57. Lansia Harus Jauh Lebih Banyak Mencari Kebenaran

Oleh Saudari Jinru, Tiongkok

Aku dilahirkan dalam keluarga Kristen, dan menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman saat berusia 60 tahun. Aku merasa sangat beruntung dapat menyambut Tuhan pada akhir zaman dan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dan impianku untuk diselamatkan dan masuk ke dalam Kerajaan akan segera terwujud. Asalkan aku bekerja keras dalam tugasku dan berkorban, akan ada kesempatan bagiku untuk diselamatkan oleh Tuhan. Setelah itu, aku mengerahkan segenap kemampuanku dalam tugas apa pun yang diatur gereja untukku, dan bahkan saat usiaku 70 tahun, aku masih mampu mengendarai sepedaku berkeliling dan melakukan beberapa tugas untuk gereja. Aku berlari naik turun tangga melaksanakan tugasku, tidak pernah merasa lelah. Aku senang masih mampu melaksanakan tugas. Seiring bertambahnya usia, fungsi tubuhku menurun karena usia dan fisikku tidak seperti dahulu. Mempertimbangkan kesehatanku, gereja menugaskanku untuk menjadi tuan rumah. Aku agak kecewa. Seiring bertambahnya usia, penglihatanku menurun, dan tak mampu lagi mengendarai sepedaku untuk melaksanakan tugas. Yang bisa kulakukan hanyalah mengambil tugas sebagai tuan rumah. Jika aku tak mampu melaksanakan tugas apa pun karena usiaku makin lanjut, masih mungkinkah bagiku untuk diselamatkan? Kupikir alangkah baiknya jika usiaku beberapa puluh tahun lebih muda, dan aku sangat iri pada saudara-saudari yang bisa bepergian untuk melayani Tuhan.

Pada Maret 2022, pemimpin gereja mengatur agar aku pergi menyokong Saudari Yu Xin. Dia berusia 78 tahun dan susah berjalan karena kesehatannya, dan sama sekali tak mampu melaksanakan tugas apa pun. Melihat keadaannya membuatku merasa sedih dan tertekan. Aku sudah berusia lebih dari 80 tahun, bahkan lebih tua dari Saudari Yu Xin, kesehatanku tak lagi seperti dahulu, dan aku tak tahu apakah suatu hari nanti aku juga akan sakit dan tak mampu melaksanakan tugas, dan saat itu apakah aku masih akan ada gunanya? Ada harapankah bagiku untuk diselamatkan jika aku tak mampu melaksanakan tugas apa pun? Makin kupikirkan, makin aku merasa sedih. Lalu aku juga jatuh sakit. Suatu kali, aku merasa pusing ketika bangun di tengah malam untuk ke kamar mandi, dan pagi harinya, aku tak bisa bangun dari tempat tidur. Aku sangat pusing sampai-sampai tak mampu membuka mata. Aku muntah-muntah dan diare, dan bahkan sulit menelan air. Suamiku menelepon putri kami agar datang merawatku, dan setelah dua hari, akhirnya aku mulai pulih. Pelaksanaan tugasku tidak tertunda, tapi aku sangat lemah dan tak ada tenaga untuk melakukan apa pun. Aku sulit menelan makanan, dan merasa pusing dan mual. Aku khawatir, sebagai seorang lansia, dengan kesehatanku yang makin menurun dari hari ke hari, jika aku sakit seperti itu lagi, akankah aku bisa sembuh secepat itu? Jika aku tak segera sembuh dan membutuhkan seseorang untuk merawatku, aku pasti tak mampu melaksanakan tugas apa pun, dan bukankah itu akan membuatku tidak berguna? Dapatkah aku masuk ke dalam Kerajaan tanpa tugas? Alangkah baiknya jika aku beberapa puluh tahun lebih muda, seperti 20 tahun yang lalu ketika baru saja menerima tahap pekerjaan ini, tidak takut melakukan apa pun. Apa pun yang gereja tugaskan kepadaku, dekat atau jauh, aku mampu melaksanakannya. Dengan memiliki tugas, aku punya lebih banyak harapan untuk diberkati. Namun, aku tak bisa memutar waktu dan aku kurang sehat untuk melakukan apa pun. Jadi, aku hanya menjalani hari-hariku begitu saja. Tanpa kusadari, aku hidup dalam keadaan negatif dan salah paham. Keadaanku terus memburuk. Aku tak lagi bersemangat untuk membaca firman Tuhan dan melakukan apa pun. Aku tidak melakukan tugasku dengan sungguh-sungguh seperti sebelumnya. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Aku merasa kini sudah makin tua dan tak mampu melaksanakan banyak tugas, tak ada harapan bagiku untuk masuk ke dalam Kerajaan dan diselamatkan. Aku merasa sangat sedih. Ya Tuhan, kumohon beri aku iman dan bimbinglah aku agar aku tidak dibatasi oleh usia tua dan aku mampu memahami kehendak-Mu dan keluar dari keadaan ini."

Keadaanku mulai berubah saat aku membaca beberapa firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Terdapat juga orang-orang lanjut usia di antara saudara-saudari, yang berusia antara 60 hingga 80 atau 90 tahun, dan yang juga mengalami beberapa kesulitan karena usia lanjut mereka. Sekalipun telah berusia lanjut, pemikiran mereka belum tentu benar atau masuk akal, dan gagasan serta pandangan mereka belum tentu sesuai dengan kebenaran. Orang-orang lanjut usia ini juga memiliki masalah, dan mereka selalu khawatir, 'Kesehatanku tidak sebaik sebelumnya dan tugas yang mampu kulaksanakan sangat terbatas. Jika aku hanya melakukan tugas kecil ini, akankah Tuhan mengingatku? Terkadang aku jatuh sakit, dan aku perlu seseorang untuk merawatku. Jika tidak ada orang yang merawatku, aku tidak mampu melaksanakan tugasku, lalu apa yang dapat kulakukan? Aku sudah tua dan tak mampu mengingat firman Tuhan saat aku membacanya dan sulit bagiku untuk memahami kebenaran. Saat mempersekutukan kebenaran, perkataaanku membingungkan dan tidak logis, dan aku belum memiliki pengalaman apa pun yang layak untuk kubagikan. Aku sudah tua dan tak punya cukup tenaga, penglihatanku tidak terlalu baik dan aku tidak sekuat sebelumnya. Segala sesuatu terasa sulit bagiku. Aku bukan saja tak mampu melaksanakan tugasku, tetapi aku juga mudah lupa dan melakukan kesalahan. Terkadang aku menjadi bingung dan menimbulkan masalah bagi gereja dan saudara-saudariku. Aku ingin memperoleh keselamatan dan mengejar kebenaran tetapi itu sangat sulit bagiku. Apa yang dapat kulakukan?' ... Khususnya, ada orang-orang lanjut usia yang ingin menghabiskan seluruh waktu mereka untuk mengorbankan diri bagi Tuhan dan melaksanakan tugas mereka, tetapi merasa tubuh mereka kurang sehat. Ada yang menderita tekanan darah tinggi, ada yang menderita gula darah tinggi, ada yang memiliki masalah pencernaan, dan ada yang kekuatan tubuhnya tak mampu memenuhi tuntutan tugasnya, sehingga mereka merasa resah. Mereka melihat bagaimana orang-orang muda mampu makan dan minum, berlari dan melompat, dan mereka merasa iri. Makin mereka melihat orang-orang muda melakukan hal-hal seperti itu, makin mereka merasa sedih, berpikir, 'Aku ingin melaksanakan tugasku dengan baik serta mengejar dan memahami kebenaran, dan aku juga ingin menerapkan kebenaran, jadi, mengapa begitu sulit untuk melakukannya? Aku sudah sangat tua dan tak berguna! Apakah Tuhan tidak menginginkan orang lanjut usia? Apakah orang lanjut usia benar-benar tidak berguna? Apakah kami tidak dapat memperoleh keselamatan?' Mereka merasa sedih dan tak mampu merasa bahagia bagaimanapun cara mereka memikirkannya. Mereka tak ingin melewatkan waktu yang seindah itu dan kesempatan yang sebesar itu, tetapi mereka tak mampu mengorbankan diri mereka dan melaksanakan tugas mereka dengan segenap hati dan segenap jiwa mereka seperti yang dilakukan orang-orang muda. Orang-orang lanjut usia ini terjerumus dalam kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran yang mendalam karena usia mereka. Setiap kali mereka menghadapi kesulitan, rintangan, kesukaran, atau hambatan, mereka menyalahkan usia mereka, bahkan membenci dan tidak menyukai diri mereka sendiri. Namun bagaimanapun juga, semuanya sia-sia, tidak ada solusi, dan mereka tidak memiliki jalan keluar. Mungkinkah mereka benar-benar tak punya jalan keluar? Apakah ada solusinya? (Orang-orang lanjut usia juga harus melaksanakan tugas mereka semampu mereka.) Tentu saja diperbolehkan bagi orang-orang lanjut usia untuk melaksanakan tugas mereka semampu mereka, bukan? Bolehkah orang-orang lanjut usia tidak lagi mengejar kebenaran karena usia mereka? Apakah mereka tidak mampu memahami kebenaran? (Mereka mampu.) Mampukah orang lanjut usia memahami kebenaran? Mereka mampu memahami beberapa kebenaran, dan bahkan orang-orang muda pun tidak mampu memahami semuanya. Orang lanjut usia selalu memiliki kesalahpahaman, menganggap diri mereka linglung, ingatan mereka buruk, sehingga mereka tidak mampu memahami kebenaran. Benarkah demikian? (Tidak.) Meskipun orang muda jauh lebih bertenaga dibandingkan orang lanjut usia, dan secara fisik mereka lebih kuat, tetapi sebenarnya kemampuan mereka untuk mengerti, memahami, dan mengetahui sama saja dengan kemampuan orang lanjut usia. Bukankah orang lanjut usia juga pernah muda? Mereka tidak terlahir dalam keadaan tua, dan orang-orang muda, suatu hari juga akan menjadi tua. Orang lanjut usia tidak boleh selalu berpikir karena mereka sudah tua, lemah secara fisik, kurang sehat, dan memiliki ingatan yang buruk, itu berarti mereka berbeda dengan orang muda. Sebenarnya, tidak ada perbedaan. Apa maksud-Ku mengatakan tidak ada perbedaan? Entah seseorang itu sudah tua atau masih muda, mereka sama saja dalam hal watak rusak mereka, dalam hal sikap dan pandangan mereka, dan dalam hal perspektif dan sudut pandang mereka ketika memandang segala sesuatu. Jadi, orang lanjut usia tidak boleh berpikir bahwa, karena mereka sudah tua, memiliki lebih sedikit keinginan yang berlebihan dibandingkan orang muda, dan mampu bersikap lebih stabil, berarti mereka tidak memiliki ambisi atau keinginan yang liar, dan watak rusak mereka lebih sedikit—ini adalah kesalahpahaman. Orang muda bisa saja memperebutkan kedudukan, bukankah orang lanjut usia pun bisa saja memperebutkan kedudukan? Orang muda bisa saja melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip dan bertindak sekehendak hati, bukankah orang lanjut usia pun bisa saja melakukan hal yang sama? (Ya.) Orang muda bisa saja bersikap congkak, bukankah orang lanjut usia pun bisa saja bersikap congkak? Namun, ketika orang lanjut usia bersikap congkak, karena usia tua mereka, mereka tidak terlalu agresif, dan kecongkakan mereka bukan kecongkakan yang bertaraf tinggi. Orang muda memperlihatkan perwujudan kecongkakan yang lebih jelas karena mereka memiliki anggota tubuh dan pikiran yang fleksibel, sedangkan orang lanjut usia memperlihatkan perwujudan kecongkakan yang kurang jelas karena anggota tubuh mereka yang kaku dan pikiran mereka yang tidak fleksibel. Namun, esensi kecongkakan dan watak rusak mereka sama. Sekalipun seorang lanjut usia sudah lama percaya kepada Tuhan, atau sudah bertahun-tahun melaksanakan tugas mereka, jika mereka tidak mengejar kebenaran, watak rusak mereka akan tetap ada. ... Jadi, orang lanjut usia itu bukannya tidak memiliki sesuatu yang bisa mereka lakukan, mereka juga bukan tidak mampu untuk melaksanakan tugas mereka, dan terlebih lagi, mereka bukan tidak mampu untuk mengejar kebenaran—ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Berbagai kebohongan dan kekeliruan yang telah kaukumpulkan sepanjang hidupmu, serta berbagai ide dan gagasan tradisional, hal-hal yang bodoh dan sulit dihilangkan, hal-hal yang kolot, hal-hal yang konyol dan hal-hal yang menyimpang yang telah kaukumpulkan, semuanya itu telah bertumpuk di dalam hatimu, dan engkau harus menghabiskan jauh lebih banyak waktu daripada yang dihabiskan orang muda untuk menyelidiki, menganalisis, dan mengenali hal-hal ini. Bukan berarti tidak ada apa pun yang bisa kaulakukan, atau bukan berarti engkau boleh merasa sedih, cemas, dan khawatir saat tidak ada apa pun yang bisa kaulakukan—ini bukan tugas ataupun tanggung jawabmu. Pertama-tama, orang lanjut usia harus memiliki pola pikir yang benar. Meskipun usiamu mungkin sudah lanjut dan secara fisik engkau relatif sudah tua, tetap saja engkau harus memiliki pola pikir orang muda. Meskipun engkau makin tua, daya pikirmu melambat dan daya ingatmu memburuk, jika engkau masih mampu mengenal dirimu sendiri, masih memahami firman yang Kuucapkan, dan masih memahami kebenaran, itu membuktikan bahwa engkau tidak tua dan kualitasmu tidak kurang. Jika orang sudah berusia 70-an tetapi tidak mampu memahami kebenaran, ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah dan mereka tak mampu melaksanakan tugas. Jadi, usia tidak ada kaitannya dengan kebenaran" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Aku membaca bagian itu beberapa kali. Firman Tuhan benar-benar langsung menyentuh hatiku, mengungkapkan keadaanku dengan tepat. Aku sadar kini aku sudah tua dan keadaanku sudah berbeda, jadi aku tak mampu terus sibuk melaksanakan tugas, dan hanya bisa menjadi tuan rumah di rumahku. Dan di rumah, saat kulihat keadaan Saudari Yu Xin yang tak mampu melaksanakan tugas, aku sangat khawatir tentang usiaku, kupikir jika suatu hari aku benar-benar tak mampu bergerak atau melaksanakan tugas, aku tak mungkin dapat diselamatkan. Pemikiran tentang tidak masuk ke dalam Kerajaan sungguh menyakitkan, membuatku sedih dan khawatir tentang tempat tujuanku. Aku hidup dalam keadaan yang negatif, pesimis, dan tak lagi bersemangat untuk melakukan apa pun. Membaca firman Tuhan membuatku terharu dan mencerahkan hatiku. Bukan berarti para lansia tidak punya pilihan apa pun dan tidak dapat diselamatkan, bukan berarti kita tak mampu melakukan apa pun ataupun melaksanakan tugas. Usia lanjut bukan berarti jiwa kita sudah tua, dan tidak ada yang dapat kita lakukan. Para lansia masih mampu melakukan segala sesuatu seperti dahulu, membaca firman Tuhan dan berdoa sebagaimana seharusnya, dan melaksanakan tugas apa pun yang mampu kita lakukan seperti biasa. Tuhan tak pernah berkata Dia tidak memperkenan para lansia karena mereka tak mampu melaksanakan banyak tugas. Selain itu, baik orang tua maupun anak muda sama-sama memiliki watak yang rusak, dan kita semua harus mencari kebenaran untuk membereskannya. Khususnya bagi para lansia sepertiku, kita telah melewati kehidupan di rumah, sekolah, dan di tengah masyarakat, kita telah mengumpulkan segala macam pemikiran, gagasan, dan falsafah hidup. Ada begitu banyak falsafah Iblis, kebohongan, dan kekeliruan yang telah memenuhi pikiranku. Aku telah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun, tapi racun Iblis ini masih tertanam dalam diriku dan telah menjadi aturanku untuk bertahan hidup. Terkadang ketika aku sedang berkumpul dengan orang lain, aku melihat seseorang yang hidup dalam keadaan yang salah atau menyebarkan kenegatifan. Kulihat dengan sangat jelas, yang dia katakan kepada orang lain tidaklah membangun, tapi aku diam saja untuk melindungi hubungan antarpribadiku. Aku hidup berdasarkan falsafah Iblis, "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain". Aku tak mau menerapkan kebenaran, enggan menyinggung orang lain. Dan selama pertemuan, ketika kami membahas tokoh-tokoh dan kisah-kisah dalam Alkitab, beberapa saudara-saudari tidak memahaminya, dan aku memperlihatkan watak yang congkak. Aku merasa karena sudah lama menjadi orang Kristen, aku tahu lebih banyak daripada mereka, jadi aku selalu menjelaskan panjang lebar kepada mereka, menggunakannya sebagai modal untuk pamer. Dengan memiliki begitu banyak watak rusak yang belum dibereskan, aku seharusnya memiliki perasaan mendesak dan berupaya lebih keras untuk mengejar kebenaran. Aku seharusnya lebih banyak mencari kebenaran di sisa hidupku untuk membereskan kerusakanku. Ada begitu banyak hal yang harus kulakukan dan kebenaran yang harus kumasuki. Namun, aku selalu iri kepada anak muda karena memiliki kesehatan yang prima dan mampu melaksanakan banyak tugas, menganggap mereka memiliki lebih banyak harapan untuk diselamatkan. Kini aku tak mampu bebas bergerak dan tugasku terbatas, aku khawatir tidak akan mendapat tempat dalam Kerajaan. Aku tenggelam dalam keadaan negatif dan tak mampu melepaskan diri darinya. Kalau dipikir-pikir sekarang, itu sangat bodoh. Aku harus memiliki sikap yang benar. Meskipun aku makin tua dan tubuhku menua, aku masih mampu memahami firman Tuhan, dan aku masih memiliki akal sehat dan nalar yang normal, jadi aku tak boleh membuang-buang waktu dalam mengejar kebenaran, dan tak boleh terus hidup dalam perasaan tertekan dan kecemasan. Ini sangat jelas dinyatakan dalam bagian firman Tuhan ini: "Meskipun engkau makin tua, daya pikirmu melambat dan daya ingatmu memburuk, jika engkau masih mampu mengenal dirimu sendiri, masih memahami firman yang Kuucapkan, dan masih memahami kebenaran, itu membuktikan bahwa engkau tidak tua dan kualitasmu tidak kurang" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Firman Tuhan mencerahkan hatiku, dan aku langsung merasa ada sesuatu yang dapat kuperjuangkan. Tuhan berkata aku tidak tua, jadi aku harus lebih rajin mengejar kebenaran di sisa hidupku.

Aku juga membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). "Keinginan Tuhan adalah agar setiap orang disempurnakan, agar akhirnya didapatkan oleh-Nya, untuk sepenuhnya ditahirkan oleh-Nya, dan untuk menjadi orang-orang yang Dia kasihi. Tidak soal apakah Aku mengatakan engkau semua terbelakang atau kualitasmu rendah—ini semua fakta. Perkataan-Ku tentang hal ini tidak membuktikan bahwa Aku bermaksud meninggalkanmu, bahwa Aku telah kehilangan harapan atas dirimu, apalagi bahwa Aku tidak mau menyelamatkanmu. Pada zaman sekarang, Aku telah datang untuk melakukan pekerjaan keselamatanmu, yang berarti bahwa pekerjaan yang Kulakukan adalah kelanjutan dari pekerjaan penyelamatan. Setiap orang memiliki kesempatan untuk disempurnakan: asalkan engkau mau, asalkan engkau mengejar, pada akhirnya engkau akan dapat mencapai hasilnya, dan tak seorang pun di antaramu yang akan ditinggalkan. Jika kualitasmu rendah, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kualitasmu yang rendah; jika kualitasmu tinggi, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kualitasmu yang tinggi; jika engkau bodoh dan buta huruf, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan dirimu yang buta huruf; jika engkau terpelajar, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan fakta bahwa engkau terpelajar; jika engkau sudah tua, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan usiamu; jika engkau mampu memberikan tumpangan, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kemampuan ini; jika engkau mengatakan engkau tidak mampu memberi tumpangan, dan hanya mampu melaksanakan tugas tertentu, apakah itu mengabarkan Injil, atau mengurus gereja, atau menangani urusan umum lainnya, penyempurnaanmu oleh-Ku akan sesuai dengan tugas yang kaulakukan. Setia, tunduk sampai akhir, dan berusaha untuk memiliki kasih yang tertinggi kepada Tuhan—inilah yang harus kaucapai, dan tidak ada penerapan yang lebih baik dari ketiga hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Aku benar-benar terharu oleh firman Tuhan ini. Tuhan tidak pernah menentukan kesudahan orang berdasarkan kualitas, usia, atau berapa banyak tugas yang telah mereka laksanakan. Tuhan hanya melihat apakah orang setia dan taat kepada-Nya atau tidak. Asalkan mereka bertekad untuk mengejar kebenaran, dan memiliki iman yang sejati dan mencintai kebenaran, Tuhan tidak akan meninggalkan mereka. Aku mengerti Tuhan itu adil, dan tuntutan-Nya tidak sama terhadap semua orang. Dia mengajukan tuntutan kepada orang berdasarkan tingkat pertumbuhan mereka dan apa yang mampu mereka capai. Mereka yang mampu menjadi tuan rumah seharusnya menjadi tuan rumah, mereka yang mampu memberitakan Injil seharusnya melakukan hal itu. Orang harus melakukan tugas apa pun yang mampu mereka lakukan. Asalkan kita mampu mengejar kebenaran dan bertindak berdasarkan firman Tuhan, ada kesempatan bagi kita untuk diselamatkan. Namun, aku merasa di usiaku yang sudah lanjut, tidak ada tugas apa pun yang mampu kulakukan, dan Tuhan tidak akan memperkenan diriku. Aku menganggap Tuhan seperti bos di dunia yang akan mempertahankanmu ketika kau mampu bekerja dan memiliki nilai, tetapi jika tidak, dia akan menyingkirkanmu. Menganggap Tuhan seperti ini berarti tidak takut akan Tuhan. Aku juga salah memahami kehendak Tuhan karena gagasan dan imajinasiku yang salah. Selain itu, Tuhan tak pernah berkata para lansia tidak dapat diselamatkan atau disempurnakan. Aku teringat para antikristus dan pelaku kejahatan yang diusir dari gereja. Ada yang lebih muda daripadaku dan telah menyerahkan rumah dan pekerjaan mereka demi tugas mereka. Mereka bekerja keras menurut standar manusia, tapi mereka tidak mengejar kebenaran dan watak rusak mereka tak berubah sedikit pun. Mereka melakukan segala sesuatu berdasarkan natur Iblis mereka, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, tidak pernah bertobat, dan akhirnya disingkirkan oleh Tuhan. Sedangkan mereka yang lanjut usia, ada yang tinggal di rumah melaksanakan tugas sebagai tuan rumah, ada yang menyimpan buku-buku gereja, tapi mereka semua memainkan peran mereka sebagaimana mestinya. Tuhan tidak mengabaikan atau menyingkirkan mereka karena sudah tua atau karena tak mampu melaksanakan banyak tugas. Aku mengerti bahwa Tuhan menyingkirkan orang karena esensi natur mereka, bukan karena usia mereka. Kini karena sudah tua, aku tak mampu menyokong gereja seperti dahulu. Aku menjadi tuan rumah bagi orang lain di rumahku. Jadi, aku harus melaksanakan tugasku sebagai tuan rumah dengan baik dan menjaga lingkungan yang aman untuk pertemuan di rumahku, agar saudara-saudari bisa datang dan pergi dengan damai. Itu artinya aku mengabdikan diri dalam tugasku. Tetanggaku, Saudari Yu Xin, sedang tidak sehat dan membutuhkan dukungan, jadi aku harus melakukan apa pun semampuku, bertemu dan bersekutu dengannya. Dan setiap kali menghadapi tantangan atau masalah, aku harus berdoa dan membaca firman Tuhan untuk menyelesaikannya. Jika mampu membawa 2 kg, aku akan membawa 2 kg, dan jika mampu membawa 10 kg, aku akan membawa 10 kg. Berupaya sebaik mungkin, dan melakukan semua yang mampu kaulakukan—itulah yang terpenting. Setelah memahami hal itu, aku merasa malu. Aku belum memahami kehendak Tuhan, dan tidak memandang segala sesuatu atau bertindak berdasarkan firman-Nya. Sebaliknya, aku hidup berdasarkan pandanganku sendiri yang salah, salah paham terhadap Tuhan. Aku benar-benar memberontak.

Aku merenungkan, mengapa aku selalu khawatir tentang menjadi tua, tidak mampu melaksanakan tugas, dan disingkirkan. Motif apa yang ada di balik kekhawatiranku? Dalam pencarianku, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan: "Sebagian orang menjadi penuh semangat begitu mereka melihat bahwa iman kepada Tuhan akan memberi mereka berkat, tetapi langsung kehilangan energi begitu tahu bahwa mereka harus mengalami pemurnian. Seperti itukah percaya kepada Tuhan? Pada akhirnya, engkau harus mencapai ketundukan yang sempurna dan mutlak di hadapan Tuhan dalam imanmu. Engkau percaya kepada Tuhan, tetapi masih menuntut-Nya, memiliki banyak gagasan agamawi yang tidak bisa engkau lepaskan, keinginan pribadi yang tak bisa engkau lepaskan, dan masih mencari berkat daging, dan ingin agar Tuhan menyelamatkan dagingmu, menyelamatkan jiwamu—semua itu adalah perilaku orang yang punya cara pandang salah. Meskipun orang dengan kepercayaan agamawi memiliki iman kepada Tuhan, mereka tidak berusaha mengubah watak mereka, tidak mengejar pengenalan akan Tuhan, tetapi sebaliknya mereka hanya tertarik mencari apa yang daging mereka inginkan. Banyak di antara engkau sekalian yang memiliki iman yang termasuk dalam golongan orang agamawi; ini bukanlah iman yang sejati kepada Tuhan. Untuk percaya kepada Tuhan, manusia harus memiliki hati yang siap untuk menderita bagi-Nya dan kerelaan untuk menyerahkan diri bagi-Nya. Jika mereka tidak memenuhi kedua persyaratan ini, hal itu tidak dianggap sebagai iman kepada Tuhan dan mereka tidak akan mampu mengalami perubahan dalam watak mereka. Hanya mereka yang dengan sungguh-sungguh mengejar kebenaran, mencari pengenalan akan Tuhan, dan mengejar kehidupan yang merupakan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). "Orang percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat, memperoleh upah, dan menerima mahkota. Bukankah tujuan ini ada di hati semua orang? Kenyataannya memang demikian. Meskipun orang tidak sering membicarakannya, dan bahkan menyembunyikan motif dan keinginan mereka untuk mendapatkan berkat, keinginan dan motif yang ada di lubuk hati orang ini selalu tak tergoyahkan. Sebanyak apa pun teori rohani yang orang pahami, pengalaman atau pengetahuan apa pun yang mereka miliki, tugas apa pun yang dapat mereka laksanakan, sebanyak apa pun penderitaan yang mereka tanggung, atau sebesar apa pun harga yang harus mereka bayar, mereka tidak pernah melepaskan motivasi untuk mendapatkan berkat yang tersembunyi di lubuk hati mereka, dan yang selalu secara diam-diam bekerja keras saat melakukan pelayanan. Bukankah ini hal yang tersembunyi paling dalam di lubuk hati manusia? Tanpa motivasi untuk menerima berkat ini, bagaimana perasaanmu? Dengan sikap apa engkau akan melaksanakan tugasmu dan mengikuti Tuhan? Apa yang akan terjadi pada orang jika motivasi untuk menerima berkat yang tersembunyi di dalam hati mereka ini disingkirkan? Mungkin banyak orang akan menjadi negatif, sementara beberapa orang akan kehilangan motivasi dalam tugas mereka. Mereka pasti kehilangan minat dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, seolah-olah jiwa mereka telah lenyap. Mereka akan terlihat seolah-olah hati mereka telah direnggut. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan berkat adalah sesuatu yang sangat tersembunyi dalam hati manusia" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Enam Indikator Pertumbuhan dalam Hidup"). Tepat keadaankulah yang Tuhan singkapkan dan hakimi dalam firman ini. Tuhan benar-benar memeriksa hati dan pikiran manusia. Firman-Nya menyingkapkan motif dan harapanku yang terdalam untuk diberkati, dan imanku hanyalah untuk mendapatkan berkat. Saat baru saja menerima tahap pekerjaan ini, aku dimotivasi oleh kesempatan untuk masuk ke dalam Kerajaan. Aku bersedia melakukan apa pun yang gereja minta. Baik ketika hari hujan atau cerah, aku selalu melaksanakan tugasku. Kupikir Tuhan pasti berkenan asalkan aku membayar harga, lalu aku akan diselamatkan dan memperoleh berkat Kerajaan surga. Namun, kini setelah melihat diriku makin tua, semua fungsi tubuhku menurun karena usiaku, dan aku merasa tak mampu melaksanakan tugas yang selalu mampu kulaksanakan sebelumnya, aku khawatir suatu hari akan jatuh sakit dan tak mampu melaksanakan tugas. Hal itu membuatku merasa sedih dan tertekan. Dan saat aku teringat dua hari itu ketika aku sakit dan tak mampu bergerak, aku merasa makin khawatir, jika aku sakit lagi dan tidak segera sembuh, aku pasti tak mampu melaksanakan tugas apa pun dan tidak dapat diselamatkan. Hatiku terasa hampa, dan aku merasa gelap dan depresi. Aku tak lagi bersemangat untuk membaca firman Tuhan atau berdoa, berpikir hanya akan menjalani hari-hariku begitu saja. Aku benar-benar sadar motifku untuk diberkati yang tersembunyi di lubuk hatiku, sudah tertanam kuat, dan sadar bahwa aku selalu bekerja keras dan berjuang untuk mencapai tujuan ini. Di luarnya, aku terlihat sedang melaksanakan tugas dan ingin memuaskan Tuhan, tapi sebenarnya, aku ingin menukar tugasku dengan berkat Kerajaan surga. Aku sedang bekerja untuk tempat tujuanku. Pada dasarnya aku sangat jahat dan licik. Aku dilahirkan dalam keluarga Kristen, dan mengikuti orang tuaku, percaya kepada Tuhan Yesus sejak masih kecil. Ketika berusia 60 tahun, aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku telah memetik banyak pelajaran. Pada akhir zaman ini, Tuhan telah dengan jelas mempersekutukan setiap aspek kebenaran, dan melalui penghakiman dan hajaran firman-Nya, aku telah memahami tentang naturku yang rusak dan racun Iblis, aku mampu membenci diriku sendiri, dan watakku yang rusak telah sedikit berubah. Ini hasil dari mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Ini anugerah yang luar biasa dari Tuhan! Aku telah menerima penyelamatan yang begitu besar. Sekalipun Tuhan mengambil nyawaku sekarang juga, aku tidak akan menyesal, dan aku harus bersyukur kepada Tuhan. Namun, sekarang aku masih hidup, dan masih bernapas. Aku harus dengan sepenuh hati mengejar kebenaran dan mengubah watakku. Entah kelak diberkati atau mengalami bencana, aku harus tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan. Inilah nalar yang harus kumiliki sebagai makhluk ciptaan. Namun, setelah mendapat begitu banyak pembekalan dari firman Tuhan, aku tetap tidak tahu bagaimana membalas kasih-Nya. Aku ingin menggunakan tugasku untuk bertransaksi dengan Tuhan agar mendapatkan berkat Kerajaan. Aku menjadi negatif dan salah paham terhadap Tuhan ketika kupikir aku tak bisa mendapatkannya. Aku tak punya hati nurani ataupun nalar. Di manakah kemanusiaanku? Aku sangat egois, hina, dan jahat. Motivasi dan perspektifku dalam kepercayaanku tidak benar. Aku hanya ingin masuk ke dalam Kerajaan surga, dan hanya mengejar keuntungan dan berkat jasmani. Aku menempuh jalan yang sama seperti yang ditempuh Paulus. Aku teringat bagaimana Paulus mencapai begitu banyak, tapi dia beriman hanya untuk mendapatkan upah dan mahkota. Dia menggunakan pekerjaannya untuk bertransaksi dengan Tuhan, menukarnya dengan berkat surga. Dia tidak berusaha mengenal Tuhan. Dia menempuh jalan yang menentang Tuhan. Pada akhirnya, dia dihukum oleh Tuhan. Pengejaranku sama seperti pengejaran Paulus. Aku tidak mengejar perubahan watak untuk memuaskan Tuhan, dan hanya melaksanakan tugasku untuk mendapatkan berkat. Di luarnya, aku terlihat sedang melaksanakan tugas, tapi sebenarnya, aku sedang menipu Tuhan. Aku bukanlah orang percaya sejati. Orang percaya sejati adalah orang yang mengejar kebenaran, yang berusaha mengenal dan mengasihi Tuhan. Mereka melaksanakan tugas tanpa syarat atau kesepakatan apa pun Tidak ada motif atau tujuan pribadi, atau keinginan yang berlebihan. Mereka mengerahkan segala yang mereka miliki untuk memuaskan Tuhan. Sama seperti Petrus—meskipun dia tidak melakukan pekerjaan sebanyak Paulus, dia mampu menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, mengenal dirinya sendiri, dan berusaha mengenal dan mengasihi Tuhan. Pada akhirnya, dia tunduk sampai mati, disalib terbalik untuk Tuhan, bersaksi untuk memuliakan Tuhan. Dengan iman sepertiku, yang selalu memiliki motif dan keinginan yang hina, aku tidak akan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan, sekalipun aku sudah bertahun-tahun percaya kepada-Nya. Aku pasti hanya akan ditolak dan dibenci oleh Tuhan. Jika tidak bertobat, dan tetap bertransaksi dalam iman dan tugasku, aku tidak akan memperoleh kebenaran atau mengalami perubahan watak pada akhirnya. Aku akan berakhir seperti Paulus, disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan.

Aku teringat akan apa yang Tuhan firmankan: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Pada saat ini, aku sadar tugas adalah apa yang sudah seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan, dan tidak ada kaitannya dengan menerima berkat atau kemalangan. Sebagai anggota keluarga Tuhan, seharusnya aku tidak mengajukan persyaratan terhadap-Nya. Aku seharusnya memenuhi tanggung jawabku. Ini sama seperti sebuah keluarga. Ketika anak-anak melakukan apa yang mereka bisa untuk keluarga, bolehkah mereka meminta imbalan uang dari orang tua mereka? Itu berarti mereka bukan anggota keluarga, tapi pegawai. Sebagai anggota keluarga Tuhan, dan sebagai makhluk ciptaan, melakukan sedikit tugas untuk Sang Pencipta adalah hal yang sudah seharusnya kulakukan, itu benar dan wajar. Aku harus menunjukkan kesetiaanku tanpa memikirkan syarat atau upah. Itulah yang seharusnya kulakukan. Kini aku makin tua dan kesehatanku tidak baik, tapi Tuhan tak pernah meninggalkanku. Dia tetap menopang dan membimbingku dengan firman-Nya. Aku harus punya hati nurani, dan tak boleh terus hidup dalam keadaan negatif, membiarkan diriku putus asa. Aku harus memiliki sikap yang benar, dan selama aku waras dan masih mampu berpikir, aku harus membaca lebih banyak firman Tuhan untuk mengenal diri sendiri dan mengejar perubahan watak, melaksanakan tugas apa pun yang mampu kulakukan sekarang, dan tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan. Aku membaca bagian lain dalam firman Tuhan: "Setiap orang, seperti apa pun kualitasmu, berapa pun usiamu, seberapapun lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, harus berupaya keras untuk menempuh jalan mengejar kebenaran. Engkau tidak boleh menekankan alasan objektif apa pun; engkau harus mengejar kebenaran tanpa syarat. Jangan sia-siakan hari-harimu. Jika engkau mengejar dan mengerahkan upayamu untuk mengejar kebenaran sebagai hal yang penting dalam hidupmu, mungkin saja kebenaran yang kauperoleh dan mampu kaucapai dalam pengejaranmu bukanlah apa yang selama ini kauharapkan. Namun, jika Tuhan berfirman bahwa Dia akan memberimu tempat tujuan yang tepat tergantung pada sikapmu dalam pengejaranmu dan ketulusanmu, maka betapa indahnya itu! Untuk saat ini, jangan berfokus pada apa yang akan menjadi tempat tujuanmu atau kesudahanmu, atau apa yang akan terjadi dan seperti apa masa depanmu, atau apakah engkau akan dapat terhindar dari bencana dan tidak mati—jangan memikirkan hal-hal ini atau memohon untuk engkau mendapatkannya. Berkonsentrasilah hanya untuk mengejar kebenaran di dalam firman Tuhan dan tuntutan-Nya, untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, dan memenuhi maksud Tuhan, sehingga engkau akan terbukti layak atas penantian Tuhan selama enam ribu tahun, atas enam ribu tahun penantian-Nya. Berilah Tuhan sedikit penghiburan; biarlah Dia melihat bahwa masih ada harapan dalam dirimu, dan biarlah harapan-Nya terwujud dalam dirimu. Katakan kepada-Ku, apakah Tuhan akan memperlakukanmu dengan buruk jika engkau melakukannya? Tentu saja tidak! Dan sekalipun hasil akhirnya tidak seperti yang diharapkan, bagaimana seharusnya orang memperlakukan fakta ini, sebagai mahkluk ciptaan? Mereka harus tunduk dalam segala hal pada pengaturan dan penataan Tuhan, tanpa memiliki agenda pribadi. Bukankah sudut pandang seperti inilah yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan? (Ya.) Itu adalah pola pikir yang benar" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Mengapa Manusia Harus Mengejar Kebenaran"). "Mengejar kebenaran adalah hal terbesar dalam hidup manusia. Tidak ada hal lain yang sepenting mengejar kebenaran, dan tidak ada hal lain yang lebih bernilai daripada memperoleh kebenaran. Apakah mudah mengikuti Tuhan hingga hari ini? Bergegaslah, dan jadikan mengejar kebenaran yang kaulakukan sebagai hal terpenting! Tahap pekerjaan pada akhir zaman adalah tahap pekerjaan terpenting yang Tuhan lakukan dalam diri manusia dalam rencana pengelolaan-Nya selama enam ribu tahun. Mengejar kebenaran adalah harapan tertinggi yang Tuhan tempatkan dalam diri umat pilihan-Nya. Dia berharap orang menempuh jalan yang benar, yaitu jalan mengejar kebenaran" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Mengapa Manusia Harus Mengejar Kebenaran"). Ketika membaca bagian ini, aku sangat terinspirasi dan terharu. Tuhan telah memberi tahu kita semua tentang kehendak-Nya, serta apa yang Dia tuntut dan harapkan dari manusia. Dia tidak peduli seberapa tinggi atau rendah kualitas kita, berapa usia kita, atau berapa banyak tugas yang telah kita laksanakan, dan Dia hanya peduli apakah kita mengejar kebenaran, taat, dan setia dalam iman kita. Sama seperti pada Zaman Kasih Karunia, seorang janda hanya mempersembahkan dua peser, tapi mendapatkan perkenanan Tuhan karena dia mempersembahkan semua yang dimilikinya kepada-Nya. Tuhan melihat ketulusan hatinya. Meskipun kini aku sudah tua dan tak bisa dibandingkan dengan anak muda dalam segala aspek, aku tidak merasa negatif. Aku ingin terus maju dan memanfaatkan setiap hari dengan sebaik-baiknya. Selagi aku masih punya akal sehat dan nalar, aku benar-benar harus lebih mengejar kebenaran dan lebih banyak membaca firman Tuhan, menerapkan setiap hal kecil yang kupahami, dan berupaya sebaik mungkin dalam tugasku. Maka saat aku mati, hatiku akan tenang, dan tidak akan mengecewakan Tuhan yang telah menopangku di sepanjang hidupku. Tuhan mengizinkanku dilahirkan pada akhir zaman. Aku mampu menerima pekerjaan-Nya pada akhir zaman pada usia 60 tahun, menyaksikan penampakan Tuhan, mendengar suara-Nya secara pribadi, dan mengalami penghakiman dan hajaran firman-Nya; ini anugerah dan berkat Tuhan yang sangat besar bagiku. Jika aku tetap hidup terjebak dalam kesedihan karena usia tua, tanpa ada desakan dalam diriku untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mengejar kebenaran, aku akan kehilangan kesempatan untuk mengalami pekerjaan Tuhan dan diselamatkan. Jika kelak aku ingin mengejar kebenaran, kesempatanku akan hilang, dan sudah terlambat untuk menyesal. Jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku siap untuk bertobat. Aku tak mau lagi hidup dalam keadaan negatif, cemas, dan salah paham. Aku ingin menerapkan firman-Mu, berusaha sekuat tenaga untuk mengejar kebenaran selagi aku masih hidup, dan menempuh jalan yang benar dalam hidupku. Aku ingin menerapkan semua yang kupahami dari firman-Mu, melaksanakan tugasku, dan melakukan kehendak-Mu. Entah aku diberkati atau mengalami kemalangan, aku siap tunduk pada aturan dan pengaturan-Mu."

Sejak saat itu, aku berfokus untuk lebih banyak membaca firman Tuhan dan merenungkannya. Aku berupaya sebaik mungkin melaksanakan tugas apa pun yang gereja minta untuk kulaksanakan. Aku telah mendapatkan beberapa pengalaman dan pengetahuan selama bertahun-tahun menjadi orang percaya, dan telah berlatih menulis artikel untuk bersaksi tentang Tuhan. Khususnya saat ini pemberitaan Injil membutuhkan artikel yang bagus untuk meluruskan gagasan orang beragama, dan sebagai orang yang sudah lama percaya, aku ingin menulis banyak artikel, melakukan apa yang aku bisa untuk mengabarkan injil Kerajaan. Selain itu, aku memiliki watak yang agak congkak dan cenderung mengekang keluargaku karena kecongkakanku, aku telah mencari kebenaran untuk membereskan aspek kerusakanku ini, dan hidup dalam kemanusiaan yang normal di hadapan keluargaku. Dalam interaksiku seperti biasa dengan saudara-saudari, ketika kulihat seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip, jika aku takut mengatakan sesuatu yang dapat menyinggung atau membuatnya memiliki kesan buruk terhadapku, kukatakan kepada Tuhan dalam doaku bahwa aku tak mau hidup berdasarkan falsafah Iblis, dan berfokus menerapkan kebenaran, menjunjung tinggi kepentingan gereja, dan bukan sekadar menjadi penyenang orang. Kini aku sedang melatih diriku untuk menerapkan kebenaran dalam setiap hal kecil, dan aku merasa sangat tenang dan penuh sukacita. Mampu keluar dari perasaan tertekan, kecemasan, dan kekhawatiran, semuanya berkat bimbingan dan anugerah Tuhan. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan!

Sebelumnya: 56. Bagaimana Tugasku Menjadi Bersifat Transaksional

Selanjutnya: 58. Pilihan seorang Pejabat Pemerintah

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

26. Cara Memandang Tugasmu

Oleh Saudara Zhong Cheng, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hal paling mendasar yang dituntut dari manusia dalam kepercayaan mereka...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini