Perjuangan untuk Menjadi Orang yang Jujur

02 September 2020

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Kerajaan-Ku memerlukan orang-orang yang jujur, tidak munafik, dan tidak curang. Bukankah orang-orang tulus dan jujur tidak disenangi di dunia? Sebaliknya bagi-Ku. Aku menerima orang-orang jujur untuk datang kepada-Ku; Aku menyenangi orang-orang seperti ini, Aku juga membutuhkan orang-orang seperti ini. Ini justru adalah kebenaran-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 33"). "Engkau semua harus tahu bahwa Tuhan menyukai orang yang jujur. Hakikat Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya. Selain itu, tindakan-Nya tidak mengandung kesalahan dan tidak untuk dipertanyakan. Inilah sebabnya Tuhan suka orang yang benar-benar jujur kepada-Nya. Kejujuran berarti memberikan hatimu kepada Tuhan; tidak pernah menipu-Nya dalam hal apa pun; terbuka kepada-Nya dalam segala sesuatu, tidak pernah menyembunyikan kebenaran; tidak pernah melakukan hal yang menipu mereka yang di atas dan memperdaya mereka yang di bawah; dan tidak pernah melakukan hal yang semata-mata demi mengambil hati Tuhan. Singkatnya, jujur adalah menjauhkan diri dari ketidaksucian dalam tindakan dan kata-katamu dan tidak menipu Tuhan maupun manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). Membaca firman Tuhan mengingatkanku ketika dahulu aku menghasilkan uang dengan cara yang tidak jujur dalam bisnisku. Aku hidup tanpa keserupaan dengan manusia sedikit pun. Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa dan menjalani penghakiman dan hajaran firman-Nya, akhirnya aku memahami sedikit tentang watak jahatku yang egois dan curang. Ada perubahan dalam sudut pandangku dan aku mulai menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur.

Beberapa tahun yang lalu, aku membuka toko reparasi peralatan elektronik. Aku ingin menjadi pengusaha yang jujur dan hanya ingin menghasilkan uang yang cukup bagi keluargaku. Namun setelah sibuk bekerja selama beberapa waktu, aku menyadari bahwa uang yang kuhasilkan hanya cukup untuk keluargaku bertahan hidup, dan tak mungkin bisa menabung. Terkadang penghasilan bulananku bahkan lebih rendah dari karyawan pemula. Istriku selalu mengeluh kepadaku tentang hal itu, mengatakan bahwa aku terlalu jujur dan tidak tahu cara berbisnis. Saudara iparku juga turut menasihatiku. Dia berkata, "Kita hidup di zaman uang, dan bagaimanapun caranya, kau harus membuat orang menyerahkan uang mereka sebagai bukti kecakapanmu." Dia juga mengatakan hal-hal seperti, "Tidak ada kekayaan tanpa kelicikan" dan "Uang membuat dunia berputar" untuk membuatku sadar dan mengikuti tren, berbisnis seperti orang lain dan jangan terlalu keras kepala. Kupikir mereka ada benarnya, tetapi aku sama sekali tak tega menipu para pelangganku. Aku merasa aku tidak akan pernah sanggup melawan hati nuraniku.

Kemudian aku memperhatikan Pak Qian, pemilik toko reparasi peralatan elektronik di dekat tokoku, hampir tak memiliki keterampilan teknis apa pun. Dia hanya mampu memperbaiki beberapa kerusakan kecil, tetapi dia memasang papan besar di depan tokonya yang tertulis "Perbaikan Kelas Satu untuk Semua Peralatan." Dia menarik banyak pelanggan dengan cara itu. Dia selalu menerima perbaikan dan mereparasinya sendiri jika kerusakannya ringan. Kalau tidak, dia hanya mengirimnya ke tempat perbaikan lain dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Dia menghasilkan banyak uang dengan cara itu. Suatu saat, ketika kami mengobrol, dia memberitahuku cara dia menghasilkan uang. Dia mengatakan bahwa jika komponen kecil dari sebuah peralatan rusak, dia akan mengganti semua komponennya sehingga dia dapat menagih biaya lebih besar. Para pelanggan tidak tahu apa-apa. Dia mengatakan kami hidup dalam masyarakat yang berorientasi pada uang, dan "Tak masalah kucing itu putih atau hitam, asalkan bisa menangkap tikus." Dia juga mengatakan bahwa bisa menghasilkan uang artinya kita cakap, kalau tidak, betapapun baiknya seseorang, dia akan dipandang rendah. Setelah mendengar "nasihat cemerlang" orang ini, kupikir, "Kita hidup di zaman uang. Orang lain akan melakukan apa pun demi uang dan tidak ada yang namanya integritas, jadi apa gunanya jika aku satu-satunya orang yang jujur? Selain itu, berbisnis dengan jujur tidak membuatku berhasil. Orang ini memperbaiki barang sama seperti diriku dan dia menjalani kehidupan yang enak. Seluruh keluarganya hidup berkecukupan, tetapi aku hanya menghasilkan cukup uang untuk bertahan hidup. Sepertinya aku terlalu keras kepala. Aku harus mencari cara untuk menghasilkan uang lebih banyak agar keluargaku mendapatkan kehidupan yang lebih baik." Setelah itu, aku mulai belajar dari "keberhasilan" rekan-rekanku dan menggunakan cara-cara curang untuk menipu para pelangganku. Aku merasa tidak tenang, tetapi aku tidak memikirkannya sehingga aku dapat menghasilkan uang lebih banyak.

Suatu hari, seorang pelanggan datang untuk perbaikan. Saat aku melepas komponen yang rusak aku juga langsung melepaskan beberapa komponen yang tidak rusak sehingga dia akan berpikir ada lebih banyak komponen yang rusak, dan dia pasti tidak mengetahui jika aku menagih biaya lebih besar. Pepatah lama yang berbunyi, "Sama bersalahnya seperti pencuri," sangatlah benar. Awalnya aku benar-benar gugup dan jantungku berdebar kencang, takut dia tahu yang sebenarnya dan menangkap basah diriku. Itu akan memalukan. Namun aku hanya memperlihatkan wajah tenang dan mengganti semua komponen itu. Ketika tiba saatnya untuk membayar, aku dengan teganya menagih biaya 50% lebih besar daripada sebelumnya. Aku terus menundukkan kepalaku, tidak berani menatap matanya, tetapi di luar dugaanku, dia membayarnya tanpa sepatah kata pun. Akhirnya aku menghela napas lega setelah dia pergi. Wajah dan punggungku dipenuhi keringat dan aku merasakan kegelisahan yang aneh. Namun saat aku melihat uang tambahan yang kuperoleh, perasaan itu dengan cepat lenyap.

Sejak itu aku mulai memikirkan segala macam tipu daya untuk menagih biaya lebih besar kepada pelanggan. Awalnya hati nuraniku merasa bersalah, tetapi diam-diam aku mendorong diriku agar aku bisa terus mendapatkan tambahan penghasilan. "Aku tidak boleh terlalu lunak—'Seperti halnya pikiran picik tidak bisa menghasilkan pria bermartabat, adalah wajar jika pria sejati itu beracun.' Aku harus cerdik jika ingin menghasilkan uang. Selain itu, semua orang melakukannya, bukan hanya diriku." Setelah beberapa saat rasa bersalah itu memudar dan aku menjadi semakin mahir dan canggih dalam "keterampilan"-ku menghasilkan uang. Aku juga belajar cara membaca orang dan memeriksa keadaan, memperlakukan orang yang berbeda secara berbeda. Aku belajar lebih banyak tipu daya. Ketika pelanggan yang kaya datang, aku selalu menyenangkan mereka, mengatakan apa yang ingin mereka dengar dan menyanjung mereka sehingga akan lebih mudah bagiku untuk menagih biaya lebih besar. Saat aku kedatangan pelanggan yang sangat cemas, aku selalu berpura-pura perbaikannya sangat banyak, lalu dengan sengaja mengambil waktu lebih lama. Dengan begitu mereka pasti memberiku uang lebih banyak. Beberapa pelanggan lebih cerdik, jadi biasanya aku membuat-buat alasan agar mereka meninggalkan barang mereka dan mengambilnya di lain hari, dan ketika mereka datang kembali aku selalu mengatakan bahwa aku menemukan kerusakan lain. Aku menghasilkan uang lebih banyak, dan aku tidak lagi gugup saat sendirian. Jadi, aku terus memeras otakku untuk menagih biaya lebih besar kepada para pelanggan. Aku menghasilkan uang lebih banyak dan menjalani kehidupan yang lebih nyaman, tetapi aku sama sekali tidak merasakan kebahagiaan atau sukacita di hatiku. Sebaliknya, setiap kali aku teringat dengan hal-hal tercela dan tak bermoral yang kulakukan aku merasa takut dan gelisah. Terkadang aku suka berpikir, "Aku harus berhenti. Aku seharusnya tidak lagi menjalankan bisnis curang ini. Seperti yang mereka katakan, 'Kebaikan dibalas dengan kebaikan, dan kejahatan dengan kejahatan.' Aku akan mendapatkan balasan yang setimpal." Namun ketika aku membayangkan semua uang itu di tanganku, aku sama sekali tidak bisa bertekad untuk berhenti.

Tepat saat aku semakin jatuh dalam kebejatan dan mati rasa, adik perempuanku membagikan Injil Kerajaan Tuhan Yang Mahakuasa kepadaku. Setelah menerima pekerjaan Tuhan, aku mulai berkumpul dengan saudara-saudari dan sering membaca firman Tuhan. Aku pernah membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa ini dalam sebuah pertemuan: "Manusia telah berjalan melalui berbagai masa yang berbeda ini bersama Tuhan, tetapi tidak menyadari bahwa Tuhan mengatur nasib segala hal dan semua makhluk hidup, atau memahami cara Tuhan mengatur dan mengarahkan segala sesuatu. Ini adalah sesuatu yang gagal dipahami manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang. Alasannya bukan karena perbuatan-perbuatan Tuhan terlalu sulit dipahami, atau karena rencana Tuhan masih belum diwujudkan, tetapi karena hati dan roh manusia terlalu jauh dari Tuhan sehingga manusia tetap melayani Iblis pada saat bersamaan dengan mengikuti Tuhan—dan sama sekali tidak menyadarinya. Tidak seorang pun berusaha mencari jejak langkah ataupun penampakan yang diwujudkan-Nya, dan tak seorang pun bersedia untuk hidup dalam pemeliharaan dan penjagaan Tuhan. Sebaliknya, mereka malah mau bergantung pada kebusukan Iblis, si jahat, agar bisa menyesuaikan diri dengan dunia ini dan aturan-aturan kehidupan yang diikuti oleh umat manusia yang jahat. Pada titik ini, hati dan roh manusia sudah dipersembahkan sebagai upeti kepada Iblis dan menjadi makanan Iblis. Lebih dari itu, hati dan roh manusia telah menjadi tempat Iblis berdiam dan menjadi tempat bermainnya yang pas. Dengan demikian, manusia tanpa sadar kehilangan pemahamannya tentang prinsip-prinsip kemanusiaan, dan nilai serta makna keberadaan manusia. Hukum Tuhan dan perjanjian antara Tuhan dan manusia perlahan menghilang dari hati manusia dan manusia berhenti mencari atau mengindahkan Tuhan. Dengan berlalunya waktu, manusia tak lagi mengerti alasan Tuhan menciptakan dirinya, maupun memahami perkataan yang keluar dari mulut-Nya dan segala hal yang datang dari Tuhan. Manusia kemudian mulai menentang hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan, hati dan rohnya menjadi mati rasa .... Tuhan kehilangan manusia yang Dia awalnya ciptakan, dan manusia kehilangan akar asal mula keberadaannya: Inilah kenestapaan umat manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Firman Tuhan mencerminkan kenyataan. Meskipun aku mendapatkan banyak uang di dunia ini dan kenyamanan fisikku lebih baik daripada sebelumnya, aku merasa kosong dan menderita di hatiku, dan semua itu karena aku telah menjauhkan diri dari Tuhan, menentang tuntutan-Nya bagi manusia, dan hidup berdasarkan aturan Iblis untuk bertahan hidup. Waktu awal aku membuka toko, aku menghasilkan uang dengan hati nurani yang bersih, dan meskipun aku tidak menghasilkan banyak uang, aku merasa damai. Namun kemudian aku dipengaruhi oleh lingkunganku, dan melihat orang lain menjadi kaya dengan cara-cara curang. Aku juga mulai menerima pepatah, "Tidak ada kekayaan tanpa kelicikan," "Uang membuat dunia berputar," dan "Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang, engkau tidak bisa melakukan apa pun," dan aturan-aturan untuk bertahan hidup semacamnya dari Iblis. Aku mengikuti tren jahat dan meninggalkan prinsip dasarku sendiri untuk menghasilkan uang, mengabaikan hati nuraniku untuk menipu pelanggan sehingga mereka membayar uang lebih banyak. Uang berada di tanganku, tetapi semuanya berasal dari kecurangan. Setiap kali aku mengingat hal-hal hina dan tak bermoral yang telah kulakukan, aku merasa buruk tentang diriku sendiri dan tidak bisa menemukan kedamaian. Aku hidup dalam ketakutan, khawatir suatu hari seseorang akan membuka kedokku dan aku dikecam. Skenario terburuknya, aku bahkan bisa dilaporkan ke polisi. Aku selalu gelisah. Itu cara yang menyakitkan untuk hidup. Namun hari itu aku mengerti bahwa itu semua karena aku hidup berdasarkan filsafah iblis. Ini adalah akibat dari diikat dan dibodohi oleh aturan Iblis. Tanpa bimbingan firman Tuhan, aku tidak akan pernah menyadari kenyataan tentang bagaimana Iblis mencelakakanku.

Kemudian seorang saudari membacakan beberapa bagian firman Tuhan untukku: "Engkau semua harus tahu bahwa Tuhan menyukai orang yang jujur. Hakikat Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya. Selain itu, tindakan-Nya tidak mengandung kesalahan dan tidak untuk dipertanyakan. Inilah sebabnya Tuhan suka orang yang benar-benar jujur kepada-Nya. Kejujuran berarti memberikan hatimu kepada Tuhan; tidak pernah menipu-Nya dalam hal apa pun; terbuka kepada-Nya dalam segala sesuatu, tidak pernah menyembunyikan kebenaran; tidak pernah melakukan hal yang menipu mereka yang di atas dan memperdaya mereka yang di bawah; dan tidak pernah melakukan hal yang semata-mata demi mengambil hati Tuhan. Singkatnya, jujur adalah menjauhkan diri dari ketidaksucian dalam tindakan dan kata-katamu dan tidak menipu Tuhan maupun manusia." "Kerajaan-Ku memerlukan orang-orang yang jujur, tidak munafik, dan tidak curang. Bukankah orang-orang tulus dan jujur tidak disenangi di dunia? Sebaliknya bagi-Ku. Aku menerima orang-orang jujur untuk datang kepada-Ku; Aku menyenangi orang-orang seperti ini, Aku juga membutuhkan orang-orang seperti ini. Ini justru adalah kebenaran-Ku" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Kemudian dia menyampaikan persekutuan ini: "Tuhan pada dasarnya setia. Dia menyukai dan memberkati orang yang jujur. Dalam hubungan kita dengan orang lain di dunia, kita hidup berdasarkan hukum Iblis, 'Jangan pernah bekerja tanpa upah.' Perkataan dan perbuatan kita semuanya adalah demi keuntungan pribadi, dan kita berbohong dan menipu tanpa penyesalan. Kita tidak tahu apa artinya menjadi orang baik. Namun kepercayaan kepada Tuhan sekarang berbeda. Dia menuntut kita untuk menjadi orang yang jujur, mengatakan yang sebenarnya, dan bersikap tulus. Dia meminta agar kita menerima pemeriksaan-Nya dalam setiap perkataan dan perbuatan kita, agar kita bersikap terbuka dan jujur, dan tidak berusaha menipu atau mencurangi Tuhan atau manusia. Hanya orang jujur yang memiliki keserupaan dengan manusia sejati, dan hanya mereka yang bisa menjadi kesaksian dan mempermuliakan Tuhan." Aku belajar dari firman Tuhan bahwa Dia menyukai orang yang jujur dan aku harus bertindak sesuai dengan tuntutan-Nya. Aku mulai berlatih berbicara dengan jujur kepada saudara-saudari, dan tidak menipu mereka, tetapi aku masih khawatir saat berbisnis. Aku merasa lebih mudah untuk berlatih menjadi orang yang jujur bersama saudara-saudari, tetapi jika aku melakukan itu dalam bisnisku, penghasilanku akan jauh lebih sedikit dan tokoku bahkan mungkin harus tutup. Namun jika aku terus berlaku curang dan menipu orang-orang seperti sebelumnya, bukankah itu bertentangan dengan kehendak Tuhan? Jadi, bagaimana aku harus menerapkannya? Aku memikirkannya dengan saksama dan menemukan jalan tengah: aku akan menjadi orang yang jujur di gereja, tetapi aku akan tetap berbisnis seperti biasa di tokoku.

Suatu hari seorang pria tua datang membawa TV-nya, mengatakan bahwa warnanya tampak semakin redup. Aku memeriksa dan melihat tabung warnanya sudah usang dan perlu diganti, tetapi aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Aku hanya meningkatkan tegangan filamennya sehingga dia bisa menggunakannya sedikit lebih lama, lalu aku bisa menggantinya ketika masalah itu kembali muncul. Dengan begitu aku akan mendapat tambahan 30 yuan untuk perbaikannya. Dua minggu kemudian, TV itu memang kembali bermasalah dan pria itu memintaku untuk memperbaikinya lagi, mengatakan aku tidak mengerjakannya dengan baik. Aku mengatakan kepadanya bahwa tabung warnanya sudah usang dan harus diganti. Di luar dugaanku, dia mengetahui rencana jahatku. Dia menahan biaya perbaikan 30 yuan dan berkata dengan nada menegur, "Anak muda, berbisnis harus jujur. Jangan terlalu serakah!" Aku merasa sangat malu pada saat itu tetapi kemudian mengabaikannya tanpa memikirkannya lebih lanjut. Seorang wanita tua kemudian datang dengan microwave yang rusak, dan aku menemukan satu komponen kecil yang rusak di dalamnya. Kupikir aku bisa memperbaikinya dan kemudian menagih biaya yang pantas. Namun kemudian aku merasa dia cukup kaya, jadi menagih dia sedikit lagi tidak akan menjadi masalah besar. Kita harus mengambil peluang yang ada. Namun dia kembali ke toko beberapa hari kemudian dan berkata, "Kau menagihku cukup mahal untuk microwave itu. Miliki hati nurani. Langit melihat apa yang kita lakukan!" Aku merasa sangat buruk setelah ditegur olehnya dan aku teringat kembali tentang apa yang dikatakan pria itu. Aku merasa sangat terganggu. Aku juga menyadari bahwa Tuhan menggunakan segala sesuatu di sekelilingku untuk memperingatkanku sehingga aku akan merenungkan dan mengenal diriku sendiri.

Setelah itu, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Terlepas dari apa yang engkau lakukan, seberapa besar atau kecil suatu masalah, dan apakah engkau melakukannya untuk memenuhi tugasmu dalam keluarga Tuhan atau untuk alasan pribadimu, engkau harus mempertimbangkan apakah hal yang kauperbuat itu sesuai dengan kehendak Tuhan, dan juga apakah itu merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan seseorang dengan kemanusiaan Jika engkau mencari kebenaran dengan cara ini dalam segala sesuatu, engkau adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Jika engkau dengan tulus memperlakukan setiap hal dan setiap kebenaran dengan sikap seperti ini, maka engkau akan mampu mencapai perubahan dalam watakmu. Sebagian orang berpikir bahwa ketika mereka sedang melakukan sesuatu yang pribadi, mereka dapat mengabaikan kebenaran begitu saja, melakukan apa yang mereka suka, dan melakukannya dengan cara apa pun yang membuat mereka senang, dan dengan sikap apa pun yang menguntungkan mereka; mereka sama sekali tidak memikirkan kemungkinan dampaknya terhadap keluarga Tuhan maupun mempertimbangkan apakah hal itu sejalan dengan tata tertib orang kudus. Akhirnya, begitu mereka selesai dengan masalahnya, mereka menjadi gelap dan merasa tidak nyaman di dalam batin mereka; walaupun begitu, mereka tidak tahu alasannya. Bukankah ganjaran ini setimpal? Jika engkau melakukan hal-hal yang tidak disetujui Tuhan, maka engkau telah menyinggung Tuhan. Jika manusia tidak menyukai kebenaran, dan sering melakukan hal-hal berdasarkan kehendak mereka sendiri, maka mereka sering menyinggung Tuhan. Orang-orang semacam ini pada umumnya tidak diperkenan Tuhan dalam apa yang mereka lakukan, dan jika mereka tidak bertobat,hukuman tidak akan jauh dari mereka." "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan beroleh kebenaran, natur Iblislah yang menguasai dan mendominasi mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur itu? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa emosimu begitu kuat? Mengapa engkau menyukai hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apa yang menjadi dasar dari kesukaanmu akan hal-hal ini? Dari mana asal hal-hal ini? Kenapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau sekalian telah mencapai pemahaman bahwa alasan utama di balik semua ini adalah karena hal-hal itu mengandung racun Iblis. Adapun apa yang dimaksud dengan racun Iblis, dapat dinyatakan sepenuhnya lewat perkataan. Misalnya, jika engkau bertanya kepada orang-orang yang melakukan kejahatan mengapa mereka bertindak seperti itu, mereka akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini saja mengungkapkan akar terdalam dari masalahnya: Logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Mereka mungkin melakukan sesuatu untuk tujuan ini atau itu, tetapi mereka melakukannya hanya demi diri sendiri. Semua orang berpikir bahwa karena tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri, mereka harus hidup demi dirinya sendiri, berupaya sekuat tenaga untuk mengamankan kedudukan yang baik serta makanan dan pakaian yang mereka butuhkan. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah kehidupan dan filsafat manusia dan juga mewakili natur manusia. Pernyataan inilah racun Iblis itu, dan ketika diinternalisasi oleh manusia, itu menjadi natur manusia. Natur Iblis dinyatakan lewat kata-kata ini; perkataan ini sepenuhnya mewakilinya. Racun ini menjadi kehidupan orang sekaligus dasar keberadaan mereka; dan umat manusia yang telah rusak telah didominasi oleh racun ini selama ribuan tahun" (Rekaman Pembicaraan Kristus). Membaca ini, aku dapat benar-benar menyadari bahwa Roh Tuhan melihat segalanya. Aku tak pernah menceritakan perasaanku yang terdalam kepada siapa pun, tetapi itu sepenuhnya disingkapkan dalam firman Tuhan. Aku memahami dari firman Tuhan bahwa Dia menuntut kita untuk menyerahkan hati kita kepada-Nya. Entah kita melakukan tugas kita di rumah Tuhan atau menangani urusan kita sendiri, kita harus menerapkan firman-Nya. Namun aku memilih-milih menerapkan kebenaran dalam hidupku. Aku menyadari bahwa Tuhan dan saudara-saudari menyukai saat aku menerapkan kejujuran di gereja, jadi aku bersedia melakukan itu. Namun dalam bisnisku, kupikir aku akan kehilangan uang dan itu tidak memenuhi kepentinganku, jadi aku tidak melakukannya. Aku menyadari bahwa aku hanya memikirkan kepentingan pribadiku, dan aku telah mengesampingkan firman Tuhan dan tuntutan-Nya. Aku tahu bersikap curang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi aku tetap melakukan apa pun yang kuinginkan, apa pun yang akan memenuhi kepentinganku sendiri. Bagaimana itu bisa dikatakan menjadi orang percaya? Saat itu aku benar-benar sadar. "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan "Manusia akan melakukan apa pun untuk menjadi kaya" adalah aturan iblis untuk bertahan hidup yang telah menguasaiku dan menjadi hidupku. Kupikir aku tak mungkin bertahan hidup jika aku tidak hidup berdasarkan aturan-aturan itu. Namun kenyataannya, dengan hidup seperti itu, aku hanya mendapatkan keuntungan pribadi dan kesenangan materi. Namun itu cara hidup yang hina, tanpa martabat sama sekali. Orang-orang membenci dan menolakku, dan Tuhan semakin muak dan membenciku. Aku merenungkan apa yang Tuhan Yesus katakan: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Matius 18:3). Dan Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "... karena Aku tidak bisa membawa musuh-musuh-Ku dan orang yang berbau kejahatan dan berpenampilan seperti Iblis untuk masuk ke dalam kerajaan-Ku, ataupun membawa mereka ke zaman berikutnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pelanggaran akan Menuntun Manusia ke Neraka"). Tuhan itu kudus dan benar, dan Dia ingin mendapatkan orang yang jujur. Mereka yang selalu berbohong dan menipu, mereka yang memiliki watak jahat, yang naturnya menentang Tuhan dan menolak untuk bertobat akan dimusnahkan oleh Tuhan. Mereka tidak akan pernah masuk ke dalam kerajaan-Nya. Jika aku tetap tidak bertobat, tetapi terus hidup berdasarkan falsafah dan aturan Iblis, bersikap bengkok dan melakukan ketidakbenaran, akhirnya aku akan disingkirkan. Dengan pemikiran ini, aku segera berdoa kepada Tuhan. "Tuhan Yang Mahakuasa! Aku percaya kepada-Mu, tetapi Engkau tidak memiliki tempat di hatiku. Aku masih hidup berdasarkan aturan-aturan Iblis. Aku tidak mau lagi bersikap curang. Aku mau bertobat dan menjadi orang yang jujur."

Renungan Harian,Renungan Harian Hidup

Suatu kali setelah itu, beberapa anak muda membawa TV ke tokoku untuk diperbaiki. Ketika aku sedang memperbaikinya, aku mendengar mereka berbisik di luar: "Kita tidak perlu membuang waktu dua hari itu jika kita tahu toko itu tidak bisa memperbaikinya. Mari kita lihat apakah orang ini bisa memperbaikinya." Mendengar ini, kupikir, "Pemilik toko lain akan menggunakan peluang ini jika mereka mendengar itu, jadi aku bisa dengan mudah meminta tambahan 20 atau 30 yuan. Akan disayangkan jika tidak mengambil uang yang jatuh ke pangkuanku. Aku bisa menjadi orang yang jujur ​​lain kali. Tuhan tidak akan marah karena aku tidak melakukan kebenaran hanya sekali ini saja." Namun kemudian aku ingat tekadku di hadapan Tuhan, dan aku teringat firman Tuhan: "Jika manusia tidak menyukai kebenaran, dan sering melakukan hal-hal berdasarkan kehendak mereka sendiri, maka mereka sering menyinggung Tuhan. Orang-orang semacam ini pada umumnya tidak diperkenan Tuhan dalam apa yang mereka lakukan, dan jika mereka tidak bertobat, hukuman tidak akan jauh dari mereka" ("Mencari Kehendak Tuhan adalah Agar Engkau Mampu Menerapkan Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Aku merasa Tuhan sedang memperingatkanku. Aku tidak boleh terus melakukan kejahatan dengan sengaja. Aku harus bertobat dan menjadi orang yang jujur. Jadi, aku hanya menagih biaya normal setelah aku memperbaikinya. Saat aku melihat senyuman bahagia di wajah pelanggan aku merasa bersikap terbuka dan jujur adalah cara hidup yang membebaskan.

Di lain waktu ketika aku memperbaiki TV seorang wanita, biaya perbaikannya adalah 50 yuan, tetapi dia memberiku 100yuan dan tidak ingin uang kembalian. Aku menolak, tetapi aku merasa bingung. Mengapa dia sangat murah hati? Lalu dia memberitahuku, "Orang pertama yang kudatangi mengatakan motherboard-nya sudah rusak dan meminta 400 yuan untuk menggantinya, tetapi aku tidak mau. Seorang kenalan kemudian merekomendasikanmu, mengatakan kau jujur dan tidak akan menagih biaya terlalu mahal kepada pelanggan. Sekarang aku bisa melihat bahwa itu benar." Mendengar dia mengatakan ini, kupikir, "Sebenarnya aku sama sekali bukan orang baik, firman Tuhan-lah yang mengubahku sehingga aku bisa hidup dalam keserupaan dengan manusia."

Sudut pandangku tentang berbagai hal juga berubah dari membaca firman Tuhan dan berlatih menjadi orang yang jujur. Dahulu kupikir tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang jujur, bahwa kau tidak bisa menghasilkan uang, bahwa kau akan rugi dan bangkrut. Namun setelah aku mulai bersikap jujur berdasarkan firman Tuhan, aku tak hanya tidak mengalami kerugian, tetapi memiliki lebih banyak pelanggan dari hari ke hari. Beberapa bahkan datang dari tempat yang sangat jauh, semua mengatakan mereka direkomendasikan oleh seseorang. Aku tidak pernah beriklan dengan cara apa pun atau meminta orang lain untuk memperkenalkan bisnisku. Itu semua karena aku menerapkan firman Tuhan, karena aku jujur dan memiliki integritas seperti yang dituntut Tuhan, hanya menghasilkan uang dengan jujur, aku mendapatkan kepercayaan dari pelanggan. Itu sebenarnya merupakan berkat Tuhan dari melakukan kebenaran. Ini membuatku teringat dengan bagian firman Tuhan lainnya. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Ketika manusia hidup di dunia ini, di bawah pengaruh kerusakan Iblis, tidak mungkin bagi mereka untuk jujur, mereka hanya bisa menjadi semakin curang. Kendati demikian, mampukah kita eksis di dunia ini jika kita menjadi jujur, atau tidak? Akankah kita akan dimarjinalisasi oleh orang lain? Tidak; kita akan hidup sama seperti sebelumnya, karena kita tidak bergantung pada tipu daya untuk makan atau bernapas. Sebaliknya, kita hidup oleh napas dan kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan. Itu semata-mata karena kita sudah menerima kebenaran firman Tuhan dan kita memiliki aturan-aturan baru tentang bagaimana caranya kita hidup, dan tujuan hidup baru, yang akan membawa perubahan pada dasar kehidupan kita; itu semata-mata karena kita sedang mengubah cara dan sarana kita hidup agar kita dapat memuaskan Tuhan dan mencari keselamatan. Ini sama sekali tidak berkaitan dengan apa yang kita makan dan kita pakai serta tempat kita tinggal secara jasmani; ini adalah kebutuhan rohani kita" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Telah Kutemukan Tempatku

Oleh Saudari Si Fan, Korea Setelah percaya Tuhan, aku mengejar dengan sangat antusias. Apa pun tugas dari gereja, aku patuh. Saat kesulitan...