Berbohong Hanya Membawa Penderitaan

31 Januari 2022

Oleh Saudari Geng Xin, Korea

Aku ingat pada Mei tahun ini, kami sedang syuting video musik Saudara Liu, dan aku bekerja di bagian pencahayaan. Saudara Liu sedang bergerak di sekitar panggung dan posturnya agak tinggi dengan langkah yang cukup lebar, jadi aku harus memperhatikan seberapa jauh dia berjalan dan kemudian menggerakkan lampu-lampu sesuai posisinya. Jika aku gagal mengikuti dan mengacaukan lampu latar di atas kepalanya, Pasti ada masalah dengan pencahayaan dalam pengeditan akhir. Sebelum kami mulai syuting, aku berkata dalam hati bahwa aku harus tetap fokus. Tidak ada masalah dalam beberapa pengambilan gambar pertama jadi secara berangsur aku sedikit tenang. Kami hampir selesai syuting ketika sutradara mengatakan dia ingin mengambil beberapa gambar lagi, jadi saat kami mulai pengambilan gambar, aku masih melihat monitor lain, dan aku tidak menyadarinya sampai Saudara Liu berjalan keluar dari area pencahayaan. Aku segera menggerakkan lampu, tetapi tidak cukup cepat, dan kepala Saudara Liu keluar dari pencahayaan lalu masuk kembali. Hasil syuting tersebut tidak dapat digunakan. Biasanya, ketika terjadi masalah di atas panggung, kita harus segera memberi tahu sutradara. dan mengulang pengambilan gambar, tetapi aku hanya memegang walkie-talkie dan tak berani membuka mulutku. Aku tak mampu berkata-kata. Aku benar-benar merasa konflik batin dan kupikir selain sutradara, ada banyak saudara-saudari lainnya di sana. Jika memberi tahu mereka bahwa aku telah melakukan kesalahan mendasar, apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku? Akankah mereka mengatakan aku ceroboh? Ini pasti sangat memalukan. Namun, jika aku tidak mengatakan apa pun, itu artinya tidak bertanggung jawab. Ini pasti memengaruhi kualitas video jika rekaman itu digunakan. Tepat ketika aku sedang bergumul dengan hal ini, aku mendengar sutradara berkata, "Hasilnya sudah bagus, mari kita ambil gambar berikutnya." Aku melihat kameramennya sudah mengganti peralatannya, jadi aku mulai mencari-cari alasan. Kupikir semua itu telah direkam, jadi jika aku mengatakan sesuatu, semua orang harus mengganti peralatan mereka lagi dan itu pasti sangat merepotkan. Mungkin aku tak perlu menyinggungnya, lagipula itu hanya satu pengambilan gambar, dan bahkan mungkin tidak digunakan. Selain itu, kau bahkan tidak bisa melihat masalahnya kecuali kau memperhatikannya dengan saksama. Aku memutuskan untuk diam saja. Setelah syuting, aku makin merasa bersalah. Bukankah aku dengan sengaja menipu? Aku bisa menipu orang, tetapi Tuhan? Jadi, kuberitahukan kesalahanku kepada sutradara. Dia berkata, "Kita sudah selesai syuting dan semua orang sudah berkemas. Mengapa baru sekarang kau memberitahuku? Mengapa tadi kau tidak memberitahuku? Jika tadi kau melaporkannya, pasti tak butuh waktu lama untuk mengulang pengambilan gambar." Melihat ekspresi ketidakberdayaan sutradara, aku merasa makin buruk dan benar-benar ingin menampar diriku sendiri. Mengapa begitu sulit bagiku untuk mengakui kesalahan? Mengapa begitu sulit untuk bersikap jujur? Dalam penderitaanku, aku berdoa: "Ya Tuhan, aku melakukan kesalahan yang tidak berani kuakui, merasa takut mereka akan memandang rendah diriku. Tuhan, aku benar-benar menderita sekarang. Kumohon bimbing aku untuk mengenal diriku sendiri."

Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan. "Jika engkau diminta untuk mengakui kesalahanmu dan menjadi orang yang jujur, mengatakan yang sebenarnya, dan membiarkan semua orang melihat dirimu yang sesungguhnya sehingga citra dan statusmu di hati orang akan hilang sepenuhnya, atau jika diminta untuk mengorbankan hidupmu bagi Tuhan, manakah yang akan kaupilih? Ini pasti pilihan yang sulit, bukan? Engkau mungkin berkata, 'Aku pasti memilih untuk mengorbankan hidupku bagi Tuhan. Aku rela mati demi Tuhan.' Engkau mungkin dapat melaksanakan hal itu, tetapi jika sekarang ini engkau tidak diminta untuk mati, melainkan untuk menjadi orang yang jujur dan mengatakan sesuatu yang benar, sesuatu yang melibatkan fakta, sesuatu yang melibatkan masa depan dan nasibmu, yang akibatnya mungkin tidak menguntungkanmu, dan orang lain tidak lagi menghormatimu, serta reputasimu akan dihancurkan—mampukah engkau melakukannya? Ini adalah hal tersulit untuk kaulakukan, jauh lebih sulit daripada mengorbankan hidupmu. Engkau mungkin berkata, 'Membuatku mengatakan yang sebenarnya tidak akan bisa. Aku lebih baik mati bagi Tuhan daripada mengatakan yang sebenarnya dan menjadi orang yang jujur. Aku lebih baik mati daripada semua orang memandang rendah diriku dan berpikir aku adalah orang biasa.' Ini menunjukkan hal apa sebenarnya yang paling orang hargai? Yang paling orang hargai bukanlah hidup mereka, melainkan status dan reputasi mereka—hal-hal yang dikendalikan oleh watak yang jahat dan rusak. Nyawa orang dapat dikorbankan dengan satu kata, diserahkan dengan satu upaya keras. Tuhan tidak ingin engkau mengorbankan hidupmu, melainkan ingin engkau menjadi orang yang benar-benar jujur yang mengatakan apa pun yang ada di hatimu dan memperlihatkannya kepada semua orang. Apakah itu hal yang mudah untuk kaulakukan? (Tidak.) Tuhan tidak memintamu untuk mengorbankan apa pun, dan Dia tidak memintamu untuk mengorbankan hidupmu. Bukankah hidupmu diberikan kepadamu oleh Tuhan? Apa gunanya hidupmu bagi Tuhan? Tuhan tidak menginginkannya. Dia ingin engkau berbicara dengan jujur, mengatakan orang seperti apakah dirimu dan apa yang kaupikirkan dalam hatimu. Mampukah engkau mengatakan hal-hal ini? Di sini, hal-hal di atas menjadi sulit untuk kaulakukan, dan engkau mungkin berkata, 'Mintalah kepadaku untuk bekerja keras, dan aku pasti memiliki kekuatan untuk melakukannya. Mintalah kepadaku untuk berkorban, dan aku akan meninggalkan semua hartaku, orang tuaku, anak-anakku, masa mudaku, pernikahanku, dan karierku. Semua ini mudah untuk dikorbankan. Namun, mengatakan apa yang ada di hatiku, berbicara dengan jujur—itulah satu-satunya hal yang tak mampu kulakukan.' Apa alasanmu tidak mampu melakukannya? Alasannya adalah, begitu engkau melakukannya, siapa pun yang mengenalmu atau familier denganmu akan memandangmu secara berbeda. Mereka tidak akan lagi menghormatimu. Engkau akan kehilangan reputasi, dan karakter serta martabatmu juga akan hilang. Statusmu yang tinggi dan gengsimu di mata orang lain tidak akan ada lagi. Itulah sebabnya, apa pun yang terjadi, engkau tidak akan mengatakan hal-hal ini. Ketika orang-orang menghadapi hal ini, ada peperangan dalam hati mereka, dan ketika peperangan itu berakhir, ada orang-orang yang pada akhirnya menerobos kesulitan mereka, sementara yang lain belum berhasil menerobos dan masih dikendalikan oleh watak mereka yang jahat dan rusak serta status, reputasi mereka, dan oleh apa yang mereka sebut martabat. Ini adalah kesulitan, bukan? Hanya berbicara dengan jujur dan mengatakan yang sebenarnya bukanlah tindakan yang hebat, tetapi begitu banyak pahlawan pemberani, begitu banyak orang yang telah berjanji untuk mengabdikan hidup mereka bagi Tuhan dan berkorban bagi Tuhan selama mereka hidup, dan begitu banyak orang yang telah mengatakan hal-hal yang muluk kepada Tuhan mendapati bahwa hal-hal di atas mustahil untuk dilakukan" ("Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Inilah keadaanku yang sebenarnya. Reputasi dan statusku terlalu penting bagiku. Aku tak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk mengakui kesalahanku, takut terlihat buruk. Ketika melihat kesalahanku, kupikir orang lain akan memandang rendah diriku jika aku mengakuinya, berpikir aku tak mampu menangani sesuatu yang begitu sederhana. Ingin melindungi citraku, aku tidak mengatakan apa pun, dan bahkan menyembunyikannya, berpikir tak seorang pun akan mengetahuinya sehingga mereka takkan mengkritikku. Kemudian aku dapat mempertahankan citraku di mata mereka. Aku melihat hal itu dapat memengaruhi pekerjaan gereja, dan meskipun aku merasa tidak enak tentang hal itu, aku terlalu takut dipangkas dan ditangani, dan kehilangan muka, jadi aku menemukan alasan untuk menghibur diri sendiri: Gambar ini mungkin takkan digunakan. Bukankah aku berbohong pada diriku sendiri? Begitu egoisnya diriku! Aku merasa sangat menyesal karena ketidakjujuranku terhadap Tuhan dan saudara-saudariku hanya demi melindungi reputasi dan statusku. Jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku tidak mengakui kesalahanku hanya demi reputasi dan statusku sendiri. Aku tahu itu bukan kehendak-Mu, tetapi aku seperti dikendalikan dan tak mampu melepaskan diri dari kerusakanku. Tuhan, kumohon bimbing aku agar bisa bebas dari kerusakanku."

Kemudian, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan yang benar-benar memberiku jalan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tuhan telah menentukan dari semula bahwa hanya orang-orang jujur yang dapat menjadi bagian dalam kerajaan surga. Jika engkau tidak jujur, dan jika dalam hidupmu, penerapanmu tidak diarahkan untuk jujur dan engkau tidak menyingkapkan jati dirimu yang sesungguhnya, engkau tidak akan pernah punya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan Tuhan atau memperoleh pujian Tuhan. Apa pun motivasimu, engkau harus memiliki sikap yang jujur. Sebagai contoh, apakah melaksanakan tugas membutuhkan sikap yang jujur? Jika, sementara melaksanakan tugasmu, ada beberapa hal yang belum kaulakukan dengan benar, maka engkau harus menyingkapkan dirimu dan menganalisis dirimu, dan kemudian mencari prinsip-prinsip kebenaran, berusaha untuk melakukannya lain kali dengan benar tanpa bersikap asal-asalan. Jika engkau tidak berusaha memuaskan Tuhan dengan hati yang jujur, dan selalu berusaha memuaskan daging atau kesombonganmu sendiri, apakah engkau mampu melakukan pekerjaan dengan baik sementara bekerja dengan cara ini? Dapatkah engkau melaksanakan tugasmu dengan baik? Tentu saja tidak" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Jika, setelah melakukan sebuah kesalahan, engkau dapat memperlakukannya dengan benar, dan dapat membiarkan orang lain untuk membicarakan dan mengevaluasinya secara bebas, dan dapat membuka diri tentang hal itu dan menganalisisnya, akan seperti apa pendapat semua orang tentang dirimu? (Orang ini adalah orang yang jujur.) Pendapat mereka tentang dirimu akan langsung membaik. Mereka akan mengatakan bahwa engkau adalah orang yang jujur dan bahwa hatimu terbuka, dan melalui tindakan dan perilakumu, mereka akan dapat melihat hatimu. Namun, jika engkau berusaha untuk menyamarkan dirimu atau menipu semua orang, orang-orang akan memandang rendah dirimu, dan mengatakan bahwa engkau adalah orang yang bodoh dan tidak bijak. Jika engkau tidak berusaha berpura-pura atau berdalih, semua orang akan berkata engkau jujur dan bijak. Dan apa yang membuatmu bijak? Semua orang melakukan kesalahan. Semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan. Dan sebenarnya, semua orang memiliki watak rusak yang sama. Jangan menganggap dirimu lebih mulia, lebih sempurna, dan lebih baik daripada orang lain; itu berarti bersikap sama sekali tidak masuk akal. Setelah watak rusak orang dan esensi serta sifat asli dari kerusakan manusia jelas bagimu, engkau tidak akan terkejut dengan kesalahanmu sendiri, engkau juga tidak akan menekan orang lain ketika mereka melakukan kesalahan, tetapi akan memperlakukan kedua hal ini dengan tepat. Hanya dengan cara demikianlah engkau akan berwawasan luas dan tidak melakukan hal-hal bodoh, yang akan membuatmu menjadi seseorang yang bijak. Orang yang tidak bijak tetapi bodoh selalu berkutat dengan kesalahan kecilnya sambil bersikap licik di balik layar. Ini menjijikkan untuk dilihat. Sebenarnya, apa yang kaulakukan segera terlihat oleh orang lain, tetapi engkau masih terang-terangan berpura-pura. Bagi orang lain, ini terlihat seperti pertunjukan badut. Bukankah ini bodoh? Benar-benar bodoh. Orang bodoh tidak memiliki hikmat. Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar, mereka tetap tidak memahami kebenaran atau melihat apa pun sebagaimana adanya. Mereka selalu bersikap congkak, berpikir bahwa mereka berbeda dari orang lain, berpikir bahwa mereka lebih berharga—di mana ini bodoh. Orang bodoh tidak memiliki pemahaman rohani, bukan? Hal-hal di mana engkau bodoh dan tidak bijak adalah hal-hal di mana engkau tidak memiliki pemahaman rohani, dan tidak memahami kebenaran. Akan selalu seperti itu" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari bagian firman ini, aku memahami bahwa semua orang melakukan kesalahan dalam tugas mereka. Itu normal. Kita tidak boleh menyembunyikan, tetapi kita harus bersikap jujur, membuka diri tentang kerusakan dan kelemahan kita. Kita tidak boleh melindungi reputasi dan status kita, tetapi menjadi orang jujur ​​seperti yang Tuhan tuntut. Hanya itu yang bermartabat dan mendapat perkenanan dan berkat Tuhan. Namun, aku terlalu memedulikan apa yang orang lain pikirkan, hanya ingin mempertahankan status dan citraku di mata mereka. Aku hanya ingin menyembunyikan kesalahan yang kulakukan, takut orang lain mengetahuinya, dan tidak memiliki keberanian untuk angkat bicara bahkan ketika merasa bersalah. Aku bahkan tidak berpikir tentang kerugian yang bisa diakibatkan pada pekerjaan rumah Tuhan. Aku tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan sama sekali tidak jujur. Bagaimana mungkin aku melakukan tugasku dengan baik dengan cara seperti itu? Aku merasa buruk sekali ketika teringat akan hal itu. Setelah itu, aku mau mengubah pendekatanku dalam tugasku. Jika kita memikirkannya, semua orang melakukan kesalahan dalam tugas mereka. Itu normal. Menghadapinya dengan tenang dan segera menanganinya dapat membantu kita mengalami peningkatan. Itu takkan menunda pekerjaan dan aku juga tak perlu terlalu menderita. Setelah itu, ketika melakukan kesalahan dalam syuting dan aku merasa konflik batin untuk mengakuinya, aku sadar bahwa aku hanya berusaha mempertahankan reputasi dan statusku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan dan memohon Dia untuk membimbingku menerapkan kebenaran dan bersikap jujur agar aku bisa mengakui kesalahanku. Ketika menerapkan hal ini, aku sadar saudara-saudari tidak menyalahkanku, tetapi mampu menangani masalah tanpa dipengaruhi oleh perasaan mereka dan mengulang pengambilan gambar, Aku merasa jauh lebih baik dan merasakan kedamaian dan sukacita dari menerapkan kebenaran.

