Melihat Kejahatan Pendeta

31 Januari 2022

Oleh Saudara Xiao Ci, Myanmar

Aku bertemu seorang saudari secara daring pada September 2020. Dia memberitahuku Tuhan Yesus telah datang kembali sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dan mengungkapkan kebenaran untuk melakukan pekerjaan penghakiman. Aku sangat senang mendengar kedatangan Tuhan kembali, mulai menghadiri pertemuan daring, dan menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa. Dengan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, aku tahu tentang akar kerusakan manusia oleh Iblis, tiga tahap pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, misteri inkarnasi, pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman, dan lebih banyak kebenaran yang belum pernah kudengar. Setelah mencari dan menyelidiki, aku yakin Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali dan masuk Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Aku suka makanan dari membaca firman Tuhan setiap hari dan merasa rohaniku begitu terpelihara. Jika dibandingkan, khotbah pendetaku adalah tentang hal yang sama, kering dan membosankan, tanpa terang. Sama sekali tidak membangun, jadi aku berhenti ikut kebaktian gereja.

Lalu, pada Februari 2021, ada kudeta militer di Myanmar, dan internet diputus. Aku tidak bisa menghadiri pertemuan daring lagi. Tak lama, beberapa saudara datang ke desaku dan berkata ingin mengadakan pertemuan lokal. Ada 20 orang yang hadir saat itu. Anehnya, setelah baru beberapa pertemuan, seseorang melaporkan kami ke pendeta lokal kami. Dia mulai memberi tahu orang-orang di gereja bahwa kami menghadiri pertemuan daring alih-alih ke gereja, dan kami tidak mau mendengarkan pendeta. Dia berbohong, mengatakan kami membentuk faksi sendiri. Dia menyuruh semua orang menjauhi kami. Hampir semua orang di desa kami memeluk Kristen, mereka memuja pendeta, dan mendengarkan dia. Karena serangan dan penghakimannya, berita tentang iman kami kepada Tuhan Yang Mahakuasa mengguncang kota, dan semua orang, bahkan kerabat, teman, dan tetangga, mulai menghardik kami karena tidak ke gereja atau mendengarkan pendeta lagi, berkata itu sangat buruk. Ke mana pun aku pergi, orang-orang menudingku, keluargaku pun ikut menentang imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Aku benar-benar putus asa. Hubunganku selalu baik dengan teman dan tetangga, kami selalu saling membantu, tetapi kini mereka memperlakukanku seperti duri dalam daging, seperti musuh. Iman itu kebebasan pribadi. Kami hanya menerapkan iman tanpa melakukan hal ilegal. Kenapa pendeta menghakimi dan mengutuk kami, juga membuat penduduk desa menolak kami? Tanpa sadar aku depresi, dan berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, pendeta menyerang kami, bahkan semua orang dekatku menolakku. Aku sangat sengsara. Tuhan, aku tidak mengerti kenapa mereka memperlakukan kami seperti ini. Cerahkanlah aku agar lebih memahami ini dan lepas dari depresi." Lalu, aku teringat sebuah kutipan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tuhan bekerja, Tuhan peduli kepada seseorang, memperhatikan seseorang, dan sementara itu Iblis membuntuti setiap langkah-Nya. Siapa pun yang Tuhan perkenan, Iblis pun memperhatikan, mengikuti dari belakang. Jika Tuhan menginginkan orang ini, Iblis akan melakukan segala daya untuk menghalangi Tuhan, menggunakan berbagai cara jahat untuk mencobai, mengganggu, dan merusak pekerjaan yang Tuhan lakukan, semua demi mencapai tujuan tersembunyinya. Apa tujuan ini? Iblis tidak ingin Tuhan mendapatkan siapa pun; Iblis menginginkan semua yang diinginkan Tuhan, dia merasuki mereka, mengendalikan mereka, menguasai mereka sehingga mereka menyembahnya, sehingga mereka melakukan perbuatan jahat bersamanya. Bukankah ini motif Iblis yang jahat? ... Dalam peperangan melawan Tuhan dan mengikuti di belakang-Nya, tujuan Iblis adalah untuk menghancurkan semua pekerjaan yang Tuhan ingin lakukan, untuk merasuki dan mengendalikan orang-orang yang Tuhan ingin dapatkan, untuk sepenuhnya memusnahkan orang-orang yang Tuhan ingin dapatkan. Jika mereka tidak dimusnahkan, mereka menjadi milik Iblis, untuk dipakai olehnya—inilah tujuannya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Ini membantuku melihat bahwa pendeta berusaha mencegah kami mengikuti Kristus pada akhir zaman sebenarnya pertempuran rohani. Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk menghakimi dan mentahirkan manusia pada akhir zaman. Untuk menyelamatkan dan mendapatkan sekelompok orang percaya sejati. Namun, Iblis adalah musuh Tuhan, dan dia memakai berbagai taktik untuk menghalangi dan merusak pekerjaan Tuhan agar orang meninggalkan Tuhan, mengkhianati-Nya, dan hidup di bawah kekuasaan Iblis. Lalu, bisa mengendalikan mereka dan akhirnya dihukum di neraka bersama dengannya. Kulihat pendeta gereja sebenarnya antek iblis. Mereka mendengar Tuhan telah datang kembali, tetapi bukannya menyelidiki, justru mencegah orang lain melakukannya. Khotbah mereka tidak memelihara rohani, tetapi tidak membiarkan orang mencari jalan yang benar. Melihat kami berhenti ke gereja dan mengikuti mereka, mereka mengutuk dan memfitnah kami, ingin kami mengkhianati Tuhan Yang Mahakuasa dan kembali ke gereja mereka, kembali di bawah kendali mereka. Lalu, kami akan kehilangan penyelamatan Tuhan pada akhir zaman. Menyadari ini, aku berkata kepada diriku aku tidak boleh teperdaya tipuan iblis. Aku tidak boleh melepaskan Tuhan Yang Mahakuasa untuk mengikuti mereka, justru harus kukuh.

Setelah itu, beberapa orang percaya baru dan mereka yang menyelidiki pekerjaan akhir zaman Tuhan melemah dan keluar. Meskipun semua orang di sekitar kami memprotes, kami tidak berhenti mengadakan pertemuan. Pendeta itu marah saat mengetahui itu dan terus mengirim beberapa rekan kerja gereja ke rumahku, bersikeras agar aku pergi ke rumah pendeta. Aku marah tentang itu, berpikir aku hanya menyembah Tuhan dan bersekutu, dan itu kebebasanku. Kenapa pendeta terus berusaha menghalangiku? Aku ingin dengar pendapatnya, mencari tahu menurut dia di mana kesalahanku. Malam itu, aku pergi ke rumah pendeta bersama beberapa saudara. Beberapa pendeta lain ada di sana. Pendeta itu berkata, "Aku sudah dengar tentang pertemuan daring kalian. Sebagai pendeta kalian, tanggung jawab kami adalah memperingatkan agar tak mengambil jalan lain." Kujawab, "Kami mendengarkan khotbah mereka, tetapi tidak mengkhianati Tuhan. Tuhan Yesus telah datang kembali dan sedang melakukan langkah pekerjaan baru—" Sebelum bisa menyelesaikannya, dia memotongku dengan marah, "Cukup! Kami tidak akan mendengarkan lagi. Kalian harus memilih hari ini. Kalian akan tetap memercayai Tuhan lain, atau kembali ke gereja kami?" Saat bicara, dia mengeluarkan buku catatan yang berisi semua nama kami. Dia berseru, "Jika akan terus mendengarkan khotbah mereka, beri tanda centang di sebelah nama kalian, jika tidak, coret. Kalian akan menderita jika tidak mendengarkanku! Kami tidak akan melakukan apa pun untuk pernikahan, kematian, atau kelahiran di keluarga kalian, semua itu. Kami tidak akan membantu urusan apa pun." Tidak ada yang mengatakan apa-apa. Aku sedikit ragu, berpikir jika tidak menulis apa pun, pendeta tetap akan menemukan cara untuk menghalangi imanku. Jika memberi centang pada namaku, pendeta takkan membantu keluargaku untuk urusan apa pun. Semua itu adat desa, sangat penting bagi semua orang, dan tidak bisa diabaikan, semua orang di desa juga mendengarkan pendeta. Jika mereka tidak muncul, begitu juga semua orang, dan tidak akan ada yang membantu. Apa semua orang akan menolakku? Namun, aku tahu Tuhan telah datang kembali, jika namaku kucoret dan bergabung kembali dengan gereja, bukankah itu menyangkal dan mengkhianati Tuhan? Saat itu, aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku berdoa meminta bimbingan Tuhan. Lalu, aku teringat firman Tuhan Yesus: "Tidak seorang pun yang telah memegang bajak dan menoleh ke belakang, layak bagi kerajaan Tuhan" (Lukas 9:62). Benar. Aku adalah orang percaya, seorang pengikut. Dalam iman, kita harus menghormati Tuhan, tunduk pada pekerjaan-Nya, dan mengikuti Dia. Bagaimana aku bisa disebut orang percaya jika lebih menghargai pendeta daripada Tuhan? Bagaimana aku pantas untuk kerajaan? Saat itu, aku berdoa, "Ya Tuhan, aku ingin menjadi saksi bagi-Mu hari ini. Apa pun yang terjadi, aku ingin mengikuti-Mu." Aku langsung jauh lebih tenang dan dengan yakin mencentang namaku. Beberapa saudara lain juga mencentang namanya, hanya satu saudari yang mencoret namanya. Dengan marah, pendeta itu berkata, "Ini pilihan kalian, mulai sekarang jalan kita berbeda. Kini urusan kalian bukan urusan kami."

Sesampainya di rumah, kekhawatiranku muncul lagi. Umumnya di desa kami, apa pun yang terjadi dengan keluarga, kami akan minta pendeta mendoakan kami dan memimpin upacara keagamaan. Kami tidak bisa melakukan semua itu jika pendeta mengabaikan kami, lalu semua orang akan menolak dan mencaci kami. Entah taktik apa lagi yang akan mereka gunakan untuk mencegah kami menerapkan keyakinan, atau kapan semuanya akan berakhir. Memikirkan semua itu sungguh menyakitkan dan aku tidak tahu bagaimana melewatinya. Aku langsung berdoa, "Ya Tuhan, aku bisa melihat betapa kecilnya tingkat pertumbuhanku. Aku selalu khawatir tentang fitnah dan penolakan orang lain. Aku takut menghadapi ini dan merasa lemah. Tuhan, bimbinglah aku untuk melewati ini." Setelah itu, aku mencari seorang saudari secara daring untuk disiram dan menceritakan yang kualami. Dia mengirim sebuah kutipan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Setelah menerima kesaksian dari Ayub sesudah akhir ujiannya, Tuhan memutuskan bahwa Dia akan mendapatkan sekelompok—atau lebih dari satu kelompok—orang-orang yang seperti Ayub, tetapi Dia memutuskan untuk tidak pernah lagi mengizinkan Iblis untuk menyerang atau menyiksa orang lain dengan menggunakan sarana yang digunakan olehnya untuk mencobai, menyerang, dan menyiksa Ayub, dengan bertaruh dengan Tuhan; Tuhan tidak mengizinkan Iblis untuk kembali melakukan hal-hal seperti itu kepada manusia, yang lemah, bodoh, dan tidak tahu apa-apa—sudah cukup bahwa Iblis telah mencobai Ayub! Tidak mengizinkan Iblis untuk menyiksa manusia sesuai keinginannya adalah belas kasihan Tuhan. Bagi Tuhan, sudah cukup bahwa Ayub telah mengalami pencobaan dan penyiksaan Iblis. Tuhan tidak mengizinkan Iblis untuk kembali melakukan hal-hal seperti itu, karena kehidupan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan orang-orang yang mengikut Tuhan diperintah dan diatur oleh Tuhan, dan Iblis tidak berhak memanipulasi umat pilihan Tuhan sesuka hatinya—engkau semua harus jelas tentang hal ini! Tuhan peduli akan kelemahan manusia, dan memahami kebodohan dan ketidaktahuannya. Meskipun, agar manusia dapat sepenuhnya diselamatkan, Tuhan harus menyerahkannya kepada Iblis, Tuhan tidak mau melihat manusia pernah dipermainkan dan disiksa oleh Iblis, dan Dia tidak ingin melihat manusia selalu menderita. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan bahwa Tuhan memerintah dan mengatur segala sesuatu yang berkaitan tentang manusia ditetapkan oleh surga dan diakui oleh bumi; ini adalah tanggung jawab Tuhan, dan ini adalah otoritas yang dengannya Tuhan mengatur segala sesuatu! Tuhan tidak mengizinkan Iblis menyiksa dan menganiaya manusia sesuka hati, Dia tidak mengizinkan Iblis menggunakan berbagai cara untuk menyesatkan manusia, dan, bahkan, Dia tidak mengizinkan Iblis untuk turut campur dalam kedaulatan Tuhan atas manusia, juga tidak mengizinkan Iblis untuk menginjak-injak dan merusak hukum-hukum-hukum yang digunakan oleh Tuhan untuk mengatur segala sesuatu, apalagi merusak pekerjaan Tuhan yang hebat dalam mengelola dan menyelamatkan umat manusia! Mereka yang ingin Tuhan selamatkan, dan mereka yang mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan, adalah inti dan perwujudan pekerjaan rencana pengelolaan enam ribu tahun Tuhan, serta harga upaya-Nya dalam pekerjaan-Nya selama enam ribu tahun. Bagaimana mungkin Tuhan dengan begitu saja menyerahkan orang-orang ini kepada Iblis?" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"). Dari firman Tuhan, aku tahu apa pun yang kita hadapi, itu atas seizin Tuhan, dan semuanya ada di tangan-Nya. Tanpa izin-Nya, seganas apa pun Iblis atau sebesar apa pun keinginannya menyakiti kita, dia tak berdaya. Tuhan mengizinkan semua hal yang mengganggu itu terjadi. Dialah yang mengujiku, juga menyelamatkanku. Dia berharap aku bisa seperti Ayub dan menjadi saksi melalui situasi itu. Juga agar aku bisa bersandar pada Tuhan di lingkungan itu, mengalami pekerjaan dan firman-Nya sehingga bisa menumbuhkan iman sejati kepada Tuhan. Namun, aku terjebak dalam jerat iblis. Aku ingin melindungi hubungan antarpribadiku, tidak ditolak dan difitnah. Aku selalu takut terjadi hal buruk. Aku tidak mengerti kehendak Tuhan. Aku menenangkan diri dan berdoa, "Ya Tuhan, kini aku mengerti bahwa Kau mengizinkan semua ini. Ini adalah untuk menyelamatkan dan menyucikanku, menyempurnakan imanku. Aku siap menjadi saksi bagi-Mu. Namun, tingkat pertumbuhanku sangat kecil, bantulah aku menguatkan iman untuk melewati ini."

Kupikir karena sudah memutuskan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, pendeta takkan mengusikku dan aku bisa berkumpul secara normal. Namun, sebaliknya, karena agresi dan penghakiman pendeta, penduduk desa lain terus mengganggu. Mereka mengolok-olok, memfitnah, dan meneriaki kami di depan keluarga kami, berkata kami tidak melakukan ritual keagamaan, melanggar peraturan desa. Katanya jika kami mempertahankan iman, kami akan dilaporkan ke pemerintah dan ditangkap. Keluargaku tidak kuasa menanggung tekanannya. Mereka terus mengajak cekcok, mendesakku melepaskan iman. Yang lain juga ditekan keluarga mereka. Beberapa diusir, bahkan tidak bisa masuk ke rumah mereka sendiri. Pendeta menyebarkan kebohongan, berkata kami mengalami begitu banyak masalah di rumah hanya karena tidak mau mendengarkan pendeta atau pergi ke gereja. Dia juga ingin menginterogasi dua saudara yang datang untuk menyirami kami. Aku dipenuhi kemarahan. Pendeta itu benar-benar memutarbalikkan kebenaran. Jika bukan karena serangan mereka, kami tidak akan mengalami masalah itu. Seorang saudari lalu menyuruh dua saudara yang bertugas menyiram itu agar tidak datang untuk menghindari bahaya. Semua orang merasa negatif dan lemah di masa itu dan kehilangan motivasi untuk mengadakan pertemuan atau melakukan tugas. Aku juga merasakan kelemahan saat melihat ini terjadi. Aku tidak tahu cara membantu dan mendukung saudara-saudari, lalu tiba-tiba merasa jalan iman itu terlalu sulit. Aku tidak bisa memahaminya. Kami hanya orang percaya yang berkumpul dan membaca firman Tuhan. Kenapa mereka tidak membiarkan, justru bertekad memojokkan kami ke jalan buntu? Dalam kesakitanku, aku berseru kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku merasa sangat lemah dan tidak bisa menenangkan perasaanku. Bagaimana aku bisa tetap berada di jalan iman ini? Tolong cerahkan dan bimbing aku." Lalu, aku teringat firman Tuhan Yesus: "Jika dunia membenci engkau, ketahuilah bahwa ia sudah membenci Aku lebih dahulu sebelum ia membenci engkau. Jika engkau berasal dari dunia, dunia akan mengasihi engkau sebagai miliknya: tetapi karena engkau bukan berasal dari dunia, karena Aku telah memilih engkau dari dunia, karena itulah dunia membencimu" (Yohanes 15:18-19). Tiba-tiba aku sadar mereka membenci dan menindas karena membenci kedatangan Tuhan, dan mereka sebenarnya melawan Tuhan. Tuhan telah berinkarnasi pada akhir zaman, mengungkapkan kebenaran untuk pekerjaan penghakiman-Nya demi mentahirkan dan menyelamatkan manusia. Penampakan dan pekerjaannya menyingkap orang-orang duniawi. Mereka tidak mengasihi kebenaran, tetapi membencinya, juga membenci Tuhan. Mereka percaya kepada Tuhan yang samar di langit, karena itulah mereka menghakimi dan mengutuk pekerjaan dan firman dari Tuhan dalam daging. Sama seperti saat Tuhan Yesus datang untuk bekerja, para pemimpin Yahudi menolak menerima kebenaran yang Dia ungkapkan, berusaha sekuat tenaga mengutuk dan menghujat Dia. Orang percaya Yahudi mengikuti mereka, menolak Tuhan, dan akhirnya memakukan Dia di kayu salib. Dunia ini sungguh jahat! Namun, makin besar penolakan dan kecaman duniawi oleh kekuatan agama, makin jelas bahwa ini jalan yang benar dan pekerjaan Tuhan. Ini menguatkan hasratku bertahan di jalan ini!

Saat saudara-saudari tahu apa yang terjadi, mereka mengirimiku kutipan Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jangan berkecil hati, jangan lemah, maka Aku akan menjadikan segalanya jelas bagimu. Jalan menuju kerajaan tidaklah mulus; tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin berkat datang dengan mudah, bukan? Sekarang, semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Tanpa ujian semacam itu, hati penuh kasih yang engkau miliki bagi-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati bagi-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus menjalaninya; hanya saja tingkat kesulitan ujian-ujian itu berbeda-beda untuk masing-masing orang. Ujian merupakan berkat dari-Ku, dan berapa banyak dari antaramu sering datang ke hadapan-Ku dan berlutut untuk meminta berkat-Ku? Anak-anak bodoh! Engkau selalu mengira bahwa beberapa kata kemujuran merupakan berkat-Ku, tetapi tidak menyadari bahwa kepahitan merupakan salah satu berkat-Ku. Mereka yang berbagi dalam kepahitan-Ku pasti akan berbagi juga dalam kemanisan-Ku. Itulah janji-Ku dan berkat-Ku untukmu. Jangan ragu untuk makan dan minum dan menikmati firman-Ku. Ketika kegelapan berlalu, terang pun menjadi nyata. Saat-saat paling gelap selalu mendahului fajar; setelah itu, langit perlahan-lahan menjadi lebih terang, dan kemudian matahari pun terbit. Jangan takut atau ragu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Aku sangat terharu saat membaca ini. Kami mengikuti pekerjaan baru Tuhan, dihalangi pendeta, dan diperlakukan tidak adil oleh warga desa lain. Itu tak terelakkan. Karena manusia begitu dirusak oleh Iblis, dan dunia ini begitu gelap dan jahat. Tak satu pun dari mereka menyambut kedatangan Tuhan. Mengikuti Tuhan bukanlah hal mudah. Agar masuk ke kerajaan Tuhan dan mendapatkan perkenanan-Nya, kita harus mengalami persekusi dan kesulitan semacam itu. Tuhan adalah kekuatan cadangan kita dan selalu bersama kita. Tidak ada yang perlu kutakuti. Aku hanya harus berdoa dan mengandalkan Tuhan, Dia pasti akan membimbing kita untuk mengatasi gangguan pendeta. Aku teringat pengalaman saudara-saudari dari Tiongkok yang kulihat di film dan video. Mereka ditindas, dikejar, dan diawasi oleh pemerintah Tiongkok, serta menghadapi penangkapan setiap saat. Keluarga mereka juga terseret, properti dan pekerjaan mereka direnggut. Banyak dari mereka dipenjara dan disiksa secara brutal. Mereka sangat menderita, tetapi mampu bersandar pada Tuhan dan memberikan kesaksian mengalahkan Iblis. Lalu, aku teringat bagaimana Tuhan menderita dalam dua inkarnasi-Nya. Saat Tuhan Yesus berinkarnasi dan datang ke dunia untuk menebus umat manusia, Dia dikutuk dan dihujat orang-orang Yahudi, lalu akhirnya disalibkan. Pada akhir zaman, Tuhan telah berinkarnasi lagi dan mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia. Dia ditentang, dikutuk, ditolak, dan dihujat oleh rezim Iblis serta kekuatan antikristus dunia