34. Apa yang dimaksud dengan ketundukan kepada Tuhan

Firman Tuhan Yang Mahakuasa pada Akhir Zaman

Manusia diciptakan oleh Tuhan dan harus menyembah-Nya, tetapi mereka sebenarnya berpaling dari-Nya dan malah menyembah Iblis. Iblis menjadi berhala di hati manusia. Dengan demikian, Tuhan kehilangan kedudukan-Nya di hati manusia, yang berarti Dia kehilangan makna di balik penciptaan-Nya atas manusia. Oleh karena itu, untuk memulihkan makna di balik penciptaan-Nya atas umat manusia, Dia harus memulihkan keserupaan asli manusia dan membebaskan mereka dari watak rusaknya. Untuk merebut kembali manusia dari Iblis, Dia harus menyelamatkan manusia dari dosa. Hanya dengan cara inilah Tuhan secara berangsur-angsur dapat memulihkan keserupaan dan fungsi asli manusia, dan akhirnya memulihkan kerajaan-Nya. Pemusnahan terakhir atas anak-anak pemberontak itu juga akan dilakukan untuk memungkinkan manusia menyembah Tuhan dan hidup di bumi dengan lebih baik. Karena Tuhan menciptakan manusia, Dia akan membuat mereka menyembah-Nya; karena Dia ingin memulihkan fungsi asli manusia, Dia akan memulihkannya sepenuhnya, tanpa percampuran apa pun. Memulihkan otoritas-Nya berarti membuat manusia menyembah-Nya dan tunduk kepada-Nya; ini berarti Dia akan membuat manusia hidup karena Dia dan membuat musuh-musuh-Nya binasa karena otoritas-Nya. Ini berarti Tuhan akan membuat segala sesuatu tentang diri-Nya terus ada di antara manusia tanpa penentangan dari siapa pun. Kerajaan yang ingin dibangun-Nya adalah kerajaan-Nya sendiri. Manusia yang diinginkan-Nya adalah yang menyembah-Nya, yang sepenuhnya tunduk kepada-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya. Jika Tuhan tidak menyelamatkan manusia yang rusak, maka makna di balik penciptaan-Nya atas manusia akan hilang; Dia tidak akan memiliki otoritas lagi di antara manusia, dan kerajaan-Nya tidak akan ada lagi di bumi. Jika Tuhan tidak memusnahkan musuh-musuh yang memberontak kepada-Nya itu, Dia tidak akan dapat memperoleh kemuliaan-Nya yang sempurna, ataupun membangun kerajaan-Nya di muka bumi. Semua ini akan menjadi tanda penyelesaian pekerjaan-Nya dan pencapaian besar-Nya: untuk benar-benar memusnahkan orang-orang di antara manusia yang memberontak melawan-Nya, dan membawa mereka yang telah disempurnakan ke tempat perhentian. Saat manusia telah dipulihkan kepada keserupaan aslinya, dan saat mereka dapat melaksanakan tugasnya masing-masing, menjaga posisinya yang semestinya dan tunduk pada semua pengaturan Tuhan, Dia akan mendapatkan sekelompok orang di bumi yang menyembah-Nya, dan Dia juga akan membangun kerajaan di muka bumi yang menyembah-Nya.

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"

Percaya kepada Tuhan menuntut ketundukan kepada-Nya—bukankah ini sangat penting? Mengapa kebenaran tentang ketundukan kepada Tuhan sangat penting? Itu adalah tanggung jawab, naluri, dan tugas utama makhluk ciptaan. Jika engkau tidak memiliki naluri ini, konsep ini, pemahaman ini, dan engkau bahkan tidak memahami kebenaran tentang ketundukan kepada Tuhan yang merupakan dasar bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan, maka ketika engkau mengaku bahwa engkau memahami banyak kebenaran, bukankah itu hanya omong kosong? Semua itu omong kosong. Jika engkau tidak tahu bagaimana berbicara di hadapan Tuhan, tidak tahu bagaimana bertindak dengan cara yang memuaskan Sang Pencipta, dan tidak tahu tindakan mana yang menunjukkan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, ini bukanlah masalah besar; tetapi jika engkau tidak mengerti bahwa engkau harus tunduk kepada Tuhan, bukankah engkau telah kehilangan naluri manusia? Ini artinya benar-benar kehilangan naluri manusia dan nilai yang seharusnya manusia miliki. Sungguh menyedihkan bagimu jika engkau tidak mengetahui hal terbesar dalam hidupmu, tugas utamamu! Engkau semua telah percaya kepada Tuhan setidaknya selama tiga hingga lima tahun, tetapi engkau masih tidak mengerti bagaimana engkau harus tunduk kepada Tuhan sebagai orang yang percaya kepada Tuhan—ini sangat berbahaya. Ini akan membuatmu jauh lebih mudah menentang Tuhan dan mengkhianati-Nya. Adam dan Hawa tidak tahu cara tunduk kepada Tuhan. Ketika Tuhan berfirman jangan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, apa yang mereka pikirkan? "Tuhan berfirman jangan memakannya, tetapi mengapa tidak boleh? Tuhan tidak menjelaskan alasannya. Kurasa aku tidak akan memakannya." Mereka tidak menganggapnya serius dan memperlakukan firman Tuhan dengan sikap yang tidak hormat, mengabaikannya. Ketika Iblis menyesatkan mereka, apa yang Iblis katakan? ("Bukankah Tuhan berfirman, Engkau jangan makan semua pohon di taman ini?" (Kejadian 3:1). "Engkau belum tentu mati: Karena Tuhan tahu bahwa pada hari engkau memakannya, maka matamu akan terbuka dan engkau akan menjadi sama seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat" (Kejadian 3:4-5).) Apa yang Iblis maksudkan dengan perkataan ini? "Tuhan berfirman jangan memakan buah itu, tetapi apa yang akan terjadi jika engkau memakannya? Engkau belum tentu akan mati." Jika Adam dan Hawa berpegang teguh pada firman Tuhan dan benar-benar tunduk padanya, mungkinkah mereka tertipu oleh Iblis? (Tidak.) Namun, mereka tidak memiliki konsep tentang tunduk kepada Tuhan di dalam hati mereka. Mereka tidak mengerti bahwa manusia harus tunduk kepada Tuhan. Mereka tidak memiliki kesadaran berikut ini dalam hati mereka: "Tuhan berfirman jangan memakannya, jadi siapa pun yang menyuruhku untuk memakannya, aku tidak akan memakannya. Aku harus mematuhi firman Tuhan. Aku tidak tahu alasan pastinya mengapa Tuhan melarangnya atau apakah memakannya benar-benar akan menyebabkan kematian karena aku belum mencobanya. Itu mungkin akan menyebabkan kematian atau mungkin juga tidak, tetapi apa yang Tuhan firmankan kepadaku untuk kulakukan, aku harus mematuhinya." Adam dan Hawa tidak mematuhi firman Tuhan, jadi mereka menyerah pada pencobaan ular, mengkhianati Tuhan, dan jatuh ke dalam kebejatan. Apakah ketundukan kepada Tuhan itu penting? (Ya.) Untuk mencapai ketundukan kepada Tuhan, engkau sebenarnya tidak perlu memahami banyak kebenaran atau tidak perlu memiliki pemahaman yang mendalam. Asalkan engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan dan tahu bagaimana tunduk kepada Tuhan, engkau dapat mencapai ketundukan kepada-Nya. Sekalipun engkau tidak dapat sepenuhnya memahami bagaimana perilaku tertentu dapat memengaruhi kesudahanmu atau sampai sejauh mana, itu tidak menjadi masalah. Namun, engkau setidaknya harus memiliki nalar, dan memiliki hati dan sikap yang tunduk. Inilah yang seharusnya ada dalam kemanusiaanmu. Dengan kata lain, engkau harus tahu siapa dirimu dan siapa Tuhan. Engkau harus tahu bahwa engkau adalah makhluk ciptaan, dan Tuhan adalah Sang Pencipta, dan apa perbedaan antara identitas dan status keduanya. Selain itu, engkau harus tahu apa yang harus kaulakukan dan apa tugas utamamu. Jika engkau berkata, "Tugas utamaku adalah mengindahkan firman Tuhan; domba-domba Tuhan mendengarkan suara-Nya, dan apa pun yang Tuhan minta untuk kulakukan, aku akan melakukannya," maka ini adalah sikap ketundukan. Jika engkau berkata, "Tugas utamaku adalah mengindahkan firman Tuhan," tetapi setelah mendengar firman Tuhan, engkau mulai merenung, "Apa maksud Tuhan dengan ini? Bagaimana ini akan bermanfaat bagiku?" dan engkau selalu memikirkan kepentinganmu sendiri, ini salah. Di mana letak kesalahannya dalam hal ini? (Dalam memeriksa dan meragukan firman Tuhan.) Ini berarti engkau tidak sedang berdiri di posisi yang semestinya. Memeriksa firman Tuhan berasal dari watak rusak manusia dan ketidakpahaman mereka akan kebenaran. Namun, apa yang menyebabkan orang tidak berdiri di posisi yang benar? (Karena tidak ada sikap yang tunduk dalam diri mereka.) Jika engkau tidak tahu apa artinya tunduk, tidak memahami kebenaran, dan tidak bernalar, engkau akan berdiri di posisi yang salah. Ketundukan sangat penting, dan itu tergantung pada bagaimana engkau memandang dan memahaminya. Tuhan telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran, tetapi manusia harus memahami apa kebenaran yang tertinggi itu, yaitu bahwa sebagai makhluk ciptaan mereka harus tunduk pada pengaturan dan penataan Sang Pencipta. Sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bagi makhluk ciptaan untuk tunduk kepada Sang Pencipta—inilah tepatnya yang harus terjadi. Kebenaran ini tidak berubah untuk selamanya, terlepas dari waktu, tempat, tahun, atau bulan, di ruang atau lingkungan geografis mana pun. Sekalipun dunia dan umat manusia ini akan berlalu, dan segala sesuatunya akan berlalu, pernyataan bahwa "Makhluk ciptaan harus tunduk kepada Sang Pencipta" tidak akan pernah berubah. Nalarmu harus memiliki fakta ini; ini adalah kebenaran pertama yang harus kaumiliki sebagai seseorang yang percaya kepada Tuhan.

—persekutuan Tuhan

Karena engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus beriman pada semua firman Tuhan dan dalam semua pekerjaan-Nya. Dengan kata lain, karena engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus tunduk kepada-Nya. Jika engkau tidak dapat melakukan hal ini, maka tidak masalah apakah engkau percaya kepada Tuhan atau tidak. Jika engkau sudah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, tetapi belum pernah tunduk kepada-Nya dan tidak menerima seluruh firman-Nya, melainkan meminta Tuhan untuk tunduk kepadamu dan bertindak sesuai dengan gagasan-gagasanmu, maka engkau adalah orang yang paling memberontak, dan engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya. Bagaimana orang semacam ini dapat tunduk kepada pekerjaan dan firman Tuhan yang tidak selaras dengan gagasan-gagasan manusia? Orang yang paling suka memberontak adalah orang yang dengan sengaja membantah dan menentang Tuhan. Mereka adalah musuh Tuhan, antikristus. Sikap mereka selalu adalah sikap bermusuhan terhadap pekerjaan Tuhan yang baru; mereka tidak pernah memperlihatkan kecenderungan sedikit pun untuk tunduk, mereka juga tidak pernah dengan senang hati tunduk atau merendahkan diri. Mereka menganggap dirinya paling unggul di hadapan orang lain dan tidak pernah tunduk kepada siapa pun. Di hadapan Tuhan, mereka menganggap dirinya yang paling fasih dalam mengkhotbahkan firman, dan yang paling cakap dalam membentuk orang lain. Mereka tak pernah melepaskan "kekayaan" yang dimilikinya, tetapi memperlakukannya sebagai pusaka keluarga untuk dipuja, sebagai bahan khotbah kepada orang lain, dan menggunakannya untuk menceramahi orang-orang bodoh yang mengidolakan mereka. Memang ada beberapa orang seperti ini di gereja. Dapat dikatakan mereka ini adalah "pahlawan-pahlawan degil", dari generasi ke generasi tinggal di rumah Tuhan. Mereka menganggap mengkhotbahkan firman (doktrin) sebagai tugas tertinggi mereka. Tahun demi tahun, dari generasi ke generasi, mereka terus menjalankan tugas mereka yang "sakral dan tak bisa diganggu gugat". Tidak ada orang yang berani menyentuh mereka; dan tak seorang pun berani menegur mereka secara terbuka. Mereka menjadi "raja-raja" di rumah Tuhan, merajalela sementara mereka menindas orang lain dari masa ke masa. Gerombolan setan ini berusaha bekerja sama dan menghancurkan pekerjaan-Ku; mana mungkin Kubiarkan setan-setan yang hidup ini ada di depan mata-Ku? Bahkan orang-orang yang hanya setengah tunduk pun tidak dapat melanjutkan sampai akhir, apalagi para penindas ini, yang sama sekali tidak punya ketundukan dalam hati mereka! Pekerjaan Tuhan tidak mudah didapatkan oleh manusia. Bahkan dengan menggunakan seluruh kekuatan yang mereka miliki, orang hanya akan bisa mendapatkan sebagian saja darinya, yang akhirnya memungkinkan mereka untuk disempurnakan. Lalu, bagaimana dengan anak-anak penghulu malaikat yang berusaha menghancurkan pekerjaan Tuhan? Bukankah harapan mereka bahkan lebih kecil lagi untuk didapatkan oleh Tuhan? Tujuan-Ku melakukan pekerjaan penaklukan bukan semata-mata untuk menaklukkan demi penaklukan, tetapi untuk menaklukkan untuk mengungkapkan kebenaran dan kefasikan, untuk mendapatkan bukti untuk hukuman manusia, untuk menghukum orang jahat, dan terlebih lagi, menaklukkan untuk menyempurnakan orang-orang yang rela tunduk. Pada akhirnya, semua orang akan dipisahkan berdasarkan jenisnya, dan orang-orang yang disempurnakan adalah mereka yang pemikiran dan gagasannya dipenuhi dengan ketundukan. Inilah pekerjaan yang pada akhirnya akan diselesaikan. Sementara itu, mereka yang setiap tindakannya adalah memberontak akan dihukum dan dilemparkan ke dalam api untuk dibakar, menjadi objek kutukan yang abadi. Ketika saat itu tiba, "pahlawan-pahlawan besar dan degil" masa lalu itu akan menjadi "para pengecut yang lemah dan tak berdaya" yang paling rendah dan paling dijauhi. Hanya perkara inilah yang dapat menggambarkan setiap aspek kebenaran Tuhan, dan watak-Nya yang tidak dapat disinggung oleh manusia, dan hanya inilah yang dapat menenangkan kebencian di hati-Ku. Tidakkah engkau semua setuju bahwa hal ini sama sekali masuk akal?

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Tunduk kepada Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan"

Selama waktu Tuhan dalam rupa manusia, ketundukan yang Dia tuntut dari manusia bukanlah seperti apa yang manusia bayangkan yaitu dengan tidak menghakimi atau menentang; sebaliknya, Dia menuntut orang untuk menggunakan firman-Nya sebagai prinsip untuk kehidupan dan fondasi untuk kelangsungan hidup mereka, untuk mereka sepenuhnya menerapkan esensi dari firman-Nya, dan sepenuhnya memenuhi maksud-maksud-Nya. Satu aspek diharuskannya orang tunduk kepada Tuhan yang berinkarnasi mengacu pada diterapkannya firman-Nya, dan aspek lainnya mengacu pada kemampuan mereka untuk tunduk pada kenormalan dan kenyataan diri-Nya. Keduanya merupakan keharusan yang mutlak. Orang-orang yang dapat mencapai kedua aspek ini adalah semua orang yang sungguh-sungguh memiliki hati yang mengasihi Tuhan. Mereka semua adalah orang yang telah Tuhan dapatkan, dan mereka semua mengasihi Tuhan seperti mereka mencintai hidupnya sendiri. Tuhan yang berinkarnasi memiliki kemanusiaan yang normal dan nyata dalam pekerjaan-Nya. Dengan cara inilah, cangkang luar kemanusiaan-Nya yang normal dan nyata itu menjadi ujian yang besar bagi manusia; itu menjadi kesulitan terbesar mereka. Namun, kenormalan dan kenyataan diri Tuhan tidak dapat dihindari. Dia mencoba segalanya untuk menemukan solusi, tetapi pada akhirnya Dia tidak dapat menghindarkan diri-Nya untuk mengenakan cangkang luar kemanusiaan-Nya yang normal. Ini karena, bagaimanapun juga, Dia adalah Tuhan yang menjadi manusia, bukan Tuhan Roh yang di surga. Dia bukan Tuhan yang tidak dapat dilihat oleh manusia, melainkan Tuhan yang mengenakan cangkang mahkluk ciptaan. Dengan demikian, melepaskan diri-Nya dari cangkang luar kemanusiaan-Nya yang normal sama sekali tidak mudah. Jadi, bagaimanapun juga, Dia tetap melakukan pekerjaan yang ingin dilakukan-Nya dari perspektif daging-Nya. Pekerjaan ini adalah pengungkapan diri Tuhan yang normal dan nyata, jadi bagaimana mungkin orang merasa tidak masalah jika mereka tidak tunduk? Apa sesungguhnya yang dapat manusia lakukan mengenai tindakan Tuhan tersebut? Dia melakukan apa pun yang ingin dilakukan-Nya; apa pun yang disukai-Nya, itulah yang terjadi. Jika manusia tidak tunduk, lalu rencana lain apa yang bisa mereka miliki? Sampai sejauh ini, hanya ketundukanlah yang dapat menyelamatkan manusia; tidak seorang pun memiliki ide cemerlang lainnya. Manusia bisa apa, jika Tuhan ingin menguji mereka? Namun, semua ini bukan pemikiran oleh Tuhan yang di surga, melainkan pemikiran oleh Tuhan yang berinkarnasi. Dia ingin melakukan ini, maka tak seorang pun mampu mengubahnya. Tuhan yang di surga tidak mencampuri apa yang dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, jadi bukankah ini lebih lagi merupakan alasan mengapa manusia harus tunduk kepada-Nya? Meskipun Dia nyata dan normal, Dia sepenuhnya adalah Tuhan yang menjadi manusia. Berdasarkan gagasan-Nya sendiri, Dia melakukan apa pun yang ingin Dia lakukan. Tuhan yang di surga telah menyerahkan semua tugas kepada-Nya; engkau harus tunduk pada apa pun yang Dia lakukan. Meskipun Dia memiliki kemanusiaan dan sangat normal, Dia telah dengan sengaja merancangkan semua ini, jadi bagaimana manusia bisa memelototi-Nya dengan mata terbelalak tanda tak setuju? Dia ingin menjadi manusia biasa, maka Dia adalah manusia biasa. Dia ingin hidup dalam kemanusiaan, maka Dia hidup dalam kemanusiaan. Dia ingin hidup dalam keilahian, maka Dia hidup dalam keilahian. Orang dapat memandang hal ini sesuka mereka, tetapi Tuhan akan selalu menjadi Tuhan, dan manusia akan selalu menjadi manusia. Esensi-Nya tidak dapat disangkal karena beberapa detail sepele, Dia juga tidak dapat didorong keluar dari "pribadi" Tuhan karena satu hal sepele. Manusia memiliki kebebasan manusia, dan Tuhan memiliki martabat Tuhan; kedua hal ini tidak saling mengganggu. Tidak dapatkah manusia memberi Tuhan sedikit kebebasan? Tidak dapatkah mereka menoleransi keberadaan Tuhan dengan sedikit lebih santai? Jangan bersikap sedemikian ketat terhadap Tuhan! Masing-masing harus bertenggang rasa satu sama lain; maka tidakkah semuanya akan beres? Masih akan adakah kerenggangan? Jika seseorang tidak dapat bertenggang rasa terhadap hal seremeh itu, bagaimana mereka bisa berpikir untuk menjadi seorang yang sabar? Bagaimana mereka bisa menjadi seorang manusia sejati? Bukan Tuhan yang menimbulkan kesulitan bagi manusia, melainkan manusialah yang menimbulkan kesulitan bagi Tuhan. Mereka selalu menangani sesuatu dengan terlalu membesar-besarkan masalah. Mereka benar-benar mengada-ada, dan itu tidak perlu sama sekali! Ketika Tuhan bekerja dalam kemanusiaan yang normal dan nyata, apa yang dilakukan-Nya bukanlah pekerjaan manusia, melainkan pekerjaan Tuhan. Namun demikian, manusia tidak melihat esensi pekerjaan-Nya; mereka hanya selalu melihat cangkang luar kemanusiaan-Nya. Mereka belum melihat pekerjaan yang sedemikian agungnya, tetapi mereka bersikeras untuk melihat kemanusiaan-Nya yang biasa dan normal, dan akan terus bersikeras tentang hal itu. Bagaimana mungkin ini disebut tunduk di hadapan Tuhan? Tuhan yang di surga kini telah "menjadi" Tuhan yang di bumi, dan Tuhan yang di bumi kini adalah Tuhan yang di surga. Tidak masalah jika penampakan luar Mereka sama, juga tidak masalah seberapa serupanya Mereka bekerja. Pada akhirnya, Dia yang melakukan pekerjaan Tuhan sendiri adalah Tuhan itu sendiri. Engkau harus tunduk, baik engkau menginginkannya atau tidak—ini bukan perkara di mana engkau punya pilihan! Manusia harus tunduk pada Tuhan, dan manusia harus sepenuhnya tunduk kepada Tuhan tanpa sedikit pun kepura-puraan.

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang yang Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan adalah Orang yang Mampu Sepenuhnya Tunduk pada Kenyataan Diri-Nya"

Bagaimana seharusnya sikap manusia terhadap Tuhan, Tuhan yang berinkarnasi, dan kebenaran? (Kami harus mendengarkan, menerima, dan tunduk.) Itu benar. Engkau harus mendengarkan, menerima, dan tunduk. Tidak ada yang lebih sederhana dari ini. Setelah mendengarkan, engkau harus menerima di dalam hatimu. Jika engkau tidak mampu menerima sesuatu, engkau harus terus mencari sampai engkau mampu menerima sepenuhnya; kemudian, begitu engkau menerimanya, engkau harus tunduk. Apa artinya tunduk? Itu berarti menerapkan dan melaksanakan. Setelah mendengar berbagai hal, jangan mengabaikannya, berjanji di mulut saja untuk melakukannya, mencatatnya, berkomitmen untuk menuliskannya, mendengarnya dengan telingamu, tetapi tidak memasukkannya ke dalam hati, dan hanya menjalankannya dengan cara-cara lamamu yang sama, serta melakukan apa pun yang kauinginkan ketika saatnya tiba untuk bertindak, mengabaikan apa yang telah kautulis dan memperlakukannya sebagai hal yang tidak penting. Ini bukanlah ketundukan. Ketundukan sejati kepada firman Tuhan berarti mendengarkan dan memahaminya dengan hatimu, serta benar-benar menerimanya; menerima firman Tuhan sebagai tanggung jawab yang tidak dapat dihindari. Ini bukan sekadar masalah mengatakan bahwa seseorang menerima firman Tuhan; sebaliknya, ini adalah menerima firman-Nya dari hati, mengubah penerimaanmu akan firman-Nya menjadi tindakan nyata dan melaksanakan firman-Nya, tanpa penyimpangan apa pun. Jika apa yang kaupikirkan, apa yang kautetapkan untuk dilakukan, dan harga yang kaubayarkan adalah untuk memenuhi tuntutan Tuhan, itu adalah pelaksanaan firman Tuhan. Apa yang dimaksud dengan "ketundukan"? Itu berarti penerapan dan pelaksanaan, mengubah firman Tuhan menjadi kenyataan. Jika engkau semua menulis firman yang Tuhan katakan dan tuntutan-Nya di buku catatan dan menuliskannya di atas kertas, tetapi tidak mencatatnya di dalam hatimu, dan engkau semua melakukan apa yang kauinginkan ketika saatnya tiba untuk bertindak, dan dari luarnya engkau tampak seolah-olah telah melakukan apa yang Tuhan minta, tetapi engkau telah melakukannya sekehendak hatimu sendiri, berarti ini bukan mendengarkan, menerima, dan tunduk pada firman Tuhan, ini merendahkan kebenaran, dengan lancang melanggar prinsip, dan mengabaikan pengaturan rumah Tuhan. Ini adalah pemberontakan.

—Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Tiga: Bagaimana Nuh dan Abraham Menaati Firman Tuhan dan Tunduk kepada-Nya (Bagian Dua)"

Ketundukan kepada Tuhan dan ketundukan pada pekerjaan Tuhan adalah hal yang sama. Orang yang hanya tunduk kepada Tuhan, tetapi tidak tunduk pada pekerjaan-Nya tidak bisa dianggap tunduk, apalagi mereka yang tidak benar-benar tunduk, tetapi secara lahiriah suka menyanjung. Semua orang yang benar-benar tunduk kepada Tuhan dapat mengambil manfaat dari pekerjaan-Nya dan memperoleh pemahaman akan watak dan pekerjaan Tuhan. Hanya orang-orang semacam inilah yang benar-benar tunduk kepada Tuhan. Orang-orang semacam ini dapat memperoleh pengetahuan baru, dan mengalami perubahan baru dari pekerjaan yang baru. Hanya orang-orang inilah yang diperkenanan oleh Tuhan, dan hanya orang-orang inilah yang disempurnakan, dan hanya orang-orang inilah yang wataknya telah berubah. Orang-orang yang diperkenanan oleh Tuhan adalah mereka yang dengan senang hati tunduk kepada Tuhan serta pada firman dan pekerjaan-Nya. Hanya orang-orang semacam inilah yang benar, hanya orang-orang semacam inilah yang sungguh-sungguh menginginkan Tuhan dan mencari Tuhan.

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Tunduk kepada Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan"

Kunci untuk tunduk kepada Tuhan adalah menerima terang baru, dan mampu menerimanya dan melakukannya. Inilah satu-satunya ketundukan sejati. Mereka yang tidak memiliki keinginan untuk merindukan Tuhan tidak mampu untuk secara sadar tunduk kepada-Nya, dan hanya dapat menentang Tuhan sebagai akibat dari kepuasan mereka terhadap status quo. Alasan orang tidak dapat tunduk kepada Tuhan adalah karena dia dirasuki oleh apa yang datang sebelumnya. Hal-hal yang datang sebelumnya telah menghasilkan segala macam gagasan dan berbagai imajinasi tentang Tuhan dalam diri manusia, dan ini telah menjadi gambar Tuhan dalam pikiran mereka. Jadi, yang mereka percayai adalah konsepsi mereka sendiri, dan standar dari imajinasi mereka sendiri. Jika engkau mengukur Tuhan yang melakukan pekerjaan nyata saat ini dengan Tuhan dari imajinasimu sendiri, maka imanmu berasal dari Iblis, dan cemar oleh preferensimu sendiri—Tuhan tidak menghendaki iman seperti ini. Terlepas dari betapa tinggi kredensial mereka, dan terlepas dari dedikasi mereka—sekalipun mereka telah mengabdikan upaya seumur hidup untuk pekerjaan-Nya, dan telah menjadikan diri mereka martir—Tuhan tidak berkenan kepada seorang pun dengan iman seperti ini. Dia hanya menganugerahi mereka sedikit kasih karunia dan membiarkan mereka menikmatinya untuk sementara waktu. Orang-orang seperti ini tidak mampu melakukan kebenaran. Roh Kudus tidak bekerja di dalam diri mereka, dan pada gilirannya Tuhan akan menyingkirkan masing-masing dari mereka. Terlepas dari apakah mereka tua atau muda, mereka yang tidak tunduk kepada Tuhan dalam iman mereka dan memiliki niat-niat yang salah adalah orang-orang yang menentang dan mengacaukan, dan orang-orang seperti itu tidak diragukan lagi akan disingkirkan oleh Tuhan. Mereka yang tidak memiliki ketundukan sedikit pun kepada Tuhan, yang hanya mengakui nama-Nya, dan merasakan kebaikan dan keindahan Tuhan, tetapi tidak mengikuti langkah-langkah Roh Kudus, dan tidak tunduk kepada pekerjaan dan perkataan Roh Kudus saat ini—orang-orang semacam itu hidup di tengah kasih karunia Tuhan, dan tidak akan didapatkan atau disempurnakan oleh-Nya. Tuhan menyempurnakan manusia melalui ketundukan mereka, melalui makan, minum, dan menikmati firman Tuhan, dan melalui penderitaan dan pemurnian dalam hidup mereka. Hanya melalui iman seperti ini watak manusia dapat berubah, dan hanya setelah itu mereka dapat memiliki pengetahuan sejati tentang Tuhan. Tidak puas dengan hidup di tengah kasih karunia Tuhan, secara aktif merindukan dan mencari kebenaran, dan berupaya agar didapatkan oleh Tuhan—ini artinya secara sadar tunduk kepada Tuhan dan ini tepatnya jenis iman yang Dia kehendaki. Orang yang tidak melakukan apa-apa selain menikmati kasih karunia Tuhan tidak bisa disempurnakan atau diubah; dan ketundukan, kesalehan, kasih, dan kesabaran mereka semuanya dangkal. Mereka yang hanya menikmati kasih karunia Tuhan tidak dapat benar-benar mengenal Tuhan, dan bahkan ketika mereka mengenal Tuhan, pengetahuan mereka dangkal, dan mereka mengatakan hal-hal seperti "Tuhan mengasihi manusia," atau "Tuhan berbelas kasihan kepada manusia". Ini tidak merepresentasikan kehidupan manusia, dan tidak menunjukkan bahwa orang benar-benar mengenal Tuhan. Jika, ketika firman Tuhan memurnikan mereka, atau ketika ujian-Nya menimpa mereka, orang tidak dapat tunduk kepada Tuhan—jika, sebaliknya, mereka menjadi ragu-ragu, dan jatuh—maka mereka tidak sedikit pun tunduk. Di dalam diri mereka, ada banyak aturan dan batasan tentang iman kepada Tuhan; pengalaman-pengalaman lama yang merupakan hasil dari iman selama bertahun-tahun, atau berbagai aturan berdasarkan Alkitab. Dapatkah orang-orang seperti ini tunduk kepada Tuhan? Orang-orang ini penuh dengan hal-hal manusiawi—bagaimana mereka bisa tunduk kepada Tuhan? "Ketundukan" mereka adalah sesuai preferensi pribadi—akankah Tuhan menghendaki ketundukan seperti ini? Ini bukan ketundukan kepada Tuhan, tetapi kepatuhan pada aturan; ini adalah memuaskan dan menenteramkan diri mereka sendiri. Jika engkau mengatakan bahwa ini adalah ketundukan kepada Tuhan, bukankah engkau menghujat-Nya?

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Dalam Imanmu kepada Tuhan, Engkau Harus Tunduk kepada Tuhan"

Jika manusia dapat melepaskan gagasan agamawinya, mreka tidak akan menggunakan pikiran mereka untuk mengukur firman dan pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang, dan sebaliknya mereka akan langsung tunduk. Walaupun pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang secara nyata tidak sama dengan pekerjaan pada masa lampau, engkau belum bisa melepaskan pandangan masa lampau dan langsung tunduk pada pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang. Jika engkau mampu memahami bahwa engkau harus memperlakukan pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang sebagai yang terpenting, terlepas dari bagaimanapun Tuhan bekerja pada masa lampau, berarti engkau adalah orang yang telah melepaskan gagasanmu, yang tunduk pada Tuhan, dan yang mampu tunduk pada pekerjaan dan firman Tuhan, serta mengikuti jejak langkah-Nya. Dalam hal ini, engkau akan menjadi orang yang sungguh-sungguh tunduk kepada Tuhan. Engkau tidak menganalisis atau mencermati secara picikpekerjaan Tuhan; itu adalah seakan-akan Tuhan telah melupakan pekerjaan-Nya yang sebelumnya, dan engkau juga telah melupakannya. Masa kini adalah masa kini, dan masa lampau adalah masa lampau, dan karena sekarang ini Tuhan telah mengesampingkan apa yang Dia lakukan pada masa lampau, engkau tidak boleh terus-menerus merenungkan hal itu. Hanya orang seperti itulah yang sepenuhnya tunduk kepada Tuhan dan telah sepenuhnya melepaskan gagasan agamawi mereka.

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mereka yang Mengenal Pekerjaan Tuhan Zaman Sekarang yang Boleh Melayani Tuhan"

Pekerjaan yang dilakukan Tuhan berbeda-beda dari masa ke masa. Jika engkau sangat tunduk pada pekerjaan Tuhan di satu tahap, tetapi di tahap berikutnya ketundukanmu terhadap pekerjaan-Nya buruk, atau engkau tidak mampu tunduk, Tuhan akan meninggalkanmu. Jika engkau mengikuti langkah Tuhan ketika Dia mengambil langkah ini, engkau harus terus melangkah saat Tuhan menapaki tahap berikutnya; baru setelah itulah engkau akan menjadi orang yang tunduk kepada Roh Kudus. Karena engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus terus berada dalam ketundukanmu. Janganlah engkau hanya tunduk bila engkau suka dan tidak tunduk bila engkau tidak suka. Ketundukan semacam ini tidak diperkenan oleh Tuhan. Jika engkau tidak dapat mengikuti pekerjaan baru yang Kupersekutukan, dan terus berpegang pada perkataaan-perkataan sebelumnya, lalu bagaimana bisa ada kemajuan dalam hidupmu? Pekerjaan Tuhan bertujuan untuk membekalimu melalui firman-Nya. Jika engkau tunduk dan menerima perkataan-Nya, Roh Kudus pasti akan bekerja di dalam dirimu. Roh Kudus bekerja tepat setelah Aku berbicara; lakukanlah seperti yang telah Kukatakan, dan Roh Kudus akan segera bekerja di dalam dirimu. Aku melepaskan terang yang baru untuk kaulihat, dan membawamu ke dalam terang yang sekarang ini, dan jika engkau berjalan ke dalam terang ini, Roh Kudus akan segera bekerja di dalam dirimu. Ada beberapa orang mungkin keras kepala dan berkata: "Pokoknya aku tidak mau melakukan yang Engkau katakan." Kalau begitu, Kuberitahukan kepadamu bahwa engkau sekarang sudah buntu; engkau kering, dan tidak memiliki kehidupan lagi. Jadi, dalam mengalami perubahan pada watakmu, tidak ada yang lebih penting daripada mengikuti terang yang sekarang. Roh Kudus tidak hanya bekerja dalam diri orang-orang tertentu yang dipakai Tuhan, tetapi terlebih lagi, Dia bekerja di dalam gereja. Dia dapat bekerja dalam diri siapa saja. Dia mungkin bekerja di dalam dirimu sekarang, dan engkau akan mengalami pekerjaan ini. Selama periode berikutnya, Dia mungkin bekerja dalam diri orang lain, dalam hal ini engkau harus segera mengikuti; semakin dekat engkau mengikuti terang yang sekarang, semakin hidupmu dapat bertumbuh. Seperti apa pun sikap seseorang, apabila Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, engkau harus mengikuti. Ambil pengalaman mereka menjadi pengalamanmu sendiri, dan engkau akan menerima perkara-perkara yang jauh lebih tinggi. Dengan melakukan itu, engkau akan maju lebih cepat. Inilah jalan penyempurnaan bagi manusia dan sarana pertumbuhan kehidupan.

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Tunduk kepada Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan"

Dalam mengukur apakah orang mampu tunduk kepada Tuhan atau tidak, yang terpenting lihatlah apakah mereka memiliki keinginan yang berlebihan atau motif tersembunyi terhadap-Nya atau tidak. Jika orang selalu mengajukan tuntutan terhadap Tuhan, itu membuktikan bahwa mereka tidak tunduk kepada-Nya. Apa pun yang terjadi padamu, jika engkau tidak menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan, dan engkau tidak mencari kebenaran, dan engkau selalu membantah untuk membela dirimu dan selalu merasa bahwa hanya engkaulah yang benar, dan jika engkau bahkan mampu meragukan bahwa Tuhan adalah kebenaran dan keadilan, maka engkau akan berada dalam masalah. Orang-orang semacam itu adalah yang paling congkak dan memberontak terhadap Tuhan. Orang yang selalu mengajukan tuntutan terhadap Tuhan tidak mampu benar-benar tunduk kepada-Nya. Jika engkau mengajukan tuntutan terhadap Tuhan, ini membuktikan bahwa engkau sedang mencoba bertransaksi dengan Tuhan, bahwa engkau sedang memilih kehendakmu sendiri, dan bertindak berdasarkan pemikiranmu sendiri. Dalam hal ini, engkau sedang mengkhianati Tuhan, dan tidak memiliki ketundukan. Mengajukan tuntutan terhadap Tuhan itu saja adalah hal yang tidak bernalar; jika engkau sungguh-sungguh percaya bahwa Dia adalah Tuhan, engkau tidak akan berani mengajukan tuntutan terhadap-Nya, engkau juga akan merasa tidak memenuhi syarat untuk mengajukan tuntutan terhadap-Nya, entah engkau menganggap tuntutanmu itu masuk akal atau tidak. Jika engkau sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, dan percaya bahwa Dia adalah Tuhan, maka engkau hanya akan menyembah dan tunduk kepada-Nya, tidak ada pilihan lain. Sekarang ini, manusia bukan saja membuat pilihan mereka sendiri, mereka bahkan meminta Tuhan untuk bertindak sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Mereka bukan saja tidak memilih untuk tunduk kepada Tuhan, mereka bahkan meminta Tuhan untuk tunduk kepada mereka. Bukankah ini sangat tidak masuk akal? Jadi, jika tidak ada iman yang sejati dalam diri seseorang, dan jika tidak ada kepercayaan yang mendasar, mereka tidak akan pernah bisa mendapatkan perkenan Tuhan. Jika orang mampu lebih sedikit menuntut Tuhan, mereka akan lebih memiliki iman dan ketundukan yang sejati, dan nalar mereka juga akan menjadi relatif normal.

—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Manusia Mengajukan Terlalu Banyak Tuntutan Terhadap Tuhan"

Ketika Nuh melakukan seperti yang Tuhan perintahkan, ia tidak tahu apa maksud Tuhan. Ia tidak tahu apa yang ingin Tuhan capai. Tuhan hanya memberinya perintah dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu, dan tanpa banyak penjelasan, Nuh langsung melakukannya. Ia tidak mencoba untuk diam-diam mencari tahu keinginan Tuhan, ia juga tidak menentang Tuhan ataupun menunjukkan ketidaktulusan. Ia hanya pergi dan melakukannya sesuai perintah dengan hati yang murni dan sederhana. Apa pun yang Tuhan suruh ia lakukan, ia melakukannya, dan tunduk serta mendengarkan firman Tuhan mendukung kepercayaannya dalam apa yang ia lakukan. Tanpa banyak berpikir dan sesederhana itulah ia menangani apa yang Tuhan percayakan. Esensinya—esensi tindakannya adalah ketundukan, tidak menebak-nebak, tidak menentang, dan terlebih lagi tidak memikirkan kepentingan pribadinya sendiri dan untung ruginya. Lebih jauh lagi, ketika Tuhan berkata Ia akan menghancurkan dunia dengan air bah, Nuh tidak bertanya kapan atau bertanya apa yang akan terjadi dengan segalanya, dan yang pasti ia tidak menanyakan kepada Tuhan bagaimana Ia akan menghancurkan dunia. Ia hanya melakukan seperti yang Tuhan perintahkan. Bagaimanapun Tuhan ingin itu dibuat dan dibuat dengan apa, ia melakukan persis seperti yang Tuhan minta dan juga mulai bertindak segera setelah diperintahkan. Ia bertindak sesuai dengan instruksi Tuhan dengan sikap yang ingin memuaskan hati Tuhan. Apakah ia melakukannya untuk membantunya menghindarkan diri dari bencana? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan berapa lama lagi dunia akan dihancurkan? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan atau apakah ia tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun bahtera? Ia juga tidak mengetahuinya. Ia hanya tunduk, mendengarkan, dan melakukan sesuai perintah.

—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Ketika Tuhan ingin mengatur seseorang, pengaturan ini sering bertentangan dengan gagasan manusia dan sukar dipahami olehnya, tetapi justru pertentangan dan kesulitan untuk dipahami inilah yang merupakan ujian dan tes Tuhan bagi manusia. Sementara itu, Abraham mampu menunjukkan ketundukan kepada Tuhan, yang merupakan keadaan paling mendasar agar dirinya mampu memuaskan tuntutan Tuhan. Baru pada saat itulah, ketika Abraham mampu tunduk terhadap tuntutan Tuhan, ketika dia mempersembahkan Ishak, Tuhan sungguh-sungguh merasakan kepastian serta perkenanan-Nya terhadap umat manusia—terhadap Abraham, yang telah Dia pilih. Baru pada saat itulah Tuhan yakin bahwa orang yang telah dipilih-Nya ini adalah seorang pemimpin yang sangat diperlukan yang dapat melaksanakan janji dan rencana pengelolaan-Nya selanjutnya. Meskipun hanya sebuah ujian dan tes, Tuhan merasa dipuaskan, Dia merasakan kasih manusia kepada-Nya, dan Dia merasa dihiburkan oleh manusia seperti yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pada saat Abraham mengangkat pisaunya untuk menyembelih Ishak, apakah Tuhan menghentikannya? Tuhan tidak membiarkan Abraham mengorbankan Ishak, karena Tuhan sama sekali tidak berniat mengambil hidup Ishak. Jadi, Tuhan menghentikan Abraham tepat pada waktunya. Bagi Tuhan, ketaatan Abraham telah lulus ujian, apa yang dilakukannya sudah cukup, dan Tuhan sudah melihat hasil dari apa yang ingin Dia lakukan. Apakah hasil ini memuaskan bagi Tuhan? Dapat dikatakan bahwa hasil ini memuaskan bagi Tuhan, bahwa itulah yang Tuhan inginkan, dan yang Tuhan rindukan. Apakah ini benar? Meskipun, dalam konteks yang berbeda, Tuhan menggunakan cara-cara yang berbeda untuk menguji setiap orang, dalam diri Abraham Tuhan melihat apa yang Dia inginkan, Dia melihat bahwa hati Abraham benar, dan bahwa ketaatannya tanpa syarat. Justru "tanpa syarat" inilah yang Tuhan inginkan.

—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"

Jadi, sampai sejauh mana Tuhan bekerja dalam diri Petrus untuk membuatnya menyadari bahwa orang harus menerapkan ketundukan? Sebelumnya, kami sudah menyebutkan perkataan Petrus. Ingatkah engkau apa yang dikatakannya? ("Jika Tuhan memperlakukanku seperti mainan, bagaimana mungkin aku tidak siap dan bersedia?") Benar, itulah perkataannya. Dalam proses mengalami dan menjalani pekerjaan atau bimbingan Tuhan, tanpa disadari perasaan ini bertumbuh dalam diri Petrus. "Bukankah Tuhan memperlakukan manusia seperti mainan?" Namun, tentu saja bukan hal ini yang mendorong tindakan Tuhan. Orang mengandalkan sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan mereka untuk menilai hal ini dan merasa bahwa Tuhan mempermainkan manusia begitu saja, seolah-olah mereka adalah mainan. Hari ini Dia menyuruh mereka melakukan satu hal, dan besok Dia menyuruh mereka melakukan hal yang lain. Tanpa disadari, engkau mulai merasa, "Oh, Tuhan sudah mengucapkan begitu banyak firman. Sebenarnya apa tujuan-Nya?" Orang merasa bingung dan agak kewalahan. Mereka tidak tahu pilihan apa yang harus diambil. Tuhan telah menggunakan cara ini untuk menguji Petrus. Apa hasil akhir dari ujian ini? (Petrus tunduk sampai mati.) Dia mencapai ketundukan. Inilah hasil yang Tuhan inginkan, dan Tuhan melihat hal itu. Perkataan apa yang Petrus ucapkan yang menunjukkan kepada kita bahwa dia telah menjadi tunduk dan memiliki tingkat pertumbuhan? Apa yang Petrus katakan? Bagaimana penerimaan dan pandangan Petrus terhadap semua yang telah Tuhan lakukan dan sikap Tuhan yang memperlakukan manusia seperti mainan? Bagaimana sikap Petrus? (Dia berkata: "Bagaimana mungkin aku tidak siap dan bersedia?") Ya, seperti itulah sikap Petrus. Tepat seperti itulah perkataannya. Orang yang tidak memiliki pengalaman tentang ujian dan pemurnian dari Tuhan tidak akan pernah mengucapkan perkataan ini karena mereka tidak memahami jalan ceritanya dan belum pernah mengalaminya. Karena belum pernah mengalaminya, mereka pasti tidak memahami masalah ini dengan jelas. Jika mereka tidak memahami masalah ini dengan jelas, bagaimana mungkin mereka mengucapkan perkataan itu dengan begitu santai? Ini adalah perkataan yang tak akan pernah terpikirkan oleh manusia. Petrus mampu mengucapkan itu karena dia telah mengalami begitu banyak ujian dan pemurnian. Tuhan mengambil banyak hal darinya, tetapi pada saat yang sama juga memberikan banyak hal kepadanya. Setelah memberi, Dia mengambil sekali lagi. Setelah mengambil beberapa hal darinya, Tuhan membuat Petrus belajar untuk tunduk dan kemudian memberikan sesuatu kepadanya sekali lagi. Dari sudut pandang manusia, banyak dari hal-hal yang Tuhan lakukan tampaknya berubah-ubah, sehingga membuat manusia beranggapan bahwa Tuhan memperlakukan mereka seperti mainan, tidak menghargai mereka, dan tidak memperlakukan mereka sebagai manusia. Manusia berpikir bahwa mereka hidup tanpa martabat, seperti mainan; mereka berpikir bahwa Tuhan tidak memberikan hak kepada mereka untuk menentukan pilihan dengan bebas, dan bahwa Tuhan dapat mengucapkan firman apa pun yang Dia inginkan. Ketika Dia memberikan sesuatu kepadamu, Dia berfirman, "Kau layak mendapatkan upah ini atas apa yang telah kaulakukan. Ini adalah berkat dari Tuhan." Ketika Dia mengambil sesuatu darimu, Dia mengucapkan firman yang lain. Dalam proses ini, apa yang seharusnya orang lakukan? Bukan hakmu untuk menilai apakah Tuhan itu benar atau salah, bukan hakmu untuk mengidentifikasi natur dari tindakan Tuhan, dan tentu saja bukan hakmu untuk memberikan martabat yang lebih besar pada hidupmu dalam proses ini. Bukan engkau yang seharusnya membuat pilihan ini. Ini bukanlah peranmu. Kalau begitu, apa peranmu? Melalui pengalaman, engkau harus belajar memahami maksud Tuhan. Jika engkau tidak mampu memahami maksud Tuhan dan tidak mampu memenuhi tuntutan Tuhan, satu-satunya pilihanmu adalah tunduk. Dalam keadaan seperti itu, akankah mudah bagimu untuk tunduk? (Tidak.) Tidak mudah untuk tunduk. Ini adalah pelajaran yang harus kaupetik. Jika mudah bagimu untuk tunduk, engkau tidak perlu memetik pelajaran, engkau tidak perlu dipangkas, dan tidak perlu mengalami ujian serta pemurnian. Karena sulit bagimu untuk tunduk kepada Tuhan, Dia terus-menerus mengujimu dan dengan sengaja mempermainkanmu seolah-olah engkau adalah mainan. Ketika tunduk kepada Tuhan sudah menjadi hal yang mudah bagimu, ketika engkau tidak mengalami kesulitan atau hambatan untuk tunduk kepada Tuhan, ketika engkau mampu untuk tunduk dengan rela dan bersukacita, tanpa bergantung pada pilihan, maksud, atau keinginanmu sendiri, Tuhan tidak akan memperlakukanmu seperti mainan, dan engkau akan bertindak persis seperti yang seharusnya. Jika pada suatu hari engkau berkata, "Tuhan memperlakukan aku seperti mainan, dan aku hidup tanpa martabat. Aku tidak bisa menerima hal ini dan aku tidak akan tunduk," mungkin itu adalah hari ketika Tuhan meninggalkanmu. Bagaimana jika engkau telah mencapai tingkat pertumbuhan di mana engkau dapat berkata, "Meskipun maksud Tuhan tidak mudah untuk dipahami dan Tuhan selalu bersembunyi dariku, semua yang Tuhan lakukan itu benar. Apa pun yang Tuhan lakukan, aku akan tunduk kepada-Nya dengan rela. Sekalipun aku tidak mampu untuk tunduk, aku tetap harus bersikap seperti ini dan tidak mengeluh ataupun membuat pilihanku sendiri. Karena aku adalah makhluk ciptaan. Tugasku adalah untuk tunduk, dan ini jelas merupakan kewajiban yang tak dapat kuhindari. Tuhan adalah Sang Pencipta, dan apa pun yang Tuhan lakukan itu benar. Aku tidak boleh memiliki gagasan atau imajinasi apa pun tentang apa yang Tuhan lakukan. Itu tidak pantas bagi makhluk ciptaan. Atas apa yang telah Tuhan berikan kepadaku, aku bersyukur kepada Tuhan. Atas apa yang tidak Tuhan berikan kepadaku atau yang Dia berikan kepadaku lalu Dia mengambilnya kembali, aku juga bersyukur kepada Tuhan. Semua tindakan Tuhan bermanfaat bagiku; bahkan sekalipun aku tidak mampu melihat manfaatnya, hal yang harus kulakukan tetaplah tunduk"? Bukankah perkataan ini memiliki kesan yang sama dengan ucapan Petrus ketika dia berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak siap dan bersedia"? Hanya orang-orang yang memiliki tingkat pertumbuhan seperti itulah yang benar-benar memahami kebenaran.

—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Memahami Kebenaran Sangatlah Penting"

Orang harus memahami bahwa ada prinsip mendasar tentang perlakuan Tuhan Sang Pencipta terhadap makhluk ciptaan, yang juga merupakan prinsip yang tertinggi. Bagaimana Sang Pencipta memperlakukan makhluk ciptaan sepenuhnya didasarkan pada rencana pengelolaan-Nya dan tuntutan pekerjaan-Nya; Dia tidak perlu berkonsultasi dengan siapa pun, juga tidak perlu membuat siapa pun setuju dengan-Nya. Apa pun yang harus Dia lakukan dan seperti apa pun cara Dia harus memperlakukan manusia, Dia melakukannya, dan apa pun yang Dia lakukan atau seperti apa pun cara Dia memperlakukan orang, semuanya itu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan prinsip-prinsip, yang berdasarkannya Sang Pencipta bekerja. Sebagai makhluk ciptaan, satu-satunya yang harus orang lakukan adalah tunduk kepada Sang Pencipta; orang tidak boleh membuat pilihannya sendiri. Inilah nalar yang harus dimiliki makhluk ciptaan, dan jika orang tidak memilikinya, mereka tidak layak disebut manusia. Orang harus mengerti bahwa Sang Pencipta akan selalu menjadi Sang Pencipta; Dia memiliki kuasa dan kualifikasi untuk mengatur dan berdaulat atas makhluk ciptaan sebagaimana yang Dia kehendaki, dan tidak perlu alasan untuk melakukannya. Ini adalah otoritas-Nya. Tak seorang pun di antara makhluk ciptaan yang berhak atau yang memenuhi syarat untuk mengkritik apakah yang dilakukan Sang Pencipta itu benar atau salah, atau bagaimana Dia harus bertindak. Tidak ada makhluk ciptaan yang berhak memilih apakah akan menerima kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta atau tidak; dan tidak ada makhluk ciptaan yang berhak menuntut bagaimana Sang Pencipta berdaulat atas dan mengatur nasib mereka. Ini adalah kebenaran yang tertinggi. Apa pun yang telah Sang Pencipta lakukan terhadap makhluk ciptaan-Nya, dan seperti apa pun cara Dia melakukannya, manusia yang diciptakan-Nya hanya boleh melakukan satu hal: mencari, tunduk, mengetahui, dan menerima semua yang diberlakukan oleh Sang Pencipta. Hasil akhirnya adalah Sang Pencipta akan menyelesaikan rencana pengelolaan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, setelah menyebabkan rencana pengelolaan-Nya terus maju tanpa hambatan; sementara itu, karena makhluk ciptaan telah menerima kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta, dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Nya, mereka akan memperoleh kebenaran, memahami maksud Sang Pencipta, dan mengetahui watak-Nya. Masih ada prinsip lain yang harus Kuberitahukan kepadamu: apa pun yang dilakukan Sang Pencipta, seperti apa pun perwujudan yang Dia tunjukkan, dan entah yang dilakukan-Nya itu adalah perbuatan besar ataupun perbuatan kecil, Dia tetaplah Sang Pencipta; sedangkan semua manusia yang Dia ciptakan, apa pun yang telah mereka lakukan, dan apa pun bakat atau karunia yang mereka miliki, mereka tetaplah makhluk ciptaan. Adapun umat manusia yang diciptakan, sebanyak apa pun kasih karunia dan sebanyak apa pun berkat yang telah mereka terima dari Sang Pencipta, atau sebanyak apa pun belas kasihan, kasih setia atau kebaikan yang mereka terima, tidak seharusnya mereka menganggap diri mereka lebih hebat daripada orang lain, atau berpikir mereka bisa sederajat dengan Tuhan dan bahwa mereka telah menjadi bertaraf tinggi di antara makhluk ciptaan lainnya. Sebanyak apa pun talenta yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu, atau sebanyak apa pun kasih karunia yang telah Dia berikan kepadamu, atau sebaik apa pun Dia telah memperlakukan dirimu, atau apakah Dia telah memberimu beberapa talenta khusus, tidak ada satu pun dari semua ini yang merupakan modalmu. Engkau adalah makhluk ciptaan, dan karenanya engkau akan selamanya makhluk ciptaan. Jangan pernah engkau berpikir, "Aku adalah anak kesayangan di tangan Tuhan. Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku. Sikap Tuhan kepadaku akan selalu sikap yang penuh kasih, perhatian dan belaian lembut, dengan bisikan hangat yang menghibur dan menasihati." Sebaliknya, di mata Sang Pencipta, engkau sama seperti semua makhluk ciptaan lainnya; Tuhan bisa menggunakanmu seperti yang Dia kehendaki, dan bisa juga mengaturmu seperti yang Dia kehendaki, dan Dia bisa mengaturmu sesuai yang Dia kehendaki agar engkau memainkan peran apa pun di antara segala macam orang, peristiwa, dan segala hal. Inilah pengetahuan yang harus orang miliki, dan nalar yang harus mereka miliki. Jika orang bisa memahami dan menerima perkataan ini, hubungan mereka dengan Tuhan akan tumbuh lebih normal, dan mereka akan membangun hubungan yang paling masuk akal dengan-Nya; jika orang bisa memahami dan menerima perkataan ini, mereka akan mengorientasikan posisinya dengan tepat, mengambil tempat mereka yang seharusnya, dan menjunjung tinggi tugas mereka.

—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Memahami Kebenaran, Orang Bisa Mengetahui Perbuatan Tuhan"

Lagu Pujian Terkait

Kriteria Ketundukan Manusia kepada Tuhan

Sebelumnya: 33. Perubahan yang orang alami karena memperoleh kebenaran

Selanjutnya: 35. Hubungan antara ketundukan kepada Tuhan dan keselamatan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini