33. Belenggu Ketenaran dan Keuntungan

Oleh Saudara Jie Li, Spanyol

Pada 2015, aku terpilih menjadi pemimpin gereja dalam pemilihan tahunan. Aku sangat bersemangat, berpikir terpilih sebagai pemimpin dari puluhan saudara-saudari pasti berarti aku lebih baik dari yang lain. Dalam tugasku sejak saat itu, saudara-saudari datang kepadaku untuk bersekutu saat ada kesulitan dalam jalan masuk kehidupan, dan para pemimpin tim membahas masalah yang ditemui dalam pekerjaan gereja denganku. Aku tak bisa menahan perasaan superioritas ini. Aku berjalan dengan arogan, membusungkan dada, dan penuh rasa percaya diri saat bersekutu dalam ibadah. Setelah beberapa saat, kuperhatikan Saudari Liu, rekan kerjaku, berkualitas baik, persekutuannya tentang kebenaran sangat jelas, dan dia bisa memahami akar masalah orang untuk menyelesaikannya. Dia juga menunjukkan jalan penerapan, dan semua orang ingin mendengar persekutuannya. Aku kagum sekaligus iri padanya. Namun aku tidak mau kalah, jadi aku membuat persiapan cermat sebelum setiap ibadah, memeras otak memikirkan cara bersekutu yang lebih komprehensif dan dengan lebih terang agar aku tampak lebih baik darinya. Ketika aku melihat saudara-saudari mengangguk setuju ketika aku selesai bersekutu, aku merasa sangat senang dengan diriku sendiri dan merasa berprestasi. Kemudian, aku menemukan rekan kerjaku, Saudara Zheng, punya banyak pengetahuan profesional tentang film dan dia jago komputer. Saudara-saudari yang melakukan tugas syuting sering membahas hal-hal terkait film dengannya, dan sebagai pemimpin gereja aku tak punya apa pun untuk ditambahkan. Aku merasa seperti tak dibutuhkan, dan menjadi sangat tidak puas. Aku berpikir, dengan mencari Saudara Zheng setiap kali mereka ada masalah mereka pasti berpikir aku bukan tandingannya. Kupikir akan lebih baik jika aku mengerti tentang film juga, agar saudara-saudari akan membahas masalah mereka denganku. Aku mulai bangun pagi dan begadang untuk meneliti dan belajar tentang cara membuat film agar bisa tahu lebih banyak. Aku benar-benar mengabaikan semua masalah di gereja serta keadaan saudara-saudari. Setelah beberapa saat, masalah mulai muncul dalam pekerjaan beberapa tim yang tak bisa kuselesaikan betapa pun aku bersekutu atau memimpin ibadah. Karena keadaan saudara-saudari belum diselesaikan, kemajuan produksi film terhambat dan satu demi satu masalah bermunculan. Aku begitu tertekan hingga sulit bernapas. Aku merasa tersiksa. Aku mengkhawatirkan pendapat orang tentangku, apa mereka pikir aku benar-benar tak becus sebagai seorang pemimpin dan tak memenuhi syarat untuk tugas itu. Sepertinya aku tak akan bisa mempertahankan posisiku sebagai pemimpin. Aku makin negatif ketika memikirkannya. Aku merasa seperti balon kempis dan tak memiliki energi yang kumiliki sebelumnya. Hidup dalam kenegatifan dan malas dalam tugas, aku akhirnya kehilangan pekerjaan Roh Kudus. Karena tidak mencapai apa pun dalam tugasku, aku digantikan. Saat itu, aku merasa benar-benar kehilangan muka dan ingin bumi menelanku. Aku juga bertanya-tanya, "Akankah saudara-saudari mengatakan aku pemimpin palsu yang tak melakukan pekerjaan nyata?" Makin kupikirkan, makin kesal diriku.

Aku berbaring gelisah malam itu, tak bisa tidur. Aku terus memanggil Tuhan dalam doa, meminta Dia membimbingku untuk memahami keadaanku sendiri. Lalu aku membaca firman Tuhan ini: "Dalam upaya yang engkau semua lakukan, ada terlalu banyak gagasan, harapan dan cita-cita yang bersifat individual. Pekerjaan saat ini adalah untuk menangani keinginanmu memiliki status serta hasratmu yang muluk-muluk. Harapan, status, dan gagasan, semuanya itu merupakan representasi klasik dari watak Iblis. Alasan mengapa hal-hal semacam ini ada dalam hati manusia adalah sepenuhnya karena racun yang ditebarkan Iblis selalu merusak pikiran manusia, dan manusia selalu tidak mampu menepis godaan Iblis tersebut. Mereka hidup dalam dosa tetapi tidak menganggap hal itu sebagai dosa, bahkan mereka beranggapan: 'Karena kami percaya kepada Tuhan, Dia harus mencurahkan berkat kepada kami dan mengatur segalanya bagi kami dengan sepantasnya. Karena kami percaya kepada Tuhan, maka kami harus lebih unggul daripada orang lain, dan kami harus memiliki status yang lebih tinggi serta masa depan yang lebih baik dari orang lain. Karena kami percaya kepada Tuhan, maka Dia harus memberi berkat yang tak terbatas kepada kami. Jika tidak, itu namanya bukan percaya kepada Tuhan.' ... Semakin engkau mencari dengan cara seperti ini, semakin sedikit yang akan engkau tuai. Semakin kuat keinginan seseorang untuk meraih status, semakin serius dirinya harus ditangani dan semakin berat pemurnian yang harus mereka alami. Orang-orang semacam itu tidak layak! Mereka harus ditangani dan dihakimi sepantasnya supaya mereka mau melepaskan hasratnya akan hal-hal tersebut. Jika engkau semua mengejar dengan cara seperti ini sampai pada akhirnya, engkau tidak akan menuai apa pun. Mereka yang tidak mengejar kehidupan tidak dapat diubah, dan mereka yang tidak haus akan kebenaran tidak akan memperoleh kebenaran. Engkau tidak berfokus mengejar perubahan pribadi dan pada jalan masukmu, sebaliknya engkau selalu berfokus pada keinginan-keinginan yang berlebihan dan hal-hal yang menghalangi dirimu untuk mengasihi Tuhan serta menghalangimu untuk semakin dekat dengan Dia. Dapatkah semua hal itu mengubah dirimu? Dapatkah semua itu membawamu masuk ke dalam Kerajaan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Aku merenungkan keadaanku saat itu setelah membaca ini. Sejak bertugas sebagai pemimpin aku hanya mengejar reputasi dan status dan ingin mengungguli yang lain. Ketika melihat persekutuan Saudari Liu tentang kebenaran lebih baik dariku, aku takut dia mengalahkanku. Aku memikirkan cara bersekutu yang lebih baik darinya agar yang lain kagum dan memujiku. Ketika kulihat Saudara Zheng punya keterampilan profesional dan banyak saudara-saudari membahas masalah tugas mereka dengannya, aku jadi iri dan menolaknya. Aku bekerja keras untuk melengkapi diriku dengan pengetahuan untuk mengunggulinya, dan bahkan mengabaikan masalah dalam tim. Ketika tak bisa menyelesaikan masalah saudara-saudari, aku tak bersandar pada Tuhan, atau mencari kebenaran bersama saudara-saudari untuk menemukan solusi melalui persekutuan. Aku hanya terobsesi dengan mendapatkan dan kehilangan status, takut tak dapat mempertahankan posisiku sebagai pemimpin jika tak melakukan tugas dengan baik. Akhirnya aku sadar, aku melakukan tugas bukan karena mempertimbangkan kehendak Tuhan, tetapi untuk memuaskan ambisi liarku untuk menjadi lebih baik dan berkuasa atas yang lain. Saudara-saudari menaruh kepercayaan padaku dan memilihku jadi pemimpin gereja, tetapi aku sama sekali tak mempertimbangkan pekerjaan gereja atau jalan masuk kehidupan mereka. Aku tidak benar-benar memikul tugasku atau bertanggung jawab, dan ini akhirnya merusak pekerjaan gereja. Aku sangat egois dan tercela. Aku tak melakukan tugasku—aku berbuat jahat dan menentang Tuhan! Aku menyesal tak berada di jalan yang benar dalam imanku, tetapi selalu berjuang demi reputasi dan keuntungan, menjijikkan Tuhan. Dicopot dari tugasku adalah hajaran dan penghakiman Tuhan yang benar. Dia tak menyingkirkanku, tetapi menggantiku agar aku merenungkan perilakuku. Itu adalah Tuhan yang melindungi dan menyelamatkanku! Keadaanku secara bertahap membaik melalui periode saat teduh dan renungan, jadi pemimpin gereja mengatur agar aku melakukan tugas rutin. Aku sungguh bersyukur kepada Tuhan karena memberiku kesempatan itu, dan diam-diam bertekad aku pasti akan menghargai tugas itu, dan berhenti mengejar reputasi dan status yang bertentangan dengan Tuhan.