Suatu hari, kami sedang membuat video musik lainnya. Sebelum kami memulai syuting, sutradara bertanya melalui walkie-talkie, "Lampu sudah siap? Periksa frame-nya dengan saksama." Kupikir aku telah memeriksa semua frame dengan baik, jadi kujawab dengan percaya diri, "Siap, tidak ada masalah!" Namun, setelah satu pengambilan gambar, aku menyadari bahwa aku lupa menyalakan beberapa lampu. Aku panik. Aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu. Kupikir aku telah menegaskan dengan percaya diri bahwa semuanya sudah siap di depan semua orang, jadi jika mengakui aku salah, apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku? Akankah mereka kehilangan kepercayaan padaku? Lupa menyalakan lampu adalah kesalahan pemula. Bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku lagi jika aku mengakuinya? Akankah yang lain berpikir bahwa aku tidak berguna, telah mengacaukan tugas yang begitu sederhana? Sejenak aku merasakan konflik batin. Aku merasa seperti berada di atas bara api, tidak tahu apakah harus mengatakan kesalahan yang telah kuperbuat atau tidak. Kami sudah melakukan beberapa pengambilan gambar, jadi jika aku mengatakan sesuatu, aku takut semua orang akan mengkritikku karena tidak segera angkat bicara. Setelah memeras otak, kupikir aku bisa berbicara secara pribadi dengan saudara yang mengedit video dan memintanya untuk menyesuaikan pencahayaannya agar aku tidak perlu mengakui kesalahanku di depan umum. Itu pasti menyelesaikan masalah dengan video serta mempertahankan reputasi dan statusku. Jadi, setelah selesai syuting, aku berbicara dengan saudara yang melakukan pengeditan dan mengecilkan masalahnya: "Aku mengalami masalah dengan pencahayaan pertama. Membandingkan semuanya, itu tidak terlalu buruk, itu hanya perbedaan tingkat kecerahan. Aku akan senang jika kau bisa membantuku menyesuaikannya." Dia memercayai perkataanku dan berkata akan membantuku menyesuaikan pencahayaannya. Aku merasa tidak enak begitu perkataan itu keluar dari mulutku karena itu sebenarnya masalah besar, tetapi kukatakan itu bukan masalah besar. Bukankah aku terang-terangan berbohong? Akhirnya saudara itu membutuhkan lebih dari tiga jam untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat pada gambar itu. Keesokan harinya, sutradara bertanya kepadaku mengapa aku tidak segera memberitahukannya tentang masalah pencahayaan yang begitu besar. Aku tidak tahu harus berkata apa, jadi aku berusaha mencari-cari alasan untuk membenarkan diriku. Dia berkata, "Ini pernah terjadi sebelumnya, dan kau tidak mengatakan apa pun. Kau menunda pekerjaan kami. Kau benar-benar harus merenungkan diri." Aku merasa sangat bersalah saat dia mengatakan itu. Aku benci bahwa aku telah dikendalikan oleh kerusakan dan kembali gagal menerapkan kebenaran. Aku berlutut di hadapan Tuhan untuk berdoa: "Ya Tuhan, aku terlalu peduli dengan reputasiku. Kali ini, aku tak hanya menolak untuk angkat bicara tentang kesalahanku, tetapi aku berusaha menyembunyikannya. Aku benar-benar licik. Tuhan, aku mau bertobat. Kumohon bimbing dan selamatkan aku."

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Antikristus memiliki kemanusiaan yang tidak jujur, yang berarti mereka sama sekali tidak jujur. Segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan bercampur dengan niat dan tujuan mereka sendiri, dan semua yang tersembunyi di dalamnya adalah tipu daya, metode, tujuan, dan persekongkolan mereka yang sangat buruk dan terselubung. Cara mereka berbicara benar-benar sangat tercemar sehingga tidak mungkin untuk mengetahui mana dari perkataan mereka yang betul dan mana yang keliru, mana yang benar dan mana yang salah. Karena mereka tidak jujur, pikiran mereka sangat rumit, penuh belat-belit dan sarat dengan tipu daya. Tak satu pun dari apa yang mereka katakan bersifat terus terang. Mereka tidak mengatakan satu adalah satu, dua adalah dua, ya adalah ya, dan tidak adalah tidak. Sebaliknya, dalam segala hal, mereka bertele-tele dan memikirkan berkali-kali segala sesuatu dalam pikiran mereka, memikirkan sebab dan akibatnya, menimbang untung ruginya dari semua aspek. Kemudian, mereka memanipulasi segala sesuatu dengan bahasa mereka sehingga semua yang mereka katakan terdengar sangat janggal. Orang yang jujur tidak pernah memahami apa yang orang-orang itu katakan dan dengan mudah ditipu dan diperdaya oleh mereka, dan siapa pun yang berbicara dengan orang-orang semacam itu mendapati bahwa pengalaman itu melelahkan dan berat. Mereka tidak pernah mengatakan satu adalah satu dan dua adalah dua, mereka tidak pernah mengatakan apa yang sedang mereka pikirkan, dan mereka tidak pernah menjelaskan segala sesuatu sebagaimana adanya. Semua yang mereka katakan tidak dapat dipahami, dan tujuan serta niat dari tindakan mereka sangat rumit. Dan jika, setelah berbicara, mereka menyingkapkan diri mereka sendiri atau ketahuan, mereka dengan segera mengarang kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan mereka sendiri. Orang-orang ini sering berbohong, menutupi kebohongan mereka, dan menipu orang lain untuk melindungi rahasia dan privasi mereka sendiri, dan ketika, seperti yang sering terjadi, kebohongan mereka ketahuan, diketahui yang sebenarnya, dan disingkapkan, mereka kembali berbohong untuk melindungi diri mereka sendiri, menambahkan kebohongan di atas kebohongan. Kesan kebanyakan orang terhadap orang-orang semacam itu adalah tidak tahu mana dari perkataan mereka yang benar, tidak tahu kapan mereka sedang mengatakan yang sebenarnya, dan terlebih lagi, tidak tahu kapan mereka sedang mengatakan yang salah. Ketika orang-orang semacam itu berbohong, mereka tidak tersipu atau gugup, seolah-olah mereka mengatakan yang sebenarnya. Bukankah ini berarti berbohong sudah menjadi natur mereka? Sebagai contoh, dalam hal yang paling sederhana, di luarnya mereka tampak bersikap baik kepada orang lain, memperhatikan mereka, dan ramah dalam ucapan mereka, yang terdengar menyenangkan dan menggugah—tetapi bahkan dalam hal sederhana ini, tak seorang pun yang tahu apakah mereka sedang bersikap tulus atau apakah ada maksud atau tujuan di balik perkataan mereka, atau apa sebenarnya yang mereka kejar. Bahkan hal-hal sederhana seperti perkataan yang penuh perhatian, itu pun mengandung kecemaran dan ketidaktulusan di mulut mereka. Bukankah berbohong sudah menjadi natur mereka? Orang-orang semacam itu berbohong tanpa memperhitungkan akibatnya. Asalkan apa yang mereka katakan langsung menguntungkan mereka dan dapat menipu orang lain, asalkan itu dapat mencapai tujuan mereka, mereka mengabaikan akibatnya. Begitu mereka tersingkap, mereka akan terus menyembunyikan, berbohong, dan menipu. Prinsip dan cara orang-orang ini berinteraksi dengan orang lain adalah dengan menipu orang dengan kebohongan. Mereka bermuka dua dan berbicara menyesuaikan dengan audiens mereka; mereka memainkan peran apa pun yang sesuai dengan keadaan yang ada. Mereka licik dan licin, mulut mereka penuh dengan kebohongan, dan mereka tidak dapat dipercaya. Siapa pun yang berhubungan dengan mereka selama beberapa waktu menjadi tertipu atau terganggu dan tidak dapat menerima perbekalan, bantuan, atau didikan rohani. Entah perkataan dari mulut orang semacam itu memuakkan atau menyenangkan, masuk akal atau tidak masuk akal, sesuai atau tidak sesuai dengan kemanusiaan, kasar atau beradab, pada dasarnya semua itu adalah kebohongan" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan menyingkapkan natur antikristus yang licik dan licin. Mereka tidak jujur dalam perkataan dan tindakan mereka. Tak ada satu pun perkataan kebenaran yang keluar dari mulut mereka. Untuk menyembunyikan kesalahan, mereka terus berbohong tanpa tahu malu dan menyembunyikan motif mereka yang hina. Orang-orang seperti antikristus sangat jahat. Melihat diriku sendiri, aku merasa sepertinya firman Tuhan sedang berbicara tentang diriku. Aku tidak memperhatikan saat syuting, yang menyebabkan kesalahan. Aku tidak mengakuinya, takut orang lain akan memandang rendah diriku, jadi aku memeras otak mencari cara untuk menyembunyikannya. Aku berbicara dengan saudara yang mengedit secara pribadi untuk meminta dia memperbaikinya, dan dengan sengaja berbohong kepadanya bahwa itu bukan masalah besar agar dia berpikir itu bukan masalah besar. Aku terlalu licik. Bukankah aku sama jahatnya dengan antikristus? Tuhan menyukai orang yang jujur, tetapi kelicikan, kejahatan, dan kebohonganku telah menjadi naturku. Bukankah itu menjijikkan bagi Tuhan, sama seperti antikristus? Aku teringat Tuhan Yesus berkata, "Tetapi hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak: Karena semua yang di luar itu datangnya dari si jahat" (Matius 5:37). "Engkau adalah anak bapamu yang jahat dan keinginan bapamu itu yang engkau lakukan. Ia adalah pembunuh sejak awal, dan tidak hidup dalam kebenaran, karena tidak ada kebenaran di dalamnya. Ketika ia berbohong, ia berbicara dari dirinya sendiri: karena ia adalah pendusta, dan bapa dari segala dusta" (Yohanes 8:44). Tuhan berkata bahwa kebohongan berasal dari si jahat, dari setan, dan orang yang selalu menipu adalah setan. Dengan kebohonganku yang terus-menerus, dan menambahkan penipuan di atas kebohongan, bukankah aku sama seperti Iblis? Apa yang kukatakan memiliki unsur setan, itu menipu, dan itu mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Kesalahan yang kulakukan dalam syuting seharusnya bisa diselesaikan dengan pengakuan sederhana, yang pasti telah mencegah banyak kerugian yang dapat dihindari. Namun, demi melindungi citra dan statusku di mata orang lain, aku memikirkannya berulang-ulang tetapi tidak mengatakan kejujuran sepatah kata pun. Akhirnya aku mengatakan lebih banyak kebohongan demi menyembunyikan kesalahan dan menipu saudara-saudari. Saudara yang mengedit harus menghabiskan lebih dari tiga jam untuk membantuku memperbaiki kesalahan itu. Aku tidak memikirkan pekerjaan orang lain atau konsekuensi seperti apa yang diakibatkan pengambilan gambar yang gagal itu terhadap hasil akhir video. Aku sangat egois! Semua yang kulakukan karena watakku yang rusak merugikan diriku sendiri dan orang lain. Itu benar-benar memuakkan, dan menjijikkan bagi Tuhan. Aku dipenuhi dengan penyesalan dan menyalahkan diri sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan, ingin berhenti melindungi reputasi dan statusku, dan menjadi orang yang sederhana, terbuka dan jujur.

Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan. "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk bersikap terbuka adalah langkah awal untuk masuk ke dalam kebenaran, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Mengambil langkah ini menandakan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kecurangan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain juga akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinisp dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tidak perlu menutupi apa pun juga, melakukan perubahan, atau menggunakan cara apa pun demi reputasi, harga diri, serta statusmu sendiri, dan ini juga berlaku untuk kesalahan apa pun yang telah kaubuat; pekerjaan sia-sia seperti itu tidak diperlukan. Jika engkau tidak melakukan hal-hal itu, engkau akan hidup dengan mudah serta tanpa merasa lelah, dan sepenuhnya berada dalam terang. Hanya orang seperti itulah yang dapat memperoleh pujian dari Tuhan. Selanjutnya, engkau harus belajar bagaimana membedah pemikiran dan gagasanmu. Hal-hal apa pun yang engkau lakukan secara salah, dan apa pun perilakumu yang tidak Tuhan sukai, engkau harus mampu membalikkannya dengan segera dan memperbaikinya. Apa tujuan memperbaikinya? Tujuannya adalah untuk menerima kebenaran, sambil menyingkirkan hal-hal yang ada di dalam dirimu yang merupakan milik Iblis dan menggantikannya dengan kebenaran. Dahulu engkau mengandalkan natur jahatmu, seperti kelicikan dan kecurangan, tetapi sekarang engkau tidak lagi mengandalkan semua itu; sekarang, ketika engkau melakukan segala sesuatu, engkau bertindak dengan mentalitas kejujuran, kemurnian, dan ketaatan. Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, menutup diri, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan pemikiran dan perenungan terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit" ("Hanya Mereka yang Menerapkan Kebenaran yang Takut akan Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku menemukan beberapa jalan penerapan dalam firman Tuhan dan belajar membuka diri ketika menghadapi masalah, dan membuka hatiku kepada Tuhan, daripada bersikap tidak jujur atau menjadi licik dan curang demi melindungi citraku. Aku tahu aku harus membuka diri kepada orang lain tentang kerusakan, kekurangan, dan kesalahanku, termasuk motifku yang tersembunyi. Itulah bagian terpenting dari memasuki kebenaran. Mencapai hal itu adalah satu-satunya jalan untuk secara berangsur dibebaskan dari kerusakan dan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Aku tahu aku tak boleh terus berpura-pura demi statusku, tetapi harus menerima pemeriksaan Tuhan dan pengawasan saudara-saudari.

Jadi, aku membuka diri kepada orang lain tentang kesalahan dan kerusakan yang kusingkapkan dalam proses. Aku juga melakukan beberapa hal untuk menghukum diriku sendiri, agar aku bisa selalu ingat. Sebenarnya, mengakui kesalahan itu tidaklah sulit. Kesulitan yang sebenarnya adalah terjebak dalam watak yang rusak. Peristiwa ini memberiku sedikit pemahaman tentang watak licikku dan aku berjanji akan membuat perubahan di dalamnya. Sehari setelah itu selama syuting, sambil melihat detail di monitor kamera lain, seorang penyanyi berjalan keluar dari area pencahayaan saat aku tidak memperhatikan. Pada saat aku menyadari apa yang terjadi, dia telah menyanyikan beberapa baris lirik, jadi ada lebih dari 10 detik rekaman yang tidak dapat digunakan karena masalah pencahayaan. Aku bertanya-tanya mengapa aku bisa kembali melakukan kesalahan yang sama. Belakangan ini, aku terus melakukan kesalahan. Apa yang akan semua orang pikirkan jika aku mengakuinya? Akankah mereka mengatakan aku tidak menjalankan tugasku dengan serius? Saat ragu untuk mengatakan sesuatu, tiba-tiba aku sadar bahwa aku berusaha melindungi statusku lagi dan aku ingat apa dampaknya terhadap saudara-saudari dan pekerjaan gereja ketika melindungi diriku sendiri dan tidak menerapkan kebenaran sebelumnya. Aku juga teringat betapa memalukannya upayaku untuk menyembunyikan kesalahanku, dan semua penderitaan dan kesengsaraan yang kurasakan setelah berbohong. Aku tahu aku tak boleh menipu, tetapi kali ini aku harus menyangkali diriku sendiri dan menerapkan kebenaran. Jadi aku tidak lagi ragu, mengambil walkie-talkieku dan memberi tahu sutradara apa yang terjadi.

Setelah itu, aku mulai secara sadar berlatih bersikap jujur ​​dalam tugasku, berinisiatif mengakui kesalahanku. Aku tidak lagi memikirkan status dan reputasiku, tetapi memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Melakukan hal itu bukan saja mengurangi beban untuk menebus kesalahan, tetapi pekerjaan rumah Tuhan juga tidak mengalami kerugian karena kesalahanku sendiri. Terkadang, aku mendengar saudara-saudari menegur dan menasihatiku melalui walkie-talkie, tetapi bekerja dengan cara itu membuatku merasa tenang dan damai. Dan aku benar-benar mengalami betapa menderitanya berbohong dan menipu demi reputasiku sendiri. Menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur ​​adalah satu-satunya jalan untuk memiliki martabat dan untuk hidup dalam terang. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan