Diberhentikan: Peringatan yang Kubutuhkan

28 Januari 2025

Oleh Saudari Gao Ying, Tiongkok

Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman tahun 2008. Dengan membaca firman Tuhan, menghadiri pertemuan dan bersekutu, aku memahami bahwa untuk diselamatkan dan mendapatkan tempat tujuan yang indah, kita bukan saja harus mencari kebenaran, tetapi juga harus melaksanakan tugas kita sebagai makhluk ciptaan. Jadi, dalam hati aku berjanji akan mencari kebenaran dan melaksanakan tugasku. Aku melihat saudara-saudari tertentu yang melayani sebagai pemimpin gereja atau pemimpin kelompok sering mempersekutukan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah dalam pertemuan, dan selalu menyibukkan diri mereka dengan pekerjaan gereja. Kupikir, jika mereka diberi tugas penting seperti itu, mereka pasti telah menerima perkenanan Tuhan dan mengejar kebenaran, jadi aku sangat mengagumi mereka. Sebaliknya, aku merasa mereka yang melaksanakan tugas biasa yang tidak mengharuskan mereka mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah—seperti menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari lain, atau melakukan pekerjaan umum lainnya—pasti tidak mendapatkan kekaguman dari orang lain, dan juga memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk diselamatkan kelak. Beberapa waktu kemudian, saat menerima seorang pemimpin gereja di rumahku, kulihat dia sering mempersekutukan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah saudara-saudari, jadi kupikir dia pasti memahami banyak kebenaran. Ketika aku juga melihat para pemimpin yang tingkatnya lebih tinggi sering berkumpul dengannya untuk mempersekutukan firman Tuhan, kupikir gereja pasti membinanya dan dia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk diselamatkan. Dipenuhi dengan rasa iri, hasratku untuk menjadi seorang pemimpin semakin kuat dan aku bertekad bahwa kelak aku akan melaksanakan tugas penting.

Beberapa waktu kemudian, aku menjadi pemimpin kelompok penyiraman, bertanggung jawab mengawasi pekerjaan beberapa kelompok. Aku sangat senang akan hal ini, dan kupikir dalam hatiku, "Mengingat pemimpin menugaskanku untuk melaksanakan tugas yang begitu penting, itu pasti berarti aku memiliki sedikit kenyataan kebenaran dan aku adalah seorang pengejar kebenaran. Sepertinya bagaimanapun juga, aku pasti akan memiliki kesempatan untuk diselamatkan." Menyadari hal ini, aku terus mengucap syukur kepada Tuhan. Setelah itu, aku sibuk di gereja setiap hari, bekerja untuk memastikan para orang percaya baru membangun dasar yang kuat di jalan yang benar sesegera mungkin. Namun, karena aku tidak mempersekutukan kebenaran dengan jelas, kami terus-menerus gagal memperoleh hasil dalam pekerjaan penyiraman kami, dan banyakorang percaya baru yang masih belum menghadiri pertemuan secara teratur. Aku menjadi makin cemas ketika kulihat sebagian besar orang percaya baru yang menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok lainnya menghadiri pertemuan secara teratur dan secara aktif melaksanakan tugas mereka. Kupikir, "Saat pemimpin kami melihatku belum memperoleh hasil yang baik dalam tugasku, akankah dia menganggapku tidak memiliki kenyataan kebenaran dan tidak mampu melakukan pekerjaan nyata? Jika aku diberhentikan, bagaimana aku akan pernah bisa melaksanakan tugas lain yang sama pentingnya dengan tugas ini? Bukankah semuanya akan berakhir bagiku jika pemimpin memindahkanku untuk melakukan beberapa pekerjaan umum yang tidak penting? Bukan masalah besar jika saudara-saudariku tidak menghormatiku, tetapi jika aku kehilangan kesempatan untuk memperoleh kesudahan dan tempat tujuan yang indah, itu masalah serius! Ini tidak boleh terjadi—aku harus mengumpulkan semua staf penyiraman dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin!" Setelah itu, aku mulai menyampaikan persekutuan kepada setiap tim penyiraman, mengarahkan mereka untuk menyokong semua orang percaya baru yang tidak menghadiri pertemuan dan membawa mereka untuk hadir secara rutin dalam dua minggu ke depan. Namun, dari sejak awal aku tidak mempersekutukan dengan benar tentang cara menyelesaikan masalah dan kesulitan nyata yang kami alami dalam pekerjaan penyiraman. Beberapa waktu kemudian, aku mendengar salah seorang saudari menangis, mengatakan bahwa persekutuanku tidak memberinya jalan penerapan dan dia merasa sangat terkekang olehku. Mendengar perkataannya, aku bukan saja tidak meluangkan waktu untuk merenungkan diriku, aku bahkan terus menganggap diriku benar. Setelah tiga bulan, kelompok yang kuawasi masih belum memperoleh hasil yang baik, dan aku khawatir pemimpin akan memberhentikanku. Kupikir begitu aku diberhentikan, tamatlah riwayatku. Pekerjaan Tuhan jelas akan segera berakhir—jika aku diberhentikan dan disingkirkan, bagaimana aku dapat memperoleh kesudahan dan tempat tujuan yang indah? Mungkinkah aku masih dapat diselamatkan? Akankah imanku selama bertahun-tahun menjadi sia-sia? Makin kupikirkan, makin aku menjadi panik; aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Akhirnya, aku sama sekali tak mampu melaksanakan pekerjaan itu dan diberhentikan. Pemimpin memberiku tugas lain yaitu menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari berdasarkan kebutuhan gereja saat ini.

Aku benar-benar terpana ketika pemimpin menyampaikan tugas baruku. "Menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari? Apakah kemampuanku benar-benar seburuk itu? Aku mungkin belum melakukan yang terbaik dalam pekerjaan penyiramanku, tetapi tidak mungkin seburuk itu sampai aku dipindahkantugaskan menjadi tuan rumah. Apa yang akan dipikirkan saudara-saudari tentangku?" Ketika aku teringat seorang saudari yang diberhentikan menjadi tuan rumah selama tujuh tahun terakhir tanpa pernah lagi dipromosikan, aku makin bersikap menolak, berpikir bahwa aku tidak akan memiliki kesempatan untuk menonjolkan diriku dalam tugas biasa seperti itu, dan bahwa aku tak akan pernah diselamatkan. Setelah sedemikian banyak aku mengorbankan diri, menderita, dan berkorban selama bertahun-tahun menjadi orang percaya, aku tak pernah menyangka bahwa akhirnya aku akan menjadi tuan rumah. Apa yang bisa kunantikan di masa depanku? Meskipun demikian, akan sama sekali tak masuk akal jika aku menolak tugasku, jadi aku hanya bisa tunduk. Namun, aku menjadi benar-benar pasif—dalam hal mencari apartemen yang sesuai untuk disewa, kakiku terasa sangat berat sehingga aku nyaris tak mampu berjalan. Di tengah penderitaanku, aku berdoa beberapa kali kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku tahu atas seizin-Mulah gereja menugaskanku untuk menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari, tetapi sepertinya aku sama sekali tak mampu tunduk. Aku tetap tak ingin melaksanakan tugas ini dan aku merasa lemah dan negatif. Ya Tuhan! Aku tahu aku berada dalam keadaan berbahaya, kumohon selamatkanlah aku! Aku tidak mau terus seperti ini." Setelah berdoa, aku membaca beberapa firman Tuhan: "Pada zaman sekarang, kebanyakan orang berada dalam keadaan seperti ini: untuk mendapatkan berkat, aku harus mengorbankan diriku bagi Tuhan dan membayar harga bagi-Nya. Untuk mendapatkan berkat, aku harus meninggalkan segalanya bagi Tuhan; aku harus menyelesaikan apa yang telah Dia percayakan kepadaku, dan aku harus melaksanakan tugasku dengan baik. Keadaan ini didominasi oleh niat untuk mendapatkan berkat, yang adalah contoh mengorbankan diri sepenuhnya bagi Tuhan dengan tujuan memperoleh upah dari-Nya dan mendapatkan mahkota. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kebenaran di dalam hati mereka, dan dapat dipastikan bahwa pemahaman mereka hanya terdiri dari beberapa kata-kata dan doktrin yang mereka pamerkan ke mana pun mereka pergi. Jalan mereka adalah jalan Paulus. Iman orang semacam itu adalah tindakan kerja keras yang terus-menerus, dan di lubuk hati mereka, mereka merasa bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin itu akan membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan; semakin banyak mereka melakukannya, semakin Dia pasti akan dipuaskan; dan semakin banyak mereka melakukannya, semakin mereka akan layak diberikan mahkota di hadapan Tuhan, dan semakin besar berkat yang akan mereka peroleh. Mereka mengira jika mereka mampu menanggung penderitaan, berkhotbah, dan mati bagi Kristus, jika mereka mampu mengorbankan hidup mereka sendiri, dan jika mereka mampu menyelesaikan semua tugas yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, mereka akan menjadi orang yang mendapatkan berkat terbesar, dan mereka pasti akan diberikan mahkota" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). "Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan atau dikomentari, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri. Jadi ketika tugas mereka disesuaikan, jika itu adalah promosi, seorang antikristus akan berpikir ada harapan untuk mereka diberkati. Jika itu adalah penurunan jabatan, dari pemimpin tim menjadi asisten pemimpin tim, atau dari asisten pemimpin tim menjadi anggota kelompok biasa, mereka memperkirakan bahwa ini akan menjadi masalah besar dan mereka berpikir harapan mereka untuk mendapatkan berkat sangat kecil. Pandangan macam apa ini? Apakah itu pandangan yang benar? Sama sekali tidak. Pandangan ini tidak masuk akal!" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Dua Belas: Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Memiliki Status atau Tidak Ada Harapan untuk Memperoleh Berkat"). Melalui penyingkapan firman Tuhan, aku sadar bahwa aku hanya mengejar berkat dan hidup untuk berkat. Hanya demi mendapatkan berkatlah aku mengorbankan diriku untuk Tuhan dan berupaya sekeras mungkin dalam melaksanakan tugasku. Kepercayaanku tidak ada bedanya dengan kepercayaan antikristus—kupikir aku memiliki kesempatan yang bagus untuk mendapatkan berkat sebagai seorang pemimpin, tetapi jika aku dipindahtugaskan dari tugas yang penting ke tugas yang tidak penting, itu berarti kesempatanku untuk mendapatkan berkat akan sangat kecil. Mengingat kembali ketika aku mulai percaya kepada Tuhan, aku sangat iri terhadap para pemimpin, mengira mereka semua melaksanakan tugas penting, berkualitas baik, dan mengejar kebenaran. Aku yakin bahwa mereka akan diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan dan pasti kelak akan mendapatkan berkat besar. Sedangkan mereka yang melaksanakan tugas yang tidak penting, aku mengira mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran dan hampir tidak memiliki kesempatan untuk diselamatkan dan mendapatkan berkat. Karena pemikiranku didominasi oleh gagasan ini, aku terus berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Sebagai pemimpin kelompok, ketika aku gagal memperoleh hasil dalam tugasku, aku tidak merenungkan diriku sendiri, malah khawatir akan diberhentikan. Untuk mempertahankan kedudukanku dan meraih kesuksesan dengan cepat, aku bahkan menggunakan otoritasku untuk mengendalikan saudara-saudariku. Ketika gereja menugaskanku untuk menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari setelah aku diberhentikan, aku sama sekali menolak keputusan itu. Aku menjadi negatif dan mengendur dalam tugasku, mengira prospek masa depanku akan suram setelah mengambil peran seperti itu. Setiap situasi ini dengan jelas menyingkapkan obsesiku untuk mendapatkan berkat. Aku sadar bahwa aku percaya kepada Tuhan, berkorban, dan mengorbankan diriku hanya demi mendapatkan berkat. Aku tidak tunduk kepada Tuhan dan melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan. Aku hanya memiliki hubungan yang transaksional dengan Tuhan dalam tugasku dan sedang menempuh jalan antikristus.

Beberapa waktu kemudian, aku menemukan beberapa bagian firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, selalu disebutkan tentang menerima amanat Tuhan dan bagaimana orang melaksanakan tugasnya dengan benar. Bagaimana tugas muncul? Secara umum, tugas muncul sebagai hasil dari pekerjaan pengelolaan Tuhan yang membawa keselamatan bagi umat manusia; secara khusus, saat pekerjaan pengelolaan Tuhan dilakukan dan dinyatakan di antara manusia, pada saat itulah muncul berbagai pekerjaan yang menuntut orang untuk bekerja sama dan menyelesaikannya. Ini telah memunculkan tanggung jawab dan misi untuk orang penuhi, dan tanggung jawab serta misi ini adalah tugas yang Tuhan limpahkan kepada umat manusia. Di rumah Tuhan, berbagai tugas yang membutuhkan kerja sama manusia merupakan tugas yang harus mereka penuhi. Jadi, apakah ada perbedaan dalam pengertian apakah tugas tersebut lebih baik dan lebih buruk, apakah tugas tersebut tinggi dan rendah, atau besar dan kecil? Perbedaan semacam itu tidak ada; selama sesuatu ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, selama itu adalah tuntutan pekerjaan rumah-Nya, dan diperlukan untuk menyebarluaskan Injil Tuhan, maka itu adalah tugas orang. Inilah asal mula dan definisi tugas" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Bagi makhluk ciptaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, mampu memuaskan Sang Pencipta, adalah hal yang terindah di antara manusia, dan merupakan sesuatu yang patut disebarluaskan sebagai sebuah kisah yang patut dipuji oleh semua orang. Apa pun yang dipercayakan Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan harus diterima tanpa syarat oleh mereka; bagi manusia, ini adalah masalah kebahagiaan dan kehormatan, dan bagi semua orang yang mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, tidak ada yang lebih indah atau patut dikenang. Ini adalah sesuatu yang positif. Mengenai cara Sang Pencipta memperlakukan mereka yang mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, dan apa yang Dia janjikan kepada mereka, ini adalah urusan Sang Pencipta; ini bukan urusan umat manusia yang diciptakan. Sederhananya, ini terserah Tuhan, dan manusia tidak punya hak untuk ikut campur. Engkau akan mendapatkan apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, dan jika Dia tidak memberimu apa pun, tidak ada yang dapat kaukatakan mengenai hal itu. Ketika makhluk ciptaan menerima amanat Tuhan, dan bekerja sama dengan Sang Pencipta untuk melaksanakan tugas mereka dan berusaha sebaik mungkin, ini bukanlah transaksi atau pertukaran; orang-orang tidak boleh mencoba menukar ungkapan sikap atau tindakan dan perilaku untuk memperoleh janji atau berkat apa pun dari Tuhan. Ketika Sang Pencipta memercayakan pekerjaan ini kepada engkau semua, adalah benar dan pantas bahwa, sebagai makhluk ciptaan, engkau menerima tugas dan amanat ini. Apakah ada sesuatu yang bersifat transaksional dalam hal ini? (Tidak.) Di sisi Sang Pencipta, Dia bersedia memercayakan kepada engkau semua tugas-tugas yang seharusnya dilaksanakan manusia; dan di sisi umat manusia yang diciptakan, manusia harus menerima tugas ini dengan senang hati, memperlakukannya sebagai kewajiban hidup mereka, sebagai nilai yang harus mereka jalani dalam kehidupan ini. Tidak ada transaksi di sini, ini bukanlah pertukaran yang setara, apalagi melibatkan imbalan atau pernyataan lain yang orang bayangkan. Ini sama sekali bukan sebuah pertukaran; ini bukanlah tentang menukar harga yang orang bayar atau kerja keras yang mereka berikan ketika melaksanakan tugas mereka dengan hal lain. Tuhan tidak pernah mengatakan hal itu dan itu tidak boleh dipahami dengan cara seperti ini oleh manusia" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tujuh)). Melalui firman Tuhan, aku sadar bahwa tugas adalah amanat yang dipercayakan Tuhan kepada manusia. Gereja memberikan tugas kepada orang berdasarkan kebutuhan gereja saat ini, serta berdasarkan kualitas dan bakat setiap orang. Setiap tugas adalah penting, karena masing-masing tugas berperan dalam menyebarluaskan dan mempersaksikan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Tidak ada tugas yang lebih penting dari tugas lainnya—setiap tugas sangat penting dalam pekerjaan gereja. Karena itu, aku harus menerima tugasku tanpa syarat dan melaksanakannya dengan segenap kemampuanku. Ini adalah hati nurani dan nalar yang harus dimiliki oleh makhluk ciptaan. Tuhan telah mengaruniakan kepadaku kesempatan untuk melaksanakan tugas agar aku selalu mengejar kebenaran saat melaksanakannya, mengalami firman dan pekerjaan Tuhan, mengenali dan menyelesaikan watakku yang rusak, dan pada akhirnya menjadi takut dan tunduk kepada Tuhan, bukan tunduk pada belenggu dan watak rusak Iblis dalam diriku. Namun, aku tidak memahami maksud Tuhan, menggolongkan tugas ke dalam kategori lebih baik atau lebih buruk, dan memandang tugasku sendiri sebagai cara untuk mendapatkan berkat. Aku berusaha menipu dan memanfaatkan Tuhan, berkhayal tentang mendapatkan berkat sebagai upah karena melaksanakan tugasku. Betapa egois dan hinanya diriku! Aku melihat dengan jelas bahwa jika aku tidak memperbaiki sudut pandangku yang keliru tentang pengejaran, dan tidak menyelesaikan watakku yang rusak, maka sepenting apa pun tugasku, atau sebanyak apa pun aku mengorbankan diriku dan berkorban, aku tidak akan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan dan pada akhirnya akan disingkirkan dan dihukum. Setelah mengenali semua ini, aku sadar betapa berbahayanya keadaanku dan siap untuk memperbaiki niatku dan melaksanakan tugasku dengan baik.

Beberapa waktu kemudian, aku membaca firman Tuhan berikut ini: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia menerima berkat atau menderita kemalangan. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Menerima berkat mengacu pada ketika seseorang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Menderita kemalangan mengacu pada ketika watak seseorang tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman; mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka menerima berkat atau menderita kemalangan, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk menerima berkat, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut mengalami kemalangan. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diubah oleh siapa pun" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Firman Tuhan mengajariku bahwa tugas yang kita laksanakan tidak ada kaitannya dengan apakah kita akan mendapatkan berkat atau mengalami kemalangan. Tugas adalah amanat dari Tuhan, itu adalah tanggung jawab manusia—itu sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bahwa orang harus melaksanakan tugasnya. Kunci untuk diselamatkan adalah mencari kebenaran, memperoleh kebenaran, dan mencapai perubahan watak. Itu tidak ada kaitannya dengan tugas yang orang laksanakan. Melaksanakan tugas penting dan memiliki status tinggi bukan berarti kita memiliki kenyataan kebenaran. Jika kita tidak mencari kebenaran, tidak mengubah watak kita, dan bahkan bertransaksi dengan Tuhan untuk mendapatkan berkat, menipu Dia, memanfaatkan Dia, dan mengganggu pekerjaan gereja, maka kita juga akan disingkapkan dan disingkirkan, tidak akan pernah diselamatkan oleh Tuhan. Meskipun kita diberi tugas yang tampaknya tidak penting, asalkan kita berusaha sekuat tenaga, mencari kebenaran, dan mencapai perubahan watak, kita akan diselamatkan. Aku teringat para pemimpin palsu yang telah disingkapkan dan disingkirkan—mereka melaksanakan tugas penting, menghadiri pertemuan dan bersekutu, mengorbankan diri mereka, menanggung penderitaan, dan dihormati oleh semua saudara-saudari. Namun, mereka tidak mengejar kebenaran, hanya membekali orang dengan pengetahuan doktrin. Mereka tidak menerapkan atau mengalami firman Tuhan sedikit pun; mereka hanya mengorbankan diri dan berkorban untuk mendapatkan berkat dan untuk melindungi status dan ketenaran mereka sendiri. Meskipun percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka tetap tidak mengenal diri mereka sendiri, atau mengubah watak mereka, dan karena mereka menempuh jalan yang salah, mereka diberhentikan. Aku sadar, adalah tidak masuk akal dan bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan jika percaya bahwa orang-orang yang menanggung penderitaan, mengorbankan diri mereka, memiliki status, dan melaksanakan tugas penting akan diselamatkan dan mendapatkan kesudahan dan tempat tujuan yang indah sebagai upah mereka, sedangkan orang-orang yang melaksanakan tugas biasa dan tidak penting memiliki kesempatan yang kecil untuk diselamatkan atau mendapatkan berkat. Aku teringat Paulus, yang memiliki kedudukan tinggi di gereja, yang mengabarkan Injil di mana-mana, menanggung penderitaan yang luar biasa dan mendapatkan kekaguman dan rasa hormat dari semua orang, termasuk dari dunia keagamaan modern yang menganggapnya sebagai teladan untuk diikuti. Namun, Paulus tidak pernah mencari kebenaran, apalagi berusaha mengubah wataknya, dan hanya mengorbankan dirinya untuk mendapatkan berkat dan mahkota. Dia menempuh jalan yang menentang Tuhan dan pada akhirnya dihukum oleh-Nya. Sebaliknya, pekerjaan Petrus kelihatannya tidak mengesankan seperti pekerjaan Paulus, tetapi dia mengejar kebenaran dan mengasihi Tuhan dalam tugasnya, mengutamakan mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan melalui penghakiman dan hajaran Tuhan terhadap dirinya. Pada akhirnya, dia disalibkan terbalik bagi Tuhan, mencapai ketundukan kepada-Nya sampai mati dan mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, yang melaluinya dia disempurnakan oleh-Nya. Tuhan itu kudus dan adil—Dia tidak akan membawa orang-orang yang bertransaksi dengan-Nya, menipu, dan menentang-Nya masuk ke dalam Kerajaan, apalagi membiarkan orang-orang sejenis Iblis yang dipenuhi watak yang rusak untuk tetap tinggal. Hanya mereka yang mengejar kebenaran dan perubahan watak, dan yang pada akhirnya memperoleh kebenaran dan tunduk kepada Tuhan serta mengikuti kehendak-Nya, yang dapat masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Setelah menyadari hal ini, aku merasa jauh lebih bebas dan siap untuk tunduk kepada Tuhan dan berupaya sebaik mungkin untuk menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari. Namun, tepat saat aku mempersiapkan diri untuk mulai menjadi tuan rumah, aku mendapat pesan dari pemimpinku yang berkata bahwa berdasarkan kebutuhan pekerjaan gereja, dia telah memindahkanku ke gereja lain untuk menyirami para orang percaya baru. Ketika menerima pesan itu, aku hanya bisa bersyukur kepada Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan, mengatakan kepada-Nya bahwa aku siap bekerja keras dan mencari kebenaran, berfokus untuk mengubah watakku, dan dengan rajin melaksanakan tugasku.

Sekarang, aku telah mendapatkan beberapa pemahaman tentang hasratku untuk mendapatkan berkat dan hubungan transaksionalku dengan Tuhan. Aku sadar betapa egois dan hinanya diriku, dan aku bersedia tunduk serta melaksanakan tugasku dengan sungguh-sungguh sebagai makhluk ciptaan. Semua ini karena keselamatan dari Tuhan, dan aku sangat bersyukur kepada Tuhan.

Sebelumnya: Di Tengah Bahaya

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kekayaan Hidup

Oleh Wang Jun,Provinsi Shandong Selama bertahun-tahun sejak menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman, aku dan istriku...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh