Aku Menikmati Perjamuan yang Mewah

27 September 2019

Oleh Saudari Xinwei, Provinsi Zhejiang

Pada tanggal 25 dan 26 Juni 2013, sebagian besar pemimpin dan rekan kerja di sini ditangkap oleh polisi Partai Komunis Tiongkok (PKT). Hanya beberapa orang dari kami yang berhasil lolos dengan selamat. Dihadapkan dengan kehancuran dan gangguan yang ditimpakan pada pekerjaan gereja oleh penangkapan dan penganiayaan PKT yang gila-gilaan, aku diam-diam membuat sebuah resolusi di hadapan Tuhan: seberapa pun mengerikannya penganiayaan PKT atau sebesar apa pun kesulitan yang akan dihadapi oleh pekerjaan kami di masa mendatang, aku pasti akan bekerja sama dengan Tuhan dalam kesungguhan, dan akan memastikan agar semua ihwal pekerjaan tertata sesegera mungkin. Setelah itu, kami memulai kesibukan luar biasa sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi. Dan, setelah kerja keras nyaris sebulan lamanya, semua pengaturan kerja mendekati selesai. Tanpa kusadari, aku jadi menyombongkan diriku sendiri, merasa betapa pintarnya diriku karena telah mengatur pekerjaan sedemikian baiknya tepat ketika penangkapan gila-gilaan serta penganiayaan keji PKT sedang berada di puncaknya. Betapa cakapnya aku sebagai seorang pekerja! Dan, pada waktu inilah Tuhan melawat aku dengan hajaran dan penghakiman-Nya.

Pada suatu malam, aku dan beberapa saudari sedang mengobrol. Saudari Wang mengusulkan agar aku menulis surat kepada beberapa saudara-saudari, memberiku beberapa tugas, dan ia menambahkan satu pesan terakhir: "Jangan hanya menyibukkan dirimu dengan hal-hal lahiriah, kini saatnya untuk bersembunyi dan melakukan devosi rohani kita. Berfokuslah pada devosi rohani dan jalan masuk kita ke dalam kehidupan." Segera setelah mendengarnya mengatakan ini, hatiku menolaknya: "Aku harus menulis surat, aku harus keluar dan bekerja. Kapan aku akan punya waktu untuk melakukan devosi rohani? Engkau seorang pendatang, aku asli dari sini, aku melindungimu dengan tidak membiarkanmu keluar dan bekerja, dan engkau mengkritikku? Jika aku duduk di rumah melakukan devosi rohani seperti yang kau lakukan, siapa yang keluar dan melaksanakan pekerjaan? Berbagai hal perlu diatur sesuai urutan nilai pentingnya, dan situasi perlu diperhitungkan sebelum engkau mulai mengkritikku." Keesokan paginya, setiap orang mempersekutukan firman Tuhan dan saudari-saudari semuanya berbicara tentang pemahaman mereka mengenai firman Tuhan, sementara pikiranku kacau dan aku tetap berdiam diri. Saudari Wang kemudian bertanya kepadaku: "Mengapa engkau tidak membagikan persekutuanmu?" Aku menjawab dengan kesal: "Aku tidak memiliki wawasan atau pemahaman." Saudari itu melanjutkan: "Kulihat engkau sedang tidak dalam keadaan yang baik." Aku membalas tanpa berpikir: "Aku tidak melihat ada masalah apa pun." Namun sesungguhnya, pikiranku sedang kacau-balau. Akhirnya, aku tidak dapat menanggungnya lebih lama lagi, dan semua pikiran yang selama itu mengusik pun kutumpahkan. Kemudian, seorang saudari berkata: "Dengan mengatakan itu, Saudari Wang khawatir bahwa jika kita hanya bekerja dan tidak punya waktu untuk jalan masuk kita sendiri, kita akan mengalami kemerosotan..." Semakin panjang dia berbicara seperti ini, semakin aku berkeberatan dalam hatiku, pikirku: "Engkau mengatakan aku akan mengalami kemerosotan? Kurasa aku berada dalam keadaan yang sangat baik, aku tidak akan mengalami kemerosotan!" Aku benar-benar tidak sependapat dengan persekutuan yang ia sampaikan. Setelah sarapan, aku keluar untuk bekerja, dan di sepanjang jalan, aku merasa jengkel dan berpikir: "Aku akan berhenti sebagai pemimpin. Lebih baik mengerjakan tugas-tugas rutin saja dan berhenti di situ. Melihat bahwa orang-orang lain kini semua mengatakan bahwa aku mengalami kemerosotan serta tidak memiliki jalan masuk ke dalam kehidupan, bagaimana aku kini dapat memimpin saudara-saudari lain?" Semakin aku memikirkan hal itu, semakin anjlok semangatku, dan dalam hati aku berpikir: saat tugas-tugas ini selesai, aku akan mengundurkan diri. Kemudian, seluruh tubuhku terasa lemas, seakan-akan aku sedang sakit. Aku lalu menyadari bahwa keadaanku salah, dan karena itu aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Tuhan Yang Mahakuasa, aku begitu congkak dan merasa diriku paling benar. Aku tidak mencintai kebenaran, dan aku belum mampu menerima hajaran dan penghakiman-Mu, penanganan dan pemangkasan dari-Mu. Aku memohon agar Engkau membantuku dan melindungi hati dan rohku, membuatku mampu tunduk pada pekerjaan-Mu serta secara tulus memeriksa diriku sendiri, dan memiliki pemahaman yang sejati mengenai diriku sendiri." Kemudian, aku membaca firman Tuhan berikut: "Kunci untuk refleksi diri dan mengenal dirimu sendiri adalah ini: semakin engkau merasa bahwa di bidang-bidang tertentu engkau telah berhasil atau telah melakukan hal yang benar, dan semakin engkau berpikir engkau dapat memuaskan kehendak Tuhan atau mampu menyombongkan dirimu dalam bidang-bidang tertentu, semakin penting bagimu untuk mengenal dirimu sendiri dalam bidang-bidang tersebut dan semakin penting bagimu untuk menggalinya secara mendalam untuk melihat ketidakmurnian apa yang ada di dalam dirimu, serta hal-hal apa di dalam dirimu yang tidak dapat memuaskan kehendak Tuhan. ... Kisah tentang Paulus ini berfungsi sebagai peringatan bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan, yakni bahwa setiap kali kita merasa bahwa kita telah berhasil dengan sangat baik, atau percaya bahwa kita secara khusus berbakat dalam hal tertentu, atau menyangka bahwa kita tidak perlu berubah atau perlu ditangani dalam beberapa hal; kita harus berusaha untuk merenungkan dan mengenali diri sendiri dengan lebih baik dalam hal tersebut; ini sangatlah penting. Ini karena engkau pasti belum menggali, memperhatikan, atau menyelidiki aspek-aspek dari dirimu yang engkau yakini sebagai hal yang baik, untuk melihat apakah aspek-aspek tersebut sesungguhnya mengandung sesuatu yang menentang Tuhan" ("Hanya dengan Mengenali Pandanganmu yang Salah Engkau Dapat Mengenal Dirimu Sendiri" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman Tuhan mencerminkan hatiku seakan-akan dalam sebuah cermin yang jernih. Tuhan meminta kita untuk mengenal diri kita sendiri dengan memahami di mana kita pikir kita bekerja dengan baik, di mana kita pikir kita melakukan yang benar, dan untuk memahami serta membedah lebih jauh di wilayah-wilayah mana kita pikir kita tidak perlu lagi ditangani. Ketika berpikir tentang saat itu, aku merasa bahwa aku telah membawa suatu beban dan bahwa pekerjaanku telah menunjukkan hasil, dan bahwa aku telah menangani banyak tugas besar dengan baik, sehingga kupikir bahwa aku telah melakukan kebenaran, bahwa ini semua positif dan jalan masukku yang aktif serta keadaanku normal—ternyata aku sama sekali belum datang ke hadapan Tuhan untuk memeriksa dan mengenal diriku sendiri. Berkat pencerahan dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa walaupun aku telah melakukan pekerjaanku dengan baik pada waktu itu, namun naturku yang congkak telah lama merajalela. Aku dahulu berpikir bahwa semua hasil dari pekerjaanku adalah karena upayaku sendiri dan bahwa aku adalah seorang pekerja yang cakap—aku telah sepenuhnya hidup dalam keadaan berpuas diri. Ketika aku mengenang kembali masa itu, aku menyadari aku hanya bekerja, melakukan apa yang mampu kulakukan di bawah bimbingan Roh Kudus, tetapi sementara bekerja aku tidak mencari kebenaran dan aku tidak masuk ke dalam kehidupan. Untuk sesaat lamanya, aku tidak memiliki pemahaman mengenai diriku sendiri, aku tidak memiliki pemahaman mengenai Tuhan, dan pengalamanku akan pekerjaan Tuhan pun tidak membawaku pada pemahaman yang lebih jelas tentang aspek apa pun dari kebenaran. Sebaliknya, aku menjadi congkak hingga tidak mau mendengarkan siapa pun, dan aku mencuri kemuliaan Tuhan untuk peranku yang kecil dalam pekerjaan-Nya yang amat besar. Watak Iblis yang kunyatakan ini sudah cukup bagi-Nya untuk menamaiku seorang pendosa. Namun, ketika Tuhan memakai saudari itu untuk mengingatkanku agar berfokus pada devosi rohani dan menghindari kemerosotan, aku tidak menerimanya. Sungguh, aku tidak tahu membedakan mana yang benar dari yang salah dan aku sungguh tidak mengenal diriku sendiri. Pada waktu itu, aku merasa bahwa aku berada dalam bahaya yang amat besar. Sekiranya Tuhan tidak menggerakkan saudari itu untuk menunjukkan keadaanku dan memintaku agar kembali kepada Tuhan untuk merenungkan diriku sendiri pada waktunya, sekiranya aku terus bersikap begitu narsistik, tanpa kusadari aku akan kehilangan pekerjaan Roh Kudus. Pada akhirnya, aku akan melakukan pelanggaran yang berat terhadap Tuhan, dan aku takut bahwa saat itu sudah akan terlalu terlambat untuk bertobat, dan aku akan disingkirkan. Pada saat itulah, aku menyadari betapa aku sangat membutuhkan penghakiman dan hajaran Tuhan dan betapa aku perlu ditangani dan dipangkas agar aku dapat terus melaju di jalan di depanku. Walaupun penghakiman dan hajaran menimpa, dan aku mengalami pemangkasan dan penanganan, dan aku merasa aku kehilangan muka dan menderita, tetapi ini benar-benar merupakan penyelamatan Tuhan, dan aku menjadi bersedia untuk menerima lebih banyak pekerjaan semacam ini dari Tuhan.

Setelah mengalami hajaran dan penghakiman itu, keadaanku berbalik. Perilaku dan tindak-tandukku menjadi sedikit lebih rendah hati, dan aku memahami sedikit tentang pekerjaan Tuhan yang berlawanan dengan konsepsi manusia. Namun tak lama kemudian, Tuhan kembali menyingkapkan diriku, dan memampukanku untuk melihat bahwa pengertianku masih terlalu dangkal.

Pada awal Agustus, aku dipilih menjadi seorang pemimpin tingkat madya. Pada waktu itu, aku diam-diam membuat resolusi: "Ya Tuhan! Aku bersyukur kepada-Mu karena mengangkatku dan memberiku amanat yang sedemikian penting. Aku tidak ingin mengecewakan harapan-Mu terhadapku dan aku ingin melakukan segala yang kumampu untuk melakukan tugas ini, dan kumohon agar Engkau membimbing dan memimpinku." Dan demikianlah, aku menceburkan diriku sendiri ke dalam jadwal kerja yang sibuk. Aku dihadapkan pada segala ragam masalah dalam surat-surat yang telah ditulis oleh saudara-saudari, dan aku harus menanggapi dan memberi bimbingan untuk tiap-tiap dari mereka. Aku sering kali harus bergadang, tetapi aku senang melakukannya. Kadang, aku menjumpai suatu situasi yang tidak kumengerti dan yang tidak tahu harus bagaimana menanganinya, sehingga aku berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya, dan aku pun akan melihat kepemimpinan serta bimbingan-Nya, dan semua pekerjaan gereja terlaksana dengan lancar. Tanpa sadar, aku kembali menjadi congkak, dan berpikir: "Aku sangat bagus dalam hal ini, aku seorang pekerja yang amat cakap." Suatu hari, aku menghadapi banyak kesulitan. Aku tidak tahu bagaimana menyelesaikan kesulitan-kesulitan itu. Maka, aku berdoa kepada Tuhan dan merenungkan bagaimana menjernihkan pikiranku guna menata pekerjaan dengan baik. Setelah mencari dan merenungkan dengan cara ini, cara menata dan menangani pekerjaan ini menjadi sedikit demi sedikit lebih jelas di pikiranku. Jadi, aku menulis kepada pemimpinku untuk mengajukan usulan ini dan untuk menanyakan apakah usulan ini bisa dilaksanakan atau tidak. Sementara menulis surat tersebut, aku merasa pemimpinku pasti berpikir bahwa aku telah mampu menanggung bebanku dan bahwa aku adalah seorang pekerja yang cakap. Setelah surat itu terkirim, aku terus menantikan jawabannya, berharap akan mendapatkan pujian mereka. Beberapa hari kemudian, aku menerima balasannya, tetapi ketika membuka dan membacanya aku merasa tertohok. Pemimpin bukan saja tidak memujiku, tetapi sebaliknya, dia mengkritik dan mencelaku, katanya, "Engkau tidak memegang prinsip jika melakukan ini. Sekarang ini, PKT secara gila-gilaan menangkapi umat pilihan Tuhan. Keluarga Tuhan kini meminta para pemimpin dari semua tingkatan untuk melakukan devosi rohani dalam persembunyian, jadi jika kau bersikeras melakukan yang kauusulkan, engkau akan mengganggu pekerjaan Tuhan. Jika para pemimpin akar rumput dapat menangani pekerjaan mereka sendiri, biarkanlah, dan jika tidak, kesampingkanlah saja. Engkau semestinya dengan segera melaksanakan devosi rohani dan menulis artikel." Setelah selesai membaca surat tersebut, aku merasa sangat disalahpahami: "Bagaimana pemimpin bisa seperti ini? Saudara-saudari memiliki kesulitan namun mereka tidak melakukan apa pun untuk memecahkannya, dan mereka bahkan mengatakan bahwa aku tidak memegang prinsip dalam tindakan-tindakanku. Kami menghadapi masalah di sini, dan semua pekerjaan kami telah diporak-porandakan. Bukankah kita perlu pengorganisasian? Jika kita meminta para pemimpin akar rumput untuk menangani pekerjaan mereka sendiri, tidakkah itu artinya kita menutup telinga kita pada semua masalah ini?" Aku sepenuhnya gagal memeriksa diriku sendiri dan saking jengkelnya sampai aku mengungkapkan ketidakpuasanku kepada saudari pemilik rumah yang menampungku, dan aku bahkan terpikir: "Aku akan keluar. Jika aku tidak keluar, aku tetap akan mengganggu pekerjaan Tuhan. Apa gunanya menguras tenagaku sendiri jika tidak seorang pun menghargainya?"

Keesokan harinya, aku datang ke hadapan Tuhan dan merenungkan ungkapan-ungkapanku sendiri, dan aku berpikir tentang bagaimana dikatakan dalam khotbah-khotbah bahwa menolak untuk dipangkas dan ditangani menunjukkan kegagalan untuk mencintai kebenaran, dan orang yang tidak mencintai kebenaran memiliki kemanusiaan yang buruk. Maka, dengan saksama aku membaca "Prinsip-Prinsip Menerima Dipangkas dan Ditangani", dan dari sana aku membaca satu bagian firman Tuhan berikut: "Sebagian orang menjadi pasif setelah dipangkas dan ditangani; mereka kehilangan energi untuk melakukan tugas mereka dan akhirnya kehilangan kesetiaan mereka. Mengapa ini terjadi? Hal ini sebagian disebabkan karena kurangnya kesadaran akan esensi tindakan mereka dan hal ini menghasilkan kurangnya penerimaan untuk dipangkas dan ditangani. Ini ditentukan oleh sifat sombong dan tinggi hati mereka, dan oleh sifat mereka yang tidak mencintai kebenaran. Hal ini sebagian lagi disebabkan karena mereka tidak memahami pentingnya dipangkas dan ditangani, dan percaya hal itu menentukan kesudahan mereka. Sebagai hasilnya, manusia percaya bahwa jika mereka menyerahkan keluarganya, mengorbankan diri bagi Tuhan, dan setia kepada-Nya, mereka tidak boleh ditangani dan dipangkas; dan jika mereka ditangani, itu bukanlah kasih dan kebenaran Tuhan. Mengapa mereka tidak menerima pemangkasan dan penanganan? Secara gamblang, ini semua disebabkan karena manusia terlalu sombong, tinggi hati, dan merasa benar diri sendiri, dan mereka tidak mencintai kebenaran; ini karena mereka terlalu culas—mereka tidak mau menderita kesulitan, melainkan hanya ingin mendapat berkat dengan mudah. Manusia sangat sedikit menyadari tentang watak benar Tuhan. Bukannya Tuhan tidak melakukan sesuatu yang benar; hanya saja manusia tidak pernah percaya bahwa semua yang Tuhan lakukan itu benar. Di mata manusia, jika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan kehendak manusia, atau jika hal itu tidak sejalan dengan apa yang mereka harapkan, maka Dia pastilah tidak benar. Manusia tidak pernah menyadari bahwa tindakan mereka tidak sesuai dengan kebenaran, dan bahwa mereka menentang Tuhan" ("Makna dari Tuhan Menentukan Kesudahan Manusia Melalui Kinerja Mereka" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaan batinku. Aku tidak menerima dipangkas dan ditangani karena aku tidak mengerti esensi dari tindakan-tindakanku. Kupikir tidak ada yang salah dalam apa yang kulakukan, tetapi pekerjaan dan tugasku telah lama menyimpang dari pengaturan kerja, namun aku tetap berpikir bahwa aku sepenuhnya setia. Aku berpikir tentang bagaimana dikatakan dalam pengaturan kerja bahwa "Engkau tidak perlu khawatir mengenai masalah-masalah umum ... Tidak perlu ada seseorang untuk memecahkannya ... Tidak perlu ada seseorang untuk memberi perhatian khusus pada semua itu, seorang pemimpin akar rumput dapat menanganinya." Namun demikian, pandanganku adalah bahwa semua pertanyaan yang disampaikan ke atas dari bawah harus menerima bimbingan dan jawaban, tidak peduli betapa besar persoalan itu. Hanya jika masalah-masalah tersebut terkelola dan terorganisasi dengan baik hatiku bisa tenang dan aku dapat melakukan devosi rohaniku. Ketika dihadapkan dengan fakta, aku melihat bahwa aku belum tunduk sepenuhnya dan tanpa syarat pada pengaturan kerja, tetapi sebaliknya aku mengikuti jalanku sendiri, dan karenanya aku berjuang untuk menyelaraskan diri dengan pekerjaan Roh Kudus saat ini. Aku selalu punya terlalu banyak kekhawatiran sehingga aku tak bisa pasrah, dan aku telah begitu congkak hingga aku bersikap sepenuhnya tidak masuk akal. Tuhan menggerakkan pemimpin untuk menangani hal-hal di dalam diriku yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, sehingga aku dapat memahami naturku yang suka memberontak terhadap Tuhan dan mengkhianati Tuhan, dan pada saat yang sama memahami pekerjaan Roh Kudus saat ini dan kehendak Tuhan, yaitu bahwa devosi rohani dan pemeriksaan diri haruslah diutamakan, dan aku tidak semestinya hanya berfokus pada pekerjaan. Namun, aku tidak menyadari bahwa esensi dari perbuatan-perbuatanku tersebut bertentangan dengan pengaturan kerja dan merupakan pemberontakan dan penentangan terhadap Tuhan. Alih-alih, aku menjadi terobsesi dengan mana yang benar dan yang salah, aku benar-benar gagal untuk memahami perkara-perkara rohani, dan aku benar-benar gagal memahami pekerjaan Tuhan. Kemudian, aku kembali teringat perkataan ini dalam sebuah khotbah: "Tidak penting orang yang mana, pemimpin yang mana, pekerja yang mana, yang memangkas dan menanganiku, dan tidak penting apakah itu sepenuhnya sesuai dengan fakta. Asalkan sebagian di antaranya sesuai dengan fakta, maka aku menerima dan menaatinya; asalkan sebagian di antaranya sesuai dengan fakta, maka aku menerimanya seutuhnya. Aku tidak berdalih kepada orang lain atau mengatakan aku menerima beberapa di antaranya tetapi tidak sisanya, dan aku tidak mencari alasan. Ini adalah ungkapan dari seseorang yang patuh pada pekerjaan Tuhan. Jika engkau tidak patuh secara demikian pada firman Tuhan dan pekerjaan Tuhan, akan sulit bagimu untuk memperoleh kebenaran, dan akan sulit bagimu untuk masuk ke dalam realitas firman Tuhan" ("Bagaimana Engkau Seharusnya Makan dan Minum Firman Tuhan untuk Mencapai Hasil" dalam "Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan I"). Ya, bahkan bila perkataan pemimpin tidak sepenuhnya sesuai dengan situasiku, aku harus menerima dan tunduk pada perkataannya itu. Sebab, ini adalah soal tunduk kepada Tuhan dan kebenaran, dan bukan kepada seseorang secara khusus. Dan terlebih lagi, bagaimana aku melakukan tugasku telah lama berlawanan dengan pengaturan kerja dan pekerjaan Roh Kudus. Bukankah aku seharusnya lebih sigap untuk menerima, untuk tunduk, dan berbalik arah? Dengan pengertian ini, aku secara sadar memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam tugasku, dan ketika aku telah memperoleh sedikit perbaikan dan lebih tenang untuk terlibat di dalam devosi rohani serta melakukan tugas penulisan artikel, aku menyaksikan bahwa Tuhan sendirilah yang melindungi pekerjaan-Nya, dan pekerjaan gereja berjalan sebagaimana mestinya, tanpa keterlambatan.

Setelah mengalami dua kali hajaran dan penghakiman serta menjalani pemangkasan dan penanganan, walaupun aku menderita pemurnian dan rasa sakit, hal-hal itu memberiku pemahaman mengenai diriku sendiri dan keadaanku yang tidak benar pun dipulihkan pada waktunya. Kemudian, aku membaca firman Tuhan berikut: "Tuhan itu sendiri tidak memiliki unsur ketidaktaatan; hakikat-Nya baik. Dia merupakan pengungkapan segala keindahan dan kebaikan, juga segenap kasih" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"). "Dia mengutukmu agar engkau bisa mengasihi-Nya, sehingga engkau bisa mengenal esensi daging; Dia menghajarmu agar engkau terbangun, agar engkau mengenal kekurangan-kekurangan di dalam dirimu, dan mengenal ketidaklayakan manusia. Maka, kutukan Tuhan, penghakiman-Nya, dan kemegahan serta murka-Nya—semua itu ditujukan untuk membuat manusia sempurna. Semua yang dilakukan Tuhan saat ini, dan watak benar yang diperjelas-Nya di dalam engkau semua—ini semua untuk menjadikan manusia sempurna. Demikianlah kasih Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). Pada saat itu, mau tak mau aku menghela napas lega: Tuhan adalah ungkapan dari semua keindahan dan kebaikan, hakikat-Nya indah dan baik, hakikat-Nya adalah kasih, sehingga apa pun yang berasal dari Tuhan baik dan indah. Entah itu penghakiman, entah itu hajaran, entah Dia mengatur orang-orang peristiwa, dan hal-hal di seputar kita untuk memangkas serta menangani kita, walaupun hal ini menyebabkan rasa sakit pada daging kita dan menghantam kita, tetapi segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah demi kebaikan hidup kita, dan semuanya itu adalah keselamatan dan kasih. Namun, aku sebelumnya tidak mengenal Tuhan atau pekerjaan-Nya, aku juga tidak mengerti upaya-Nya yang sungguh-sungguh. Ketika dihadapkan pada penghakiman dan hajaran, dengan pengalaman dipangkas dan ditangani, aku menentang dan menolak untuk menerimanya, sampai sedemikian rupa hingga aku bahkan menolaknya dengan meninggalkan amanat yang kuemban setiap kali, seakan-akan manusialah yang menyebabkan aku berkubang dalam masalah, dan aku sama sekali tidak mampu untuk menerima bahwa ini adalah dari Tuhan. Setelah dua kali disingkapkan oleh Tuhan, aku melihat bahwa meskipun aku sudah membaca firman Tuhan selama bertahun-tahun dan mendengar begitu banyak khotbah, dorongan batinku untuk menentang ketika dihadapkan pada penghakiman dan hajaran, dan ketika mengalami pemangkasan dan penanganan, masih begitu kuat, dan aku menolak semua itu sepenuhnya. Aku dapat melihat bahwa meskipun aku selama ini percaya kepada Tuhan, watakku belum berubah, natur Iblis berakar dalam di dalam diriku—sebuah natur yang sepenuhnya menentang dan mengkhianati Tuhan. Tiba-tiba, aku menyadari bahwa penghakiman dan hajaran serta pengalaman dipangkas dan ditangani adalah hal yang kuperlukan, dan bahwa semuanya itu merupakan perlindungan terbaik Tuhan bagiku. Tanpa mengalami jenis pekerjaan Tuhan ini, aku tidak akan memiliki pemahaman yang sejati mengenai diriku sendiri, dan aku tidak akan mampu melihat diriku sendiri yang sebenarnya, apalagi menyadari betapa dalamnya natur Iblis berakar di dalam diriku. Baru pada saat itulah aku mengerti mengapa Tuhan mengatakan bahwa kemanusiaan yang rusak adalah musuh-Nya, dan bahwa kita adalah keturunan Iblis. Dengan merenungkan firman Tuhan, hatiku menjadi tercerahkan. Aku melihat bagaimana Tuhan secara saksama mengatur orang dan peristiwa bagiku agar aku mengalami pekerjaan-Nya, agak aku masuk ke dalam realitas kebenaran, dan memimpinku menuju jalan hidup yang benar—ini benar-benar merupakan cara Tuhan mengangkatku dan menunjukkan kasih karunia kepadaku. Aku juga jadi menyadari bahwa segala sesuatu yang Tuhan kerjakan bagi manusia adalah kasih, dan bahwa penghakiman dan hajaran Tuhan, pemangkasan dan penanganan-Nya adalah kebutuhan terbesar manusia serta keselamatan terbaik manusia.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Mengapa Aku Takut Kalah?

Oleh Saudari Rena, Filipina Juni 2019, aku menerima pekerjaan baru Tuhan, lalu aku mulai menyirami petobat baru. Beberapa petobat baru...