agama. Tuhan sangat menderita untuk menyelamatkan umat manusia dan penderitaan remehku bahkan tidak layak disebut. Tuhan itu kudus, dan semua penderitaan-Nya adalah demi penyelamatan kita. Aku menderita agar bisa mendapatkan kebenaran dan diselamatkan, jadi itu sesuatu yang harus kutanggung. Meskipun pengalaman itu menyakitkan bagiku, aku mendapatkan pemahaman tentang pendeta itu dan makin percaya kepada Tuhan. Tuhan menggunakan lingkungan sulit untuk memberi kita kebenaran, menyempurnakan iman kita. Ini berkat dari Tuhan! Aku merasa jauh lebih tenang setelah mempelajari kehendak Tuhan dan lepas dari depresi. Lalu, aku bergegas mengatur pertemuan untuk semua saudara-saudariku yang masih terjebak dalam keadaan negatif. Semua orang bisa memahami kehendak Tuhan melalui persekutuan kami, mendapatkan iman untuk terus mengikuti Tuhan, dan tidak lagi merasa tertekan. Kami mulai menjalani kehidupan gereja normal, membagikan Injil dan memberikan kesaksian, semua orang merasa termotivasi.

Namun, para pendeta terus berusaha keras menghambat kami. Suatu ketika, saat suami seorang saudari meninggal karena sakit, seluruh keluarganya menekan dia untuk meminta maaf kepada pendeta agar dia mau membantu dengan doa dan upacara pemakaman. Pendeta memanfaatkan kesempatan itu untuk menekannya melepaskan imannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan kembali ke gereja. Aku sangat marah. Dia sudah berduka atas suaminya, tetapi pendeta itu menaburkan garam di lukanya, menekan dia mengakui kesalahannya, hanya untuk membawanya kembali ke gereja, dan mengikuti mereka. Itu tercela! Seorang pendeta yang lebih tinggi datang untuk bicara dengan kami dan mengatakan banyak hal, mengutuk dan menghujat Tuhan. Dia berulang kali mendesak kami melepaskan iman kami. Namun, kami sudah punya kearifan, jadi tidak terpengaruh. Saat pendeta dan kepala desa melihat kami teguh, mereka menyuruh penduduk desa untuk mengisolasi dan mengecualikan kami, berkata "Orang-orang ini menolak mendengarkan kami, jadi biarkan mereka punya keyakinan sendiri. Awasi anak-anak kalian, jauhkan mereka dari orang-orang ini. Siapa pun yang berkontak dengan mereka atau bertanya tentang iman mereka akan menyeret seluruh keluarga, dan kami tidak akan membantu mereka untuk apa pun." Mereka juga membentuk kelompok pemuda khusus yang terdiri dari pemuda gereja, terutama untuk mengawasi kami. Siapa pun yang punya kontak dengan kami akan dipanggil ke rumah pendeta untuk ditanyai. Itu membantuku melihat wajah anti-Tuhan mereka yang sebenarnya dengan lebih jelas. Pendeta mengendalikan orang percaya dalam genggaman erat, mencegah mereka datang ke hadapan Tuhan dan mendengar suara-Nya. Aku teringat orang Farisi. Saat Tuhan Yesus datang, pekerjaan dan perkataan-Nya penuh otoritas, tetapi mereka tidak mau mencari atau menyelidiki. Takut orang percaya mengikuti Tuhan Yesus, serta kehilangan status dan nafkah, mereka mengerahkan segenap tenaga menghukum Dia, bahkan memakukan Dia di kayu salib. Mereka mencengkeram orang percaya, hanya membiarkan orang menyembah mereka, menolak mengembalikan domba Tuhan kepada-Nya. Mereka hamba jahat, pendeta dan penatua di zaman ini tidak berbeda dari mereka. Aku ingat firman Tuhan yang mengutuk mereka: "Celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik, karena engkau menutup Kerajaan Surga terhadap manusia: padahal engkau sendiri tidak pernah pergi ke sana, namun engkau menghalangi orang-orang yang berusaha masuk ke sana" (Matius 23:13). "Celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik! Karena engkau melintasi lautan dan daratan untuk menjadikan satu orang bertobat menjadi pengikutmu, tetapi begitu ia bertobat, engkau menjadikannya anak neraka yang dua kali lebih jahat daripada dirimu sendiri" (Matius 23:15). Pendeta zaman ini sama seperti orang Farisi dahulu. Mereka hamba jahat yang menghalangi jalan menuju kerajaan. Seperti yang difirmankan Tuhan Yang Mahakuasa. "Ada orang-orang yang membaca Alkitab di gereja-gereja besar membacakannya sepanjang hari, tetapi tak seorang pun di antara mereka yang memahami tujuan pekerjaan Tuhan. Tak seorang pun yang dapat mengenal Tuhan; bahkan, tak ada seorang pun di antara mereka yang dapat selaras dengan kehendak Tuhan. Mereka semua tidak berharga, manusia hina, masing-masing meninggikan diri untuk mengajar Tuhan. Mereka dengan sengaja menentang Tuhan bahkan saat mereka membawa panji-Nya. Mengaku beriman kepada Tuhan, mereka tetap saja memakan daging manusia dan meminum darah manusia. Semua orang semacam itu adalah setan-setan yang menelan jiwa manusia, para penghulu setan yang sengaja menghalangi mereka yang berusaha melangkah ke jalan yang benar, dan batu sandungan yang menghalangi orang-orang yang mencari Tuhan. Mereka mungkin tampak seperti 'raga yang kuat', tetapi bagaimana pengikut mereka bisa mengetahui bahwa mereka tidak lain adalah antikristus yang memimpin manusia untuk menentang Tuhan? Bagaimana para pengikut mereka bisa mengetahui bahwa merekalah setan-setan hidup yang didedikasikan untuk menelan jiwa manusia?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Semua Orang yang Tidak Mengenal Tuhan adalah Orang-Orang yang Menentang Tuhan"). Pendeta bukan hanya tidak bersedia menyelidiki pekerjaan baru Tuhan, tetapi saat tahu seseorang menyelidikinya, mereka melakukan segala cara untuk menghalangi, takut orang percaya akan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, lalu berhenti menyembah dan mengikuti mereka, atau memberi persembahan. Pendeta menggunakan adat desa dan ritual tradisional untuk mengendalikan orang, memaksa mereka kembali ke gereja. Mereka mengaku orang percaya, tetapi tidak punya rasa hormat sedikit pun kepada Tuhan. Secara natur, mereka iblis yang membenci Tuhan dan kebenaran. Mereka batu sandungan di jalan kita menuju kerajaan. Aku tahu Tuhan mengizinkan semua penindasan ini untuk membantu mengembangkan ketajaman agar kita bisa lepas dari kendali pendeta agama. Serangan pendeta tidak bisa membuatku tetap negatif, justru memperkuat imanku. Aku juga bisa lepas dari kecaman mereka serta terus membagikan Injil dan memberikan kesaksian. Seiring waktu, beberapa teman dan kerabatku mulai memahami perilaku pendeta itu juga, dan beberapa dari mereka menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Ini menunjukkan kepadaku hikmat Tuhan bekerja berdasarkan tipu daya iblis. Penindasan dan hambatan para pendeta membantu memisahkan kambing dari domba. Beberapa orang mendukung pendeta menentang kami, tetapi beberapa melihat esensi sejati mereka. Mereka mendengar suara Tuhan dan berpaling ke arah Tuhan. Pekerjaan Tuhan sungguh menakjubkan! Pengalaman ini mengajariku situasi apa pun memiliki kehendak baik Tuhan. Itulah yang kita butuhkan, dan itu untuk menyelamatkan dan menyempurnakan kita. Aku bertekad, apa pun yang kuhadapi di masa depan, aku siap tunduk pada pengaturan Tuhan dan bersandar pada-Nya. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Badai Perceraian Mereda

Oleh Saudari Lu Xi, Jepang Pada 2015, seorang teman membuatku mulai percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa. Setelah menerima pekerjaan Tuhan...