Setelah pengalaman itu kupikir aku bisa melepaskan hasratku mengejar reputasi dan status, tetapi aku dirusak terlalu dalam oleh Iblis. Watak rusak itu tak dapat diselesaikan hanya dengan sedikit pemahaman dan perenungan, jadi Tuhan sekali lagi mengatur situasi untuk mengekspos dan menyelamatkanku.

Suatu hari beberapa bulan kemudian, pemimpin gereja menyuruh kami memilih pemimpin tim. Segera setelah mendengarnya, aku mulai menimbangnya: "Apakah aku berkesempatan terpilih sebagai pemimpin tim? Aku pekerja yang cukup cakap, tetapi tanpa keterampilan profesional, jadi peluangku mungkin tidak terlalu bagus." Kemudian aku mempertimbangkan beberapa saudara-saudari dalam tim. Saudara Zhang unggul dengan keterampilan profesional, dan persekutuannya tentang kebenaran praktis, dia juga memiliki rasa keadilan dan mampu menjunjung pekerjaan gereja. Secara keseluruhan, sepertinya dia lebih mungkin terpilih. Kupikir, dahulu aku biasa mendelegasikan pekerjaan kepada Saudara Zhang ketika aku menjadi pemimpin gereja, tetapi jika dia terpilih sebagai ketua tim, dia akan menyuruh-nyuruh aku. Bukankah itu membuatku terlihat lebih rendah darinya? Pikiran ini membuatku sangat tak nyaman. Ketika hari pemilihan tiba, aku merasa gugup, dan pertempuran batin dimulai: "Siapa yang harus kupilih? Haruskah Saudara Zhang?" Aku berpikir, kebanyakan saudara-saudari membahas kesulitan dalam tugas mereka dengannya, dan orang-orang di tim lain juga selalu mendiskusikan pekerjaan mereka dengannya—itu membuatnya terlihat sangat baik. Jika dia menjadi pemimpin tim, bukankah dia akan berposisi lebih tinggi dariku? Saat itu, aku tak lagi ingin memilih dia, tetapi aku tak memiliki pengetahuan profesional dan aku tak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin tim itu. Aku merasa sedih dan patah hati, dan benci karena aku tidak tahu banyak tentang pekerjaan itu. Saat itu, pikiran buruk muncul di benakku: "Jika aku tak bisa jadi pemimpin tim, kupastikan kau juga tidak." Maka, aku memilih Saudara Wu, yang tak memiliki banyak pengetahuan profesional. Yang mengejutkanku, tetap Saudara Zhang yang terpilih. Aku tak senang keadaannya menjadi seperti itu, tetapi aku langsung merasa tak enak, seperti telah melakukan sesuatu yang memalukan. Aku kemudian membaca firman Tuhan ini: "Jika beberapa orang melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka menekannya, mulai membuat desas-desus tentang dirinya, atau menggunakan beberapa cara yang jahat sehingga orang lain tidak memandang tinggi dirinya, dan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada orang lain. Maka, inilah watak rusak berupa kecongkakan dan sikap merasa diri benar, serta kebengkokan, kelicikan dan hati yang busuk, dan tidak sesuatu pun dapat menghentikan orang-orang ini untuk mencapai tujuan mereka. Mereka hidup seperti ini tetapi tetap berpikir bahwa mereka hebat dan bahwa mereka adalah orang baik. Namun, apakah mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan? Pertama-tama, berbicara dari sudut pandang natur dari persoalan ini, bukankah orang-orang yang bertindak dengan cara seperti ini hanya berbuat sesuka hati mereka? Apakah mereka mempertimbangkan kepentingan keluarga Tuhan? Mereka hanya memikirkan perasaan mereka sendiri dan mereka hanya ingin mencapai tujuan mereka sendiri, terlepas dari kerugian yang ditanggung oleh pekerjaan keluarga Tuhan. Orang-orang semacam ini bukan saja congkak dan merasa diri benar, mereka juga egois dan hina; mereka sama sekali tidak mempertimbangkan maksud Tuhan, dan orang-orang seperti ini, tanpa diragukan lagi, tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah sebabnya mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan dan bertindak ceroboh, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran atau kecemasan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Inilah yang seringkali mereka lakukan, dan cara mereka selalu berperilaku. Apa konsekuensi yang dihadapi oleh orang-orang semacam itu? Mereka akan berada dalam masalah, bukan? Secara halus dapat dikatakan, orang-orang semacam itu amat sangat dengki dan memiliki hasrat yang sangat kuat untuk mengejar ketenaran dan status pribadi; mereka sangat curang dan culas. Secara kasar dapat dikatakan, masalah pokoknya adalah bahwa hati orang-orang semacam itu sama sekali tidak takut akan Tuhan. Mereka tidak takut akan Tuhan, mereka percaya diri merekalah yang terpenting, dan mereka menganggap setiap aspek dari diri mereka lebih tinggi daripada Tuhan dan lebih tinggi daripada kebenaran. Dalam hati mereka, Tuhan adalah yang paling tidak layak disebutkan dan paling tidak penting, dan Tuhan tidak memiliki kedudukan dalam hati mereka sama sekali. Apakah mereka yang tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hati mereka, dan yang tidak menghormati Tuhan, telah mendapatkan jalan masuk ke dalam kebenaran? (Tidak.) Jadi, pada saat mereka biasanya menyibukkan diri ke sana kemari dengan gembira dan mengeluarkan banyak energi, apa yang sedang mereka lakukan? Orang-orang semacam itu bahkan mengklaim telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengorbankan diri bagi Tuhan dan telah sangat menderita, tetapi sebenarnya, motif, prinsip, dan tujuan semua tindakan mereka adalah demi menguntungkan diri mereka sendiri; mereka hanya berusaha melindungi semua kepentingan mereka sendiri. Menurutmu apakah orang seperti ini baik atau tidak baik? Menurutmu, orang macam apa yang tidak menghormati Tuhan? Bukankah mereka itu congkak? Bukankah mereka itu Iblis? Hal-hal apa sajakah yang dikatakan tidak menghormati Tuhan? Selain binatang, mereka semua yang tidak menghormati Tuhan terdiri dari setan, Iblis, penghulu malaikat, dan orang-orang yang melawan Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Lima Keadaan yang Harus Dipenuhi Sebelum Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan"). Aku merasa hancur ketika membaca ini. Teringat akan pikiran dan perbuatanku selama proses seleksi, aku malu menunjukkan wajahku. Aku memilih sesuai motif pribadiku, untuk melindungi posisi dan gengsiku, tanpa menerima pemeriksaan Tuhan dan tanpa hormat kepada-Nya. Aku tahu Saudara Zhang terampil, persekutuannya tentang kebenaran praktis, dan dia menjadi pemimpin tim akan bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan setiap orang dan pekerjaan gereja. Namun aku cemburu, takut dia akan berada di atasku sebagai pemimpin tim, jadi aku sengaja tak memilihnya. Aku mengikuti prinsip naga merah yang sangat besar: "Jika kediktatoran gagal, pastikan demokrasi tak berhasil." Modus operasi naga merah yang sangat besar adalah jika tak bisa berkuasa, maka orang lain juga tak bisa. Jika perlu, pakai cara busuk untuk menghancurkan kedua pihak. Bukankah aku sama saja? Jika aku tak bisa dapat posisi itu, aku juga tak ingin Saudara Zhang mendapatkannya. Aku lebih suka melihat orang yang salah mengisi jabatan itu dan pekerjaan gereja jadi rusak untuk melindungi gengsi dan statusku sendiri. Aku begitu egois, hina, licik, dan kejam, tanpa sedikit pun hormat kepada Tuhan. Aku menikmati banyak kebenaran yang Tuhan ungkapkan, dan berkesempatan melakukan tugasku, itu kebaikan Tuhan. Namun bukannya berpikir cara membalas kasih Tuhan, aku cemburu dan berjuang demi reputasi dan keuntungan. Aku melayani sebagai antek Iblis, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Bukankah aku ini pengkhianat hina? Aku teringat bagaimana aku diberhentikan dari tugasku setahun sebelumnya karena aku berjuang demi reputasi dan keuntungan, tak benar melakukan tugas dan pekerjaan nyata. Dan sekarang, aku berada dalam situasi yang sama tetapi aku masih mengejar reputasi dan status, bukan kebenaran. Jika aku terus seperti itu, aku akan ditolak dan disingkirkan Tuhan.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Engkau semua tidak tahu tempatmu, tetapi engkau tetap berkelahi dengan sesamamu di tumpukan sampah. Apa yang bisa engkau dapatkan dari pergumulan seperti itu? Jika engkau semua benar-benar memiliki sikap yang menghormati Aku dalam hatimu, bagaimana engkau bisa berkelahi dengan sesamamu di belakang-Ku? Seberapa pun tingginya statusmu, bukankah engkau sebenarnya adalah cacing kecil yang bau di tumpukan sampah? Akankah engkau mampu menumbuhkan sayap dan menjadi burung merpati di langit?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Ketika Daun-daun yang Berguguran Kembali ke Akarnya, Engkau Akan Menyesali Semua Kejahatan yang Telah Engkau Perbuat"). "Mengapa Tuhan mengatakan bahwa manusia adalah 'belatung'? Di mata-Nya, manusia yang rusak ini jelas adalah makhluk ciptaan—tetapi apakah mereka memenuhi tanggung jawab dan tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan? Meskipun banyak orang melaksanakan tugasnya, seberapa baik kinerja mereka diperlihatkan? Mereka sama sekali tidak proaktif dalam memenuhi tugas mereka; mereka jarang memaksa diri mereka untuk melakukannya. Jika mereka tidak dipangkas, ditangani, atau didisiplinkan, mereka tidak melakukan apa-apa. Jadi, apakah selalu perlu untuk selalu berkumpul, bersekutu dan membekali agar mereka memiliki sedikit saja iman, untuk menjadi sedikit lebih proaktif. Bukankah ini adalah kerusakan manusia? ... Tak satu pun yang mereka pikirkan sepanjang hari ada hubungannya dengan kebenaran atau mengikuti jalan Tuhan; mereka menghabiskan waktu sepanjang hari untuk makan dengan rakus, dan tidak memikirkan apa pun. Bahkan jika mereka sedikit memikirkan sesuatu, itu bukan sesuatu yang selaras dengan prinsip kebenaran. Itu tidak ada hubungannya sedikit pun dengan apa yang Tuhan tuntut dari umat manusia. Semua pekerjaan yang mereka lakukan menghalangi dan mengganggu serta mereka sedikit pun tidak menjadi saksi bagi Tuhan. Pikiran mereka penuh dengan pemikiran tentang bagaimana mencari apa pun yang baik bagi kedagingan, bagaimana berjuang demi status dan ketenaran, bagaimana menyesuaikan diri di antara kelompok-kelompok orang tertentu, dan bagaimana mendapatkan kedudukan dan memiliki reputasi yang baik. Mereka memakan makanan yang Tuhan anugerahkan bagi mereka, menikmati segala yang Dia sediakan, tetapi mereka tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Dapatkah Tuhan menyukai orang-orang semacam itu? ... Di atas segalanya, mereka, yang adalah belatung-belatung, tidak berharga, tidak tahu malu, dan, di mata Tuhan, tidak bernilai! Mengapa Aku mengatakan bahwa orang-orang semacam itu tidak bernilai? Tuhan menciptakanmu, dan memberimu kehidupan, tetapi engkau tidak mampu melaksanakan tugasmu, yang minimal harus engkau lakukan; engkau hanya menebeng. Di mata-Nya, engkau hanyalah orang yang tidak berguna, dan tidak ada gunanya engkau hidup. Bukankah orang-orang semacam itu adalah belatung? Jadi, apa yang seharusnya dilakukan orang jika mereka tidak ingin menjadi belatung? Pertama, temukan posisimu sendiri dan berusahalah dengan segala cara untuk memenuhi tugasmu, maka engkau akan terhubung dengan Sang Pencipta; engkau dapat memberikan pertanggungjawaban kepada-Nya. Setelah itu, pikirkan bagaimana mencapai kesetiaan dalam memenuhi tugasmu. Engkau tidak boleh mengerjakannya dengan asal-asalan, atau tertatih-tatih; melainkan, engkau harus mengerjakannya dengan segenap hatimu. Engkau tidak boleh mencoba menipu Sang Pencipta, engkau harus melakukan apa pun yang Tuhan minta untuk kaulakukan dan engkau harus memperhatikan dan tunduk" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Ketika aku merenungkan firman Tuhan, aku merasa sangat tertekan. Aku menyadari Tuhan menganggap perjuanganku demi reputasi dan keuntungan sangat kotor dan keji. Mendapat keberuntungan untuk melakukan tugasku di rumah Tuhan adalah pengangkatan Tuhan yang luar biasa, tetapi aku tak memenuhi kewajibanku. Sebaliknya, aku hanya selalu memikirkan reputasi dan statusku sendiri, dan bahkan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan demi hal-hal itu. Aku berperan sebagai Iblis. Itu sangat menjijikkan dan dibenci Tuhan! Tuhan berkata: "Seberapa pun tingginya statusmu, bukankah engkau sebenarnya adalah cacing kecil yang bau di tumpukan sampah?" Itu tepat. Aku makhluk ciptaan, orang yang rusak dan kotor tanpa nilai atau martabat untuk dibicarakan, jadi bahkan jika dapat jabatan, itu tak dapat mengubah jati diriku. Aku bahkan tak bisa melakukan tugasku dengan baik, tetapi terus bersaing demi reputasi dan keuntungan, ingin dikagumi orang lain. Di mana hati nurani dan nalarku? Apa nilai hidupku? Bukankah aku cacing yang sama sekali tak berharga? Setelah mendapat pemahaman tentang sifat dan esensiku dari apa yang diungkapkan firman Tuhan, aku membenci diri sendiri dan rela meninggalkan daging dan melakukan kebenaran.

Aku kemudian pergi mencari Saudara Zhang dan cerita tentang kerusakanku, mengungkap motif dan tindakan tercelaku dalam pemilihan. Dia bukan saja tidak memandangku rendah, tetapi mempersekutukan pengalamannya sendiri untuk membantuku. Setelah bersekutu, penghalang di antara kami lenyap dan aku merasa sangat bebas dan nyaman. Dalam tugasku sejak saat itu, setiap mengalami kesulitan atau tak memahami suatu masalah, kutemui Saudara Zhang mencari solusinya, dan dia selalu sabar menjawab pertanyaanku melalui persekutuan. Keterampilan profesionalku sendiri meningkat setelah beberapa waktu. Ketika aku melepaskan reputasi dan status dan melakukan kebenaran, aku mengalami kemudahan dan kedamaian dengan melakukan tugasku seperti itu, dan aku makin dekat dengan Tuhan. Aku lolos sekali lagi dari belenggu reputasi dan status melalui situasi itu dan merasakan keselamatan nyata Tuhan untukku.

Pemilihan tahunan gereja dimulai pada Oktober 2017, dan aku direkomendasikan sebagai calon oleh saudara-saudari. Aku merasa sedikit goyah secara emosional, berpikir, "Sudah lebih dari dua tahun sejak aku dicopot dari posisi kepemimpinanku, dan aku pernah dengar beberapa saudara-saudari berpendapat baik tentangku. Mereka mengatakan persekutuanku semakin praktis dan aku telah banyak berubah. Aku ingin tahu apakah aku bisa mendapatkan posisi kepemimpinan saat ini." Kusadari, aku mengejar reputasi dan status lagi dan memikirkan betapa menyakitkannya itu sebelumnya ketika aku dibelenggu dan dibatasi oleh hal-hal itu. Aku tahu aku tak bisa terus mengejar itu, bahwa aku harus meninggalkan daging dan melakukan kebenaran. Aku kemudian memikirkan bagian dari firman Tuhan ini: "Setelah engkau melepaskan gengsi dan status yang merupakan milik Iblis, engkau tidak akan lagi terkekang dan tertipu oleh gagasan dan pandangan Iblis. Engkau akan menemukan kebebasan, dan akan merasa semakin tenang; engkau akan menjadi bebas dan merdeka. Ketika hari itu tiba di mana engkau menjadi bebas dan merdeka, engkau akan merasakan bahwa segala sesuatu yang telah engkau tinggalkan adalah keterikatan semata, dan segala sesuatu yang benar-benar engkau dapatkan adalah yang paling berharga bagimu. Engkau akan merasa bahwa itu adalah hal-hal yang paling berharga, dan hal-hal yang paling layak untuk dihargai. Hal-hal yang engkau sukai—kenikmatan materi, ketenaran dan kekayaan, status, uang, reputasi, dan penghargaan dari orang lain—akan terasa tidak berharga bagimu; hal-hal itu telah menyebabkan engkau sangat menderita, dan engkau tidak akan lagi menginginkannya. Engkau tidak akan lagi menginginkannya bahkan jika engkau diberi martabat dan status yang lebih tinggi; sebaliknya, engkau akan membenci dan menolaknya dari lubuk hatimu!" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Hatiku dicerahkan, dan aku tahu bahwa mengejar reputasi dan status tak memiliki nilai, dan memahami serta melakukan kebenaran dan menjalankan tugas makhluk ciptaan adalah hal yang paling berharga. Bahkan, berpartisipasi dalam pemilihan bukan untuk memperjuangkan posisi kepemimpinan, tetapi untuk memenuhi tanggung jawabku dengan mengambil bagian dalam prosesnya. Aku harus melepaskan keinginan liarku akan reputasi dan status dan memilih pemimpin yang cocok, sesuai prinsip kebenaran. Itulah yang akan bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan. Jika aku dipilih sebagai pemimpin, aku harus melakukan tugas dengan baik. Jika tidak, aku tak akan menyalahkan Tuhan, tetapi akan melakukan tugasku dengan kemampuan terbaikku. Setelah aku meluruskan motifku tentang pemilihan, ternyata aku dipilih untuk melayani sebagai pemimpin. Melihat hasil ini, aku tidak bergembira seperti dahulu, mengira aku lebih baik daripada yang lain, tetapi aku merasa itu adalah tugas dan tanggung jawabku, dan aku harus fokus mengejar kebenaran dan melakukan tugasku dengan baik agar aku bisa layak mendapatkan kasih dan keselamatan Tuhan.

Selama waktu itu, hampir tiga tahun, hajaran dan penghakiman Tuhan telah dengan jelas menunjukkan kerugian akibat reputasi dan status kepadaku, dan aku bertekad untuk mengejar kebenaran. Meskipun kadang aku masih mengungkapkan pikiran yang sama, aku dapat secara sadar berdoa kepada Tuhan, fokus melakukan kebenaran, dan melakukan tugasku dengan baik. Aku tidak lagi terkungkung oleh watak rusakku yang jahat. Ketika aku melepaskan reputasi dan status, aku merasa bukan hanya itu yang kulepaskan, tetapi aku juga melepaskan belenggu berat yang diikatkan Iblis kepadaku. Aku merasa sangat santai dan bebas.

Sebelumnya: 32. Rohku Dibebaskan

Selanjutnya: 34. Rasanya Sangat Menyenangkan Melepaskan Penyamaranku

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

54. Peperangan Rohani

Oleh Saudara Yang Zhi, AmerikaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak manusia percaya kepada Tuhan, mereka telah menyimpan banyak niat yang...

84. Iman yang Tak Terhancurkan

Oleh Saudara Meng Yong, TiongkokPada Desember 2012, beberapa saudara-saudari dan aku naik mobil menuju suatu tempat untuk mengabarkan...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini