Memandang Penampakan Tuhan dalam Penghakiman dan Hajaran-Nya
Sama seperti ratusan juta orang lain yang mengikut Tuhan Yesus Kristus, kita mematuhi hukum dan perintah Alkitab, menikmati kasih karunia Tuhan Yesus Kristus yang melimpah, dan berkumpul bersama, berdoa, memuji, dan melayani dalam nama Tuhan Yesus Kristus—dan semua ini kita lakukan di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Kita sering kali lemah, dan kita juga sering kali kuat. Kita percaya bahwa semua tindakan kita sesuai dengan ajaran Tuhan. Jadi jelas bahwa kita juga percaya bahwa kita berada di jalan mengikuti kehendak Bapa di surga. Kita merindukan kedatangan Tuhan Yesus kembali, turunnya Dia dalam kemuliaan, akhir kehidupan kita di bumi, penampakan kerajaan, dan semua yang dinubuatkan dalam kitab Wahyu: Tuhan datang, Dia membawa bencana, Dia memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat, dan Dia mengangkat semua yang mengikuti-Nya dan menyambut kedatangan-Nya untuk bertemu dengan-Nya di angkasa. Setiap kali kita memikirkan hal ini, kita pasti dikuasai oleh emosi, bersukacita karena kita dilahirkan pada akhir zaman dan memiliki keberuntungan untuk menyaksikan kedatangan Tuhan. Walaupun kita telah menderita penganiayaan, kita beroleh imbalan "kemuliaan yang lebih besar dan kekal". Sungguh berkat yang luar biasa! Semua kerinduan dan kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan ini menjadikan kita selalu sadar untuk berdoa dan membuat kita lebih rajin berkumpul bersama. Mungkin tahun depan, mungkin besok, dan mungkin dalam waktu yang lebih singkat daripada yang dapat dibayangkan manusia, Tuhan akan tiba-tiba turun, menampakkan diri di antara sekelompok orang yang telah menantikan Dia dengan penuh perhatian. Kita bergegas untuk mendahului satu sama lain, tak seorang pun yang mau ketinggalan, semuanya demi menjadi bagian dari kelompok pertama yang melihat penampakan Tuhan, demi termasuk di antara mereka yang diangkat. Kita telah memberikan segalanya, tanpa memedulikan harganya, untuk datangnya hari ini; sebagian meninggalkan pekerjaannya, sebagian lagi meninggalkan keluarganya, sebagian meninggalkan pernikahannya, dan sebagian lagi bahkan menyumbangkan seluruh tabungannya. Sungguh tindakan pengabdian yang tanpa pamrih! Ketulusan dan kesetiaan seperti itu pasti melampaui bahkan orang-orang kudus di masa lampau! Karena Tuhan menganugerahkan kasih karunia kepada siapa pun yang Dia kehendaki dan menunjukkan belas kasihan kepada siapa pun yang Dia kehendaki, kita percaya bahwa tindakan pengabdian dan pengorbanan diri kita telah lama dilihat oleh-Nya. Demikian pula, doa kita yang tulus mencapai telinga-Nya, dan kita percaya bahwa Tuhan akan memberi upah atas pengabdian kita. Selain itu, Tuhan sudah bermurah hati kepada kita sebelum Dia menciptakan dunia, serta berkat dan janji Tuhan yang diberikan-Nya kepada kita tak dapat dirampas oleh siapa pun. Kita semua merencanakan masa depan, dan jelas-jelas telah menjadikan pengabdian dan pengorbanan kita sebagai alat tukar atau modal untuk ditukar dengan pengangkatan untuk bertemu Tuhan di angkasa. Bahkan, tanpa keraguan sedikit pun, kita telah menempatkan diri kita di atas takhta masa depan, untuk memimpin segala bangsa dan semua suku bangsa atau untuk memerintah sebagai raja. Semua ini kita terima sebagai kepastian, sebagai sesuatu yang diharapkan akan terjadi.
Kita memandang rendah mereka yang melawan Tuhan Yesus; mereka semua akan berakhir dalam kebinasaan. Siapa yang menyuruh mereka untuk tidak percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat? Tentu saja, ada kalanya ketika kita meniru Tuhan Yesus dalam hal berbelas kasih kepada orang-orang di dunia karena mereka tidak mengerti, dan memang benar bahwa kita harus bersikap toleran dan penuh pengampunan terhadap mereka. Semua yang kita lakukan sesuai dengan firman di Alkitab, karena semua yang tidak sesuai dengan Alkitab adalah kebohongan dan sesat. Kepercayaan semacam ini begitu mengakar dalam pikiran kita masing-masing. Tuhan kita ada di dalam Alkitab, dan jika kita tidak meninggalkan Alkitab, kita tidak akan meninggalkan Tuhan; jika kita mematuhi prinsip ini, kita akan mendapatkan keselamatan. Kita saling mendorong, saling mendukung satu sama lain, dan setiap kali kita berkumpul bersama, kita berharap agar semua yang kita katakan dan lakukan sesuai dengan maksud-maksud Tuhan dan akan diterima Tuhan. Walaupun lingkungan kita sangat bermusuhan, hati kita dipenuhi dengan kegembiraan. Ketika kita memikirkan berkat yang begitu mudah dijangkau, adakah yang tidak bisa kita kesampingkan? Adakah yang enggan kita berpisah dengannya? Semua ini sudah jelas, dan semua ini berada dalam pengawasan Tuhan. Kita, segelintir orang melarat ini, yang telah diangkat dari tumpukan kotoran, sama seperti semua pengikut biasa Tuhan Yesus lainnya, yang bermimpi diangkat, diberkati, dan memerintah bangsa-bangsa. Kerusakan kita telah tersingkap jelas di hadapan Tuhan, dan keinginan serta ketamakan kita telah dikutuk dalam pandangan Tuhan. Meskipun demikian, semua ini terjadi dengan begitu normal, dan juga begitu logis, sehingga tak seorangpun di antara kita yang bertanya-tanya apakah kerinduan kita benar atau tidak, apalagi meragukan keakuratan segala sesuatu yang kita pegang. Siapakah yang bisa mengetahui maksud-maksud Tuhan? Mengenai seperti apa sebenarnya jalan yang ditempuh oleh manusia, kita tidak mencari tahu atau menyelidiki; apalagi tertarik untuk bertanya. Karena kita hanya peduli tentang apakah kita dapat diangkat atau tidak, apakah kita dapat diberkati atau tidak, apakah ada tempat bagi kita di kerajaan surga atau tidak, dan apakah kita akan mendapat bagian dari air sungai kehidupan dan buah pohon kehidupan atau tidak. Bukankah demi mendapatkan semua inilah kita percaya kepada Tuhan dan menjadi pengikut-Nya? Dosa kita telah diampuni, kita sudah bertobat, kita telah meminum anggur pahit, dan kita telah memikul salib. Siapakah yang bisa mengatakan bahwa Tuhan tidak akan menerima harga yang telah kita bayar? Siapakah yang bisa mengatakan bahwa kita belum menyiapkan cukup minyak? Kita tidak berkeinginan menjadi gadis bodoh atau salah satu dari mereka yang ditinggalkan itu. Selain itu, kita selalu berdoa, memohon kepada Tuhan untuk menjaga kita agar tidak disesatkan oleh kristus-kristus palsu, karena dikatakan di Alkitab: "Jadi, jika ada orang yang berkata kepada engkau: Lihat, Kristus ada di sini, atau Kristus ada di sana; jangan engkau percaya. Karena akan bangkit kristus-kristus palsu dan nabi-nabi palsu, dan mereka akan membuat tanda-tanda dan mukjizat yang dahsyat; jadi, jika mungkin, mereka akan menyesatkan orang-orang pilihan" (Matius 24:23-24). Kita semua sudah menghafalkan ayat-ayat Alkitab ini; kita tahu isinya di luar kepala, dan kita melihatnya sebagai harta karun yang berharga, sebagai kehidupan, dan sebagai surat jaminan yang menentukan apakah kita dapat diselamatkan atau diangkat ...
Selama ribuan tahun, orang hidup telah meninggal, membawa kerinduan dan impiannya bersama mereka, tetapi mengenai apakah mereka telah pergi ke kerajaan surga atau tidak, tak seorang pun yang benar-benar tahu. Orang mati datang kembali, setelah melupakan semua kisah yang pernah terjadi, dan mereka masih mengikuti ajaran dan cara hidup nenek moyangnya. Dan dengan demikian, seiring berlalunya tahun dan berjalannya waktu, tak seorang pun yang mengetahui apakah Tuhan Yesus, Tuhan kita, benar-benar menerima segala sesuatu yang kita lakukan atau tidak. Satu-satunya yang dapat kita lakukan hanyalah berharap mendapatkan hasilnya dan berspekulasi tentang segala sesuatu yang akan terjadi. Namun Tuhan tetap diam sepanjang waktu, tidak pernah menampakkan diri kepada kita, tidak pernah berbicara kepada kita. Jadi, dengan mengikuti Alkitab dan sesuai dengan tanda-tanda, kita dengan sengaja membuat penilaian tentang maksud-maksud dan watak Tuhan. Kita telah menjadi terbiasa dengan diamnya Tuhan; kita telah menjadi terbiasa mengukur benar dan salahnya perilaku kita menggunakan cara berpikir kita sendiri; kita telah menjadi terbiasa bersandar pada pengetahuan, gagasan, dan etika moral kita sendiri sebagai pengganti tuntutan yang Tuhan minta dari kita; kita telah menjadi terbiasa menikmati kasih karunia Tuhan; kita telah menjadi terbiasa memiliki Tuhan yang memberikan pertolongan setiap kali kita membutuhkannya; kita telah menjadi terbiasa menadahkan tangan kepada Tuhan untuk segala sesuatu, dan menyuruh-nyuruh Tuhan; kita juga telah menjadi terbiasa menyesuaikan diri dengan peraturan, tidak memerhatikan bagaimana Roh Kudus memimpin kita; dan, bahkan, kita telah menjadi terbiasa dengan hari-hari di mana kita menjadi tuan atas diri sendiri. Kita percaya kepada Tuhan yang seperti ini, yang belum pernah kita temui dengan berhadapan muka. Pertanyaan-pertanyaan semacam seperti apa watak-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia, seperti apa rupa-Nya, apakah kita akan mengenali-Nya atau tidak ketika Dia datang, dan seterusnya—semua ini tidak penting. Yang penting adalah Dia ada di dalam hati kita dan bahwa kita semua menantikan Dia, dan sudah cukup jika kita bisa membayangkan bahwa Dia seperti ini atau itu. Kita menghargai iman dan kerohanian kita. Kita memandang segala sesuatu sebagai kotoran, dan menginjak-injaknya. Karena kita adalah orang yang percaya kepada Tuhan yang mulia, betapa pun jauh dan beratnya perjalanan ini, apa pun kesulitan dan bahaya yang menimpa kita, tidak ada yang mampu menghentikan kita saat kita mengikut Tuhan. "Sungai yang murni penuh dengan air kehidupan, yang jernih seperti kristal, mengalir keluar dari takhta Tuhan dan takhta Anak Domba. Di kedua sisi sungai itu, ada pohon kehidupan, yang menghasilkan dua belas macam buah dan berbuah setiap bulan: dan daun-daun dari pohon itu digunakan untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi kutuk: tetapi takhta Tuhan dan takhta Anak Domba akan ada di sana; dan hamba-hamba-Nya akan melayani Dia. Maka mereka akan melihat wajah-Nya; dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan tidak akan ada malam di sana; mereka tidak memerlukan lilin, atau cahaya matahari; karena Tuhan memberi mereka terang: dan mereka akan memerintah selama-lamanya" (Wahyu 22:1-5). Setiap kali kita menyanyikan kata-kata ini, hati kita meluap dengan sukacita dan kepuasan tanpa batas, dan air mata berlinang dari mata kita. Syukur kepada Tuhan karena memilih kita, syukur kepada Tuhan atas kasih karunia-Nya. Dia telah memberikan kepada kita seratus kali lipat dalam hidup ini dan telah memberi kita hidup yang kekal di dunia yang akan datang. Andaikan Dia meminta kita mati sekarang, kita akan melakukannya tanpa mengeluh sedikit pun. Oh, Tuhan! Datanglah segera! Mengingat betapa kami sangat merindukan-Mu, dan telah meninggalkan segalanya bagi-Mu, janganlah menunda-nunda semenit atau sedetik pun lebih lama.
Tuhan diam, dan tidak pernah menampakkan diri kepada kita, tetapi pekerjaan-Nya tidak pernah berhenti. Dia memeriksa seluruh bumi, dan menguasai segala sesuatu, dan melihat semua perkataan serta perbuatan manusia. Dia menjalankan pengelolaan-Nya dalam langkah-langkah yang terukur dan sesuai dengan rencana-Nya, secara diam-diam dan tanpa efek dramatis, tetapi langkah langkah-Nya maju, selangkah demi selangkah, semakin mendekat kepada umat manusia, dan takhta pengadilan-Nya ditempatkan di alam semesta dalam kecepatan cahaya, setelah itu takhta-Nya segera turun ke tengah-tengah kita. Betapa megahnya pemandangan itu, sungguh pemandangan yang agung dan bermartabat! Seperti burung merpati, dan seperti singa yang mengaum, Roh datang ke tengah-tengah kita. Dialah hikmat, Dialah kebenaran dan kemegahan, dan Dia datang secara diam-diam ke tengah-tengah kita, memegang otoritas, serta dipenuhi dengan kasih dan belas kasihan. Tak seorang pun yang menyadari kedatangan-Nya, tak seorang pun yang menyambut kedatangan-Nya, dan, bahkan, tak seorang pun yang mengetahui segala sesuatu yang akan dilakukan-Nya. Kehidupan manusia berlanjut seperti sebelumnya, hatinya pun sama, dan hari-hari berlalu seperti biasa. Tuhan hidup di antara kita, seorang manusia sama seperti manusia lainnya, sebagai salah seorang pengikut yang paling biasa dan orang percaya biasa. Dia memiliki pengejaran-Nya sendiri, tujuan-Nya sendiri; dan lebih dari itu, Dia memiliki keilahian yang tidak dimiliki manusia biasa. Tak seorang pun yang telah memperhatikan keberadaan keilahian-Nya, dan tak ada seorang pun yang telah menyadari perbedaan antara esensi-Nya dan esensi manusia. Kita hidup bersama-Nya, tanpa dibatasi dan tidak takut, karena di mata kita, Dia hanyalah orang percaya biasa. Dia mengawasi setiap gerakan kita, dan semua pikiran dan ide kita terbuka di hadapan-Nya. Tak seorang pun yang tertarik dengan keberadaan-Nya, tak seorang pun yang membayangkan apa pun tentang fungsi-Nya, dan, bahkan, tak seorang pun yang memiliki kecurigaan sedikit pun tentang identitas-Nya. Satu-satunya yang kita lakukan hanyalah melanjutkan pengejaran kita seolah-olah Dia tidak ada hubungannya dengan kita ...
Secara kebetulan, Roh Kudus mengungkapkan sebuah bagian firman "melalui" Dia, dan walaupun rasanya sangat tidak terduga, kita tetap mengenalinya sebagai perkataan yang berasal dari Tuhan dan siap menerimanya dari Tuhan. Hal itu karena, terlepas dari siapa yang mengungkapkan firman ini, asalkan sumbernya dari Roh Kudus, kita harus menerimanya dan tidak boleh menyangkalnya. Perkataan berikutnya bisa jadi melalui aku, atau melalui engkau, atau melalui orang lain. Siapa pun itu, semuanya adalah kasih karunia Tuhan. Namun, siapa pun orangnya, kita tidak boleh menyembah orang ini, karena bagaimanapun juga, orang ini tidak mungkin adalah Tuhan, dan kita juga tidak akan memilih orang biasa seperti ini untuk menjadi Tuhan kita. Tuhan kita begitu besar dan terhormat; bagaimana orang yang begitu tidak berarti bisa menggantikan kedudukan-Nya? Terlebih lagi, kita sedang menantikan Tuhan untuk datang dan membawa kita kembali ke kerajaan surga, jadi bagaimana mungkin orang yang begitu tidak berarti mampu memenuhi tugas yang begitu penting dan berat ini? Jika Tuhan datang kembali, itu pastilah di atas awan putih, sehingga semua orang banyak dapat melihatnya. Betapa mulianya saat itu! Bagaimana mungkin Dia bisa bersembunyi dengan diam-diam di antara sekelompok orang biasa?
Namun orang biasa inilah, yang tersembunyi di tengah orang banyak, yang melakukan pekerjaan baru untuk menyelamatkan kita. Dia tidak memberi kita penjelasan apa pun, ataupun memberitahukan kepada kita alasan Dia telah datang, tetapi hanya melakukan pekerjaan yang ingin Dia lakukan dengan langkah-langkah yang terukur dan sesuai dengan rencana-Nya. Firman dan perkataan-Nya menjadi semakin sering diucapkan. Dari menghibur, menasihati, mengingatkan, dan memperingatkan, hingga menegur dan mendisiplinkan; dari yang bernada lembut dan lunak, hingga firman yang dahsyat dan megah—semua itu menganugerahkan belas kasihan kepada manusia dan menanamkan perasaan gentar dalam dirinya. Segala sesuatu yang Dia katakan tepat sasaran menyentuh rahasia yang kita sembunyikan di lubuk hati kita; firman-Nya menyengat hati, menyengat roh kita, dan membuat kita dipenuhi dengan rasa malu yang tak tertahankan, nyaris tak tahu ke mana harus menyembunyikan diri. Kita mulai bertanya-tanya apakah Tuhan dalam hati orang ini sungguh-sungguh mengasihi kita atau tidak dan apa sebenarnya yang direncanakan-Nya. Mungkinkah kita hanya bisa diangkat setelah menanggung berbagai penderitaan ini? Di otak kita, kita sedang memikirkan ... tentang tempat tujuan di kemudian hari dan nasib kita di masa depan. Namun, seperti sebelumnya, tak seorang pun di antara kita yang percaya bahwa Tuhan telah menjadi daging untuk bekerja di tengah-tengah kita. Walaupun Dia sudah menemani kita begitu lama, walaupun Dia sudah mengucapkan banyak firman berhadapan muka dengan kita, kita masih tetap tidak mau menerima seseorang yang begitu biasa sebagai Tuhan masa depan kita, apalagi memercayakan kendali atas masa depan dan nasib kita kepada orang yang begitu tidak berarti ini. Dari Dia kita menikmati persediaan air hidup tanpa akhir, dan melalui Dia, kita hidup berhadapan muka dengan Tuhan. Namun kita hanya bersyukur atas kasih karunia Tuhan Yesus di surga, dan tidak pernah memedulikan perasaan orang biasa yang memiliki keilahian ini. Namun, seperti sebelumnya, Dia melakukan pekerjaan-Nya, dengan rendah hati tersembunyi dalam daging, menyatakan ungkapan hati-Nya yang terdalam, seolah-olah tidak dapat merasakan penolakan umat manusia terhadap-Nya, seakan-akan selamanya mengampuni sifat kekanak-kanakan dan kebodohan manusia, dan selamanya toleran terhadap sikap tidak hormat manusia terhadap-Nya.
Tanpa kita sadari, manusia yang biasa ini telah memimpin kita selangkah demi selangkah dari pekerjaan Tuhan. Kita menjalani banyak ujian, menanggung didikan yang tak terhitung banyaknya, dan diuji oleh kematian. Kita belajar tentang watak Tuhan yang benar dan megah, juga menikmati kasih dan belas kasihan-Nya, jadi memahami kuasa Tuhan yang besar dan hikmat-Nya, menyaksikan keindahan Tuhan, dan melihat maksud Tuhan yang menggebu-gebu untuk menyelamatkan manusia. Dalam perkataan-perkataan orang biasa ini, kita jadi mengenal watak dan esensi Tuhan, memahami maksud-maksud Tuhan, mengenal esensi natur manusia, dan melihat jalan menuju penyelamatan dan penyempurnaan. Firman-Nya membuat kita "mati", dan membuat kita "dilahirkan kembali"; firman-Nya membawa penghiburan bagi kita, tetapi juga membuat kita merasa bersalah dan merasa berutang; firman-Nya membawa sukacita dan damai sejahtera bagi kita, tetapi juga membawa rasa sakit tak terhingga. Terkadang kita seperti domba menuju pembantaian di tangan-Nya; terkadang, kita seperti biji mata-Nya, dan menikmati kasih-Nya yang lembut; terkadang, kita seperti musuh-Nya, dan di bawah tatapan mata-Nya diubah menjadi abu oleh murka-Nya. Kita adalah umat manusia yang diselamatkan oleh-Nya, kita adalah belatung di mata-Nya dan kita adalah domba terhilang yang siang dan malam ingin Dia temukan. Dia berbelas kasihan kepada kita, Dia membenci kita, Dia membangkitkan kita, Dia menghibur dan menasihati kita, Dia membimbing dan menerangi kita, Dia menghajar dan mendisiplinkan kita, dan Dia bahkan mengutuk kita. Siang dan malam, Dia tak pernah berhenti mengkhawatirkan kita, melindungi dan memelihara kita, siang dan malam, tidak pernah meninggalkan kita, melainkan mencurahkan segenap upaya-Nya demi kita, dan rela membayar harga apa pun untuk kita. Dalam perkataan tubuh daging yang kecil dan biasa ini, kita telah menikmati keseluruhan Tuhan dan melihat tempat tujuan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Meskipun demikian, kesombongan masih menimbulkan masalah di dalam hati kita, dan kita tetap tidak mau secara aktif menerima orang seperti ini sebagai Tuhan kita. Walaupun Dia sudah memberi kita begitu banyak manna, begitu banyak hal untuk dinikmati, tak satu pun dari hal ini yang bisa mengambil kedudukan Tuhan di hati kita. Kita menghargai identitas dan status istimewa orang ini hanya dengan sangat enggan. Asalkan Dia tidak membuka mulut-Nya untuk menyuruh kita mengakui-Nya sebagai Tuhan, kita tidak akan pernah mau mengambil inisiatif untuk mengakui-Nya sebagai Tuhan yang segera akan datang tetapi yang sudah lama bekerja di tengah-tengah kita.
Tuhan melanjutkan perkataan-Nya, menggunakan berbagai metode dan sudut pandang untuk memperingatkan kita tentang apa yang harus kita lakukan dan sekaligus menyuarakan isi hati-Nya. Firman-Nya mengandung kekuatan hidup, menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh, dan memungkinkan kita memahami arti kebenaran. Kita mulai ditarik oleh firman-Nya, kita mulai berfokus pada nada dan cara bicara-Nya, dan tanpa sadar kita mulai tertarik dengan perasaan terdalam dari orang yang biasa-biasa saja ini. Dia mencurahkan segenap upaya-Nya untuk bekerja demi kita, kurang tidur dan kehilangan nafsu makan demi kita, menangis untuk kita, mendesah untuk kita, merintih karena penyakit kita, menderita penghinaan demi tempat tujuan dan keselamatan kita, dan keadaan kita yang mati rasa serta pemberontakan kita memeras air mata dan darah dari hati-Nya. Kondisi keberadaan hidup dan rasa memiliki semacam ini tidak dimiliki oleh manusia biasa, ataupun dimiliki atau diperoleh oleh manusia rusak mana pun. Dia menunjukkan toleransi dan kesabaran yang tidak dimiliki orang biasa, dan kasih-Nya bukanlah sesuatu yang telah dianugerahkan kepada makhluk ciptaan mana pun. Tak seorang pun selain Dia yang bisa mengetahui seluruh pikiran kita, atau memiliki pemahaman yang jelas dan lengkap tentang natur dan esensi kita, atau menghakimi pemberontakan dan kerusakan umat manusia, atau berbicara kepada kita dan bekerja dalam diri kita seperti ini atas nama Tuhan di surga. Tak seorang pun selain Dia yang dikaruniai dengan otoritas, hikmat, dan kewibawaan Tuhan; watak Tuhan serta apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia dinyatakan dalam seluruh keberadaannya, di dalam diri-Nya. Tak seorang pun selain Dia yang bisa menunjukkan jalan dan membawa terang kepada kita. Tak seorang pun selain Dia yang mampu mengungkapkan misteri yang belum Tuhan bukakan sejak penciptaan sampai sekarang. Tak seorang pun selain Dia yang mampu menyelamatkan kita dari perbudakan Iblis dan watak kita sendiri yang rusak. Dia mewakili Tuhan. Dia mengungkapkan isi hati Tuhan yang terdalam, nasihat Tuhan, dan firman penghakiman Tuhan terhadap seluruh umat manusia. Dia telah memulai zaman yang baru, era baru, dan mengantarkan datangnya langit yang baru dan bumi yang baru, serta pekerjaan yang baru, dan Dia telah memberi kita harapan, mengakhiri kehidupan yang kita jalani dalam ketidakjelasan dan memungkinkan seluruh keberadaan kita untuk melihat jalan menuju penyelamatan dengan kejelasan penuh. Dia telah menaklukkan seluruh keberadaan kita dan mendapatkan hati kita. Sejak saat itu dan seterusnya, pikiran kita telah menjadi sadar, dan roh kita tampak dihidupkan kembali: orang biasa yang tidak berarti ini, yang hidup di antara kita dan sudah lama ditolak oleh kita—bukankah ini adalah Tuhan Yesus, yang selalu ada dalam pikiran kita, dalam keadaan terjaga atau dalam keadaan bermimpi, dan yang selalu kita rindukan siang dan malam? Itulah Dia! Itu benar-benar Dia! Dialah Tuhan kita! Dialah kebenaran, jalan, dan hidup! Dia telah memungkinkan kita hidup kembali dan melihat terang dan menghentikan hati kita dari pengembaraan. Kita telah kembali ke rumah Tuhan, kita telah kembali ke hadapan takhta-Nya, kita berhadapan muka dengan-Nya, kita telah melihat wajah-Nya, dan kita telah melihat jalan yang terbentang di depan. Saat ini, hati kita sepenuhnya ditaklukkan oleh-Nya; kita tidak lagi meragukan siapa Dia, tidak lagi menentang pekerjaan dan firman-Nya, dan kita jatuh tersungkur di hadapan-Nya. Kita hanya berharap untuk mengikuti jejak langkah Tuhan sepanjang sisa hidup kita, dan disempurnakan oleh-Nya, dan membalas kasih karunia-Nya, dan membalas kasih-Nya bagi kita, dan menaati pengaturan dan rencana-Nya dan bekerja sama dengan pekerjaan-Nya, serta melakukan semua yang kita bisa untuk menyelesaikan apa yang dipercayakan-Nya kepada kita.
Ditaklukkan oleh Tuhan adalah seperti pertandingan bela diri.
Setiap firman Tuhan menyerang salah satu titik mematikan kita, membuat kita terluka dan dipenuhi dengan ketakutan. Dia menyingkapkan gagasan, imajinasi, dan watak kita yang rusak. Dari semua yang kita katakan dan lakukan, hingga setiap pikiran dan gagasan kita, esensi natur kita disingkapkan dalam firman-Nya, menempatkan kita dalam keadaan takut dan gemetar, tanpa bisa menyembunyikan rasa malu kita. Satu demi satu, Dia memberi tahu kita tentang semua tindakan, tujuan, dan niat kita, bahkan watak kita yang rusak yang tidak pernah kita sendiri temukan, membuat kita merasa ditelanjangi dalam seluruh ketidaksempurnaan kita yang menyedihkan dan, terlebih lagi, sepenuhnya dimenangkan. Dia menghakimi kita karena menentang-Nya, menghajar kita karena menghujat dan mengutuk-Nya, dan membuat kita merasa bahwa di mata-Nya, kita tidak memiliki sedikit pun yang kelayakan untuk ditebus, bahwa kita adalah Iblis dalam rupa manusia. Harapan kita hancur; kita tidak lagi berani mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal kepada-Nya atau memendam rencana apa pun terhadap-Nya, dan bahkan impian kita sirna dalam semalam. Ini adalah fakta yang tidak dapat dibayangkan oleh seorang pun dari antara kita dan tidak bisa diterima oleh seorang pun dari antara kita. Dalam sekejap, kita kehilangan keseimbangan batin kita dan tidak tahu bagaimana caranya menempuh jalan yang terbentang di depan, atau bagaimana melanjutkan kepercayaan kita. Tampaknya seolah-olah iman kita kembali ke titik awal dan seolah-olah kita belum pernah bertemu dengan Tuhan Yesus atau telah mengenal-Nya. Segala sesuatu di hadapan kita membuat kita bingung dan membuat kita terombang-ambing tanpa tujuan. Kita tawar hati, kita kecewa, dan di dalam lubuk hati kita ada amarah dan aib yang tak tertahankan. Kita berusaha untuk melampiaskan, mencari jalan keluar, dan, terlebih lagi, terus menantikan Juruselamat kita, Yesus, agar kita dapat mencurahkan isi hati kita kepada-Nya. Walaupun ada kalanya ketika secara lahiriah kita tampak dalam keadaan seimbang, tidak sombong atau rendah hati, dalam hati kita dirundung dengan rasa kehilangan yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Meskipun terkadang kita tampak begitu tenang di luar, pikiran kita bergejolak dengan siksaan seperti lautan badai. Penghakiman dan hajaran-Nya telah melucuti semua harapan dan impian kita, mengakhiri keinginan kita yang muluk-muluk dan membuat kita tidak mau percaya bahwa Dia adalah Juruselamat kita dan sanggup menyelamatkan kita. Penghakiman dan hajaran-Nya telah membuka jurang di antara kita dan diri-Nya, jurang yang begitu dalam hingga tak seorang pun mau menyeberanginya. Penghakiman dan hajaran-Nya adalah pertama kalinya di mana kita mengalami kemunduran dan penghinaan yang begitu besar dalam hidup kita. Penghakiman dan hajaran-Nya telah membuat kita benar-benar menghargai kehormatan dan intoleransi Tuhan terhadap pelanggaran manusia, dibandingkan dengan kita yang begitu hina dan sangat najis. Penghakiman dan hajaran-Nya membuat kita menyadari untuk pertama kalinya betapa congkak dan sombongnya kita, dan betapa manusia tidak akan pernah menyamai Tuhan, atau setara dengan Tuhan. Penghakiman dan hajaran-Nya membuat kita rindu untuk tidak lagi hidup dalam watak yang sedemikian rusak, untuk menyingkirkan esensi natur ini dari diri kita sesegera mungkin, dan berhenti menjadi hina dan menjijikkan bagi-Nya. Penghakiman dan hajaran-Nya membuat kita dengan senang hati tunduk dan menaati firman-Nya, tidak lagi memberontak terhadap pengaturan dan rencana-Nya. Penghakiman dan hajaran-Nya telah sekali lagi memberi kita keinginan untuk bertahan hidup dan membuat kita senang menerima-Nya sebagai Juruselamat kita .... Kita sudah melangkah keluar dari pekerjaan penaklukan, keluar dari neraka, keluar dari lembah bayang-bayang maut .... Tuhan Yang Mahakuasa telah mendapatkan kita, sekelompok orang ini! Dia sudah menang atas Iblis dan mengalahkan sejumlah besar musuh-Nya!
Kita hanyalah sekelompok orang biasa yang memiliki watak jahat yang rusak, orang-orang yang telah ditentukan dari semula oleh Tuhan sebelum permulaan zaman, dan orang-orang melarat yang diangkat Tuhan dari tumpukan kotoran. Kita pernah menolak dan mengutuk Tuhan, tetapi kita sekarang telah ditaklukkan oleh-Nya. Dari Tuhan, kita telah menerima kehidupan, jalan hidup yang kekal. Di mana pun kita berada di bumi, apa pun penganiayaan dan kesengsaraan yang kita tanggung, kita tidak bisa terpisah dari penyelamatan Tuhan Yang Mahakuasa. Karena Dialah Pencipta dan satu-satunya penebusan kita!
Kasih Tuhan memancar keluar seperti air di mata air, dan diberikan kepadamu, dan kepada-Ku, dan kepada orang lain, dan kepada semua orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan menantikan penampakan Tuhan.
Sama seperti matahari dan bulan terbit bergantian, pekerjaan Tuhan tidak pernah berhenti, dan dilakukan dalam dirimu, dalam diri-Ku, dan dalam diri orang lain, dan dalam diri semua orang yang mengikuti jejak langkah Tuhan dan menerima penghakiman dan hajaran-Nya.
23 Maret 2010
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan