Pelajaran yang Diambil dari Mengidap Kanker Hati
Oleh Saudara Li Yong, TiongkokSetelah menjadi seorang Kristen, beberapa kali aku ditahan oleh Partai Komunis Tiongkok, tetapi aku tidak...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Setelah menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman, aku telah melaksanakan tugasku di gereja. Saat berusia lima puluh tahunan, aku mulai melaksanakan tugas tulis-menulis, dan aku mendapati bahwa kecepatanku bereaksi dan ingatanku tidaklah lebih buruk dari saudara-saudari yang lebih muda, dan efisiensi serta keefektifan dalam tugasku juga kurang lebih sama dengan mereka. Aku cukup senang, dan merasa sangat bersemangat dalam tugasku. Namun seiring pertambahan usia, tubuhku mulai mengalami kemunduran, dan aku juga mengidap tekanan darah tinggi. Kekuatan fisik dan energiku juga pelan-pelan menurun, dan pikiranku juga menjadi lebih lamban. Terkadang ketika aku makan dan minum firman Tuhan dengan sedikit lebih cepat, pikiranku tidak dapat mengikuti, dan terkadang aku lupa apa yang baru saja kubaca sehingga aku harus membacanya lagi. Ingatanku memburuk, dan aku menjadi sangat pelupa. Sering kali, kata-katanya sudah ada di ujung lidah, tetapi aku tidak bisa mengingat apa yang ingin kukatakan. Aku lalu melihat mitraku, saudari yang berusia tiga puluh tahunan, penuh energi dan cepat tanggap. Dia sangat jeli dan bekerja cepat serta efisien, dan aku membutuhkan satu setengah jam untuk menyelesaikan apa yang dapat dia selesaikan dalam setengah jam. Sering kali aku merasa iri dengan usia muda dan energinya, dan pada saat yang sama, aku mengkhawatirkan diriku sendiri, aku berpikir, "Bagaimana jika dalam beberapa tahun nanti pikiranku menjadi lebih lamban lagi? Aku takut pada saat itu, aku tidak akan mampu melaksanakan tugas apa pun dan aku akan benar-benar menjadi tidak berguna. Lalu bagaimana aku akan bisa mendapatkan keselamatan?" Terkadang aku bahkan mengeluh dalam hati, "Mengapa aku baru menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman pada usia yang sudah begitu tua? Seandainya saja usiaku 20 tahun lebih muda, pasti sangat menyenangkan! Sekarang aku sudah tua, dan benar-benar tidak berguna." Sebenarnya, aku ingin melaksanakan tugasku dengan kemampuan terbaikku, tetapi aku sudah berusia 60 tahun. Pikiran dan mataku sudah tidak seperti dulu lagi, dan aku mengidap tekanan darah tinggi. Jika aku bekerja sedikit lebih lama di malam hari, aku merasa sangat lelah dan harus beristirahat lebih awal. Ketika melihat kesenjangan besar dalam hal efisiensi tugas antara diriku dengan orang muda aku menjadi putus asa dan rendah diri, dan aku akhirnya hidup dalam keadaan negatif. Aku tidak lagi ingin membayar harga dalam tugasku atau berfokus meningkatkan keterampilanku. Aku bahkan tidak ingin merenungkan penyimpanganku untuk meningkatkan hasil kerjaku. Aku berpikir dalam hati, "Aku sudah tua dan tidak berguna. Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, aku tidak akan dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Mungkin satu hari nanti, aku akan menjadi benar-benar tidak berguna dan aku akan disingkirkan."
Dalam kecemasan dan kekhawatiranku, aku membaca firman Tuhan: "Terdapat juga orang-orang lanjut usia di antara saudara-saudari, yang berusia antara 60 hingga 80 atau 90 tahun, dan yang juga mengalami beberapa kesulitan karena usia lanjut mereka. Sekalipun telah berusia lanjut, pemikiran mereka belum tentu benar atau masuk akal, dan gagasan serta pandangan mereka belum tentu sesuai dengan kebenaran. Orang-orang lanjut usia ini juga memiliki masalah, dan mereka selalu khawatir, 'Kesehatanku tidak sebaik sebelumnya dan tugas yang mampu kulaksanakan sangat terbatas. Jika aku hanya melakukan tugas kecil ini, akankah Tuhan mengingatku? Terkadang aku jatuh sakit, dan aku perlu seseorang untuk merawatku. Jika tidak ada orang yang merawatku, aku tidak mampu melaksanakan tugasku, lalu apa yang dapat kulakukan? Aku sudah tua dan tak mampu mengingat firman Tuhan saat aku membacanya dan sulit bagiku untuk memahami kebenaran. Saat mempersekutukan kebenaran, perkataaanku membingungkan dan tidak logis, dan aku belum memiliki pengalaman apa pun yang layak untuk kubagikan. Aku sudah tua dan tak punya cukup tenaga, penglihatanku tidak terlalu baik dan aku tidak sekuat sebelumnya. Segala sesuatu terasa sulit bagiku. Aku bukan saja tak mampu melaksanakan tugasku, tetapi aku juga mudah lupa dan melakukan kesalahan. Terkadang aku menjadi bingung dan menimbulkan masalah bagi gereja dan saudara-saudariku. Aku ingin memperoleh keselamatan dan mengejar kebenaran tetapi itu sangat sulit bagiku. Apa yang dapat kulakukan?' Saat memikirkan hal-hal ini, mereka mulai resah, berpikir, 'Mengapa aku baru mulai percaya kepada Tuhan pada usia ini? Mengapa aku tidak seperti mereka yang berusia 20-an dan 30-an, atau bahkan mereka yang berusia 40-an dan 50-an? Mengapa aku baru menemukan pekerjaan Tuhan ketika aku sudah sangat tua? Bukan karena aku bernasib buruk; setidaknya aku telah bertemu dengan pekerjaan Tuhan. Nasibku baik, dan Tuhan selama ini baik terhadapku! Hanya saja ada satu hal yang membuatku tidak senang, yaitu aku sudah sangat tua. Daya ingatku tidak terlalu bagus, dan kesehatanku tidak terlalu baik, tetapi aku memiliki kekuatan batin yang teguh dan tak tergoyahkan. Hanya saja tubuhku tidak mau menaatiku, dan aku mengantuk setelah mendengarkan persekutuan sebentar saja di pertemuan. Terkadang aku ketiduran saat menutup mataku untuk berdoa, dan pikiranku mengembara saat membaca firman Tuhan. Setelah membaca sedikit, aku mengantuk dan tertidur, dan firman Tuhan tidak dapat kupahami. Apa yang dapat kulakukan? Apakah dengan kesulitan nyata seperti itu aku masih mampu mengejar dan memahami kebenaran? Jika tidak, dan jika aku tak mampu melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, bukankah itu berarti seluruh imanku akan sia-sia? Bukankah aku akan gagal memperoleh keselamatan? Apa yang dapat kulakukan? Aku sangat khawatir! ...' ... Orang-orang lanjut usia ini terjerumus dalam kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran yang mendalam karena usia mereka. Setiap kali mereka menghadapi kesulitan, rintangan, kesukaran, atau hambatan, mereka menyalahkan usia mereka, bahkan membenci dan tidak menyukai diri mereka sendiri. Namun bagaimanapun juga, semuanya sia-sia, tidak ada solusi, dan mereka tidak memiliki jalan keluar. Mungkinkah mereka benar-benar tak punya jalan keluar? Apakah ada solusinya? (Orang-orang lanjut usia juga harus melaksanakan tugas mereka semampu mereka.) Tentu saja diperbolehkan bagi orang-orang lanjut usia untuk melaksanakan tugas mereka semampu mereka, bukan? Bolehkah orang-orang lanjut usia tidak lagi mengejar kebenaran karena usia mereka? Apakah mereka tidak mampu memahami kebenaran? (Mereka mampu.) Mampukah orang lanjut usia memahami kebenaran? Mereka mampu memahami beberapa kebenaran, dan bahkan orang-orang muda pun tidak mampu memahami semuanya. Orang lanjut usia selalu memiliki kesalahpahaman, menganggap diri mereka linglung, ingatan mereka buruk, sehingga mereka tidak mampu memahami kebenaran. Benarkah demikian? (Tidak.) Meskipun orang muda jauh lebih bertenaga dibandingkan orang lanjut usia, dan secara fisik mereka lebih kuat, tetapi sebenarnya kemampuan mereka untuk mengerti, memahami, dan mengetahui sama saja dengan kemampuan orang lanjut usia. Bukankah orang lanjut usia juga pernah muda? Mereka tidak terlahir dalam keadaan tua, dan orang-orang muda, suatu hari juga akan menjadi tua. Orang lanjut usia tidak boleh selalu berpikir karena mereka sudah tua, lemah secara fisik, kurang sehat, dan memiliki ingatan yang buruk, itu berarti mereka berbeda dengan orang muda. Sebenarnya, tidak ada perbedaan. ... orang lanjut usia itu bukannya tidak memiliki sesuatu yang bisa mereka lakukan, mereka juga bukan tidak mampu untuk melaksanakan tugas mereka, dan terlebih lagi, mereka bukan tidak mampu untuk mengejar kebenaran—ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Berbagai kebohongan dan kekeliruan yang telah kaukumpulkan sepanjang hidupmu, serta berbagai ide dan gagasan tradisional, hal-hal yang bodoh dan sulit dihilangkan, hal-hal yang kolot, hal-hal yang konyol dan hal-hal yang menyimpang yang telah kaukumpulkan, semuanya itu telah bertumpuk di dalam hatimu, dan engkau harus menghabiskan jauh lebih banyak waktu daripada yang dihabiskan orang muda untuk menyelidiki, menganalisis, dan mengenali hal-hal ini. Bukan berarti tidak ada apa pun yang bisa kaulakukan, atau bukan berarti engkau boleh merasa sedih, cemas, dan khawatir saat tidak ada apa pun yang bisa kaulakukan—ini bukan tugas ataupun tanggung jawabmu. Pertama-tama, orang lanjut usia harus memiliki pola pikir yang benar. Meskipun usiamu mungkin sudah lanjut dan secara fisik engkau relatif sudah tua, tetap saja engkau harus memiliki pola pikir orang muda. Meskipun engkau makin tua, daya pikirmu melambat dan daya ingatmu memburuk, jika engkau masih mampu mengenal dirimu sendiri, masih memahami firman yang Kuucapkan, dan masih memahami kebenaran, itu membuktikan bahwa engkau tidak tua dan kualitasmu tidak kurang" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Firman Tuhan mengungkapkan keadaanku dengan tepat. Aku melihat bahwa saudari yang dipasangkan dengan aku berusia muda dan melaksanakan tugasnya dengan efisien, tetapi aku lebih tua, mengidap tekanan darah tinggi, pikiranku lebih lamban, dan efisiensiku dalam tugas jauh lebih rendah daripada dia. Aku berpikir karena aku sudah tua dan tidak berguna, pasti Tuhan akan menolakku dan tidak akan menyelamatkanku. Aku hidup dalam keadaan salah paham terhadap Tuhan. Aku khawatir bahwa dalam beberapa tahun, tubuhku akan makin merosot, dan pada saat itu aku mungkin tidak akan dapat melaksanakan tugas apa pun dan akan disingkirkan. Saat memikirkan hal ini, aku menjadi sedih. Namun setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan memperlakukan orang muda dan orang tua dengan setara. Ketika Tuhan menyampaikan kebenaran, kebenaran itu bukan hanya untuk orang muda atau hanya untuk orang tua. Tuhan tidak pernah membagi umat pilihan-Nya menjadi beberapa peringkat berbeda berdasarkan usia, Dia juga tidak pernah mengatakan bahwa lansia harus dikeluarkan dari gereja. Tuhan tidak pilih kasih, dan tidak peduli seberapa tua seseorang, mereka dapat disiram dan dipelihara oleh firman Tuhan. Tuhan memberikan semua orang kesempatan yang setara untuk diselamatkan. Jika seseorang tidak mengejar kebenaran dan muak akan kebenaran, mereka tidak dapat diselamatkan, berapa pun usia mereka. Tuhan menentukan kesudahan dan tempat tujuan seseorang, bukan berdasarkan usia, tetapi terutama berdasarkan apakah orang tersebut mendapatkan kebenaran. Tidak peduli seberapa tua seseorang, selama mereka dapat memahami firman Tuhan dan menerapkan kebenaran, mereka dapat mencapai perubahan dalam watak dan menerima keselamatan Tuhan. Meskipun usiaku sudah enam puluh dan aku lamban dalam belajar keterampilan baru, pikiranku masih jernih, dan aku masih dapat memahami ketika makan dan minum firman Tuhan. Aku juga dapat mengenali kekurangan dan watak rusakku melalui firman Tuhan. Tuhan tidak berhenti memberikan pencerahan dan memanduku hanya karena aku tua, dan Tuhan berharap aku dapat meluangkan lebih banyak waktu makan dan minum firman-Nya. Tuhan ingin aku mengenali racun Iblis dan hukum untuk bertahan hidup, serta budaya tradisional. Dia ingin aku membuang hal-hal negatif ini dan menyesuaikan sikap serta tindakanku berdasarkan kebenaran. Inilah yang ingin Tuhan lihat. Sekarang pikiranku masih sehat dan rasional, dan aku masih dapat melaksanakan tugasku, jadi aku seharusnya menghargai waktu yang aku punya sekarang, melaksanakan yang terbaik dalam tugasku, dan mengupayakan perubahan watak. Aku tidak dapat memakai usiaku sebagai alasan untuk tidak mengejar kebenaran lagi. Jika aku hidup dalam kekhawatiran dan kecemasan, tanpa rasa terbebani untuk melaksanakan tugasku dan aku tidak mengupayakan perubahan watak, maka aku akan benar-benar menjadi tidak berguna dan pada akhirnya aku akan disingkirkan oleh Tuhan.
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Antikristus percaya kepada Tuhan hanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan berkat. Sekalipun mereka menanggung penderitaan tertentu atau membayar harga tertentu, semua itu bertujuan untuk bertransaksi dengan Tuhan. Maksud dan keinginan mereka untuk memperoleh berkat dan upah sangatlah besar, dan mereka berpaut erat pada hal tersebut. Mereka tidak menerima satu pun dari banyak kebenaran yang telah Tuhan ungkapkan, dan di dalam hatinya, mereka selalu menganggap bahwa percaya kepada Tuhan adalah tentang memperoleh berkat dan mendapatkan tempat tujuan yang baik, bahwa ini adalah prinsip yang tertinggi, dan tidak ada yang bisa melampauinya. Mereka beranggapan bahwa orang tidak boleh percaya kepada Tuhan kecuali demi memperoleh berkat, dan jika bukan demi berkat, berarti kepercayaan kepada Tuhan tidak akan bermakna ataupun bernilai, sehingga itu akan kehilangan makna dan nilainya. Apakah gagasan-gagasan ini ditanamkan dalam diri antikristus oleh orang lain? Apakah gagasan-gagasan ini berasal dari pendidikan atau pengaruh orang lain? Tidak, gagasan-gagasan ini ditentukan oleh esensi natur bawaan para antikristus, yang merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Meskipun Tuhan yang berinkarnasi mengucapkan begitu banyak firman pada zaman sekarang, antikristus tidak menerima satu pun dari firman tersebut, tetapi malah menolak dan mengutuk firman tersebut. Natur mereka yang muak akan kebenaran dan membenci kebenaran tidak akan pernah dapat berubah. Jika mereka tidak dapat berubah, apa yang ditunjukkan oleh hal ini? Ini menunjukkan bahwa natur mereka jahat. Ini bukan masalah mengejar atau tidak mengejar kebenaran; ini adalah watak yang jahat, ini artinya secara lancang menentang dan melawan Tuhan. Inilah esensi natur antikristus; inilah diri mereka yang sebenarnya" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Tujuh: Mereka Jahat, Berbahaya, dan Licik (Bagian Dua)"). Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus, tak peduli seberapa besar penderitaan yang mereka tanggung atau seberapa banyak harga yang harus mereka bayar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, selalu berusaha untuk tawar-menawar dengan Tuhan demi berkat. Mereka lebih menghargai berkat daripada mengejar kebenaran untuk keselamatan. Ketika mereka tidak bisa mendapatkan berkat, mereka tidak mau melaksanakan tugas atau membayar harga apa pun. Mereka bahkan melawan Tuhan dan mengeluh bahwa Tuhan itu tidak benar. Inilah watak jahat antikristus. Dengan merenungkan diriku sendiri setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku menyadari bahwa percaya kepada Tuhan membawa berkat dan kesempatan untuk diselamatkan serta memasuki kerajaan surga, dan aku sangat senang dengan hal ini, jadi aku melaksanakan tugasku apa pun yang terjadi. Ketika aku melihat bahwa pekerjaanku memberikan hasil yang cukup baik, aku merasa sudah berkontribusi terhadap gereja, jadi kupikir Tuhan pasti memberikanku suatu tempat tujuan yang baik. Namun sekarang, aku sudah tua dan memiliki masalah kesehatan, efisiensi dan hasil dalam tugasku tidak lagi bisa mengimbangi mereka yang lebih muda, jadi aku khawatir bahwa makin tua, aku makin tidak mampu melaksanakan tugas apa pun, lalu aku akan disingkirkan oleh Tuhan. Aku merasa telah kehilangan harapan untuk menerima berkat, sehingga emosiku menjadi negatif, hidup dengan kesakitan, kekhawatiran, serta sikap menentang yang negatif. Aku mengeklaim bahwa usaha dan pengorbananku adalah demi tugas-tugasku, tetapi jauh di dalam lubuk hati, aku selalu membuat perhitungan demi hasil dan tujuanku. Aku berusaha menggunakan tugas-tugasku untuk tawar-menawar dengan Tuhan. Dalam esensinya, aku berusaha memanipulasi dan menipu Tuhan. Aku paham betapa egois dan tercelanya diriku! Aku memikirkan tentang bagaimana Tuhan telah mengungkapkan jutaan kata untuk menyelamatkan umat manusia, dan tentang betapa beruntungnya aku karena sudah datang ke hadirat Tuhan, juga menikmati begitu banyak makanan firman Tuhan serta mendapatkan pemahaman tentang hal-hal negatif. Aku menjadi paham tentang nilai dan makna kehidupan sebagai makhluk ciptaan, serta mendapatkan kesempatan untuk diselamatkan. Aku tidak lagi hidup dalam kehampaan dari usaha mendapatkan keuntungan dan kesenangan yang menyenangkan seperti orang tidak percaya. Tugasku membuat aku dapat hidup di hadapan Tuhan, dan ini telah menyelamatkanku dari begitu banyak bahaya Iblis. Kini meski usiaku makin tua dan mengidap tekanan darah tinggi, aku tidak mengalami gejala yang parah, dan selama aku mempertahankan rutinitas yang teratur, aku tidak memerlukan obat untuk melaksanakan tugas-tugasku secara normal. Bukankah ini kasih karunia Tuhan bagiku? Namun, bahkan setelah menikmati kasih Tuhan, aku tidak membalasnya, tetapi justru menggunakan tugas-tugasku untuk menguji dan tawar-menawar dengan Tuhan. Aku benar-benar tidak punya hati nurani dan nalar! Aku datang ke hadapan Tuhan dan bertobat, "Ya Tuhan, aku selalu berusaha untuk tawar-menawar dengan-Mu dalam melaksanakan tugas-tugasku, mengejar berkat, dan membuat Engkau muak dan benci padaku. Aku mau benar-benar bertobat kepada-Mu."
Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan dan menemukan jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Selain mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik dengan kemampuan terbaik mereka, ada banyak hal yang dapat dilakukan orang yang sudah tua. Kecuali engkau bodoh, terbelakang, dan tidak mampu menerapkan kebenaran, dan kecuali engkau tak mampu menjaga dirimu sendiri, ada banyak hal yang harus kaulakukan. Sama seperti orang muda, engkau dapat mengejar kebenaran, engkau dapat mencari kebenaran, dan engkau harus sering datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan berusaha memandang orang dan hal-hal serta berperilaku dan bertindak sepenuhnya berdasarkan firman Tuhan, dengan kebenaran sebagai standarmu. Inilah jalan yang harus kautempuh, dan engkau tidak boleh merasa sedih, cemas, atau khawatir karena engkau sudah tua, karena engkau memiliki banyak penyakit, atau karena tubuhmu menua. Merasa sedih, cemas, dan khawatir bukanlah hal yang benar untuk kaulakukan—itu adalah perwujudan sikapmu yang tidak masuk akal" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa selain menghadapi dengan benar hukum alam terkait penuaan, sakit, dan kematian yang ditetapkan oleh Tuhan, para lansia harus sering datang ke hadirat Tuhan untuk berdoa dan mencari Dia, memperlakukan orang, peristiwa, dan hal-hal yang terjadi berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, fokus kepada menerapkan kebenaran untuk menyenangkan hati Tuhan. Mereka seharusnya tidak merasa rendah diri karena mereka lebih tua dan tidak semampu orang muda, juga tidak seharusnya mereka merasa dikekang oleh usianya. Mereka harus melaksanakan tugasnya sebaik yang mereka mampu dengan mempertimbangkan energi serta kondisi fisik mereka. Ini adalah pola pikir yang harus dimiliki lansia. Dengan menyadari hal ini, aku juga menjadi mampu menghadapi usia dan kekuranganku dengan benar. Dengan mengingat bahwa aku sudah tua dan cenderung mudah lupa, aku mengawali dengan membuat catatan tentang pekerjaan yang perlu aku laksanakan sehingga aku tidak menunda pekerjaanku. Dalam hal keterampilan khusus, orang muda dapat mengingat setelah mereka belajar satu kali, sementara aku memiliki ingatan yang buruk, dan aku lebih lamban memahami. Oleh karena itu, aku berusaha lebih keras, dan jika aku tidak dapat mempelajarinya dalam satu kali belajar, aku mempelajarinya tiga kali lagi. Aku seharusnya tidak terus membandingkan diri dengan orang-orang muda, tetapi seharusnya mengejar kebenaran dan berusaha melaksanakan tugasku sebaik mungkin. Lalu aku teringat firman Tuhan: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diubah oleh siapa pun" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan menetapkan kesudahan dan tempat tujuan seseorang bukan berdasarkan usia mereka, juga bukan berdasarkan seberapa banyak penderitaan yang telah dialami seseorang, melainkan berdasarkan apakah mereka telah mendapatkan kebenaran dan apakah watak mereka telah berubah. Jika aku tidak mengejar kebenaran dan tidak melepaskan keinginanku untuk mendapatkan berkat, dan watak merusakku tidak berubah, maka meskipun usiaku dua puluh tahun lebih muda, aku masih akan disingkirkan. Aku tidak ingin terus berpegang pada pandanganku yang keliru lagi, dan aku hanya ingin berusaha taat kepada kedaulatan dan penataan Tuhan, untuk melaksanakan tugasku dengan baik selagi aku hidup, untuk mengupayakan perubahan watak, dan pada akhirnya, meskipun aku tidak memiliki kesudahan yang baik, aku mesti tetap melaksanakan tugasku. Inilah kesadaran dan alasan yang harus dimiliki seseorang, dan arah yang harus aku tuju.
Aku ingat pada suatu waktu, kami berkumpul untuk mempelajari keterampilan kerja yang berhubungan dengan masalah yang ada, tetapi ada beberapa masalah yang belum cukup aku pahami. Ketika saudari mitraku mulai mempersekutukan wawasannya, dan persekutuannya sangat bagus, emosi negatifku muncul kembali, dan aku berpikir, "Aku lebih tua sekarang dan aku butuh waktu lebih lama untuk memahami berbagai hal, jika dalam waktu dua tahun ke depan otakku menjadi makin tumpul, maka aku tidak akan dapat melaksanakan tugas sama sekali." Pikiran ini membuatku merasa tidak nyaman. Tetapi pada saat itu, aku teringat firman Tuhan: "Entah tubuhmu mampu melaksanakan tugasmu atau tidak, entah engkau mampu melakukan suatu pekerjaan atau tidak, entah kesehatanmu memungkinkanmu untuk melaksanakan tugasmu atau tidak, hatimu tidak boleh menyimpang dari Tuhan, dan di dalam hatimu, engkau tidak boleh melepaskan tugasmu. Dengan melakukan ini, engkau akan memenuhi tanggung jawabmu, kewajibanmu dan tugasmu—inilah kesetiaan yang harus kaupegang teguh" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Firman Tuhan segera menghapuskan kekhawatiranku. Di waktu mendatang, jika aku makin tua dan makin tidak dapat mengerti berbagai hal dengan cepat, serta tidak dapat melaksanakan tugas tulis-menulisku, aku masih dapat melaksanakan tugas-tugas lain yang sesuai dengan kemampuanku. Meskipun suatu hari nanti kondisi fisikku menghalangiku melaksanakan tugasku, selama hatiku tidak jauh dari Tuhan, dan aku dapat berseru kepada-Nya, makan serta minum firman-Nya, juga merenungkan diri sendiri, Tuhan tidak akan menolakku. Yang Tuhan benci adalah iman yang tidak tulus kepada-Nya, karena aku selalu mengejar berkat. Saat memikirkan ini, aku merasakan kemerdekaan dalam hatiku dan tidak lagi merasa pasif atau negatif. Sebaliknya, aku mulai memikirkan berbagai hal secara mendalam dan belajar, mengalami kemajuan dalam mempelajari keterampilan yang ada. Dari dalam lubuk hatiku aku mengucap syukur kepada Tuhan atas bimbingan-Nya. Tidak peduli apa pun kondisi fisikku, atau kesudahan maupun tempat tujuan apa yang aku hadapi, aku mau taat kepada kedaulatan dan penataan Tuhan dan aku mau melaksanakan tugasku dengan baik.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Li Yong, TiongkokSetelah menjadi seorang Kristen, beberapa kali aku ditahan oleh Partai Komunis Tiongkok, tetapi aku tidak...
Oleh Saudari Mu Qing, Amerika Suatu hari di bulan September tahun lalu, pemimpin menugaskanku untuk mengawasi gereja yang baru didirikan,...
Oleh Saudari Zhuanyi, Korea Beberapa waktu lalu, kami harus membuat sejumlah gambar untuk pembuatan film gereja. Rekanku, Saudara Simon,...
Oleh Saudari Zhao Chen, TiongkokSepanjang ingatanku, aku selalu tergagap ketika berbicara. Biasanya tidak terlalu parah, tetapi aku akan...