Yang Kuperoleh dari Menerima Pemangkasan

02 September 2022

Oleh Saudari Viola, Italia

Aku mengawasi pekerjaan video di gereja. Aku merasa tegang setiap hari karena beban kerja yang berat. Aku sibuk menyelesaikan segala macam masalah dan menindaklanjuti pekerjaan orang lain. Aku tak bisa rileks. Beberapa waktu kemudian, Saudari Jennifer sering kali mengkritik video kami, dan mengatakan semua masalah ini disebabkan karena kurangnya upaya kami dalam melaksanakan tugas. Saat membaca pesan darinya, aku merasa sangat menentangnya. Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk meminimalkan kesalahan, dan pencapaian sebanyak itu dalam pekerjaan kami tidaklah terlalu buruk. Bukankah dengan mempermasalahkan hal-hal sepele dia hanya akan menunda kelangsungan pekerjaan kami? Aku tak pernah menanggapi sarannya, menganggap dia membesar-besarkan masalah dan menunda pekerjaan kami. Suatu hari, aku membuat janji dengan Jennifer untuk berbicara. Aku memasukkan beberapa prinsip untuk dipersekutukan kepadanya tentang bagaimana kritiknya itu telah memengaruhi kemajuan pekerjaan kami. Aku terkejut ketika selesai bersekutu, dia berkata dengan nada bicara yang kasar, "Itu salah satu aspek dari prinsip masalah ini. Namun, izinkan aku mengingatkanmu—jangan menjadikan prinsip sebagai alasan untuk bersikap asal-asalan dan tak bertanggung jawab dalam tugasmu. Ini adalah dua hal yang berbeda. Jangan samakan keduanya." Saat mendengar perkataannya, meskipun tidak mengatakan apa pun, hatiku dipenuhi kemarahan. Kupikir, "Bukankah maksudmu aku bersikap asal-asalan dan tak bertanggung jawab dalam tugasku? Kau jelas mencari-cari kesalahan dan memperlambat segalanya, tetapi kau malah mengkritikku! Apa masalahnya dengan sedikit masalah sepele? Semua itu sama sekali tak akan memengaruhi kualitas video, dan apa yang telah kami capai sudah sangat bagus. Kau tidak tahu betapa beratnya beban kerja kami, tetapi kau hanya mempermasalahkan hal sepele, lalu memangkasku seperti ini. Kau sangat congkak!" Setelah itu, aku tak mau lagi berhubungan dengan Jennifer. Selama itu adalah masalah yang dia tunjukkan, aku menjadi menentang, dan emosiku terlibat ketika menangani masalah.

Hampir setiap setengah bulan setelah ini, Jennifer selalu menyiapkan rangkuman umpan balik untuk kami tentang masalah pekerjaan. Suatu kali, dia bahkan menyampaikan umpan balik ini kepada pemimpin. Ketika mendengar hal ini, aku sangat marah, kupikir, "Kami melakukan beberapa kesalahan, tetapi dengan beban kerja yang begitu berat setiap bulannya, bukankah normal jika ada hal-hal kecil yang tidak dilakukan dengan benar? Apakah benar-benar perlu untuk memberi tahu pemimpin? Kau terobsesi dengan hal-hal kecil, standarmu terlalu tinggi. Apakah kau memperlakukan kami saudara-saudari seperti mesin? Tak bolehkah kami melakukan kesalahan?" Makin kupikirkan, makin aku menjadi gusar. Ketika pemimpin datang untuk berbicara denganku, aku langsung mengacungkan jariku ke arah Jennifer, mengatakan dia sangat congkak. Dia tidak mengenal dirinya sendiri, tetapi malah menunjukkan masalah kami. Pemimpin menyadari bahwa aku tidak mengenal diriku sendiri, dan bersekutu bahwa aku harus memperlakukan Jennifer dengan benar. Dia menyuruhku untuk merenungkan diri dan memetik pelajaran. Namun, perkataan pemimpin kuabaikan Aku menunda menyelesaikan masalah yang disinggung Jennifer dalam umpan baliknya, dan tidak berupaya memikirkan bagaimana untuk kelak menghindari masalah serupa. Aku samar-samar sadar bahwa keadaanku ini tidak benar, jadi aku mencari Tuhan melalui doa, memohon agar Dia menuntunku untuk memetik pelajaran dan mengenal diriku sendiri dalam masalah ini.

Suatu hari selama perenunganku, aku membaca beberapa firman Tuhan yang membantuku mendapatkan sedikit kesadaran tentang keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Suka memperdebatkan yang benar dan yang salah berarti berusaha mengklarifikasi apa yang benar atau salah dalam setiap masalah, tidak berhenti sampai masalah itu selesai dan dipahami siapa yang benar dan siapa yang salah, dan dengan keras kepala terpaku pada hal-hal yang tidak penting. Apa gunanya bertindak seperti ini? Pada akhirnya, apakah memperdebatkan yang benar dan yang salah adalah tindakan yang benar? (Tidak.) Di mana kesalahannya? Apakah ada kaitan antara hal ini dan menerapkan kebenaran? (Tidak ada kaitannya.) Mengapa menurutmu tidak ada kaitannya? Memperdebatkan yang benar dan yang salah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, membicarakan itu bukanlah sedang mendiskusikan atau mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran; sebaliknya, itu berarti orang selalu membicarakan siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang tepat dan siapa yang keliru, siapa yang benar dan siapa yang tidak, siapa yang punya alasan yang baik, dan siapa yang tidak, dan siapa yang mengungkapkan doktrin yang lebih tinggi; inilah yang mereka selidiki. Ketika Tuhan menguji orang, mereka selalu berusaha bernalar dengan Tuhan, mereka selalu mengatakan alasan ini atau alasan itu. Apakah Tuhan membicarakan hal-hal seperti itu denganmu? Apakah Tuhan bertanya apa konteksnya? Apakah Tuhan menanyakan alasan dan penyebabmu? Tidak. Tuhan bertanya apakah ketika Dia mengujimu, sikapmu adalah sikap yang tunduk atau sikap yang menentang. Tuhan bertanya apakah engkau memahami kebenaran atau tidak, apakah engkau tunduk atau tidak. Semua inilah yang Tuhan tanyakan, tidak ada yang lain. Tuhan tidak bertanya kepadamu apa alasan kurangnya ketundukanmu, Dia tidak melihat apakah engkau punya alasan yang baik—Dia sama sekali tidak mempertimbangkan hal-hal semacam itu. Tuhan hanya melihat apakah engkau tunduk atau tidak. Di lingkungan mana pun engkau hidup dan apa pun konteksnya, Tuhan hanya memeriksa apakah ada ketundukan di dalam hatimu, apakah engkau memiliki sikap yang tunduk. Tuhan tidak memperdebatkan yang benar dan yang salah denganmu; Tuhan tidak peduli apa alasanmu. Tuhan hanya peduli apakah engkau benar-benar tunduk; hanya inilah yang Tuhan tanyakan kepadamu. Bukankah ini adalah prinsip kebenaran? Mengenai jenis orang yang suka memperdebatkan yang benar dan yang salah, yang suka bertengkar—adakah prinsip-prinsip kebenaran di dalam hati mereka? (Tidak ada.) Mengapa tidak ada? Pernahkah mereka memperhatikan prinsip-prinsip kebenaran? Pernahkah mereka mengejarnya? Pernahkah mereka mencarinya? Mereka tidak pernah memperhatikan atau mengejar atau mencarinya, dan semua itu sama sekali tidak ada di hati mereka. Akibatnya, mereka hanya bisa hidup dalam gagasan manusia, yang ada di dalam hati mereka hanyalah benar dan salah, tepat dan keliru, dalih, alasan, sofistri, dan perdebatan, segera setelah itu mereka saling menyerang, menghakimi, dan mengutuk. Watak orang semacam ini adalah watak yang suka memperdebatkan yang benar dan yang salah, menghakimi dan mengutuk orang lain. Orang-orang semacam ini tidak memiliki kasih atau penerimaan akan kebenaran, mereka cenderung berusaha bernalar dengan Tuhan, bahkan menghakimi dan melawan Tuhan. Pada akhirnya, mereka akan dihukum" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (15)"). Dari penyingkapan firman Tuhan, aku mengerti bahwa orang yang selalu berbicara tentang benar dan salah dalam suatu situasi akan terlebih dahulu menyelidiki situasinya secara menyeluruh: siapa yang benar, siapa yang salah, siapa yang punya alasan di pihak mereka. Jika mereka dapat mengarahkan kesalahan kepada orang lain, mereka mulai melakukan pembelaan diri, mereka berfokus kepada orang lain, menjadi tidak taat, menentang, dan bahkan menyerang orang lain tanpa mencari kebenaran atau merenungkan masalah mereka sendiri. Mereka tidak tunduk pada keadaan yang Tuhan atur untuk mereka. Aku teringat bagaimana aku bertindak seperti ini. Ketika Jennifer menunjukkan beberapa masalah dalam pekerjaan kami, aku tahu semua masalah ini ada, tapi aku mencari-cari alasan dan berdalih untuk membenarkan diriku sendiri, dengan berpikir bahwa mencapai sebanyak ini dalam pekerjaan sudah merupakan pencapaian yang luar biasa mengingat beban kerja kami, dan masalah sepele seperti itu tak dapat dihindari. Aku bahkan berusaha membantah dirinya dengan menggunakan prinsip untuk menghentikannya agar tidak menunjukkan masalahnya, menganggap tuntutannya terlalu tinggi dan masalahnya hanya sepele dan tak masalah meskipun itu tidak diselesaikan. Ketika Jennifer mengkritikku karena bersikap asal-asalan dan tak bertanggung jawab, aku bukan saja tidak menerima bahwa itu adalah dari Tuhan, tapi mulai berprasangka terhadapnya dan mengira dia sedang mencari-cari kesalahan. Ketika dia berbicara dengan tegas dan perkataannya melukai harga diriku, aku menyebutnya berwatak congkak, dan bahkan mengkritiknya di depan pemimpin, berencana membuat pemimpin memihakku dan memandang buruk dirinya. Ketika pemimpin membantuku, aku tak mau mendengarkan. Aku tidak menerima bahwa keadaan ini adalah dari Tuhan atau merenungkan masalahku sendiri. Sebaliknya, aku membenarkan diri, berdalih, dan memperdebatkan siapa yang benar dan salah. Satu-satunya yang kuperlihatkan adalah kemarahan, tanpa sedikit pun sikap ketundukan. Bagaimana aku bisa menyebut diriku orang percaya? Aku bertindak seperti pengikut yang bukan orang percaya.

Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang membantuku lebih memahami maksud Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Apa pun yang orang lakukan berkaitan dengan mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran itu; apa pun yang menyangkut kebenaran berkaitan dengan kualitas kemanusiaan seseorang dan sikap mereka dalam melakukan sesuatu. Sering kali, ketika orang melakukan sesuatu dengan cara yang tidak berprinsip, hal itu karena mereka tidak memahami prinsip-prinsip di baliknya. Namun sering kali, orang bukan hanya tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran, mereka juga tidak ingin memahaminya. Meskipun mereka mungkin sedikit mengetahui prinsip-prinsipnya, mereka tetap tidak ingin berbuat lebih baik. Standar kebenaran ini tidak ada dalam hati mereka, begitu pula tuntutan akan kebenaran. Jadi sangat sulit bagi mereka untuk melakukan sesuatu dengan baik, sulit bagi mereka untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sejalan dengan kebenaran dan menyenangkan hati Tuhan. Pedoman untuk mengetahui apakah orang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak bergantung pada apa yang mereka perjuangkan, apakah mereka mengejar kebenaran atau tidak, dan apakah mereka menyukai hal-hal yang positif atau tidak. Jika orang tidak menyukai hal-hal yang positif, mereka tidak mudah menerima kebenaran, dan ini sangat menyulitkan—meskipun mereka melaksanakan sebuah tugas, sebenarnya yang mereka kerjakan hanyalah jerih payah. Entah engkau memahami kebenaran ataupun tidak, entah engkau mampu memahami prinsip-prinsipnya ataupun tidak, jika engkau melakukan tugasmu berdasarkan hati nuranimu, setidaknya engkau akan mencapai hasil yang rata-rata. Hanya ini yang dapat diterima. Jika kemudian engkau mampu mencari kebenaran dan melakukan sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, engkau akan mampu memenuhi tuntutan Tuhan sepenuhnya dan menjadi selaras dengan maksud Tuhan. Apa sajakah tuntutan Tuhan? (Yakni agar orang memberikan segenap hati dan kekuatannya untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.) Bagaimana seharusnya kita mengartikan perkataan 'memberikan segenap hati dan kekuatan mereka'? Jika mereka mencurahkan seluruh pikirannya untuk melaksanakan tugas, itu berarti mereka memberikan segenap hatinya. Jika mereka menggunakan seluruh kekuatannya untuk melaksanakan tugas, itu berarti mereka memberikan segenap kekuatan mereka. Apakah mudah untuk memberikan segenap hati dan kekuatanmu? Tidak mudah untuk mencapai hal ini tanpa hati nurani dan nalar. Jika orang tidak memiliki hati nurani, jika dia kurang cerdas dan tidak mampu merenung, dan ketika menghadapi suatu masalah dia tidak mengetahui cara mencari kebenaran, dan tidak memiliki cara atau sarana untuk melakukannya, mampukah dia memberikan segenap hatinya? Tentu saja tidak" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Manusia adalah Penerima Manfaat Terbesar dari Rencana Pengelolaan Tuhan"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami maksud-Nya. Tuhan tidak menuntut orang untuk mencapai kesempurnaan dalam tugas mereka, melainkan Dia melihat apakah mereka telah berupaya sebaik mungkin, dan apakah sikap mereka adalah sikap yang berusaha meningkatkan diri dalam tugas mereka. Tuhan memeriksa hati manusia. Aku merenungkan sikapku terhadap tugasku dengan membandingkannya dengan firman Tuhan. Aku selalu merasa memiliki beban kerja yang berat, dengan banyak hal yang harus dipikirkan dan diperhatikan, dan masalah kecil yang muncul dalam pekerjaan kuanggap sebagai hal yang normal. Terkadang meskipun aku tahu semua masalah itu dapat dihindari, aku tak mau berupaya keras memperbaiki keadaan, yang membuat masalah menjadi berlarut-larut dan tidak terselesaikan. Namun sebenarnya, Tuhan tidak menuntut agar aku tak pernah melakukan kesalahan dalam tugasku. Dia hanya membenci sikapku yang asal-asalan dan tak bertanggung jawab. Jennifer menarik perhatianku pada suatu masalah dengan menunjukkannya, membantuku untuk menyelesaikannya tepat waktu dan melakukan tugasku dengan baik. Setelah menyadari hal ini, keadaanku agak membaik. Setelah itu, aku bersekutu dan merangkum bersama orang lain, dan memikirkan cara untuk berubah. Setelah itu, setiap kali orang menunjukkan suatu masalah kepadaku, aku tidak menentang dan acuh tak acuh tentang hal itu seperti sebelumnya, tetapi menyelesaikannya bersama semua orang.

Selanjutnya, aku merenungkan diriku sendiri. Mengapa aku sangat menentang saran Jennifer? Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan, dan sedikit mengenal diriku sendiri. Tuhan berfirman: "Sikap khas antikristus terhadap pemangkasan adalah menolak dengan keras untuk menerima atau mengakuinya. Sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan atau sebanyak apa pun kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, mereka tidak merasakan penyesalan sedikit pun atau merasa bahwa mereka berutang sesuatu. Dari sudut pandang ini, apakah para antikristus memiliki kemanusiaan? Sama sekali tidak. Mereka menyebabkan berbagai macam kerugian terhadap umat pilihan Tuhan dan menimbulkan kerugian terhadap pekerjaan gereja—umat pilihan Tuhan dapat melihat ini dengan jelas, dan mereka bisa melihat rentetan perbuatan jahat antikristus. Namun, para antikristus tidak menerima atau mengakui fakta ini; mereka dengan keras kepala tidak mau mengakui bahwa mereka salah atau bahwa mereka bertanggung jawab. Bukankah ini menandakan bahwa mereka muak akan kebenaran? Sampai sejauh itulah perasaan muak antikristus terhadap kebenaran. Sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan, mereka dengan keras kepala menolak untuk mengakuinya, dan mereka tetap tidak menyerah sampai akhir. Ini cukup untuk membuktikan bahwa antikristus tidak pernah menganggap serius pekerjaan rumah Tuhan ataupun menerima kebenaran. Mereka belum percaya kepada Tuhan; mereka adalah kaki tangan Iblis, yang datang untuk mengganggu dan mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan. Di dalam hati antikristus hanya ada reputasi dan status. Mereka yakin bahwa jika mereka mengakui kesalahan mereka, itu berarti mereka harus menerima tanggung jawab, dan kemudian status dan reputasi mereka pun pasti menjadi sangat rusak. Akibatnya, mereka menentang dengan sikap 'menolak sampai mati'. Bagaimanapun orang menyingkapkan atau menelaah diri mereka, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyangkalnya. Entah penyangkalan mereka disengaja atau tidak, singkatnya, di satu sisi, perilaku ini menyingkapkan esensi natur antikristus yang muak akan kebenaran dan membencinya. Di sisi lain, ini memperlihatkan betapa para antikristus menghargai status, reputasi, dan kepentingan mereka sendiri. Sementara itu, apa sikap mereka terhadap pekerjaan dan kepentingan gereja? Itu adalah sikap yang menghina dan tidak bertanggung jawab. Mereka tidak memiliki hati nurani dan nalar. Bukankah pengabaian tanggung jawab para antikristus menunjukkan masalah-masalah ini? Di satu sisi, pengabaian tanggung jawab membuktikan esensi natur mereka yang muak akan kebenaran dan membencinya, sedangkan di sisi lain, itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki hati nurani, nalar, dan kemanusiaan. Sebanyak apa pun jalan masuk kehidupan saudara-saudari dirugikan oleh gangguan dan perbuatan jahat mereka, mereka tidak merasa ditegur dan tidak pernah merasa sedih karena hal ini. Makhluk macam apa ini? Bahkan pengakuan mereka terhadap kesalahan dapat dianggap mereka memiliki sedikit hati nurani dan nalar, tetapi para antikristus bahkan tidak memiliki kemanusiaan sedikit pun. Jadi, menurutmu, siapa mereka sebenarnya? Pada esensinya, antikristus adalah setan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus tidak menerima kebenaran. Mereka muak akan kebenaran dan pada dasarnya membenci kebenaran. Ketika dipangkas dan disingkapkan, mereka berusaha berdalih, dan tidak merasa menyesal meskipun mereka sangat merugikan pekerjaan. Mereka bahkan tak mau mengakui kesalahan mereka dan sangat keras kepala. Kurenungkan diriku setelah membandingkannya dengan firman Tuhan. Aku jelas bersikap asal-asalan dalam tugasku, dan ada banyak kesalahan dan masalah, tetapi aku tidak merasa bersalah atau menyesal. Ketika menghadapi diriku dipangkas dan diingatkan, aku tak mau menerimanya. Aku selalu mencari-cari alasan untuk membenarkan diri sendiri dan mengabaikannya. Aku tak mau mengakui kesalahanku sendiri. Kupikir mengakui kesalahan akan membuatku terlihat buruk, dan merusak reputasi, status, dan citraku, membuat orang lain memandang rendah diriku. Aku benar-benar tak bernalar. Aku menyingkapkan watak yang muak akan kebenaran. Orang lain memberiku saran untuk membantuku melihat kekurangan dalam tugasku, agar aku mampu menyelesaikan masalah tepat pada waktunya dan melaksanakan tugasku dengan lebih baik. Namun, aku tak pernah menerima bahwa hal ini adalah dari Tuhan, juga tidak merenungkan diriku sendiri. Jadi, masalah bersikap asal-asalan dalam tugasku tak pernah diselesaikan, dan aku tak pernah memenuhi peranku sebagai pengawas, menyebabkan orang lain bersikap asal-asalan dalam tugas mereka dan sering melakukan kesalahan juga. Pada saat inilah, aku akhirnya sadar jika aku tidak menyingkirkan watak Iblis dalam diriku yang muak akan kebenaran, aku akan sulit menerima kebenaran dan saran dari orang lain. Jika aku tetap tidak bertobat atau menyelesaikan masalah watak rusakku ini, masalah dan kesalahanku dalam tugasku akan bertambah, dan akhirnya aku akan melakukan kejahatan, menentang Tuhan, dibenci dan disingkirkan oleh-Nya. Menyadari hal ini membuatku sangat sedih, dan aku berdoa kepada Tuhan dengan sikap yang bertobat, mau menerapkan kebenaran dalam tugasku mulai sekarang, dan tidak hidup dalam kerusakan.

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang memberiku jalan untuk menyelesaikan masalah watak yang muak akan kebenaran. Firman Tuhan katakan: "Jika seseorang memberimu saran saat engkau tidak memahami kebenaran, dan memberitahumu bagaimana bertindak sesuai dengan kebenaran, engkau harus terlebih dahulu menerimanya dan membiarkan semua orang mempersekutukannya, dan lihatlah apakah jalan ini benar atau tidak, dan apakah ini sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak. Jika engkau yakin bahwa itu sesuai dengan kebenaran, maka terapkan dengan cara itu; jika engkau yakin bahwa itu tidak sesuai dengan kebenaran, maka jangan menerapkan dengan cara itu. Sesederhana itu. Ketika engkau mencari kebenaran, engkau harus mencari dari banyak orang. Jika ada yang ingin mengatakan sesuatu, engkau harus mendengarkan perkataannya, dan memperlakukan semua perkataannya dengan serius. Jangan mengabaikan atau meremehkannya, karena ini berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam lingkup tugasmu dan engkau harus menanggapinya dengan serius. Ini adalah sikap yang benar dan keadaan yang benar. Ketika engkau berada dalam keadaan yang benar, dan engkau tidak memperlihatkan watak yang menolak kebenaran dan membenci kebenaran, maka menerapkan dengan cara ini akan menggantikan watak rusakmu. Inilah yang dimaksud dengan menerapkan kebenaran. Jika engkau menerapkan kebenaran dengan cara ini, buah apa yang akan dihasilkannya? (Kami akan dibimbing oleh Roh Kudus.) Menerima bimbingan Roh Kudus adalah satu aspek. Terkadang masalahnya sangat sederhana dan dapat dicapai dengan menggunakan pikiranmu sendiri; sesudah orang lain selesai memberikan saran mereka kepadamu dan engkau memahaminya, engkau akan mampu memperbaiki berbagai hal dan bertindak sesuai dengan prinsip. Orang mungkin berpikir bahwa ini adalah masalah sepele, tetapi bagi Tuhan ini adalah masalah besar. Mengapa Kukatakan seperti ini? Karena, ketika engkau menerapkan cara ini, bagi Tuhan engkau adalah orang yang mampu menerapkan kebenaran, orang yang mencintai kebenaran, dan engkau bukan orang yang menolak kebenaran—ketika Tuhan melihat ke dalam hatimu, Dia juga melihat watakmu, dan ini adalah masalah besar. Dengan kata lain, ketika engkau melaksanakan tugasmu dan bertindak di hadirat Tuhan, apa yang engkau jalani dan perlihatkan semuanya adalah kenyataan kebenaran yang sudah seharusnya orang miliki. Sikap, pemikiran, dan keadaan yang kaumiliki dalam segala hal yang engkau lakukan adalah hal terpenting bagi Tuhan, dan itulah yang Tuhan amati" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Hidup di Hadapan Tuhanlah Orang Dapat Memiliki Hubungan yang Normal dengan-Nya"). Firman Tuhan menunjukkan jalan penerapannya. Ketika saudara-saudari memberiku saran atau memangkasku, aku harus terlebih dahulu memiliki sikap yang menerima dan taat. Jika aku tidak tahu cara menerapkannya, aku tak boleh tak menyukainya atau menentangnya, tetapi harus menerimanya terlebih dahulu, kemudian mencari persekutuan dari orang yang memahami kebenaran, lalu menerapkannya setelah memahami prinsipnya dengan benar. Inilah artinya melaksanakan tugasku sesuai dengan maksud Tuhan. Aku merenungkan bahwa ketika orang lain melihat dan menunjukkan masalah atau kekurangan dalam pekerjaanku, ketika mereka memberiku saran dan memangkasku, itu sepenuhnya karena mereka bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, bukan karena mereka menargetkanku atau mempersulit diriku. Aku harus menerima bahwa ini adalah dari Tuhan dan bersikap taat, merenungkan masalahku, serta mengubah dan menyelesaikannya tepat waktu. Itulah satu-satunya cara agar pekerjaanku meningkat sedikit demi sedikit, dan menghindarkan watak rusakku mengganggu pekerjaan gereja.

Suatu hari, Jennifer mengirim pesan yang menunjukkan beberapa masalah dengan video kami. Ketika membacanya, untuk sejenak aku menentang. Aku telah mendiskusikan dan menangani masalah ini dengan yang lain. Mengapa dia kembali menyinggungnya? Aku ingin mengatakan sesuatu untuk membela diri, tetapi aku merenungkan bahwa jika dia menunjukkannya, pasti masih ada kesalahan atau kekurangan dengan pekerjaan itu. Jadi, aku berinisiatif bertanya kepada Jennifer tentang hal itu. Setelah mendapatkan pemahaman yang mendalam, akhirnya aku sadar bahwa aku hanya mendiskusikan masalah ini dengan saudara-saudari, tetapi sesudahnya, aku tidak menindaklanjuti pekerjaan mereka tepat pada waktunya, sehingga masalah-masalah ini tidak sepenuhnya terselesaikan. Aku juga sadar aku tidak bersikap proaktif dan bertanggung jawab terhadap pekerjaanku, tetapi hanya dengan pasif menunggu orang lain untuk menunjukkan masalah sebelum menyelesaikannya. Jadi, aku berinisiatif bertanya kepada yang lain masalah apa yang masih ada di video kami, lalu bersekutu dan menyelesaikannya tepat waktu. Setelah beberapa waktu, tampak jelas bahwa masalah yang dihadapi makin berkurang, dan aku merasa tenang dan lega dalam tugasku. Aku juga merasakan di hatiku bahwa hanya dengan mampu menerima saran orang lain, mencari kebenaran dan menyelesaikan masalahku, barulah aku mampu melakukan tugasku dengan baik. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh