Sedikitnya Pengetahuanku akan Watak Antikristus

14 Desember 2022

Oleh Saudari Vladhia, Prancis

Aku terpilih menjadi pemimpin gereja pada 2021. Selama beberapa waktu, aku mengalami kesulitan dalam pekerjaan penyiraman. Beberapa penyiram tak datang ke pertemuan secara rutin, dan saat datang, mereka jarang bersekutu. Aku tak tahu cara menyelesaikan masalah ini, jadi kuceritakan kesulitan ini kepada Saudari Lucy, seorang pemimpin. Suatu hari, dia memasukkan pengkhotbah, Saudara Matthew, ke kelompok pertemuan kami. Aku tahu dia lebih memahami kebenaran daripada aku, dan sebelumnya dia membantu pekerjaanku. Tapi aku kurang senang saat dia bergabung dengan kelompok kami, dan aku langsung bertanya-tanya apakah dia akan mengawasi pekerjaanku. Aku khawatir jika dia menemukan masalah dan mengungkapkanku, aku bisa malu, dan orang lain akan meremehkanku sebagai pemimpin, jadi aku tak ingin dia mengawasi pekerjaanku. Lalu kulihat Saudari Lucy memasukkan Saudara Matthew ke beberapa kelompok penting lain di gereja, semua saudara-saudari mengiriminya pesan sambutan. Aku jadi makin kesal. Kurasa dia mungkin akan menggantikanku.

Malam itu Saudara Matthew datang ke pertemuan untuk orang yang baru percaya. Mereka serius mendengarkan persekutuannya dan antusias berinteraksi dengannya, tapi seperti mengabaikan persekutuanku. Aku sangat iri dengan Matthew dan tak ingin bicara lagi. Saat ada dia, aku merasa tak dibutuhkan lagi. Mereka sangat senang setelah mendengarkan persekutuan Matthew dan terus bersyukur kepada Tuhan. Bahkan beberapa orang bilang sebelumnya mereka tak pernah begitu tercerahkan dalam pertemuan, dan mereka mendapat banyak hal di persekutuannya. Aku sangat marah mendengar saudara-saudari bilang begitu dan sepertinya mereka tak menganggap kehadiranku, seakan-akan aku tak turut bersekutu dengan mereka sama sekali. Aku sangat malu, dan bahkan aku membenci saudara-saudari, kurasa mereka telah melupakan semua yang kupersekutukan. Di akhir pertemuan, Matthew menyampaikan rangkuman untuk kami. Aku tak mau bicara, dan aku tak mau mendengar semua orang memujinya. Aku ingin mengakhiri pertemuan secepatnya dan menjauh dari itu semua. Lalu, Matthew meminta pendapatku tentang pertemuan itu. Karena tak mau berpartisipasi dalam diskusi, aku cuma menjawab secara singkat. Lalu Matthew membahas beberapa masalah yang dia temukan. Dia bilang persekutuanku cukup umum dan tak jelas, sehingga orang lain tidak paham dan tak ada yang merespons, dan pertemuan seperti itu tak produktif. Aku tak terima saat mendengarnya. Kenapa dia mengungkapkan masalahku? Dia pasti sengaja mengincarku. Kalau mau menyingkirkanku, dia seharusnya bicara langsung! Aku makin berprasangka buruk terhadap Matthew.

Lalu, Saudara Matthew menyarankan untuk mencari kutipan firman Tuhan yang relevan dengan masalah orang yang baru percaya. Kami bisa lebih fleksibel dalam persekutuan, dan menggunakan beberapa contoh atau membagikan cerita singkat untuk membantu mereka memahami firman Tuhan. Kupikir bersekutu seperti itu terlalu detail dan dalam hati aku tak setuju, tapi saudara-saudari lain sangat senang dengan sarannya. Malam harinya, kami memimpin pertemuan lain, dan aku khawatir Matthew akan mengungkapkanku lagi. Kupikir aku bisa mencatat masalah dalam persekutuannya dan menunjukkannya di akhir pertemuan. Tapi ternyata, orang yang baru percaya menyukai pertemuan seperti itu, dan memberi contoh dalam persekutuan membuat mereka lebih memahami firman Tuhan. Pertemuan itu berjalan lancar. Aku tak menemukan kesalahan. Tapi saat Matthew bertanya kepada hadirin, beberapa dari mereka tak menjawab, membuat suasana jadi kikuk. Aku sangat senang dan merasa akhirnya aku menemukan masalahnya. Aku mencatat kekurangan dia agar aku juga bisa mengkritiknya. Saat persekutuanku tiba, aku ingin bersungguh-sungguh membagikan poin penting dari apa yang kupahami, melakukan yang terbaik untuk mengalahkan Saudara Matthew dan agar orang lain mengagumiku. Tapi tiba-tiba aku bersekutu tentang topik lain. Kurasa topik itu juga sangat penting dan mereka harus memahaminya, jadi aku melanjutkan. Di akhir pertemuan, Saudara Matthew mengungkapkan masalahku lagi, mengatakan aku telah melenceng dari topik persekutuanku, yang menyulitkan semua orang untuk memahami topik utama pada pertemuan saat itu. Dia juga mengingatkanku untuk serius memikirkan topik pertemuan kami. Seorang saudari juga mengatakan persekutuanku terlalu panjang, dan dia tak bisa menangkap poin utamanya. Mendengar semua ini membuatku sedih dan aku hanya bisa menangis. Kupikir, kenapa dia terus membicarakan kesalahanku? Apa yang akan orang lain pikirkan tentangku selanjutnya? Akankah mereka masih menghormatiku? Saat itu aku sangat marah kepada Saudara Matthew dan kurasa dia sengaja menyulitkanku, dia ingin semua orang melihat kekuranganku. Aku ingin dia pergi, tak usah bergabung di pertemuan kami lagi. Tapi aku tak sadar seharusnya aku tak berpikir begitu. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan Yang Mahakuasa, aku tahu di sini ada pelajaran yang bisa kuambil, tapi aku sangat marah kepada Saudara Matthew. Aku sangat sulit menerima sarannya. Bagaimana aku harus memahami ini? Tuhan, tolong bantu aku tetap tenang dan bimbing aku untuk mengenali diriku, untuk tak melakukan apa pun yang menyinggung-Mu."

Keesokan harinya, aku mencari firman Tuhan untuk mengatasi masalahku. Aku membaca beberapa kutipan. "Ada beberapa orang yang selalu takut bahwa orang lain lebih baik daripada mereka dan lebih tinggi daripada mereka, bahwa orang lain akan dihargai sedangkan mereka diabaikan. Ini mengakibatkan mereka menyerang dan mengecualikan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang lebih mampu daripada diri mereka sendiri? Bukankah perilaku semacam itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang jahat! Hanya memikirkan kepentingan dan memuaskan keinginannya sendiri, tidak menunjukkan perhatian terhadap orang lain atau kepentingan rumah Tuhan—orang-orang semacam ini memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Dalam apa pun yang berkaitan dengan reputasi, status, atau kesempatan untuk pamer—ketika orang mendengar bahwa rumah Tuhan berencana untuk membina berbagai macam orang—hati setiap orang melompat dalam pengharapan, dan masing-masing darimu selalu ingin dirimu sendiri dikenal dan diakui. Semua orang ingin berjuang untuk mendapatkan status dan reputasi; dan mereka merasa malu akan hal ini, tetapi mereka merasa tidak enak jika tidak melakukannya. Mereka merasa iri dan benci ketika melihat seseorang menonjol, dan menjadi marah, dan merasa bahwa ini tidak adil, berpikir, 'Mengapa aku tak bisa menjadi yang paling menonjol? Mengapa selalu orang lain yang mendapatkan ketenaran? Mengapa aku tak pernah mendapat giliran?' Dan setelah mereka merasakan kebencian, mereka berusaha menekannya, tetapi mereka tidak mampu. Mereka berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi ketika mereka kembali menghadapi masalah semacam ini, mereka tetap tidak mampu mengatasinya. Bukankah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tidak dewasa? Ketika orang-orang terjerumus ke dalam keadaan seperti itu, bukankah mereka telah jatuh ke dalam perangkap Iblis? Ini adalah belenggu natur Iblis yang rusak yang mengikat manusia. Jika orang telah menyingkirkan watak-watak rusak ini, bukankah dia bebas dan merdeka? Renungkanlah hal ini: untuk menghindarkan dirimu jatuh ke dalam keadaan mengejar ketenaran dan keuntungan—untuk membebaskan dirimu dari keadaan rusak ini, melepaskan dirimu dari tekanan dan belenggu status dan reputasi—kebenaran mana yang harus kaupahami? Kenyataan kebenaran mana yang harus kaumiliki untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan? Pertama, engkau harus memahami bahwa Iblis menggunakan status dan reputasi untuk merusak orang, menjerat mereka, menyiksa mereka, mempermalukan mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam dosa; selain itu, hanya dengan menerima kebenaran barulah orang mampu melepaskan dan mengesampingkan reputasi dan status. ... Engkau harus belajar untuk melepaskan dan mengesampingkan hal-hal ini, merekomendasikan orang lain, dan membiarkan mereka menonjol. Jangan berjuang mati-matian atau bergegas mengambil keuntungan saat engkau menemukan kesempatan untuk menonjol atau memperoleh ketenaran. Engkau harus mampu mengesampingkan hal-hal ini, tetapi tidak boleh menunda pelaksanaan tugasmu. Jadilah orang yang bekerja dengan tenang tanpa ingin terlihat, yang tidak pamer kepada orang lain ketika engkau melaksanakan tugasmu dengan setia. Semakin engkau melepaskan gengsi dan statusmu, dan semakin engkau melepaskan kepentinganmu sendiri, semakin damai engkau jadinya, dan semakin banyak terang di dalam hatimu dan keadaanmu akan semakin membaik. Semakin engkau bergumul dan bersaing, semakin gelaplah keadaanmu. Jika engkau tidak percaya, coba saja dan lihatlah! Jika engkau ingin membalikkan keadaan rusak semacam ini, dan tidak dikendalikan oleh hal-hal ini, engkau harus mencari kebenaran, dan memahami dengan jelas esensi dari hal-hal ini, dan kemudian mengesampingkannya, melepaskannya. Jika tidak, semakin engkau berjuang, semakin kegelapan akan mengelilingimu, dan semakin besar perasaan iri dan kebencian yang akan kaurasakan, dan keinginanmu akan pencapaian justru akan bertumbuh semakin kuat. Semakin kuat keinginanmu akan pencapaian, semakin kecil kemampuanmu untuk melakukannya, dan ketika engkau tidak mampu memperoleh pencapaian itu, kebencianmu akan bertambah. Ketika kebencianmu bertambah, batinmu akan menjadi semakin gelap. Semakin gelap batinmu, semakin buruk engkau akan melakukan tugasmu; semakin buruk engkau melakukan tugasmu, semakin tak berguna dirimu bagi rumah Tuhan. Ini adalah lingkaran setan yang saling terkait. Jika engkau tidak pernah mampu melakukan tugasmu dengan baik, maka, lambat laun, engkau akan disingkirkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menggambarkan perilaku iri dan cemburu dengan sangat jelas. Manusia iri, menolak, dan agresif dengan siapa pun yang lebih baik darinya. Itu adalah watak jahat. Aku juga begitu—terlalu iri. Melihat orang lain selalu menerima persekutuan dan saran Saudara Matthew, aku ingin bersaing dengannya. Itu membuatku jatuh dalam kondisi buruk, sengsara, dan terjerumus dalam kegelapan. Sebelum ada Saudara Matthew, aku selalu memimpin pertemuan. Para penyiram akan menanyaiku tentang masalah yang mereka alami, dan semuanya mengagumiku. Mereka meminta banyak masukanku tentang isi persekutuan di pertemuan, dan mereka menantikan persekutuanku di pertemuan, untuk membantu menyelesaikan masalah mereka. Tapi kemudian, persekutuanku tak menyelesaikan masalah mereka, jadi mereka tak bisa memperbaiki penyiraman kepada orang yang baru percaya. Mereka jadi negatif dan enggan berbicara di pertemuan. Setelah Saudara Matthew datang dan memberi bimbingan nyata pada penyiraman mereka dan menunjukkan jalan penerapan, mereka sungguh terbantu dan mendapat manfaat. Mereka semua ingin mendengarkan persekutuannya. Seharusnya aku senang dengan ini. Aku bisa menggunakannya untuk merenungkan masalah dan kekuranganku. Namun, selain tak merenungi diri, aku terus berjuang demi nama dan status. Aku jelas banyak kekurangan dan tak mampu menjalankan kerja nyata, tapi aku tak menginginkan penyiraman dan dukungan dari orang lain. Aku ingin jadi satu-satunya pemimpin di gereja jadi semua orang hanya akan mengagumiku, dan mendengarkanku. Aku hanya fokus pada nama dan statusku sendiri, tapi tak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Situasi ini sungguh mengungkapkan keinginanku atas status dan kerusakanku. Aku berdoa, meminta Tuhan mencerahkanku untuk benar-benar merenungi diriku.

Tak disangka, situasi serupa juga terjadi tiga bulan kemudian. Dalam pertemuan kerja, Saudara Matthew menanyaiku tentang anggota baru di gereja. Aku jadi agak marah. Kupikir sebagai pengkhotbah, dia harus tahu situasi di tiap gereja, kenapa dia menanyaiku? Dan dengan memintaku untuk bicara di depan banyak orang, bukankah dia sengaja merendahkanku, agar aku mengakui tak bisa melakukan penyiraman dengan baik? Kujawab pertanyaannya dengan cepat dan terburu-buru tanpa memberi detail, dan aku menyebut beberapa perjuangan, dan bertanya kepadanya cara untuk mengatasinya. Tapi aku menyesal setelah selesai bicara. Aku sengaja mempersulit Saudara Matthew, dan itu perbuatan memalukan. Aku heran kenapa aku tak bisa mengendalikan diri saat dia mengungkapkan kekuranganku di depan orang lain, tapi aku membencinya, dan bahkan ingin mencatat masalah dalam persekutuannya untuk mengungkapkannya di depan umum, untuk balas dendam. Aku tahu situasi ini berbahaya, tapi aku tak tahu kenapa aku sangat marah kepada Saudara Matthew. Suatu malam, Aku membaca esai kesaksian berjudul "Tersingkapnya Diriku yang Sebenarnya". Esai itu mengutip beberapa firman Tuhan, dan membuatku makin paham. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa tujuan utama antikristus ketika mereka menyerang dan mengucilkan seorang pembangkang? Mereka berusaha menciptakan keadaan di dalam gereja di mana tidak ada suara yang bertentangan dengan suara mereka sendiri, di mana kekuasaan mereka, status kepemimpinan mereka, dan perkataan mereka adalah mutlak. Semua orang harus mendengarkan mereka, dan meskipun orang-orang itu memiliki perbedaan pendapat, mereka tidak boleh mengungkapkannya, tetapi membiarkannya membusuk di hati mereka. Siapa pun yang berani secara terbuka tidak setuju dengan antikristus menjadi musuh mereka, dan mereka akan memikirkan cara apa pun yang mereka bisa untuk mempersulit orang, dan tidak sabar untuk membuat orang-orang itu lenyap. Inilah salah satu cara antikristus dalam menyerang dan menyingkirkan pembangkang untuk mempertahankan status mereka dan melindungi kekuasaan mereka. Mereka berpikir, 'Tidak masalah jika engkau memiliki pendapat yang berbeda, tetapi engkau tidak boleh mengemukakannya sesuka hatimu, apalagi membahayakan kekuasaan dan statusku. Jika engkau memiliki pendapat, engkau dapat mengatakannya kepadaku secara pribadi. Jika engkau mengatakannya di depan semua orang dan membuatku kehilangan muka, itu berarti engkau sedang minta untuk diserang, dan aku pasti akan menanganimu.' Watak macam apakah ini? Para antikristus tidak mengizinkan orang lain untuk berbicara dengan bebas. Jika mereka memiliki pendapat—entah itu tentang antikristus atau apa pun juga—mereka harus diam; mereka harus memikirkan reputasi antikristus tersebut. Jika tidak, antikristus itu akan menandai mereka sebagai musuh, dan menyerang serta mengucilkan mereka. Natur macam apakah ini? Ini adalah natur antikristus. Dan mengapa mereka melakukan hal ini? Mereka tidak mengizinkan gereja memiliki suara alternatif. Mereka tidak mengizinkan adanya pembangkang di gereja, mereka tidak membiarkan umat pilihan Tuhan mempersekutukan kebenaran secara terbuka dan mengidentifikasi orang-orang. Yang paling mereka takutkan adalah diri mereka tersingkap dan diidentifikasi oleh orang-orang; mereka terus-menerus mencoba memperkuat kekuasaan dan status yang mereka miliki di hati orang-orang, yang bagi mereka tidak pernah boleh tergoyahkan. Mereka tidak pernah mau menoleransi apa pun yang mengancam atau memengaruhi harga diri, reputasi, atau status dan nilai mereka sebagai seorang pemimpin. Bukankah ini perwujudan dari natur jahat antikristus? Tidak puas dengan kekuasaan yang telah mereka miliki, mereka memperkuat dan mengamankannya, dan berusaha agar kekuasaan itu berlangsung untuk selamanya. Mereka tidak hanya ingin mengendalikan perilaku orang lain, tetapi juga ingin mengendalikan hati mereka. Cara bertindak antikristus sepenuhnya bertujuan untuk melindungi kekuasaan dan status mereka, sepenuhnya merupakan hasil dari keinginan mereka untuk memegang kekuasaan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua). Kondisiku sama persis seperti yang diungkapkan Tuhan. Saat Matthew mengungkapkan kekurangan dan kesalahanku, aku ingin membantahnya dan balas dendam. Itu adalah perilaku antikristus. Aku telah mengakui bahwa aku congkak dan mencintai status, tapi aku tak benar-benar tahu diri. Di lubuk hatiku, kupikir dengan menjadi pemimpin gereja, aku punya kemampuan dan kualitas, meski tugasku tak sempurna, aku masih bisa menjalankan pekerjaan gereja, dan aku tak akan disingkirkan. Saat kutahu Saudara Matthew dimasukkan ke banyak kelompok, aku merasa posisiku terancam, seakan-akan, tiba-tiba ada saingan untuk menggantikanku. Aku membencinya, dan aku menolaknya. Aku tak terlalu peduli pada kebutuhan saudara-saudari, dan tak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Aku diam-diam bertarung dengan Saudara Matthew untuk mengamankan posisiku. Itu adalah watak jahat. Dia menunjukkan masalahku, aku tak bisa terima, jadi aku melawannya. Aku bahkan ingin balas dendam dan membuatnya terlihat buruk. Aku malu saat dia mengungkapkan kesalahanku lagi dan aku jadi marah kepadanya, bahkan ingin menyuruhnya pergi. Tapi nyatanya, dia menerapkan kebenaran. Pekerjaanku memang punya kekurangan, dan ada banyak prinsip yang tak kupahami. Oleh sebab itu, dia mengajariku cara bekerja yang lebih baik. Tapi bukannya menyambutnya, aku terus mencari masalah dia agar bisa kuungkapkan di depan umum. Saat dia menanyakan pekerjaanku, aku tak menceritakan detailnya, tapi sengaja bertanya agar dia terlihat buruk. Sebelumnya, kupikir aku hanya cemburu dengannya. Tapi aku sadar melalui pengungkapan firman Tuhan, aku memperlihatkan watak antikristus. Aku ingin menyerangnya dan balas dendam untuk melindungi nama dan statusku. Aku mungkin akan melakukan hal yang lebih parah kalau dapat kesempatan. Saat aku melihat watak antikristusku, aku kaget dan takut. Aku tahu kalau aku terus begitu, Tuhan pasti akan menyingkirkanku, karena Dia tak menyelamatkan antikristus. Aku berdoa kepada Tuhan dalam pertobatan, "Tuhan Yang Mahakuasa, aku tak bekerja dengan baik sebagai pemimpin. Aku berjuang keras demi nama dan statusku aku bahkan mampu berbuat jahat, seperti menyerang dan balas dendam. Aku telah memerankan Iblis dalam perilakuku. Tuhan, aku ingin bertobat."

Lalu aku membaca kutipan firman Tuhan yang membantuku melihat watak rusakku secara lebih jelas. "Kecintaan para antikristus akan status dan gengsi melampaui apa yang dirasakan oleh manusia normal, dan merupakan sesuatu yang ada dalam watak dan esensi mereka; itu bukanlah kepentingan yang sifatnya sementara ataupun efek sementara dari lingkungan mereka—itu adalah sesuatu yang ada dalam hidup mereka, dalam naluri mereka, dan dengan demikian, itulah esensi mereka. Dengan kata lain, dalam segala sesuatu yang antikristus lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah status dan gengsi mereka sendiri, tidak ada yang lain. Bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup dan tujuan mereka di sepanjang hidup. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Dan apa yang akan terjadi dengan gengsiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku kehormatan? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi para antikristus; mereka tak akan mempertimbangkan masalah ini dengan cara lain. Dapat dikatakan bahwa bagi antikristus, status dan gengsi bukanlah tuntutan tambahan, apalagi sesuatu yang tidak diperlukan oleh mereka. Status dan gengsi adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada dalam naluri mereka, tertanam dalam karakter mereka, status dan gengsi adalah hakikat mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki status dan gengsi atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Status dan gengsi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka perjuangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka perjuangkan, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan posisi yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Kutipan firman Tuhan ini mengungkapkan apa yang kukejar selama ini, dan natur dan esensiku. Aku cuma memedulikan nama dan statusku. Dalam interaksiku dengan orang lain dan semua yang kulakukan, aku selalu memikirkan untuk meninggalkan kesan baik, dihormati orang lain. Aku dididik begitu sejak kecil, dan aku selalu berusaha untuk jadi yang terbaik. Di sekolah menengah, aku selalu bersaing dengan orang lain untuk menjadi orang yang paling berprestasi, murid terbaik di kelasku, agar murid lain kagum dan memujiku. Setelah ikut di gereja, aku masih sangat fokus pada reputasi dan statusku, selalu ingin dikagumi orang lain. Kupikir gereja memberiku tugas karena aku punya kemampuan khusus, dan aku bisa menyelesaikannya dengan cepat dan baik. Kemudian, saat aku jadi pemimpin, aku makin congkak dan merasa paling penting. Aku selalu ingin memamerkan kemampuanku lewat persekutuan, tapi aku tak fokus belajar dan memperbaiki kesalahan dalam tugasku. Saat Saudara Matthew menunjukkan kekuranganku, aku merasa malu, dan tak dikagumi oleh saudara-saudari. Aku tak bisa terima, jadi aku ingin menyerangnya dan balas dendam. Dengan mencerna firman Tuhan aku tahu semua yang kulakukan demi melindungi nama dan statusku, yang membuat Tuhan jijik. Aku meminta Tuhan untuk menyelamatkanku dari watak rusak ini.

Kemudian, saudara-saudari mengirimkan beberapa firman Tuhan kepadaku. "Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan tidak ada rasa takut akan Tuhan di dalam hati mereka. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Janganlah ada orang yang menganggap diri mereka sempurna, atau terhormat dan mulia, atau berbeda dari orang lain; semua ini disebabkan oleh kebodohan dan watak manusia yang congkak. Selalu menganggap dirinya sendiri berbeda—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah bisa menerima kekurangan mereka, dan tidak pernah mampu menghadapi kesalahan dan kegagalan mereka—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain lebih tinggi atau lebih baik daripada dirinya sendiri—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain menjadi lebih unggul atau lebih kuat daripada mereka—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain untuk memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik daripada dirinya, dan, ketika orang lain memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik, dia menjadi negatif, tidak ingin berbicara, merasa tertekan dan sedih, serta menjadi kesal—semua ini disebabkan oleh watak yang congkak. Watak yang congkak dapat membuatmu melindungi reputasimu, tidak dapat menerima bimbingan orang lain, tidak mampu menghadapi kekuranganmu sendiri, serta tidak mampu menerima kegagalan dan kesalahanmu sendiri. Selain itu, ketika seseorang lebih baik darimu, hal itu dapat menyebabkan kebencian dan kecemburuan muncul di dalam hatimu, dan engkau dapat merasa terkekang sehingga engkau tidak ingin melaksanakan tugasmu dan menjadi orang yang serampangan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Watak yang congkak dapat menyebabkan perilaku dan perbuatan ini muncul dalam dirimu. Jika engkau semua, sedikit demi sedikit, menggali lebih dalam mengenai hal-hal ini, mencapai terobosan dalam semua hal ini dan mendapatkan pemahaman tentang semua itu; dan jika engkau kemudian mampu secara berangsur-angsur melepaskan semua pemikiran, dan melepaskan gagasan, pandangan dan bahkan perilaku yang keliru ini, serta tidak dikendalikan oleh semua itu; dan jika, dalam pelaksanaan tugasmu, engkau mampu menemukan posisi yang tepat untukmu dan bertindak berdasarkan prinsip, serta melaksanakan tugas yang dapat dan harus kaulakukan; seiring waktu, engkau akan dapat melaksanakan tugas-tugasmu dengan lebih baik. Inilah jalan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika engkau dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran, engkau akan terlihat oleh orang lain memiliki keserupaan dengan manusia, dan orang-orang akan berkata, 'Orang ini berperilaku sesuai dengan posisinya dan mereka melakukan tugasnya dengan praktis dan realistis. Mereka tidak bergantung pada sifat alami, sifat terburu nafsu, atau watak rusak mereka dalam melaksanakan tugas. Mereka bertindak dengan pengendalian diri, memiliki hati yang menghormati Tuhan, memiliki cinta akan kebenaran, serta perilaku dan pengungkapan mereka menyingkapkan bahwa mereka telah meninggalkan daging dan pilihan diri sendiri.' Betapa indahnya berperilaku seperti itu! Pada saat orang lain menyingkapkan kekuranganmu, engkau tidak hanya dapat menerimanya, tetapi juga bersikap optimis, menghadapi kelemahan dan kekuranganmu dengan ketenangan. Keadaan pikiranmu sangat normal, bebas dari hal-hal ekstrem dan bebas dari sifat terburu nafsu. Bukankah inilah arti memiliki keserupaan dengan manusia? Hanya orang semacam itulah yang memiliki akal sehat" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Firman Tuhan mengungkapkan akar masalahnya. Banyak dari kerusakan kita bersumber dari natur congkak. Watak congkakku menjadi alasanku iri dan melawan Saudara Matthew, dan tak menerima sarannya. Aku hidup dalam kecongkakan dan tak menyadari kesalahanku. Meski sarannya bermanfaat untukku, aku tak menerimanya. Aku menolak bantuan dan bimbingannya, untuk melindungi nama dan statusku. Aku tak memikirkan apa yang harus kulakukan untuk bertugas dengan baik. Jelas-jelas ada kesulitan dalam tugasku dan aku tak melakukannya dengan baik, tapi aku congkak dan melawan. Aku sungguh tak tahu diri. Saudara Matthew menunjukkan sejumlah masalah nyata yang semuanya adalah kesalahan dalam tugasku. Aku tak merenungi diri dan menerimanya, tapi malah mencelanya. Nyatanya, persekutuannya sangat praktis dan membantu orang yang baru percaya memahami kebenaran, lebih berguna dan bermanfaat bagi mereka daripada pertemuan yang kupimpin sebelumnya. Dihadapkan dengan fakta, aku tak bisa mengakui bahwa Saudara Matthew lebih terampil daripada aku, tapi aku iri dan membencinya. Aku sangat congkak, merasa paling penting, dan keterlaluan. Kuanggap diriku terlalu tinggi. Aku selalu ingin jadi yang terbaik, dan dipuja banyak orang. Itu watak malaikat agung dan itu menentang Tuhan. Aku berdoa dalam hati, siap mengejar kebenaran dan mengubah watak rusakku, untuk menjadi orang yang masuk akal.

