42. Keuntungan yang Diperoleh Melalui Kesulitan
Di penghujung tahun 2019, seorang kerabat memberitakan Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kepadaku. Aku menyadari bahwa firman Tuhan Yang Mahakuasa memiliki otoritas, dan semua itu adalah kebenaran. Aku merasa ini adalah suara Tuhan, jadi aku menerima pekerjaan baru Tuhan dengan senang hati. Aku membaca firman Tuhan setiap hari dan tidak ingin melewatkan satu pertemuan pun. Terkadang, ada masalah dengan internet atau catu daya di tempatku berada, dan aku tak bisa menghadiri pertemuan online. Aku akan merasa sangat sedih, tetapi setelahnya, aku pasti segera membaca isi pertemuan, dan kemudian mengirimkan pemahamanku tentang firman Tuhan ke kelompokku, berkomunikasi dengan saudara-saudari, dan melaksanakan tugasku dengan segenap kemampuanku.
Setelah beberapa waktu, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Awalnya, aku memimpin pekerjaan gereja bersama dengan dua pemimpin lainnya, jadi aku tidak merasa terlalu kesulitan ataupun stres. Tak lama kemudian, aku dipilih untuk mengawasi pekerjaan beberapa gereja. Awalnya, aku tidak mau melaksanakan tugas ini. Alasannya karena aku merasa aku belum lama menjadi pemimpin, dan masih punya banyak kekurangan, juga masih ada hal-hal yang tidak kupahami, jadi aku sangat khawatir tak mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Nuh hanya pernah mendengar sedikit firman, dan pada zaman itu, Tuhan belum mengungkapkan banyak firman, sehingga Nuh tentunya tidak memahami banyak kebenaran. Dia tidak memahami ilmu sains modern atau pengetahuan modern. Dia adalah manusia yang sangat biasa, bagian dari umat manusia yang biasa-biasa saja. Namun, di satu sisi, dia tidak seperti siapa pun: dia tahu bahwa dia harus menaati firman Tuhan, dia tahu bagaimana mengikuti dan menaati firman Tuhan, dia tahu apa posisi manusia, dan dia mampu untuk benar-benar percaya dan tunduk pada firman Tuhan—tidak lebih. Beberapa prinsip sederhana ini cukup untuk memampukan Nuh menyelesaikan semua yang telah Tuhan percayakan kepadanya, dan dia bertekun dalam tugas ini bukan hanya selama beberapa bulan, ataupun beberapa tahun, ataupun beberapa dekade, tetapi selama lebih dari satu abad. Bukankah angka ini mencengangkan? Siapa yang mampu melakukan tugas ini selain Nuh? (Tak seorang pun.) Dan mengapa tidak ada yang mampu? Ada orang-orang yang berkata bahwa ini karena mereka tidak memahami kebenaran—tetapi itu tidak sesuai dengan fakta. Berapa banyak kebenaran yang Nuh pahami? Mengapa Nuh mampu melakukan semua ini? Orang-orang percaya pada zaman sekarang telah membaca banyak firman Tuhan, mereka memahami beberapa kebenaran—lalu mengapa mereka tidak mampu melakukan hal ini? Ada orang-orang yang berkata bahwa ini karena watak manusia yang rusak—tetapi bukankah Nuh memiliki watak yang rusak? Mengapa Nuh mampu mencapai hal ini, tetapi orang-orang zaman sekarang tidak mampu mencapainya? (Karena orang-orang zaman sekarang tidak memercayai firman Tuhan, mereka tidak memperlakukan atau menaatinya sebagai kebenaran.) Dan mengapa mereka tidak mampu memperlakukan firman Tuhan sebagai kebenaran? Mengapa mereka tidak mampu menaati firman Tuhan? (Mereka tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan.) Jadi, jika orang tidak memiliki pemahaman akan kebenaran dan belum mendengar banyak kebenaran, bagaimana agar hati yang takut akan Tuhan muncul dalam diri mereka? (Mereka harus memiliki kemanusiaan dan hati nurani.) Benar. Dalam kemanusiaan seseorang, ada dua hal paling berharga yang harus ada: yang pertama adalah hati nurani, dan yang kedua adalah nalar kemanusiaan yang normal. Memiliki hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal adalah standar minimum untuk menjadi manusia; itu adalah standar minimum yang paling dasar untuk mengukur seseorang. Namun ini tidak ditemukan dalam diri manusia zaman sekarang, sehingga sebanyak apa pun kebenaran yang mereka dengar dan pahami, memiliki hati yang takut akan Tuhan tidak tercapai oleh mereka. Jadi, apa perbedaan mendasar antara orang-orang zaman sekarang dengan Nuh? (Mereka tidak memiliki kemanusiaan.) Dan apa esensi orang yang tidak memiliki kemanusiaan seperti ini? (Mereka adalah binatang buas dan setan-setan.) 'Binatang buas dan setan-setan' kedengarannya sangat tidak bagus, tetapi ini sesuai dengan kenyataan; cara yang lebih sopan untuk mengatakannya adalah bahwa mereka tidak memiliki kemanusiaan. Orang yang tidak memiliki kemanusiaan dan nalar bukanlah manusia, mereka bahkan lebih rendah daripada binatang buas. Bahwa Nuh mampu menyelesaikan amanat Tuhan adalah karena ketika Nuh mendengar firman Tuhan, dia mampu menyimpannya di dalam hatinya; baginya, amanat Tuhan adalah pekerjaannya seumur hidup, imannya tidak tergoyahkan, kehendaknya tidak berubah selama seratus tahun. Itu karena dia memiliki hati yang takut akan Tuhan, dia adalah manusia sejati, dan dia adalah orang yang paling bernalar sehingga Tuhan memercayakan pembangunan bahtera itu kepadanya. Orang yang memiliki kemanusiaan dan nalar seperti Nuh sangat jarang, tentunya sangat sulit menemukan seseorang yang seperti Nuh" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Dua: Bagaimana Nuh dan Abraham Menaati Firman Tuhan dan Tunduk kepada-Nya (Bagian Satu)"). Nuh belum pernah mendengar pengajaran yang mendalam dan dia tidak memahami banyak kebenaran, tetapi dia memiliki hati yang takut dan taat akan Tuhan. Ketika Tuhan memberitahu Nuh bahwa Dia akan memusnahkan umat manusia dengan air bah dan Nuh harus membangun bahtera, dia menerima tugas itu tanpa ragu. Nuh sadar amanat yang telah Tuhan berikan kepadanya tidaklah mudah, karena membangun bahtera pasti harus menebang pohon dan membuat pengukuran yang tepat, tetapi meskipun proyek itu sangat besar dan sulit, Nuh tidak mundur, karena dia tahu bahwa ini adalah amanat Tuhan kepadanya. Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa aku tidak memiliki kemanusiaan atau akal sehat seperti yang Nuh miliki. Ketika pemimpin memintaku memimpin pekerjaan beberapa gereja, aku tidak beriman kepada Tuhan dan hanya mengandalkan kemampuanku sendiri. Aku merasa kemampuan kerjaku terbatas, dan aku belum lama menjadi pemimpin gereja dan punya banyak kekurangan. Aku khawatir tak mampu melakukannya dengan baik, jadi aku tak mau menerima tugas ini. Aku tidak beriman kepada Tuhan seperti Nuh, juga tidak memiliki hati yang takut dan taat akan Tuhan, terlebih lagi, aku tidak memiliki kemanusiaan atau akal sehat seperti yang Nuh miliki. Menyadari hal ini, aku tidak lagi khawatir, dan aku mau menaati dan menerima tugas ini sebagaimana Nuh telah menerima tugasnya.
Namun, begitu mulai bekerja, aku menghadapi masalah baru. Aku mendapati ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Misalnya, aku harus memahami keadaan saudara-saudari di dalam gereja, menyokong mereka yang tidak menghadiri pertemuan secara teratur, mencari tahu kesulitan orang-orang dalam tugas mereka dan bersekutu untuk menyelesaikannya, membantu orang belajar cara melaksanakan tugas mereka, dan sebagainya. Semua ini adalah tanggung jawab yang harus kupikul. Ketika menghadapi masalah-masalah ini, aku tidak tahu harus mulai dari mana, aku tidak tahu cara melakukan pekerjaan ini dengan baik, dan merasa sangat tertekan. Semua kesulitan ini menyebabkanku menjadi negatif, dan hanya ingin memberi tahu pemimpin bahwa aku merasa tidak layak untuk tugas ini karena tidak punya pengalaman dan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakannya. Kemudian, pemimpin mengetahui tentang keadaanku dan mengirimiku satu bagian firman Tuhan untuk membantuku. Aku membaca firman Tuhan: "Dahulu ketika Tuhan mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, bagaimana reaksi Musa terhadap Tuhan yang memberinya amanat seperti itu? (Dia berkata dia tak pandai bicara, tetapi berat mulut dan berat lidah.) Dia merasa sedikit khawatir karena tak pandai bicara, tetapi berat mulut dan berat lidah. Namun, apakah dia menentang amanat Tuhan? Bagaimana dia memperlakukan amanat Tuhan? Dia bersujud. Apa artinya dia bersujud? Itu artinya dia tunduk dan menerimanya. Dia bersujud dengan menyerahkan segenap dirinya di hadapan Tuhan, dengan mengabaikan pilihan pribadinya, dan dengan tidak menyebutkan kesulitan apa pun yang mungkin telah dia hadapi. Apa pun yang Tuhan minta dia lakukan, dia akan langsung melakukannya. Mengapa dia mampu menerima amanat Tuhan bahkan sekalipun dia merasa tidak ada yang bisa dia lakukan? Karena dia memiliki kepercayaan yang sejati dalam dirinya. Dia telah memiliki beberapa pengalaman tentang kedaulatan Tuhan atas segala hal dan segala perkara, dan selama empat puluh tahun pengalamannya di padang gurun itu, dia telah menyadari bahwa kedaulatan Tuhan itu maha kuasa. Jadi, dia menerima amanat Tuhan dengan sigap, dan langsung mulai melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepadanya tanpa komentar apa pun. Apa artinya dia langsung melaksanakannya? Itu berarti dia memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan, memiliki ketergantungan sejati kepada-Nya, dan memiliki ketundukan sejati kepada-Nya. Dia tidak bersikap pengecut, dan dia tidak membuat pilihannya sendiri ataupun berusaha menolaknya. Sebaliknya, dia percaya sepenuhnya, dan langsung bertindak melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepadanya, dengan penuh kepercayaan. Dia percaya ini: 'Jika Tuhan telah mengamanatkannya, maka semua ini akan terlaksana sesuai dengan firman-Nya. Tuhan telah memerintahkan kepadaku untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir, jadi aku akan melakukannya. Karena inilah yang telah Tuhan amanatkan, Dia akan bekerja, dan Dia akan memberiku kekuatan. Aku hanya perlu bekerja sama.' Inilah pemahaman yang Musa miliki. ... Keadaan pada saat itu tidak menguntungkan baik bagi bangsa Israel maupun bagi Musa. Dalam pandangan manusia, memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir merupakan tugas yang sama sekali mustahil, karena di seberang Mesir ada Laut Merah, dan menyeberanginya merupakan tantangan yang sangat besar. Mungkinkah Musa sebenarnya tidak tahu betapa sulitnya melaksanakan amanat ini? Dalam hatinya, dia tahu, tetapi dia hanya berkata bahwa dia tidak fasih bicara, bahwa tak seorang pun akan mengindahkan perkataannya. Dalam hatinya, dia tidak menolak amanat Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dia bersujud dan menerima amanat tersebut. Mengapa dia tidak menyebutkan kesulitannya? Apakah karena setelah empat puluh tahun berada di padang gurun, dia tidak mengetahui bahaya yang ada di dunia manusia, atau keadaan yang telah terjadi di Mesir, atau penderitaan bangsa Israel saat itu? Mungkinkah dia tidak melihat hal itu dengan jelas? Itukah yang terjadi? Tentu saja tidak. Musa cerdas dan bijaksana. Dia mengetahui semua hal itu, setelah secara pribadi menjalani dan mengalaminya di dunia manusia, dan dia tidak akan pernah melupakannya. Dia mengetahui semua hal itu dengan sangat baik. Jadi, tahukah dia betapa sulitnya amanat yang Tuhan berikan kepadanya? (Ya.) Jika dia tahu betapa sulitnya amanat tersebut, mengapa dia mau menerima amanat itu? Dia percaya kepada Tuhan. Dengan pengalaman seumur hidupnya, dia percaya akan kemahakuasaan Tuhan, sehingga dia menerima amanat Tuhan ini dengan hati penuh kepercayaan dan tanpa keraguan sedikit pun. ... Katakan kepada-Ku, selama empat puluh tahun berada di padang gurun, apakah Musa dapat mengalami bahwa, di dalam Tuhan, tidak ada yang sulit dan bahwa manusia berada di tangan Tuhan? Ya—itu adalah pengalamannya yang paling nyata. Selama empat puluh tahun berada di padang gurun, ada begitu banyak hal yang membahayakan hidupnya, dan dia tidak tahu entah dia akan selamat dari semua itu atau tidak. Setiap hari, dia pasti telah berjuang demi keselamatan hidupnya dan berdoa memohon perlindungan kepada Tuhan. Hanya itulah permohonannya. Selama empat puluh tahun itu, yang paling dia alami adalah kedaulatan dan perlindungan Tuhan. Kemudian, ketika dia menerima amanat Tuhan, yang pertama kali dia rasakan pastilah: 'Tidak ada yang sulit di dalam Tuhan. Jika Tuhan berfirman itu dapat dilakukan, maka itu pasti akan dapat dilakukan. Karena Tuhan telah memberiku amanat seperti itu, Dia memastikan akan melaksanakannya—Dialah yang akan melakukannya, bukan manusia.' Sebelum bertindak, orang harus membuat rencana dan melakukan persiapan terlebih dahulu. Mereka harus membuat persiapannya terlebih dahulu. Perlukah Tuhan melakukan hal-hal ini sebelum Dia bertindak? Tidak perlu. Setiap makhluk ciptaan, betapapun berpengaruhnya, betapapun cakap atau berkuasanya, betapapun hebatnya, semuanya berada di tangan Tuhan. Musa memiliki kepercayaan, pengetahuan, dan pengalaman tentang hal ini, jadi tak ada sedikit pun keraguan atau ketakutan di dalam hatinya. Oleh karena itu, kepercayaannya kepada Tuhan sangat tulus dan murni. Dapat dikatakan bahwa dia telah dipenuhi dengan kepercayaan kepada Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Dengan Ketundukan Sejati Orang Dapat Memiliki Iman yang Sejati"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sadar bahwa aku pengecut yang tidak percaya kepada Tuhan dan tidak beriman kepada Tuhan. Tuhan memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir agar mereka tidak lagi diperbudak. Musa tidak memiliki pasukan untuk berperang melawan Firaun, dan sangatlah sulit untuk melaksanakan amanat ini, tetapi Musa mampu menaati firman Tuhan, dan percaya Tuhan sendiri pasti akan memimpin umat-Nya keluar dari Mesir. Mengingat kembali tentang diriku sendiri, karena merasa ada begitu banyak pekerjaan yang tak mampu kulakukan, aku ingin melepaskan tugas ini karena aku merasa sangat tertekan, merasa tugas ini adalah beban bagiku, dan merasa tak mampu menyelesaikannya. Aku tidak percaya kepada Tuhan, dan tidak beriman kepada Tuhan. Aku hanya percaya pada kemampuanku sendiri yang terbatas. Kupikir kemampuanku melakukan pekerjaan dengan baik berkaitan dengan kualitas dan pengalamanku. Aku tidak percaya bahwa semua pekerjaan itu dilakukan oleh Tuhan dan peran kita hanyalah bekerja sama. Aku telah bersikap sangat congkak. Atas seizin Tuhanlah aku mampu melaksanakan tugas itu. Semuanya dikendalikan dan diatur oleh Tuhan. Aku harus memiliki keyakinan untuk bekerja sama secara nyata. Mulai sekarang, aku tidak boleh lagi menolak tugas ini. Aku percaya asalkan aku bersandar pada Tuhan dan mengandalkan-Nya, Dia akan membimbing dan menolongku, memampukanku untuk memahami kebenaran dan berbagai macam prinsip melaksanakan tugas melalui berbagai macam kesulitan, dan memampukanku untuk secara bertahap mampu melaksanakan tugasku dengan baik. Aku juga mengerti bahwa memiliki kesempatan untuk melaksanakan tugas ini berarti Tuhan memberiku kesempatan untuk berlatih dan melaluinya Tuhan menguatkan imanku dan melengkapi kekuranganku, sehingga aku mampu memikul beban yang lebih berat dan melakukan bagianku sendiri, yang memperlihatkan, dan ini berarti Tuhan sedang memperlihatkan kebaikan-Nya kepadaku.
Karena adanya masalah dengan air, listrik, internet, dan keadaan ekonomi di Venezuela dalam beberapa tahun terakhir ini, kami harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk menghidupi keluarga kami. Aku dan ayahku harus pergi menangkap ikan setiap pukul 3 pagi, dan baru pulang sekitar pukul tiga atau empat sore. Aku merasa sangat lelah melaut sepanjang hari, tetapi setibanya di rumah, aku tidak mau beristirahat karena masih banyak hal yang tak mampu kulakukan dalam tugasku, dan aku harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar, memperlengkapi diri, dan melengkapi kekuranganku agar dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Jika aku tidak melaksanakan tugasku dengan baik, aku pasti mengecewakan Tuhan. Aku teringat tentang orang-orang kudus pada Zaman Kasih Karunia. Mereka mengikuti Tuhan Yesus, mengabarkan Injil, melaksanakan tugas mereka, mengalami banyak kesulitan dan bahaya, dan sangat menderita. Apa artinya penderitaanku yang sedikit ini dibandingkan dengan penderitaan mereka? Oleh karena itu, hal pertama yang selalu kulakukan ketika tiba di rumah setiap hari adalah mengambil ponselku dan melihat pekerjaan dan tugas apa yang tertera di sana. Aku juga selalu mengirim pesan kepada saudara-saudari menanyakan apakah mereka mengalami kesulitan. Jika ada orang yang tidak tahu cara melaksanakan tugas, aku pasti membantu mereka dan memberi tahu mereka tentang apa yang telah kupahami saat melaksanakan tugasku. Dalam melaksanakan tugasku, aku mulai belajar mengandalkan Tuhan, dan ketika saudara-saudariku mengalami kesulitan, aku akan berdoa kepada Tuhan untuk membimbingku, dan memampukanku menemukan firman Tuhan yang bisa membantu mereka. Setelah membagikan firman Tuhan dan bersekutu dengan mereka tentang pengalaman dan pemahamanku, keadaan mereka akan sedikit berbalik. Selama membantu saudara-saudari, pemahamanku tentang kebenaran menjadi jauh lebih jelas daripada sebelumnya. Melalui pengalaman ini, aku mengerti bahwa sesulit apa pun itu, asalkan kita mengandalkan Tuhan dengan segenap hati, Dia akan selalu membimbing kita. Meskipun kesulitan makin bertambah, aku tidak selemah seperti pada awalnya. Namun tak lama kemudian, aku menghadapi masalah besar lainnya. Karena koneksi internet yang buruk di tempatku, aku sama sekali tak dapat berkumpul atau berkomunikasi secara teratur dengan saudara-saudariku, dan tak mungkin melaksanakan tugasku. Aku tahu masalah ini berada di luar kendaliku, jadi aku berdoa kepada Tuhan untuk waktu yang lama, memohon agar Dia membimbingku melewati ini. Setelah berdoa, aku berangsur menjadi tenang. Kemudian. Aku membaca firman Tuhan: "Ketika engkau berada pada masa-masa tersulitmu, ketika itu adalah saat-saat di mana engkau paling tidak bisa merasakan hadirat Tuhan, ketika engkau merasa paling menderita dan kesepian, ketika engkau merasa seakan-akan jauh dari Tuhan, apa satu hal yang harus kaulakukan terlebih dahulu? Berserulah kepada Tuhan. Berseru kepada Tuhan memberimu kekuatan. Berseru kepada Tuhan membuatmu merasakan hadirat-Nya. Berseru kepada Tuhan membuatmu mampu merasakan kedaulatan-Nya. Jika engkau berseru kepada Tuhan, berdoa kepada-Nya, dan menyerahkan hidupmu ke dalam tangan-Nya, engkau akan merasa bahwa Tuhan ada di sisimu dan Dia tidak pernah meninggalkanmu. Jika engkau merasa bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkanmu, jika engkau benar-benar merasa bahwa Dia ada di sisimu, apakah kepercayaanmu akan meningkat? Jika engkau memiliki kepercayaan yang sejati, akankah kepercayaan itu melemah dan memudar seiring berjalannya waktu? Sama sekali tidak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Dengan Ketundukan Sejati Orang Dapat Memiliki Iman yang Sejati"). Ketika menghadapi kesulitan, kita harus berseru kepada Tuhan dengan segenap hati kita, dan kita akan memiliki iman dan kekuatan. Kemampuan manusia terbatas. Kita tak mampu melihat segala sesuatu yang melampaui penglihatan kita, jadi kita selalu takut menghadapi kesulitan yang muncul di depan mata kita. Tuhan mengendalikan segala sesuatu, dan asalkan kita sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan, Dia akan membimbing dan menolong kita dalam melaksanakan tugas kita. Firman Tuhan memberiku iman dan kekuatan. Aku tak boleh gagal melaksanakan tugasku sekalipun menghadapi banyak kesulitan. Aku harus berdoa dan mengandalkan Tuhan untuk melewati kesulitan ini, dan bekerja lebih keras lagi dalam pelaksanaan tugasku. Jadi, aku mulai keluar ke jalanan mencari koneksi internet yang lebih stabil yang akan memungkinkanku untuk berkumpul secara teratur. Terkadang ketika mengadakan pertemuan, aku akan keluar ke jalanan sekitar pukul 8 malam, dan baru pulang ke rumah sekitar pukul setengah sepuluh atau pukul sebelas setelah pertemuan berakhir. Aku sangat takut dalam perjalanan pulang karena aku tinggal di daerah berbahaya, dan takut seseorang akan merampas ponselku, dan jika itu terjadi, aku pasti tidak akan dapat melanjutkan pertemuan atau melaksanakan tugasku. Aku sering berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia memberiku kekuatan untuk bertahan di tengah kesulitan. Tak lama kemudian, aku menerima pesan. Salah seorang saudara telah mengetahui situasiku dan berinisiatif mengirimiku pesan: "Saudara, aku tahu kau sedang mengalami masa sulit sekarang, dan selama ini kau keluar ke jalanan pada larut malam untuk melaksanakan tugasmu. Ini sangat berbahaya. Aku punya sepeda, dan bisa meminjamkannya kepadamu jika kau membutuhkannya. Ini akan membuatmu lebih mudah bepergian." Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Aku telah belajar banyak melalui kesulitan ini, dan juga belajar mengandalkan Tuhan. Aku sadar Tuhanlah yang berdaulat atas segala sesuatu, dan Tuhanlah yang mengatur lingkungan untuk semua orang. Aku benar-benar telah melihat perbuatan Tuhan, dan kini imanku kepada Tuhan menjadi makin kuat. Ketika orang lain mengalami kesulitan seperti yang kuhadapi, aku membagikan firman Tuhan kepada mereka, dan mempersekutukan beberapa pengalamanku sendiri untuk membantu mereka dan mendorong mereka untuk beriman kepada Tuhan.
Setelah pulang melaut setiap harinya, aku selalu berada di rumah dan membaca firman Tuhan, dan saat waktunya pertemuan aku selalu bersepeda ke jalanan untuk menemukan tempat dengan internet yang bagus. Setiap kali berdoa kepada Tuhan, aku berdoa agar Tuhan membimbingku untuk melaksanakan tugasku dengan lebih baik. Aku tidak lagi peduli dengan situasi sulitku. Aku hanya ingin melaksanakan tugasku dengan baik sesuai dengan kehendak dan tuntutan Tuhan. Meskipun harus menghadapi lebih banyak kesulitan, aku mau menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan, untuk mengalami lingkungan yang telah Tuhan atur untukku, dan untuk berusaha memuaskan hati Tuhan. Setelah beberapa waktu, saudara-saudari membantuku menemukan rumah yang cocok yang internetnya relatif stabil. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena di sini, aku bisa melaksanakan tugasku dengan lebih baik, dan dengan bimbingan Tuhan, aku telah mengalami kemajuan besar dengan tugasku. Setelah itu, pemimpin kembali memberitahuku bahwa aku akan bertanggung jawab untuk lebih banyak pekerjaan, bahwa bebanku akan jauh lebih besar, bahwa akan ada lebih banyak pekerjaan yang harus kulakukan, dan aku akan perlu untuk membina dan membantu lebih banyak saudara-saudari. Namun, aku tak lagi khawatir atau mengeluh. Asalkan aku terus percaya dan mengandalkan Tuhan, Dia akan membimbing dan membantuku melaksanakan tugasku dengan benar.
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Makin engkau memikirkan maksud Tuhan, makin besar beban yang kautanggung, dan makin besar beban yang kautanggung, makin kaya pula pengalamanmu. Saat engkau memikirkan maksud Tuhan, Dia akan memberikan beban kepadamu, kemudian memberi engkau pencerahan tentang perkara yang telah dipercayakan-Nya kepadamu. Saat Tuhan memberimu beban ini, engkau akan memperhatikan seluruh kebenaran yang terkait dengannya saat makan dan minum firman Tuhan. Jika engkau memiliki beban yang berhubungan dengan kehidupan saudara-saudarimu, inilah beban yang telah dipercayakan Tuhan kepadamu, dan engkau akan senantiasa memikul beban ini dalam doa harianmu. Hal yang Tuhan lakukan telah dipikulkan kepadamu, dan engkau mau menjalankan apa yang ingin Tuhan lakukan; itulah artinya mengambil beban Tuhan sebagai bebanmu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pikirkan Maksud Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). "Dalam banyak kasus, ujian Tuhan adalah beban yang Dia berikan kepada manusia. Seberat apa pun beban yang Tuhan berikan kepadamu, engkau harus memikulnya karena Tuhan memahamimu, dan tahu bahwa engkau akan sanggup menanggungnya. Beban yang Tuhan berikan kepadamu tidak akan melebihi tingkat pertumbuhan atau batas ketahananmu, jadi tidak diragukan bahwa engkau pasti akan sanggup menanggungnya. Apa pun jenis beban atau ujian yang Tuhan berikan kepadamu, ingatlah satu hal: Setelah berdoa, entah engkau memahami maksud Tuhan atau tidak, entah engkau memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus atau tidak, dan apakah ujian ini adalah Tuhan yang sedang mendisiplinkan atau memberimu peringatan, tidak jadi masalah jika engkau tidak memahaminya. Selama engkau tidak menunda-nunda dalam melaksanakan tugasmu, dan dapat dengan loyal berpegang teguh pada tugasmu, Tuhan akan dipuaskan dan engkau akan berdiri teguh dalam kesaksianmu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Membaca Firman Tuhan dan Merenungkan Kebenaran, Barulah Ada Jalan ke Depan"). Dengan membaca firman Tuhan aku mengerti bahwa Tuhan tidak akan memberi kita beban yang tak mampu kita pikul, bahwa Tuhan mengetahui tingkat pertumbuhan kita dan apa yang mampu kita lakukan. Makin kita mau memperhatikan kehendak Tuhan dan makin banyak beban kita dalam tugas, makin kaya pengalaman kita dan makin dalam pemahaman kita tentang Tuhan. Setelah melewati semua kesulitan ini, kini aku mengerti bahwa di saat-saat sulit, aku dapat mengenal diriku dan perbuatan Tuhan dengan lebih baik, dan aku makin beriman kepada Tuhan. Ketika baru mulai melaksanakan tugas ini, aku tidak memiliki iman, aku tidak tahu bagaimana berdoa atau mengandalkan Tuhan, dan aku tidak mencari bimbingan Tuhan. Aku hanya berusaha mengandalkan bakatku sendiri untuk melaksanakan tugasku. Setelah membaca firman Tuhan dan memahami kehendak-Nya, aku memperoleh iman dan bekerja keras dalam tugasku. Aku sering berdoa dan mengandalkan Tuhan, dan selalu mencari dan berkomunikasi dengan para pemimpin, mulai mengetahui prinsip yang relevan untuk melaksanakan tugasku, serta beberapa jalan dan petunjuk yang dapat kugunakan untuk melakukan pekerjaan gereja. Setelah melewati hal-hal ini, aku tidak lagi dalam keadaan negatif, dan tidak lagi merasa tak mampu melaksanakan tugasku dengan baik. Ketika sesuatu terjadi padaku setiap hari, aku belajar mencari kebenaran, melaksanakan tugasku dengan benar dengan penuh ketekunan, dan ketika menghadapi kesulitan, aku berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan membimbing serta menolongku melewati semua lingkungan dan kesukaran ini. Aku juga tidak lagi merasa bahwa masalahku atau tekanan yang kualami begitu besar. Seandainya aku tidak melewati semua kesulitan ini, aku pasti tidak akan mengalami diriku dicerahkan oleh Tuhan, aku pasti tidak memiliki kenyataan dan keuntungan ini, apalagi memiliki pengalaman nyata. Jika itu yang terjadi, aku tidak akan melaksanakan tugasku dengan benar. Kini aku mengerti firman Tuhan yang berkata: "Makin engkau memikirkan maksud Tuhan, makin besar beban yang kautanggung, dan makin besar beban yang kautanggung, makin kaya pula pengalamanmu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pikirkan Maksud Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Aku rindu memikul lebih banyak beban untuk membalas kasih Tuhan.
Sekarang ini, Venezuela menghadapi banyak kesulitan dalam hal ekonomi, layanan publik, dan internet. Meskipun terkadang aku merasa stres, aku telah belajar untuk mengandalkan Tuhan, dan untuk beriman kepada-Nya. Jika aku tidak mengalami semua kesulitan ini, aku pasti tidak mengerti pentingnya melaksanakan tugasku atau bagaimana cara mencari Tuhan di tengah kesulitan. Syukur kepada Tuhan karena memungkinkanku untuk memperoleh semua keuntungan ini dan mendapatkan pengetahuan ini.