Dibebaskan dari Keirihatian
Oleh Saudara Claude, PrancisDi awal tahun 2021, aku melayani sebagai pengkhotbah dan berpartner dengan Saudara Matthew untuk memimpin...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Suatu hari pada tahun 2021, pemimpin memintaku mengurus beberapa pertemuan kelompok. Setelah menjalani latihan, aku mulai memahami beberapa prinsip dan bisa mengenali berbagai keadaan yang dialami manusia. Aku merasa bahwa tugas ini membantuku memahami banyak kebenaran dan berkembang lebih cepat. Namun kemudian, polisi mulai membuntuti diaken urusan umum, dan dia tak bisa berhubungan dengan anggota lain, jadi pemimpin mengatur agar aku menangani urusan umum. Selama waktu itu, saudara-saudari ditangkap satu per satu. Ada banyak hal yang harus diurus, seperti memindahkan buku, mencari tuan rumah baru untuk menampung saudara-saudari, dan sebagainya. Aku pergi ke berbagai tempat hampir setiap hari, mengatur semua hal ini. Setelah beberapa saat, suasana hatiku pun tak menentu, dan aku merasa tidak puas. Menurutku, itu hanyalah pekerjaan lapangan, hanya menguras tenaga, dan karena waktuku habis untuk pergi ke sana kemari, aku tak bisa memperoleh kebenaran. Akankah aku diselamatkan jika itu terus berlanjut? Aku merasa keberatan untuk menangani urusan umum dan tak mau melakukannya lagi.
Beberapa kali aku melihat saudara-saudari bersekutu di pertemuan saat aku mengantarkan barang ke tempat tuan rumah. Aku merasa diperlakukan sangat tidak adil dan bahkan mengeluh kepada pemimpin. Kenapa aku diminta menangani urusan umum? Mereka bersama-sama mempersekutukan kebenaran, belajar begitu banyak hal, dan bertumbuh dengan cepat, tetapi aku hanya mengerjakan tugas kecil; dan menguras tenaga, bagaimana mungkin aku bisa memperoleh kebenaran? Tanpa kebenaran, aku tak akan punya kehidupan dan tak bisa diselamatkan. Bukankah aku rugi? Makin memikirkannya, aku makin kesal, dan aku tak lagi punya semangat untuk melaksanakan tugasku. Suatu ketika, aku mendapat kabar bahwa rumah seorang saudari sudah tak aman, dan buku-buku di sana harus segera dipindahkan ke lokasi yang aman. Aku bertanya-tanya, "Kenapa ada begitu banyak tugas umum? Ini menghabiskan waktu dan tenaga, tetapi aku tak bisa memperoleh kebenaran. Bukankah sia-sia saja aku melakukan semua ini?" Saat berpikir seperti itu, aku tak mau melakukannya. Namun karena situasinya mendesak, aku harus membantu memindahkan buku-buku itu. Tanpa diduga, begitu kami selesai melakukan pekerjaan di sana, terjadi sesuatu di rumah lain di mana buku-buku disimpan. Saat memindahkan buku-buku itu, aku mengatur dan mengemasnya lagi, sama seperti yang kulakukan tadi. Dan setelah seharian bekerja, banyak hal yang kukeluhkan. Saat aku berjalan pulang dengan keadaan lelah, pemimpin dan diaken penyiraman sedang membahas pekerjaan. Pemimpin menanyaiku, "Bukankah kau hanya mengantar seorang saudari ke tempat tuan rumah baru? Kenapa sampai seharian?" Mendengar ucapannya itu, aku merasa diperlakukan sangat tidak adil. Mereka semua mempersekutukan kebenaran dan prinsip saat aku pergi ke sana kemari. Apa yang bisa kuperoleh jika hanya menangani urusan umum? Tak peduli seberapa keras kerjaku, paling-paling aku hanya menjadi orang yang berjerih payah. Seandainya aku bisa membaca firman Tuhan di dalam rumah, berkumpul dan bersekutu dengan semua orang, membahas pekerjaan, bukankah itu sangat bagus? Itu akan lebih mudah, dan aku bisa memperoleh kebenaran, sehingga kelak aku dapat diselamatkan. Aku makin kesal saat memikirkannya. Aku merasa sangat negatif dan begitu lelah. Aku terus mengeluhkannya: Kenapa aku harus menangani urusan umum? Apakah Tuhan ingin aku menjadi orang yang berjerih payah? Jika ini terus berlanjut, apakah aku hanya akan melakukan tugas kecil? Apa yang bisa kuperoleh?
Keesokan harinya, ada banyak tugas umum yang harus ditangani, dan aku pun kembali mengeluh. Melihat kondisiku yang tidak begitu baik, pemimpin mengingatkan agar aku merenungkan diri dan memetik pelajaran. Perkataannya itu membuatku mulai tersadar. Selama menangani urusan umum, aku melakukan pekerjaanku, tetapi aku merasakan pertentangan di dalam hati. Aku tidak puas, ingin memilih-milih tugas. Aku bahkan berpikir bahwa Tuhan tak adil kepadaku. Aku menyadari bahwa keadaanku berbahaya. Aku tak boleh terus begitu menentang. Aku harus mencari kebenaran dan bertobat kepada Tuhan.
Aku membaca firman Tuhan: "Prinsip yang harus kaupahami dan kebenaran yang harus kauterapkan adalah sama, apa pun tugas yang kaulaksanakan. Apakah engkau diminta untuk menjadi pemimpin atau pekerja, atau apakah engkau memasak hidangan sebagai tuan rumah, atau apakah engkau diminta untuk mengurus beberapa urusan eksternal atau melakukan pekerjaan fisik, prinsip kebenaran yang harus kaupatuhi dalam melaksanakan beragam tugas ini adalah sama, yaitu harus didasarkan pada kebenaran dan firman Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). "Banyak orang yang tidak tahu dengan jelas apa artinya diselamatkan. Ada orang-orang yang yakin bahwa jika mereka telah percaya kepada Tuhan untuk waktu yang lama, maka mereka mungkin akan diselamatkan. Ada orang-orang yang mengira jika mereka memahami banyak doktrin rohani, maka mereka mungkin akan diselamatkan, atau ada yang berpikir bahwa pemimpin dan pekerja pasti akan diselamatkan. Semua ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Hal yang terpenting adalah orang harus memahami apa arti keselamatan. Diselamatkan terutama berarti dibebaskan dari dosa, dibebaskan dari pengaruh Iblis, dan dengan sungguh-sungguh berbalik kepada Tuhan dan tunduk kepada-Nya. Apa yang harus kaumiliki untuk bebas dari dosa dan pengaruh Iblis? Kebenaran. Jika orang berharap untuk memperoleh kebenaran, mereka harus diperlengkapi dengan banyak firman Tuhan, mereka harus dapat mengalami dan menerapkannya, sehingga mereka dapat memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan. Hanya dengan demikianlah, mereka dapat diselamatkan. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan berapa lama mereka telah percaya kepada Tuhan, berapa banyak pengetahuan yang mereka miliki, apakah mereka memiliki karunia atau kekuatan, atau seberapa banyak mereka telah menderita. Satu-satunya hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan adalah apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran atau tidak. Jadi sekarang ini, berapa banyak kebenaran yang telah benar-benar kaupahami? Dan berapa banyak firman Tuhan yang telah menjadi hidupmu? Dari semua tuntutan Tuhan, ke manakah engkau telah berhasil masuk? Selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan, berapa banyak engkau telah masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan? Jika engkau tidak tahu, atau jika engkau belum menempuh jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan apa pun, maka sesungguhnya, engkau tidak ada harapan untuk diselamatkan. Engkau tidak mungkin bisa diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). Firman Tuhan menyadarkanku bahwa baik pekerjaan penyiraman ataupun urusan umum di gereja, itu adalah tugas yang harus kita laksanakan. Tuhan berharap agar kita mengejar kebenaran dan memiliki jalan masuk kehidupan saat melaksanakan tugas. Meski tugas kita mungkin berbeda, prinsip-prinsip kebenaran yang kita terapkan dalam tugas kita tetap sama. Apa pun tugas yang kita lakukan, kita semua memperlihatkan kerusakan. Selama kita mencari kebenaran saat memperlihatkan kerusakan, lalu bertobat dan berubah, kita bisa membuat kemajuan dalam hidup. Lalu kita bisa memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Namun, jika kita tak memetik pelajaran saat timbul masalah, atau jika yang kita lakukan tak ada kaitannya dengan penerapan kebenaran atau perubahan watak, Tuhan menganggap bahwa kita hanya bekerja, dan kita tak akan bisa memperoleh kebenaran, apalagi keselamatan dari-Nya. Namun, aku secara keliru percaya bahwa aku tak akan bisa memperoleh kebenaran jika menangani urusan umum, dan tak peduli seberapa banyak yang kulakukan, paling-paling aku hanya akan menjadi orang yang berjerih payah. Kukira dengan menjadi pemimpin atau pemimpin kelompok, mempersekutukan kebenaran dan mendukung anggota lain, membaca dan mempersekutukan firman Tuhan setiap hari, kau bisa berkembang dengan cepat dalam hidup, dan kau bisa memperoleh kebenaran serta diselamatkan. Bukankah aku konyol? Sebenarnya, orang yang benar-benar mengejar kebenaran bisa memetik pelajaran dari segala sesuatu yang mereka hadapi, apa pun tugas yang mereka lakukan, dan memperoleh keuntungan nyata setelahnya. Ini seperti di video kesaksian pengalaman yang pernah kulihat. Ada beberapa saudara-saudari yang menangani urusan umum, tetapi setelah mendengar firman Tuhan, mereka benar-benar berusaha menerapkan firman Tuhan, mencari kebenaran dan mengatasi kerusakan setelah itu tersingkap. Mereka bisa berubah setelah mengalami sesuatu, dan mereka dapat membagikan kesaksiannya yang nyata. Ada pula beberapa pemimpin yang sering membacakan firman Tuhan untuk orang lain dan membantu mengatasi masalah mereka, tetapi tidak benar-benar menerapkan khotbahnya, hanya membicarakan kata-kata dan doktrin, dan akhirnya disingkapkan dan disingkirkan. Hal-hal ini sungguh terjadi, bukan? Tuhan tidak akan memihak karena orang-orang melaksanakan tugas yang berbeda. Mereka yang tidak mengejar kebenaran hanya berjerih payah. Orang yang mengejar kebenaran akan mendapatkan upah dari tugas apa pun. Tuhan itu benar dan tidak memihak siapa pun. Namun, aku terjebak dalam pandanganku yang keliru, dan ingin memilih-milih tugas. Aku keberatan untuk menangani urusan umum; aku tak mau melakukannya. Aku bahkan mulai berprasangka buruk kepada pemimpin, kesal karena dia memberiku pekerjaan seperti itu. Jelas-jelas aku tidak mengejar kebenaran. Aku memperlihatkan kerusakan tetapi tidak merenungkan diri atau mengatasinya. Aku justru bersikap negatif, banyak mengeluh, dan melimpahkan semua kesalahan pada orang lain. Kupikir Tuhan hanya membuatku berjerih payah; bukankah aku salah memahami-Nya. Aku berada di lingkungan yang sangat nyata, tetapi aku tidak memetik pelajaran. Aku banyak mengeluh. Sungguh tak masuk akal. Jika aku terus seperti itu, tidak memperoleh kebenaran sama sekali, aku benar-benar akan menjadi orang yang berjerih payah. Aku telah diminta untuk menangani urusan umum, tetapi aku tidak bisa menerima bahwa itu adalah dari Tuhan dan tidak bisa tunduk. Masalahku sendiri saja tak bisa kuatasi, apalagi masalah saudara-saudari lain. Namun, aku malah ingin melakukan pekerjaan penyiraman dengan kondisi seperti itu! Bukankah itu tak masuk akal? Aku teringat akan firman Tuhan: "Pada akhirnya, apakah orang dapat memperoleh keselamatan atau tidak, itu bukan tergantung pada tugas apa yang telah mereka laksanakan, tetapi tergantung pada apakah mereka dapat memahami dan memperoleh kebenaran, dan tergantung pada apakah mereka pada akhirnya dapat sepenuhnya tunduk kepada Tuhan, berserah diri pada belas kasihan pengaturan-Nya, tidak memikirkan masa depan dan nasib mereka, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat. Tuhan itu benar dan kudus, dan inilah standar yang Dia gunakan untuk menilai seluruh umat manusia. Standar ini tidak dapat diubah dan engkau harus mengingat standar ini. Tanamkanlah standar ini dalam pikiranmu, dan setiap saat, jangan berpikir untuk mencari jalan lain untuk mengejar sesuatu yang tidak nyata. Tuntutan dan standar yang Tuhan miliki bagi semua orang yang ingin memperoleh keselamatan tidak berubah untuk selamanya. Tuntutan dan standar itu tetap sama siapa pun dirimu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dengan membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa entah orang sedang menangani urusan umum atau melayani sebagai pemimpin, kuncinya adalah mengejar kebenaran saat melaksanakan tugas. Manusia yang akan diselamatkan adalah mereka yang bisa mencari kebenaran di lingkungan yang telah diatur oleh Tuhan, dan bisa memahami diri sendiri, bertobat serta berubah. Memahami hal ini mencerahkan hatiku.
Kemudian, aku mulai merenungkan berbagai hal lagi. Kenapa aku begitu kesal dan tak mau bekerja saat diminta untuk menangani urusan umum? Aku membaca firman Tuhan ini: "Hal yang paling menyedihkan mengenai kepercayaan umat manusia kepada Tuhan adalah bahwa manusia melakukan pengelolaannya sendiri di tengah-tengah pekerjaan Tuhan dan tidak mengindahkan pengelolaan Tuhan. Kegagalan manusia yang terbesar terletak pada fakta bahwa, sementara mereka berusaha untuk tunduk kepada Tuhan dan menyembah Dia, manusia membangun tempat tujuannya sendiri dan merencanakan bagaimana menerima berkat terbesar dan tempat tujuan yang terbaik. Bahkan jika orang memahami betapa malang, menjijikkan, dan menyedihkannya keadaan mereka, berapa banyakkah yang rela meninggalkan cita-cita dan harapan mereka? Dan siapakah yang dapat menghentikan langkah mereka sendiri dan berhenti dari hanya memikirkan diri mereka sendiri? Tuhan membutuhkan orang-orang yang mau bekerja sama secara dekat dengan-Nya untuk menyelesaikan pengelolaan-Nya. Dia membutuhkan orang-orang yang mau tunduk kepada-Nya dengan mengabdikan seluruh pikiran dan tubuh mereka untuk pekerjaan pengelolaan-Nya. Dia tidak membutuhkan orang-orang yang mengulurkan tangan mereka untuk memohon kepada-Nya setiap hari, apalagi orang-orang yang hanya memberi sedikit dan kemudian menunggu untuk diberi upah. Tuhan memandang rendah orang-orang yang hanya memberikan kontribusi kecil dan kemudian berpuas diri dengan pencapaian mereka. Dia membenci orang-orang berdarah dingin yang tidak membenci pengelolaan-Nya dan hanya ingin berbicara tentang pergi ke surga dan mendapatkan berkat. Dia bahkan memiliki kebencian yang lebih besar terhadap mereka yang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh pekerjaan yang dilakukan-Nya dalam menyelamatkan umat manusia. Itu karena orang-orang ini tidak pernah peduli tentang apa yang Tuhan ingin capai dan dapatkan melalui pekerjaan pengelolaan-Nya. Mereka hanya peduli dengan bagaimana mereka dapat memanfaatkan kesempatan yang disediakan oleh pekerjaan Tuhan untuk mendapatkan berkat. Mereka tidak memperhatikan hati Tuhan, dan sepenuhnya disibukkan dengan prospek dan nasib mereka sendiri. Orang-orang yang membenci pekerjaan pengelolaan Tuhan dan sama sekali tidak memiliki minat pada bagaimana Tuhan menyelamatkan umat manusia serta maksud-Nya, hanya melakukan apa yang menyenangkan mereka dengan cara yang terlepas dari pekerjaan pengelolaan Tuhan. Perilaku mereka tidak diingat atau diperkenan Tuhan, apalagi dipandang baik oleh Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku. Aku enggan menangani urusan umum karena motivasiku dalam tugasku itu tidaklah benar. Aku melaksanakannya agar bisa diberkati, selalu memperhitungkan untung dan rugi dalam hatiku. Aku bersemangat membayar berapa pun harganya jika itu akan menguntungkanku, tetapi begitu aku melihat bahwa tugas yang diberikan kepadaku adalah urusan umum, dan mungkin aku hanya menjadi orang yang berjerih payah, aku merasa akan mengalami kerugian yang besar. Aku menunjukkan sikap tidak senang serta menggerutu, dan meski aku telah melakukan pekerjaanku, aku tidak puas dengannya. Aku hidup berdasarkan falsafah Iblis, seperti "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya", "Jangan pernah mengambil ujung tongkat yang pendek", dan "Jangan pernah bangun pagi kecuali ada untungnya". "Upah" selalu yang terpenting, bahkan mengorbankan diriku bagi Tuhan seperti bertransaksi dengan-Nya. Dari awal hingga akhir, aku tidak memikirkan cara untuk melaksanakan tugas dengan baik. Bahkan di kondisi yang keras itu, pertimbangan pertamaku bukanlah melindungi saudara-saudari serta properti gereja, dan segera memindahkan mereka ke tempat yang aman, melainkan mempertimbangkan apakah pekerjaan itu layak untuk dilakukan, apakah itu aku bermanfaat untuk tempat tujuanku. Aku melihat bagaimana Iblis telah merusakku sehingga aku menjadi egois, hina, dan tak memiliki hati nurani atau nalar. Aku sangat berhati dingin, hanya mementingkan diriku sendiri. Jika dipikir-pikir, aku adalah anggota gereja, jadi apa pun pekerjaan yang harus dilakukan, seharusnya aku mau bekerja sama untuk melindungi kepentingan gereja. Namun, aku sangat mementingkan tujuan dalam semua hal yang kulakukan. Aku merasa akan sangat rugi jika aku tidak mendapatkan berkat setelah bekerja begitu keras. Aku hanya memikirkan cara agar bisa memperoleh berkat dan keuntungan pribadi. Fakta ini menunjukkan bahwa motivasiku selama bertahun-tahun beriman hanyalah keinginan untuk memperoleh berkat. Itu mengingatkanku pada firman Tuhan: "Bahkan manusia yang menunjukkan kebaikan kepada sesamanya menerima balasan, tetapi Kristus, yang telah melakukan pekerjaan seperti itu di tengah-tengahmu, tidak menerima baik kasih, maupun balasan ataupun ketundukan manusia. Bukankah ini hal yang sangat memilukan?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). Aku merasa makin menyesal dan sangat sedih di hadapan firman Tuhan. Aku telah makan dan minum begitu banyak firman Tuhan, dan menikmati begitu banyak penyiraman dan perbekalan dari Tuhan, tapi tidak pernah berpikir untuk membalas kasih-Nya dengan melaksanakan tugas secara baik. Aku hanya fokus meminta. Tidak pernah puas, aku memohon berkat kepada Tuhan, ingin mendapatkan tempat tujuan yang baik dari-Nya. Aku marah saat tidak mendapatkannya, dan aku banyak mengeluh saat melaksanakan tugas kecil sekalipun. Hati nurani dan nalarku telah menjadi mati rasa, dan itu sangat menyakitkan bagi Tuhan. Saat memikirkannya, aku makin merasa berutang dan bersalah. Aku membenci diriku sendiri karena tak punya hati nurani dan kemanusiaan.
Lalu, aku membaca bagian lain dalam firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, setiap kali sesuatu diatur untuk kaulakukan, baik itu pekerjaan yang sulit atau melelahkan, entah engkau menyukainya atau tidak, itu adalah tugasmu. Jika engkau dapat menganggapnya sebagai amanat dan tanggung jawab yang telah Tuhan berikan kepadamu, artinya engkau berkaitan dengan pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Dan jika apa yang kaulakukan dan tugas yang kaulaksanakan berkaitan dengan pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia, dan engkau dapat dengan sungguh-sungguh dan tulus menerima amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu, bagaimana Dia akan menganggapmu? Dia akan menganggapmu anggota keluarga-Nya. Apakah itu berkat atau kutuk? (Berkat.) Itu adalah berkat yang luar biasa" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Bagian ini sungguh menyentuh hatiku. Selama manusia mau melaksanakan tugas, Tuhan akan memberi mereka kesempatan. Semua pekerjaan di gereja itu bermakna, termasuk yang terlihat tidak mengesankan sekalipun. Semuanya harus diterima dan dianggap sebagai tugas dan tanggung jawabmu sendiri. Jika kau berusaha mengejar kebenaran dalam tugasmu, dan melaksanakannya sesuai dengan tuntutan Tuhan, kau akan berpeluang untuk diselamatkan. Jika kau memperlakukan tugasmu seperti transaksi, atau seperti modal untuk ditukarkan dengan berkat atau tiket masuk ke kerajaan Tuhan, sekeras apa pun kau bekerja, kau tak akan pernah bisa memasuki kebenaran, karena pandanganmu terhadap pengejaran dan jalan yang kau tempuh itu salah. Memiliki kesempatan untuk melaksanakan tugas, dan berjerih payah bagi pekerjaan Tuhan, adalah peninggian Tuhan dan berkat yang sangat besar. Kenapa aku begitu pemilih dalam tugasku? Seharusnya aku menerimanya dan tunduk. Sebagai makhluk ciptaan, itulah yang seharusnya kulakukan. Namun, aku tidak bisa melihat berkat di sekelilingku, dan tak menghargai kesempatanku untuk mengejar kebenaran melalui tugas ini. Aku menganggap tugasku sebagai kerja keras, sebagai alat tawar-menawar dalam bertransaksi dengan Tuhan, dan aku salah memahami serta menyalahkan Tuhan. Aku sangat buta. Menyadari hal ini, aku tak lagi merasa keberatan untuk menangani urusan umum. Aku benar-benar bersedia menerimanya dan tunduk serta melaksanakan tugas itu dengan baik.
Ada bagian lain dari firman Tuhan yang kubaca: "Dalam melaksanakan tugasnya, orang menggunakan pengejaran kebenaran untuk mengalami pekerjaan Tuhan, secara bertahap memahami dan menerima kebenaran, dan kemudian menerapkan kebenaran. Mereka kemudian mencapai keadaan di mana mereka membuang watak rusak mereka, melepaskan ikatan dan kendali watak rusak Iblis, dan dengan demikian mereka menjadi orang yang memiliki kenyataan kebenaran dan orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Hanya jika engkau memiliki kemanusiaan yang normal, barulah pelaksanaan tugasmu dan tindakanmu akan mendidik kerohanian orang dan memuaskan Tuhan. Dan hanya jika orang memperoleh perkenan Tuhan oleh karena pelaksanaan tugas mereka, barulah mereka dapat menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang dapat diterima. Jadi, mengenai pelaksanaan tugasmu, meskipun yang sekarang kaudedikasikan dan berikan dalam pengabdianmu adalah berbagai keterampilan dan pembelajaran serta pengetahuan yang telah kauperoleh, justru melalui saluran pelaksanaan tugasmulah engkau dapat memahami kebenaran, dan mengetahui apa artinya melaksanakan tugas, apa artinya datang ke hadapan Tuhan, apa artinya sepenuh hati mengorbankan dirimu bagi Tuhan. Melalui saluran ini, engkau akan tahu bagaimana engkau dapat menyingkirkan watak rusakmu, dan bagaimana memberontak terhadap dirimu sendiri, tidak congkak dan merasa diri benar, serta tunduk pada kebenaran dan kepada Tuhan. Dengan cara demikian, barulah engkau dapat diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Dari firman Tuhan, aku belajar bahwa melaksanakan tugas adalah jalan untuk mengubah watak seseorang dan memperoleh kebenaran. Itu tak ada kaitannya dengan memperoleh berkat atau manfaat. Apa pun tugas yang kaulaksanakan, satu-satunya jalan yang benar adalah mengejar kebenaran dan fokus mengubah watak. Aku tidak memetik pelajaran dari urusan umum yang kutangani sebelumnya karena aku tidak mengejar kebenaran atau mengerahkan upaya pada jalan masuk kehidupan. Itu tidak ada kaitannya dengan tugas kulaksanakan. Kukira menangani urusan umum berarti hanya bekerja keras. Saat aku memperlihatkan kerusakan, aku tidak fokus mencari kebenaran dan mengatasinya. Aku bersikap negatif dan bermalas-malasan dalam tugasku, dan meski aku melakukan pekerjaanku, aku tak memperoleh apa-apa, dan watakku sama sekali tak pernah berubah. Mustahil aku akan diselamatkan jika terus seperti ini. Setelah menyadari hal itu, aku mendapatkan jalan penerapan. Entah menangani urusan umum ataupun menyirami dan mendukung saudara-saudari, aku tak boleh terus menganggapnya seperti tugas. Aku harus fokus berdoa dan mencari prinsip-prinsip kebenaran. Saat aku memperlihatkan kerusakan, aku harus merenungkan diri dan mencari kebenaran untuk mengatasinya. Setelah menerapkan ini selama beberapa waktu, tanpa sadar, aku lebih memahami diriku sendiri dan memperoleh pemahaman yang lebih nyata akan kebenaran.
Aku ingat bahwa suatu ketika, ada seorang saudari yang selalu memintaku untuk ikut dengannya dalam setiap hal yang dia rencanakan. Dia bahkan memintaku untuk membantu melakukan hal-hal sederhana yang bisa dia lakukan sendiri. Saat dia memintaku membantunya lagi, aku membetulkan pola pikirku, dan tak menolak karena berapa banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Saat kami bekerja sama, aku memerhatikan bahwa dia tak memikul beban yang nyata dalam tugasnya, dan rakus akan kenyamanan. Aku ingin menunjukkan itu kepadanya, tetapi aku takut dia merasa bahwa aku sulit bergaul, jadi aku memikirkan dagingnya. Kupikir aku bisa bekerja lebih keras; aku tak menyebutkan masalahnya atau bersekutu dengannya. Kemudian, setelah membaca firman Tuhan dan merenungkan diri, aku menyadari bahwa aku adalah penyenang orang. Aku terlihat seolah perhatian dan pengertian, tetapi sebenarnya, aku punya motif pribadi, yaitu agar dia memiliki kesan yang baik terhadapku. Itu tak akan bermanfaat bagi hidupnya, dan dia akan selalu mengandalkanku. Saat itu, aku terbuka kepadanya dan bercerita tentang kerusakanku, dan juga menyebutkan masalahnya. Dia sedikit berubah setelah itu, menjadi lebih aktif dalam menjalankan tugasnya dan tak terlalu bergantung kepadaku.
Pengalaman-pengalaman ini mengajarkanku bahwa aku bisa memahami kebenaran dan masuk ke dalamnya terlepas dari tugas apa pun yang kulaksanakan. Tuhan sungguh tidak memihak siapa pun. Di saat yang sama, aku juga menyadari bahwa apa pun pekerjaan yang kulakukan atau seperti apa pun situasi yang kuhadapi, yang terpenting adalah mampu mencari kebenaran dan menerapkannya.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Claude, PrancisDi awal tahun 2021, aku melayani sebagai pengkhotbah dan berpartner dengan Saudara Matthew untuk memimpin...
Oleh Saudari Yi Qian, Tiongkok Pada 2019, aku pemimpin gereja. Karena aku melalaikan tanggung jawab, hanya mengejar nama dan status,...
Oleh Saudari You Xin, Korea Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Orang tidak dapat mengubah watak mereka sendiri; mereka harus menjalani...
Li Cheng adalah seorang pemimpin gereja yang terutama bertanggung jawab atas pekerjaan mengusir dan mengeluarkan orang, yang juga mengawasi...