Alasan Tersembunyi Takut Mengambil Tanggung Jawab

03 April 2023

Oleh Saudara George, Jepang

Aku bertanggung jawab atas penyiraman di gereja. Karena makin banyak yang menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman, gereja kami dibagi menjadi tiga gereja yang berbeda, dan aku diminta memimpin salah satunya. Setelah dibagi, ternyata banyak petobat baru yang jarang ikut pertemuan ditugaskan ke gerejaku. Pikirku, karena kami kekurangan staf penyiraman, menopang semua orang yang jarang ikut pertemuan akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Jika mereka dikeluarkan karena tidak disirami dengan baik, aku mungkin dianggap saudara-saudari tak mampu dan berkualitas rendah. Itu akan sangat memalukan. Lalu, aku mungkin dipangkas dan ditangani, atau harus bertanggung jawab atas kepergian mereka. Jika aku tidak memimpin, tapi hanya sebagai staf penyiraman, aku tak perlu memikul tanggung jawab itu. Aku merasakan adanya banyak tekanan, seperti menanggung beban besar. Aku pun menjadi tidak bersemangat. Pemimpin ingin kami membina lebih banyak orang untuk mengatasi kurangnya staf penyiraman. Tapi melihat banyaknya petobat baru yang jarang ikut pertemuan, aku sudah terintimidasi oleh kesulitan itu. Pikirku aku tak akan mampu melatih orang dengan cepat. Aku pun merasa kecil hati. Setelah itu, aku menjadi terlalu pasif dalam pekerjaanku. Aku tidak melakukan tugasku melatih atau menyirami petobat baru, yang merugikan pekerjaan kami. Merasa sangat kesal dan bersalah, aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, tingkat pertumbuhanku kurang. Melihat banyaknya kesulitan dan masalah di gereja baru ini, aku ingin pergi. Aku tahu itu bukan kehendak-Mu. Bimbinglah aku dalam merenung dan mengubah keadaanku yang salah agar bisa melakukan pekerjaan ini."

Aku membaca kutipan firman Tuhan di saat teduhku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada orang-orang yang takut memikul tanggung jawab saat melaksanakan tugas mereka. Jika gereja memberi mereka tugas, pertama-tama mereka akan mempertimbangkan apakah pekerjaan itu menuntut mereka untuk memikul tanggung jawab atau tidak, dan jika ya, mereka tidak akan menerima tugas itu. Syarat mereka untuk melaksanakan tugas adalah, pertama, tugas itu harus ringan; kedua, tugas itu tidak menyibukkan atau melelahkan; dan ketiga, apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak harus memikul tanggung jawab apa pun. Hanya tugas semacam itulah yang mau mereka lakukan. Orang macam apakah ini? Bukankah ini orang yang licin dan licik? Mereka tidak mau memikul tanggung jawab sekecil apa pun. Saat dedaunan jatuh dari pohon, mereka takut langit akan runtuh. Tugas apa yang mampu dilaksanakan oleh orang semacam ini? Apa gunanya mereka berada di rumah Tuhan? Pekerjaan rumah Tuhan berkaitan dengan pekerjaan melawan Iblis, serta menyebarluaskan Injil Kerajaan. Tugas apa yang tidak memerlukan tanggung jawab? Apakah menurutmu menjadi seorang pemimpin mengandung tanggung jawab? Bukankah tanggung jawab mereka lebih besar, dan bukankah mereka harus memikul tanggung jawab yang lebih besar? Engkau menyebarluaskan Injil, bersaksi, membuat video, dan lain-lain. Sebenarnya, pekerjaan yang kaulaksanakan, apa pun itu, mengandung tanggung jawab selama itu berkaitan dengan prinsip kebenaran. Jika engkau melaksanakan tugasmu tanpa prinsip, itu akan memengaruhi pekerjaan rumah Tuhan, dan jika engkau takut memikul tanggung jawab, berarti engkau tidak mampu melaksanakan tugas apa pun. Apakah orang yang takut memikul tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya adalah pengecut, atau apakah ada masalah dengan watak mereka? Engkau harus bisa membedakannya. Sebenarnya ini bukan masalah kepengecutan. Jika orang itu mengejar kekayaan atau melakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri, mengapa dia bisa begitu berani? Dia mau mengambil risiko apa pun. Namun, ketika dia melakukan sesuatu untuk gereja, untuk rumah Tuhan, dia sama sekali tak mau mengambil risiko. Orang-orang semacam itu egois dan keji, yang paling curang dari semuanya. Siapa pun yang tidak memikul tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya berarti tidak sedikit pun tulus kepada Tuhan, apalagi memiliki kesetiaan. Orang macam apa yang berani memikul tanggung jawab? Orang macam apa yang memiliki keberanian untuk menanggung beban yang berat? Orang yang bertindak sebagai pemimpin dan maju dengan berani pada saat genting dalam pekerjaan rumah Tuhan, yang tidak takut memikul tanggung jawab yang berat dan menanggung kesukaran besar, ketika mereka melihat pekerjaan yang paling penting dan krusial. Seperti itulah orang yang setia kepada Tuhan, prajurit Kristus yang baik. Apakah dalam hal ini semua orang yang takut memikul tanggung jawab dalam tugas mereka bersikap seperti itu karena mereka tidak memahami kebenaran? Tidak; itu adalah masalah dalam kemanusiaan mereka. Mereka tidak memiliki rasa keadilan atau tanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang egois dan keji, bukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dengan hati yang tulus. Mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun, dan karena alasan-alasan inilah, mereka tidak dapat diselamatkan. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan harus banyak membayar harga untuk memperoleh kebenaran, dan mereka akan menemui banyak rintangan ketika menerapkan kebenaran. Mereka harus meninggalkan segala sesuatu, meninggalkan kesenangan daging mereka dan menanggung sedikit penderitaan. Hanya dengan cara demikian, mereka akan mampu menerapkan kebenaran. Jadi, dapatkah orang yang takut memikul tanggung jawab menerapkan kebenaran? Tentu saja tidak, apalagi memperoleh kebenaran. Mereka takut menerapkan kebenaran, takut menimbulkan kerugian bagi kepentingan mereka; mereka takut dihina, diremehkan, dan dikritik. Mereka tidak berani menerapkan kebenaran sehingga mereka tak mampu memperolehnya, dan seberapapun lamanya mereka percaya kepada Tuhan, mereka tidak dapat memperoleh keselamatan-Nya" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Tulisan dalam firman Tuhan serasa tamparan bagiku. Tuhan berkata mereka yang takut bertanggung jawab dalam tugas adalah yang paling egois, hina, dan licik. Mereka tak bisa menerapkan kebenaran dan memperoleh keselamatan. Tindakanku seperti itu. Saat melihat banyak petobat baru yang jarang ikut pertemuan dan sedikit orang yang bisa dilatih, aku tidak memedulikan kehendak Tuhan, membina calon yang layak dan menyirami petobat baru dengan baik agar mereka bisa cepat berada di jalan yang benar. Aku menganggap mereka beban. Aku memikirkan banyaknya waktu dan tenaga diperlukan untuk menopang mereka, dan anggapan rendah orang lain akan diriku jika kerjaku buruk. Aku akan dipangkas dan ditangani, dan bertanggung jawab jika bermasalah. Ini seperti pekerjaan berat yang mungkin tak membuahkan hasil. Aku pun ingin menolaknya. Meski memaksakan diri, aku tetap tidak bersemangat. Karena aku tidak bertanggung jawab, orang-orang akhirnya tak jadi dilatih, dan sebagian lainnya tak ikut pertemuan. Injil Tuhan di akhir zaman tengah berkembang pesat, dan makin banyak yang mengandalkan Tuhan. Dia ingin petobat baru disirami dan ditopang dengan baik, tapi aku hanya mementingkan diriku, bukan kehendak Tuhan. Aku juga tidak memikirkan jalan masuk kehidupan para petobat baru. Aku sangat egois dan membuat Tuhan sangat kecewa! Di gereja baru lainnya, kulihat orang lain bisa menegakkan pekerjaan gereja tanpa memikirkan keuntungan atau kerugian pribadi. Mereka berusaha yang terbaik menyirami petobat baru tanpa memedulikan kesulitannya. Mereka orang percaya sejati yang berbakti pada tugas. Aku merasa malu dan hina. Aku tak boleh lagi memikirkan kepentinganku dan menunda pekerjaan gereja. Aku harus memikul tanggung jawab ini dan berusaha keras agar petobat baru disirami dengan baik. Setelah itu, aku mulai aktif bekerja sama dan berusaha menyirami beberapa orang yang bisa dibina. Setelah memahami kehendak Tuhan, mereka pun menjadi aktif dalam tugas. Kami saling bekerja sama dan menopang petobat baru bersama. Setelah beberapa waktu, sebagian petobat baru mulai rutin ikut pertemuan. Aku sangat bahagia dan bersyukur kepada Tuhan.

Tapi tak lama kemudian, aku mengalami situasi yang sama lagi. Suatu hari, pemimpin memberitahuku, "Gereja Shuiyuan baru saja didirikan. Beberapa petobat baru jarang ikut pertemuan dan tak banyak staf penyiraman yang baik. Pekerjaan berjalan lambat. Kau saja yang bertanggung jawab atas gereja itu." Saat pemimpin mengatakan ini, aku sadar kehendak Tuhan ada di balik situasi ini. Terakhir kali gereja dibagi, aku takut mengambil tanggung jawab, sehingga pekerjaan gereja tertunda. Kali ini aku harus tunduk dan bertugas dengan benar. Tapi aku bimbang saat melihat keadaan Gereja Shuiyuan saat ini. Gereja yang kupimpin baru mulai membaik dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Memimpin gereja lain akan butuh banyak waktu dan tenaga. Jika aku tak bisa menopang Shuiyuan dan tak bisa mengurus pekerjaan di gerejaku saat ini, apa anggapan orang akan diriku? Jika hanya memimpin satu gereja, aku tak akan terlalu sibuk, dan bisa benar-benar fokus bekerja dengan baik. Semua orang pun akan kagum dengan diriku, dan mungkin aku bisa mendapat promosi. Oleh karena itu, aku merasa akan kewalahan jika harus memimpin Gereja Shuiyuan. Pokoknya, itu tidak bermanfaat bagiku. Aku tak mau menerimanya. Tapi jika aku menolak dan tak ada yang menerimanya, pekerjaan gereja akan terpengaruh. Hatiku jadi bimbang. Pemimpin melihat keadaanku dan membagikan kutipan firman Tuhan: "Jika engkau cukup mahir dalam jenis pekerjaan profesional tertentu, dan telah melakukannya sedikit lebih lama daripada yang lain, maka tugas yang lebih sulit harus diberikan kepadamu. Engkau harus menerima bahwa itu adalah dari Tuhan dan taat. Jangan bersikap memilih-milih dan mengeluh, berkata, 'Mengapa orang selalu mempersulit diriku? Mereka memberikan semua tugas yang mudah kepada orang lain, dan memberiku tugas yang sulit. Bukankah mereka hanya berusaha mempersulit hidupku?' Apa maksudmu 'berusaha mempersulit hidupmu'? Pengaturan kerja disesuaikan dengan masing-masing individu—mereka yang mampu harus melakukan lebih banyak pekerjaan. Engkau telah belajar banyak dan Tuhan telah memberimu banyak hal, jadi pantas bagimu untuk diberi beban yang lebih berat. Ini tidak dilakukan untuk mempersulitmu, beban yang telah diberikan padamu benar-benar tepat untukmu: ini adalah tugasmu, jadi jangan berusaha memilah dan memilih, atau menolak, atau melarikan diri darinya. Mengapa menurutmu itu sulit? Sebenarnya, jika engkau melaksanakannya dengan segenap hatimu, engkau pasti mampu menyelesaikan tugas ini sepenuhnya. Bahwa engkau merasa tugas itu sulit, merasa seolah-olah engkau sedang diperlakukan tidak adil, seolah-olah engkau dengan sengaja dipersulit, itu adalah penyingkapan watak yang rusak, ini berarti menolak untuk melakukan tugasmu, dan tidak menerima dari Tuhan; ini berarti tidak menerapkan kebenaran. Ketika engkau memilah dan memilih tugasmu, melakukan tugas yang enak dan mudah, tugas yang membuatmu terlihat baik, maka ini adalah watak Iblis yang rusak. Jika engkau tak mampu menerima tugasmu dan tak mampu tunduk, ini membuktikan bahwa engkau masih memberontak terhadap Tuhan, bahwa engkau menentang, menolak, menghindari—hal mana merupakan watak yang rusak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Kutipan ini menyentuh hatiku. Pemimpin tak berusaha menyulitkanku dengan meminta aku memimpin gereja lain. Aku sudah cukup lama melakukan penyiraman, seharusnya aku bisa melakukan ini jika mau berkorban. Aku terlalu egois, hanya memikirkan kepentinganku dan tak mau berkorban lebih. Aku juga takut akan terlihat buruk jika tak bekerja dengan baik. Aku tak mau memikul tanggung jawab, jadi aku menolaknya. Aku sungguh tidak patuh. Gereja yang memercayakanku dengan tugas penting seperti menyirami petobat baru adalah rahmat dan keinginan Tuhan. Aku harus tunduk dengan ikhlas dan melakukan yang terbaik. Itu yang akan dilakukan orang dengan hati nurani dan nalar. Dengan mengandalkan Tuhan dan bekerja sama dengan-Nya, aku tahu akan dibimbing Tuhan agar bekerja dengan baik. Lalu aku berdoa dalam hati, siap melepas kekhawatiranku dan mengambil tanggung jawab itu.

Lalu, aku merenung dan mencari. Mengapa aku selalu ingin menolak tugas dan tak pernah memikul beban? Aku membaca kutipan firman Tuhan. "Apa pun yang mereka lakukan, antikristus terlebih dahulu memikirkan kepentingan mereka sendiri, dan mereka hanya bertindak setelah mereka memikirkan semuanya; mereka tidak menaati kebenaran dengan sungguh-sungguh, dengan tulus, dengan mutlak dan dengan tidak berkompromi, tetapi melakukannya secara selektif dan bersyarat. Lalu apa syaratnya? Syaratnya status dan reputasi mereka harus terlindungi, dan tidak boleh sedikit pun dirugikan. Hanya setelah syarat ini dipenuhi, barulah mereka akan memutuskan dan memilih apa yang harus dilakukan. Artinya, antikristus memikirkan dengan serius bagaimana cara memperlakukan prinsip-prinsip kebenaran, amanat Tuhan, dan pekerjaan rumah Tuhan, atau bagaimana menangani hal-hal yang mereka hadapi. Mereka tidak memikirkan bagaimana memenuhi kehendak Tuhan, bagaimana menjaga agar tidak merugikan kepentingan rumah Tuhan, bagaimana memuaskan Tuhan, atau bagaimana memberi manfaat bagi saudara-saudari; semua ini bukanlah hal-hal yang mereka pikirkan. Apa yang antikristus pikirkan? Mereka memikirkan apakah status dan reputasi mereka sendiri akan terpengaruh, dan apakah gengsi mereka akan menurun atau tidak. Jika melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip kebenaran bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan saudara-saudari, tetapi akan menyebabkan reputasi mereka sendiri dirugikan dan menyebabkan banyak orang menyadari tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya serta mengetahui natur dan esensi seperti apa yang mereka miliki, mereka pasti tidak akan bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran. Jika melakukan pekerjaan nyata akan membuat lebih banyak orang mengagumi, menghormati, dan memuja mereka, atau memungkinkan perkataan mereka memiliki otoritas dan membuat lebih banyak orang tunduk kepada mereka, maka mereka akan memilih untuk melakukannya dengan cara itu; jika tidak, mereka tidak akan pernah memilih untuk mengabaikan kepentingan mereka sendiri karena memikirkan kepentingan rumah Tuhan atau saudara-saudari. Inilah natur dan esensi antikristus. Bukankah ini egois dan keji?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur itu? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa memiliki emosi yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah falsafah hidup manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan ini telah menjadi natur manusia yang rusak, potret sebenarnya dari natur jahat manusia yang rusak, dan natur jahat ini telah menjadi dasar bagi keberadaan manusia yang rusak; selama ribuan tahun, manusia yang rusak telah hidup berdasarkan racun Iblis ini, hingga hari ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). Kutemukan jawabannya di firman Tuhan. Alasan utama aku tak mau memikul beban berat karena aku hidup dengan watak antikristus, bertindak egois dan licik. Semua hal yang kulakukan hanya demi keuntunganku, asalkan kepentingan pribadiku masih terpenuhi. Aku tidak memikirkan kehendak Tuhan atau menegakkan pekerjaan gereja. Saat melihat banyak petobat baru di gereja baruku jarang ikut pertemuan, aku takut keberhasilanku dalam tugas akan terpengaruh, sehingga merusak reputasiku. Saat pemimpin memintaku mengawasi Gereja Shuiyuan, aku tahu jika petobat baru di sana tak segera disirami, mereka bisa diganggu pendeta agama dan akhirnya keluar. Tapi aku tak mau menerima pekerjaan penyiraman di sana. Aku menimbang untung ruginya bagi diriku, hanya memikirkan cara melakukan pekerjaan yang sudah jadi tanggung jawabku. Dengan begitu, aku tak akan merasa stres dan tak perlu terlalu menderita. Jika akhirnya mencapai sesuatu, aku akan dianggap berhasil dan punya kesan yang baik. Aku hidup dengan racun jahat, "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri." Saat menghadapi sesuatu, aku akan lebih dulu melihat manfaatnya untuk reputasiku. Jika kepentinganku dirugikan, sekalipun baik untuk pekerjaan gereja, aku tak mau melakukannya. Aku akan melawan dan menolak, benar-benar tidak tulus atau tunduk kepada Tuhan. Mereka yang baru menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman belum mengetahui kebenaran. Mereka rentan terhadap campur tangan pendeta yang bisa menipu dan membuat mereka pergi, jadi gereja memberiku tugas menyirami dan menopang mereka. Dihadapkan pada tugas utama itu, aku tidak mengambil tanggung jawab dan memenuhi tugasku, tapi takut reputasiku akan rusak jika tak bekerja dengan baik. Itu jenis watak yang sama dengan antikristus—egois, hina, dan mementingkan diri sendiri. Aku menyesal dan bersalah. Aku sungguh berutang budi dan ingin bertobat kepada Tuhan.

Lalu, aku kembali membaca firman Tuhan. "Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah perbuatan seseorang itu baik atau buruk? Itu tergantung pada apakah mereka, dalam pemikiran, ungkapan, dan tindakan mereka, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, dengan demikian tidak diragukan lagi, engkau adalah seorang pelaku kejahatan. Bagaimana Tuhan memandang pelaku kejahatan? Pemikiran dan tindakan lahiriahmu tidak menjadi kesaksian untuk Tuhan, juga tidak mempermalukan atau mengalahkan Iblis; sebaliknya, pemikiran dan tindakan lahiriahmu mempermalukan Tuhan, dan penuh dengan tanda-tanda yang menyebabkan Tuhan menjadi malu. Engkau tidak bersaksi bagi Tuhan, tidak mengorbankan dirimu untuk Tuhan, engkau juga tidak memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu kepada Tuhan; sebaliknya, engkau bertindak demi kepentinganmu sendiri. Apakah sebenarnya arti dari 'demi kepentinganmu sendiri'? Tepatnya, itu berarti demi Iblis. Karena itu, pada akhirnya, Tuhan akan berkata, 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Di mata Tuhan, engkau belum melakukan perbuatan baik, tetapi sebaliknya, perilakumu telah berubah menjadi jahat. Bukan hanya gagal mendapatkan perkenanan Tuhan, perbuatan itu akan dikutuk. Apa yang ingin diperoleh orang yang percaya kepada Tuhan seperti ini? Bukankah kepercayaan seperti itu pada akhirnya akan sia-sia?" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan sangat jelas. Tuhan tidak melihat seberapa banyak kita menderita, tapi apa yang ada di hati kita dan yang ditunjukkan saat bertugas, dan apakah kita punya kesaksian tentang menerapkan kebenaran. Jika motif bertugas bukan untuk memuaskan Tuhan, dan mereka tidak menerapkan kebenaran, maka tak peduli berapa banyak yang mereka berikan, Tuhan melihatnya sebagai perbuatan jahat dan melawan. Memikirkan kembali yang diungkapkan pola pikirku saat itu, aku selalu memikirkan dan merencanakan kepentinganku, dan ingin menghindari tugas. Meski berat hari menerimanya, aku tidak bertanggung jawab. Aku tak melatih mereka yang seharusnya kulatih, dan sebagian petobat baru jarang ikut pertemuan karena aku telat menyirami mereka. Motif dan perilakuku menjijikkan bagi Tuhan. Di mata Tuhan, aku berbuat jahat dan melawan Dia. Selama ini, aku telah jadi orang percaya dan menikmati kebenaran yang melimpah dari Tuhan, tapi tak pernah berpikir untuk membalas kasih Tuhan. Saat pekerjaan gereja sangat butuh dukungan, aku tak mau memikul beban berat. Aku tidak melakukan tugasku dan memuaskan Tuhan. Aku sungguh tak punya hati nurani atau kemanusiaan. Aku berdoa dalam hati, "Ya, Tuhan, dalam tugas, aku mengejar nama dan status tanpa benar-benar melindungi pekerjaan gereja. Aku sangat egois. Aku belum bertugas dengan baik, dan berutang budi kepada-Mu. Tuhan, terima kasih telah memberiku kesempatan lagi. Aku mau bertobat, memikul beban ini, dan berusaha yang terbaik dalam tugasku demi menebus pelanggaran di masa lalu."

Lalu, aku membaca kutipan firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Tuhan berfirman: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egoistis, niat, motif, kesombongan, dan status pribadi. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin mereka bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egoistis, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus engkau lakukan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik untuk menjalani hidupmu. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan menjadi tercela atau jahat. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dari firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan, yaitu membuang kepentinganku dan mengutamakan kepentingan gereja saat ada masalah. Aku ingin menjalankan firman Tuhan, tak lagi hanya mengutamakan kepentinganku sendiri, dan tak lagi memikirkan anggapan orang lain terhadapku. Aku harus bertanggung jawab dan mengambil pekerjaan ini. Aku juga sadar aku tak pernah mau pekerjaan yang menantang, takut akan dipandang rendah, atau ditangani jika kerjaku buruk. Aku tak paham maksud baik Tuhan menyelamatkan manusia. Memberiku pekerjaan yang lebih sulit adalah rahmat Tuhan. Tuhan memakai tantangan ini agar aku belajar mengandalkan-Nya dan mencari kebenaran untuk mengatasi masalah. Dalam menjalankan tugasku, memikul beban berat, dipangkas dan ditangani atau disingkap saat menghadapi kesulitan, semua itu adalah hal baik yang memberiku kesempatan melihat kesalahan dan kekuranganku dengan lebih baik agar bisa lebih fokus dalam mencari dan melengkapi diri dengan kebenaran untuk menutupi kelemahanku. Sangat berguna bagiku untuk memahami kebenaran dan berkembang dalam hidup. Itu kasih Tuhan.

Setelah paham kehendak Tuhan, sikapku terhadap tugas berubah. Untuk melaksanakan pekerjaan di dua gereja, aku tak bisa hanya mengandalkan kemampuanku. Apa yang bisa kulakukan terbatas, jadi aku fokus melatih orang. Setelah saudara-saudari tahu kehendak Tuhan, mereka bisa bertugas. Itu akan membuat pekerjaan lebih mudah. Lalu, aku bisa memfokuskan tenagaku pada tugas penting. Jadi, aku berdiskusi dan menentukan orang untuk berlatih dengan staf penyiraman, lalu mengadakan pertemuan dan persekutuan tentang firman Tuhan untuk mengatasi kesulitan dan masalah mereka yang sebenarnya. Aku terkejut saat beberapa saudara-saudari memahami pekerjaan Tuhan, memperoleh iman, dan ingin bertugas. Saat kami bekerja sama, aku menjadi jauh lebih efisien dalam tugasku, dan beberapa proyek selesai dalam waktu singkat. Mereka juga berlatih dan lebih bersemangat melakukan tugas. Setelah cukup lama disirami dan ditopang, banyak petobat baru yang telah memahami pekerjaan Tuhan, membangun dasar di jalan yang benar, dan secara aktif ikut pertemuan. Hatiku sungguh tersentuh melihat semua ini. Setelah aku membuang kepentinganku, memikul beban, dan berusaha maksimal bertugas, tak kusangka, aku telah berkembang dan mencapai banyak hal dalam tugasku. Kini, aku tak lagi takut mengambil tanggung jawab. Aku mau menerapkan kebenaran dan bertugas demi memuaskan Tuhan.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Firman Tuhan Memimpin Jalan

Oleh Saudari Xiaocheng, Shaanxi Firman Tuhan berkata: "Maksud Tuhan dalam menyingkapkan manusia bukanlah untuk menyingkirkan mereka, tetapi...