketika mempersekutukan pengalamanku aku memamerkan "kepahlawanan"-ku. membicarakan keberhasilanku, tetapi hampir tak pernah tentang kegagalanku. Jika aku lemah atau negatif, atau menghadapi beberapa masalah, atau bahkan ketika dalam keadaan terburuk, aku selalu hanya berkata, "Aku baik-baik saja. Aku sedang melewati sedikit ujian, tetapi akan melewatinya dengan pertolongan Tuhan." Namun kenyataannya, aku sangat menderita. Aku selalu membicarakan penderitaanku karena tugasku, memamerkan betapa bertanggung jawabnya diriku. Namun, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Ketika berkorban dalam tugasku, itu sebagian besar demi reputasi dan statusku. Melihat kekaguman orang lain terhadap diriku menggerakkan sesuatu di hatiku, dan aku tahu ini tidak baik. Namun, aku tetap tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya. Aku tidak mengatakan kepada orang-orang untuk tidak mengagumiku karena menginginkan kekaguman dan pujian mereka, dan bahkan melampaui kedudukan Tuhan di hati mereka. Bukankah aku sama congkaknya dengan penghulu malaikat? Aku tidak sedang membawa orang lain ke hadapan Tuhan, tetapi membawa mereka ke hadapan diriku sendiri. Ketika sadar bahwa aku dapat menggantikan kedudukan Tuhan di hati saudara-saudari, aku gemetar ketakutan dan tahu dalam hatiku bahwa Tuhan membenci perilakuku. Dihadapkan dengan fakta itu, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku telah pamer, ingin semua orang melihatku sebagai orang di level yang lebih tinggi dan orang yang mampu menyelesaikan semua masalah mereka. Aku merampas kemuliaan-Mu. Tuhan, aku mau bertobat kepada-Mu." Aku penuh penyesalan. Lalu aku menulis surat permintaan maaf menyingkapkan diriku yang sebenarnya dan pemuliaan diriku, dan mengirimkannya ke setiap kelompok pertemuan. Aku juga dengan tegas mengatakan kepada semua orang bahwa mereka tidak boleh mengagumiku. Aku mengenal beberapa orang yang secara khusus menghormatiku, jadi aku mengirimi mereka pesan pribadi yang menganalisis diriku sendiri. Beberapa hari kemudian, Saudari Marinette memberitahuku dengan jujur bahwa dia mengagumiku sebelumnya dan bahwa aku telah menduduki tempat penting di hatinya. Aku benar-benar malu mendengar hal ini dan merasa itu adalah bukti kejahatanku. Aku melihat keburukanku sendiri pada waktu itu. Aku telah pamer untuk mendapatkan kekaguman orang lain. Aku telah kehilangan semua nalar. Bagaimana itu bisa disebut melakukan tugas? Tuhan mengangkatku ke posisi kepemimpinan, dan begitukah caraku membalas-Nya? Aku merasakan rasa malu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Namun, aku tetap tidak benar-benar mencari kebenaran untuk menyelesaikan kerusakanku, jadi dengan segera, aku kembali melakukannya.

Ada pertemuan online yang juga dihadiri oleh para pemimpin gereja lainnya. Aku merasa persekutuan saudara-saudari itu sederhana dan aku merasa gelisah. Menurutku, persekutuan mereka dangkal dan perkataan para pemimpin lainnya juga sangat biasa. Aku ingin memperlihatkan kepada mereka seperti apa persekutuan yang baik itu, menyampaikan pemahamanku sendiri dengan semua orang sehingga mereka bisa belajar banyak dari persekutuanku. Aku ingin menunjukkan jalan kepada mereka. Jadi dalam benakku, aku mempersiapkan apa yang ingin kukatakan. Aku berpikir untuk mengatakan sesuatu yang lebih mencerahkan, agar aku terlihat lebih menonjol daripada orang lain dan menyampaikan persekutuan yang berbobot. Aku mengatur kalimat untuk memperkaya persekutuanku. Aku benar-benar mau membuktikan bahwa aku memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga orang lain akan menghargai wawasanku. Aku menggunakan banyak contoh dan metafora agar mereka tahu bahwa aku mampu memberikan persekutuan yang kaya dan terperinci. Setelah selesai, aku sangat senang mendengar semua orang berkata "Amin". Lalu aku memeriksa kolom obrolan untuk melihat apakah saudara-saudari telah mengatakan sesuatu yang baik tentang persekutuanku. Ketika kami hampir selesai, Saudara Ze'en menyampaikan sedikit persekutuan tanpa mengutip firman Tuhan seperti yang selalu kami lakukan, mendasarkan semuanya pada itu, tetapi dia merujuk pada persekutuanku, mengatakan kita harus melakukan segala sesuatu berdasarkan persekutuanku. Dia menggunakan persekutuanku sebagai landasan keseluruhan untuk pemahamannya. Aku sadar aku kembali sedang meninggikan diriku, membuat orang lain memujaku. Perasaanku benar-benar tidak enak pada saat itu. Aku teringat beberapa firman Tuhan yang kami persekutukan baru-baru ini. Firman Tuhan berkata, "Jika saudara-saudari dapat saling percaya, saling membantu, dan saling membekali, maka setiap orang harus berbicara tentang pengalamannya yang sebenarnya. Jika engkau tidak mengatakan apa pun tentang pengalaman sejatimu sendiri—jika engkau hanya mengulang-ulang doktrin yang muluk, dan slogan serta omong kosong tentang iman kepada Tuhan, dan sama sekali tidak membuka diri tentang apa yang ada di dalam hatimu—engkau bukan orang yang jujur, dan engkau tidak mampu menjadi orang yang jujur" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Jika engkau tidak mengejar kebenaran dan selalu berusaha untuk memenangkan hati orang, selalu ingin memuaskan ambisi dan keinginanmu sendiri, dan ingin memenuhi kerinduanmu sendiri akan status, itu berarti engkau menempuh jalan antikristus. Apakah segala sesuatu tentang jalan antikristus selaras dengan kebenaran? (Tidak.) Hal apa mengenai jalan antikristus yang bertentangan dengan kebenaran? Demi apa orang-orang ini bertindak? (Demi status.) Apa yang diperlihatkan oleh orang yang melakukan segala sesuatu demi status? Beberapa orang berkata, 'Mereka selalu mengkhotbahkan doktrin, mereka tidak pernah mempersekutukan kenyataan kebenaran, mereka selalu berbicara untuk kepentingan diri mereka sendiri, mereka tidak pernah meninggikan Tuhan atau bersaksi tentang Tuhan. Orang-orang yang memperlihatkan hal-hal semacam itu bertindak demi status.' Mengapa mereka mengkhotbahkan doktrin? Mengapa mereka tidak meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan? Karena hanya ada status dan kedudukan di dalam hati mereka—Tuhan sama sekali tidak ada. Orang-orang semacam itu memuja status dan otoritas, kedudukan sangat penting bagi mereka, kedudukan dan status telah menjadi hidup mereka; Tuhan tidak ada di dalam hati mereka, mereka tidak takut akan Tuhan, apalagi menaati-Nya; satu-satunya yang mereka lakukan adalah meninggikan diri sendiri, bersaksi tentang diri sendiri, dan pamer untuk mendapatkan kekaguman orang lain. Karena itu, mereka sering kali membual tentang diri mereka sendiri, tentang apa yang telah mereka lakukan, seberapa banyak penderitaan yang telah mereka alami, betapa mereka memuaskan Tuhan, betapa sabarnya mereka ketika ditangani, semua itu demi mendapatkan simpati dan kekaguman orang. Orang-orang ini adalah jenis orang yang sama dengan antikristus, mereka menempuh jalan Paulus. Dan apa kesudahan akhir mereka? (Mereka menjadi antikristus dan disingkirkan.)" ("Untuk Menyelesaikan Watak Rusak Seseorang, Dia Harus Memiliki Jalan Penerapan yang Spesifik" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa aku harus membuka hatiku dan menceritakan pengalamanku yang sebenarnya, berbicara terus terang, menghindari kata-kata kosong dan basa-basi yang tidak berguna untuk pamer. Pemimpin sejati menyampaikan pengalaman dan pemahamannya sendiri tentang firman Tuhan, membimbing orang lain untuk memahami kebenaran dan membawa mereka ke hadapan Tuhan. Antikristus mempersekutukan kata-kata kosong untuk pamer demi pujian dan kekaguman, dan membawa orang lain ke hadapan diri mereka sendiri. Sedangkan aku, hanya mengkhotbahkan teori-teori kosong tanpa memberi orang jalan penerapan. Aku tidak menyelesaikan masalah nyata apa pun. Tujuanku bukan untuk membantu mereka memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, tetapi untuk membuat mereka mengagumiku. Akibat dari pamer sangat jelas. Orang lain menghormatiku dan tidak bersaksi tentang firman Tuhan, melainkan menggunakan persekutuanku sebagai referensi mereka. Orang-orang selalu mengatakan hal-hal seperti, "Berkat persekutuan Mathieu" atau "Sebagaimana yang dikatakan Saudara Mathieu". Aku teringat Paulus selalu suka pamer dan tidak memberi kesaksian tentang firman Tuhan Yesus. Hal itu membuat orang percaya memuja dan memberi kesaksian tentang perkataan Paulus selama 2.000 tahun. Bukankah aku sedang melakukan hal yang sama seperti Paulus, dan juga menempuh jalan antikristus yang menentang Tuhan? Aku merasa sangat takut dan membenci diriku sendiri. Aku berdoa, "Ya Tuhan, Aku melakukan kesalahan yang sama. Firman-Mu menunjukkan jalan kepadaku, tetapi aku tetap mengikuti Iblis, memuaskan kesombonganku. Aku kembali memainkan peran Iblis. Tuhan, kumohon tolong aku, kumohon selamatkan aku!"

Suatu malam, saat mempersiapkan sebuah pertemuan, aku melihat bagian ini: "Apa tabu terbesar dalam pelayanan manusia kepada Tuhan? Apakah engkau semua tahu? Ada orang-orang yang melayani sebagai pemimpin selalu ingin berusaha menjadi berbeda, menjadi yang lebih unggul, dan menemukan trik baru yang akan membuat Tuhan bisa melihat betapa cakapnya mereka sebenarnya. Namun, mereka tidak berfokus pada memahami kebenaran dan masuk ke dalam realitas firman Tuhan; mereka selalu berusaha untuk pamer. Bukankah ini justru adalah penyingkapan dari natur yang congkak? ... Dalam melayani Tuhan, orang ingin menciptakan langkah-langkah yang besar, melakukan hal-hal besar, mengucapkan perkataan yang hebat, melakukan pekerjaan besar, mengadakan ibadah-ibadah besar, dan menjadi pemimpin besar. Jika engkau selalu memiliki ambisi besar seperti itu, engkau akan melanggar ketetapan administratif Tuhan; orang-orang yang melakukan hal ini akan mati dengan segera. Jika engkau tidak berperilaku baik, saleh, dan bijaksana dalam melayani Tuhan, cepat atau lambat, engkau akan menyinggung watak-Nya" ("Tanpa Kebenaran Sangatlah Mudah untuk Menyinggung Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman dari Tuhan ini membuatku tersungkur. Melalui penyingkapan ini aku melihat ambisi dan keinginan liarku untuk mencapai hal-hal besar. Aku ingin memimpin pertemuan untuk memperlihatkan kefasihanku. Aku suka pamer dan tidak pernah melewatkan kesempatan untuk melakukannya. Aku ingin orang lain mengagumiku dan berkata, "Saudara Mathieu mengadakan pertemuan yang luar biasa! Tidak ada pemimpin yang lebih baik darinya!" Didorong oleh keinginan-keinginan ini, aku segera berkeliling dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya, bekerja, berkumpul, menyelesaikan masalah. Aku menyukai kepemimpinan seperti itu. Namun, ketika membaca "Jika engkau selalu memiliki ambisi besar seperti itu, engkau akan melanggar ketetapan administratif Tuhan; orang-orang yang melakukan hal ini akan mati dengan segera." Aku gemetar, dan merasakan rasa takut di lubuk hatiku. Kupikir aku telah memuaskan Tuhan, tetapi sadar bahwa aku sedang membuat-Nya jijik. Aku juga merasa jijik dengan diriku sendiri. Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang hebat, mengkhotbahkan sesuatu yang muluk-muluk. Aku tidak dimotivasi oleh bersaksi tentang Tuhan atau menerapkan kebenaran, dan tidak terbeban untuk kehidupan saudara-saudari. Semua itu untuk meninggikan diriku sendiri dan memiliki tempat khusus di hati orang lain. Itu adalah pelanggaran terhadap ketetapan administratif Tuhan, yang menyatakan, "Manusia tidak boleh membesarkan atau meninggikan dirinya sendiri. Dia harus menyembah dan meninggikan Tuhan." "Orang yang percaya kepada Tuhan harus menaati Tuhan dan menyembah-Nya. Jangan meninggikan atau memuja orang lain; Jangan menempatkan Tuhan di urutan pertama, orang yang kaupuja di urutan kedua, dan dirimu sendiri di urutan ketiga. Tak seorang pun boleh memiliki tempat di hatimu, dan engkau tidak boleh menganggap orang—terutama mereka yang kauhormati—sejajar dengan Tuhan, atau setara dengan-Nya. Ini tidak bisa ditoleransi oleh Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sepuluh Ketetapan Administratif yang Harus Ditaati Umat Pilihan Tuhan pada Zaman Kerajaan"). Bukan hanya meninggikan diri sendiri yang menyinggung ketetapan administratif, tetapi lebih parah lagi, aku membuat orang lain menempuh jalan yang salah dan menentang Tuhan karena mereka mengagumi seseorang. Akibatnya serius dan pasti akan membuat Tuhan marah. Aku merasa sangat ketakutan. Kupikir Tuhan tidak mungkin mengampuniku karena telah menyinggung watak-Nya. Aku berada dalam penderitaan. Aku berdoa, "Ya Tuhan, aku benar-benar menderita. Aku tidak tahu bahwa aku sedang membangkitkan murka-Mu, dan mau bertobat. Ya Tuhan, kumohon tolong aku memahami kehendak-Mu."

Saat tenggelam dalam ketakutanku, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Hari ini Tuhan menghakimi, menghajar dan menghukum engkau, tetapi ketahuilah bahwa penghukuman atasmu bertujuan supaya engkau dapat mengenal dirimu sendiri. Penghukuman, kutukan, penghakiman, hajaran—semua ini bertujuan agar engkau dapat mengenal dirimu sendiri, sehingga watakmu bisa berubah, dan terlebih lagi, supaya engkau dapat mengetahui nilaimu, dan melihat bahwa semua tindakan Tuhan adalah benar, dan sesuai dengan watak-Nya dan kebutuhan pekerjaan-Nya, bahwa Dia bekerja sesuai dengan rencana-Nya untuk keselamatan manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar yang mengasihi dan menyelamatkan manusia, yang menghakimi dan menghajar manusia. Jika engkau hanya tahu bahwa engkau memiliki status yang rendah, sudah rusak, dan tidak taat, tetapi tidak tahu bahwa Tuhan ingin menyatakan keselamatan-Nya dengan jelas melalui penghakiman dan hajaran yang dilakukan-Nya di dalam dirimu hari ini, berarti engkau tidak tahu cara mengalaminya, apalagi mampu terus maju. Tuhan tidak datang untuk membunuh, atau membinasakan, tetapi menghakimi, mengutuk, menghajar, dan menyelamatkan. Sebelum kesudahan dari rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun—sebelum Dia menyatakan akhir dari setiap kategori manusia—pekerjaan Tuhan di bumi adalah demi keselamatan, semua itu bertujuan agar orang-orang yang mengasihi Dia sempurna sepenuhnya, dan menuntun mereka supaya tunduk pada kekuasaan-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Mengesampingkan Berkat Status dan Memahami Kehendak Tuhan untuk Memberikan Keselamatan kepada Manusia"). Membaca ini memberiku rasa damai. Kupikir aku telah menyinggung Tuhan sampai tidak terampuni, tetapi itu tidak benar. Tuhan sedang mendisiplinkanku, tetapi Dia tidak membenciku. Dia ingin aku berubah. Aku bisa melihat kebenaran Tuhan, dan toleransi serta pengampunan-Nya. Aku tahu kali ini aku harus mencari kebenaran dan menyelesaikan kerusakanku.

Aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Sebagai orang yang jujur, engkau harus terlebih dahulu membuka hatimu sehingga semua orang dapat memeriksa isi hatimu, melihat semua yang kaupikirkan, dan melihat sekilas dirimu yang sebenarnya; engkau tidak boleh berusaha menyamarkan atau mengemas dirimu agar terlihat baik. Baru setelah itulah, orang akan memercayaimu dan menganggapmu jujur. Inilah penerapan yang paling mendasar dan prasyarat menjadi orang yang jujur. Engkau selalu bersandiwara, selalu berpura-pura suci, penuh kebajikan, hebat, dan berpura-pura bermoral tinggi. Engkau tidak membiarkan orang lain melihat kerusakan dan kekuranganmu. Engkau menampilkan citra yang palsu kepada orang-orang, sehingga mereka percaya bahwa engkau adalah orang yang tulus hati, hebat, rela berkorban, tidak memihak, dan tidak mementingkan diri sendiri. Ini adalah kecurangan. Jangan menyamar, dan jangan mengemas dirimu sendiri; sebaliknya, ungkapkan dirimu dan ungkapkan hatimu agar orang lain dapat melihatnya. Jika engkau dapat mengungkapkan hatimu agar orang lain dapat melihatnya, dan mengungkapkan semua pemikiran dan rencanamu—baik yang positif maupun yang negatif—bukankah itu berarti engkau sedang bersikap jujur? Jika engkau dapat mengungkapkan dirimu agar orang lain dapat melihatnya, maka Tuhan juga akan melihatmu dan berkata, 'Engkau telah mengungkapkan dirimu agar orang lain dapat melihatnya, maka engkau juga pasti jujur di hadapan-Ku.' Jika engkau hanya mengungkapkan dirimu kepada Tuhan ketika tidak dilihat orang lain, dan selalu berpura-pura hebat dan penuh kebajikan atau adil dan tidak mementingkan diri sendiri saat bersama-sama dengan mereka, lalu apa yang akan Tuhan pikirkan dan katakan? Dia akan berkata: 'Kau benar-benar curang; engkau sangat munafik dan picik; dan engkau bukan orang yang jujur.' Tuhan akan mengutukmu karenanya. Jika engkau ingin menjadi orang yang jujur, maka kapan pun engkau berada di hadapan Tuhan atau di hadapan orang lain, engkau harus dapat memberikan penjelasan yang murni dan terbuka tentang apa yang diwujudkan di dalam dirimu, dan tentang perkataan di dalam hatimu. Apakah ini mudah dicapai? Ini membutuhkan waktu; ini membutuhkan perjuangan di dalam hati kita, dan kita harus terus-menerus melakukan penerapan. Sedikit demi sedikit, hati kita akan terbuka dan kita akan mampu mengungkapkan diri kita" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Bagian ini membantuku memahami apa yang Tuhan inginkan dariku. Dia ingin aku menjadi orang yang jujur. Artinya, aku harus belajar menyingkapkan kerusakan dan pemikiranku yang sebenarnya kepada orang lain sehingga mereka bisa melihat kelemahan dan kesulitanku. Jika aku terus meninggikan diriku sendiri tanpa menyingkapkan kegagalan dan kelemahanku, dan hanya membangun citra palsu tentang diriku melalui persekutuanku, itu berarti kebohongan. Itu berarti selalu bersikap tidak jujur dengan orang lain atau dengan Tuhan. Hari itu aku sadar bahwa aku benar-benar harus menjadi orang yang jujur. Aku juga memperoleh sedikit pemahaman tentang gagasanku yang keliru. Kupikir seorang pemimpin harus menjadi orang yang heroik tanpa kelemahan, seperti beberapa pemimpin di dunia, lebih unggul daripada yang lain, lebih baik daripada yang lain. Namun, bukan itu yang Tuhan inginkan. Tuhan menginginkan orang yang sederhana dan jujur. Orang semacam itu dapat membuka diri tentang kelemahan mereka, mereka mencintai dan menerapkan kebenaran. Mereka berfokus pada jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan mencari prinsip kebenaran, bukan berusaha memenuhi ambisi mereka. Aku teringat yang Tuhan Yesus katakan: "Janganlah engkau dipanggil Rabi: sebab hanya satu Tuanmu, yaitu Kristus; dan engkau sekalian adalah saudara. ... Janganlah pula dirimu disebut pemimpin: karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus. Tetapi siapa yang terbesar di antara engkau sekalian, hendaklah ia menjadi hambamu. Dan siapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan ia yang merendahkan diri akan ditinggikan" (Matius 23:8-12). Sebagai pemimpin, selama ini aku telah berpura-pura, berharap orang selalu memujaku. Aku sadar bahwa aku sangat jauh dari apa yang Tuhan tuntut. Peran seorang pemimpin adalah sebagai hamba, seorang hamba dengan tanggung jawab yang sangat besar. Mereka harus selalu mengingat tanggung jawab mereka, yaitu menyirami dan menyokong saudara-saudari, mencari kebenaran untuk membantu mereka menyelesaikan masalah. Pemimpin bukanlah pejabat dan posisinya tidak berada di atas orang lain. Tuhan adalah Sang Pencipta, dan semua manusia adalah makhluk ciptaan, apa pun kedudukannya. Kita semua harus menyembah Sang Pencipta. Pada saat itu, aku memahami peran dan tanggung jawabku, bahwa aku harus berada pada posisi makhluk ciptaan dan melaksanakan tugasku dengan benar. Sejak saat itu, pola pikirku mengalami perubahan dan mulai berlatih untuk bersikap jujur. Ketika menyadari bahwa aku sedang meninggikan diriku sendiri, aku pasti membuka diri dan memastikan menyingkapkan kerusakan dan kelemahanku. Terkadang menyakitkan, tetapi itu memperlihatkanku betapa aku sebenarnya tidak jujur. Aku banyak mempermainkan dan membodohi orang lain. Makin aku membuka diri, makin kulihat jati diri dan tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Aku sadar aku bukan apa-apa. Dalam semua persekutuanku, aku telah memosisikan diriku di posisi yang tinggi, mendorong dan membantu orang dengan doktrin. Namun, sekarang aku mulai menceritakan keadaanku yang sebenarnya dengan saudara-saudari, bersikap jujur. Aku pernah mengalami kesulitan yang sama seperti mereka, jenis kerusakan yang sama yang mereka lakukan, dan aku adalah pemimpin, tetapi kami sama. Kami hanya memiliki tugas yang berbeda. Ketika melakukan hal ini, aku tidak merasa lebih cerdas daripada yang lain. Sebaliknya, aku bisa belajar dari pengalaman mereka dan mendapatkan pencerahan dari persekutuan orang lain. Aku hampir tidak memperhatikan persekutuan orang lain sebelumnya, dengan congkak berasumsi bahwa akulah orang yang memberikan pencerahan bagi orang lain. Berkat firman Tuhan, aku membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang lain, jadi aku memahami mereka lebih baik dan mampu melihat keadaan mereka yang sebenarnya. Aku sadar bahwa pengaturan Tuhan memungkinkanku untuk mendapatkan banyak dari mereka saat aku sedang membantu mereka. Banyak hal yang kupelajari dari persekutuan kami. Aku berhenti menjadi begitu congkak dan merasa diri penting. Aku mampu memperlakukan orang lain dengan setara, lebih bernalar dan normal, dan terkadang, aku sama sekali lupa tentang statusku sebagai pemimpin saat menyampaikan persekutuan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas perubahan dalam diriku ini.

Terkadang, aku masih mendapati diriku sedang pamer dan itu memperlihatkan kepadaku betapa dalamnya Iblis telah merusakku. Ini bukan hanya sesekali, tetapi ada dalam naluriku, tertanam dalam karakterku. Tanpa makanan kebenaran, tanpa penghakiman dan hajaran Tuhan, aku pasti telah mengendalikan saudara-saudariku dan terus bersaing dengan Tuhan. Itu fakta. Tidak mengalami perubahan benar-benar berbahaya. Hanya kebenaranlah yang membantu membebaskanku dari watak jahatku. Tanpa itu, aku pasti telah menjadi antikristus dan dikutuk. Berkat bimbingan Tuhan, aku telah mengubah sudut pandangku, dan sekarang aku memiliki pandangan yang lebih murni tentang tugasku sebagai seorang pemimpin. Lebih penting lagi, Tuhan menyelamatkanku dari dikendalikan oleh watak jahatku. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Beban Kemunafikan

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok Pada Agustus 2020, aku diberhentikan dari posisi kepemimpinan karena mengejar status dan bekerja sekenanya....

Buah dari Laporan yang Jujur

Oleh Saudari Zhao Ming, TiongkokPada bulan April 2011, aku harus menggantikan tempat seorang pemimpin bernama Yao Lan di sebuah gereja di...