Kemudian di saat teduhku, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Suasana seperti inilah yang harus ada di dalam gereja—semua orang berfokus pada kebenaran dan berusaha untuk memperolehnya. Tidak masalah apakah mereka orang-orang berusia lanjut atau orang muda, atau apakah mereka orang yang sudah lama percaya atau belum lama percaya. Tidak masalah juga apakah mereka berkualitas tinggi atau rendah. Hal-hal ini tidak penting. Di hadapan kebenaran, semua orang setara. Hal-hal yang harus engkau lihat adalah siapa yang mampu berbicara dengan benar dan sesuai dengan kebenaran, siapa yang memikirkan kepentingan rumah Tuhan, siapa yang paling terbeban dalam pekerjaan rumah Tuhan, siapa yang memahami kebenaran dengan lebih jelas, siapa yang juga memiliki rasa keadilan, dan siapa yang bersedia membayar harga. Orang-orang seperti itu harus didukung dan dihargai oleh saudara-saudari mereka. Atmosfer kejujuran yang berasal dari mengejar kebenaran ini harus ada di dalam gereja; dengan demikian, engkau akan memiliki pekerjaan Roh Kudus dan Tuhan akan memberikan berkat dan bimbingan. Jika atmosfer yang ada di dalam gereja adalah atmosfer bergosip, ribut satu sama lain, saling mendendam, saling cemburu, dan berdebat satu sama lain, maka Roh Kudus pasti tidak akan bekerja di dalam diri engkau semua. Bertengkar satu sama lain dan bertengkar secara diam-diam, menipu, memperdaya, dan berkomplot satu sama lain—ini adalah atmosfer kejahatan! Jika atmosfer seperti itu mendominasi di gereja, maka Roh Kudus pasti tidak akan melakukan pekerjaan-Nya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang yang Melaksanakan Tugas dengan Segenap Hati, Pikiran, dan Jiwalah Orang yang Mengasihi Tuhan"). "Sekarang ini, siapa pun yang tidak dapat menerima pemeriksaan Tuhan tidak dapat menerima perkenanan-Nya, dan siapa pun yang tidak mengenal Tuhan yang berinkarnasi tidak dapat disempurnakan. Lihatlah semua yang telah engkau lakukan dan tentukan apakah hal-hal tersebut dapat engkau bawa ke hadapan Tuhan. Jika engkau tidak dapat membawa hal-hal tersebut ke hadapan Tuhan, ini menunjukkan bahwa engkau adalah seorang pelaku kejahatan. Dapatkah pelaku kejahatan disempurnakan? Semua yang engkau lakukan, setiap tindakan, setiap niat, dan setiap reaksi harus dibawa ke hadapan Tuhan. Bahkan kehidupan spiritualmu sehari-hari—doamu, kedekatanmu dengan Tuhan, caramu makan dan minum firman Tuhan, persekutuan dengan saudara-saudarimu, dan kehidupan bergerejamu—dan pelayananmu dalam kemitraan dapat dibawa ke hadapan Tuhan untuk diperiksa oleh-Nya. Penerapan semacam inilah yang akan membantumu mencapai pertumbuhan dalam hidup" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan Menyempurnakan Orang-Orang yang Berkenan di Hati-Nya"). Firman Tuhan memberiku kenyamanan dan jalan penerapan. Tuhan menuntut kita untuk tidak iri dan bersaing di gereja, tapi untuk fokus mengejar kebenaran. Kita harus mendengarkan siapa pun yang perkataannya sesuai kebenaran. Saudara Matthew mengungkapkan kekuranganku untuk membantuku melakukan penyiraman dengan baik kepada orang yang baru percaya. Dia tak menjaga hubungan interpersonal. Dia membagikan persekutuan saat melihat masalah, membimbing orang-orang untuk mengenali diri. Saat menunjukkan kerusakan, dia terang-terangan, tak mencoba membuat orang lain mengaguminya. Dia mampu mengejar kebenaran dan menegakkan pekerjaan gereja, dan aku harus belajar darinya untuk memperbaiki kekuranganku, tidak cemburu, melawan, dan bahkan mencari kesalahannya untuk balas dendam. Aku juga tahu saat diriku diungkapkan, aku mendapat perlindungan dan penyelamatan Tuhan, sehingga aku tahu kerusakanku dan memperbaiki kesalahanku. Tuhan mengawasi kita, menginginkan kita untuk bertindak sesuai prinsip. Aku siap menerima pemeriksaan Tuhan, untuk memeriksa kerusakanku dan segera berubah, dan untuk bertindak sesuai prinsip.

Aku tak lagi cemburu kepada Saudara Matthew. Aku bisa menerima persekutuan dan pengungkapannya. Di pertemuan saat aku bertanya kepada orang lain, aku menata perkataan yang ingin kusampaikan agar lebih jelas bagi saudara-saudari. Saat mereka diam dan tak berpartisipasi secara aktif dalam persekutuan, aku lebih fokus pada komunikasi interaktif dengan mereka. Untuk mengefektifkan pertemuan, aku berkomunikasi dengan orang lain terlebih dahulu untuk memahami masalah nyata mereka, untuk mengatasinya lewat persekutuan pada firman Tuhan. Biasanya aku juga membaca lebih banyak firman Tuhan dan membekali diri dengan kebenaran agar lebih membantu dalam mengatasi kesulitan mereka. Perubahan yang kulakukan ini adalah penyelamatan Tuhan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait