Mengenal Tuhan 4

Firman Tuhan Harian: Kutipan 120

Memahami Otoritas Tuhan dari Sudut Pandang Makro dan Mikro

Otoritas Tuhan itu unik. Otoritas Tuhan merupakan pengungkapan khas dan hakikat khusus dari identitas Tuhan itu sendiri, sesuatu yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun; hanya Sang Pencipta yang memiliki otoritas seperti ini. Dengan kata lain, hanya Sang Pencipta—Tuhan yang Unik—yang diungkapkan dengan cara ini dan yang memiliki hakikat ini. Jadi, mengapa kita harus membahas tentang otoritas Tuhan? Bagaimana otoritas Tuhan itu sendiri berbeda dengan "otoritas" seperti yang manusia bayangkan dalam pikirannya? Apa yang istimewa mengenai hal ini? Mengapa sangat penting membicarakan tentang hal ini di sini? Masing-masing darimu harus dengan saksama mempertimbangkan masalah ini. Bagi kebanyakan orang, "otoritas Tuhan" adalah sebuah gagasan yang samar, yang membutuhkan banyak upaya untuk memahaminya, dan pembahasan apa pun tentang hal ini cenderung abstrak. Oleh karena itu, akan selalu ada kesenjangan antara pengetahuan tentang otoritas Tuhan yang mampu manusia miliki dan hakikat dari otoritas Tuhan. Untuk menjembatani kesenjangan ini, setiap orang harus secara bertahap mengenal otoritas Tuhan melalui orang, peristiwa, hal-hal, dan berbagai fenomena yang berada dalam jangkauan manusia dan berada dalam kapasitas mereka untuk memahaminya dalam kehidupan nyata. Walaupun frasa "otoritas Tuhan" mungkin tampak tak terselami, otoritas Tuhan itu sama sekali tidak abstrak. Dia hadir bersama manusia di setiap menit kehidupan manusia, menuntunnya melewati setiap harinya. Jadi, dalam kehidupan nyata, setiap orang tentu akan melihat dan mengalami aspek paling nyata dari otoritas Tuhan. Aspek yang nyata ini adalah bukti yang cukup bahwa otoritas Tuhan benar-benar ada, dan ini sepenuhnya memungkinkan orang untuk menyadari dan memahami fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas seperti itu.

Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan setelah menciptakan segala sesuatu, Dia memiliki kekuasaan atas segala sesuatu. Selain memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, Dia juga mengendalikan segala sesuatu. Apa artinya gagasan bahwa "Tuhan mengendalikan segala sesuatu"? Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Bagaimana hal ini berlaku dalam kehidupan nyata? Bagaimana memahami fakta bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu dapat menuntun pada pemahaman tentang otoritas-Nya? Dari frasa "Tuhan mengendalikan segala sesuatu" itu sendiri, kita seharusnya melihat bahwa yang Tuhan kendalikan bukanlah sebagian dari planet atau sebagian dari ciptaan, apalagi sebagian dari umat manusia, melainkan segala sesuatu: dari yang berukuran raksasa sampai yang mikroskopis, dari yang kelihatan sampai yang tak kelihatan, dari bintang-bintang di jagat raya sampai makhluk hidup di bumi, juga mikroorganisme yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang dan wujud yang hadir dalam bentuk-bentuk lain. Inilah definisi yang tepat dari "segala sesuatu" yang Tuhan "kendalikan"; inilah cakupan otoritas-Nya, jangkauan kedaulatan dan kekuasaan-Nya.

Sebelum umat manusia ini terwujud, jagat raya—semua planet, dan semua bintang di langit—telah terlebih dahulu ada. Pada tingkatan makro, benda-benda langit ini telah mengorbit secara teratur, di bawah kendali Tuhan, sepanjang keberadaan mereka, berapa tahun pun itu telah berlangsung. Planet mana yang bergerak ke titik mana pada waktu tertentu; planet mana yang mengerjakan tugas apa, dan kapan tugas tersebut dikerjakan; planet mana yang berputar di orbit yang mana, dan kapan planet tersebut menghilang atau digantikan—semua ini berjalan tanpa kesalahan sedikit pun. Posisi planet dan jarak di antara planet-planet tersebut semuanya mengikuti suatu pola yang tetap, semuanya dapat dijelaskan dengan data yang tepat; jalur pergerakan mereka, kecepatan dan pola pengorbitan mereka, saat ketika mereka berada dalam beragam posisi—semuanya ini dapat diukur dengan tepat dan diatur oleh hukum-hukum khusus. Selama ribuan tahun, planet-planet tersebut telah mengikuti hukum-hukum ini, tanpa sedikit pun penyimpangan. Tidak ada kuasa yang dapat mengubah atau mengganggu pergerakan orbit ataupun pola yang planet-planet tersebut ikuti. Karena hukum-hukum khusus yang mengatur pergerakan planet serta data akurat yang menggambarkan pergerakan tersebut telah ditentukan sejak semula oleh otoritas Sang Pencipta, planet-planet tersebut menaati hukum-hukum ini dengan sendirinya, di bawah kedaulatan dan kendali Sang Pencipta. Pada tingkatan makro, tidaklah sulit bagi manusia untuk menemukan beberapa pola, sejumlah data, dan sekumpulan hukum atau fenomena yang aneh dan tak dapat dijelaskan. Walaupun manusia tidak mengakui bahwa Tuhan itu ada, juga tidak menerima fakta bahwa Sang Penciptalah yang menciptakan dan yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, dan bahkan tidak mengakui keberadaan otoritas Sang Pencipta, para ilmuwan, ahli astronomi, dan ahli fisika justru semakin mendapati bahwa keberadaan segala sesuatu di alam semesta, serta prinsip dan pola yang mengatur pergerakan segala sesuatu, semuanya itu dikendalikan dan diatur oleh energi tak dikenal yang besar dan tak terlihat. Fakta ini memaksa manusia untuk menghadapi dan mengakui bahwa ada Pribadi yang Perkasa di tengah pola-pola pergerakan ini, yang mengatur segala sesuatu. Kuasa-Nya luar biasa, dan walaupun tidak ada yang dapat melihat wajah-Nya yang sesungguhnya, Dia mengatur dan mengendalikan segalanya setiap saat. Tidak ada manusia atau kekuatan yang dapat melampaui kedaulatan-Nya. Dihadapkan pada fakta ini, manusia harus mengakui bahwa hukum yang mengatur keberadaan segala sesuatu tidak dapat dikendalikan oleh manusia, tidak dapat diubah oleh siapa pun; manusia juga harus mengakui bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya memahami hukum-hukum ini dan hal-hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ditentukan oleh Sang Penguasa. Semua ini adalah pengungkapan dari otoritas Tuhan yang bisa dipahami oleh manusia pada tingkatan makro.

Pada tingkatan mikro, semua pegunungan, sungai, danau, laut dan daratan yang dapat dilihat manusia di bumi, semua musim yang mereka alami, segala sesuatu yang mendiami bumi, termasuk tanaman, hewan, mikroorganisme, dan manusia, tunduk pada kedaulatan dan pengendalian Tuhan. Di bawah kedaulatan dan pengendalian Tuhan, segala sesuatu menjadi ada atau menghilang sesuai dengan pikiran-Nya; hukum-hukum yang mengatur keberadaan semua itu, muncul, dan segala sesuatu bertumbuh dan berkembang biak sesuai hukum-hukum tersebut. Tidak ada manusia atau sesuatu yang berada di atas hukum-hukum ini. Mengapa demikian? Jawaban satu-satunya adalah ini: ini adalah karena otoritas Tuhan. Atau, dengan kata lain, ini adalah karena pikiran dan firman Tuhan; karena tindakan pribadi Tuhan itu sendiri. Ini berarti otoritas Tuhan dan pikiran Tuhanlah yang memunculkan hukum-hukum ini, yang akan bergeser dan berubah sesuai dengan pikiran-Nya, dan pergeseran serta perubahan ini semuanya terjadi atau menghilang demi rencana-Nya. Contohnya, epidemi. Epidemi menyebar tanpa peringatan. Tidak seorang pun tahu asal-usul atau alasan pasti mengapa epidemi terjadi, dan setiap kali suatu epidemi mencapai tempat tertentu, mereka yang dikutuk tak akan bisa lari dari malapetaka. Ilmu pengetahuan manusia memahami epidemi sebagai sesuatu yang disebabkan oleh penyebaran mikroba yang ganas atau berbahaya, dan kecepatan, rentang, serta cara penularannya tidak bisa diprediksi atau dikendalikan oleh ilmu pengetahuan manusia. Walaupun orang melawan epidemi dengan segala cara yang memungkinkan, mereka tidak bisa mengendalikan orang atau hewan mana yang pasti akan terdampak ketika epidemi merebak. Satu-satunya yang dapat manusia lakukan adalah berusaha mencegah, melawan, dan meneliti epidemi tersebut. Namun, tak seorang pun mengetahui akar penyebab yang dapat menjelaskan permulaan atau akhir dari masing-masing epidemi, dan tak seorang pun bisa mengendalikannya. Dihadapkan dengan kemunculan dan penyebaran epidemi, langkah pertama yang manusia lakukan adalah mengembangkan vaksin, tetapi sering kali epidemi berakhir dengan sendirinya sebelum vaksin berhasil ditemukan. Mengapa epidemi bisa berakhir? Ada orang-orang yang mengatakan bahwa kumannya sudah bisa dikendalikan, sementara yang lain mengatakan bahwa epidemi berakhir karena pergantian musim. ... Sedangkan mengenai apakah spekulasi liar ini dapat dibenarkan, ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan penjelasan dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat. Umat manusia bukan saja harus menghadapi spekulasi-spekulasi ini, tetapi juga harus menghadapi kurangnya pemahaman manusia dan ketakutan mereka akan epidemi. Pada akhirnya, tak seorang pun tahu mengapa epidemi mulai terjadi atau mengapa itu berakhir. Karena umat manusia hanya percaya pada ilmu pengetahuan, bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan, tetapi tidak mengakui otoritas Sang Pencipta ataupun menerima kedaulatan-Nya, mereka tidak akan pernah mendapatkan jawaban.

Di bawah kedaulatan Tuhan, segala sesuatu lahir, hidup, dan binasa oleh karena otoritas-Nya dan pengelolaan-Nya. Beberapa hal datang dan pergi begitu saja, dan manusia tidak bisa mengetahui dari mana hal-hal itu datang atau memahami pola yang diikuti semua itu, terlebih lagi, mereka tidak memahami alasan mengapa hal-hal itu datang dan pergi. Meskipun dengan matanya sendiri, manusia dapat menyaksikan semua yang terjadi di antara segala sesuatu, dan dapat mendengar semua itu dengan telinganya, dan dapat mengalami semua itu dengan tubuhnya; meskipun semua hal itu berkaitan dengan manusia, dan meskipun manusia secara tak sadar memahami keluarbiasaan relatif, keteraturan, atau bahkan keanehan dari berbagai fenomena, ia tetap tidak mengetahui apa yang ada di balik semua itu, yakni kehendak dan pikiran Sang Pencipta. Ada banyak kisah di balik fenomena-fenomena ini, ada banyak fakta tersembunyi. Karena manusia telah menyimpang jauh dari Sang Pencipta dan karena ia tidak mau menerima kenyataan bahwa otoritas Sang Pencipta mengatur segala sesuatu, ia tidak akan pernah tahu dan memahami segala sesuatu yang terjadi di bawah kedaulatan otoritas Sang Pencipta. Secara umum, kendali dan kedaulatan Tuhan melampaui batas imajinasi manusia, pengetahuan manusia, pemahaman manusia, dan apa yang dapat dicapai ilmu pengetahuan manusia; itu melampaui pemahaman manusia ciptaan. Beberapa orang berkata, "Karena engkau belum melihat sendiri kedaulatan Tuhan, bagaimana engkau bisa percaya bahwa segala sesuatu tunduk di bawah otoritas-Nya?" Melihat tidak selalu berarti percaya, melihat juga tidak selalu berarti mengakui dan memahami. Jadi, dari mana datangnya kepercayaan? Aku dapat katakan dengan pasti, "Kepercayaan datang dari besar dan dalamnya pemahaman dan pengalaman orang akan realitas dan akar penyebab dari sesuatu." Jika engkau percaya bahwa Tuhan ada, tetapi engkau tidak bisa mengakui, apalagi memahami kenyataan tentang pengendalian Tuhan dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, maka di dalam hatimu, engkau tidak akan pernah mengakui bahwa Tuhan memiliki otoritas seperti ini dan bahwa otoritas Tuhan itu unik. Engkau tidak akan pernah benar-benar menerima Sang Pencipta sebagai Tuhan dan Rajamu.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 121

Nasib Umat Manusia dan Nasib Alam Semesta Tidak Dapat Dipisahkan dari Kedaulatan Sang Pencipta

Engkau semua adalah orang dewasa. Beberapa orang dari antaramu berusia paruh baya; sebagian orang sudah memasuki usia senja. Engkau semua telah berubah dari tidak percaya kepada Tuhan menjadi percaya kepada-Nya, dan dari mulai percaya kepada Tuhan hingga menerima firman-Nya dan mengalami pekerjaan-Nya. Berapa banyak pengetahuan yang engkau semua miliki mengenai kedaulatan Tuhan? Wawasan apa yang telah engkau dapatkan mengenai nasib manusia? Dapatkah orang memperoleh segala sesuatu yang ia inginkan dalam hidupnya? Berapa banyak hal selama beberapa dekade keberadaanmu yang telah mampu kaucapai dengan cara yang kauinginkan? Berapa banyak hal yang telah terjadi yang tak pernah kauduga? Berapa banyak hal yang muncul sebagai kejutan yang menyenangkan? Berapa banyak hal yang masih orang nantikan dengan harapan hal-hal tersebut akan berbuah—tanpa sadar menantikan saat yang tepat, menantikan kehendak Surga? Berapa banyak hal yang membuat orang merasa tidak berdaya dan gagal? Setiap orang penuh dengan harapan tentang nasib mereka, menduga-duga bahwa segala sesuatu dalam hidup mereka akan berjalan sesuai harapan mereka, bahwa mereka tidak akan kekurangan makanan atau pakaian, bahwa kekayaan mereka akan meningkat secara spektakuler. Tidak seorang pun menginginkan kehidupan yang miskin dan tertindas, penuh dengan kesusahan, dan dilanda malapetaka. Akan tetapi manusia tidak dapat meramalkan atau mengendalikan hal-hal ini. Mungkin bagi beberapa orang, masa lalu hanyalah segudang pengalaman; mereka tidak pernah belajar apa kehendak Surga itu, dan mereka juga tidak peduli akan hal tersebut. Mereka menjalani hidup tanpa berpikir, layaknya hewan, menjalani hari demi hari, tidak peduli tentang nasib manusia atau mengapa manusia hidup atau bagaimana mereka seharusnya hidup. Orang-orang seperti ini mencapai usia lanjut tanpa mendapatkan sedikit pun pemahaman tentang nasib manusia, dan sampai saat mereka mati, mereka tidak mengetahui apa arti hidup. Orang-orang seperti ini sudah mati; mereka adalah makhluk tanpa jiwa; mereka adalah binatang buas. Meskipun orang hidup di tengah ciptaan dan mendapatkan kesenangan dari berbagai cara yang dunia berikan untuk memenuhi kebutuhan materiel mereka, dan walaupun mereka melihat bahwa dunia materiel ini terus-menerus berkembang, tetapi pengalaman mereka sendiri—apa yang dirasakan dan dialami hati dan jiwa mereka—tidak ada hubungannya dengan hal-hal materiel, dan tidak ada hal-hal materiel yang dapat menggantikan pengalaman. Pengalaman merupakan sebuah pengakuan jauh di lubuk hati seseorang, sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Pengakuan ini terkandung dalam pemahaman dan persepsi seseorang mengenai hidup manusia dan nasib manusia. Dan hal ini sering kali menuntun orang pada pemahaman bahwa seorang Penguasa yang tak terlihat sedang menata segala sesuatu, mengatur segala sesuatu bagi manusia. Di tengah semua ini, orang mau tak mau menerima penataan dan pengaturan nasib; orang mau tak mau menerima jalan di depan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, menerima kedaulatan Sang Pencipta atas nasibnya. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Wawasan dan sikap apa pun yang orang yakini tentang nasib, tidak seorang pun dapat mengubah fakta ini.

Ke mana engkau akan pergi setiap harinya, apa yang akan engkau lakukan, siapa atau apa yang akan engkau temui, apa yang akan engkau katakan, apa yang akan terjadi pada dirimu—dapatkah satu pun dari hal ini diprediksi? Orang tidak dapat meramalkan semua kejadian ini, apalagi mengendalikan bagaimana situasinya berkembang. Dalam kehidupan, peristiwa-peristiwa yang tak terduga ini terjadi sepanjang waktu; semua itu adalah kejadian sehari-hari. Perubahan yang terjadi setiap hari ini, dan bagaimana hal ini tersingkap, atau pola yang hal-hal ini ikuti, semua itu adalah pengingat terus-menerus bagi umat manusia bahwa tidak ada hal yang terjadi secara acak, bahwa proses terjadinya setiap peristiwa, sifat tak terhindarkan dari setiap peristiwa, semua itu tak bisa diubah oleh kehendak manusia. Setiap kejadian menyampaikan peringatan dari Sang Pencipta kepada umat manusia, dan juga mengirimkan pesan bahwa manusia tidak dapat mengendalikan nasib mereka sendiri. Setiap peristiwa merupakan bantahan terhadap ambisi dan hasrat manusia yang liar dan sia-sia untuk menentukan nasib di tangan mereka sendiri. Peristiwa-peristiwa tersebut, satu demi satu, bagaikan tamparan keras di wajah manusia, memaksa orang untuk mempertimbangkan kembali siapakah yang pada akhirnya mengatur dan mengendalikan nasib mereka. Dan karena ambisi dan hasrat mereka berulang kali gagal dan hancur, manusia secara alami sampai pada penerimaan tanpa sadar akan apa yang telah digariskan nasib—sebuah penerimaan akan kenyataan, akan kehendak Surga dan kedaulatan Sang Pencipta. Dari perubahan sehari-hari ini hingga nasib seluruh kehidupan manusia, tidak ada hal yang tidak mengungkapkan rencana Sang Pencipta dan kedaulatan-Nya; tidak ada hal yang tidak menyampaikan pesan bahwa "otoritas Sang Pencipta tak terlampaui", yang tidak menyampaikan kebenaran kekal ini, yaitu bahwa "otoritas Sang Pencipta adalah yang tertinggi".

Nasib manusia dan nasib alam semesta sangatlah erat terkait dengan kedaulatan Sang Pencipta, dan terikat tanpa dapat dipisahkan dari pengaturan Sang Pencipta; pada akhirnya, nasib keduanya tak dapat dipisahkan dari otoritas Sang Pencipta. Dalam hukum yang mengatur segala sesuatu, manusia mulai memahami pengaturan Sang Pencipta dan kedaulatan-Nya; dalam aturan kelangsungan hidup segala sesuatu, manusia mulai memahami pemerintahan Sang Pencipta; dalam nasib segala sesuatu, manusia mulai menyimpulkan cara Sang Pencipta menjalankan kedaulatan dan pengendalian-Nya atas segala sesuatu; dan dalam siklus kehidupan manusia dan segala sesuatu, manusia benar-benar mengalami penataan dan pengaturan Sang Pencipta atas segala sesuatu dan semua makhluk hidup, dan menyaksikan bagaimana penataan dan pengaturan tersebut melampaui segala hukum, aturan, dan institusi duniawi, segala kekuatan dan kekuasaan lain. Dengan demikian, manusia didorong untuk mengakui bahwa kedaulatan Sang Pencipta tak dapat dilanggar oleh makhluk ciptaan mana pun, bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang dapat merebut atau mengubah peristiwa dan hal-hal yang telah ditetapkan sejak semula oleh Sang Pencipta. Di bawah hukum dan aturan ilahi ini, manusia dan segala sesuatu hidup dan berkembang biak, generasi demi generasi. Bukankah ini perwujudan sesungguhnya dari otoritas Sang Pencipta? Walaupun manusia, dalam hukum-hukum objektif, melihat kedaulatan Sang Pencipta dan penetapan-Nya atas semua peristiwa dan segala sesuatu, berapa banyak orangkah yang mampu memahami prinsip kedaulatan Sang Pencipta atas alam semesta? Berapa banyak orang yang bisa dengan sungguh-sungguh mengenal, mengakui, menerima, dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta atas nasib mereka sendiri? Siapakah, yang setelah memercayai fakta kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, akan benar-benar percaya dan mengakui bahwa Sang Pencipta juga menentukan nasib hidup manusia? Siapakah yang dapat benar-benar memahami fakta bahwa nasib manusia berada di tangan Sang Pencipta? Sikap seperti apa yang harus manusia miliki terhadap kedaulatan Sang Pencipta, ketika dihadapkan pada fakta bahwa Dia mengatur dan mengendalikan nasib manusia? Itu adalah keputusan yang harus diambil sendiri oleh setiap manusia yang saat ini dihadapkan dengan fakta ini.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 122

Enam Saat Menentukan dalam Hidup Manusia

Dalam perjalanan hidup, setiap orang akan sampai pada serangkaian saat menentukan yang sangat penting. Saat-saat menentukan ini adalah langkah-langkah paling fundamental dan terpenting yang menentukan nasib dalam hidup seseorang. Berikut adalah uraian singkat tentang saat-saat menentukan yang harus dilewati setiap orang dalam perjalanan hidupnya.

Saat Menentukan Pertama: Kelahiran

Di mana seseorang dilahirkan, di keluarga mana mereka dilahirkan, jenis kelamin, penampilan, dan waktu kelahiran—hal-hal ini adalah rincian dari saat menentukan pertama dalam hidup seseorang.

Tidak seorang pun dapat memilih rincian tertentu dalam saat menentukan ini; semua itu telah ditentukan jauh sebelumnya oleh Sang Pencipta. Hal-hal tersebut tidak dipengaruhi oleh lingkungan luar dengan cara apa pun, dan tidak ada faktor buatan manusia yang dapat mengubah fakta-fakta ini, yang ditentukan sejak semula oleh Sang Pencipta. Ketika seseorang dilahirkan, ini berarti bahwa Sang Pencipta telah melaksanakan langkah pertama dari nasib yang telah Dia atur bagi orang tersebut. Karena Dia telah menentukan sejak semula semua rincian tersebut jauh sebelumnya, tidak seorang pun memiliki kuasa untuk mengubah satu pun dari hal-hal tersebut. Bagaimana pun nasib seseorang selanjutnya, kondisi kelahirannya telah ditetapkan sejak semula, dan tetap sebagaimana adanya; hal-hal ini sama sekali tidak dipengaruhi oleh nasib seseorang dalam hidupnya, dan hal-hal ini juga sama sekali tidak memengaruhi kedaulatan Sang Pencipta atas nasib seseorang dalam hidupnya.

1. Hidup Baru Terlahir dari Rencana Sang Pencipta

Rincian manakah dari saat menentukan pertama—tempat kelahiran, keluarga, jenis kelamin, penampilan fisik, waktu kelahiran—yang bisa dipilih oleh seseorang? Jelaslah bahwa kelahiran seseorang adalah sebuah peristiwa pasif. Orang dilahirkan tanpa punya pilihan, di tempat tertentu, pada waktu tertentu, ke dalam keluarga tertentu, dengan penampilan fisik tertentu; orang tidak punya pilihan untuk menjadi anggota dari keluarga tertentu, anggota dari silsilah keturunan tertentu. Orang tidak punya pilihan pada saat menentukan pertama kehidupan ini, melainkan terlahir di tengah lingkungan yang sudah diatur sesuai dengan rencana Sang Pencipta, di dalam keluarga tertentu, dengan jenis kelamin dan penampilan tertentu, dan pada waktu tertentu yang terkait erat dengan perjalanan hidup orang tersebut. Apa yang dapat dilakukan seseorang pada saat menentukan yang kritis ini? Pada dasarnya, orang tidak punya pilihan mengenai satu pun dari rincian mengenai kelahirannya ini. Jika bukan karena penentuan Sang Pencipta sejak semula dan tuntunan-Nya, suatu hidup baru yang terlahir di dunia ini, tidak akan tahu ke mana ia harus pergi atau di mana ia harus tinggal, ia tidak akan memiliki relasi, tidak punya tempat bernaung, dan tidak punya rumah yang sesungguhnya. Namun, karena pengaturan yang cermat dari Sang Pencipta, sosok hidup yang baru ini memiliki tempat tinggal, orang tua, tempat asal, serta kerabat, dan dengan demikian, sosok hidup ini pun memulai perjalanan hidupnya. Sepanjang proses ini, perwujudan dari sosok hidup yang baru tersebut ditentukan oleh rencana Sang Pencipta, dan segala sesuatu yang akan dimilikinya dianugerahkan kepadanya oleh Sang Pencipta. Dari tubuh yang mengapung bebas tanpa apa pun pada dirinya, secara berangsur-angsur ia menjadi daging dan darah, menjadi manusia yang bisa dilihat dan diraba, salah satu ciptaan Tuhan yang berpikir, bernapas, dan merasakan hangat juga dingin; yang dapat ikut serta dalam semua aktivitas yang biasanya dilakukan makhluk ciptaan dalam dunia materiel; dan yang akan melalui segala hal yang harus dialami seorang manusia ciptaan dalam kehidupan. Penentuan sejak semula atas kelahiran seseorang oleh Sang Pencipta berarti bahwa Dia akan menganugerahkan kepada orang tersebut segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup; dan, demikian pula, fakta bahwa seseorang dilahirkan berarti bahwa mereka akan menerima segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dari Sang pencipta, dan sejak saat itu, mereka akan hidup dalam bentuk yang lain, dibekali oleh Sang Pencipta dan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta.

2. Mengapa Manusia yang Berbeda Dilahirkan dalam Keadaan yang Berbeda

Sering kali orang senang membayangkan bahwa jika mereka dilahirkan kembali, mereka akan terlahir dalam keluarga terpandang; jika mereka terlahir sebagai perempuan, penampilan mereka akan seperti Putri Salju dan dicintai semua orang, dan jika mereka terlahir sebagai laki-laki, mereka akan menjadi Pangeran Tampan, tidak berkekurangan, dengan seisi dunia yang siap menaati perintah mereka. Sering kali orang yang banyak mengkhayalkan tentang kelahiran mereka dan merasa sangat tidak puas dengan kelahiran mereka, membenci keluarga, penampilan, jenis kelamin, dan bahkan waktu kelahiran mereka. Namun, orang tidak pernah memahami mengapa mereka dilahirkan dalam keluarga tertentu atau mengapa mereka memiliki penampilan tertentu. Mereka tidak tahu bahwa di mana pun mereka dilahirkan atau bagaimana pun penampilan mereka, mereka harus memainkan berbagai peran dan memenuhi misi berbeda dalam pengelolaan Sang Pencipta, dan tujuan ini tidak akan pernah berubah. Di mata Sang Pencipta, tempat orang dilahirkan, jenis kelamin, dan tampilan fisik seseorang, semua itu adalah hal-hal sementara. Semua itu adalah serangkaian kepingan sangat kecil, simbol kecil di setiap fase pengelolaan-Nya atas seluruh umat manusia. Dan tempat tujuan serta kesudahan sebenarnya dari seseorang tidaklah ditentukan oleh kelahiran mereka dalam fase tertentu mana pun, melainkan oleh misi yang mereka penuhi dalam hidup mereka, dan oleh penghakiman Sang Pencipta terhadap mereka ketika rencana pengelolaan-Nya telah rampung.

Dikatakan bahwa ada sebab dari setiap akibat, dan tidak ada akibat tanpa sebab. Jadi, kelahiran seseorang pasti terkait baik dengan kehidupannya yang sekarang maupun kehidupannya sebelumnya. Jika kematian seseorang mengakhiri masa hidup mereka yang sekarang, maka kelahiran seseorang adalah awal dari sebuah siklus yang baru; jika siklus yang lama merepresentasikan kehidupan seseorang yang sebelumnya, maka siklus yang baru tentu saja merepresentasikan kehidupan mereka saat ini. Karena kelahiran seseorang berhubungan dengan kehidupannya di masa lalu juga kehidupannya di masa sekarang, itu berarti lokasi, keluarga, jenis kelamin, penampilan, dan faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan kelahiran seseorang, sudah pasti berkaitan dengan kehidupan orang tersebut di masa lalu dan di masa sekarang. Ini berarti bahwa faktor-faktor dalam kelahiran seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kehidupan sebelumnya dari orang tersebut, tetapi juga ditentukan oleh nasib orang tersebut di kehidupan sekarang, yang menjelaskan beragam keadaan berbeda ketika orang dilahirkan: ada orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga miskin, ada orang yang lahir dalam keluarga kaya. Sebagian orang merupakan orang biasa, sementara yang lain dari keturunan terpandang. Ada orang-orang yang lahir di selatan, ada yang di utara. Ada yang lahir di padang pasir, ada yang lahir di tanah hijau. Kelahiran sebagian orang disertai dengan kegembiraan, tawa, dan perayaan; kelahiran yang lain mendatangkan air mata, malapetaka, dan dukacita. Ada orang yang lahir untuk dicintai, ada orang yang lahir untuk disingkirkan seperti gulma. Sebagian orang lahir dengan bentuk wajah menarik, sebagian lagi tidak. Ada yang elok dipandang, ada yang buruk rupa. Ada orang yang lahir tengah malam, ada yang lahir di bawah teriknya matahari siang. ... Kelahiran orang-orang dari segala lapisan ditentukan oleh nasib yang Sang Pencipta sediakan bagi mereka; kelahiran mereka menentukan nasib mereka di kehidupan mereka sekarang serta peran yang akan mereka jalani dan misi yang akan mereka penuhi. Semuanya ini tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta, ditetapkan sejak semula oleh-Nya; tidak seorang pun bisa melarikan diri dari nasib mereka yang sudah ditetapkan sejak semula, tidak seorang pun bisa mengubah kelahiran mereka, dan tidak seorang pun bisa memilih nasib mereka.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 123

Saat Menentukan Kedua: Pertumbuhan

Tergantung pada keluarga seperti apa mereka dilahirkan, orang bertumbuh dalam lingkungan rumah yang berbeda dan memetik pelajaran yang berbeda dari orang tua mereka. Faktor-faktor yang menentukan keadaan di mana seseorang menjadi dewasa, dan bertumbuh ini merepresentasikan saat menentukan penting yang kedua dalam kehidupan seseorang. Jelaslah bahwa orang juga tidak punya pilihan pada saat menentukan ini. Ini sudah ditetapkan, sudah diatur sebelumnya.

1. Sang Pencipta Merencanakan Keadaan yang Ditetapkan bagi Setiap Orang Saat Mereka Bertumbuh Dewasa

Orang tidak bisa memilih orang-orang, peristiwa, atau hal-hal yang mendidik dan memengaruhi mereka saat mereka bertumbuh dewasa. Orang tidak bisa memilih pengetahuan atau keterampilan apa yang ia dapatkan, atau kebiasaan apa yang ia bentuk. Orang tidak dapat menentukan siapa orang tua dan kerabat mereka, di lingkungan seperti apa ia bertumbuh; hubungan dirinya dengan orang-orang, peristiwa, atau hal-hal yang ada di sekitarnya, dan bagaimana pengaruh hal-hal tersebut terhadap perkembangannya, semua itu berada di luar kendalinya. Lalu, siapakah yang menentukan hal-hal ini? Siapa yang mengatur semua ini? Karena orang tidak punya pilihan dalam hal ini, karena mereka tidak dapat menentukan sendiri hal-hal ini, dan karena hal-hal tersebut jelas tidak terjadi dengan sendirinya, maka jelaslah bahwa terbentuknya semua orang, peristiwa, dan hal-hal ini berada dalam kendali Sang Pencipta. Tentu saja, sama halnya bahwa Sang Pencipta mengatur keadaan tertentu untuk kelahiran setiap orang, Dia juga mengatur keadaan spesifik di mana seseorang bertumbuh. Jika kelahiran seseorang membawa perubahan pada orang, peristiwa, atau hal-hal di sekitar mereka, maka pertumbuhan dan perkembangan orang tersebut juga pasti akan berdampak pada hal-hal tersebut. Contohnya, ada orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga miskin, tetapi bertumbuh dikelilingi kekayaan; ada orang yang dilahirkan dalam keluarga terpandang, tetapi menyebabkan kekayaan keluarga mereka menurun sedemikian rupa, sampai-sampai mereka pun bertumbuh di lingkungan yang miskin. Tidak ada kelahiran yang diatur oleh suatu peraturan tetap tertentu, dan tidak ada orang yang tumbuh dalam sejumlah keadaan tetap tertentu yang tak terhindarkan. Ini bukan hal-hal yang dapat dibayangkan atau dikendalikan oleh seseorang; semua ini adalah hasil dari nasib seseorang, dan ditentukan oleh nasib seseorang. Tentu saja, pada dasarnya, hal-hal ini ditentukan oleh nasib yang ditetapkan sebelumnya oleh Sang Pencipta bagi setiap orang; hal-hal ini ditentukan oleh kedaulatan Sang Pencipta atas nasib orang itu dan rencana-Nya bagi nasib orang tersebut.

2. Berbagai Keadaan di Mana Orang Bertumbuh Memunculkan Berbagai Peran Berbeda

Keadaan kelahiran seseorang membangun sebuah tahap dasar lingkungan dan keadaan yang di dalamnya mereka bertumbuh, dan keadaan yang di dalamnya orang bertumbuh tersebut adalah juga hasil dari keadaan kelahiran mereka. Selama waktu ini, orang mulai mempelajari bahasa, dan pikirannya mulai menemukan dan menyerap banyak hal baru, sebuah proses di mana orang terus bertumbuh. Hal-hal yang orang dengar dengan telinganya, yang orang lihat dengan matanya, dan serap dengan pikirannya secara berangsur-angsur mengisi dan menghidupkan dunia batinnya. Orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang bersentuhan dengannya; akal sehat, pengetahuan, dan keterampilan yang orang pelajari; cara berpikir yang memengaruhi seseorang, yang ditanamkan atau diajarkan kepadanya, akan membimbing dan memengaruhi nasib seseorang dalam hidupnya. Bahasa yang orang pelajari saat bertumbuh dan cara berpikirnya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempat ia menghabiskan masa mudanya, dan lingkungan tersebut terdiri dari orang tua, saudara kandung, dan orang-orang lain, berbagai peristiwa, dan hal-hal di sekeliling mereka. Jadi, perjalanan perkembangan seseorang ditentukan oleh lingkungan tempat ia bertumbuh, dan juga bergantung pada orang, peristiwa, dan hal-hal yang bersinggungan dengannya selama periode waktu ini. Karena kondisi, di mana seseorang bertumbuh telah ditentukan jauh sebelumnya, lingkungan tempat orang hidup selama proses ini pun, tentunya, telah ditentukan sebelumnya. Hal ini tidak ditentukan oleh pilihan dan kesukaan seseorang, melainkan ditentukan menurut rencana Sang Pencipta, ditentukan oleh pengaturan saksama Sang Pencipta dan kedaulatan-Nya atas nasib orang dalam hidupnya. Jadi, orang-orang yang seseorang temui selama masa pertumbuhannya, dan hal-hal yang bersinggungan dengan mereka, semuanya itu tentu saja berhubungan dengan penataan dan pengaturan Sang Pencipta. Orang tidak bisa meramalkan hubungan timbal balik yang kompleks semacam ini, mereka juga tidak bisa mengendalikan atau memahami hal-hal ini. Banyak hal dan orang-orang berbeda memberikan pengaruh terhadap lingkungan di mana orang bertumbuh, dan tidak ada manusia yang mampu menata atau mengatur jaringan keterkaitan yang sangat luas seperti ini. Tidak ada orang atau hal apa pun kecuali Sang Pencipta yang dapat mengendalikan munculnya semua orang, hal dan peristiwa, mereka juga tidak dapat mempertahankan atau mengendalikan menghilangnya hal-hal tersebut, dan hanya jalinan keterkaitan yang sangat luas seperti inilah yang membentuk perkembangan seseorang seperti yang sudah ditetapkan sejak semula oleh Sang Pencipta, dan yang membangun berbagai lingkungan tempat orang bertumbuh. Itulah yang menciptakan berbagai peranan yang diperlukan bagi pekerjaan pengelolaan Sang Pencipta, yang meletakkan fondasi yang kukuh dan kuat bagi orang-orang agar berhasil memenuhi misi mereka.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 124

Saat Menentukan Ketiga: Kemandirian

Setelah orang melewati masa kanak-kanak dan masa remaja dan secara bertahap dan tak terelakkan mencapai kedewasaan, langkah selanjutnya bagi mereka adalah berpisah sepenuhnya dengan masa muda mereka, mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua mereka, dan menghadapi jalan di depan sebagai orang dewasa yang mandiri. Pada titik ini, mereka harus menghadapi semua orang, peristiwa, dan hal-hal yang harus dihadapi orang dewasa, menghadapi semua bagian dari nasib mereka yang akan segera muncul dengan sendirinya. Inilah saat menentukan ketiga yang harus orang lalui.

1. Setelah Menjadi Mandiri, Orang Mulai Mengalami Kedaulatan Sang Pencipta

Jika kelahiran dan pertumbuhan seseorang adalah "periode persiapan" bagi perjalanan hidupnya, yang meletakkan fondasi bagi nasibnya, maka kemandirian seseorang adalah kata pengantar dari nasib hidupnya. Jika kelahiran dan pertumbuhan seseorang adalah kekayaan yang telah mereka kumpulkan bagi nasib hidup mereka, maka kemandirian orang tersebut adalah pada saat mereka mulai menghabiskan atau menambah kekayaan tersebut. Saat seseorang meninggalkan orang tuanya dan menjadi mandiri, situasi sosial yang ia hadapi, dan jenis pekerjaan serta karier yang tersedia baginya ditentukan oleh nasib yang tak ada kaitannya dengan orang tuanya. Sebagian orang memilih jurusan yang bagus di perguruan tinggi dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang memuaskan setelah lulus, mencapai langkah pertama yang penuh kemenangan dalam perjalanan hidup mereka. Sebagian orang belajar dan menguasai banyak keterampilan berbeda, tetapi tidak bisa menemukan pekerjaan atau tidak pernah menemukan posisi mereka, apalagi memiliki karier; di awal perjalanan hidupnya, mereka mendapati diri mereka gagal pada setiap kesempatan, tertimpa berbagai kesulitan, prospek mereka suram, dan kehidupan mereka tak menentu. Sebagian orang sangat rajin dalam studi mereka, tetapi nyaris kehilangan setiap kesempatan untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi; mereka seakan ditakdirkan untuk tak pernah mencapai kesuksesan, cita-cita pertama dalam perjalanan hidup mereka telah menguap begitu saja. Tanpa mengetahui apakah jalan di depan mereka mulus atau berbatu, mereka merasakan untuk pertama kalinya betapa nasib manusia dipenuhi berbagai variabel, dan karenanya mereka memandang hidup ini dengan harapan dan ketakutan. Sebagian orang, walaupun tidak berpendidikan tinggi, menulis buku dan meraih sejumlah ketenaran, sebagian orang, meski nyaris buta huruf, mampu menghasilkan uang dalam berbisnis dan karenanya mampu menyokong diri mereka sendiri. ... Pekerjaan yang orang pilih, bagaimana orang mencari nafkah: apakah orang memiliki kendali mengenai apakah mereka mengambil keputusan yang baik atau buruk dalam hal-hal ini? Apakah hal-hal ini selaras dengan keinginan dan keputusan orang? Kebanyakan orang memiliki keinginan berikut: bekerja lebih sedikit tetapi berpenghasilan lebih banyak, tidak berjerih lelah di bawah terik matahari dan hujan, berpakaian bagus, nampak gemilang dan bersinar ke mana pun mereka pergi, berkedudukan lebih tinggi dibanding orang lain, dan membawa kehormatan bagi leluhur mereka. Manusia mengharapkan kesempurnaan, tetapi saat mereka mengambil langkah pertama dalam perjalanan hidupnya, mereka berangsur-angsur menyadari betapa tidak sempurnanya nasib manusia, dan untuk pertama kalinya mereka benar-benar memahami fakta bahwa, meskipun orang dapat membuat rencana yang berani untuk masa depannya dan meskipun orang dapat memiliki banyak khayalan muluk, tidak seorang pun yang punya kemampuan atau kuasa untuk mewujudkan impian mereka sendiri, dan tidak seorang pun mampu untuk mengendalikan masa depan mereka. Akan selalu ada jarak antara mimpi seseorang dan kenyataan yang harus dihadapinya; segala sesuatu tidak pernah menjadi seperti yang orang inginkan, dan dihadapkan pada kenyataan seperti itu, orang tidak akan pernah mencapai kepuasan atau kesenangan. Sebagian orang akan melakukan apa pun yang terbayangkan oleh mereka, akan mengerahkan segala upaya dan mengorbankan banyak hal demi penghidupan dan masa depan mereka, dalam upaya mengubah nasib mereka sendiri. Namun, pada akhirnya, sekalipun mereka dapat mewujudkan mimpi dan keinginan mereka melalui kerja keras mereka sendiri, mereka tidak pernah bisa mengubah nasib mereka, dan segigih apa pun mereka berusaha, mereka tidak pernah dapat melampaui nasib yang telah ditentukan bagi mereka. Terlepas dari perbedaan dalam kemampuan, kecerdasan, dan tekad, semua orang adalah setara di hadapan nasib, yang tidak membedakan antara yang besar dan yang kecil, yang tinggi dan yang rendah, yang terpandang dan yang rata-rata. Pekerjaan apa pun yang dikejar seseorang, apa yang orang lakukan untuk mencari nafkah, dan berapa banyak kekayaan yang orang kumpulkan dalam hidup ini, itu tidaklah ditentukan oleh orang tua, talenta, upaya, ataupun ambisi seseorang, melainkan telah ditentukan dari semula oleh Sang Pencipta.

2. Meninggalkan Orang Tua dan Mulai dengan Sungguh-sungguh Memainkan Perannya dalam Panggung Kehidupan

Saat orang mencapai kedewasaan, ia mampu meninggalkan orang tuanya dan memulai hidupnya sendiri, dan pada titik inilah orang benar-benar mulai memainkan perannya sendiri, kabut ketidakjelasan terangkat darinya dan misi dalam hidupnya berangsur-angsur menjadi jelas. Walaupun, orang masih terikat erat dengan orang tuanya, tetapi karena misi dan peran yang orang mainkan dalam kehidupan tidak ada hubungannya dengan ayah ibunya, pada dasarnya ikatan yang erat ini terputus pada saat orang secara berangsur-angsur menjadi mandiri. Dari sudut pandang biologis, orang mau tak mau tetaplah masih bergantung pada orang tua mereka tanpa disadari, tetapi secara objektif, begitu mereka sepenuhnya dewasa, mereka memiliki kehidupan yang sama sekali terpisah dari orang tua mereka dan akan menjalankan peran mereka secara mandiri. Selain melahirkan dan membesarkan anak, tanggung jawab orang tua dalam hidup anak-anak mereka hanyalah menyediakan bagi mereka lingkungan formal untuk bertumbuh, karena tidak ada hal lain selain penentuan Sang Pencipta yang memiliki pengaruh atas nasib seseorang. Tidak seorang pun dapat mengendalikan masa depan seperti apa yang akan orang miliki; itu telah ditentukan jauh sebelumnya, dan bahkan orang tua tidak bisa mengubah nasib seseorang. Dalam perkara nasib, setiap orang berdiri sendiri, setiap orang memiliki nasib mereka sendiri. Jadi, tidak ada orang tua yang bisa mencegah nasib seseorang dalam hidupnya atau memberi pengaruh sekecil apa pun terhadap peran yang akan orang mainkan dalam hidupnya. Dapat dikatakan bahwa keluarga tempat orang ditetapkan untuk dilahirkan dan lingkungan tempat ia bertumbuh, semuanya tak lebih dari prasyarat bagi pemenuhan misi orang itu dalam hidupnya. Semua itu sama sekali tidak menentukan nasib seseorang dalam hidupnya ataupun nasib macam apa yang orang alami saat memenuhi misi mereka. Dengan demikian, tidak ada orang tua yang dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan misi dalam hidupnya, demikian pula, tidak ada kerabat yang dapat membantu orang untuk mengambil peran dalam hidupnya. Bagaimana orang menyelesaikan misinya dan dalam lingkungan hidup seperti apa ia menjalankan perannya, itu ditentukan oleh nasib hidupnya. Dengan kata lain, tidak ada kondisi objektif lain yang dapat memengaruhi misi seseorang yang telah ditetapkan sejak semula oleh Sang Pencipta. Semua orang menjadi dewasa dalam lingkungan tertentu, di mana mereka bertumbuh; kemudian secara bertahap, langkah demi langkah, mereka menapaki jalan hidup mereka masing-masing dan memenuhi nasib yang telah direncanakan oleh Sang Pencipta bagi mereka. Secara alami, tanpa disadari, mereka memasuki lautan luas manusia dan mengambil posisi mereka sendiri dalam kehidupan, di mana mereka mulai memenuhi tanggung jawab mereka sebagai makhluk ciptaan demi ketetapan Sang Pencipta dari sejak semula, demi kedaulatan-Nya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 125

Saat Menentukan Keempat: Pernikahan

Pada saat orang bertambah usia dan menjadi dewasa, ia tumbuh semakin jauh dari orang tua dan lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, dan sebaliknya ia mulai mencari arah hidup dan mengejar tujuan hidupnya dengan gaya yang berbeda dari orang tuanya. Selama waktu ini, ia tidak lagi membutuhkan orang tuanya, tetapi membutuhkan pasangan yang dengannya ia dapat menghabiskan hidupnya, yaitu seorang teman hidup, seseorang yang nasibnya akan terjalin erat dengan dirinya. Jadi, peristiwa besar pertama kehidupan setelah kemandirian adalah pernikahan, inilah saat menentukan keempat yang harus orang lewati.

1. Pilihan Pribadi Tidak Ambil Bagian dalam Pernikahan

Pernikahan merupakan peristiwa kunci dalam kehidupan siapa pun; inilah saat ketika orang mulai benar-benar memikul berbagai macam tanggung jawab, dan secara berangsur-angsur menyelesaikan berbagai macam misi. Orang memiliki banyak khayalan tentang pernikahan sebelum mereka mengalaminya sendiri, dan semua khayalan ini sangat indah. Para wanita membayangkan pasangan mereka kelak adalah Pangeran Tampan, dan para pria membayangkan akan menikahi Putri Salju. Fantasi-fantasi seperti ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki persyaratan tertentu mengenai pernikahan, sejumlah tuntutan dan standar mereka sendiri. Walaupun di zaman yang jahat ini orang terus-menerus dibombardir dengan pesan-pesan yang menyimpang tentang pernikahan, yang menciptakan bahkan lebih banyak persyaratan tambahan dan menimbulkan segala macam beban dan sikap-sikap yang ganjil, siapa pun yang sudah mengalami pernikahan tahu bahwa bagaimanapun orang memahami pernikahan dan bagaimanapun sikapnya terhadap pernikahan, pernikahan bukanlah masalah pilihan pribadi.

Orang bertemu banyak orang dalam hidupnya, tetapi tidak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi pasangannya dalam pernikahan. Walaupun setiap orang memiliki gagasan dan pendirian pribadi mereka sendiri mengenai topik pernikahan, tidak seorang pun dapat meramalkan siapa yang akhirnya akan benar-benar menjadi belahan jiwa mereka, dan gagasan mereka sendiri mengenai masalah ini tidak banyak berarti. Setelah bertemu seseorang yang engkau sukai, engkau dapat mengejar orang tersebut; tetapi apakah mereka tertarik denganmu, apakah mereka dapat menjadi pasanganmu—itu bukan engkau yang menentukannya. Objek kasih sayangmu belum tentu menjadi orang yang akan berbagi hidup denganmu; sementara itu, seseorang yang tidak pernah engkau sangka bisa saja masuk diam-diam ke dalam hidupmu dan menjadi pasanganmu, menjadi unsur paling penting dari nasibmu, menjadi belahan jiwamu, yang dengannya nasibmu terjalin dengan erat. Jadi, walaupun ada berjuta-juta pernikahan di dunia, setiap dan semua pernikahan berbeda satu dengan yang lain: begitu banyak pernikahan yang tidak memuaskan, begitu banyak yang bahagia; begitu banyak yang menghubungkan Timur dan Barat, begitu banyak yang menghubungkan Utara dan Selatan; begitu banyak merupakan pasangan sempurna, begitu banyak yang setara tingkat sosialnya; begitu banyak yang bahagia dan harmonis, begitu banyak yang menyakitkan dan sedih; begitu banyak yang menimbulkan iri hati orang lain, begitu banyak yang disalahpahami dan tidak disukai; begitu banyak yang dipenuhi sukacita, begitu banyak yang dipenuhi air mata dan mendatangkan keputusasaan. ... Di dalam berbagai tipe pernikahan ini, manusia mengungkapkan kesetiaan dan komitmen seumur hidup terhadap pernikahan; mereka mengungkapkan cinta, keterikatan, ketakterpisahan, atau kepasrahan dan ketidakpahaman. Beberapa orang mengkhianati pernikahan mereka, atau bahkan merasakan kebencian terhadapnya. Entah pernikahan itu sendiri mendatangkan kebahagiaan atau kepedihan, misi setiap orang dalam pernikahan telah ditentukan sejak semula oleh Sang Pencipta dan tidak akan berubah; misi ini adalah sesuatu yang harus diselesaikan setiap orang. Nasib setiap orang di balik setiap pernikahan tidak berubah, itu telah ditentukan jauh sebelumnya oleh Sang Pencipta.

2. Pernikahan Lahir dari Nasib Kedua Orang dari Setiap Pasangan

Pernikahan adalah saat menentukan yang penting dalam hidup seseorang. Pernikahan merupakan produk dari nasib seseorang dan mata rantai penting dalam nasibnya; pernikahan tidak dibangun atas kemauan atau pilihan pribadi seseorang, dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, melainkan sepenuhnya ditentukan oleh nasib kedua belah pihak, oleh pengaturan dan penentuan Sang Pencipta atas nasib kedua orang dari pasangan tersebut. Di permukaan, tujuan pernikahan adalah keberlangsungan umat manusia, tetapi pada kenyataannya, pernikahan tidak lebih dari sebuah ritual yang orang jalani dalam proses menyelesaikan misinya. Dalam pernikahan, orang tidak hanya memainkan peran membesarkan generasi selanjutnya; mereka mengadopsi semua ragam peran yang terlibat dalam mempertahankan pernikahan dan misi yang harus orang penuhi melalui peran tersebut. Karena kelahiran seseorang memengaruhi perubahan yang dialami orang-orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitar pernikahan, pernikahan seseorang juga tentu akan memengaruhi orang-orang, peristiwa dan hal-hal ini dan lebih jauh lagi, akan mengubah semua hal itu dengan berbagai cara.

Ketika seseorang menjadi mandiri, ia memulai perjalanan hidupnya sendiri, yang menuntunnya, langkah demi langkah, kepada orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang ada hubungannya dengan pernikahannya. Pada saat yang sama, orang lain yang akan ada dalam pernikahan itu sedang mendekat, langkah demi langkah, menuju orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang sama. Di bawah kedaulatan Sang Pencipta, dua orang tidak berkaitan yang nasibnya saling berkaitan, secara berangsur-angsur memasuki sebuah pernikahan dan secara ajaib menjadi sebuah keluarga: bagaikan "dua belalang berpegangan erat pada tali yang sama". Jadi, ketika seseorang memasuki pernikahan, perjalanan hidupnya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidup belahan jiwanya, dan demikian pula sebaliknya, perjalanan hidup pasangannya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidup orang tersebut. Dengan kata lain, nasib manusia saling berkaitan, dan tidak seorang pun dapat memenuhi misinya atau menjalankan perannya dengan terpisah sepenuhnya dari orang lain. Kelahiran seseorang memengaruhi sebuah rantai hubungan yang sangat besar; pertumbuhan seseorang juga memengaruhi sebuah rantai hubungan yang kompleks; demikian pula sebuah pernikahan tentunya ada dan dipertahankan dalam jaringan hubungan manusia yang kompleks dan luas, yang melibatkan setiap anggota dari jaringan tersebut dan memengaruhi nasib setiap orang yang menjadi bagian dari jaringan tersebut. Sebuah pernikahan bukanlah produk dari keluarga kedua pihak, ataupun keadaan di mana mereka bertumbuh, penampilan mereka, usia, sifat, bakat mereka, atau faktor-faktor lainnya; sebaliknya, pernikahan muncul dari sebuah misi bersama dan nasib yang saling berkaitan. Inilah asal-usul pernikahan, sebuah produk dari nasib manusia yang diatur dan ditata oleh Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 126

Saat Menentukan Kelima: Keturunan

Setelah menikah, orang mulai membesarkan generasi selanjutnya. Orang tidak dapat menentukan berapa jumlah anak dan anak seperti apa yang ia miliki; hal-hal ini juga ditentukan oleh nasib seseorang, yang ditentukan sejak semula oleh Sang Pencipta. Inilah saat menentukan kelima yang harus dilalui seseorang.

Jika orang dilahirkan untuk memenuhi perannya sebagai anak seseorang, maka orang membesarkan generasi selanjutnya untuk memenuhi perannya sebagai orang tua seseorang. Perubahan peran ini membuat orang mengalami berbagai fase kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini juga memberikan kepadanya sejumlah pengalaman hidup berbeda, yang melaluinya orang mulai mengetahui kedaulatan Sang Pencipta, yang selalu dinyatakan dengan cara yang sama, dan yang melaluinya orang mendapati fakta bahwa tidak seorang pun dapat melangkahi atau mengubah penetapan Sang Pencipta.

1. Orang Tidak Dapat Mengendalikan Masa Depan Keturunannya

Kelahiran, pertumbuhan, dan pernikahan semuanya mendatangkan kekecewaan dalam beragam jenis dan dalam derajat berbeda. Sebagian orang merasa tidak puas dengan keluarga mereka atau dengan penampilan fisik mereka sendiri; sebagian orang tidak menyukai orang tua mereka; sebagian orang membenci atau mengeluh tentang lingkungan tempat mereka bertumbuh. Dan bagi kebanyakan orang, di antara semua kekecewaan ini, pernikahan adalah yang paling tidak memuaskan. Seberapa pun tidak puasnya orang dengan kelahiran, pertumbuhan, atau pernikahannya, semua orang yang sudah melalui hal-hal ini tahu bahwa orang tidak dapat memilih di mana dan kapan mereka dilahirkan, bagaimana penampilan fisik mereka, siapa yang menjadi orang tua mereka, siapa yang menjadi pasangan mereka, dan harus begitu saja menerima kehendak Surga. Namun, ketika tiba saatnya bagi orang-orang untuk membesarkan generasi selanjutnya, mereka akan memproyeksikan semua keinginan yang gagal mereka wujudkan pada paruh pertama hidup mereka kepada keturunan mereka, berharap bahwa keturunan mereka akan menebus semua kekecewaan di paruh pertama hidup mereka sendiri. Jadi, orang memuaskan diri dalam segala macam fantasi tentang anak-anak mereka: bahwa putri-putri mereka akan bertumbuh menjadi wanita jelita, putra-putra mereka menjadi pria-pria gagah, bahwa putri-putri mereka akan menjadi terpelajar dan berbakat dan putra-putra mereka akan menjadi pelajar brilian dan atlet berbintang; bahwa putri-putri mereka akan lemah lembut, saleh, dan bijaksana dan putra-putra mereka pandai, bisa diandalkan, dan sensitif. Mereka berharap keturunan mereka, entah anak laki-laki atau anak perempuan, akan menghormati orang yang lebih tua, memperhatikan orang tua mereka, dikasihi dan dipuji oleh semua orang .... Pada titik ini, harapan akan kehidupan kembali muncul, dan semangat baru menyala di dalam hati mereka. Orang tahu bahwa mereka tidak berdaya dan tak punya harapan dalam hidup ini, bahwa mereka tidak akan punya kesempatan lain atau harapan lain untuk lebih menonjol dibandingkan kebanyakan orang, dan bahwa mereka tak punya pilihan selain menerima nasib mereka. Dan karenanya, mereka memproyeksikan semua harapan, semua hasrat dan cita-cita mereka yang tak terwujud, ke generasi selanjutnya, dengan harapan bahwa keturunan mereka dapat membantu mereka mencapai impian dan mewujudkan keinginan mereka; bahwa putra-putri mereka akan membawa kemuliaan bagi nama keluarga, menjadi orang penting, kaya, atau terkenal. Singkatnya, mereka ingin melihat kekayaan anak-anak mereka melejit. Rencana dan fantasi orang itu sempurna; tidakkah mereka tahu bahwa jumlah anak yang mereka miliki, penampilan anak-anak mereka, kemampuan anak-anak mereka, dan hal-hal lainnya tidak bisa mereka tentukan, bahwa nasib anak-anak mereka tidak berada di tangan mereka sama sekali? Manusia bukan tuan atas nasib mereka sendiri, tetapi mereka berharap bisa mengubah nasib generasi yang lebih muda; mereka tidak berdaya melepaskan diri dari nasib mereka sendiri, tetapi mencoba mengendalikan nasib putra-putri mereka. Bukankah mereka terlalu memandang tinggi diri mereka sendiri? Bukankah ini kebodohan dan kebebalan manusia? Orang akan melakukan apa saja demi keturunan mereka, tetapi pada akhirnya, rencana dan keinginan seseorang tidak dapat menentukan berapa banyak anak yang orang miliki atau seperti apa anak-anak itu. Ada orang-orang yang berkekurangan tetapi melahirkan banyak anak; ada orang-orang yang kaya tetapi tidak punya anak seorang pun. Sebagian orang menginginkan anak perempuan tetapi keinginan itu tidak terkabul; sebagian orang menginginkan anak laki-laki tetapi gagal melahirkan anak laki-laki. Bagi sebagian orang, anak-anak adalah berkat; bagi yang lain, mereka adalah kutukan. Ada pasangan yang cerdas, tetapi melahirkan anak-anak yang lamban dalam berpikir; ada orang tua yang rajin dan jujur, tetapi membesarkan anak-anak yang malas. Ada orang tua yang baik dan jujur, tetapi anak-anak mereka ternyata licik dan jahat. Ada orang tua yang sehat jasmani dan rohani tetapi melahirkan anak-anak berkebutuhan khusus. Ada orang tua yang biasa-biasa saja dan kurang berhasil, tetapi memiliki anak yang mencapai hal-hal luar biasa. Ada orang tua berstatus rendah, tetapi memiliki anak yang terkemuka. ...

2. Setelah Membesarkan Generasi Selanjutnya, Orang Mendapatkan Pemahaman yang Baru tentang Nasib

Kebanyakan orang yang masuk ke dalam ikatan pernikahan, melakukannya pada usia tiga puluh tahunan, sebuah waktu dalam kehidupan di mana orang belum memiliki pemahaman tentang nasib manusia. Namun, saat mereka mulai membesarkan anak-anak, dan saat keturunan mereka bertumbuh, mereka menyaksikan generasi baru mengulangi kehidupan dan segala pengalaman yang dilalui generasi sebelumnya, dan karena menyaksikan masa lalu mereka sendiri tecermin dalam diri generasi muda, mereka pun menyadari bahwa jalan yang ditapaki oleh generasi yang lebih muda, sama halnya dengan jalan yang mereka tapaki dahulu, tidak bisa direncanakan atau dipilih. Dihadapkan pada fakta ini, mereka tidak punya pilihan selain mengakui bahwa nasib setiap orang telah ditentukan sejak semula, dan tanpa benar-benar menyadarinya, mereka berangsur-angsur mengesampingkan keinginan mereka sendiri, dan semangat di dalam hati mereka remuk dan padam .... Orang-orang selama periode waktu ini, setelah melewati saat menentukan yang penting dalam hidupnya, telah mencapai pemahaman yang baru tentang hidup, mengadopsi sikap yang baru. Apa lagi yang bisa diharapkan seseorang pada usia ini dari masa depan dan prospek apa yang mereka nantikan? Wanita berumur lima puluh tahun macam apa yang masih memimpikan Pangeran Tampan? Lelaki berumur lima puluh tahun macam apa yang masih mencari Putri Salju? Perempuan paruh baya macam apa yang masih berharap bisa berubah dari si itik buruk rupa menjadi angsa rupawan? Apakah sebagian besar pria paruh baya masih memiliki semangat berkarier yang sama dengan pria muda? Singkatnya, baik pria maupun wanita, siapa pun yang hidup hingga mencapai usia ini cenderung memiliki sikap yang relatif rasional dan praktis terhadap pernikahan, keluarga, dan anak-anak. Orang seperti ini pada dasarnya tidak punya banyak pilihan tersisa, tidak ada hasrat untuk menantang nasib. Dalam perkara pengalaman manusia, begitu orang mencapai usia ini, ia akan secara alami mengembangkan sikap tertentu, yakni: "Orang harus menerima nasib; anak-anak memiliki nasib mereka sendiri; nasib manusia telah ditentukan oleh Surga." Kebanyakan orang yang tidak memahami kebenaran, setelah melewati semua perubahan, perasaan frustasi, dan kesusahan dunia, akan merangkum wawasan mereka tentang kehidupan manusia dalam dua kata berikut: "Itulah nasib!" Walaupun ungkapan ini merangkum kesadaran orang-orang duniawi mengenai nasib manusia dan kesimpulan yang telah mereka tarik, dan meskipun ucapan tersebut mengungkapkan ketidakberdayaan manusia dan dapat dikatakan tajam dan akurat, itu masih jauh dari pemahaman mengenai kedaulatan Sang Pencipta, dan sama sekali tidak dapat menggantikan pengetahuan tentang otoritas Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 127

Percaya pada Nasib Tidak Bisa Menggantikan Pengetahuan tentang Kedaulatan Sang Pencipta

Setelah mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun, adakah perbedaan substansial antara pengetahuanmu tentang nasib dan pengetahuan orang-orang duniawi tentang nasib? Sudahkah engkau benar-benar memahami penentuan Sang Pencipta sejak semula dan benar-benar mengenal kedaulatan Sang Pencipta? Sebagian orang memiliki pemahaman mendalam, yang benar-benar dirasakannya mengenai ungkapan "itulah nasib," tetapi mereka tidak percaya sama sekali akan kedaulatan Tuhan; mereka tidak percaya bahwa nasib manusia telah ditata dan diatur oleh Tuhan, dan tidak bersedia tunduk pada kedaulatan Tuhan. Orang-orang seperti itu seolah terapung-apung di lautan, diombang-ambingkan oleh ombak, terbawa oleh arus, tanpa pilihan selain menanti dengan pasif dan pasrah pada nasib mereka. Namun mereka tidak menyadari bahwa nasib manusia tunduk pada kedaulatan Tuhan; mereka, atas inisiatif sendiri, tidak dapat mengenal kedaulatan Tuhan supaya dengan demikian mencapai pengenalan akan otoritas Tuhan, tunduk kepada penataan dan pengaturan Tuhan, berhenti menentang nasib dan hidup di bawah pemeliharaan, perlindungan, dan bimbingan Tuhan. Dengan kata lain, menerima nasib tidaklah sama dengan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta; percaya pada nasib tidak berarti bahwa seseorang menerima, mengakui, dan mengenal kedaulatan Sang Pencipta; kepercayaan pada nasib hanyalah pengakuan atas fakta dan manifestasinya yang dangkal. Ini berbeda dengan mengetahui tentang bagaimana Sang Pencipta berkuasa atas nasib manusia, berbeda dengan mengakui bahwa Sang Pencipta adalah sumber kekuasaan atas nasib segala sesuatu, dan juga jauh berbeda dengan tunduk pada penataan dan pengaturan Sang Pencipta atas nasib umat manusia. Jika orang hanya percaya pada nasib—bahkan meskipun mereka merasakan hal itu secara mendalam—tetapi dengan demikian tidak mampu mengenal dan mengakui kedaulatan Tuhan atas nasib umat manusia, untuk tunduk dan menerimanya, maka hidup mereka tetap hanya akan menjadi tragedi, menjadi hidup yang dihabiskan dengan sia-sia, sebuah kehampaan; mereka tetap tak mampu untuk berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta, untuk menjadi manusia ciptaan dalam arti sebenarnya dari istilah tersebut, dan untuk menikmati perkenanan Sang Pencipta. Seseorang yang benar-benar mengenal dan mengalami kedaulatan Sang Pencipta haruslah berada dalam keadaan aktif, bukan keadaan yang pasif atau tidak berdaya. Orang seperti itu, selain menerima bahwa nasib segala sesuatu telah ditentukan, mereka juga harus memiliki pemahaman yang akurat tentang hidup dan nasib: bahwa semua kehidupan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta. Ketika orang melihat ke belakang ke jalan yang telah ia jalani, saat ia mengingat setiap fase perjalanannya, ia melihat bahwa di setiap langkah, baik perjalanan tersebut mulus atau sulit, Tuhan sedang membimbing jalannya, merencanakannya dengan saksama. Pengaturan Tuhan yang cermat itulah, perencanaan-Nya yang saksama itulah yang memimpinnya sampai hari ini, tanpa ia menyadarinya. Mampu menerima kedaulatan Sang Pencipta, menerima keselamatan-Nya—sungguh keberuntungan yang luar biasa! Jika orang bersikap negatif terhadap nasib, ini membuktikan bahwa mereka menentang segala sesuatu yang telah Tuhan atur bagi mereka, bahwa mereka tidak memiliki sikap yang tunduk. Jika orang bersikap positif terhadap kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, maka saat ia mengingat kembali perjalanannya, saat ia benar-benar telah menerima kedaulatan Tuhan, ia akan memiliki hasrat yang lebih sungguh-sungguh untuk tunduk pada segala sesuatu yang telah diatur oleh Tuhan, ia akan memiliki tekad dan keyakinan yang lebih besar untuk membiarkan Tuhan mengatur nasibnya dan berhenti memberontak terhadap Tuhan. Sebab ia melihat bahwa jika orang tidak memahami nasib, jika orang tidak memahami kedaulatan Tuhan, jika orang meraba-raba jalan mereka ke depan dengan keras kepala, sempoyongan dan terhuyung melalui kabut, perjalanannya itu menjadi terlalu sulit, terlalu memilukan. Jadi, ketika orang-orang mengakui kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, mereka yang pintar akan memilih untuk mengenalnya dan menerimanya, mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari pedih ketika mereka mencoba membangun kehidupan yang baik dengan kedua tangan mereka sendiri, dan berhenti bergumul melawan nasib dan mengejar apa yang mereka sebut sebagai "tujuan hidup" dengan cara mereka sendiri. Jika orang tidak memiliki Tuhan, jika orang tidak bisa melihat-Nya, jika ia tidak bisa dengan jelas mengenali kedaulatan Tuhan, setiap harinya menjadi tidak berarti, tidak bernilai, sungguh memilukan. Di mana pun seseorang berada, apa pun pekerjaannya, cara hidup dan pengejaran tujuan hidupnya tidak akan menghasilkan apa pun selain sakit hati dan penderitaan tanpa akhir, sampai-sampai ia tak tahan ketika melihat kembali masa lalunya. Hanya jika orang menerima kedaulatan Sang Pencipta, tunduk pada penataan dan pengaturan-Nya, dan mencari kehidupan manusia yang sejati, barulah ia akan berangsur-angsur mulai terbebas dari segala sakit hati dan penderitaan, dan menyingkirkan segala kekosongan hidup.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 128

Hanya Mereka yang Tunduk pada Kedaulatan Sang Pencipta yang Bisa Mendapatkan Kebebasan Sejati

Karena orang tidak mengakui pengaturan Tuhan dan kedaulatan Tuhan, mereka selalu menghadapi nasib dengan menentang dan dengan sikap memberontak, dan mereka selalu ingin menyingkirkan otoritas dan kedaulatan Tuhan dan hal-hal yang telah ditentukan sebagai nasib mereka, berharap dengan sia-sia untuk mengubah keadaan mereka saat ini dan mengubah nasib mereka. Namun, mereka tidak pernah bisa berhasil dan mereka gagal pada setiap kesempatan. Pergumulan ini, yang terjadi jauh di dalam jiwa seseorang, mendatangkan rasa sakit mendalam yang terasa seakan tulang-tulang mereka telah diukir, pada saat hidup mereka digerogotinya. Apa penyebab kesakitan ini? Apakah karena kedaulatan Tuhan, ataukah karena seseorang dilahirkan tidak beruntung? Jelaslah bahwa keduanya tidak benar. Pada dasarnya, ini disebabkan oleh jalan yang orang ambil, cara-cara yang mereka pilih untuk menjalani hidup mereka. Sebagian orang mungkin tidak menyadari hal-hal ini. Namun, jika engkau sungguh-sungguh mengetahui, jika engkau sungguh-sungguh mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia, jika engkau sungguh-sungguh memahami bahwa segala sesuatu yang telah Tuhan rencanakan dan putuskan bagimu itu memberikan manfaat dan perlindungan yang besar, engkau akan merasakan kesakitanmu mulai mereda, dan seluruh keberadaan dirimu menjadi relaks, bebas, dimerdekakan. Menilik keadaan kebanyakan orang, mereka secara objektif tidak bisa benar-benar memahami nilai praktis dan makna kedaulatan Sang Pencipta atas nasib manusia, walaupun pada tingkatan yang subjektif, mereka tidak ingin terus hidup seperti cara hidup mereka sebelumnya dan menginginkan kelepasan dari kepedihan mereka; secara objektif mereka tidak bisa benar-benar mengakui dan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta, dan terlebih lagi, mereka tidak tahu bagaimana mencari dan menerima penataan dan pengaturan Sang Pencipta. Jadi, jika orang tidak dapat benar-benar menyadari fakta bahwa Sang Pencipta berdaulat atas nasib manusia dan atas segala hal yang berkenaan dengan manusia, jika mereka tidak dapat benar-benar tunduk pada kekuasaan Sang Pencipta, akan sulit bagi mereka untuk tidak dikendalikan dan dibelenggu oleh gagasan bahwa "nasib orang berada di tangannya sendiri". Akan sulit bagi mereka untuk menyingkirkan kepedihan dari pergumulan hebat mereka melawan nasib dan otoritas Sang Pencipta, dan tentu saja, akan sulit bagi mereka untuk menjadi benar-benar bebas dan dimerdekakan, untuk menjadi orang-orang yang menyembah Tuhan. Namun, ada cara yang sangat sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini, yakni mengucapkan selamat tinggal pada cara hidupnya yang lama, pada tujuan hidupnya yang lama; merangkum dan menganalisis gaya hidup, pandangan hidup, pengejaran, hasrat, dan cita-cita mereka yang sebelumnya; lalu kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan kehendak dan tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan, apakah ada dari hal-hal tersebut yang menyampaikan nilai-nilai hidup yang benar, yang menuntun orang pada pemahaman yang lebih baik akan kebenaran, dan memampukan orang untuk hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan seorang manusia. Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua iu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan. Ini terdengar mudah, tetapi ini hal yang sulit untuk dilakukan. Ada orang yang mampu menanggung rasa sakitnya, ada yang tidak. Ada yang bersedia untuk taat, ada yang tidak. Mereka yang tidak bersedia, tidak memiliki hasrat dan tekad untuk melakukannya; mereka dengan jelas menyadari akan kedaulatan Tuhan, benar-benar tahu bahwa Tuhanlah yang merencanakan dengan saksama dan mengatur nasib manusia, tetapi mereka tetap memprotes dan bergumul dan tetap tidak merasa tenang jika meletakkan nasib mereka dalam tangan Tuhan dan tunduk pada kedaulatan Tuhan; bahkan, mereka membenci penataan dan pengaturan Tuhan. Jadi, akan selalu ada beberapa orang yang ingin melihat sendiri apa yang mampu mereka lakukan; mereka ingin mengubah nasib dengan kedua tangan mereka sendiri, atau mencapai kebahagiaan dengan kekuatan mereka sendiri, melihat apakah mereka bisa melangkahi batas otoritas Tuhan dan melampaui kedaulatan Tuhan. Tragedi manusia bukanlah karena ia mencari kehidupan yang bahagia, bukan karena ia mengejar ketenaran dan kekayaan atau memberontak terhadap nasibnya melewati kabut, melainkan karena setelah ia melihat keberadaan Sang Pencipta, setelah mengetahui fakta bahwa Sang Pencipta berdaulat atas nasib manusia, ia tetap tidak bisa memperbaiki cara hidupnya, tidak bisa menarik kakinya dari dalam lumpur, malahan mengeraskan hati dan bersikeras dalam kesalahannya. Ia lebih suka terus meronta-ronta di dalam lumpur, berupaya dengan keras kepala melawan kedaulatan Tuhan, menentangnya sampai akhir yang pahit, melakukan semua itu tanpa sedikit pun penyesalan. Hanya ketika ia telah terkapar hancur dan berdarah, barulah ia akhirnya memutuskan untuk menyerah dan berbalik arah. Inilah kepiluan manusia yang sebenarnya. Jadi Aku berkata, mereka yang memilih untuk tunduk adalah orang-orang bijaksana, sedangkan yang memilih untuk melawan dan melarikan diri adalah orang-orang bodoh.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 129

Saat Menentukan Keenam: Kematian

Setelah begitu banyaknya hiruk pikuk, begitu banyak perasaan frustasi dan kekecewaan, setelah begitu banyak suka duka, jatuh bangun, setelah begitu banyak tahun-tahun tak terlupakan, sesudah berulang kali menyaksikan pergantian musim, orang pun telah melewati berbagai titik peristiwa penting dalam kehidupan tanpa menyadarinya, dan dalam sekejap mata, ia mendapati dirinya berada dalam masa senja. Waktu telah meninggalkan banyak jejak di seluruh tubuhnya: ia tak lagi mampu berdiri tegak, rambut di kepalanya berubah dari hitam menjadi putih, sementara matanya yang dahulu cerah dan jernih berubah menjadi redup dan keruh, dan kulitnya yang mulus dan kencang menjadi keriput dan berbintik. Pendengarannya memburuk, giginya goyang dan tanggal, responsnya menjadi lamban, gerakannya menjadi lambat. ... Pada titik ini, orang telah mengucapkan selamat tinggal pada masa mudanya yang penuh gairah dan memasuki senja kehidupannya: masa tua. Selanjutnya, orang akan menghadapi kematian, saat menentukan terakhir dalam hidup manusia.

1. Hanya Sang Pencipta yang Berkuasa atas Hidup dan Mati Manusia

Jika kelahiran seseorang ditentukan oleh kehidupannya sebelumnya, maka kematian menandakan akhir dari nasib tersebut. Jika kelahiran seseorang adalah permulaan misinya dalam hidup ini, maka kematiannya menandakan akhir dari misi tersebut. Karena Sang Pencipta telah menentukan serangkaian keadaan tertentu untuk kelahiran seseorang, jelaslah bahwa Dia juga telah mengatur serangkaian keadaan tertentu untuk kematian seseorang. Dengan kata lain, tidak seorang pun dilahirkan secara kebetulan, tidak ada kematian yang datang tiba-tib, dan baik kelahiran maupun kematian pasti berkaitan dengan kehidupan seseorang yang sebelumnya dan yang sekarang. Keadaan kelahiran dan kematian seseorang telah ditentukan sebelumnya oleh Sang Pencipta; inilah takdir seseorang, inilah nasibnya. Karena ada banyak penjelasan tentang kelahiran seseorang, kematian seseorang pun tentu saja akan terjadi menurut serangkaian keadaan khusus yang beragam. Inilah alasan manusia memiliki rentang masa hidup yang berbeda dan cara serta waktu kematian yang berbeda. Ada orang yang terlahir sehat dan kuat, tetapi mati di usia muda; ada yang terlahir lemah dan sakit-sakitan, tetapi hidup sampai berusia lanjut dan meninggal dunia dengan damai. Sebagian orang mengalami kematian yang tidak wajar, yang lain meninggal dengan wajar. Ada yang hidupnya berakhir jauh dari rumah, ada juga yang menutup mata untuk terakhir kalinya dengan orang-orang terkasih di samping mereka. Beberapa orang mati selagi berada di udara, yang lain saat berada di bawah tanah. Sebagian orang mati tenggelam, ada pula yang hilang di tengah bencana. Ada orang yang meninggal di kala pagi, yang lain di malam hari. ... Setiap orang menginginkan kelahiran yang termasyhur, kehidupan yang cemerlang, dan kematian yang megah, tetapi tidak seorang pun mampu melampaui nasib mereka sendiri, tidak seorang pun mampu lepas dari kedaulatan Sang Pencipta. Inilah nasib manusia. Manusia dapat merancang segala macam rencana untuk masa depannya, tetapi tidak seorang pun dapat merencanakan cara dan waktu kelahiran serta kepergian mereka dari dunia ini. Meskipun orang-orang berupaya semampu mereka untuk menghindari dan menolak datangnya kematian, tetap saja, tanpa mereka ketahui, kematian diam-diam datang mendekat. Tidak seorang pun tahu kapan mereka akan mati atau dengan cara apa, terlebih lagi di mana itu akan terjadi. Jelaslah bahwa bukan manusia yang berkuasa atas hidup dan mati, juga bukan makhluk apa pun di dunia alamiah, melainkan Sang Pencipta, yang otoritas-Nya unik. Kehidupan dan kematian manusia bukan produk hukum dunia alamiah, melainkan konsekuensi dari kedaulatan otoritas Sang Pencipta.

2. Orang yang Tidak Mengenal Kedaulatan Sang Pencipta akan Dihantui oleh Rasa Takut akan Kematian

Ketika orang memasuki usia senja, tantangan yang ia hadapi bukanlah menafkahi keluarganya ataupun membangun ambisi yang besar dalam hidupnya, melainkan bagaimana mengucapkan selamat tinggal pada hidupnya, bagaimana menghadapi akhir hidupnya, bagaimana menempatkan titik pada akhir kalimat hidupnya. Meski dari luar, nampaknya orang tidak terlalu memperhatikan kematian, tidak seorang pun dapat menghindar untuk mengulas topik tersebut, karena tidak seorang pun tahu apakah ada dunia lain setelah kematian, dunia yang tidak bisa dilihat atau dirasakan oleh manusia, dunia yang tidak mereka ketahui sama sekali. Ini membuat orang takut menghadapi kematian secara langsung, takut menghadapinya sebagaimana mestinya; sebaliknya, mereka berusaha sebisa mungkin untuk menghindari topik ini. Jadi, hal ini memenuhi setiap orang dengan ketakutan akan kematian, dan menambah tirai misteri pada fakta kehidupan yang tak terelakkan ini, menyelimuti hati setiap orang dengan bayang-bayang yang terus mengikuti.

Ketika orang merasa tubuhnya memburuk, ketika ia merasa bahwa ia semakin dekat dengan kematian, ia merasakan rasa takut yang samar, ketakutan yang tak bisa diungkapkan. Rasa takut akan kematian membuat orang merasa jauh lebih kesepian dan lebih tak berdaya, dan pada titik ini, orang menanyakan dirinya sendiri: dari manakah manusia berasal? Ke mana manusia hendak pergi? Apakah ini cara manusia mati, dengan hidupnya lewat begitu saja? Apakah ini periode yang menandakan akhir dari hidup manusia? Apakah arti hidup pada akhirnya? Lagipula, apakah hidup itu bernilai? Apakah hidup adalah tentang ketenaran dan kekayaan? Apakah hidup adalah tentang membangun sebuah keluarga? ... Terlepas dari apakah orang pernah memikirkan tentang pertanyaan-pertanyaan spesifik ini, terlepas dari seberapa dalam ketakutan orang akan kematian, di lubuk hati setiap orang selalu ada keinginan untuk menyelidiki misteri ini, selalu ada perasaan tidak paham tentang hidup, dan tercampur dengan perasaan-perasaan ini, ada sentimentalitas tentang dunia, suatu keengganan untuk meninggalkannya. Mungkin tak seorang pun bisa dengan jelas menguraikan apa yang manusia takuti, apa yang manusia cari, apa yang membuatnya begitu sentimental dan apa yang enggan ia tinggalkan ...

Karena ketakutan mereka akan kematian, orang memiliki begitu banyak kekhawatiran; karena ketakutan mereka akan kematian, orang memiliki begitu banyak hal yang tak bisa mereka lepaskan. Menjelang kematian, sebagian orang mencemaskan ini dan itu; mereka mengkhawatirkan anak-anak mereka, orang-orang yang mereka kasihi, kekayaan mereka, seolah-olah dengan khawatir, mereka dapat menghapus penderitaan dan rasa takut yang ditimbulkan oleh kematian, seakan dengan menjaga kedekatan dengan mereka yang masih hidup, mereka bisa melarikan diri dari perasaan tak berdaya dan kesepian yang menyertai kematian. Di lubuk hati manusia ada rasa takut yang samar, rasa takut berpisah dengan orang-orang terkasih, atau tak pernah lagi memandang langit biru, atau tak pernah lagi melihat dunia materiel. Jiwa kesepian, yang terbiasa didampingi oleh orang-orang terkasih, enggan melepaskan cengkeramannya dan pergi, sendirian, menuju dunia yang asing dan tidak dikenal.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 130

Hidup yang Dihabiskan untuk Mencari Ketenaran dan Kekayaan Membuat Orang Bingung ketika Menghadapi Kematian

Karena kedaulatan dan penentuan Sang Pencipta dari sejak semula, jiwa kesepian yang awalnya tidak memiliki apa pun, mendapatkan orang tua dan keluarga, mendapatkan kesempatan menjadi anggota dari umat manusia, kesempatan untuk mengalami kehidupan manusia dan melihat dunia. Jiwa ini juga mendapatkan kesempatan untuk mengalami kedaulatan Sang Pencipta, untuk mengenal keajaiban ciptaan dari Sang Pencipta, dan lebih dari itu, mengenal dan menjadi tunduk pada otoritas Sang Pencipta. Namun demikian, kebanyakan orang tidak benar-benar memanfaatkan kesempatan yang langka dan sekejap ini. Orang menghabiskan energi seumur hidup bertarung melawan nasib, menghabiskan seluruh waktu dengan sibuk. berusaha memberi makan keluarganya dan mondar-mandir antara kekayaan dan status. Hal-hal yang orang hargai adalah keluarga, uang, dan ketenaran, dan mereka memandang hal-hal ini sebagai hal paling berharga dalam hidup. Semua orang mengeluh tentang nasib mereka, tetapi mereka tetap mengesampingkan masalah terpenting yang seharusnya mereka pelajari dan pahami, yakni: mengapa manusia hidup, bagaimana manusia semestinya hidup, apa nilai dan makna hidup ini. Mereka menghabiskan seluruh hidup mereka, tidak peduli berapa lama berlangsungnya, sekadar sibuk mencari ketenaran dan kekayaan, sampai akhirnya masa muda mereka telah berlalu dan mereka telah menjadi tua dan keriput. Mereka hidup dengan cara ini sampai mereka melihat bahwa ketenaran dan kekayaan tidak dapat menghentikan kemunduran mereka menuju kepikunan, bahwa uang tidak dapat mengisi kehampaan dalam hati, bahwa tak seorang pun terbebas dari hukum kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian, bahwa tak seorang pun dapat melarikan diri dari apa yang telah ditentukan sebagai nasib mereka. Hanya ketika mereka dipaksa untuk menghadapi saat menentukan terakhir dalam hidup ini, barulah mereka memahami bahwa meskipun orang memiliki kekayaan yang besar dan aset yang banyak, meskipun ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang, ia tak bisa melarikan diri dari kematian dan harus kembali pada kedudukannya yang semula: jiwa kesepian yang tidak memiliki apa pun. Ketika orang memiliki orang tua, mereka percaya bahwa orang tua mereka adalah segalanya; ketika orang memiliki harta benda, mereka berpikir bahwa uang adalah adalannya, bahwa itulah kekayaan untuk ia gunakan dalam menjalani hidupnya; ketika orang memiliki status, mereka berpaut pada hal itu dan akan mempertaruhkan nyawa mereka demi status tersebut. Hanya ketika orang akan segera meninggalkan dunia ini, barulah mereka menyadari bahwa hal-hal yang telah mereka kejar sepanjang hidup hanyalah awan yang berlalu dalam sekejap, tidak ada yang bisa mereka genggam, tidak satu pun yang bisa mereka bawa, tidak ada yang dapat menghindarkan mereka dari kematian, tidak satu pun dari semua itu yang dapat memberi penyertaan atau penghiburan kepada jiwa kesepian dalam perjalanannya pulang; dan yang terutama, tidak ada satu pun dari hal-hal ini yang dapat menyelamatkan seseorang dan memampukan mereka untuk melampaui kematian. Ketenaran dan kekayaan yang orang dapatkan di dunia materiel memberi kepuasan yang sementara, kenikmatan yang segera berlalu, kemudahan yang semu; dalam prosesnya, semua itu menyebabkan orang kehilangan arah. Dan karenanya, orang-orang, saat mereka berdesakan di tengah lautan manusia, saat mendambakan kedamaian, kenyamanan, dan ketenangan hati, mereka diliputi oleh gelombang demi gelombang. Jika orang belum menemukan pertanyaan yang paling penting untuk dipahami—dari mana mereka berasal, mengapa mereka hidup, ke mana mereka akan pergi, dan lain sebagainya—mereka tergoda oleh ketenaran dan kekayaan, disesatkan dan dikendalikan oleh semua itu dan tersesat tanpa bisa kembali lagi. Waktu berlalu; bertahun-tahun lewat dalam sekejap mata dan sebelum menyadarinya, orang telah mengucapkan selamat tinggal pada masa-masa terbaik dalam hidupnya. Ketika orang akan segera meninggalkan dunia, ia sampai pada kesadaran bertahap bahwa segala sesuatu di dunia ini sedang bergerak menjauh, bahwa orang tak bisa lagi berpegang erat pada harta benda yang semula mereka miliki; lalu, orang benar-benar merasakan bahwa ia itu seperti halnya bayi menangis yang baru saja terlahir ke dunia, tidak memiliki apa pun. Pada titik inilah, orang terdorong untuk merenungkan apa saja yang telah ia perbuat dalam hidupnya, apa nilainya menjadi seseorang yang hidup, apa maknanya, mengapa orang datang ke dunia. Dan pada titik inilah, ia semakin ingin tahu apakah benar-benar ada kehidupan selanjutnya, apakah Surga benar-benar ada, apakah benar-benar ada ganjaran .... Semakin dekat ia dengan kematian, semakin ia ingin memahami apa arti hidup itu sebenarnya; semakin dekat ia dengan kematian, semakin hatinya tampak hampa; semakin dekat ia dengan kematian, semakin ia merasa tak berdaya; dan karenanya ketakutannya akan kematian semakin bertambah hari demi hari. Ada dua alasan mengapa perasaan-perasaan seperti itu terwujud dalam diri orang-orang saat mereka mendekati kematian: pertama, mereka akan segera kehilangan ketenaran dan kekayaan tempat mereka menggantungkan hidup, mereka akan segera meninggalkan semua yang dapat dilihat mata di dunia ini; dan yang kedua, mereka akan segera menghadapi, seorang diri, suatu dunia yang asing, alam misterius yang tidak dikenalnya, tempat di mana mereka takut untuk menjejakkan kakinya, tempat di mana tidak ada orang-orang terkasih dan tidak ada sarana pendukung. Oleh karena dua alasan inilah, setiap orang yang menghadapi kematian merasa tidak tenang, mengalami kepanikan dan perasaan tidak berdaya yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Hanya ketika seseorang sudah benar-benar mencapai titik ini, barulah mereka menyadari bahwa ketika orang menjejakkan kaki di bumi ini, hal pertama yang harus mereka pahami adalah dari mana manusia berasal, mengapa manusia hidup, siapa yang mengatur nasib manusia dan siapa yang menyediakan kebutuhan manusia dan memiliki kedaulatan atas keberadaan manusia. Pengetahuan ini adalah sarana yang benar yang orang gunakan untuk hidup, dasar yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia—dan bukan belajar cara menghidupi keluarga atau cara memperoleh ketenaran dan kekayaan, bukan belajar bagaimana agar menonjol dibandingkan yang lain, juga bukan cara menjalani hidup yang lebih makmur, apalagi belajar cara mengungguli dan berhasil bersaing melawan orang lain. Walaupun berbagai keterampilan bertahan hidup yang orang berupaya kuasai selama hidupnya bisa menawarkan banyak kenyamanan materiel, semua itu tidak pernah bisa mendatangkan kedamaian dan ketenangan yang sejati di hati orang, melainkan membuat orang terus-menerus kehilangan arah, mengalami kesulitan mengendalikan diri mereka, dan kehilangan setiap kesempatan untuk belajar arti hidup; keterampilan bertahan hidup ini menciptakan arus kecemasan terpendam tentang bagaimana menghadapi kematian dengan benar. Hidup orang-orang menjadi hancur dengan cara ini. Sang Pencipta memperlakukan setiap orang dengan adil, memberi kepada setiap orang peluang seumur hidup untuk mengalami dan mengenal kedaulatan-Nya, tetapi hanya ketika kematian mendekat, ketika bayangan kematian meliputi seseorang, barulah orang melihat terang—dan kemudian semuanya sudah terlambat!

Orang-orang menghabiskan hidup mereka mengejar uang dan ketenaran; mereka mencengkeram erat kedua hal ini, menganggap hal-hal ini sebagai satu-satunya sarana pendukung mereka, seakan dengan memiliki hal-hal tersebut mereka bisa terus hidup, bisa terhindar dari kematian. Namun, hanya ketika mereka sudah hampir meninggal, barulah mereka sadar betapa jauhnya hal-hal itu dari mereka, betapa lemahnya mereka ketika berhadapan dengan kematian, betapa rapuhnya mereka, betapa sendirian dan tak berdayanya mereka, tanpa tempat untuk berpaling. Mereka menyadari bahwa hidup tidak bisa dibeli dengan uang atau ketenaran, bahwa sekaya apa pun seseorang, setinggi apa pun kedudukan mereka, semua orang sama-sama miskin dan tidak berarti ketika berhadapan dengan kematian. Mereka menyadari bahwa uang tidak bisa membeli hidup, bahwa ketenaran tidak bisa menghapus kematian, bahwa baik uang maupun ketenaran tidak dapat memperpanjang hidup orang barang semenit atau sedetik pun. Semakin orang merasa seperti ini, semakin mereka ingin untuk terus hidup; semakin orang merasa seperti ini, semakin mereka takut akan kematian yang mendekat. Hanya pada titik inilah, mereka benar-benar menyadari bahwa hidup mereka bukan milik mereka, bukan milik mereka untuk dikendalikan, dan bahwa orang tidak bisa memutuskan apakah ia hidup atau mati—bahwa semua ini berada di luar kendali seseorang.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 131

Tunduklah di Bawah Kekuasaan Sang Pencipta dan Hadapilah Kematian dengan Tenang

Pada saat orang dilahirkan, satu jiwa yang kesepian memulai pengalaman hidupnya di bumi, pengalamannya akan otoritas Sang Pencipta, yang telah Sang Pencipta aturkan bagi jiwa tersebut. Tentu saja, bagi orang ini—bagi jiwa ini—ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk memperoleh pengetahuan tentang kedaulatan Sang Pencipta, untuk mengenal otoritas-Nya dan mengalaminya secara pribadi. Orang menjalani hidupnya di dalam hukum-hukum nasib yang telah ditetapkan bagi mereka oleh Sang Pencipta, dan bagi siapa pun yang rasional dan berhati nurani, memahami otoritas-Nya, selama berpuluh-puluh tahun hidup mereka, bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, seharusnya sangat mudah bagi setiap orang untuk mengakui, lewat pengalaman hidupnya sendiri selama beberapa puluh tahun, bahwa nasib semua manusia telah ditetapkan sejak semula, dan seharusnya mudah untuk memahami atau menyimpulkan apa artinya menjadi hidup. Pada saat orang menerima pelajaran-pelajaran hidup ini, ia akan berangsur-angsur memahami dari mana hidup itu berasal, memahami apa yang benar-benar dibutuhkan hati, apa yang akan menuntun orang ke jalan hidup yang benar, dan apa yang seharusnya menjadi misi dan tujuan hidup manusia. Orang akan berangsur-angsur mengakui bahwa jika orang tidak menyembah Sang Pencipta, jika orang tidak tunduk di bawah kekuasaan-Nya, maka saat tiba waktunya untuk menghadapi kematian—saat jiwanya akan segera menghadap Sang Pencipta sekali lagi—hati orang tersebut akan dipenuhi ketakutan dan kegelisahan. Jika seseorang telah tinggal di dunia selama beberapa puluh tahun tetapi masih juga tidak memahami dari mana manusia berasal, juga belum mengakui di dalam tangan siapakah nasib manusia berada, tidak mengherankan jika mereka tidak akan bisa menghadapi kematian dengan tenang. Orang yang, dalam puluhan tahun pengalaman manusia, telah mendapatkan pengetahuan tentang kedaulatan Sang Pencipta adalah orang dengan penghargaan yang benar akan makna dan nilai kehidupan. Orang seperti itu memiliki pengetahuan mendalam tentang tujuan hidup, dengan pengalaman nyata dan pemahaman mengenai kedaulatan Sang Pencipta, dan lebih dari itu, mampu tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta. Orang seperti itu memahami makna penciptaan manusia oleh Tuhan, memahami bahwa manusia harus menyembah Sang Pencipta, bahwa segala sesuatu yang manusia miliki berasal dari Sang Pencipta dan akan kembali kepada-Nya suatu hari dalam waktu dekat. Orang seperti ini memahami bahwa Sang Pencipta mengatur kelahiran manusia dan berdaulat atas kematian manusia, dan bahwa hidup dan mati telah ditetapkan sejak semula oleh otoritas Sang Pencipta. Jadi, jika orang benar-benar memahami hal-hal ini, ia dengan sendirinya akan mampu menghadapi kematian dengan tenang, dengan tenang pula mengesampingkan segala harta duniawinya, menerima dan tunduk dengan senang hati pada apa pun yang terjadi setelahnya, dan menyambut saat menentukan yang terakhir dalam hidup ini, yang telah diatur oleh Sang Pencipta sebagaimana adanya, ketimbang takut akan kematian secara membabi buta dan berjuang melawannya. Jika orang memandang hidup sebagai kesempatan untuk mengalami kedaulatan Sang Pencipta dan mengenal otoritas-Nya, jika orang melihat hidupnya sebagai kesempatan langka untuk melakukan tugasnya sebagai manusia ciptaan dan menyelesaikan misinya, ia pasti akan memiliki pandangan yang benar tentang hidup, pasti akan menjalani kehidupan yang diberkati dan dibimbing oleh Sang Pencipta, pasti akan berjalan dalam terang Sang Pencipta, pasti akan mengenal kedaulatan Sang Pencipta, pasti akan tunduk di bawah kekuasaan-Nya, dan pasti menjadi saksi tentang perbuatan-Nya yang ajaib, saksi tentang otoritas-Nya. Tentu saja, orang seperti itu pasti akan dikasihi dan diterima oleh Sang Pencipta, dan hanya orang seperti itulah yang mampu memiliki sikap yang tenang terhadap kematian dan menyambut saat menentukan terakhir dalam hidup ini dengan penuh sukacita. Seseorang yang jelas-jelas memiliki sikap seperti ini terhadap kematian adalah Ayub. Ayub mampu menerima saat menentukan terakhir dalam hidup ini dengan senang hati, dan setelah membawa perjalanan hidupnya menuju akhir yang mulus dan menyelesaikan misi hidupnya, ia kembali ke sisi Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 132

Pengejaran dan Apa yang Ayub Dapatkan dalam Hidup Ini Membuatnya Mampu Menghadapi Kematian dengan Tenang

Dalam Kitab Suci tertulis tentang Ayub: "Maka Ayub pun meninggal, karena telah tua dan lanjut umurnya" (Ayub 42:17). Ini berarti bahwa ketika Ayub meninggal, ia tidak memiliki penyesalan dan tidak merasakan sakit, tetapi meninggalkan dunia ini secara alami. Seperti yang semua orang ketahui, Ayub adalah seorang manusia yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan semasa hidupnya. Perbuatannya dipuji oleh Tuhan dan dikenang oleh manusia, dan hidupnya itu dapat dikatakan memiliki nilai dan makna penting yang jauh melebihi yang dimiliki semua orang lainnya. Ayub menikmati berkat Tuhan dan disebut oleh-Nya orang benar di bumi, dan ia juga diuji oleh Tuhan dan dicobai oleh Iblis. Ia menjadi kesaksian bagi Tuhan dan layak disebut orang benar oleh-Nya. Selama berpuluh tahun setelah diuji oleh Tuhan, ia mengalami hidup yang jauh lebih bernilai, bermakna, stabil, dan damai daripada sebelumnya. Karena perbuatannya yang benar, Tuhan mengujinya, dan juga karena perbuatannya yang benar, Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berbicara kepadanya secara langsung. Jadi, selama bertahun-tahun setelah ia diuji, Ayub memahami dan menghargai nilai hidup dengan cara yang lebih konkret, mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kedaulatan Tuhan, dan mendapatkan pengetahuan yang lebih tepat dan pasti tentang bagaimana Sang Pencipta memberi dan mengambil berkat-berkat-Nya. Kitab Ayub mencatat bahwa Tuhan Yahweh mengaruniakan berkat yang bahkan lebih berlimpah kepada Ayub daripada sebelumnya, membuat Ayub bahkan lebih mampu lagi untuk mengenal kedaulatan Sang Pencipta dan menghadapi kematian dengan tenang. Jadi Ayub, saat menjadi tua dan menghadapi kematian, tentu saja tidak lagi mengkhawatirkan harta kekayaannya. Ia tidak memiliki kekhawatiran, tidak punya penyesalan, dan tentunya tidak takut akan kematian, karena ia telah menghabiskan seumur hidupnya berjalan di jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ia tidak punya alasan untuk khawatir tentang akhir hidupnya sendiri. Berapa banyak orang pada zaman sekarang mampu bertindak seperti Ayub ketika dia menghadapi kematiannya sendiri? Mengapa tidak ada orang yang mampu mempertahankan sikap lahiriah yang sederhana seperti ini? Hanya ada satu alasan: Ayub menjalani hidupnya dalam pengejaran yang subjektif akan kepercayaan, pengakuan, dan ketundukan pada kedaulatan Tuhan, dan dengan kepercayaan, pengakuan, dan ketundukan inilah ia melewati saat menentukan penting dalam hidupnya, menghabiskan tahun-tahun terakhirnya, dan menyambut saat menentukan terakhir hidupnya. Apa pun yang Ayub alami, pengejaran dan tujuan hidupnya tidaklah menyakitkan, tetapi membahagiakan. Ia bahagia tidak hanya karena berkat atau pujian yang dianugerahkan kepadanya oleh Sang Pencipta, tetapi yang lebih penting adalah karena pengejaran dan tujuan hidupnya, karena bertambahnya pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang kedaulatan Sang Pencipta yang ia dapatkan melalui takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan terlebih lagi, karena pengalaman pribadinya, sebagai seseorang yang mengalami kedaulatan Tuhan, mengalami perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib, pengalaman yang hangat dan tak terlupakan serta ingatan akan keberadaan, perkenalan, dan saling pemahaman antara manusia dengan Tuhan. Ayub berbahagia karena penghiburan dan sukacita yang datang dari pengenalan akan kehendak Sang Pencipta dan karena rasa hormat yang muncul setelah melihat betapa Dia besar, menakjubkan, patut dikasihi, dan setia. Ayub mampu menghadapi kematian tanpa penderitaan apa pun adalah karena ia tahu bahwa, dalam kematian, ia akan kembali ke sisi Sang Pencipta. Pengejaran dan apa yang ia dapatkan dalam hidupnya inilah yang memungkinkan dirinya menghadapi kematian dengan tenang, memungkinkannya menghadapi kemungkinan hidupnya diambil kembali oleh Sang Pencipta dengan tenang, dan terlebih lagi, memungkinkannya berdiri tanpa noda dan bebas dari kecemasan di hadapan Sang Pencipta. Dapatkah orang-orang, dewasa ini, mendapatkan jenis kebahagiaan yang Ayub miliki? Apakah engkau semua memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkannya? Jika orang-orang, dewasa ini, memang memenuhi persyaratan ini, mengapa mereka tidak bisa hidup bahagia, seperti Ayub? Mengapa mereka tak mampu melepaskan diri dari penderitaan akibat rasa takut terhadap kematian? Ketika menghadapi kematian, beberapa orang buang air kecil tak terkendali; ada orang yang gemetaran, pingsan, mencaci maki Surga dan manusia lainnya; bahkan ada yang meratap dan meraung-raung. Hal-hal ini sama sekali bukan reaksi alami yang terjadi secara tiba-tiba saat kematian mendekat. Orang-orang bertingkah memalukan seperti ini terutama karena, jauh di lubuk hati mereka, mereka takut akan kematian, karena mereka tidak punya pemahaman dan penghargaan yang jelas mengenai kedaulatan Tuhan dan pengaturan-Nya, apalagi untuk sungguh-sungguh tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Nya. Orang bereaksi seperti ini karena mereka hanya ingin mengatur dan mengendalikan semuanya sendiri, mengendalikan nasib mereka sendiri, hidup dan mati mereka sendiri. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika mereka tidak pernah bisa melepaskan diri dari rasa takut akan kematian.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 133

Hanya dengan Menerima Kedaulatan Sang Pencipta, Orang Dapat Kembali ke Sisi-Nya

Jika orang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang jelas tentang kedaulatan Tuhan dan pengaturan-Nya, pengetahuannya tentang nasib dan kematian pasti kacau. Orang tidak dapat melihat dengan jelas bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, tidak menyadari bahwa segala sesuatu tunduk pada pengendalian dan kedaulatan Tuhan, tidak mengakui bahwa manusia tidak dapat menghindar atau melarikan diri dari kedaulatan yang seperti ini. Untuk alasan ini, ketika saat mereka tiba untuk menghadapi kematian, tidak ada habisnya pesan terakhir, kekhawatiran, dan penyesalan mereka. Mereka dibebani oleh begitu banyak beban, begitu banyak keengganan, begitu banyak kebingungan. Ini menyebabkan mereka takut mati. Bagi siapa pun yang lahir ke dunia ini, kelahiran adalah pasti dan kematian tak terhindarkan; tidak seorang pun bisa melampaui hal-hal ini. Jika orang ingin meninggalkan dunia ini tanpa rasa sakit, jika orang ingin bisa menghadapi saat menentukan terakhir dalam hidup ini tanpa keengganan atau kekhawatiran, satu-satunya cara adalah dengan tidak menyesali apa pun. Dan satu-satunya cara untuk pergi tanpa penyesalan adalah dengan mengenal kedaulatan Sang Pencipta, mengenal otoritas-Nya, dan tunduk kepada kedaulatan dan otoritas-Nya. Hanya dengan cara ini, orang akan jauh dari perselisihan manusia, dari kejahatan, dari belenggu Iblis, dan hanya dengan cara inilah, orang dapat menjalani hidup seperti Ayub, dibimbing dan diberkati oleh Sang Pencipta, suatu kehidupan yang bebas dan merdeka, kehidupan yang bernilai dan bermakna, kehidupan yang jujur dan penuh keterbukaan hati. Hanya dengan cara inilah, orang bisa tunduk, seperti Ayub, pada ujian dan kehilangan oleh Sang Pencipta, pada penataan dan pengaturan Sang Pencipta. Hanya dengan cara inilah, orang dapat menyembah Sang Pencipta sepanjang hidupnya dan mendapatkan pujian-Nya, seperti Ayub, dan mendengar suara-Nya, melihat-Nya menampakkan diri. Hanya dengan cara inilah, orang bisa hidup dan mati dengan bahagia, seperti Ayub, tanpa rasa sakit, tanpa kekhawatiran, tanpa penyesalan. Hanya dengan cara inilah, orang bisa hidup dalam terang, seperti Ayub, dan melewati setiap saat menentukan dalam hidup ini di dalam terang, dengan lancar menyelesaikan perjalanannya dalam terang, berhasil menyelesaikan misinya—untuk mengalami, belajar, dan mengenal, sebagai makhluk ciptaan, kedaulatan Sang Pencipta—dan meninggal dalam terang, dan untuk selama-lamanya berdiri di sisi Sang Pencipta sebagai manusia ciptaan yang dipuji oleh-Nya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 134

Jangan Lewatkan Kesempatan untuk Mengenal Kedaulatan Sang Pencipta

Beberapa puluh tahun yang membentuk kehidupan manusia tidaklah panjang dan juga tidak pendek. Dua puluh tahun sekian antara kelahiran dan menginjak usia dewasa berlalu dalam sekejap mata, dan meskipun pada titik kehidupan ini seseorang bisa dipandang sebagai orang dewasa, orang-orang dalam kelompok umur ini hampir tidak tahu apa pun mengenai hidup manusia dan nasib manusia. Pada saat mendapatkan lebih banyak pengalaman, mereka secara bertahap melangkah memasuki usia paruh baya. Orang-orang berusia tiga puluh dan empat puluh tahunan memperoleh pengalaman yang masih baru tentang hidup dan nasib, tetapi gagasan mereka mengenai hal-hal ini masih kabur. Baru pada usia umur empat puluh tahun, sebagian orang mulai memahami manusia dan alam semesta, yang Tuhan ciptakan dan memahami apa arti hidup manusia, apa arti nasib manusia. Sebagian orang, meskipun telah lama menjadi pengikut Tuhan dan sekarang menginjak usia paruh baya, tetap saja tak mampu memiliki pengetahuan dan definisi yang akurat mengenai kedaulatan Tuhan, terlebih lagi, mereka tak mampu memiliki ketundukan yang sejati. Sebagian orang tidak memedulikan apa pun selain berusaha menerima berkat, dan meskipun mereka telah hidup bertahun-tahun, mereka sama sekali tidak mengetahui atau memahami fakta tentang kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, dan belum mengambil langkah sekecil apa pun untuk melangkah masuk ke dalam pelajaran nyata mengenai tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan. Orang-orang seperti ini benar-benar bodoh dan hidup mereka dijalani dalam kesia-siaan.

Jika periode kehidupan manusia dibagi berdasarkan derajat pengalaman hidup dan pengetahuan orang tentang nasib manusia, periode ini secara kasar dapat dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama adalah masa muda, yakni tahun-tahun antara kelahiran dan usia paruh baya, atau sejak lahir sampai usia tiga puluh tahun. Fase kedua adalah pendewasaan, dari usia paruh baya sampai usia senja, atau dari usia tiga puluh sampai enam puluh tahun. Dan fase ketiga adalah periode dewasa seseorang, yang berlangsung dengan dimulainya usia tua, dimulai pada usia enam puluh tahun, sampai kepergiannya dari dunia ini. Dengan kata lain, sejak kelahiran sampai usia paruh baya, pengetahuan kebanyakan orang tentang nasib dan hidup hanya sebatas meniru gagasan orang lain, dan nyaris tanpa memiliki hakikat yang nyata dan praktis. Selama periode ini, cara pandang orang terhadap hidup dan bagaimana ia menjalani hidupnya di dunia semuanya cukup dangkal dan naif. Inilah periode remaja seseorang. Hanya setelah orang merasakan semua kesenangan dan kesedihan hidup ini, barulah ia mendapatkan pemahaman yang nyata tentang nasib, dan—tanpa menyadarinya, di lubuk hatinya—secara berangsur-angsur mulai menghargai nasib yang tak bisa diubah, dan perlahan-lahan menyadari bahwa kedaulatan Sang Pencipta atas nasib manusia benar-benar ada. Inilah periode pendewasaan seseorang. Orang memasuki periode dewasa mereka saat mereka telah berhenti berjuang melawan nasib, dan saat mereka tidak lagi bersedia terlibat dalam perselisihan, dan sebaliknya, mereka mengetahui nasibnya dalam hidup ini, tunduk pada kehendak Surga, merangkum pencapaian dan kesalahan mereka dalam hidup, dan menanti penghakiman Sang Pencipta atas hidup mereka. Mempertimbangkan pengalaman dan perolehan orang yang berbeda-beda selama ketiga periode ini, dalam keadaan normal, peluang orang untuk mengenal kedaulatan Sang Pencipta tidak terlalu besar. Jika orang hidup sampai mencapai umur enam puluh tahun, ia memiliki hanya tiga puluh tahun atau lebih untuk mengenal kedaulatan Tuhan; jika ia menginginkan periode waktu yang lebih lama, itu hanya mungkin jika hidupnya berlangsung cukup panjang, jika ia mampu hidup sampai seabad. Jadi Kukatakan, berdasarkan hukum keberadaan manusia yang normal, walaupun prosesnya sangat panjang dari saat seseorang pertama kalinya bertemu dengan subjek mengenai kedaulatan Sang Pencipta hingga saat ketika orang mampu mengenali fakta dari kedaulatan tersebut, dan dari saat itu hingga pada titik di mana ia mampu untuk tunduk pada kedaulatan-Nya, jika orang benar-benar menghitung tahun-tahunnya, dalam waktu tak lebih dari tiga puluh atau empat puluh tahun itulah orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan anugerah ini. Dan sering kali, orang terhanyut oleh keinginan dan ambisi mereka untuk menerima berkat, sehingga mereka tidak mampu mengetahui di mana esensi hidup manusia berada dan tidak memahami pentingnya mengenal kedaulatan Sang Pencipta. Orang-orang seperti ini tidak menghargai kesempatan berharga ini untuk masuk ke dalam dunia manusia dan mengalami kehidupan manusia dan, kedaulatan Sang Pencipta, dan mereka tidak menyadari betapa berharganya bagi makhluk ciptaan untuk menerima tuntunan pribadi Sang Pencipta. Jadi sesungguhnya, orang-orang yang ingin agar pekerjaan Tuhan cepat berakhir, yang ingin agar Tuhan mengatur kesudahan manusia sesegera mungkin supaya mereka bisa segera melihat pribadi-Nya yang nyata dan mendapatkan berkat sesegera mungkin—mereka itu bersalah atas jenis ketidaktaatan yang terparah dan mereka luar biasa bodoh. Sementara itu, mereka yang bijak di antara manusia, mereka yang memiliki ketajaman mental tertinggi, adalah orang-orang yang, selama masa hidup mereka yang terbatas, berkeinginan untuk mengambil kesempatan unik ini untuk mengenal kedaulatan Sang Pencipta. Dua keinginan yang berbeda ini menyingkapkan dua cara pandang dan pengejaran yang sangat berbeda: mereka yang mencari berkat adalah egois dan hina dan tidak mempertimbangkan kehendak Tuhan, tidak pernah berupaya mengenal kedaulatan Tuhan, dan tidak pernah berkeinginan untuk tunduk pada kedaulatan-Nya, melainkan hanya ingin hidup sesuka mereka. Mereka adalah orang-orang berakhlak rendah yang masa bodoh, dan inilah kategori orang yang akan dimusnahkan. Mereka yang berupaya mengenal Tuhan mampu menyingkirkan keinginan mereka, bersedia tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan mereka berusaha menjadi jenis orang yang bersedia tunduk pada otoritas Tuhan dan yang memuaskan keinginan Tuhan. Orang-orang seperti ini hidup dalam terang dan di tengah berkat Tuhan, dan mereka pasti akan dipuji oleh Tuhan. Bagaimanapun juga, pilihan manusia tidak ada gunanya, dan manusia tidak bisa menentukan berapa lama pekerjaan Tuhan akan berlangsung. Lebih baik bagi orang-orang untuk menempatkan diri mereka dalam pengaturan Tuhan dan tunduk pada kedaulatan-Nya. Jika engkau tidak menempatkan dirimu dalam pengaturan-Nya, apa yang dapat engkau lakukan? Apakah Tuhan akan rugi karenanya? Jika engkau tidak menempatkan dirimu dalam pengaturan-Nya, tetapi malah menempatkan dirimu sendiri sebagai penanggung jawab, engkau sedang membuat pilihan yang bodoh, dan pada akhirnya, engkau akan menjadi satu-satunya yang menderita kerugian. Hanya jika orang bekerja sama dengan Tuhan sesegera mungkin, hanya jika mereka bergegas untuk menerima pengaturan-Nya, mengenal otoritas-Nya, dan memahami semua yang telah Dia lakukan bagi mereka, barulah mereka akan punya harapan. Hanya dengan cara inilah, hidup mereka tidak dijalani dalam kesia-siaan, dan mereka akan mendapatkan keselamatan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 135

Tidak Seorang pun Dapat Mengubah Fakta bahwa Tuhan Berdaulat Atas Nasib Manusia

Di bawah otoritas Tuhan, setiap orang secara aktif atau secara pasif menerima kedaulatan dan pengaturan-Nya, dan bagaimanapun seseorang bergumul dalam perjalanan hidupnya, sebengkok apa pun jalan yang orang jalani, pada akhirnya orang akan kembali ke orbit nasib yang telah digariskan oleh Sang Pencipta bagi mereka. Inilah otoritas Sang Pencipta yang tak terlampaui dan, cara otoritas-Nya mengendalikan dan memerintah alam semesta. Sifat tak terlampaui ini, bentuk pengendalian dan pemerintahan ini, adalah yang bertanggung jawab atas hukum-hukum yang mengatur kehidupan segala sesuatu, yang memungkinkan manusia untuk bereinkarnasi berulang kali tanpa gangguan, yang membuat dunia berputar secara teratur dan bergerak maju, hari demi hari, tahun demi tahun. Engkau semua telah menyaksikan semua fakta ini dan engkau memahaminya, entah secara dangkal atau mendalam, dan kedalaman pemahamanmu tergantung pada pengalaman dan pengetahuanmu tentang kebenaran, serta pengenalanmu akan Tuhan. Seberapa baik engkau mengetahui kebenaran kenyataan, seberapa jauh engkau telah mengalami firman Tuhan, seberapa baik engkau mengenal hakikat dan watak Tuhan—semua ini merepresentasikan kedalaman pemahamanmu tentang kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Apakah keberadaan kedaulatan dan pengaturan Tuhan tergantung pada apakah manusia tunduk pada kedaulatan dan pengaturan tersebut? Apakah fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas ini ditentukan oleh apakah manusia tunduk pada otoritas tersebut? Otoritas Tuhan itu ada bagaimanapun keadaannya. Dalam segala situasi, Tuhan menentukan dan mengatur setiap nasib manusia dan segala sesuatu sesuai dengan pikiran-Nya dan keinginan-Nya. Ini tidak akan berubah sebagai akibat perubahan manusia; ini terpisah dari kehendak manusia, tidak bisa diubah oleh perubahan apa pun dalam waktu, ruang, dan geografi, karena otoritas Tuhan adalah hakikat-Nya yang hakiki. Apakah manusia mampu mengenal dan menerima kedaulatan Tuhan, dan apakah manusia mampu tunduk pada kedaulatan-Nya—tidak satu pun dari keadaan ini mampu sedikit pun mengubah fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia. Dengan kata lain, bagaimanapun sikap manusia terhadap kedaulatan Tuhan, itu sama sekali tak dapat mengubah fakta bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia dan atas segala sesuatu. Sekalipun engkau tidak tunduk pada kedaulatan Tuhan, Dia tetap saja menguasai nasibmu; sekalipun engkau tidak mampu mengenal kedaulatan-Nya, otoritas-Nya tetap saja ada. Otoritas Tuhan dan fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia adalah hal yang terpisah dari kehendak manusia, dan tidak berubah sesuai dengan kesukaan dan pilihan manusia. Otoritas Tuhan ada di mana-mana, di setiap jam, dan di setiap saat. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi otoritas-Nya tidak akan pernah berlalu, karena Dia adalah Tuhan itu sendiri, Dia memiliki otoritas yang unik, dan otoritas-Nya tidak dihalangi atau dibatasi oleh orang, peristiwa, hal-hal, oleh ruang atau geografi. Sepanjang waktu, Tuhan menggunakan otoritas-Nya, menunjukkan kekuatan-Nya, melanjutkan pekerjaan pengelolaan-Nya sebagaimana yang selalu Dia lakukan; sepanjang waktu, Dia memerintah segala sesuatu, menyediakan kebutuhan segala sesuatu, mengatur segala sesuatu—sebagaimana yang selalu Dia lakukan. Tidak ada yang dapat mengubah hal ini. Ini adalah fakta; ini adalah kebenaran yang tidak pernah berubah sejak permulaan zaman!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 136

Sikap dan Penerapan yang Benar bagi Orang yang Ingin Tunduk pada Otoritas Tuhan

Dengan sikap seperti apa seharusnya manusia sekarang mengenal dan memandang otoritas Tuhan dan fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia? Ini adalah sebuah masalah nyata yang dihadapi setiap orang. Ketika menghadapi masalah kehidupan nyata, bagaimana seharusnya engkau mengenal dan memahami otoritas Tuhan dan kedaulatan-Nya? Ketika engkau dihadapkan dengan masalah-masalah ini dan tidak tahu bagaimana memahami, menangani dan mengalami hal-hal ini, sikap apa yang harus engkau ambil untuk menunjukkan niatmu untuk tunduk, keinginanmu untuk tunduk, dan realitas ketundukanmu pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan? Pertama-tama, engkau harus belajar menunggu; lalu, engkau harus belajar mencari; kemudian engkau harus belajar tunduk. "Menunggu" berarti menantikan waktu Tuhan, menantikan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia atur bagimu, menantikan kehendak-Nya untuk secara berangsur-angsur terungkap dengan sendirinya bagimu. "Mencari" berarti mengamati dan memahami maksud Tuhan yang bijaksana bagimu melalui orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia persiapkan, memahami kebenaran melalui semua itu, memahami apa yang harus manusia capai dan jalan-jalan yang harus ia patuhi, memahami hasil seperti apa yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia dan pencapaian seperti apa yang ingin Dia dapatkan dalam diri mereka. "Tunduk," tentu saja, berarti menerima orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur, menerima kedaulatan-Nya, dan melalui itu, mengetahui bagaimana Tuhan mengatur nasib manusia, bagaimana Dia membekali manusia dengan hidup-Nya, bagaimana Dia mengerjakan kebenaran dalam diri manusia. Segala sesuatu di bawah pengaturan dan kedaulatan Tuhan menaati hukum-hukum alam, dan jika engkau bertekad untuk membiarkan Tuhan mengatur dan menentukan segala sesuatu bagimu, engkau harus belajar menunggu, engkau harus belajar mencari, dan engkau harus belajar tunduk. Inilah sikap yang harus dimiliki setiap orang yang ingin tunduk pada otoritas Tuhan, inilah kualitas dasar yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Untuk memiliki sikap seperti itu, memiliki kualitas seperti itu, engkau harus bekerja lebih keras. Inilah satu-satunya cara engkau dapat masuk ke dalam realitas yang sebenarnya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 137

Menerima Tuhan Sebagai Tuanmu yang Unik adalah Langkah Pertama dalam Memperoleh Keselamatan

Kebenaran mengenai otoritas Tuhan adalah kebenaran yang setiap orang harus menanggapinya dengan serius, harus mengalaminya dan memahaminya dengan segenap hati; karena kebenaran ini berkaitan dengan hidup setiap orang; dengan masa lalu, masa kini, dan masa depan setiap orang; dengan saat menentukan penting yang harus dilalui setiap orang dalam hidupnya; dengan pengetahuan manusia tentang kedaulatan Tuhan dan sikap yang harus ia ambil dalam berhadapan dengan otoritas Tuhan; dan tentu saja, berkaitan dengan tempat tujuan akhir setiap orang. Jadi, dibutuhkan energi seumur hidup untuk mengenal dan memahami kebenaran itu. Jika engkau memandang otoritas Tuhan secara langsung, jika engkau menerima kedaulatan-Nya, engkau akan berangsur-angsur menyadari dan memahami kebenaran mengenai keberadaan otoritas Tuhan. Namun, jika engkau tidak pernah mengakui otoritas Tuhan dan tidak pernah menerima kedaulatan-Nya, berapa tahun pun engkau hidup, engkau tidak akan mendapatkan sedikit pun pengetahuan tentang kedaulatan Tuhan. Jika engkau tidak benar-benar mengenal dan memahami otoritas Tuhan, ketika engkau mencapai akhir jalan itu, sekalipun engkau telah percaya kepada Tuhan selama berpuluh-puluh tahun, engkau tidak akan punya apa-apa yang dapat kautunjukkan selama hidupmu, dan engkau tentu saja tidak akan memiliki sedikit pun pengetahuan tentang kedaulatan Tuhan atas nasib manusia. Bukankah ini hal yang sangat menyedihkan? Jadi, sejauh apa pun engkau telah berjalan dalam hidup ini, berapa pun usiamu saat ini, sejauh apa pun sisa perjalananmu, pertama-tama engkau harus mengakui otoritas Tuhan dan menganggapnya serius, dan menerima fakta bahwa Tuhan adalah Tuanmu yang unik. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang jelas dan akurat tentang kebenaran mengenai kedaulatan Tuhan atas nasib manusia adalah pelajaran wajib bagi setiap orang; ini merupakan kunci untuk mengetahui hidup manusia dan mendapatkan kebenaran. Seperti inilah kehidupan mengenal Tuhan, pelajaran dasarnya, yang harus setiap orang hadapi setiap harinya, yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun. Jika seseorang ingin mengambil jalan pintas untuk mencapai tujuan ini, maka Kuberitahukan kepadamu saat ini, itu hal yang mustahil! Jika engkau ingin melarikan diri dari kedaulatan Tuhan, itu bahkan lebih mustahil lagi! Tuhan adalah satu-satunya Penguasa umat manusia, Tuhan adalah satu-satunya Tuan atas nasib manusia, sehingga mustahil bagi manusia untuk mengatur nasibnya sendiri, mustahil baginya untuk melangkah keluar dari hal itu. Sehebat apa pun kemampuan seseorang, ia tidak bisa memengaruhi—apalagi menata, mengatur, mengendalikan, atau mengubah—nasib orang lain. Hanya Tuhan itu sendiri, Tuhan yang unik, yang menetapkan segala sesuatu bagi manusia, karena hanya Dia memiliki otoritas unik yang berdaulat atas nasib manusia, sehingga hanya Sang Pencipta yang adalah Tuan yang unik atas manusia. Otoritas Tuhan tidak hanya berdaulat atas manusia ciptaan, tetapi juga atas makhluk bukan ciptaan yang tidak dapat dilihat manusia, atas bintang-bintang, atas alam semesta. Inilah fakta yang tak terbantahkan, fakta yang benar-benar ada, yang tidak bisa diubah oleh siapa pun atau apa pun. Jika salah seorang dari antaramu masih tidak puas dengan keadaan saat ini, percaya bahwa engkau memiliki keterampilan atau kemampuan khusus, dan masih berpikir bahwa dengan sedikit keberuntungan, engkau dapat mengubah keadaan saat ini atau paling tidak melarikan diri dari keadaan sekarang; jika engkau mencoba mengubah nasibmu sendiri melalui usaha manusia, dan dengan demikian membuat dirimu berbeda dari yang lain dan memenangkan ketenaran dan kekayaan; maka Kuberitahukan kepadamu, engkau hanya mempersulit dirimu sendiri, engkau hanya mencari masalah, engkau sedang menggali kuburanmu sendiri! Suatu hari, cepat atau lambat, engkau akan mendapati bahwa engkau telah membuat pilihan yang salah dan upayamu telah sia-sia. Ambisimu, keinginanmu untuk bergumul melawan nasib, dan perilaku burukmu sendiri akan menuntunmu ke jalan yang tak bisa kembali, dan karenanya engkau akan membayar harga yang sangat mahal. Walaupun saat ini engkau tidak melihat beratnya konsekuensinya, ketika engkau terus mengalami dan menghargai lebih dalam lagi kebenaran bahwa Tuhan adalah Tuan atas nasib manusia, engkau akan perlahan-lahan menyadari apa yang Kubicarakan sekarang ini dan implikasi sesungguhnya. Apakah engkau benar-benar memiliki hati dan roh dan apakah engkau adalah seseorang yang mencintai kebenaran, itu bergantung pada bagaimana sikapmu terhadap kedaulatan Tuhan dan terhadap kebenaran. Tentu saja, ini menentukan apakah engkau dapat benar-benar mengenal dan memahami otoritas Tuhan. Jika dalam hidupmu engkau tidak pernah merasakan kedaulatan Tuhan dan pengaturan-Nya, apalagi mengakui dan menerima otoritas Tuhan, maka engkau sama sekali tidak bernilai, dan engkau tidak diragukan lagi akan menjadi sasaran kebencian dan penolakan Tuhan, oleh karena jalan yang telah kautempuh dan pilihan yang telah kauambil. Namun, mereka yang, dalam pekerjaan Tuhan, dapat menerima ujian-Nya, menerima kedaulatan-Nya, tunduk pada otoritas-Nya, dan secara berangsur-angsur mendapatkan pengalaman nyata akan firman-Nya, mereka akan mendapatkan pengetahuan yang benar tentang otoritas Tuhan, pemahaman yang benar tentang kedaulatan-Nya; mereka akan benar-benar menjadi tunduk pada Sang Pencipta. Hanya orang-orang seperti iniah yang benar-benar akan diselamatkan. Karena mereka telah mengenal kedaulatan Tuhan, karena mereka telah menerimanya, penghargaan mereka akan fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, ketundukan mereka pada kedaulatan-Nya, adalah benar dan tepat. Saat mereka menghadapi kematian, mereka, seperti Ayub, akan memiliki pikiran yang tidak takut akan kematian, dan tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan dalam segala sesuatu, tanpa memiliki pilihan pribadi, tanpa keinginan pribadi. Hanya orang seperti inilah yang dapat kembali ke sisi Sang Pencipta sebagai manusia ciptaan yang sejati.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 138

Perintah Tuhan Yahweh kepada Manusia

Kejadian 2:15-17 Dan Tuhan Yahweh mengambil manusia dan menempatkannya di taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. Lalu Tuhan Yahweh memerintahkan manusia, demikian: "Dari semua pohon di taman ini engkau boleh makan dengan bebas. Tetapi dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau tidak boleh memakannya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati."

Godaan Ular kepada Perempuan

Kejadian 3:1-5 Ular lebih licik dari segala binatang di darat yang diciptakan oleh Tuhan Yahweh. Dan ular itu berkata kepada perempuan itu: "Ya, bukankah Tuhan berfirman, Engkau jangan makan semua pohon di taman ini?" Lalu perempuan itu menjawab ular itu, Kami boleh makan buah pohon-pohonan di taman ini. Tetapi buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan telah berfirman, Engkau jangan memakannya, atau menyentuhnya, nanti engkau akan mati. Namun ular itu berkata kepada perempuan itu, Engkau tentu tidak akan mati: Karena Tuhan tahu bahwa pada hari engkau memakannya, maka matamu akan terbuka dan engkau akan menjadi sama seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat.

Dua perikop ini adalah kutipan dari Kitab Kejadian dalam Alkitab. Apakah engkau semua sudah tidak asing lagi dengan dua perikop ini? Ini menceritakan peristiwa yang terjadi di awal, ketika manusia pertama kali diciptakan; peristiwa ini nyata. Marilah kita terlebih dahulu melihat pada apa jenis perintah yang Tuhan Yahweh berikan kepada Adam dan Hawa; isi perintah ini sangat penting untuk topik kita sekarang. "Lalu Tuhan Yahweh memerintahkan manusia, demikian: 'Dari semua pohon di taman ini engkau boleh makan dengan bebas. Tetapi dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau tidak boleh memakannya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati.'" Apa maksud perintah Tuhan kepada manusia dalam perikop ini? Pertama, Tuhan memberi tahu manusia apa yang boleh dia makan, yaitu, buah dari berbagai jenis pohon. Tidak ada bahaya dan tidak ada racun; semua dapat dimakan dan dimakan dengan bebas sesuai keinginan manusia, bebas dari kekhawatiran atau keraguan. Ini adalah satu bagian dari perintah Tuhan. Bagian lainnya adalah peringatan. Dalam peringatan ini, Tuhan memberi tahu manusia bahwa dia tidak boleh memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Apa yang akan terjadi jika dia makan dari pohon ini? Tuhan berfirman kepada manusia: "Jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati." Apakah firman ini lugas? Jika Tuhan memberitahukan hal ini kepadamu tetapi engkau tidak mengerti sebabnya, apakah engkau akan memperlakukan firman-Nya sebagai aturan atau perintah untuk ditaati? Firman seperti itu harus ditaati, bukan? Namun apakah manusia mampu menaatinya atau tidak, firman Tuhan tegas. Tuhan memberi tahu manusia dengan sangat jelas apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan, dan apa yang akan terjadi jika dia memakan apa yang tidak boleh dia makan. Dalam firman singkat yang Dia ucapkan ini, dapatkah engkau melihat sesuatu dari watak Tuhan? Apakah firman Tuhan ini benar? Apakah ada penipuan? Apakah ada kebohongan? Adakah ada intimidasi? (Tidak.) Tuhan secara jujur, benar, dan tulus memberitahukan kepada manusia apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan. Tuhan berfirman dengan jelas dan lugas. Apakah ada makna tersembunyi dalam firman ini? Bukankah firman ini lugas? Apakah kita perlu menduga-duga? (Tidak.) Tidak perlu menebak. Maknanya sangat jelas sekali. Setelah membacanya, orang merasa sepenuhnya jelas tentang maknanya. Artinya, apa yang Tuhan ingin katakan dan apa yang Dia ingin ungkapkan berasal dari hati-Nya. Segala sesuatu yang Tuhan ungkapkan bersih, lugas, dan jelas. Tidak ada motif terselubung, ataupun makna tersembunyi apa pun. Dia berbicara kepada manusia secara langsung, memberitahukan kepadanya apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan. Dengan kata lain, melalui firman Tuhan ini, manusia dapat melihat bahwa hati Tuhan itu transparan dan benar. Sama sekali tidak ada jejak kesalahan di sini; firman Tuhan tidak mengatakan kepadamu bahwa engkau tidak boleh makan apa yang dapat dimakan atau mengatakan kepadamu "makanlah dan lihatlah apa yang terjadi" dengan hal-hal yang tidak boleh engkau makan itu. Dia tidak bermaksud seperti ini. Apa pun yang Tuhan pikirkan di dalam hati-Nya, itulah yang Dia katakan. Jika Aku katakan Tuhan itu kudus karena Dia menunjukkan dan mengungkapkan diri-Nya dalam firman ini dengan cara ini, engkau mungkin merasa bahwa Aku terlalu berlebihan atau bahwa penjelasan-Ku agak terlalu berlebihan. Jika demikian, jangan khawatir; kita belum selesai.

Sekarang marilah kita membicarakan tentang "Godaan Ular kepada Perempuan." Siapa ular itu? (Iblis.) Iblis memainkan peran sebagai kontras dalam rencana pengelolaan enam ribu tahun Tuhan, dan itu merupakan peran yang harus kita sebutkan ketika kita mempersekutukan kekudusan Tuhan. Mengapa Aku mengatakan ini? Jika engkau tidak mengetahui kejahatan dan kerusakan Iblis, jika engkau tidak mengetahui natur Iblis, maka engkau tidak mungkin mengenali kekudusan, dan engkau pun tidak dapat mengetahui apa sebenarnya arti kekudusan. Dalam kebingungan, manusia percaya bahwa apa yang Iblis lakukan benar, karena mereka hidup di dalam jenis watak yang rusak ini. Tanpa kontras, tanpa ada suatu pembandingan, engkau tidak dapat mengetahui apa arti kekudusan. Itulah sebabnya Iblis harus disebutkan di sini. Penyebutan seperti itu bukan omong kosong. Melalui perkataan dan perbuatan Iblis, kita akan melihat bagaimana Iblis bertindak, bagaimana Iblis merusak manusia, dan apa natur dan rupa Iblis. Jadi apa yang dikatakan perempuan itu kepada ular? Perempuan ini menceritakan kembali kepada ular apa yang Tuhan Yahweh katakan kepadanya. Ketika dia mengucapkan perkataan ini, apakah dia yakin bahwa apa yang Tuhan katakan kepadanya adalah benar? Dia tidak bisa memastikan, bukan? Sebagai seseorang yang baru diciptakan, dia tidak memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat, dan dia pun tidak memiliki pengetahuan tentang apa pun yang ada di sekelilingnya. Berdasarkan dari perkataan yang dia ucapkan kepada ular, dia tidak yakin dalam hatinya bahwa firman Tuhan itu benar; demikianlah sikapnya. Jadi ketika ular melihat bahwa perempuan itu memiliki sikap ketidakpastian terhadap firman Tuhan, ular berkata: "Engkau tentu tidak akan mati: Karena Tuhan tahu bahwa pada hari engkau memakannya, maka matamu akan terbuka dan engkau akan menjadi sama seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Adakah yang bermasalah dengan perkataan ini? Ketika engkau semua selesai membaca kalimat ini, apakah engkau mendapatkan pengertian tentang niat ular? Apa niat itu? (Mencobai manusia, untuk membujuknya berbuat dosa.) Ular ingin mencobai perempuan ini, menghentikan dia dari mengindahkan firman Tuhan. Namun ular tidak mengatakan hal-hal ini secara langsung. Jadi, kita bisa mengatakan bahwa ular sangat licik. Ular menyampaikan maksudnya dengan cara yang licik dan samar-samar untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang terus disembunyikan di dalam pikirannya, tersembunyi dari manusia—demikianlah kelicikan ular. Ini telah selalu menjadi cara Iblis berbicara dan bertindak. Dia mengatakan "tentu tidak," tanpa memberikan kepastian apa pun. Namun setelah mendengar ini, hati perempuan yang bodoh ini terpengaruh. Ular senang, karena perkataannya menimbulkan pengaruh yang diinginkan—inilah niat licik ular. Selanjutnya, dengan menjanjikan hasil yang tampaknya diinginkan manusia, ular menggoda perempuan itu, dengan berkata, "Pada hari engkau memakannya, maka matamu akan terbuka." Jadi perempuan itu berpikir: "Membuat mataku terbuka adalah hal yang baik!" Dan kemudian ular mengatakan sesuatu yang bahkan lebih menarik lagi, perkataan yang tidak pernah diketahui manusia, perkataan yang memiliki kekuatan pencobaan yang besar terhadap mereka yang mendengarnya: "Engkau akan menjadi sama seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Bukankah perkataan ini sangat menggoda bagi manusia? Ini seperti seseorang berkata kepadamu: "Bentuk wajahmu sangat bagus, hanya saja batang hidungmu agak pendek. Jika engkau memperbaikinya, engkau akan menjadi perempuan cantik kelas dunia!" Apakah perkataan ini akan menggerakkan hati seseorang yang sebelumnya tidak pernah memiliki keinginan untuk menjalani operasi plastik? Bukankah perkataan ini menggoda? Bukankah godaan ini mencobaimu? Dan bukankah ini adalah pencobaan? (Ya.) Apakah Tuhan mengatakan hal-hal seperti ini? Adakah petunjuk apa pun tentang ini dalam firman Tuhan yang baru saja kita baca dengan teliti? (Tidak.) Apakah Tuhan mengatakan apa yang Dia pikirkan di dalam hati-Nya? Dapatkah manusia melihat hati Tuhan melalui firman-Nya? (Ya.) Namun ketika ular mengucapkan perkataan itu kepada perempuan itu, apakah engkau dapat melihat hati ular? (Tidak.) Dan karena ketidaktahuan manusia, mereka dengan mudah tergoda oleh perkataan ular dan dengan mudah ditipu. Jadi apakah engkau dapat melihat niat Iblis? Apakah engkau dapat melihat tujuan di balik apa yang Iblis katakan? Apakah engkau dapat melihat rencana dan tipu muslihatnya? (Tidak.) Watak seperti apa yang diperlihatkan oleh cara Iblis berbicara? Esensi macam apa yang engkau lihat pada Iblis melalui perkataan ini? Bukankah perkataan ini berbahaya? Mungkin di permukaan, ular tersenyum kepadamu, atau mungkin tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun di dalam hatinya, ular memperhitungkan bagaimana mencapai tujuannya, dan tujuan inilah yang tidak dapat engkau lihat. Semua janji yang diberikannya kepadamu, semua keuntungan yang digambarkannya, adalah kedok godaannya. Engkau melihat hal-hal ini sebagai sesuatu yang baik, sehingga engkau merasa bahwa apa yang dikatakannya lebih berguna, lebih penting daripada apa yang Tuhan firmankan. Ketika hal ini terjadi, bukankah manusia kemudian menjadi tahanan yang patuh? Bukankah strategi yang Iblis pakai ini sangat jahat? Engkau membiarkan dirimu tenggelam ke dalam kemunduran. Tanpa Iblis harus melakukan sesuatu, tetapi hanya dengan mengucapkan dua kalimat ini, engkau menjadi senang mengikuti Iblis, mematuhinya. Dengan demikian, tujuan Iblis telah tercapai. Bukankah niat ini jahat? Bukankah ini rupa Iblis yang paling utama? Dari perkataan Iblis, manusia dapat melihat motifnya yang jahatnya, melihat rupanya yang mengerikan, dan melihat esensinya. Bukankah demikian? Dengan membandingkan kalimat-kalimat ini, tanpa menganalisis engkau mungkin merasa seolah-olah firman Tuhan Yahweh itu membosankan, biasa, dan dangkal, bahwa firman itu tidak diucapkan dengan cara yang sangat antusias sehingga tidak perlu diperhatikan untuk memuji kejujuran Tuhan. Namun, jika kita memperlakukan perkataan Iblis dan rupanya yang mengerikan sebagai sebuah kontras, bukankah firman Tuhan ini membawa beban berat bagi manusia zaman sekarang? (Ya.) Melalui perbandingan ini, manusia dapat merasakan kesempurnaan Tuhan yang murni. Setiap kata yang Iblis ucapkan, serta motif, niat, dan caranya berbicara—semuanya tercemar. Apa ciri utama dari cara Iblis berbicara? Iblis menggunakan ketidakjelasan untuk menggodamu, tidak membiarkanmu melihat tipu dayanya yang sebenarnya, dan Iblis juga tidak membiarkanmu memahami tujuannya; Iblis membiarkan engkau mengambil umpannya, tetapi engkau juga harus memujinya dan menaikkan pujian akan kebaikannya. Bukankah ini cara pilihan Iblis yang biasa dia gunakan? (Ya.)

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 139

Dialog Antara Iblis dan Tuhan Yahweh

Ayub 1:6-11 Pada suatu hari anak-anak Tuhan datang ke hadapan Yahweh dan Iblis juga ada di antara mereka. Maka Yahweh bertanya kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu Yahweh berkata kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, tidak ada seorang pun seperti dia di bumi, yang demikian tak bercela dan jujur, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan." Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Apakah Ayub takut kepada Tuhan begitu saja tanpa mendapat apa pun? Bukankah Engkau memagari dia dan rumahnya, dan semua yang dimilikinya? Engkau memberkati segala pekerjaan tangannya, dan semua miliknya bertambah banyak di negeri itu. Tetapi coba Engkau ulurkan tangan-Mu dan sentuhlah segala yang dimilikinya, ia pasti akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Ayub 2:1-5 Pada suatu hari anak-anak Tuhan datang ke hadapan Yahweh dan Iblis juga ada di antara mereka untuk hadir di hadapan Yahweh. Yahweh bertanya kepada Iblis, "Dari mana engkau?" Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu Yahweh berkata kepada Iblis, "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, tidak ada seorang pun seperti dia di bumi, yang demikian tak bercela dan jujur, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Ia tetap memegang teguh kesalehannya, sekalipun engkau telah membujuk Aku untuk melawannya, menghancurkannya tanpa alasan." Dan Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Kulit ganti kulit! Ya, semua yang dimiliki manusia akan diberikannya ganti nyawanya. Tetapi ulurkan tangan-Mu dan sentuhlah tulang dan dagingnya, maka ia pasti akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Dua perikop ini seluruhnya terdiri dari dialog antara Tuhan dan Iblis; kedua perikop ini mencatat apa yang Tuhan katakan dan apa yang Iblis katakan. Tuhan tidak banyak berbicara, dan Dia berbicara dengan sangat sederhana. Dapatkah kita melihat kekudusan Tuhan dalam firman-Nya yang sederhana? Sebagian orang akan mengatakan ini tidak mudah dilakukan. Jadi dapatkah kita melihat keburukan Iblis dalam jawabannya? (Ya.) Marilah kita terlebih dahulu melihat pada pertanyaan seperti apa yang diajukan Tuhan Yahweh kepada Iblis. "Dari mana engkau?" Bukankah ini pertanyaan yang sederhana? Apakah ada makna yang tersembunyi? (Tidak.) Itu hanyalah sebuah pertanyaan, murni, tidak tercemar oleh motif tersembunyi apa pun. Jika Aku bertanya kepada engkau semua: "Dari mana asalmu?" bagaimana kemudian engkau akan menjawab? Apakah ini pertanyaan yang sulit dijawab? Apakah engkau akan menjawab: "Dari pergi ke sana kemari, dan dari berjalan naik dan turun"? (Tidak.) Engkau semua tidak akan menjawab seperti ini. Jadi, bagaimana kemudian perasaanmu ketika engkau semua melihat Iblis menjawab seperti ini? (Kami merasa bahwa Iblis sedang bersikap tidak masuk akal, dan juga curang.) Dapatkah engkau semua mengatakan apa yang sedang Kurasakan? Setiap kali Aku melihat perkataan Iblis ini, Aku merasa muak, karena Iblis berbicara, tetapi perkataannya tidak mengandung substansi. Apakah dia menjawab pertanyaan Tuhan? Tidak, perkataan yang Iblis ucapkan bukanlah sebuah jawaban, itu tidak menghasilkan jawaban apa pun. Perkataan itu bukanlah jawaban untuk pertanyaan Tuhan. "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi." Apa pemahamanmu dari perkataan ini? Sebenarnya dari mana asal Iblis? Sudahkah engkau semua menerima jawaban terhadap pertanyaan ini? (Tidak.) Ini adalah "kejeniusan" dari rencana licik Iblis—tidak membiarkan siapa pun memahami apa yang sebenarnya dia katakan. Setelah mendengar perkataan ini engkau masih tidak dapat memahami apa yang telah Iblis katakan, meskipun dia sudah selesai menjawab. Namun Iblis yakin dia telah menjawab dengan sempurna. Lalu bagaimana perasaanmu? Muakkah? (Ya.) Sekarang engkau mulai merasa muak menanggapi perkataan ini. Iblis tidak berbicara secara langsung, tetapi membuatmu bingung, tidak mampu melihat sumber perkataannya. Terkadang Iblis berbicara dengan sengaja, dan terkadang ketika dia berbicara, perkataannya dikendalikan oleh esensinya sendiri, naturnya sendiri. Inilah perkataan yang keluar langsung dari mulut Iblis. Iblis tidak mempertimbangkan perkataan ini untuk jangka waktu yang lama atau mengucapkannya sedemikian rupa sehingga dia dianggap cerdas; sebaliknya, Iblis mengucapkan perkataan itu secara alami. Begitu engkau bertanya kepadanya dari mana asalnya, dia menggunakan perkataan ini untuk menjawabmu. Engkau merasa sangat bingung, tidak pernah tahu sebenarnya dari mana asalnya. Adakah di antaramu yang berbicara seperti ini? (Ya.) Cara berbicara seperti apakah ini? (Cara berbicara ini ambigu dan tidak memberikan jawaban yang pasti.) Perkataan seperti apa yang seharusnya kita gunakan untuk menggambarkan cara berbicara seperti ini? Cara berbicara ini mengalihkan dan menyesatkan, bukan? Misalkan seseorang tidak ingin memberi tahu orang lain ke mana mereka pergi kemarin. Engkau bertanya kepada mereka: "Aku melihatmu kemarin. Engkau pergi ke mana?" Mereka tidak menjawab secara langsung dengan mengatakan ke mana mereka pergi kemarin. Sebagai gantinya, mereka berkata: "Kemarin hari yang sangat tidak menyenangkan. Sangat melelahkan!" Apakah mereka menjawab pertanyaanmu? Mereka menjawab pertanyaanmu, tetapi mereka tidak memberi jawaban yang engkau inginkan. Inilah "kejeniusan" dalam kecerdasan bicara manusia. Engkau tidak pernah dapat mengetahui apa yang mereka maksudkan, ataupun melihat sumber atau maksud perkataan mereka. Engkau tidak tahu apa yang sedang berusaha mereka hindari karena di dalam hatinya, mereka memiliki cerita mereka sendiri—ini berbahaya. Apakah engkau semua juga sering berbicara dengan cara seperti ini? (Ya.) Lalu apa tujuanmu? Apakah tujuannya terkadang untuk melindungi kepentinganmu sendiri, terkadang untuk mempertahankan kedudukanmu sendiri, citramu sendiri, untuk menjaga rahasia kehidupan pribadimu, untuk menyelamatkan reputasimu sendiri? Apa pun tujuannya, tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kepentinganmu, tujuannya terkait dengan kepentinganmu. Bukankah ini adalah natur manusia? Bukankah semua orang yang memiliki natur seperti ini mirip dengan Iblis? Kita bisa mengatakannya seperti ini, bukan? Secara umum, perwujudan ini memuakkan dan menjijikkan. Engkau semua pun sekarang merasa muak, bukan? (Ya.)

Perhatikan kembali perikop pertama. Iblis kembali menjawab Yahweh, dengan berkata: "Apakah Ayub takut kepada Tuhan begitu saja tanpa mendapat apa pun?" Iblis sedang memulai penyerangan pada penilaian Yahweh terhadap Ayub, dan serangan ini diwarnai dengan permusuhan. "Bukankah Engkau memagari dia dan rumahnya, dan semua yang dimilikinya?" Inilah pemahaman dan penilaian Iblis tentang pekerjaan Yahweh kepada Ayub. Iblis menilai pekerjaan itu seperti ini, dengan berkata: "Engkau memberkati segala pekerjaan tangannya, dan semua miliknya bertambah banyak di negeri itu. Tetapi coba Engkau ulurkan tangan-Mu dan sentuhlah segala yang dimilikinya, ia pasti akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Iblis selalu berbicara secara ambigu, tetapi di sini dia berbicara dengan pasti. Namun, perkataan ini, meskipun itu diucapkan dengan pasti, adalah serangan, penghujatan, dan tindakan menentang terhadap Tuhan Yahweh, terhadap Tuhan itu sendiri. Bagaimana perasaanmu ketika engkau semua mendengar perkataan ini? Apakah engkau merasakan kebencian? Apakah engkau dapat melihat maksud Iblis yang sebenarnya? Pertama-tama, Iblis menyangkal penilaian Yahweh tentang Ayub—orang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Kemudian Iblis menyangkal segala yang Ayub katakan dan lakukan, yaitu menyangkal sikapnya yang takut akan Yahweh. Bukankah perkataan ini menuduh? Iblis sedang menuduh, menyangkal, dan meragukan semua yang Yahweh lakukan dan katakan. Iblis tidak percaya, dengan berkata, "Jika engkau mengatakan hal-hal seperti ini, lalu mengapa aku belum melihatnya? Engkau telah memberinya begitu banyak berkat, jadi bagaimana mungkin dia tidak takut akan Engkau?" Bukankah ini penyangkalan terhadap semua yang Tuhan lakukan? Tuduhan, penyangkalan, penghujatan—bukankah perkataan Iblis adalah suatu serangan? Bukankah ini pengungkapan yang sebenarnya dari apa yang Iblis pikirkan di dalam hatinya? Perkataan ini tentu saja tidak sama seperti perkataan yang baru saja kita baca: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi." Perkataan ini sama sekali berbeda. Melalui perkataan ini, Iblis benar-benar mengungkapkan isi hatinya—sikapnya terhadap Tuhan dan kebenciannya terhadap rasa takut Ayub akan Tuhan. Ketika ini terjadi, naturnya yang jahat dan penuh kebencian seluruhnya tersingkap. Iblis membenci orang-orang yang takut akan Tuhan, membenci orang-orang yang menjauhi kejahatan, dan bahkan membenci Yahweh karena menganugerahkan berkat kepada manusia. Iblis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menghancurkan Ayub, yang Tuhan angkat dengan tangan-Nya sendiri, untuk menghancurkannya, dengan berkata: "Engkau mengatakan bahwa Ayub takut akan Engkau dan menjauhi kejahatan. Aku melihatnya secara berbeda." Iblis menggunakan berbagai cara untuk menghasut dan mencobai Yahweh, dan menggunakan berbagai cara sehingga Tuhan Yahweh menyerahkan Ayub kepada Iblis untuk dengan semena-mena dimanipulasi, dicelakai, dan dianiaya. Iblis ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memusnahkan orang benar dan sempurna di mata Tuhan ini. Apakah hanya dorongan sesaat yang menyebabkan Iblis memiliki hati seperti ini? Tidak, bukan dorongan sesaat. Dorongan itu telah lama bekerja di dalam dirinya. Tuhan bekerja, Tuhan peduli kepada seseorang, memperhatikan seseorang, dan sementara itu Iblis membuntuti setiap langkah-Nya. Siapa pun yang Tuhan perkenan, Iblis pun memperhatikan, mengikuti dari belakang. Jika Tuhan menginginkan orang ini, Iblis akan melakukan segala daya untuk menghalangi Tuhan, menggunakan berbagai cara jahat untuk mencobai, mengganggu, dan merusak pekerjaan yang Tuhan lakukan, semua demi mencapai tujuan tersembunyinya. Apa tujuan ini? Iblis tidak ingin Tuhan mendapatkan siapa pun; Iblis menginginkan semua yang diinginkan Tuhan, dia merasuki mereka, mengendalikan mereka, menguasai mereka sehingga mereka menyembahnya, sehingga mereka melakukan perbuatan jahat bersamanya. Bukankah ini motif Iblis yang jahat? Biasanya, engkau semua sering mengatakan bahwa Iblis sangat jahat, sangat buruk, tetapi sudahkah engkau semua melihatnya? Engkau hanya dapat melihat betapa buruknya manusia. Engkau belum pernah melihat dalam kenyataan betapa jahat Iblis sebenarnya. Namun sudahkah engkau melihat kejahatan Iblis dalam masalah mengenai Ayub ini? (Ya.) Masalah ini telah membuat rupa Iblis yang mengerikan dan esensinya menjadi sangat jelas. Dalam peperangan melawan Tuhan dan mengikuti di belakang-Nya, tujuan Iblis adalah untuk menghancurkan semua pekerjaan yang Tuhan ingin lakukan, untuk merasuki dan mengendalikan orang-orang yang Tuhan ingin dapatkan, untuk sepenuhnya memusnahkan orang-orang yang Tuhan ingin dapatkan. Jika mereka tidak dimusnahkan, mereka menjadi milik Iblis, untuk dipakai olehnya—inilah tujuannya. Dan apa yang Tuhan lakukan? Tuhan hanya mengatakan kalimat sederhana dalam perikop ini; tidak ada catatan mengenai hal lain yang Tuhan lakukan, tetapi kita melihat ada lebih banyak catatan tentang apa yang Iblis lakukan dan katakan. Dalam perikop kitab suci di bawah ini, Yahweh bertanya kepada Iblis, "Dari mana engkau?" Apa jawaban Iblis? (Jawabannya tetap: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi.") Jawabannya tetap kalimat yang sama itu. Kalimat ini telah menjadi semboyan Iblis, keahlian Iblis. Mengapa demikian? Bukankah Iblis penuh kebencian? Tentu saja mengucapkan kalimat yang memuakkan ini sekali saja sudah cukup. Mengapa Iblis terus mengulanginya? Ini membuktikan satu hal: natur Iblis tidak berubah. Iblis tidak dapat menggunakan kepura-puraan untuk menyembunyikan rupanya yang buruk. Tuhan mengajukan sebuah pertanyaan kepada Iblis, dan inilah cara dia menjawab. Karena ini yang terjadi, coba bayangkan bagaimana dia pasti memperlakukan manusia! Iblis tidak takut kepada Tuhan, Iblis tidak takut akan Tuhan, dan tidak menaati Tuhan. Jadi Iblis berani dengan sengaja bersikap lancang di hadapan Tuhan, menggunakan kata-kata yang sama ini untuk mengabaikan pertanyaan Tuhan, berulang kali menggunakan jawaban yang sama ini untuk menjawab pertanyaan Tuhan, berusaha menggunakan jawaban ini untuk mengelabui Tuhan—inilah rupa buruk Iblis. Iblis tidak percaya pada kemahakuasaan Tuhan, tidak percaya pada otoritas Tuhan, dan tentu saja tidak mau taat di bawah kekuasaan Tuhan. Iblis selalu bertentangan dengan Tuhan, selalu menyerang semua yang Tuhan lakukan, berusaha menghancurkan semua yang Tuhan lakukan—inilah tujuan jahatnya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 140

Dialog Antara Iblis dan Tuhan Yahweh

Ayub 1:6-11 Pada suatu hari anak-anak Tuhan datang ke hadapan Yahweh dan Iblis juga ada di antara mereka. Maka Yahweh bertanya kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu Yahweh berkata kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, tidak ada seorang pun seperti dia di bumi, yang demikian tak bercela dan jujur, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan." Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Apakah Ayub takut kepada Tuhan begitu saja tanpa mendapat apa pun? Bukankah Engkau memagari dia dan rumahnya, dan semua yang dimilikinya? Engkau memberkati segala pekerjaan tangannya, dan semua miliknya bertambah banyak di negeri itu. Tetapi coba Engkau ulurkan tangan-Mu dan sentuhlah segala yang dimilikinya, ia pasti akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Ayub 2:1-5 Pada suatu hari anak-anak Tuhan datang ke hadapan Yahweh dan Iblis juga ada di antara mereka untuk hadir di hadapan Yahweh. Yahweh bertanya kepada Iblis, "Dari mana engkau?" Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu Yahweh berkata kepada Iblis, "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, tidak ada seorang pun seperti dia di bumi, yang demikian tak bercela dan jujur, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Ia tetap memegang teguh kesalehannya, sekalipun engkau telah membujuk Aku untuk melawannya, menghancurkannya tanpa alasan." Dan Iblis menjawab Yahweh, dan berkata: "Kulit ganti kulit! Ya, semua yang dimiliki manusia akan diberikannya ganti nyawanya. Tetapi ulurkan tangan-Mu dan sentuhlah tulang dan dagingnya, maka ia pasti akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Sebagaimana dicatat dalam kitab Ayub, dua perikop perkataan yang diucapkan oleh Iblis dan hal-hal yang Iblis lakukan ini merupakan perwakilan dari penentangannya terhadap Tuhan dalam rencana pengelolaan enam ribu tahun-Nya—di sini, jati diri Iblis yang sesungguhnya disingkapkan. Pernahkah engkau melihat perkataan dan perbuatan Iblis dalam kehidupan nyata? Ketika engkau melihatnya, engkau mungkin tidak menganggapnya sebagai perkataan yang diucapkan oleh Iblis, melainkan menganggapnya sebagai perkataan yang diucapkan oleh manusia. Apa yang direpresentasikan ketika perkataan semacam itu diucapkan oleh manusia? Iblis yang direpresentasikan. Walaupun engkau mengenali perkataan itu, engkau tetap tidak dapat menangkap bahwa perkataan itu sebenarnya sedang diucapkan oleh Iblis. Namun di sini dan sekarang engkau telah dengan jelas melihat apa yang Iblis sendiri telah katakan. Sekarang engkau memiliki pemahaman yang tegas dan jelas tentang rupa Iblis yang mengerikan dan kejahatan-Nya. Jadi apakah dua perikop yang diucapkan oleh Iblis ini berguna untuk menolong manusia zaman sekarang untuk mendapatkan pengetahuan tentang natur Iblis? Apakah dua perikop ini layak dipertahankan agar umat manusia zaman sekarang dapat mengenali rupa Iblis yang mengerikan, untuk mengenali jati diri Iblis yang sebenarnya? Meskipun ini mungkin sepertinya bukanlah hal yang tepat untuk diucapkan, namun, perkataan ini, yang diucapkan dengan cara itu, dapat dianggap akurat. Sungguh, inilah satu-satunya cara di mana Aku bisa mengungkapkan pemikiran ini, dan jika engkau semua dapat memahaminya, itu sudah cukup. Berulang kali, Iblis menyerang hal-hal yang Yahweh lakukan, dengan melontarkan tuduhan tentang rasa takut Ayub akan Tuhan Yahweh. Iblis berusaha menghasut Yahweh dengan berbagai cara, berusaha membuat Yahweh membiarkannya mencobai Ayub. Karena itu, kata-katanya bersifat sangat provokatif. Jadi katakan kepada-Ku, setelah Iblis mengucapkan perkataan ini, dapatkah Tuhan melihat dengan jelas apa yang Iblis ingin lakukan? (Ya.) Di dalam hati Tuhan, orang yang Tuhan perhatikan ini, Ayub—hamba Tuhan ini, yang Tuhan sebut sebagai orang benar, orang yang sempurna—dapatkah dia menahan pencobaan semacam ini? (Ya.) Mengapa Tuhan sangat yakin tentang itu? Apakah Tuhan selalu memeriksa hati manusia? (Ya.) Jadi apakah Iblis mampu memeriksa hati manusia? Iblis tidak mampu. Bahkan seandainya Iblis dapat melihat hatimu, natur jahatnya tidak akan pernah membiarkannya percaya bahwa kekudusan adalah kekudusan, atau kenajisan adalah kenajisan. Iblis yang jahat tidak pernah bisa menghargai apa pun yang kudus, benar, atau terang. Iblis tidak mampu menahan dirinya untuk tidak terus-menerus bertindak sesuai dengan naturnya, kejahatannya, dan melalui cara yang biasa digunakannya. Bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri untuk dihukum atau dimusnahkan oleh Tuhan, Iblis tidak ragu-ragu untuk melawan Tuhan dengan keras kepala—ini adalah kejahatan, inilah natur si Iblis. Jadi dalam perikop ini, Iblis berkata: "Kulit ganti kulit! Ya, semua yang dimiliki manusia akan diberikannya ganti nyawanya. Tetapi ulurkan tangan-Mu dan sentuhlah tulang dan dagingnya, maka ia pasti akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Iblis berpikir bahwa rasa takut manusia akan Tuhan adalah karena manusia telah memperoleh begitu banyak keuntungan dari Tuhan. Manusia mendapat keuntungan dari Tuhan, jadi dia mengatakan Tuhan itu baik. Namun, itu bukan karena Tuhan itu baik, itu hanya karena manusia memperoleh begitu banyak keuntungan sehingga dia dapat takut akan Tuhan seperti ini. Begitu Tuhan mencabut keuntungan ini dari manusia, dia kemudian meninggalkan Tuhan. Dalam naturnya yang jahat, Iblis tidak percaya bahwa hati manusia dapat benar-benar takut akan Tuhan. Karena naturnya yang jahat, Iblis tidak tahu apa arti kekudusan, apalagi mengetahui apa artinya menghormati dengan penuh rasa takut. Iblis tidak tahu apa artinya menaati Tuhan atau apa artinya takut akan Tuhan. Karena Iblis tidak mengetahui hal-hal itu, dia berpikir bahwa manusia juga tidak dapat takut akan Tuhan. Katakan kepada-Ku, bukankah Iblis itu jahat? Kecuali gereja kita, tidak satu pun dari berbagai agama dan denominasi, atau kelompok agama dan sosial, percaya pada keberadaan Tuhan, apalagi percaya bahwa Tuhan telah menjadi daging dan sedang melakukan pekerjaan penghakiman, sehingga mereka berpikir bahwa apa yang engkau percayai bukanlah Tuhan. Seorang pezinah memandang dan melihat orang lain sebagai pezinah, sama seperti dirinya. Orang yang selalu berbohong memandang ke sekelilingnya dan hanya melihat ketidakjujuran dan kebohongan. Orang jahat melihat orang lain sebagai orang jahat dan ingin melawan semua orang yang dilihatnya. Mereka yang relatif jujur melihat orang lain itu jujur, sehingga mereka selalu ditipu, selalu dicurangi, dan tidak ada yang dapat mereka lakukan tentang hal itu. Aku berikan beberapa contoh ini untuk memperkuat keyakinanmu: natur jahat Iblis bukanlah suatu dorongan sementara atau ditentukan oleh keadaan, ataupun perwujudan sementara yang muncul dari alasan atau latar belakang apa pun. Sama sekali tidak! Iblis tidak mampu selain hanya bersikap seperti ini! Iblis tidak mampu melakukan apa pun yang baik. Bahkan ketika Iblis mengatakan sesuatu yang enak didengar, itu hanya untuk menggodamu. Semakin menyenangkan, semakin bijaksana, semakin lembut perkataannya, semakin jahat niat buruknya di balik perkataan ini. Rupa seperti apa, natur seperti apakah yang ditunjukkan Iblis dalam dua perikop ini? (Berbahaya, kejam, dan jahat.) Ciri-ciri utamanya adalah jahat; di atas segalanya, Iblis itu jahat dan berbahaya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 141

Tuhan menciptakan manusia dan sejak itu telah terus memimpin kehidupan umat manusia. Entah dalam menganugerahkan berkat kepada umat manusia, membuat hukum dan perintah-Nya untuk mereka, atau menetapkan berbagai aturan untuk kehidupan, apakah engkau semua tahu apa tujuan yang Tuhan maksudkan dalam melakukan hal-hal ini? Pertama, dapatkah engkau mengatakan dengan pasti bahwa semua yang Tuhan lakukan adalah demi kebaikan umat manusia? Ini mungkin tampak bagimu seperti kata-kata yang besar dan hampa, tetapi setelah menyelidiki rincian di dalamnya, bukankah segala sesuatu yang Tuhan lakukan dimaksudkan untuk memimpin dan membimbing manusia menuju kehidupan yang normal? Entah itu membuat manusia mematuhi peraturan-Nya atau menaati hukum-Nya, tujuan Tuhan adalah agar manusia tidak menyembah Iblis dan tidak dirusak oleh Iblis; inilah hal yang paling mendasar, dan inilah yang telah dilakukan sejak awal. Pada mulanya, ketika manusia tidak memahami kehendak Tuhan, Dia membuat beberapa hukum dan aturan sederhana dan membuat peraturan yang mencakup semua masalah yang mungkin akan terjadi. Peraturan-peraturan ini sederhana, tetapi di dalamnya mengandung kehendak Tuhan. Tuhan menghargai, menyayangi, dan sangat mengasihi umat manusia. Bukankah memang demikian adanya? (Ya.) Jadi, dapatkah kita mengatakan bahwa hati-Nya kudus? Dapatkah kita mengatakan hati-Nya bersih? (Ya.) Apakah Tuhan punya motif tersembunyi? (Tidak.) Jadi, apakah tujuan-Nya ini benar dan positif? (Ya.) Di sepanjang perjalanan pekerjaan-Nya, semua peraturan yang telah Dia buat menimbulkan efek positif terhadap manusia, memimpin jalan untuk manusia. Jadi adakah pemikiran yang mementingkan diri sendiri dalam pikiran Tuhan? Apakah Tuhan memiliki tujuan lain sehubungan dengan manusia? Apakah Tuhan ingin memakai manusia dengan cara tertentu? (Tidak.) Tidak sama sekali. Tuhan melakukan apa yang Dia katakan, dan firman-Nya dan tindakannya sama dengan pemikiran di hati-Nya. Tidak ada tujuan yang tercemar, tidak ada pikiran yang mementingkan diri sendiri. Dia tidak melakukan apa pun demi diri-Nya sendiri; semua yang Dia lakukan, Dia lakukan untuk manusia, tanpa tujuan pribadi. Meskipun Dia memiliki rencana dan maksud untuk manusia, tak satu pun dari hal-hal itu adalah untuk diri-Nya sendiri. Segala sesuatu yang Dia perbuat dilakukan murni untuk umat manusia, untuk melindungi umat manusia, menjaga agar manusia tidak tersesat. Jadi bukankah hati-Nya ini mulia? Dapatkah engkau melihat indikasi terkecil sekali pun dari hati yang mulia seperti itu pada diri Iblis? Engkau tidak dapat melihat sedikit pun indikasi ini pada diri Iblis. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan diungkapkan secara alami. Sekarang, marilah kita melihat cara Tuhan bekerja; bagaimana Dia melakukan pekerjaannya? Apakah Tuhan membawa semua hukum dan firman-Nya ini dan mengikatkannya dengan erat ke kepala setiap orang seperti mantra pengikat,[a] memaksakannya kepada setiap manusia? Apakah Dia bekerja dengan cara ini? (Tidak.) Jadi, bagaimana cara Tuhan melakukan pekerjaan-Nya? (Dia menuntun kita. Dia menasihati dan mendorong kita.) Apakah Dia mengancam? Apakah Dia berbicara berputar-putar ketika Dia berbicara kepadamu? (Tidak.) Ketika engkau tidak memahami kebenaran, bagaimana Tuhan membimbingmu? (Dia menyinarkan terang.) Dia menyinarkan terang kepadamu, memberitahukan kepadamu dengan jelas bahwa ini tidak sesuai dengan kebenaran, dan kemudian Dia memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan. Dari semua cara kerja Tuhan ini, hubungan dengan Tuhan seperti apa yang kaurasakan? Apakah engkau merasa bahwa itu melampaui pemahamanmu? (Tidak.) Jadi apa yang kaurasakan ketika engkau melihat cara kerja Tuhan ini? Tuhan sangat dekat denganmu; tidak ada jarak antara dirimu dan Tuhan. Ketika Tuhan membimbingmu, ketika Dia membekalimu, membantumu dan mendukungmu, engkau merasakan betapa baiknya Tuhan, rasa hormat yang diilhamkan-Nya; engkau merasakan betapa indahnya Dia, engkau merasakan kehangatan-Nya. Namun ketika Tuhan menegur kerusakanmu, atau ketika Dia menghakimi dan mendisiplinkanmu karena memberontak melawan Dia, cara apa yang Tuhan gunakan? Apakah Dia menegurmu dengan firman? Apakah Dia mendisiplinkanmu melalui lingkunganmu dan melalui orang, urusan, dan berbagai hal? (Ya.) Sejauh mana Tuhan mendisiplinkan engkau? Apakah Tuhan mendisiplinkan manusia pada tingkat yang sama di mana Iblis mencelakai manusia? (Tidak, Tuhan mendisiplinkan manusia hanya sejauh yang mampu manusia tanggung.) Tuhan bekerja dengan cara yang lemah lembut, halus, penuh kasih, dan penuh perhatian, cara yang sangat terukur dan tepat. Cara-Nya tidak menyebabkanmu merasakan emosi yang teramat kuat seperti, "Tuhan harus membiarkanku melakukan ini" atau "Tuhan harus membiarkanku melakukan itu." Tuhan tidak pernah memberimu intensitas mental atau emosi semacam itu yang membuat segala sesuatu menjadi tak tertahankan. Bukankah demikian? Bahkan ketika engkau menerima firman penghakiman dan hajaran dari Tuhan, bagaimana perasaanmu waktu itu? Ketika engkau merasakan otoritas dan kuasa Tuhan, bagaimana perasaanmu waktu itu? Apakah engkau merasa bahwa Tuhan itu ilahi dan tak dapat diganggu gugat? (Ya.) Apakah engkau merasa ada jarak antara dirimu dan Tuhan pada saat-saat ini? Apakah engkau merasa takut kepada Tuhan? Tidak—sebaliknya, engkau merasakan rasa hormat kepada Tuhan. Bukankah karena pekerjaan Tuhan orang merasakan hal-hal ini? Apakah mereka akan memiliki perasaan ini jika Iblis yang bekerja? (Tidak.) Tuhan menggunakan firman-Nya, kebenaran-Nya, dan hidup-Nya untuk terus membekali manusia, untuk mendukung manusia. Ketika manusia lemah, ketika manusia merasa putus asa, Tuhan tentu saja tidak berbicara dengan kasar, dengan berkata: "Jangan merasa putus asa. Untuk apa engkau merasa putus asa? Mengapa engkau lemah? Apa alasanmu untuk menjadi lemah? Engkau selalu sangat lemah, dan engkau selalu sangat negatif. Apa gunanya kauhidup? Mati saja dan selesai sudah!" Apakah Tuhan bekerja dengan cara ini? (Tidak.) Apakah Tuhan memiliki otoritas untuk bertindak seperti ini? (Ya.) Namun Tuhan tidak bertindak dengan cara ini. Alasan mengapa Tuhan tidak bertindak dengan cara ini adalah karena esensi-Nya, esensi kekudusan Tuhan. Kasih-Nya bagi manusia, penghargaan dan kasih sayang-Nya kepada manusia tidak dapat diungkapkan dengan jelas hanya dengan satu atau dua kalimat. Itu bukan sesuatu yang ditimbulkan oleh bualan manusia tetapi merupakan sesuatu yang Tuhan tunjukkan dalam perbuatan nyata; itu merupakan penyingkapan esensi Tuhan. Dapatkah semua cara kerja Tuhan ini membuat manusia melihat kekudusan Tuhan? Dalam semua cara kerja Tuhan ini, termasuk maksud baik Tuhan, termasuk dampak yang Tuhan ingin capai pada manusia, termasuk berbagai cara yang Tuhan gunakan untuk bekerja pada manusia, jenis pekerjaan yang Dia lakukan, apa yang Dia ingin manusia pahami—pernahkah engkau melihat kejahatan atau kecurangan apa pun dalam maksud baik Tuhan? (Tidak.) Jadi dalam segala sesuatu yang Tuhan lakukan, segala sesuatu yang Tuhan katakan, segala sesuatu yang Dia pikirkan di dalam hati-Nya, serta semua esensi Tuhan yang Dia singkapkan—dapatkah kita menyebut Tuhan itu kudus? (Ya.) Pernahkah ada orang yang melihat kekudusan ini di dunia, atau di dalam dirinya sendiri? Selain di dalam diri Tuhan, pernahkah engkau melihat kekudusan di dalam diri manusia, atau di dalam diri Iblis? (Tidak.) Berdasarkan pembahasan kita sejauh ini, dapatkah kita menyebut Tuhan adalah Tuhan itu sendiri yang unik dan kudus? (Ya.) Semua yang Tuhan berikan kepada manusia, termasuk firman Tuhan, berbagai cara Tuhan bekerja dalam diri manusia, apa yang Tuhan beritahukan kepada manusia, apa yang Tuhan ingatkan kepada manusia, apa yang Dia nasihatkan dan anjurkan—semuanya berasal dari satu esensi: kekudusan Tuhan. Jika tidak ada Tuhan yang kudus, tidak ada manusia yang dapat menggantikan posisi-Nya untuk melakukan pekerjaan yang Dia lakukan. Jika Tuhan menyerahkan orang-orang ini sepenuhnya kepada Iblis, pernahkah engkau semua membayangkan keadaan macam apa yang akan engkau semua alami pada zaman sekarang? Apakah engkau semua akan duduk di sini, utuh dan tidak terjamah? Akankah engkau semua juga berkata: "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi"? Akankah engkau begitu berani, sangat yakin dan penuh kesombongan mengucapkan perkataan seperti itu dan membual tanpa tahu malu di hadapan Tuhan? (Ya.) Engkau pasti begitu, tanpa keraguan sedikit pun! Sikap Iblis terhadap manusia membuat manusia memahami bahwa natur dan esensi Iblis sama sekali berbeda dengan esensi Tuhan. Esensi Iblis mana yang berkebalikan dengan kekudusan Tuhan? (Kejahatan Iblis.) Natur jahat Iblis adalah kebalikan dari kekudusan Tuhan. Alasan mengapa sebagian besar orang tidak mengenali penyingkapan dan esensi kekudusan Tuhan ini adalah karena mereka hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis, di dalam kerusakan Iblis, dan di dalam kurungan hidup Iblis. Mereka tidak tahu apa arti kekudusan, atau cara mendefinisikan kekudusan. Bahkan ketika engkau melihat kekudusan Tuhan, engkau tetap tidak mampu mendefinisikannya sebagai kekudusan Tuhan dengan kepastian sedikit pun. Inilah perbedaan di dalam pengetahuan manusia mengenai kekudusan Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Catatan kaki:

a. "Mantra pengikat" adalah mantra yang digunakan biksu Tang Sanzang dalam novel Perjalanan ke Barat. Dia menggunakan mantra ini untuk mengendalikan Sun Wukong dengan mengetatkan ikat kepala logam yang melingkari kepala si raja monyet, menyebabkannya mengalami sakit kepala yang luar biasa, sehingga dia bisa dikendalikan. Ini menjadi kiasan untuk menjelaskan tentang sesuatu yang membelenggu seseorang.


Firman Tuhan Harian: Kutipan 142

Sifat khas macam apa yang menjadi ciri pekerjaan Iblis atas manusia? Engkau seharusnya dapat mengetahui hal ini melalui pengalamanmu sendiri—itu merupakan sifat Iblis yang paling khas, hal yang paling sering dilakukannya, hal yang Iblis coba lakukan kepada setiap orang. Mungkin engkau semua tidak dapat melihat sifat ini, sehingga engkau semua tidak merasa bahwa Iblis sangat menakutkan dan penuh kebencian. Apakah ada yang tahu apa sifat ini? (Semua yang Iblis lakukan, dilakukannya untuk mencelakai manusia.) Bagaimana Iblis mencelakai manusia? Dapatkah engkau memberitahukannya kepada-Ku secara lebih spesifik dan terperinci? (Iblis menggoda, membujuk, dan mencobai manusia.) Benar; ini adalah beberapa cara di mana sifat ini diwujudkan. Iblis juga menipu, menyerang, dan menuduh manusia—semua ini adalah perwujudan dari sifat Iblis. Apakah masih ada lagi? (Iblis berbohong.) Kecurangan dan kebohongan adalah sifat yang paling alami bagi Iblis. Iblis sangat sering melakukan hal-hal ini sehingga kebohongan mengalir dari mulutnya bahkan tanpa perlu berpikir. Ada lagi? (Iblis menabur pertikaian.) Sekarang Aku akan menjelaskan sesuatu kepada engkau semua yang akan menakutkanmu, tetapi Aku tidak melakukannya untuk menakut-nakutimu. Tuhan bekerja atas manusia dan mengasihi manusia baik dalam sikap-Nya maupun dalam hati-Nya. Sebaliknya, apakah Iblis mengasihi manusia? Tidak, Iblis tidak mengasihi manusia. Sebaliknya, dia menghabiskan banyak waktu berpikir tentang mencelakai manusia. Bukankah benar demikian? Ketika Iblis berpikir tentang mencelakai manusia, apakah keadaan pikirannya mendesak? (Ya.) Jadi, mengenai pekerjaan Iblis atas manusia, Aku memiliki dua kalimat yang dapat menggambarkan dengan jelas natur Iblis yang berbahaya dan jahat, yang benar-benar dapat membuat engkau semua mengetahui kebencian Iblis: saat Iblis mendekati manusia, dia selalu ingin secara paksa merasuki dan menguasai manusia, setiap manusia, sampai pada titik di mana dia sepenuhnya mengendalikan dan mencelakai manusia secara menyakitkan, sehingga dia dapat mencapai tujuan dan ambisinya yang liar. Apa artinya "secara paksa merasuki"? Apakah itu terjadi dengan persetujuanmu, atau tanpa persetujuanmu? Apakah itu terjadi dengan sepengetahuanmu, atau tanpa sepengetahuanmu? Jawabannya adalah, itu terjadi sepenuhnya tanpa sepengetahuanmu! Itu terjadi dalam keadaan di mana engkau tidak menyadarinya, bahkan mungkin tanpa Iblis mengatakan atau melakukan apa-apa kepadamu, tanpa alasan, tanpa konteks—di sanalah Iblis berada, mengelilingimu, mengepungmu. Iblis mencari sebuah kesempatan untuk dimanfaatkan dan kemudian Iblis secara paksa merasukimu, menguasaimu, mencapai tujuannya untuk sepenuhnya mengendalikanmu dan mencelakaimu. Inilah niat dan perilaku Iblis yang paling khas sementara dia berjuang untuk merebut manusia dari Tuhan. Bagaimana perasaanmu ketika engkau semua mendengar hal ini? (Merasa takut dan ngeri di hati kami.) Apakah engkau merasa muak? (Ya.) Ketika engkau semua merasa muak, apakah menurutmu Iblis tidak tahu malu? Ketika engkau semua menganggap Iblis tidak tahu malu, apakah engkau semua kemudian merasa muak dengan orang-orang di sekitarmu yang selalu ingin mengendalikanmu, mereka yang memiliki ambisi liar untuk mengejar status dan kepentingan pribadi? (Ya.) Jadi cara apa yang Iblis gunakan untuk secara paksa menguasai dan merasuki manusia? Apakah engkau semua jelas tentang hal ini? Ketika engkau mendengar dua istilah "perasukan paksa" dan "penguasaan," engkau merasa muak dan engkau dapat merasakan kejahatan tentang kata-kata ini. Tanpa persetujuanmu atau sepengetahuanmu, Iblis menguasaimu, merasukimu, dan merusakmu dengan paksa. Apa yang dapat engkau rasakan di hatimu? Apakah engkau merasa benci dan muak? (Ya.) Ketika engkau merasa benci dan muak terhadap cara Iblis ini, perasaan seperti apakah yang engkau rasakan kepada Tuhan? (Rasa syukur.) Rasa syukur kepada Tuhan karena menyelamatkanmu. Jadi sekarang, pada saat ini, apakah engkau memiliki keinginan atau kehendak untuk mengizinkan Tuhan mengambil alih dan menguasai segala yang engkau miliki dan dirimu? (Ya.) Dalam konteks apa engkau menjawab demikian? Apakah engkau mengatakan "ya" karena engkau takut dirasuki dan dikuasai secara paksa oleh Iblis? (Ya.) Engkau tidak boleh memiliki mentalitas seperti ini; itu tidak benar. Jangan takut, Tuhan ada di sini. Tidak ada yang perlu ditakuti. Setelah engkau memahami esensi jahat Iblis, engkau harus memiliki pemahaman yang lebih tepat atau penghargaan yang lebih dalam terhadap kasih Tuhan, maksud baik Tuhan, belas kasihan dan toleransi Tuhan terhadap manusia dan watak-Nya yang benar. Iblis sangat penuh kebencian, tetapi jika ini masih belum mengilhami kasih-Mu kepada Tuhan serta kebergantungan dan kepercayaanmu kepada Tuhan, lalu orang macam apakah engkau? Apakah engkau mau membiarkan Iblis mencelakaimu? Setelah melihat kejahatan dan keburukan Iblis, kita berbalik dan kemudian memandang Tuhan. Sudahkah pengetahuanmu akan Tuhan sekarang mengalami perubahan? Dapatkah kita mengatakan bahwa Tuhan itu kudus? Dapatkah kita mengatakan bahwa Tuhan itu sempurna? "Tuhan itu adalah kekudusan yang unik"—dapatkah Tuhan memenuhi sebutan ini? (Ya.) Jadi di dunia dan di antara segala sesuatu, bukankah hanya Tuhan itu sendiri yang dapat memenuhi pemahaman yang manusia miliki tentang Tuhan ini? Apakah ada yang lain yang dapat memenuhinya? (Tidak.) Jadi, apa sebenarnya yang Tuhan berikan kepada manusia? Apakah Dia hanya memberimu sedikit perhatian, kepedulian, dan pertimbangan tanpa engkau menyadarinya? Apa yang telah Tuhan berikan kepada manusia? Tuhan telah memberikan kehidupan kepada manusia, memberi manusia segalanya, dan menganugerahkan semua ini kepada manusia tanpa syarat tanpa tuntutan apa pun, tanpa motif tersembunyi sedikit pun. Dia menggunakan kebenaran, firman-Nya, dan hidup-Nya untuk memimpin dan membimbing manusia, menjauhkan manusia dari bahaya Iblis, jauh dari pencobaan dan bujukan Iblis, membuat manusia dapat melihat dengan jelas natur jahat dan rupa Iblis yang menyeramkan. Apakah kasih dan perhatian Tuhan kepada umat manusia itu nyata? Apakah itu sesuatu yang dapat engkau semua alami? (Ya.)

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 143

Lihatlah kembali kehidupanmu sampai sekarang, pada semua pekerjaan yang telah Tuhan lakukan pada dirimu dalam tahun-tahun imanmu. Entah perasaan yang membangkitkanmu ini dalam atau dangkal, bukankah itu adalah hal yang paling diperlukan bagimu? Bukankah itu yang paling perlu untuk engkau dapatkan? (Ya.) Bukankah ini adalah kebenaran? Bukankah ini adalah kehidupan? (Ya.) Pernahkah Tuhan memberimu pencerahan, dan kemudian memintamu untuk memberikan sesuatu kepada-Nya sebagai imbalan atas semua yang telah Dia berikan kepadamu? (Tidak.) Jadi apa tujuan Tuhan? Mengapa Tuhan melakukan ini? Apakah Tuhan memiliki tujuan untuk merasuki dirimu? (Tidak.) Apakah Tuhan ingin bertakhta di dalam hati manusia? (Ya.) Jadi apa perbedaan antara Tuhan yang bertakhta dan Iblis yang merasuki secara paksa? Tuhan ingin mendapatkan hati manusia, Dia ingin memenuhi hati manusia—apa artinya ini? Apakah ini berarti bahwa Tuhan ingin manusia menjadi boneka-Nya, mesin-Nya? (Tidak.) Jadi, apa tujuan Tuhan? Apakah ada perbedaan antara Tuhan yang ingin memenuhi hati manusia dan perasukan serta penguasaan manusia secara paksa oleh Iblis? (Ya.) Apa perbedaannya? Dapatkah engkau memberitahuku dengan jelas? (Iblis melakukannya secara paksa sedangkan Tuhan membiarkan manusia untuk secara sukarela menyerahkan dirinya.) Apakah ini perbedaannya? Untuk apa Tuhan menginginkan hatimu? Dan untuk apa Tuhan ingin memenuhi dirimu? Di dalam hatimu, bagaimana engkau memahami, "Tuhan memenuhi hati manusia"? Di sini, kita harus bersikap adil dalam cara kita berbicara tentang Tuhan, kalau tidak, orang akan selalu salah paham dan berpikir: "Tuhan selalu ingin memenuhi diriku. Untuk apa Dia ingin memenuhi diriku? Aku tidak ingin dipenuhi, aku hanya ingin menjadi tuan atas diriku sendiri. Engkau berkata bahwa Iblis merasuki manusia, tetapi Tuhan juga memenuhi manusia. Bukankah ini sama? Aku tidak mau membiarkan siapa pun memenuhi diriku. Aku adalah diriku sendiri!" Apa perbedaannya di sini? Luangkan waktu sejenak untuk merenungkannya. Aku bertanya kepada engkau semua, apakah "Tuhan memenuhi manusia" adalah sebuah kalimat kosong? Apakah Tuhan memenuhi manusia berarti bahwa Dia hidup di dalam hatimu dan mengendalikan setiap perkataan dan setiap perbuatanmu? Jika Dia menyuruhmu duduk, apakah engkau tidak berani berdiri? Jika Dia menyuruhmu pergi ke timur, apakah engkau tidak berani pergi ke barat? Apakah "memenuhi" ini mengacu pada hal-hal di atas? (Tidak. Tuhan ingin manusia hidup dalam apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia.) Selama bertahun-tahun Tuhan telah memimpin manusia, dalam pekerjaan-Nya pada diri manusia sampai sekarang di tahap terakhir ini, hasil apakah yang diharapkan dalam diri manusia atas semua firman yang telah Dia sampaikan? Apakah supaya manusia hidup dalam apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia? Melihat makna harfiah dari "Tuhan memenuhi hati manusia", tampaknya seolah-olah Tuhan mengambil hati manusia dan memenuhinya, hidup di dalamnya, dan tidak keluar lagi; Dia menjadi penguasa hati manusia dan mampu menguasai dan memanipulasi hati manusia sesuka hati, sehingga manusia harus melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan kepadanya. Dalam pengertian ini, tampaknya seolah-olah setiap orang dapat menjadi Tuhan dan memiliki esensi dan watak-Nya. Jadi dalam hal ini, dapatkah manusia juga melakukan perbuatan Tuhan? Dapatkah "memenuhi" dijelaskan seperti ini? (Tidak.) Jadi, apa artinya memenuhi? Aku mengajukan pertanyaan ini kepada engkau semua: apakah semua firman dan kebenaran yang Tuhan berikan kepada manusia merupakan penyingkapan esensi Tuhan serta apa yang miliki-Nya dan siapa Dia? (Ya.) Ini memang benar. Namun apakah penting bahwa Tuhan itu sendiri yang melakukan dan memiliki semua firman yang Dia berikan kepada manusia? Luangkan waktu sejenak untuk memikirkannya. Ketika Tuhan menghakimi manusia, mengapa dia menghakimi? Bagaimana firman ini bisa terwujud? Apa isi dari firman yang Tuhan ucapkan ini ketika Dia menghakimi manusia? Didasarkan pada apakah firman tersebut? Apakah firman tersebut didasarkan pada watak manusia yang rusak? (Ya.) Jadi apakah hasil yang dicapai oleh penghakiman Tuhan atas manusia didasarkan pada esensi Tuhan? (Ya.) Jadi apakah "Tuhan memenuhi manusia" merupakan kalimat kosong? Tentu saja tidak. Jadi mengapa Tuhan mengucapkan firman ini kepada manusia? Apa tujuan-Nya mengucapkan firman ini? Apakah Dia ingin menggunakan firman ini untuk berfungsi sebagai hidup manusia? (Ya.) Tuhan ingin menggunakan seluruh kebenaran yang telah Dia ucapkan dalam firman ini untuk bertindak sebagai hidup manusia. Ketika manusia menerima semua kebenaran dan firman Tuhan ini dan mewujudkannya ke dalam kehidupannya sendiri, dapatkah manusia kemudian menaati Tuhan? Dapatkah manusia kemudian takut akan Tuhan? Dapatkah manusia kemudian menjauhi kejahatan? Saat manusia telah mencapai tahap ini, dapatkah dia kemudian menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan? Apakah manusia kemudian berada pada posisi tunduk pada otoritas Tuhan? Ketika orang-orang seperti Ayub, atau seperti Petrus, mencapai akhir hidup mereka, ketika kehidupan mereka dapat dianggap telah mencapai kedewasaan, ketika mereka memiliki pemahaman yang nyata tentang Tuhan—dapatkah Iblis tetap menyesatkan mereka? Dapatkah Iblis tetap merasuki mereka? Dapatkah Iblis tetap menguasai mereka secara paksa? (Tidak.) Jadi, orang seperti apakah ini? Apakah ini orang yang telah sepenuhnya didapatkan oleh Tuhan? (Ya.) Pada tingkat makna ini, bagaimana engkau semua memandang orang semacam ini yang telah sepenuhnya didapatkan oleh Tuhan? Dari sudut pandang Tuhan, dalam keadaan seperti ini, Dia telah memenuhi hati orang ini. Namun apa yang orang ini rasakan? Apakah dia merasakan firman Tuhan, otoritas Tuhan, dan jalan Tuhan, menjadi kehidupan di dalam diri manusia, sehingga kehidupan ini memenuhi seluruh keberadaan manusia, membuat segala sesuatu yang dia hidup di dalamnya serta esensinya cukup untuk memuaskan Tuhan? Dari sudut pandang Tuhan, apakah hati manusia pada saat ini dipenuhi oleh-Nya? (Ya.) Bagaimana engkau semua memahami tingkat makna ini sekarang? Apakah Roh Tuhan yang memenuhi dirimu? (Tidak, firman Tuhanlah yang memenuhi hati kami.) Jalan Tuhan dan firman Tuhanlah yang telah menjadi hidupmu, dan kebenaranlah yang telah menjadi hidupmu. Pada saat ini, manusia kemudian memiliki kehidupan yang berasal dari Tuhan, tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Tuhan. Dengan kata lain, kita tidak dapat mengatakan bahwa kehidupan yang harus manusia dapatkan dari firman Tuhan adalah kehidupan Tuhan. Jadi, berapa lama pun manusia mengikuti Tuhan, sebanyak apa pun firman yang didapat manusia dari Tuhan, manusia tidak akan pernah menjadi Tuhan. Bahkan seandainya suatu hari Tuhan berkata, "Aku telah memenuhi hatimu, engkau sekarang memiliki kehidupan-Ku," apakah engkau kemudian akan merasa bahwa engkau adalah Tuhan? (Tidak.) Lalu, akan menjadi apakah engkau? Bukankah engkau akan memiliki ketaatan mutlak kepada Tuhan? Bukankah tubuh dan hatimu akan dipenuhi oleh kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepadamu? Ini akan menjadi perwujudan yang sangat normal dari apa yang terjadi ketika Tuhan memenuhi hati manusia. Ini adalah fakta. Jadi dengan melihatnya dari aspek ini, dapatkah manusia menjadi Tuhan? Ketika manusia telah mendapatkan semua firman Tuhan, ketika manusia dapat takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dapatkah manusia kemudian memiliki identitas dan esensi Tuhan? (Tidak.) Apa pun yang terjadi, kesimpulannya adalah, manusia tetaplah manusia. Engkau adalah makhluk ciptaan; ketika engkau telah menerima firman Tuhan dari Tuhan dan menerima jalan Tuhan, engkau hanya memiliki kehidupan yang berasal dari firman Tuhan, dan tidak pernah bisa menjadi Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 144

Pencobaan Iblis

Matius 4:1-4 Lalu Yesus dipimpin oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan ketika Dia sudah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, Dia pun lapar. Lalu sang pencoba itu datang kepada-Nya, dan berkata: "Jika Engkau Anak Tuhan, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis, Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan."

Ini adalah perkataan yang diucapkan Iblis ketika pertama kali berusaha mencobai Tuhan Yesus. Apa isi perkataan Iblis? ("Jika Engkau Anak Tuhan, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.") Perkataan yang Iblis ucapkan ini cukup sederhana, tetapi adakah masalah dengan esensinya? Iblis berkata: "Jika Engkau Anak Tuhan," tetapi di dalam hatinya, apakah Iblis tahu atau tidak bahwa Yesus adalah Anak Tuhan? Apakah dia tahu atau tidak bahwa Yesus adalah Kristus? (Dia tahu.) Lalu, mengapa dia mengatakan "Jika Engkau"? (Iblis berusaha mencobai Tuhan.) Namun, apa tujuannya melakukan ini? Dia berkata: "Jika Engkau Anak Tuhan." Di dalam hatinya, dia tahu bahwa Yesus Kristus adalah Anak Tuhan, dia tahu dengan sangat jelas tentang ini di dalam hatinya, tetapi meskipun mengetahui hal ini, apakah Iblis tunduk kepada-Nya dan menyembah-Nya? (Tidak.) Apa yang ingin dia lakukan? Dia ingin menggunakan cara ini dan perkataan ini untuk membuat Tuhan Yesus marah, lalu menipu-Nya sehingga bertindak sesuai dengan niatnya. Bukankah ini niat di balik perkataan Iblis? Di dalam hatinya, Iblis jelas tahu ini adalah Tuhan Yesus Kristus, tetapi dia tetap mengucapkan perkataan ini. Bukankah inilah natur Iblis? Seperti apa natur Iblis itu? (Licik, jahat, dan tidak menghormati Tuhan.) Apa konsekuensi yang diakibatkan oleh tidak memiliki rasa hormat terhadap Tuhan? Bukankah dia ingin menyerang Tuhan? Dia ingin menggunakan cara ini untuk menyerang Tuhan, jadi dia berkata: "Jika Engkau Anak Tuhan, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti"; bukankah ini niat jahat Iblis? Apa yang sebenarnya berusaha dia lakukan? Tujuan Iblis sangat jelas: Dia berusaha menggunakan cara ini untuk menyangkali kedudukan dan identitas Tuhan Yesus Kristus. Yang Iblis maksudkan dengan perkataannya itu adalah, "Jika Engkau Anak Tuhan, ubah batu-batu ini menjadi roti. Jika Engkau tidak bisa melakukannya, maka Engkau bukan Anak Tuhan, jadi Engkau tidak boleh lagi melakukan pekerjaan-Mu." Bukankah demikian? Iblis ingin menggunakan cara ini untuk menyerang Tuhan, dia ingin merusak dan menghancurkan pekerjaan Tuhan; inilah kedengkian Iblis. Kedengkian Iblis merupakan ungkapan alami dari naturnya. Meskipun dia tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Anak Tuhan, inkarnasi Tuhan itu sendiri, dia tetap melakukan perbuatan seperti ini, dengan membuntuti Tuhan dari belakang dan terus menyerang-Nya serta berusaha keras untuk mengganggu dan merusak pekerjaan Tuhan.

Sekarang, mari kita menganalisis frasa yang Iblis ucapkan: "Perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Mengubah batu menjadi roti—apakah ucapan ini ada maksudnya? Jika ada makanan, mengapa tidak memakannya? Mengapa perlu mengubah batu menjadi makanan? Dapatkah dikatakan bahwa ucapan itu tidak ada artinya di sini? Meskipun sedang berpuasa pada saat itu, tentunya Tuhan Yesus memiliki makanan untuk dimakan, bukan? (Ya.) Jadi, di sini, kita bisa melihat betapa tidak masuk akalnya perkataan Iblis. Dari seluruh pengkhianatan dan kedengkiannya, kita tetap bisa melihat sikap Iblis yang tidak masuk akal dan kekonyolannya. Iblis melakukan sejumlah hal yang melaluinya engkau dapat melihat naturnya yang jahat; engkau bisa melihatnya melakukan berbagai hal yang merusak pekerjaan Tuhan, dan dengan melihat ini, engkau merasakan betapa Iblis penuh dengan kebencian dan kegeraman. Namun, di sisi lain, bukankah engkau bisa melihat natur Iblis yang kekanak-kanakan dan menggelikan di balik perkataan dan tindakannya? Ini adalah penyingkapan tentang natur Iblis; karena dia memiliki natur seperti ini, dia akan melakukan hal semacam ini. Bagi orang-orang pada zaman sekarang, perkataan Iblis ini tidak masuk akal dan menggelikan. Namun, Iblis memang mampu mengucapkan perkataan-perkataan seperti itu. Dapatkah kita katakan bahwa Iblis itu bodoh dan konyol? Kejahatan Iblis ada di mana-mana dan tersingkap secara terus-menerus. Dan bagaimana Tuhan Yesus menjawabnya? ("Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan.") Apakah perkataan ini berkuasa? (Ya.) Mengapa kita katakan bahwa perkataan ini berkuasa? Karena perkataan ini adalah kebenaran. Jadi, apakah manusia hidup hanya dari roti? Tuhan Yesus berpuasa selama 40 hari, 40 malam. Apakah Dia mati kelaparan? (Tidak.) Dia tidak mati kelaparan, jadi Iblis mendekati Dia, mendorong Dia untuk mengubah batu menjadi makanan dengan mengatakan hal-hal seperti ini: "Jika Engkau mengubah batu menjadi makanan, bukankah Engkau kemudian mendapatkan sesuatu untuk Kaumakan? Bukankah Engkau tidak perlu berpuasa, tidak perlu merasa lapar?" Namun Tuhan Yesus berkata: "Manusia hidup bukan hanya dari roti," yang berarti bahwa, meskipun manusia hidup dalam tubuh jasmani, makanan bukanlah hal yang membuat tubuh jasmaninya hidup dan bernapas, melainkan setiap firman yang diucapkan dari mulut Tuhan. Di satu sisi, perkataan ini adalah kebenaran; perkataan ini memberi iman kepada manusia, membuat manusia merasa bahwa mereka bisa mengandalkan Tuhan, dan bahwa Dia adalah kebenaran. Di sisi lain, adakah aspek nyata dari perkataan ini? Bukankah Tuhan Yesus masih berdiri, masih hidup setelah berpuasa selama 40 hari 40 malam? Bukankah ini contoh nyata? Dia tidak makan makanan apa pun selama 40 hari 40 malam, tetapi Dia masih hidup. Ini adalah bukti kuat yang menegaskan kebenaran firman-Nya. Perkataan ini sederhana, tetapi bagi Tuhan Yesus, apakah Dia mengatakannya hanya ketika Iblis mencobai-Nya, atau apakah perkataan itu memang merupakan bagian dari diri-Nya secara alami? Dengan kata lain, Tuhan adalah kebenaran, dan Tuhan adalah kehidupan, tetapi apakah kebenaran dan kehidupan Tuhan merupakan tambahan yang didapatkan belakangan? Apakah kebenaran dan kehidupan ini lahir dari pengalaman? Tidak—kebenaran dan kehidupan merupakan sifat bawaan Tuhan. Artinya, kebenaran dan kehidupan adalah esensi Tuhan. Apa pun yang terjadi pada diri-Nya, semua yang Dia ungkapkan adalah kebenaran. Kebenaran ini, perkataan ini—baik isi perkataan-Nya panjang atau pendek—dapat memampukan manusia untuk hidup dan memberikan kepada manusia kehidupan; perkataan ini memampukan manusia untuk mendapatkan kebenaran dan kejelasan tentang jalan hidup manusia, dan memampukan mereka untuk beriman kepada Tuhan. Dengan kata lain, sumber penggunaan perkataan ini oleh Tuhan adalah positif. Jadi dapatkah kita katakan bahwa hal positif ini adalah kudus? (Ya.) Perkataan Iblis berasal dari natur Iblis. Iblis menyingkapkan naturnya yang jahat dan keji di mana pun, secara terus-menerus. Lalu, apakah Iblis menyingkapkan dirinya secara alami? Apakah ada yang mengarahkan Iblis untuk melakukan ini? Apakah ada yang membantunya? Apakah ada yang memaksanya? (Tidak.) Semua penyingkapan ini, dia melakukannya atas kemauannya sendiri. Inilah natur jahat Iblis. Apa pun yang Tuhan lakukan dan bagaimanapun Dia melakukannya, Iblis terus mengekori-Nya. Esensi dan natur sebenarnya dari hal-hal yang Iblis katakan dan lakukan adalah esensi Iblis—sebuah esensi yang jahat dan keji.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 145

Matius 4:5-7 Lalu Iblis membawa-Nya ke kota suci, dan menempatkan Dia di puncak Bait Suci, dan berkata kepada-Nya, Jika Engkau Anak Tuhan, jatuhkan diri-Mu: karena ada tertulis, Dia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya menjaga Engkau: mereka akan menopang Engkau dengan tangan mereka supaya kaki-Mu tidak terkena batu. Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis lagi, jangan Engkau mencobai Tuhanmu."

Pertama-tama, mari kita melihat perkataan yang Iblis ucapkan di sini. Iblis berkata: "Jika Engkau Anak Tuhan, jatuhkan diri-Mu," dan kemudian Iblis mengutip dari Alkitab, "Dia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya menjaga Engkau: mereka akan menopang Engkau dengan tangan mereka supaya kaki-Mu tidak terkena batu." Bagaimana perasaanmu ketika mendengar perkataan Iblis? Bukankah perkataannya sangat kekanak-kanakan? Perkataan itu kekanak-kanakan, tidak masuk akal, dan memuakkan. Mengapa Aku berkata demikian? Iblis sering melakukan hal-hal bodoh, dan dia menganggap dirinya sangat pintar. Iblis sering mengutip dari Alkitab—bahkan kata-kata yang diucapkan oleh Tuhan—berusaha menggunakan perkataan ini untuk melawan Tuhan, untuk menyerang Dia dan mencobai Dia dalam upaya mencapai tujuannya yaitu merusak rencana pekerjaan Tuhan. Dapatkah engkau melihat sesuatu dalam perkataan yang Iblis ucapkan? (Ada niat jahat di dalamnya.) Dalam semua yang Iblis lakukan, dia selalu berusaha mencobai manusia. Iblis tidak berbicara secara lugas, tetapi dia berbicara dengan cara berputar-putar menggunakan godaan, tipuan, dan rayuan. Iblis mencobai Tuhan dengan menganggap Tuhan seolah-olah manusia biasa, mengira bahwa Tuhan juga tidak tahu apa-apa, bodoh, dan tidak dapat membedakan dengan jelas hal-hal sebagaimana yang sebenarnya, sama seperti manusia tidak mampu melakukannya. Iblis mengira bahwa Tuhan itu sama seperti manusia tidak dapat mengetahui esensi Iblis yang sebenarnya serta niatnya yang jahat dan tipu muslihatnya. Bukankah inilah kebodohan Iblis? Selain itu, Iblis secara terus terang mengutip dari Alkitab, mengira bahwa dengan melakukannya dia menjadi dapat dipercaya dan bahwa engkau tidak akan dapat menemukan kekurangan apa pun dalam perkataannya atau terhindar dibodohi olehnya. Bukankah Iblis tidak masuk akal dan kekanak-kanakan? Ini sama seperti ketika beberapa orang menyebarkan Injil dan bersaksi bagi Tuhan: Bukankah orang tidak percaya terkadang mengatakan sesuatu yang mirip dengan apa yang Iblis katakan? Pernahkah engkau semua mendengar orang mengatakan hal serupa? Bagaimana perasaanmu ketika engkau mendengar hal-hal seperti itu? Apakah engkau merasa muak? (Ya.) Ketika engkau merasa muak, apakah engkau juga merasakan ketidaksukaan dan kebencian? Ketika engkau merasakan perasaan-perasaan ini, apakah engkau mampu mengetahui bahwa Iblis dan watak jahat Iblis yang bekerja dalam diri manusia itu jahat? Di dalam hatimu, apakah engkau pernah menyadari hal ini, yaitu bahwa, "Ketika Iblis berbicara, dia melakukannya sebagai serangan dan godaan; perkataan Iblis tidak masuk akal, menggelikan, kekanak-kanakan, dan memuakkan; namun, Tuhan tidak pernah berbicara atau bekerja dengan cara seperti itu, memang Dia tidak perbah melakukan yang seperti itu"? Tentu saja, dalam keadaan ini orang hanya bisa merasakannya secara samar-samar, dan mereka tetap tidak dapat memahami kekudusan Tuhan. Bukankah demikian? Dengan tingkat pertumbuhanmu saat ini, engkau semua hanya merasa bahwa: "Segala sesuatu yang Tuhan katakan adalah kebenaran, bermanfaat bagi kita, dan kita harus menerimanya." Terlepas apakah engkau dapat menerima ini atau tidak, tanpa kecuali engkau mengatakan bahwa firman Tuhan adalah kebenaran dan bahwa Tuhan adalah kebenaran, tetapi engkau tidak tahu bahwa kebenaran itu sendiri adalah kudus dan bahwa Tuhan itu kudus.

Jadi, apa tanggapan Yesus terhadap perkataan Iblis? Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis lagi, jangan Engkau mencobai Tuhanmu." Adakah kebenaran dalam perkataan yang Yesus ucapkan? (Ya.) Ada kebenaran di dalamnya. Selintas, perkataan ini adalah sebuah perintah yang harus manusia ikuti, sebuah kalimat sederhana, tetapi sekalipun demikian, baik manusia maupun Iblis telah sering kali melanggar perkataan ini. Jadi, Tuhan Yesus berkata kepada Iblis: "Jangan engkau mencobai Tuhanmu," karena inilah yang sering Iblis lakukan, dan dia melakukan segala upaya untuk melakukannya. Dapat dikatakan bahwa Iblis melakukan ini dengan berani dan tanpa rasa malu. Sudah menjadi natur esensi Iblis bahwa dia tidak takut akan Tuhan dan tidak punya rasa hormat kepada Tuhan di dalam hatinya. Bahkan ketika Iblis berada di samping Tuhan dan bisa melihat-Nya, dia tidak dapat menahan dirinya untuk mencobai Tuhan. Karena itu, Tuhan Yesus berkata kepada Iblis: "Jangan engkau mencobai Tuhanmu." Ini adalah perkataan yang sering Tuhan katakan kepada Iblis. Jadi, apakah kalimat ini masih berlaku untuk masa sekarang? (Ya, karena kita juga sering mencobai Tuhan.) Mengapa orang sering mencobai Tuhan? Apakah karena manusia penuh dengan watak Iblis yang rusak? (Ya.) Jadi, apakah perkataan Iblis di atas adalah sesuatu yang sering orang katakan? Dan dalam keadaan apa orang mengatakan perkataan ini? Bisa dikatakan bahwa orang mengatakan hal-hal seperti ini terlepas dari waktu dan tempat mereka berada. Ini membuktikan bahwa watak manusia tidak berbeda dari watak rusak Iblis. Tuhan Yesus mengucapkan beberapa patah kata sederhana, perkataan yang merepresentasikan kebenaran, perkataan yang manusia butuhkan. Namun, dalam situasi ini apakah Tuhan Yesus berbicara sedemikian rupa untuk berdebat dengan Iblis? Adakah sesuatu yang konfrontatif dalam apa yang Dia katakan kepada Iblis? (Tidak.) Bagaimana perasaan Tuhan Yesus di dalam hati-Nya mengenai pencobaan Iblis ini? Apakah Dia merasa muak dan jijik? (Ya.) Tuhan Yesus merasa muak dan jijik, tetapi Dia tidak berdebat dengan Iblis, apalagi mengatakan tentang prinsip besar apa pun. Mengapa demikian? (Karena Iblis selalu seperti ini, dia tidak akan pernah berubah.) Dapatkah kita katakan bahwa Iblis tidak masuk akal? (Ya.) Dapatkah Iblis mengakui bahwa Tuhan adalah kebenaran? Iblis tidak akan pernah mengakui bahwa Tuhan adalah kebenaran dan tidak akan pernah menerima bahwa Tuhan adalah kebenaran; inilah naturnya. Ada aspek lain dari natur Iblis yang menjijikkan. Apakah itu? Dalam upayanya mencobai Tuhan Yesus, Iblis berpikir bahwa sekalipun dia tidak berhasil, dia bagaimanapun akan tetap mencobanya. Meskipun dia akan dihukum, dia tetap akan melakukannya. Meskipun dia tidak akan mendapatkan keuntungan dari perbuatannya itu, dia tetap akan berusaha melakukannya, bersikukuh dalam upayanya dan terus menentang Tuhan sampai akhir. Natur seperti apakah ini? Bukankah ini natur yang jahat? Jika seorang manusia menjadi gusar dan meledak kemarahannya ketika membahas tentang Tuhan, apakah orang tersebut sudah melihat Tuhan? Apakah dia mengenal siapa Tuhan? Dia tidak mengenal siapa Tuhan, tidak percaya kepada-Nya, dan Tuhan tidak pernah berbicara kepadanya. Tuhan tidak pernah mengganggu dirinya, jadi mengapa dia marah? Dapatkah kita katakan bahwa orang seperti ini jahat? Tren duniawi, makan, minum, berfoya-foya, dan mengejar-ngejar selebriti—tak satu pun dari hal-hal ini mengganggu orang semacam itu. Akan tetapi, begitu kata "Tuhan" atau firman Tuhan kebenaran disebut-sebut, amarahnya langsung meledak. Bukankah ini merupakan natur yang jahat? Ini cukup membuktikan bahwa inilah natur jahat manusia. Sekarang, berbicara mengenai dirimu sendiri, adakah waktu ketika kebenaran disebutkan, atau ketika Tuhan menguji manusia atau ketika firman penghakiman Tuhan terhadap manusia disebutkan, engkau semua merasakan kebencian; engkau merasa muak, dan engkau tidak ingin mendengar hal-hal semacam itu? Dalam hatimu engkau mungkin berpikir: "Bukankah semua orang mengatakan bahwa Tuhan adalah kebenaran? Beberapa dari perkataan ini bukan kebenaran! Perkataan-perkataan itu jelas hanya merupakan firman peringatan Tuhan terhadap manusia!" Bahkan sebagian orang mungkin merasakan kebencian hebat di dalam hati mereka, dan berpikir: "Ini dibicarakan hampir setiap hari—ujian-Nya, penghakiman-Nya, kapan ini akan berakhir? Kapan kita akan menerima tempat tujuan yang baik?" Tidak diketahui dari mana kemarahan yang tidak masuk akal ini berasal. Natur seperti apakah ini? (Natur yang jahat.) Natur ini diarahkan dan dituntun oleh natur jahat Iblis. Dari sudut pandang Tuhan, berkenaan dengan natur jahat Iblis dan watak rusak manusia, Dia tidak pernah berdebat atau menyimpan dendam terhadap manusia, dan Dia tidak pernah ribut ketika manusia bertindak bodoh. Engkau tidak akan melihat Tuhan menganut pandangan yang sama dengan manusia tentang berbagai hal, dan selain itu engkau tidak akan melihat Dia menggunakan sudut pandang, pengetahuan, ilmu pengetahuan, falsafah, ataupun imajinasi manusia untuk menangani berbagai perkara. Sebaliknya, segala sesuatu yang Tuhan lakukan dan semua yang Dia ungkapkan berkaitan dengan kebenaran. Artinya, setiap kata yang Dia ucapkan dan setiap tindakan Dia lakukan terikat oleh kebenaran. Kebenaran ini bukan merupakan produk dari khayalan yang tak berdasar; kebenaran dan perkataan ini diungkapkan oleh Tuhan berdasarkan prinsip esensi-Nya dan hidup-Nya. Karena perkataan ini dan esensi semua yang telah Tuhan lakukan adalah kebenaran, kita bisa katakan bahwa esensi Tuhan itu kudus. Dengan kata lain, segala sesuatu yang Tuhan katakan dan lakukan membawa semangat hidup dan cahaya bagi manusia, memampukan manusia untuk melihat hal-hal positif dan realitas dari hal-hal positif tersebut, serta menunjukkan jalan bagi manusia, sehingga mereka dapat berjalan di jalan yang benar. Semua hal ini ditentukan oleh esensi Tuhan dan oleh esensi kekudusan-Nya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 146

Matius 4:8-11 Sekali lagi, Iblis membawanya ke gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan di dunia dan kemegahannya; lalu berkata kepada-Nya: "Semua ini akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau mau sujud menyembah aku." Lalu Yesus berkata kepadanya, "Enyah engkau, Iblis! Sebab ada tertulis, Engkau harus menyembah Tuhan dan hanya Dia yang engkau harus layani." Lalu Iblis meninggalkan Dia dan lihatlah, malaikat-malaikat datang dan melayani Dia.

Iblis si setan, setelah gagal pada dua tipuan sebelumnya, mencoba tipuan yang lain: Iblis menunjukkan semua kerajaan di dunia dan kemuliaannya kepada Tuhan Yesus dan meminta Dia untuk menyembah dirinya. Apa yang bisa engkau lihat tentang sifat iblis yang sebenarnya dari situasi ini? Bukankah Iblis si setan benar-benar tidak tahu malu? (Ya.) Seberapa tidak tahu malunya dia? Segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, tetapi Iblis memutarbalikkannya dan menunjukkan segala sesuatu kepada Tuhan sambil berkata: "Lihatlah kekayaan dan kemuliaan semua kerajaan ini. Jika Engkau menyembahku, aku akan memberikan semuanya kepada-Mu." Bukankah ini sepenuhnya pemutarbalikkan peran? Bukankah Iblis tidak tahu malu? Tuhan menciptakan segalanya, tetapi apakah Dia menciptakan segala sesuatu untuk kesenangan-Nya sendiri? Tuhan memberikan segalanya kepada umat manusia, tetapi Iblis ingin merebut semuanya dan setelah merebut semuanya, dia berkata kepada Tuhan, "Sembahlah aku! Sembahlah aku, dan aku akan memberikan semua ini kepada-Mu." Inilah wajah buruk Iblis; dia benar-benar tidak tahu malu! Iblis bahkan tidak tahu arti dari kata "malu." Ini hanyalah contoh lain kejahatannya. Dia bahkan tidak tahu apa rasa malu itu. Iblis jelas tahu bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan bahwa Dia mengelola dan berkuasa atas segala sesuatu. Segala sesuatu bukan milik manusia, apalagi milik Iblis, melainkan milik Tuhan, tetapi Iblis si setan dengan berani mengatakan bahwa dia akan memberikan segalanya kepada Tuhan. Bukankah ini contoh lain Iblis yang sekali lagi melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak tahu malu? Ini membuat Tuhan semakin membenci Iblis, bukan? Namun, apa pun yang Iblis coba lakukan, apakah Tuhan Yesus terpedaya? Apa yang Tuhan Yesus katakan? ("Engkau harus menyembah Tuhan dan hanya Dia yang engkau harus layani.") Apakah perkataan ini memiliki makna praktis? (Ya.) Apa makna praktisnya? Kita melihat kejahatan dan sikap tidak tahu malu Iblis dalam perkataannya. Jadi, jika manusia menyembah Iblis, apa hasilnya? Akankah mereka mendapatkan kekayaan dan kemuliaan dari semua kerajaan? (Tidak.) Apa yang akan mereka dapatkan? Apakah manusia akan menjadi sama tidak tahu malunya dan sama menggelikannya dengan Iblis? (Ya.) Maka mereka tidak akan ada bedanya dengan Iblis. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengucapkan perkataan ini, yang penting bagi setiap manusia: "Engkau harus menyembah Tuhan dan hanya Dia yang engkau harus layani." Ini berarti kecuali Tuhan, kecuali Tuhan itu sendiri, jika engkau melayani yang lain, jika engkau menyembah Iblis si setan, maka engkau akan berkubang dalam kotoran yang sama dengan Iblis. Kemudian, engkau akan menjadi sama tidak tahu malunya dan sama jahatnya dengan Iblis, dan sama seperti Iblis engkau akan mencobai Tuhan dan menyerang Tuhan. Dengan demikian, seperti apakah jadinya kesudahanmu? Engkau akan dibenci oleh Tuhan, dipukul oleh Tuhan, dan dihancurkan oleh Tuhan. Setelah Iblis mencobai Tuhan Yesus beberapa kali tanpa hasil, apakah Iblis mencoba lagi melakukannya? Iblis tidak mencoba lagi melakukannya dan dia pun pergi. Hal ini membuktikan apa? Ini membuktikan bahwa natur jahat Iblis, kejahatannya, dan sikapnya yang tidak masuk akal, serta kekonyolannya tidak layak bahkan untuk disebutkan di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus mengalahkan Iblis hanya dengan tiga kalimat, di mana setelah itu, dia lari terbirit-birit sambil mengepit ekor di antara kakinya, terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya lagi, dan dia pun tidak pernah lagi mencobai Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus telah mengalahkan pencobaan Iblis, Dia sekarang dapat dengan mudah melanjutkan pekerjaan yang harus Dia lakukan dan melakukan tugas-tugas yang ada di hadapan-Nya. Apakah segala sesuatu yang Tuhan Yesus katakan dan lakukan dalam situasi ini mengandung makna praktis bagi semua dan setiap manusia jika hal itu diterapkan pada zaman sekarang? (Ya.) Apa makna praktisnya? Apakah mengalahkan Iblis hal yang mudah untuk dilakukan? Haruskah orang memiliki pemahaman yang jelas tentang natur jahat Iblis? Haruskah orang memiliki pemahaman yang benar tentang pencobaan Iblis? (Ya.) Ketika engkau mengalami pencobaan Iblis dalam kehidupanmu sendiri, jika engkau mampu mengerti natur jahat Iblis yang sebenarnya, apakah engkau akan mampu mengalahkannya? Jika engkau tahu tentang sikap tidak masuk akal dan kekonyolan Iblis, apakah engkau tetap akan berpihak kepada Iblis dan menyerang Tuhan? Jika engkau mengerti bagaimana kejahatan dan sikap tidak tahu malu Iblis terungkap melalui dirimu—jika engkau dengan jelas mengenali dan memahami hal-hal ini—apakah engkau akan tetap menyerang dan mencobai Tuhan dengan cara ini? (Tidak, kami tidak mau.) Apa yang akan engkau lakukan? (Kami akan memberontak melawan Iblis dan meninggalkannya.) Apakah itu hal yang mudah dilakukan? Ini tidak mudah. Untuk melakukan ini, orang harus sering berdoa, mereka harus sering menempatkan diri di hadapan Tuhan dan memeriksa diri mereka sendiri. Dan mereka harus membiarkan pendisiplinan Tuhan dan penghakiman serta hajaran-Nya menimpa mereka. Hanya dengan cara inilah orang akan secara bertahap melepaskan dirinya dari tipuan dan kendali Iblis.

Sekarang, dengan melihat semua perkataan yang Iblis ucapkan ini, kita dapat meringkas hal-hal yang membentuk esensi Iblis. Yang terutama, dapat dikatakan bahwa secara umum esensi Iblis itu jahat, berlawanan dengan kekudusan Tuhan. Mengapa Kukatakan bahwa esensi Iblis itu jahat? Untuk menjawab pertanyaan ini, orang harus melihat akibat dari apa yang Iblis lakukan kepada manusia. Iblis merusak dan mengendalikan manusia, dan manusia bertindak di bawah watak rusak Iblis dan tinggal di dunia manusia yang dirusak oleh Iblis. Tanpa menyadarinya, manusia dikuasai dan ditelan oleh Iblis; oleh karena itu, manusia memiliki watak rusak Iblis, yang merupakan naturnya Iblis. Dari semua yang telah Iblis katakan dan lakukan, sudahkah engkau melihat kecongkakan dirinya? Sudahkah engkau melihat kebohongan dan kejahatannya? Bagaimana kecongkakan Iblis terutama diperlihatkan? Apakah Iblis selalu memendam keinginan untuk menduduki posisi Tuhan? Iblis selalu ingin menghancurkan pekerjaan Tuhan dan kedudukan Tuhan serta mengambilnya untuk dirinya sendiri sehingga manusia akan mengikuti, mendukung, dan menyembah Iblis. Ketika Iblis merusak manusia, apakah dia secara langsung memberitahukan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan? Ketika Iblis mencobai Tuhan, apakah dia muncul dan berkata: "Aku sedang mencobai-Mu, aku akan menyerang-Mu"? Tentu saja tidak. Jadi, cara apa yang Iblis gunakan? Iblis merayu, mencobai, menyerang, dan memasang perangkapnya, dan bahkan mengutip dari Alkitab. Iblis berbicara dan bertindak dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya yang jahat dan mencapai niatnya. Setelah Iblis melakukan ini, apa yang dapat dilihat dari hal yang terwujud dalam diri manusia? Bukankah manusia juga menjadi congkak? Manusia telah mengalami perusakan Iblis selama ribuan tahun, sehingga manusia telah menjadi congkak, penipu, jahat, dan tidak masuk akal. Semua hal ini disebabkan oleh natur Iblis. Karena natur Iblis itu jahat, dia memberikan natur jahat ini kepada manusia dan memberikan watak yang rusak dan jahat ini kepada manusia. Karena itu, manusia hidup di bawah watak Iblis yang jahat dan, sebagaimana Iblis, manusia juga melawan Tuhan, menyerang Tuhan, dan mencobai Dia, sedemikian rupa sampai-sampai manusia tidak dapat menyembah Tuhan dan tidak punya hati yang menghormati Dia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 147

Bagaimana Iblis Menggunakan Pengetahuan untuk Merusak Manusia

Apakah pengetahuan adalah sesuatu yang semua orang anggap sebagai hal yang positif? Paling tidak, orang berpikir bahwa konotasi dari kata "pengetahuan" itu positif, bukan negatif. Jadi, mengapa kita menyebutkan di sini bahwa Iblis menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia? Bukankah teori evolusi merupakan sebuah aspek pengetahuan? Bukankah hukum ilmiah Newton adalah bagian dari pengetahuan? Tarikan gravitasi bumi adalah juga bagian dari pengetahuan, bukan? (Ya.) Jadi mengapa pengetahuan tercantum di antara cara yang digunakan Iblis untuk merusak manusia? Bagaimana pandanganmu mengenai hal ini? Apakah pengetahuan mengandung sedikit saja kebenaran di dalamnya? (Tidak.) Lalu apa esensi pengetahuan? Berdasarkan apa semua pengetahuan yang manusia pelajari? Apakah berdasarkan teori evolusi? Bukankah pengetahuan yang telah manusia dapatkan melalui eksplorasi dan rangkuman kesimpulan didasarkan pada ateisme? Apakah ada dari pengetahuan ini yang berhubungan dengan Tuhan? Apakah pengetahuan ada kaitannya dengan menyembah Tuhan? Apakah pengetahuan berkaitan dengan kebenaran? (Tidak.) Jadi, bagaimana Iblis menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia? Kukatakan dengan tegas bahwa tak satu pun dari pengetahuan ini berkaitan dengan menyembah Tuhan atau dengan kebenaran. Sebagian orang berpikir tentang pengetahuan seperti ini: "Pengetahuan mungkin tidak ada hubungannya dengan kebenaran, tetapi pengetahuan juga tidak merusak manusia." Bagaimana pandanganmu mengenai hal ini? Apakah engkau diajarkan oleh pengetahuan bahwa kebahagiaan manusia harus diciptakan oleh kedua tangan mereka sendiri? Apakah pengetahuan mengajarkan kepadamu bahwa nasib manusia ada di tangannya sendiri? (Ya.) Pembicaraan macam apa ini? (Ini adalah pembicaraan yang jahat.) Tepat sekali! Ini adalah pembicaraan yang jahat! Pengetahuan adalah topik yang rumit untuk dibahas. Secara sederhana, bisa kau katakan bahwa sebuah bidang pengetahuan tidak lebih dari pengetahuan. Itu merupakan bidang pengetahuan yang dipelajari atas dasar tidak menyembah Tuhan dan tidak memahami bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu. Ketika orang mempelajari jenis pengetahuan ini, mereka tidak melihat bahwa Tuhanlah yang berkuasa atas segala sesuatu; mereka tidak melihat Tuhan sebagai yang bertanggung jawab atau yang mengelola segala sesuatu. Sebaliknya, yang mereka lakukan hanyalah tanpa henti meneliti dan menyelidiki bidang pengetahuan tersebut, dan mencari jawaban berdasarkan pengetahuan. Namun, bukankah sesungguhnya jika orang tidak percaya kepada Tuhan dan sebaliknya hanya mengusahakan penelitian, mereka tidak akan pernah menemukan jawaban yang benar? Semua pengetahuan hanya dapat memberimu nafkah, pekerjaan, penghasilan sehingga engkau tidak menjadi lapar; tetapi pengetahuan tidak akan pernah membuatmu menyembah Tuhan, dan pengetahuan tidak akan pernah membuatmu jauh dari kejahatan. Semakin engkau mempelajari pengetahuan, semakin engkau akan berhasrat untuk memberontak melawan Tuhan, untuk mempelajari Tuhan, untuk mencobai Tuhan, dan untuk menentang Tuhan. Jadi sekarang, apakah engkau mengerti apa yang diajarkan pengetahuan kepada manusia? Itu semua adalah falsafah Iblis. Apakah falsafah dan aturan bertahan hidup yang disebarluaskan Iblis di antara manusia yang rusak ada hubungannya dengan kebenaran? Semua itu tidak ada hubungannya dengan kebenaran dan, faktanya, justru merupakan kebalikan dari kebenaran. Orang sering berkata: "Hidup adalah gerak" dan "Manusia adalah besi, beras adalah baja, manusia merasa kelaparan jika dia tidak makan"; pepatah macam apa ini? Semua ini kekeliruan dan mendengarnya menimbulkan perasaan muak. Dalam apa yang disebut pengetahuan manusia, Iblis telah menanamkan sedikit falsafah hidupnya dan pemikirannya. Dan ketika Iblis melakukan ini, dia membuat manusia mengadopsi pemikiran, falsafah, dan sudut pandangnya sehingga manusia dapat mengingkari keberadaan Tuhan, mengingkari kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu dan atas nasib manusia. Jadi, ketika ilmu pengetahuan manusia berkembang dan manusia memahami lebih banyak pengetahuan, dia pun merasa keberadaan Tuhan menjadi tidak jelas dan bahkan mungkin merasa bahwa Tuhan tidak ada. Karena Iblis telah menambahkan sudut pandang, gagasan, dan pemikiran ke dalam pikiran manusia, bukankah manusia itu dirusak selama berlangsungnya proses ini? (Ya.) Apa landasan hidup manusia sekarang? Apakah manusia benar-benar hidup berdasarkan pengetahuan ini? Tidak; manusia mendasarkan hidupnya pada pemikiran, pandangan, dan falsafah Iblis yang tersembunyi dalam pengetahuan ini. Di sinilah terjadinya bagian mendasar perusakan manusia oleh Iblis, inilah tujuan Iblis dan cara yang digunakannya untuk merusak manusia.

Kita akan mulai dengan membahas aspek terdangkal dari pengetahuan. Apakah gramatika dan kata-kata dalam bahasa dapat merusak manusia? Bisakah kata-kata merusak manusia? (Tidak.) Kata-kata tidak merusak manusia; kata-kata adalah alat yang digunakan orang untuk berbicara dan kata-kata juga merupakan alat yang digunakan orang untuk berkomunikasi dengan Tuhan, terutama pada masa sekarang, bahasa dan kata-kata adalah cara yang digunakan Tuhan untuk berkomunikasi dengan manusia. Semua itu adalah alat, dan merupakan kebutuhan. Satu ditambah satu sama dengan dua, dan dua dikali dua sama dengan empat; bukankah ini adalah pengetahuan? Namun, bisakah pengetahuan ini merusakmu? Ini adalah pengetahuan umum—pola yang sudah tetap—sehingga tidak dapat merusak manusia. Jadi, pengetahuan jenis apa yang merusak manusia? Pengetahuan yang merusak adalah pengetahuan yang bercampur dengan sudut pandang dan pemikiran Iblis. Iblis berusaha menanamkan sudut pandang dan pemikiran ini ke dalam pikiran manusia melalui media pengetahuan. Misalnya, dalam sebuah artikel, tidak ada yang salah dengan kata-kata yang tertulis itu sendiri. Masalahnya terletak pada sudut pandang dan niat penulis ketika mereka menuliskan artikel tersebut, juga isi dari pemikiran mereka. Ini adalah hal-hal yang bersifat rohani, dan hal-hal ini dapat merusak manusia. Misalnya, jika engkau sedang menonton acara televisi, hal apa di dalamnya yang dapat mengubah pandangan manusia? Apakah yang dikatakan para pemain, yaitu kata-kata itu sendiri, yang dapat merusak manusia? (Tidak.) Hal-hal seperti apa yang akan merusak manusia? Yang merusak adalah pemikiran inti dan isi dari acara tersebut, yang merepresentasikan pandangan-pandangan sang sutradara. Informasi yang terdapat dalam pandangan ini dapat memengaruhi hati dan pikiran manusia. Bukankah demikian? Sekarang engkau semua tahu apa yang Kumaksudkan dalam pembahasan-Ku tentang Iblis yang menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia. Engkau tidak akan salah memahami hal ini, bukan? Jadi kelak ketika engkau membaca novel atau artikel, dapatkah engkau menilai apakah pemikiran yang diungkapkan dalam kata-kata tertulis tersebut merusak manusia ataukah menguntungkan manusia? (Ya, kami dapat melakukannya sedikit demi sedikit.) Ini adalah sesuatu yang harus dipelajari dan dialami dengan tempo lambat, dan ini bukan sesuatu yang mudah dipahami dengan segera. Misalnya, ketika meneliti atau mempelajari suatu bidang pengetahuan, beberapa aspek positif dari pengetahuan itu dapat membantumu memahami beberapa pengetahuan umum mengenai bidang tersebut, sementara pada saat yang sama juga memampukanmu untuk tahu apa yang harus orang hindari. Misalnya, "listrik"—ini adalah bidang pengetahuan, bukan? Bukankah engkau bodoh jika tidak tahu bahwa listrik dapat menyetrum dan melukai manusia? Namun, begitu engkau memahami bidang pengetahuan ini, engkau tidak akan ceroboh untuk menyentuh benda yang dialiri listrik, dan engkau akan tahu bagaimana menggunakan listrik. Ini adalah hal-hal positif. Apakah engkau sekarang mengerti apa yang telah kita bahas mengenai bagaimana pengetahuan merusak manusia? Ada banyak jenis pengetahuan yang dipelajari di dunia, dan engkau harus menyediakan waktumu sendiri untuk membedakannya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 148

Bagaimana Iblis Menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk Merusak Manusia

Apakah ilmu pengetahuan itu? Bukankah ilmu pengetahuan sangat membanggakan dan dianggap berbobot dalam pikiran semua orang? Ketika ilmu pengetahuan disebutkan, bukankah orang merasa, "Ini adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan orang biasa; ini adalah topik yang hanya dapat disentuh oleh para peneliti atau pakar ilmiah; ini tidak ada hubungannya dengan kami orang biasa"? Apakah ilmu pengetahuan ada hubungannya dengan orang biasa? (Ya.) Bagaimana Iblis menggunakan ilmu pengetahuan untuk merusak manusia? Dalam pembahasan kita di sini, kita hanya akan membicarakan tentang hal-hal yang sering manusia jumpai dalam kehidupan mereka sendiri, dan mengabaikan hal-hal lainnya. Ada kata "gen." Pernahkah engkau mendengar tentang gen? Engkau semua akrab dengan istilah ini, bukan? Bukankah gen ditemukan melalui ilmu pengetahuan? Apa sebenarnya arti gen bagi manusia? Bukankah gen membuat orang merasa bahwa tubuh adalah hal yang misterius? Ketika orang diperkenalkan dengan topik ini, bukankah akan ada beberapa orang—terutama yang penuh rasa ingin tahu—yang ingin mengetahui lebih banyak atau menginginkan lebih banyak perincian? Orang-orang yang ingin tahu ini akan memfokuskan energi mereka pada topik ini, dan ketika mereka tidak sibuk, mereka akan mencari informasi di buku dan di Internet untuk mempelajari lebih banyak tentang hal itu. Apa arti ilmu pengetahuan? Sederhananya, ilmu pengetahuan adalah pemikiran dan teori tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh manusia, hal-hal yang tidak diketahui, dan tidak diberitahukan kepada mereka oleh Tuhan; ilmu pengetahuan adalah pemikiran dan teori tentang misteri yang ingin diselidiki manusia. Apa ruang lingkup ilmu pengetahuan? Engkau dapat mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sangat luas; manusia meneliti dan mempelajari segala sesuatu yang menarik minatnya. Ilmu pengetahuan melibatkan penelitian rincian dan hukum tentang hal-hal ini dan kemudian mengemukakan teori-teori yang masuk akal yang menyebabkan semua orang berpikir: "Para ilmuwan ini benar-benar hebat! Mereka tahu begitu banyak, yang cukup memahami hal-hal ini!" Mereka sangat mengagumi para ilmuwan itu, bukan? Orang yang meneliti ilmu pengetahuan, pandangan seperti apa yang mereka anut? Bukankah mereka ingin meneliti alam semesta, untuk meneliti hal-hal misterius di bidang yang mereka minati? Apa hasil akhir dari penelitian ini? Dalam beberapa ilmu pengetahuan, orang menarik kesimpulan mereka berdasarkan dugaan, dan dalam ilmu pengetahuan yang lain orang mengandalkan pengalaman manusia untuk menarik kesimpulan. Dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya, orang menarik kesimpulan mereka berdasarkan pengamatan sejarah dan latar belakang. Bukankah demikian? Jadi, apa yang ilmu pengetahuan lakukan bagi manusia? Yang dilakukan ilmu pengetahuan hanyalah memungkinkan manusia memahami benda-benda di dunia fisik dan memuaskan rasa ingin tahu manusia, tetapi ilmu pengetahuan tidak memampukan manusia untuk memahami hukum yang dengannya Tuhan memegang kekuasaan atas segala sesuatu. Manusia sepertinya menemukan jawaban dalam ilmu pengetahuan, tetapi jawaban itu membingungkan dan hanya memberikan kepuasan sementara, kepuasan yang hanya berfungsi untuk membatasi hati manusia pada dunia fisik. Manusia merasa bahwa mereka telah mendapatkan jawaban dari ilmu pengetahuan, jadi masalah apa pun yang muncul, mereka menggunakan pandangan ilmiah mereka sebagai dasar untuk membuktikan atau menerima masalah tersebut. Hati manusia menjadi dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan tergoda olehnya sampai pada titik di mana manusia tidak lagi memiliki pikiran untuk mengenal Tuhan, menyembah Tuhan, dan percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan bahwa manusia seharusnya datang kepada Tuhan untuk memperoleh jawaban. Bukankah demikian? Semakin seseorang percaya pada ilmu pengetahuan, mereka menjadi semakin tidak masuk akal, karena percaya bahwa segala sesuatu memiliki solusi ilmiah, bahwa penelitian dapat menyelesaikan apa pun. Mereka tidak mencari Tuhan dan mereka tidak percaya bahwa Dia ada; bahkan sebagian orang yang telah mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun akan pergi dan segera meneliti bakteri atau mencari informasi untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah. Orang-orang seperti ini tidak melihat masalah dari perspektif kebenaran dan biasanya mereka ingin mengandalkan pandangan dan pengetahuan ilmiah atau solusi ilmiah untuk memecahkan masalah; mereka tidak mengandalkan Tuhan dan tidak mencari Tuhan. Apakah orang-orang seperti ini memiliki Tuhan di dalam hati mereka? (Tidak.) Bahkan ada sebagian orang yang ingin meneliti Tuhan dengan cara yang sama seperti mereka mempelajari ilmu pengetahuan. Misalnya, ada banyak ahli agama yang telah pergi ke gunung tempat bahtera terdampar, dan dengan melakukannya mereka membuktikan keberadaan bahtera tersebut. Namun, dalam penampakan bahtera mereka tidak melihat keberadaan Tuhan. Mereka hanya percaya pada kisah dan sejarahnya; inilah hasil dari riset dan penelitian ilmiah mereka tentang dunia fisik. Jika engkau meneliti hal-hal materiel, apakah itu mikrobiologi, astronomi, atau geografi, engkau tidak akan pernah menemukan hasil yang mengatakan bahwa Tuhan ada atau bahwa Dia berdaulat atas segala sesuatu. Jadi, apa yang ilmu pengetahuan lakukan kepada manusia? Bukankah ilmu pengetahuan menjauhkan manusia dari Tuhan? Bukankah ilmu pengetahuan menyebabkan manusia mempelajari Tuhan? Bukankah ilmu pengetahuan membuat manusia lebih meragukan tentang keberadaan Tuhan? (Ya.) Jadi bagaimana Iblis ingin menggunakan ilmu pengetahuan untuk merusak manusia? Bukankah Iblis ingin menggunakan kesimpulan ilmiah untuk menipu dan membungkam manusia, dan menggunakan jawaban yang ambigu agar merasuk ke dalam hati manusia sehingga mereka tidak akan mencari atau percaya akan keberadaan Tuhan? (Ya.) Jadi inilah sebabnya Kukatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah salah satu cara yang Iblis gunakan untuk merusak manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 149

Bagaimana Iblis Menggunakan Budaya Tradisional untuk Merusak Manusia

Apakah ada banyak hal yang dianggap sebagai bagian dari budaya tradisional ataukah tidak ada? (Ada.) Apa arti "budaya tradisional" ini? Beberapa orang mengatakan budaya tradisional diwariskan dari leluhur—ini salah satu aspek. Dari sejak semula, cara hidup, adat istiadat, pepatah, dan aturan telah diturunkan dalam keluarga, kelompok etnis dan bahkan seluruh ras manusia, dan semua itu telah menjadi tertanam dalam pikiran manusia. Orang menganggap semua itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka dan menganggapnya sebagai aturan, mematuhinya seolah-olah semua itu adalah hidup itu sendiri. Memang, mereka tidak pernah ingin mengubah atau meninggalkan hal-hal ini, karena semua itu diwariskan dari leluhur mereka. Ada aspek lain dalam budaya tradisional, yang tertanam sangat kuat dalam diri manusia, seperti hal-hal yang diturunkan dari Konfusius atau Mensius, dan hal-hal yang diajarkan kepada masyarakat oleh Taoisme dan Konfusianisme Tiongkok. Bukankah demikian? Hal-hal apa sajakah yang termasuk budaya tradisional? Apakah budaya tradisional mencakup hari raya yang orang rayakan? Misalnya, Festival Musim Semi, Festival Lentera, Hari Menyapu Makam, Festival Perahu Naga, serta Festival Hantu, dan Festival Pertengahan Musim Gugur. Sebagian keluarga bahkan mengadakan perayaan ketika manula mencapai usia tertentu, atau ketika anak-anak mencapai usia 1 bulan dan ketika mereka berusia 100 hari. Dan seterusnya. Semua ini adalah hari raya tradisional. Bukankah budaya tradisional-lah yang melatarbelakangi hari-hari raya ini? Apa inti dari budaya tradisional? Apakah budaya tradisional ada hubungannya dengan menyembah Tuhan? Apakah budaya tradisional ada hubungannya dengan memberi tahu orang untuk melakukan kebenaran? Apakah ada hari raya bagi orang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, atau untuk pergi ke mezbah Tuhan dan menerima ajaran-Nya? Adakah hari-hari raya seperti ini? (Tidak.) Apa yang orang lakukan selama hari-hari raya ini? Pada zaman modern, hari-hari raya ini dianggap sebagai acara untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Apa sumber yang melatarbelakangi budaya tradisional? Dari siapa budaya tradisional berasal? (Iblis.) Budaya tradisional berasal dari Iblis. Di balik hari-hari raya tradisional ini, Iblis menanamkan hal-hal tertentu dalam diri manusia. Apa sajakah hal-hal ini? Memastikan orang untuk mengingat nenek moyang mereka—apakah ini salah satunya? Misalnya, selama Festival Menyapu Makam, orang merapikan kuburan dan mempersembahkan korban kepada leluhur mereka, sehingga orang tidak akan melupakan leluhur mereka. Iblis juga memastikan agar orang-orang ingat untuk bersikap patriotik, seperti misalnya pada Festival Perahu Naga. Bagaimana dengan Festival Pertengahan Musim Gugur? (Reuni keluarga.) Apa latar belakang reuni keluarga? Apa alasan merayakannya? Untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan emosional. Tentu saja, entah merayakan Tahun Baru Imlek atau Festival Lentera, ada banyak cara untuk menjelaskan alasan di balik perayaan-perayaan ini. Bagaimanapun orang menjelaskan alasan-alasan itu, setiap alasan adalah cara Iblis untuk menanamkan falsafah dan pemikirannya dalam diri manusia, sehingga mereka akan menyimpang dari Tuhan dan tidak tahu bahwa Tuhan ada, dan agar mereka mempersembahkan korban kepada nenek moyang mereka atau kepada Iblis, atau mereka makan, minum, dan bersenang-senang demi keinginan daging. Saat setiap hari raya ini dirayakan, pikiran dan pandangan Iblis ditanamkan jauh dalam pikiran orang-orang tanpa mereka mengetahuinya. Ketika orang mencapai usia paruh baya atau bahkan usia lebih tua, pemikiran dan sudut pandang Iblis ini sudah mengakar jauh di dalam hati mereka. Selain itu, orang berusaha keras mewariskan gagasan ini, entah benar atau salah, kepada generasi selanjutnya tanpa pandang bulu dan tanpa keraguan. Bukankah demikian? (Ya.) Bagaimana budaya tradisional dan hari-hari raya ini merusak manusia? Tahukah engkau? (Orang jadi terhambat dan terikat oleh aturan-aturan dalam tradisi ini sehingga mereka tidak punya waktu atau energi untuk mencari Tuhan.) Ini adalah salah satu aspek. Misalnya, semua orang mengadakan perayaan selama Tahun Baru Imlek—jika engkau tidak merayakannya, bukankah engkau akan merasa sedih? Adakah takhayul yang engkau pegang dalam hatimu? Mungkin engkau merasa, "Aku tidak merayakan Tahun Baru, dan karena Tahun Baru Imlek tahun ini adalah hari yang buruk, akankah sepanjang tahun ini menjadi buruk juga"? Bukankah engkau akan merasa tidak tenang dan agak takut? Bahkan ada sebagian orang yang belum melakukan pengorbanan kepada leluhur mereka selama bertahun-tahun dan tiba-tiba mereka bermimpi di mana orang yang telah meninggal meminta uang kepada mereka. Apa yang akan mereka rasakan? "Alangkah sedihnya orang ini sekarang butuh uang untuk dibelanjakan! Aku akan membakar sejumlah uang kertas untuk mereka, jika aku tidak melakukannya, itu suatu kesalahan. Hal ini mungkin akan menyebabkan munculnya masalah bagi kami orang-orang yang hidup—siapa yang tahu kapan musibah akan terjadi?" Mereka akan selalu merasa agak ketakutan dan khawatir di dalam hati mereka. Siapa yang memberikan kekhawatiran ini kepada mereka? (Iblis.) Iblis adalah sumber kekhawatiran ini. Bukankah ini salah satu cara Iblis merusak manusia? Iblis menggunakan berbagai cara dan alasan untuk mengendalikanmu, mengancammu, dan mengikatmu, sehingga engkau jadi bingung dan menyerah serta tunduk kepadanya; inilah cara Iblis merusak manusia. Sering kali ketika orang lemah atau ketika mereka tidak sepenuhnya menyadari keadaan, mereka mungkin secara tidak sengaja melakukan sesuatu secara sembarangan; artinya, mereka tanpa sadar jatuh ke dalam cengkeraman Iblis dan mereka mungkin tanpa disadari melakukan sesuatu tanpa tahu apa yang mereka lakukan. Inilah cara Iblis merusak manusia. Bahkan sekarang ada cukup banyak orang yang enggan berpisah dengan budaya tradisional, yang sudah berakar sangat dalam, mereka tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Terutama ketika mereka lemah dan pasif, mereka ingin merayakan jenis-jenis hari raya ini dan ingin berjumpa Iblis dan kembali memuaskan hati Iblis, demi untuk membawa penghiburan dalam hati mereka. Apa latar belakang budaya tradisional? Apakah tangan hitam Iblis mengatur di belakang layar? Apakah natur jahat Iblis-lah yang sedang memanfaatkan dan mengendalikan? Apakah Iblis mengendalikan semua hal ini? (Ya.) Ketika orang hidup dengan budaya tradisional dan merayakan berbagai jenis hari raya tradisional ini, dapatkah kita katakan bahwa ini adalah lingkungan di mana mereka sedang dibodohi dan dirusak oleh Iblis, dan selain itu bahwa mereka merasa senang ditipu dan dirusak oleh Iblis? (Ya.) Ini adalah sesuatu yang engkau semua akui, sesuatu yang engkau ketahui.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 150

Bagaimana Iblis Menggunakan Takhayul untuk Merusak Manusia

Bagaimana Iblis menggunakan takhayul untuk merusak manusia? Semua orang ingin mengetahui nasib mereka, jadi Iblis memanfaatkan rasa penasaran itu untuk memikat mereka. Orang melakukan nujum, ramalan, dan membaca wajah demi mengetahui apa nasib yang akan mereka alami di masa depan dan seperti apa jalan di depan. Akan tetapi, pada akhirnya, dalam tangan siapakah nasib dan harapan masa depan yang dikhawatirkan orang? (Dalam tangan Tuhan.) Semua hal itu berada di tangan Tuhan. Dengan menggunakan cara-cara ini, apa yang Iblis inginkan agar diketahui manusia? Iblis ingin menggunakan pembacaan wajah dan peramalan nasib untuk memberitahukan kepada manusia bahwa dia mengetahui nasib mereka di masa depan, dan bahwa bukan hanya tahu tentang hal-hal ini, tetapi dia juga mengendalikan semua itu. Iblis ingin memanfaatkan kesempatan ini dan menggunakan cara-cara ini untuk mengendalikan manusia, sampai sedemikian rupa, hingga orang menaruh kepercayaan sepenuhnya kepadanya dan mematuhi setiap perkataannya. Misalnya, jika engkau meminta peramal membaca wajah, jika si peramal menutup matanya dan memberitahukan kepadamu semua yang telah terjadi kepadamu dalam beberapa puluh tahun terakhir dengan kejelasan yang sempurna, bagaimana perasaan di dalam hatimu? Engkau akan tiba-tiba merasa, "Perkataannya tepat sekali! Aku belum pernah menceritakan masa laluku kepada siapa pun sebelumnya, bagaimana dia mengetahuinya? Aku sangat mengagumi peramal ini!" Bagi Iblis, bukankah tidak terlalu sulit untuk mengetahui masa lalumu? Tuhan telah memimpinmu sampai sekarang, dan selama itu, Iblis telah merusak manusia dan mengikutimu. Waktu puluhan tahun dalam hidupmu tidak berarti bagi Iblis dan tidak sulit baginya untuk mengetahui hal-hal ini. Ketika engkau tahu bahwa semua yang Iblis katakan tepat, bukankah engkau akan menyerahkan hatimu kepadanya? Bukankah engkau akan bergantung kepadanya untuk mengendalikan masa depan dan nasibmu? Dalam sekejap mata, hatimu akan merasakan penghargaan dan rasa hormat terhadapnya, dan bagi sebagian orang, jiwa mereka mungkin sudah direnggut olehnya pada titik ini. Dan engkau akan segera bertanya kepada si peramal: "Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Apa yang harus kuhindari di tahun mendatang? Hal-hal apa saja yang tidak boleh aku lakukan?" Dan kemudian, si peramal akan berkata, "Engkau tidak boleh pergi ke sana, engkau tidak boleh melakukan ini, jangan mengenakan pakaian dengan warna tertentu, engkau harus lebih jarang pergi ke tempat tertentu, engkau harus lebih sering melakukan hal tertentu ...." Bukankah engkau akan langsung menganggap serius semua yang dia katakan? Engkau akan menghafalkan perkataannya lebih cepat daripada menghafalkan firman Tuhan. Mengapa engkau menghafalnya begitu cepat? Karena engkau ingin mengandalkan Iblis untuk mendapatkan nasib baik. Bukankah pada saat inilah Iblis menguasai hatimu? Ketika ramalannya terjadi, satu demi satu, bukankah engkau ingin langsung kembali kepadanya untuk mengetahui bagaimana nasibmu di tahun berikutnya? (Ya.) Engkau akan melakukan apa pun yang Iblis perintahkan kepadamu dan engkau akan menghindari hal-hal yang dilarangnya. Dengan cara ini, bukankah engkau sedang mematuhi semua yang dikatakannya? Dengan sangat cepat, engkau akan jatuh ke dalam pelukannya, ditipu, dan dikendalikannya. Ini terjadi karena engkau percaya bahwa apa yang Iblis katakan adalah kebenaran dan karena engkau percaya bahwa dia mengetahui kehidupan masa lalumu, kehidupanmu sekarang, dan apa yang akan terjadi di masa depan. Inilah cara yang Iblis gunakan untuk mengendalikan manusia. Tetapi dalam kenyataannya, siapakah yang benar-benar memegang kendali? Tuhan itu sendiri yang memegang kendali, bukan Iblis. Iblis sekadar menggunakan tipuan lihainya dalam hal ini untuk menipu orang-orang bodoh, menipu orang-orang yang hanya melihat dunia fisik, supaya mereka percaya dan mengandalkannya. Kemudian, mereka jatuh ke dalam cengkeraman Iblis dan menuruti setiap perkataannya. Namun, apakah Iblis pernah melonggarkan cengkeramannya ketika orang ingin percaya dan mengikuti Tuhan? Iblis tidak akan melakukannya. Dalam situasi ini, apakah orang benar-benar sedang jatuh ke dalam cengkeraman Iblis? (Ya.) Dapatkah kita katakan bahwa perilaku Iblis dalam hal ini benar-benar tidak tahu malu? (Ya.) Mengapa kita katakan demikian? Karena, ini adalah taktik yang curang dan penuh tipu daya. Iblis tidak tahu malu dan menyesatkan manusia sehingga mereka mengira Iblislah yang mengendalikan segala sesuatu tentang mereka dan dialah yang mengendalikan nasib mereka. Ini menyebabkan orang-orang bodoh mematuhinya sepenuhnya. Mereka ditipu dengan hanya menggunakan beberapa patah kata. Dalam kebingungan mereka, manusia bersujud di hadapannya. Jadi, cara seperti apa yang Iblis gunakan, apa yang dikatakannya untuk membuatmu percaya kepadanya? Misalnya, engkau mungkin tidak mengatakan kepada Iblis ada berapa orang dalam keluargamu, tetapi dia tetap bisa mengatakan ada berapa orang dalam keluargamu, juga usia orang tuamu dan anak-anakmu. Meskipun sebelum ini, engkau mungkin curiga dan meragukan Iblis, tetapi setelah mendengarnya mengatakan hal-hal ini, bukankah engkau akan merasa bahwa dia sedikit lebih dapat dipercaya? Kemudian Iblis mungkin mengatakan betapa sulitnya pekerjaan bagimu akhir-akhir ini, bahwa atasanmu tidak memberimu penghargaan yang pantas engkau terima dan selalu bertindak melawan dirimu, dan lain sebagainya. Setelah mendengar itu, engkau akan berpikir, "Perkataannya tepat sekali! Pekerjaanku tidak berjalan lancar." Jadi, engkau akan semakin percaya kepada Iblis. Kemudian, dia akan mengatakan sesuatu yang lain untuk menipumu, membuatmu semakin memercayainya. Sedikit demi sedikit, engkau akan mendapati dirimu tak mampu menentang atau tak mampu untuk tetap mencurigainya. Iblis hanya menggunakan beberapa tipuan sederhana, bahkan tipuan kecil yang sepele, dan dengan cara ini dia memikat hatimu. Pada saat engkau menjadi terpesona, engkau akan kehilangan pijakanmu, engkau tidak tahu apa yang harus kaulakukan, dan engkau akan mulai mengikuti apa yang Iblis katakan. Inilah cara "brilian" yang Iblis gunakan untuk merusak manusia, yang menyebabkan engkau tanpa sadar jatuh ke dalam perangkapnya dan tergoda olehnya. Iblis memberitahukan kepadamu beberapa hal yang oleh manusia dianggap sebagai hal yang baik, dan kemudian memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan dan apa yang harus kauhindari. Begitulah engkau tertipu tanpa kausadari. Setelah terjerumus ke dalamnya, kondisi akan menjadi sulit bagimu; engkau akan terus-menerus memikirkan tentang apa yang Iblis katakan dan apa yang disuruhkannya kepadamu, dan tanpa kauketahui, engkau pun dikuasai olehnya. Mengapa demikian? Itu karena umat manusia tidak memiliki kebenaran dan karenanya tidak mampu berdiri teguh dan menentang godaan dan rayuan Iblis. Menghadapi kejahatan Iblis serta tipu daya, pengkhianatan, dan kedengkiannya, manusia begitu bodoh, tidak dewasa dan lemah, bukan? Bukankah ini salah satu cara Iblis merusak manusia? (Ya.) Manusia tanpa sadar ditipu dan diperdaya, sedikit demi sedikit, oleh berbagai cara Iblis, karena mereka tidak punya kemampuan untuk membedakan antara yang positif dan yang negatif. Mereka tidak memiliki tingkat pertumbuhan ini, dan kemampuan untuk menang atas Iblis.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 151

Bagaimana Iblis Menggunakan Tren Sosial untuk Merusak Manusia

Kapan tren sosial mulai muncul? Apakah tren sosial hanya muncul pada masa sekarang? Dapat dikatakan bahwa tren sosial muncul ketika Iblis mulai merusak manusia. Apa sajakah yang termasuk tren sosial? (Gaya busana dan riasan wajah.) Ini adalah hal-hal yang sering bersentuhan dengan manusia. Gaya busana, mode, dan tren, hal-hal ini tercakup dalam satu aspek yang kecil. Ada yang lain? Apakah pepatah populer yang sering orang bicarakan termasuk juga di dalamnya? Apakah gaya hidup yang orang dambakan termasuk? Apakah bintang dalam bidang musik, selebritas, majalah, dan novel yang orang sukai termasuk? (Ya.) Dalam pikiranmu, aspek tren sosial mana yang dapat merusak manusia? Manakah dari tren-tren ini yang paling memikat bagimu? Sebagian orang berkata: "Kami semua telah mencapai usia tertentu, usia kami lima puluhan, enam puluhan, tujuh puluhan atau delapan puluhan, dan kami tidak dapat lagi menyesuaikan diri dengan tren-tren ini dan semua itu tidak benar-benar menarik perhatian kami." Benarkah demikian? Yang lain mengatakan: "Kami tidak mengikuti selebritas, itu sesuatu yang dilakukan remaja pada usia dua puluhan; kami juga tidak mengenakan pakaian yang modis, itu hal yang dilakukan orang yang mengutamakan citra." Jadi yang mana dari semua ini yang dapat merusakmu? (Pepatah populer.) Dapatkah pepatah ini merusak orang? Aku akan berikan sebuah contoh, dan engkau semua dapat melihat apakah pepatah merusak orang atau tidak, "Uang membuat dunia berputar"; apakah ini sebuah tren? Dibandingkan dengan tren mode dan kuliner yang engkau semua sebutkan, bukankah ini jauh lebih buruk? "Uang membuat dunia berputar" adalah salah satu falsafah Iblis, dan falsafah ini tersebar luas di tengah seluruh umat manusia, dalam setiap masyarakat. Dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren karena pepatah ini telah tertanam di dalam hati setiap orang. Pada awalnya, orang tidak menerima pepatah ini, tetapi mereka kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. Bukankah ini sebuah proses bagaimana Iblis merusak manusia? Mungkin orang tidak memahami pepatah ini pada tingkat yang sama, tetapi setiap orang memiliki tingkat pemahaman dan pengakuan yang berbeda mengenai pepatah ini berdasarkan pada hal-hal yang terjadi di sekitar mereka dan berdasarkan pengalaman pribadi mereka sendiri. Bukankah ini yang terjadi? Terlepas dari seberapa banyak pengalaman yang dialami seseorang dengan pepatah ini, apa efek negatif yang dapat ditimbulkan pepatah ini dalam hati seseorang? Sesuatu terungkap melalui watak manusia dari orang-orang di dunia ini, termasuk dari setiap orang di antaramu. Bagaimana hal yang terungkap ini ditafsirkan? Sesuatu ini adalah pemujaan orang terhadap uang. Apakah sulit untuk mengeluarkan ini dari hati seseorang? Ini sangat sulit! Tampaknya perusakan manusia oleh Iblis sudah sedemikian dalamnya! Jadi, setelah Iblis menggunakan tren ini untuk merusak manusia, bagaimana hal ini terwujud dalam diri mereka? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang? Bukankah banyak orang kehilangan martabat dan kejujuran mereka demi mendapatkan lebih banyak uang? Selain itu, bukankah banyak orang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengikuti Tuhan karena uang? Bukankah ini kerugian bagi manusia? (Ya.) Bukankah Iblis itu jahat, menggunakan cara dan pepatah ini untuk merusak manusia sampai tingkat seperti itu? Bukankah ini tipu muslihat yang jahat? Ketika engkau berubah dari keberatan dengan pepatah populer ini hingga akhirnya menerimanya sebagai kebenaran, hatimu jatuh sepenuhnya ke dalam cengkeraman Iblis, dan karena itu tanpa kausadari, engkau mulai hidup berdasarkan pepatah itu. Sampai sejauh mana pepatah ini telah memengaruhimu? Engkau mungkin tahu jalan yang benar, dan engkau mungkin mengetahui kebenaran, tetapi engkau tidak berdaya untuk mengejarnya. Engkau mungkin tahu dengan jelas bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, tetapi engkau tidak mau membayar harga atau menderita demi memperoleh kebenaran. Sebaliknya, engkau lebih suka mengorbankan masa depan dan takdirmu sendiri untuk menentang Tuhan sampai akhir. Apa pun yang Tuhan firmankan, apa pun yang Tuhan lakukan, baik engkau memahami betapa dalam dan betapa besar kasih Tuhan kepadamu atau tidak, engkau dengan keras kepala bersikeras menempuh jalanmu sendiri dan membayar harga demi pepatah ini. Artinya, pepatah ini sudah mengendalikan perilakumu dan pemikiranmu, dan engkau lebih suka membiarkan nasibmu dikendalikan oleh pepatah ini daripada meninggalkannya. Bukankah fakta bahwa orang bertindak seperti ini, bahwa mereka dikendalikan oleh pepatah ini dan dimanipulasi olehnya, menggambarkan bahwa perusakan manusia oleh Iblis itu efektif? Bukankah falsafah dan watak rusak Iblis ini sudah mengakar di dalam hatimu? Jika engkau melakukan ini, bukankah Iblis telah mencapai tujuannya? (Ya.) Apakah engkau melihat bagaimana Iblis telah merusak manusia dengan cara ini? Dapatkah engkau merasakannya? (Tidak.) Engkau tidak melihatnya atau merasakannya. Apakah engkau melihat kejahatan Iblis di sini? Iblis merusak manusia setiap saat dan di semua tempat. Iblis membuat mustahil bagi manusia untuk membela diri terhadap perusakan ini dan membuat manusia tidak berdaya melawannya. Iblis membuatmu menerima pemikirannya, sudut pandangnya, dan hal-hal jahat yang berasal darinya dalam keadaan engkau tidak mengetahuinya dan ketika engkau tidak menyadari apa yang sedang terjadi pada dirimu. Orang menerima hal-hal ini dan menerimanya ini tanpa kecuali. Mereka mencintai dan mempertahankan semua ini seperti harta yang sangat berharga, mereka membiarkan semua ini memanipulasi mereka dan mempermainkan mereka; beginilah bagaimana perusakan manusia oleh Iblis menjadi semakin mendalam.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 152

Iblis menggunakan beberapa cara ini untuk merusak manusia. Manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai beberapa prinsip ilmiah, manusia hidup di bawah pengaruh budaya tradisional, dan setiap manusia adalah pewaris dan penyebarluas budaya tradisional. Manusia terikat untuk meneruskan budaya tradisional yang diberikan kepadanya oleh Iblis, dan manusia juga bertindak sesuai dengan tren sosial yang Iblis sediakan untuk umat manusia. Manusia tidak dapat dipisahkan dari Iblis, menyesuaikan diri dengan semua yang Iblis lakukan sepanjang waktu, menerima kejahatan, tipu daya, kedengkian dan kecongkakannya. Begitu manusia mulai memiliki watak Iblis ini, apakah dia bahagia atau sedih, hidup di antara umat manusia yang rusak ini? (Sedih.) Mengapa engkau mengatakan demikian? (Karena manusia diikat dan dikendalikan oleh hal-hal rusak ini, mereka hidup dalam dosa dan terbenam dalam perjuangan berat.) Beberapa orang mengenakan kacamata dan berpenampilan sangat terpelajar; mereka mungkin berbicara dengan sangat santun, dengan fasih dan logis, lalu karena mereka sudah mengalami banyak hal, mereka mungkin sangat berpengalaman dan cerdas. Mereka mungkin mampu berbicara secara terperinci tentang hal-hal besar dan kecil; mereka mungkin juga mampu menilai kebenaran dan logika berbagai hal. Sebagian orang mungkin melihat perilaku dan penampilan orang-orang seperti ini, juga karakter, kemanusiaan, perilaku mereka, dsb., dan tidak menemukan kesalahan apa pun pada diri mereka. Orang-orang seperti itu terutama mampu beradaptasi dengan tren sosial terkini. Meskipun orang-orang ini mungkin sudah lebih tua, mereka tidak pernah ketinggalan zaman dan tidak pernah terlalu tua untuk belajar. Secara lahiriah, tidak seorang pun dapat menemukan kesalahan pada orang semacam itu, tetapi sampai ke esensi batin mereka, mereka benar-benar dan telah sepenuhnya dirusak oleh Iblis. Meskipun secara lahiriah, tidak dapat ditemukan kesalahan pada orang-orang ini, meskipun secara lahiriah mereka ramah, sopan, memiliki pengetahuan dan moralitas tertentu, dan mereka memiliki integritas dan sekalipun dalam hal pengetahuan, mereka sama sekali tidak kurang dari orang muda, tetapi dalam hal natur esensi mereka, orang-orang seperti itu adalah model Iblis yang sempurna dan hidup; mereka sangat mirip dengan Iblis. Ini adalah "buah" dari perusakan manusia oleh Iblis. Apa yang telah Kukatakan mungkin menyakitkan bagimu, tetapi semua itu benar. Pengetahuan yang manusia pelajari, ilmu pengetahuan yang dia pahami, dan sarana yang dia pilih agar cocok dengan tren sosial, tanpa kecuali, adalah alat Iblis untuk merusak manusia. Ini mutlak benar. Jadi, manusia hidup dengan watak yang sepenuhnya dirusak oleh Iblis, dan manusia tidak dapat mengetahui apa kekudusan Tuhan itu atau apa esensi Tuhan itu. Ini karena secara lahiriah, orang tidak dapat menemukan kesalahan pada cara Iblis merusak manusia; orang tidak dapat mengetahui dari perilaku seseorang bahwa ada sesuatu yang salah. Semua orang melakukan pekerjaan mereka secara normal dan menjalani kehidupan normal; mereka membaca buku dan surat kabar secara normal, mereka belajar dan berbicara dengan normal. Beberapa orang telah mempelajari etika dan pintar berbicara, penuh pengertian dan ramah, suka menolong dan beramal, dan tidak suka bertengkar maupun mengambil keuntungan dari orang lain. Namun, watak Iblis mereka yang rusak sudah berakar jauh di dalam diri mereka dan esensi ini tidak dapat diubah dengan mengandalkan upaya lahiriah. Oleh karena esensi ini, manusia tidak mampu mengetahui kekudusan Tuhan, dan sekalipun esensi kekudusan Tuhan diberitahukan kepada manusia, manusia tidak menganggapnya serius. Ini karena melalui berbagai cara, Iblis sudah benar-benar menguasai perasaan, gagasan, sudut pandang, dan pemikiran manusia. Penguasaan dan perusakan ini tidak bersifat sementara atau sesekali, tetapi terjadi di mana saja dan setiap saat. Dengan demikian, ada banyak sekali orang yang sudah percaya kepada Tuhan selama tiga atau empat tahun, bahkan lima atau enam tahun, yang masih menganggap pemikiran, pandangan, logika, dan falsafah yang telah ditanamkan Iblis di dalam diri mereka sebagai harta, dan tidak mampu melepaskannya. Karena manusia telah menerima hal-hal yang jahat, congkak, dan keji dari natur Iblis, tak pelak lagi dalam hubungan antarpribadi manusia sering ada konflik, pertengkaran dan ketidakcocokan, yang timbul sebagai akibat dari natur congkak Iblis. Andaikan Iblis telah memberikan hal-hal positif kepada manusia—misalnya, jika Konfusianisme dan Taoisme dalam budaya tradisional yang diterima manusia dianggap sebagai hal-hal yang baik—orang-orang yang sama jenisnya seharusnya dapat saling bergaul setelah menerima hal-hal tersebut. Jadi, mengapa ada perpecahan besar di antara orang-orang yang menerima hal yang sama? Mengapa demikian? Itu karena hal-hal ini berasal dari Iblis, dan Iblis menciptakan perpecahan di antara manusia. Hal-hal yang berasal dari Iblis, seagung atau sehebat apa pun semua itu terlihat secara lahiriah, itu hanya akan menimbulkan dan memunculkan dalam kehidupan manusia kecongkakan, dan tak lebih dari tipu daya dari natur Iblis yang jahat. Bukankah demikian? Seseorang yang dapat menyamarkan dirinya, memiliki banyak pengetahuan, atau memiliki pendidikan yang baik akan tetap kesulitan menyembunyikan watak Iblis mereka yang rusak. Artinya, dengan cara sebanyak apa pun orang ini menyamarkan diri mereka, entah engkau menganggap mereka sebagai orang suci, entah engkau menganggap mereka sempurna, entah engkau mengira mereka adalah malaikat, tidak peduli seberapa murni engkau mengira mereka, seperti apakah hidup mereka yang sebenarnya di balik layar? Esensi apa yang akan engkau lihat dalam penyingkapan watak mereka? Tanpa diragukan lagi, engkau akan melihat natur jahat si Iblis. Dapatkah orang mengatakannya seperti itu? (Ya.) Misalnya, katakanlah engkau mengenal seseorang yang dekat denganmu, yang engkau anggap sebagai orang baik, mungkin seseorang yang engkau idolakan. Dengan tingkat pertumbuhanmu saat ini, apa yang engkau pikirkan tentang mereka? Pertama, engkau menilai apakah tipe orang ini memiliki kemanusiaan atau tidak, apakah mereka jujur, apakah mereka memiliki kasih yang sejati kepada orang lain, apakah perkataan dan perbuatan mereka bermanfaat dan membantu orang lain. (Tidak.) Apa yang disebut keramahan, kasih, atau kebaikan yang orang-orang ini ungkapkan? Semua itu palsu, semua itu kedok. Di belakang kedok ini terdapat tujuan jahat yang tersembunyi: untuk membuat orang itu dipuja dan diidolakan. Apakah engkau semua mengerti hal ini dengan jelas? (Ya.)

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 153

Apa akibat dari cara yang Iblis gunakan untuk merusak orang terhadap umat manusia? Apakah cara-cara tersebut menghasilkan sesuatu yang positif? Pertama, dapatkah manusia membedakan antara yang baik dan yang jahat? Akankah engkau mengatakan bahwa di dunia ini, standar yang digunakan oleh orang terkenal atau tokoh besar, atau majalah atau media publikasi tertentu, untuk menilai baik atau buruknya sesuatu, adalah standar yang akurat? Apakah penilaian mereka mengenai peristiwa dan manusia adil? Apakah terkandung kebenaran di dalamnya? Apakah dunia ini, umat manusia ini, menilai hal positif dan negatif berdasarkan standar kebenaran? (Tidak.) Mengapa orang tidak memiliki kemampuan itu? Orang telah mempelajari begitu banyak pengetahuan dan tahu sangat banyak tentang ilmu pengetahuan, jadi mereka memiliki kemampuan yang hebat, bukan? Jadi, mengapa mereka tidak mampu membedakan antara hal positif dan negatif? Mengapa demikian? (Karena orang tidak memiliki kebenaran; pengetahuan dan ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran.) Segala sesuatu yang Iblis bawakan kepada manusia adalah jahat, rusak, dan tanpa jalan, kebenaran, dan hidup. Dengan kejahatan dan kerusakan yang Iblis bawakan kepada manusia, dapatkah kaukatakan bahwa Iblis memiliki kasih? Dapatkah kaukatakan bahwa manusia memiliki kasih? Sebagian orang mungkin berkata: "Engkau salah; ada banyak orang di seluruh dunia yang membantu orang miskin atau tunawisma. Bukankah mereka orang-orang yang baik? Ada juga organisasi amal yang melakukan perbuatan baik; bukankah pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan yang baik?" Bagaimana tanggapanmu mengenainya? Iblis menggunakan banyak cara dan teori berbeda untuk merusak manusia; apakah perusakan terhadap manusia ini merupakan konsep yang samar? Tidak, perusakan itu tidak samar. Iblis juga melakukan beberapa hal praktis, dan dia juga mempromosikan sudut pandang atau teori di dunia ini dan di masyarakat. Dalam setiap dinasti dan di setiap zaman, Iblis mempromosikan teori dan menanamkan beberapa pemikiran ke dalam pikiran manusia. Pemikiran dan teori ini berangsur-angsur mengakar dalam hati manusia, dan mereka kemudian mulai hidup berdasarkan teori dan pemikiran ini. Begitu mereka hidup berdasarkan hal-hal ini, bukankah mereka tanpa disadari menjadi Iblis? Bukankah manusia kemudian menyatu dengan Iblis? Ketika orang telah menyatu dengan Iblis, bagaimana sikap mereka terhadap Tuhan pada akhirnya? Bukankah mereka akan bersikap sama dengan sikap Iblis terhadap Tuhan? Tidak seorang pun berani mengakui ini, bukan? Betapa mengerikan! Mengapa Kukatakan bahwa natur Iblis itu jahat? Aku tidak mengatakan ini tanpa dasar; sebetulnya, natur Iblis ditentukan dan dianalisis berdasarkan apa yang telah dia lakukan dan hal-hal yang telah dia singkapkan. Jika Aku hanya mengatakan Iblis itu jahat, apa yang akan engkau semua pikirkan? Engkau semua akan berpikir, "Jelas Iblis itu jahat." Jadi, Aku akan bertanya kepadamu: "Aspek Iblis mana yang jahat?" Jika engkau mengatakan: "Penentangan Iblis terhadap Tuhan itu jahat," engkau masih belum mengatakan tentang hal ini dengan jelas. Sekarang setelah Aku mengatakan hal-hal spesifik seperti ini, apakah engkau semua memahami tentang kandungan spesifik dari esensi kejahatan Iblis? (Ya.) Jika engkau mampu memahami natur jahat Iblis dengan jelas, engkau akan memahami keadaanmu sendiri. Apakah ada hubungan antara kedua hal ini? Apakah pemahaman ini membantumu atau tidak? (Membantu.) Bilamana Aku mempersekutukan tentang esensi kekudusan Tuhan, perlukah Aku mempersekutukan tentang esensi kejahatan Iblis? Bagaimana pendapatmu tentang hal ini? (Ya, perlu.) Mengapa? (Kejahatan Iblis sangat memperjelas kekudusan Tuhan.) Benarkah demikian? Ini sebagian benar, dalam artian bahwa tanpa kejahatan Iblis, orang tidak akan tahu bahwa Tuhan itu kudus; memang benar untuk mengatakannya seperti ini. Namun, jika engkau mengatakan bahwa kekudusan Tuhan hanya ada oleh karena itu merupakan kontras dari kejahatan Iblis, apakah ini benar? Cara berpikir dialektis ini salah. Kekudusan Tuhan adalah esensi yang melekat pada diri Tuhan; bahkan ketika Tuhan menyatakan kekudusan-Nya itu melalui perbuatan-Nya, ini tetap merupakan ungkapan alami dari esensi Tuhan, dan ini tetap merupakan esensi Tuhan yang inheren; kekudusan Tuhan selalu ada dan terkandung dalam diri Tuhan itu sendiri serta merupakan pembawaan-Nya, meskipun manusia tidak dapat melihatnya. Ini karena manusia hidup di tengah watak rusak Iblis dan berada di bawah pengaruh Iblis, dan mereka tidak tahu tentang kekudusan, apalagi tentang kandungan spesifik dari kekudusan Tuhan. Jadi, pentingkah kita mempersekutukan tentang esensi kejahatan Iblis terlebih dahulu? (Ya.) Sebagian orang mungkin mengungkapkan keraguan seperti, "Engkau sedang mempersekutukan tentang Tuhan itu sendiri, jadi, mengapa Engkau selalu berbicara tentang bagaimana Iblis merusak manusia dan bahwa natur Iblis itu jahat?" Sekarang engkau telah menghilangkan keraguan ini, bukan? Ketika orang sudah mengetahui tentang kejahatan Iblis dan ketika mereka memiliki definisi yang tepat tentang itu, ketika orang dapat dengan jelas melihat kandungan yang spesifik dan perwujudan kejahatan, sumber dan esensi kejahatan—baru setelah itulah, melalui pembahasan tentang kekudusan Tuhan, orang dapat dengan jelas menyadari dan mengetahui kekudusan Tuhan, mengetahui apa arti kekudusan. Jika Aku tidak membahas kejahatan Iblis, sebagian orang akan secara keliru percaya bahwa beberapa hal yang orang lakukan di tengah masyarakat dan di antara orang-orang—atau hal-hal tertentu yang ada di dunia ini—mungkin ada kaitannya dengan kekudusan. Bukankah sudut pandang seperti ini salah? (Ya.)

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 154

Iblis menggunakan pengetahuan sebagai umpan. Dengarkan baik-baik: pengetahuan hanyalah semacam umpan. Orang-orang dipikat untuk belajar dengan keras dan meningkatkan diri mereka hari demi hari, menjadikan pengetahuan sebagai senjata dan mempersenjatai diri mereka dengan pengetahuan, lalu menggunakan pengetahuan untuk membuka gerbang menuju sains; dengan kata lain, semakin banyak pengetahuan yang engkau peroleh, semakin engkau akan mengerti. Iblis memberi tahu semua ini kepada manusia; ia memberi tahu orang-orang untuk menumbuhkan cita-cita luhur tatkala mereka mempelajari pengetahuan, memerintahkan kepada mereka untuk membangun ambisi dan aspirasi. Tanpa manusia sadari, Iblis menyampaikan banyak pesan seperti ini, menyebabkan orang tanpa sadar merasa bahwa hal-hal ini benar atau bermanfaat. Tanpa sadar, orang menapaki jalan ini, tanpa sadar dipimpin oleh cita-cita dan ambisi mereka sendiri. Selangkah demi selangkah, mereka tanpa disadari belajar dari pengetahuan yang diberikan Iblis tentang cara berpikir orang-orang hebat atau terkenal. Mereka juga belajar berbagai hal dari perbuatan orang-orang yang dianggap sebagai pahlawan. Apa yang Iblis anjurkan bagi manusia dalam perbuatan para pahlawan ini? Apa yang ingin Iblis tanamkan dalam diri manusia? Bahwa manusia itu haruslah patriotik, memiliki integrasi nasional, dan memiliki semangat kepahlawanan. Apa yang manusia pelajari dari kisah sejarah atau biografi tokoh-tokoh pahlawan? Untuk memiliki rasa loyalitas pribadi, untuk siap melakukan apa pun bagi teman dan saudaranya. Di dalam pengetahuan Iblis ini, manusia tanpa sadar belajar banyak hal yang tidak positif sama sekali. Di tengah ketidaksadaran manusia, benih yang Iblis siapkan tertanam dalam pikiran yang tidak dewasa dari orang-orang. Benih ini membuat mereka merasa bahwa mereka harus menjadi orang hebat, harus terkenal, harus menjadi pahlawan, bersikap patriotik, menjadi orang yang mencintai keluarga, dan menjadi orang yang akan melakukan apa pun bagi seorang teman dan memiliki rasa loyalitas pribadi. Terpikat oleh Iblis, mereka tanpa sadar berjalan di jalan yang telah Iblis siapkan bagi mereka. Saat melewati jalan ini, mereka dipaksa untuk menerima aturan hidup Iblis. Tanpa menyadarinya sama sekali, mereka mengembangkan aturan mereka sendiri untuk mereka jalani, tetapi semua ini tidak lain merupakan aturan Iblis, yang telah ia tanamkan secara paksa dalam diri mereka. Iblis membuat mereka, selama proses pembelajaran, menumbuhkan tujuan mereka sendiri dan menentukan tujuan hidup mereka sendiri, aturan untuk hidup, dan arah dalam kehidupan, sembari menanamkan dalam diri mereka hal-hal yang berasal dari Iblis dengan menggunakan kisah, biografi, dan segala macam cara yang memungkinkan untuk memikat orang, sedikit demi sedikit, sampai mereka mengambil umpan tersebut. Dengan cara ini, selama proses pembelajarannya, sebagian orang jadi lebih menyukai sastra, beberapa orang lebih menyukai ekonomi, yang lain astronomi atau geografi. Kemudian ada sebagian orang yang menyukai politik, beberapa orang yang menyukai fisika, kimia, dan bahkan sebagian lain yang masih lebih menyukai teologi. Semua ini adalah bagian dari keseluruhan yang lebih besar, yakni pengetahuan. Dalam hatimu, setiap orang di antaramu tahu mengenai apa hal-hal ini sebenarnya; setiap orang di antaramu telah berhubungan dengan semua ini sebelumnya. Setiap orang di antaramu mampu membicarakan secara terus-menerus tanpa henti tentang satu atau beberapa cabang pengetahuan ini. Jadi, jelaslah betapa dalamnya pengetahuan ini telah memasuki pikiran manusia; jelas terlihat posisi yang ditempati pengetahuan ini dalam pikiran manusia dan betapa dalam pengaruhnya terhadap mereka. Begitu seseorang mengembangkan kecintaannya akan sebuah bidang pengetahuan, saat seseorang sudah benar-benar jatuh cinta pada bidang pengetahuan tersebut, mereka kemudian tanpa sadar mengembangkan ambisi: sebagian orang ingin menjadi penulis, sebagian ingin menjadi penulis karya sastra, sebagian ingin berkarier di bidang politik, dan sebagian orang ingin terlibat dalam ekonomi dan menjadi pengusaha. Lalu, ada beberapa orang yang ingin menjadi pahlawan, menjadi hebat, atau terkenal. Terlepas dari ingin menjadi orang seperti apa seseorang itu, tujuan mereka adalah mengambil metode pembelajaran pengetahuan ini dan menggunakannya untuk tujuan mereka sendiri, untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri, ambisi mereka sendiri. Sebagus apa pun kedengarannya—entah mereka ingin mencapai impian mereka, tidak menyia-nyiakan hidup mereka, atau ingin memiliki karier tertentu—mereka menumbuhkan ambisi dan cita-cita luhur ini, tetapi untuk apakah semua ini pada dasarnya? Pernahkah engkau semua mempertimbangkan pertanyaan ini sebelumnya? Mengapa Iblis bertindak dengan cara ini? Apa tujuan Iblis menanamkan hal-hal ini dalam diri manusia? Hatimu haruslah jelas mengenai pertanyaan ini.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 155

Selama proses manusia mempelajari pengetahuan, Iblis menggunakan segala macam metode, entah itu menceritakan berbagai kisah, sekadar memberi mereka pengetahuan individual tertentu, atau memungkinkan mereka untuk memuaskan keinginan atau ambisi mereka. Ke jalan apa Iblis ingin menuntunmu? Orang-orang mengira tidak ada salahnya mempelajari pengetahuan, bahwa hal itu sepenuhnya alami. Mengatakannya dengan cara lain agar terdengar menarik, menumbuhkan cita-cita luhur atau memiliki ambisi adalah memiliki dorongan, dan ini haruslah menjadi jalan yang benar dalam kehidupan. Bukankah merupakan cara hidup yang lebih mulia bagi manusia jika mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka sendiri, atau berhasil membangun karier? Dengan melakukan hal-hal ini, orang tidak hanya dapat menghormati leluhurnya, tetapi juga berkesempatan untuk meninggalkan jejak dirinya dalam sejarah—bukankah ini hal yang baik? Ini adalah hal yang baik di mata orang-orang duniawi, dan bagi mereka hal ini tentunya merupakan hal yang tepat dan positif. Namun, apakah Iblis, dengan motifnya yang jahat, membawa manusia ke jalan semacam ini dan hanya itu tujuannya? Tentu saja tidak. Sebenarnya, seluhur apa pun cita-cita manusia, serealistis apa pun keinginan manusia, atau seberapa pantas tampaknya hal-hal tersebut, semua yang ingin dicapai manusia, semua yang dicari manusia, terkait erat dengan dua kata. Kedua kata ini sangat penting bagi kehidupan setiap orang, dan kedua kata ini adalah hal-hal yang ingin Iblis tanamkan dalam diri manusia. Apakah kedua kata ini? Kedua kata ini adalah "ketenaran" dan "keuntungan." Iblis menggunakan metode yang sangat halus semacam ini, sebuah metode yang sangat selaras dengan gagasan manusia, yang sama sekali tidak radikal, yang melaluinya menyebabkan orang tanpa sadar menerima cara hidup Iblis, aturan-aturan Iblis untuk dijalani, dan untuk menetapkan tujuan hidup serta arah dalam kehidupan mereka, dan dengan melakukannya, mereka juga tanpa sadar jadi memiliki ambisi dalam kehidupan. Sebesar apa pun tampaknya ambisi kehidupan ini, semua itu terkait erat dengan "ketenaran" dan "keuntungan." Segala sesuatu yang diikuti oleh orang hebat atau terkenal mana pun—sebenarnya, oleh semua orang—dalam kehidupan, hanya terkait dengan dua kata ini: "ketenaran" dan "keuntungan." Orang mengira setelah memiliki ketenaran dan keuntungan, mereka kemudian dapat memanfaatkan hal-hal tersebut untuk menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, serta menikmati hidup. Mereka menganggap ketenaran dan keuntungan adalah semacam modal yang bisa mereka gunakan untuk memperoleh kehidupan yang penuh pencarian akan kesenangan dan kenikmatan daging yang sembrono. Demi ketenaran dan keuntungan yang begitu didambakan umat manusia ini, orang-orang bersedia, meskipun tanpa sadar, menyerahkan tubuh, pikiran mereka, semua yang mereka miliki, masa depan, dan nasib mereka kepada Iblis. Mereka melakukannya bahkan tanpa keraguan sedikit pun, tanpa pernah tahu akan perlunya memulihkan semua yang telah mereka serahkan. Dapatkah orang tetap memegang kendali atas diri mereka sendiri setelah mereka berlindung kepada Iblis dengan cara ini dan menjadi setia kepadanya? Tentu saja tidak. Mereka sama sekali dan sepenuhnya dikendalikan oleh Iblis. Mereka telah sama sekali dan sepenuhnya tenggelam dalam rawa, dan tidak mampu membebaskan dirinya. Begitu seseorang terperosok dalam ketenaran dan keuntungan, mereka tidak lagi mencari apa yang cerah, apa yang benar, atau hal-hal yang indah dan baik. Ini karena kekuatan menggoda yang dimiliki ketenaran dan keuntungan atas diri orang-orang terlalu besar; ketenaran dan keuntungan menjadi hal yang dikejar orang sepanjang hidup mereka dan bahkan untuk selamanya tanpa akhir. Bukankah benar demikian? Beberapa orang akan berkata bahwa mempelajari pengetahuan tidak lebih dari membaca buku atau mempelajari beberapa hal yang belum mereka ketahui agar tidak ketinggalan zaman atau tertinggal oleh dunia. Pengetahuan dipelajari hanya agar mereka dapat menyediakan makanan di meja, untuk masa depan mereka sendiri, atau untuk menyediakan kebutuhan dasar. Adakah orang yang akan belajar keras selama satu dekade hanya demi kebutuhan dasar, hanya untuk menyelesaikan masalah makanan? Tidak, tidak ada yang seperti ini. Jadi, mengapa orang menderita kesukaran ini selama bertahun-tahun? Ini adalah demi ketenaran dan keuntungan. Ketenaran dan keuntungan menanti mereka di kejauhan, menarik mereka, dan mereka percaya bahwa hanya melalui kerajinan, kesukaran, dan perjuangan mereka sendiri, mereka dapat mengikuti jalan yang akan menuntun mereka untuk memperoleh ketenaran dan keuntungan. Orang seperti itu harus menderita kesukaran-kesukaran ini demi jalan masa depan mereka sendiri, demi kesenangan masa depan mereka, dan demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan apa ini—dapatkah engkau semua mengatakannya kepada-Ku? Bukankah ini adalah aturan hidup yang ditanamkan dalam diri manusia, aturan yang Iblis ajarkan kepada mereka selagi mereka mempelajari pengetahuan? Bukankah ini adalah "cita-cita luhur" kehidupan yang ditanamkan Iblis dalam diri manusia? Ambil contoh, gagasan orang-orang hebat, integritas orang terkenal, atau semangat keberanian tokoh heroik, atau ambil contoh sikap kesatria dan kebaikan para tokoh utama dan pendekar pedang dalam novel seni beladiri—bukankah semua ini adalah cara yang digunakan Iblis untuk menanamkan cita-cita ini? (Ya, benar.) Gagasan ini memengaruhi generasi demi generasi, dan orang-orang di setiap generasi dipaksa untuk menerima gagasan ini, untuk hidup demi gagasan ini, dan mengejar gagasan-gagasan ini tanpa henti. Inilah caranya, saluran yang melaluinya Iblis menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia. Jadi, setelah Iblis menuntun manusia ke jalan ini, apakah masih mungkin bagi mereka untuk menyembah Tuhan? Apakah pengetahuan dan pemikiran yang Iblis tanamkan dalam diri manusia mengandung sedikit saja penyembahan kepada Tuhan? Adakah terkandung di dalamnya sesuatu yang merupakan kebenaran? Adakah terkandung di dalamnya takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? (Tidak.) Engkau semua sepertinya tidak terlalu yakin, tetapi itu tidak masalah. Selama engkau menyadari bahwa "ketenaran" dan "keuntungan" adalah dua kata kunci yang Iblis gunakan untuk memikat orang menuju jalan kejahatan, maka itu sudah cukup.

Mari kita meninjau secara singkat apa yang telah kita bahas sejauh ini: apa yang Iblis gunakan untuk membuat manusia tetap berada dalam kendalinya? (Ketenaran dan keuntungan.) Jadi, Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 156

Iblis menggunakan nama sains untuk memuaskan keingintahuan manusia, keinginan manusia untuk menjelajahi sains serta menyelidiki misteri. Atas nama sains, Iblis memuaskan kebutuhan materiel manusia serta tuntutan manusia untuk terus meningkatkan kualitas hidup mereka. Jadi, dengan dalih inilah Iblis menggunakan sains untuk merusak manusia. Apakah hanya pemikiran atau akal budi manusia yang Iblis rusak dengan menggunakan sains dengan cara ini? Dari antara manusia, peristiwa, dan hal-hal di sekitar kita yang dapat kita lihat dan dapat kita sentuh, apa lagi dari semua ini yang Iblis rusak dengan menggunakan sains? (Lingkungan alam.) Benar. Tampaknya, engkau semua telah sangat dirugikan oleh hal ini, dan sangat terpengaruh. Selain menggunakan segala macam penemuan dan kesimpulan sains untuk menipu manusia, Iblis juga menggunakan sains sebagai sarana untuk melakukan penghancuran tak terkendali serta mengeksploitasi lingkungan hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Iblis melakukan ini dengan dalih bahwa jika manusia melakukan penelitian ilmiah, lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia akan terus meningkat, dan lebih jauh lagi, bahwa tujuan pengembangan sains adalah untuk memenuhi kebutuhan materiel sehari-hari manusia yang semakin meningkat serta kebutuhan mereka untuk terus meningkatkan kualitas hidup mereka. Inilah landasan teoretis pengembangan sains Iblis. Namun, apa yang telah didatangkan sains bagi umat manusia? Terdiri dari apakah lingkungan yang terhubung dengan kita? Bukankah udara yang dihirup manusia telah menjadi tercemar? Apakah air yang kita minum masih benar-benar murni? (Tidak.) Apakah makanan yang kita konsumsi alami? Sebagian besar makanan itu ditanam dengan menggunakan pupuk kimiawi dan dibudidayakan dengan menggunakan modifikasi genetika, dan terdapat juga mutasi yang disebabkan oleh penggunaan beragam metode ilmiah. Bahkan sayuran dan buah-buahan yang kita makan tidak lagi alami. Bahkan telur yang alami tidak lagi mudah ditemukan, dan telur tidak lagi terasa seperti sebelumnya setelah diproses oleh apa yang disebut sebagai sains Iblis. Secara garis besar, seluruh atmosfer telah rusak dan tercemar; gunung, danau, hutan, sungai, lautan, dan segala sesuatu yang di atas dan di bawah tanah semuanya telah dirusak oleh apa yang disebut sebagai pencapaian sains. Singkatnya, seluruh lingkungan alam, lingkungan hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia, telah dihancurkan dan dirusak oleh apa yang disebut sebagai sains. Meskipun ada banyak orang yang telah memperoleh apa yang selalu mereka harapkan dalam hal kualitas hidup yang mereka cari, yang memuaskan baik keinginan mereka maupun daging mereka, lingkungan di mana manusia hidup pada dasarnya telah dihancurkan dan dirusak oleh berbagai "pencapaian" yang dihasilkan oleh sains. Sekarang, kita tidak lagi punya hak untuk menghirup udara bersih. Bukankah ini adalah penderitaan umat manusia? Masih adakah kebahagian tersisa bagi manusia, jika ia harus hidup di ruang semacam ini? Ruang dan lingkungan hidup tempat manusia hidup ini, sejak semula, diciptakan oleh Tuhan bagi manusia. Air yang manusia minum, udara yang manusia hirup, makanan yang manusia makan, tanaman, pepohonan, dan lautan—setiap bagian dari lingkungan hidup ini dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia; semua itu alami, berjalan sesuai dengan hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Jika tidak ada sains, manusia akan bahagia dan bisa menikmati segala sesuatu dalam kondisinya yang paling asli, sesuai dengan cara Tuhan dan sesuai dengan apa yang Tuhan anugerahkan untuk mereka nikmati. Namun, sekarang, semua ini telah dihancurkan dan dirusak oleh Iblis; ruang hidup mendasar manusia tidak lagi murni. Namun, tak seorang pun mampu mengetahui apa yang menyebabkan hal ini atau bagaimana hal ini terjadi, dan lebih banyak orang menggunakan sains dan memahaminya melalui gagasan yang ditanamkan Iblis dalam diri mereka. Bukankah ini benar-benar menjijikkan dan menyedihkan? Dengan Iblis yang sekarang telah mengambil ruang tempat manusia ada, juga lingkungan hidup mereka, dan merusak keduanya sampai pada keadaan ini, dan dengan umat manusia yang terus berkembang dengan cara ini, perlukah bagi Tuhan untuk secara pribadi menghancurkan orang-orang ini? Jika manusia terus berkembang dengan cara ini, arah mana yang mereka tuju? (Mereka akan dimusnahkan.) Bagaimana mereka akan dimusnahkan? Selain pencarian manusia yang tamak akan ketenaran dan keuntungan, mereka terus-menerus melakukan penyelidikan ilmiah dan menyelam jauh ke dalam riset, kemudian tanpa henti bertindak sedemikian rupa untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan materiel mereka sendiri; lalu apa akibatnya bagi manusia? Pertama-tama, keseimbangan ekologis rusak, dan ketika ini terjadi, tubuh manusia, organ internal mereka, tercemar dan dirusak oleh lingkungan yang tidak seimbang ini, dan berbagai penyakit menular dan wabah menyebar ke seluruh dunia. Bukankah benar bahwa sekarang ini merupakan situasi yang tak dapat dikendalikan oleh manusia? Sekarang setelah engkau semua memahami hal ini, jika umat manusia tidak mengikuti Tuhan, tetapi selalu mengikuti Iblis dengan cara ini—menggunakan pengetahuan untuk terus memperkaya diri sendiri, menggunakan sains untuk tanpa henti meneliti masa depan kehidupan manusia, menggunakan cara seperti ini untuk terus hidup—dapatkah engkau mengetahui bagaimana semua ini akan berakhir bagi umat manusia? (Itu akan berarti kepunahan.) Ya, itu akan berakhir dengan kepunahan: manusia semakin mendekati kepunahannya sendiri, selangkah demi selangkah! Sekarang ini, tampaknya seolah-olah sains adalah semacam ramuan ajaib yang telah Iblis siapkan bagi manusia sehingga ketika engkau semua mencoba untuk membedakan banyak hal, engkau melakukannya dengan pandangan yang berkabut; tidak peduli sekeras apa pun engkau melihat, engkau tidak dapat melihat segala sesuatunya dengan jelas, dan sekeras apa pun engkau berusaha, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimanapun, Iblis menggunakan nama sains untuk membangkitkan minatmu dan mengendalikan dirimu sepenuhnya, setapak demi setapak, menuju jurang maut dan kematian.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 157

Iblis memanfaatkan budaya tradisional untuk merusak manusia. Ada banyak kesamaan antara budaya tradisional dan takhayul, tetapi perbedaannya adalah budaya tradisional memiliki kisah, kiasan, dan sumber-sumber tertentu. Iblis telah mengarang dan menciptakan banyak cerita rakyat atau kisah-kisah yang muncul dalam buku sejarah, membuat orang memiliki kesan mendalam terhadap tokoh-tokoh budaya tradisional atau takhayul. Misalnya, di Tiongkok ada "Delapan Dewa Menyeberangi Samudra," "Perjalanan ke Barat," "Kaisar Langit," "Nezha Menaklukkan Raja Naga," dan "Pelantikan Para Dewa." Bukankah semua ini telah berakar secara mendalam dalam pikiran manusia? Bahkan jika beberapa orang di antaramu tidak mengetahui seluruh rinciannya, engkau masih mengetahui kisahnya secara umum, dan konten secara umum inilah yang melekat dalam hati dan pikiranmu sehingga engkau tidak bisa melupakannya. Ini adalah berbagai gagasan atau legenda yang Iblis persiapkan sejak lama bagi manusia, dan yang telah disebarluaskan pada waktu berbeda. Hal-hal ini secara langsung membahayakan dan mengikis jiwa manusia dan menempatkan orang di bawah mantra demi mantra. Ini berarti, begitu engkau menerima budaya tradisional, kisah, atau hal-hal takhayul seperti ini, begitu hal-hal ini tertanam dalam pikiranmu, dan begitu semua ini melekat dalam hatimu, itu seperti engkau telah dimantrai—engkau menjadi terjerat dan terpengaruh oleh jebakan budaya ini, oleh gagasan dan kisah-kisah tradisional ini. Semua itu memengaruhi kehidupanmu, pandanganmu tentang kehidupan, dan penilaianmu mengenai berbagai hal. Bahkan lebih dari itu, semua itu memengaruhi pengejaranmu akan jalan yang benar dalam kehidupan: ini benar-benar mantra yang jahat. Meski berusaha sekuat tenaga, engkau tak dapat mengenyahkannya; engkau menebangnya, tetapi tak dapat menumbangkannya; engkau memukulnya, tetapi tak dapat merobohkannya. Lebih jauh lagi, setelah orang tanpa sadar berada di bawah mantra semacam ini, mereka tanpa sadar mulai menyembah Iblis, menumbuhkan citra Iblis dalam hati mereka. Dengan kata lain, mereka menetapkan Iblis sebagai berhala mereka, sebagai objek yang mereka sembah dan kagumi, bahkan sampai menganggapnya sebagai Tuhan. Tanpa disadari, hal-hal ini berada dalam hati orang, mengendalikan perkataan dan perbuatan mereka. Selain itu, pada awalnya engkau menganggap kisah-kisah dan legenda ini salah, tetapi kemudian engkau tanpa sadar mengakui keberadaannya, membuatnya menjadi tokoh-tokoh nyata dan mengubah semua itu menjadi objek yang sungguh-sungguh ada dan nyata. Dalam ketidaktahuanmu, engkau tanpa sadar menerima gagasan ini dan keberadaan hal-hal ini. Engkau juga tanpa sadar menerima setan, Iblis, dan berhala ke dalam rumahmu sendiri dan ke dalam hatimu sendiri—ini benar-benar sebuah mantra. Apakah engkau setuju dengan perkataan-perkataan ini? (Ya.) Adakah di antaramu yang dahulu membakar dupa dan menyembah Buddha? (Ya.) Jadi, apa tujuan membakar dupa dan menyembah Buddha? (Berdoa meminta kedamaian.) Jika kau pikirkan hal ini sekarang, bukankah konyol berdoa kepada Iblis untuk meminta kedamaian? Apakah Iblis membawa kedamaian? (Tidak.) Tidakkah kau melihat betapa bodohnya dirimu pada waktu itu? Perilaku semacam itu tidak masuk akal, bodoh, dan naif, bukan? Iblis hanya peduli dengan bagaimana merusak dirimu. Iblis tidak mungkin dapat memberikan kedamaian kepadamu, hanya kelegaan sementara. Namun, untuk mendapatkan kelegaan ini, engkau harus mengikrarkan sumpah, dan jika engkau melanggar janji atau sumpah yang telah engkau ikrarkan kepada Iblis, engkau akan melihat bagaimana ia menyiksamu. Dengan membuatmu bersumpah, Iblis sebetulnya ingin mengendalikanmu. Ketika engkau semua berdoa meminta kedamaian, apakah engkau semua memperoleh kedamaian? (Tidak.) Engkau tidak memperoleh kedamaian, tetapi sebaliknya, upayamu itu membawa kemalangan dan bencana yang tak kunjung berakhir—benar-benar lautan kepahitan tanpa batas. Kedamaian tidak ada di dalam wilayah kekuasaan Iblis, dan ini adalah kebenarannya. Inilah akibat yang ditimbulkan takhayul feodal dan budaya tradisional bagi umat manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 158

Iblis menggunakan tren sosial untuk merusak manusia. "Tren sosial" mencakup banyak hal. Beberapa orang berkata: "Apakah itu berarti mode, kosmetik, gaya rambut, dan makanan adiboga terkini?" Apakah hal-hal ini dianggap sebagai tren sosial? Hal-hal ini merupakan satu bagian dari tren sosial, tetapi kita tidak akan membahas mengenai hal itu di sini. Kita hanya ingin membahas tentang gagasan yang tren sosial timbulkan dalam diri orang-orang, cara tren sosial menyebabkan orang berperilaku di dunia, dan tujuan hidup serta pandangan yang ditimbulkan tren sosial dalam diri orang-orang. Ini sangat penting; tren sosial dapat mengendalikan dan memengaruhi kondisi pikiran manusia. Tren-tren ini muncul satu demi satu, dan semua itu membawa pengaruh jahat yang terus-menerus merendahkan manusia, menyebabkan orang kehilangan hati nurani, kemanusiaan, dan nalar, semakin melemahkan moral mereka dan kualitas karakter mereka, sampai-sampai kita bahkan bisa mengatakan bahwa sebagian besar orang sekarang ini tidak memiliki integritas, tidak memiliki kemanusiaan, dan tidak memiliki hati nurani, apalagi nalar. Jadi, tren apakah ini? Ini adalah tren yang tidak dapat engkau lihat dengan mata telanjang. Ketika tren baru menyapu dunia, mungkin hanya sedikit orang yang menjadi pelopor, yang bertindak sebagai pemrakarsa tren tersebut. Mereka memulai dengan melakukan sesuatu yang baru, kemudian menerima semacam gagasan atau semacam perspektif. Namun, kebanyakan orang akan terus-menerus terjangkit, terserap, dan tertarik oleh tren semacam ini dalam keadaan tidak sadar, sampai mereka semua tanpa sadar dan dengan rela menerima tren tersebut dan menjadi tenggelam di dalamnya dan dikendalikan olehnya. Satu demi satu, tren-tren semacam ini menyebabkan manusia, yang tubuh dan pikirannya tidak sehat, tidak mengetahui apa itu kebenaran, dan tidak dapat membedakan antara hal-hal yang positif dan negatif, dengan senang hati menerima tren-tren tersebut, juga pandangan hidup dan nilai-nilai yang berasal dari Iblis. Mereka menerima apa yang Iblis katakan kepada mereka tentang bagaimana menjalani hidup dan cara hidup yang Iblis "anugerahkan" kepada mereka, dan mereka tidak memiliki kekuatan ataupun kemampuan, apalagi kesadaran untuk menentangnya. Jadi, apa sesungguhnya tren-tren ini? Aku telah memilih sebuah contoh sederhana yang mungkin akan engkau semua pahami secara bertahap. Sebagai contoh, dahulu orang-orang menjalankan bisnisnya dengan tidak menipu seorang pun; mereka menjual barang dengan harga yang sama kepada siapa pun pembelinya. Bukankah sedikit unsur hati nurani yang baik dan kemanusiaan disampaikan di sini? Ketika orang menjalankan bisnisnya seperti ini, yaitu dengan iktikad yang baik, dapat dilihat bahwa mereka masih memiliki hati nurani dan kemanusiaan pada saat itu. Namun, dengan meningkatnya tuntutan manusia untuk mendapatkan uang, orang tanpa sadar menjadi semakin mencintai uang, keuntungan, dan kesenangan. Singkatnya, orang mulai menganggap uang lebih penting daripada sebelumnya. Ketika orang memandang uang sebagai hal yang lebih penting, mereka tanpa sadar mulai menganggap reputasi, ketenaran, nama baik, dan integritas mereka kurang penting, bukan? Ketika engkau terlibat dalam bisnis, engkau melihat orang lain menggunakan berbagai cara untuk menipu orang dan menjadi kaya. Meskipun uang yang dihasilkan diperoleh secara tidak halal, semakin lama mereka menjadi semakin kaya. Meskipun mereka mungkin terlibat dalam bisnis yang sama denganmu, seluruh keluarga mereka lebih menikmati kehidupan daripadamu, dan engkau merasa tidak senang, lalu berkata pada dirimu sendiri, "Mengapa aku tidak bisa melakukan itu? Mengapa aku tidak dapat menghasilkan sebanyak mereka? Aku harus memikirkan cara untuk mendapatkan lebih banyak uang, untuk membuat bisnisku berhasil." Engkau kemudian melakukan yang terbaik untuk merenungkan bagaimana menghasilkan banyak uang. Menurut metode menghasilkan uang yang biasanya—menjual barang dengan harga yang sama kepada semua pelanggan—setiap keuntungan yang engkau peroleh dihasilkan tanpa perasaan bersalah. Namun, ini bukan cara untuk menjadi kaya dengan cepat. Didorong oleh keinginan untuk menghasilkan keuntungan, pemikiranmu mengalami perubahan secara bertahap. Selama perubahan ini, prinsip-prinsipmu dalam berperilaku juga mulai berubah. Ketika engkau pertama kalinya menipu seseorang, engkau memiliki keraguan, dan berkata, "Hanya kali ini saja aku akan menipu orang. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak bisa menipu orang. Ada konsekuensi serius terhadap kecurangan. Kecurangan akan mendatangkan banyak masalah bagiku!" Ketika pertama kali engkau menipu seseorang, hatimu merasa tidak tenteram; inilah fungsi hati nurani manusia—untuk membuatmu merasa tidak tenteram dan untuk menegurmu sehingga terasa tidak wajar jika engkau menipu seseorang. Namun, setelah engkau berhasil menipu seseorang, engkau melihat bahwa engkau sekarang memiliki lebih banyak uang daripada sebelumnya, dan engkau berpikir cara ini bisa sangat menguntungkan bagimu. Sekalipun ada sedikit perasaan sakit di hatimu, engkau tetap merasa ingin mengucapkan selamat kepada dirimu sendiri atas keberhasilanmu, dan engkau merasa agak senang dengan dirimu sendiri. Untuk pertama kalinya, engkau menyetujui perilakumu sendiri, cara-caramu yang menipu. Setelah itu, begitu manusia telah terkontaminasi dengan kecurangan ini, itu sama seperti seseorang yang terlibat dalam perjudian dan kemudian menjadi seorang penjudi. Dalam ketidaksadaranmu, engkau memberikan persetujuan untuk perilaku curangmu sendiri dan menerimanya. Tanpa sadar, engkau menganggap kecurangan sebagai perilaku komersial yang sah dan sarana paling berguna bagi kelangsungan hidup dan mata pencaharianmu; engkau berpikir dengan melakukan ini engkau bisa menjadi kaya dengan cepat. Ini adalah sebuah proses: pada awalnya, orang tidak bisa menerima tipe perilaku ini dan mereka memandang rendah perilaku dan praktik semacam ini. Lalu, mereka mulai melakukan eksperimen dengan berperilaku seperti ini, mencoba melakukannya dengan cara mereka sendiri, dan hati mereka mulai berubah secara bertahap. Perubahan macam apakah ini? Ini adalah persetujuan dan penerimaan terhadap tren ini, terhadap gagasan yang ditanamkan oleh tren sosial dalam dirimu ini. Tanpa disadari, jika engkau tidak menipu orang saat berbisnis dengan mereka, engkau merasa lebih buruk; jika engkau tidak menipu orang, engkau merasa seakan-akan telah kehilangan sesuatu. Tanpa kausadari, kecurangan ini menjadi jiwamu, tulang punggungmu, dan sejenis perilaku yang tak terpisahkan, yang merupakan prinsip dalam hidupmu. Setelah manusia menerima perilaku dan pemikiran ini, tidakkah ini telah menyebabkan perubahan dalam hatinya? Hatimu telah berubah, jadi, apakah integritasmu juga telah berubah? Apakah kemanusiaanmu telah berubah? Apakah hati nuranimu telah berubah? (Ya.) Ya, setiap bagian orang ini mengalami perubahan kualitatif, mulai dari hati mereka sampai pemikiran mereka, sedemikian rupa hingga mereka berubah dari dalam hingga ke luar. Perubahan ini menarikmu semakin jauh dari Tuhan, dan engkau menjadi semakin selaras dengan Iblis; semakin lama engkau menjadi semakin serupa dengan Iblis.

Ketika melihat tren-tren sosial ini, apakah menurutmu tren-tren sosial ini memiliki pengaruh yang besar dalam diri manusia? Apakah tren sosial memiliki efek yang sangat membahayakan bagi manusia? (Ya.) Tren sosial memiliki efek yang sangat membahayakan dalam diri orang-orang. Apa sajakah dalam diri manusia yang Iblis rusak dengan menggunakan satu demi satu tren sosial? (Hati nurani, nalar, kemanusiaan, moral, dan pandangan hidup manusia.) Tren sosial menyebabkan kemerosotan secara bertahap dalam diri manusia, bukan? Iblis menggunakan tren sosial ini untuk memikat orang selangkah demi selangkah ke dalam sarang setan sehingga orang-orang yang terjebak dalam tren sosial tanpa sadar menjunjung tinggi uang serta keinginan materiel, kejahatan, dan kekerasan. Setelah hal-hal ini memasuki hati manusia, lalu menjadi apakah manusia itu? Manusia menjadi setan, si Iblis! Mengapa? Karena, kecenderungan psikologis apakah yang ada dalam hati manusia? Apa yang manusia hormati? Manusia mulai menikmati kejahatan dan kekerasan, tidak menunjukkan cinta akan keindahan atau kebaikan, apalagi kedamaian. Orang tidak bersedia menjalani kehidupan sederhana dari kemanusiaan yang normal, tetapi sebaliknya, ingin menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, bersenang-senang dalam kenikmatan daging, melakukan segala upaya untuk memuaskan daging mereka sendiri, tanpa batasan, tanpa pengikat untuk menahan diri mereka; dengan kata lain, melakukan apa pun yang mereka inginkan. Jadi, ketika manusia telah menjadi tenggelam dalam tren-tren semacam ini, dapatkah pengetahuan yang telah engkau pelajari menolongmu membebaskan diri? Dapatkah pemahamanmu mengenai budaya tradisional dan takhayul menolongmu melarikan diri dari kesulitan yang mengerikan ini? Dapatkah moral dan upacara tradisional yang dikenal manusia membantu orang untuk menahan diri? Ambil contoh Tiga Karakter Klasik. Dapatkah itu menolong orang menarik kakinya keluar dari rawa tren ini? (Tidak, tidak bisa.) Dengan demikian, manusia menjadi semakin jahat, congkak, merendahkan, egois, dan dengki. Tidak ada lagi kasih sayang di antara manusia, tidak ada lagi kasih di antara anggota keluarga, tidak ada lagi pengertian di antara kerabat dan teman; hubungan manusia telah ditandai oleh kekerasan. Setiap orang berusaha menggunakan cara-cara kekerasan untuk hidup di antara sesamanya; mereka merebut roti sehari-hari mereka dengan menggunakan kekerasan; mereka memenangkan kedudukan mereka dan mendapatkan keuntungan dengan menggunakan kekerasan, dan mereka menggunakan cara-cara yang penuh kekerasan dan jahat untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Bukankah umat manusia ini begitu mengerikan? (Ya.) Setelah mendengarkan semua hal yang telah Kubicarakan ini, tidakkah engkau semua berpikir betapa mengerikannya hidup di lingkungan ini, di dunia ini, dan di tengah orang-orang semacam ini, di mana Iblis merusak manusia? (Ya.) Jadi, pernahkah engkau semua merasa betapa dirimu sendiri begitu menyedihkan? Engkau pasti sedikit merasakannya saat ini, bukan? (Ya.) Mendengar nada suaramu, tampak seolah-olah engkau berpikir, "Iblis memiliki begitu banyak cara untuk merusak manusia. Ia merebut setiap kesempatan dan berada di mana pun kita berpaling. Apakah manusia masih bisa diselamatkan?" Apakah manusia masih bisa diselamatkan? Dapatkah manusia menyelamatkan dirinya sendiri? (Tidak.) Dapatkah Kaisar Langit menyelamatkan manusia? Dapatkah Konfusius menyelamatkan manusia? Dapatkah Guanyin Bodhisattva menyelamatkan manusia? (Tidak.) Jadi, siapakah yang dapat menyelamatkan manusia? (Tuhan.) Namun, beberapa orang akan mengajukan pertanyaan semacam ini dalam hati mereka: "Iblis melukai kita dengan begitu ganas, dengan kegilaan yang sedemikian kejam sehingga kita tidak punya harapan untuk menjalani kehidupan, juga tidak punya kepercayaan diri untuk menjalani kehidupan. Kita semua hidup di tengah kerusakan, dan setiap orang menentang Tuhan bagaimanapun juga, dan sekarang hati kita telah tenggelam sedemikian dalam. Jadi, di manakah Tuhan tatkala Iblis merusak kita? Apa yang sedang Tuhan lakukan? Apa pun yang sedang Tuhan lakukan bagi kita, kita tidak pernah merasakannya!" Beberapa orang pasti merasa sedih dan agak berkecil hati, benar bukan? Bagi engkau semua, perasaan ini sangat dalam karena semua yang telah Kukatakan adalah demi memungkinkan orang untuk secara perlahan memahami, untuk semakin merasakan bahwa mereka tidak punya harapan, untuk semakin merasakan bahwa mereka telah ditinggalkan oleh Tuhan. Namun, jangan khawatir. Topik persekutuan kita hari ini, "kejahatan Iblis," bukanlah tema kita yang sebenarnya. Namun, untuk membahas tentang esensi kekudusan Tuhan, pertama-tama kita harus mendiskusikan tentang cara Iblis merusak manusia dan kejahatan Iblis untuk membuat orang-orang lebih jelas tentang seperti apakah keadaan manusia saat ini. Salah satu tujuan membicarakan tentang hal ini adalah memungkinkan orang untuk mengetahui kejahatan Iblis, dan tujuan lainnya adalah memungkinkan orang untuk memahami secara lebih dalam apa arti kekudusan yang sejati.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 159

Setiap kali Iblis merusak manusia atau menimbulkan kerugian tak terkendali pada manusia, Tuhan tidak berpangku tangan, Dia juga tidak mengabaikan ataupun menutup mata terhadap orang-orang yang telah dipilih-Nya. Tuhan mengerti dengan sangat jelas semua yang Iblis lakukan. Tak peduli apa pun yang Iblis lakukan, apa pun tren yang Iblis munculkan, Tuhan tahu semua yang Iblis berusaha lakukan, dan Tuhan tidak menyerah atas orang-orang yang telah dipilih-Nya. Sebaliknya, tanpa menarik perhatian—secara rahasia, secara diam-diam—Tuhan melakukan semua yang perlu dilakukan. Ketika Tuhan mulai bekerja dalam diri seseorang, ketika Dia telah memilih seseorang, Dia tidak mengumumkan berita ini kepada siapa pun, Dia juga tidak mengumumkannya kepada Iblis, apalagi melakukan tindakan besar apa pun. Dia hanya secara diam-diam, secara sangat wajar, melakukan apa yang perlu. Pertama, Dia memilih sebuah keluarga untukmu; latar belakang keluargamu, orang tuamu, leluhurmu—semua ini, Tuhan tetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, Tuhan tidak mengambil keputusan-keputusan ini secara mendadak; sebaliknya, Dia memulai pekerjaan ini sejak lama. Setelah Tuhan memilih sebuah keluarga untukmu, Dia kemudian memilih tanggal engkau akan dilahirkan. Kemudian, Tuhan mengawasimu saat engkau dilahirkan dan datang ke dunia dengan menangis. Dia mengawasi kelahiranmu, mengawasi saat engkau mengucapkan kata pertamamu, mengawasi ketika engkau tersandung dan tertatih-tatih mengayunkan langkah pertamamu saat engkau belajar berjalan. Pertama engkau mengayunkan satu langkah, lalu langkah berikutnya ... dan sekarang engkau dapat berlari, melompat, berbicara, dan mengungkapkan perasaanmu. Sementara manusia bertumbuh dewasa, Iblis menatap mereka masing-masing lekat-lekat, bagaikan harimau yang mengintai mangsanya. Namun, dalam melakukan pekerjaan-Nya, Tuhan tidak pernah tunduk pada batasan apa pun yang timbul dari manusia, peristiwa atau hal-hal, ruang ataupun waktu; Dia melakukan apa yang harus Dia lakukan dan yang memang harus Dia lakukan. Selama proses bertumbuh dewasa, engkau mungkin mengalami banyak hal yang tidak engkau sukai, seperti penyakit dan perasaan frustasi. Namun, saat engkau menapaki jalan ini, hidup dan masa depanmu benar-benar berada dalam pemeliharaan Tuhan. Tuhan memberimu jaminan sejati yang akan bertahan sepanjang hidupmu, karena Dia berada tepat di sisimu, menjaga dan memeliharamu. Engkau bertumbuh dewasa tanpa menyadari hal ini. Engkau mulai bersentuhan dengan hal-hal baru dan mulai mengenal dunia dan umat manusia ini. Segalanya segar dan baru bagimu. Engkau memiliki beberapa hal yang senang engkau lakukan. Engkau hidup dalam kemanusiaanmu sendiri, engkau hidup di dalam ruang hidupmu sendiri dan engkau tidak memiliki sedikit pun persepsi tentang keberadaan Tuhan. Namun, Tuhan mengawasimu di setiap langkah jalanmu saat engkau bertumbuh, dan Dia mengawasimu saat engkau mengambil setiap langkah maju. Bahkan ketika engkau sedang belajar pengetahuan atau mempelajari sains, Tuhan tidak pernah selangkah pun meninggalkan sisimu. Engkau sama saja seperti orang lain yaitu, dalam proses mengenal dunia dan terlibat di dalamnya, engkau telah menetapkan cita-citamu sendiri, engkau memiliki kegemaranmu sendiri, minatmu sendiri, dan engkau juga memiliki ambisi yang tinggi. Engkau sering memikirkan masa depanmu sendiri, sering menggambarkan secara garis besar tentang bagaimana seharusnya masa depanmu. Namun, tak peduli apa pun yang terjadi di sepanjang perjalanan, Tuhan melihat semua yang terjadi dengan jelas. Mungkin engkau sendiri telah melupakan masa lalumu, tetapi bagi Tuhan, tidak ada orang yang dapat memahami dirimu lebih baik daripada Dia. Engkau hidup di bawah pengawasan Tuhan, bertumbuh, menjadi dewasa. Selama kurun waktu ini, tugas terpenting Tuhan adalah sesuatu yang tak seorang pun pernah menyadarinya, sesuatu yang tak seorang pun mengetahuinya. Tuhan tentu saja tidak memberi tahu siapa pun tentang hal itu. Jadi, apakah hal yang terpenting ini? Dapat dikatakan bahwa hal terpenting ini adalah jaminan bahwa Tuhan akan menyelamatkan seseorang. Ini berarti jika Tuhan ingin menyelamatkan orang ini, Dia harus melakukan hal ini. Tugas ini sangat penting bagi manusia dan bagi Tuhan. Apakah engkau semua tahu apa hal terpenting ini? Sepertinya engkau semua tidak memiliki perasaan mengenai ini atau konsep apa pun mengenai hal ini, jadi, Aku akan memberitahukannya kepadamu. Dari sejak engkau dilahirkan sampai sekarang, Tuhan telah melakukan banyak pekerjaan dalam dirimu, tetapi Dia tidak memberimu catatan lengkap tentang semua yang telah Dia lakukan. Tuhan tidak mengizinkanmu mengetahui hal ini, dan Dia juga tidak memberitahukannya kepadamu. Namun, bagi umat manusia, segala sesuatu yang Dia lakukan penting. Menurut pendapat Tuhan, ini adalah sesuatu yang harus Dia lakukan. Dalam hati-Nya ada sesuatu yang penting yang perlu Dia lakukan yang jauh melebihi semua hal ini. Yaitu, sejak seseorang dilahirkan hingga saat ini, Tuhan harus menjamin keselamatan mereka. Saat engkau mendengar perkataan ini, engkau semua mungkin merasa seolah-olah engkau tidak sepenuhnya mengerti. Engkau mungkin bertanya, "Apakah keselamatan ini begitu penting?" Lalu, apa arti harfiah "keselamatan"? Mungkin engkau semua memahami keselamatan sebagai kedamaian atau tidak pernah mengalami bencana atau malapetaka, hidup dengan baik, menjalani kehidupan yang normal. Namun, dalam hatimu, engkau semua harus tahu bahwa keselamatan tidaklah sesederhana itu. Jadi apa sebenarnya yang Aku maksud tentang apa yang harus dilakukan Tuhan? Apa artinya keselamatan bagi Tuhan? Apakah ini suatu jaminan sebagaimana makna umum dari "keselamatan"? Tidak. Jadi, apakah hal yang Tuhan lakukan? "Keselamatan" ini berarti engkau tidak akan ditelan oleh Iblis. Apakah ini penting? Tidak ditelan oleh Iblis—apakah ini menyangkut keselamatanmu, atau tidak? Ya, ini menyangkut keselamatan pribadimu, dan tidak boleh ada hal yang lebih penting. Begitu engkau telah ditelan oleh Iblis, jiwa dan dagingmu tidak lagi menjadi milik Tuhan. Tuhan tidak akan menyelamatkanmu lagi. Tuhan meninggalkan jiwa-jiwa dan orang-orang yang telah ditelan oleh Iblis. Jadi, Aku berkata bahwa hal terpenting yang Tuhan harus lakukan adalah menjamin keselamatanmu ini, menjamin bahwa engkau tidak akan ditelan oleh Iblis. Ini sangat penting, bukan? Jadi, mengapa engkau semua tidak bisa menjawabnya? Sepertinya engkau semua tidak dapat merasakan kebaikan Tuhan yang besar!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 160

Tuhan melakukan jauh lebih banyak selain menjamin keselamatan manusia, yaitu menjamin agar mereka tidak akan ditelan oleh Iblis. Dia juga melakukan banyak pekerjaan persiapan sebelum memilih dan menyelamatkan seseorang. Pertama, Tuhan melakukan persiapan yang cermat mengenai karakter seperti apa yang akan engkau miliki, di keluarga macam apa engkau akan dilahirkan, siapa yang akan menjadi orang tuamu, berapa banyak saudara-saudari yang akan engkau miliki, dan seperti apa situasi, status ekonomi, dan kondisi keluarga tempat engkau akan dilahirkan. Apakah engkau semua tahu di keluarga seperti apa kebanyakan umat pilihan Tuhan dilahirkan? Apakah di keluarga-keluarga terkemuka? Kita tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keluarga terkemuka. Mungkin ada beberapa, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Apakah mereka dilahirkan dalam keluarga dengan kekayaan luar biasa, keluarga miliuner atau multimiliuner? Tidak, hampir tidak pernah mereka dilahirkan dalam keluarga seperti ini. Jadi, keluarga seperti apakah yang Tuhan atur untuk kebanyakan orang ini? (Keluarga biasa.) Jadi, keluarga mana yang dapat dianggap sebagai "keluarga biasa?" Keluarga biasa termasuk keluarga pekerja—yaitu keluarga yang mengandalkan upah untuk bertahan hidup, yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, dan tidak terlalu kaya; keluarga biasa juga termasuk keluarga petani. Petani mengandalkan hasil bumi untuk makanan mereka, memiliki biji-bijian untuk dimakan dan pakaian untuk dikenakan, dan tidak kelaparan atau kedinginan. Lalu ada beberapa keluarga yang menjalankan bisnis kecil, dan beberapa keluarga yang orang tuanya adalah kaum intelektual, dan ini juga dapat dihitung sebagai keluarga biasa. Juga ada beberapa orang tua yang merupakan pekerja kantor atau pejabat kecil pemerintah, yang juga tidak dapat dianggap sebagai keluarga terkemuka. Sebagian besar dilahirkan dalam keluarga biasa, dan ini semua diatur oleh Tuhan. Dengan kata lain, pertama-tama, lingkungan tempat engkau hidup bukanlah keluarga dengan kekayaan berlimpah seperti yang orang mungkin bayangkan, dan ini adalah keluarga yang ditentukan Tuhan bagimu, dan kebanyakan orang akan tinggal dalam batasan keluarga semacam ini. Jadi, bagaimana mengenai status sosial? Kondisi ekonomi kebanyakan orang tua adalah rata-rata dan mereka tidak memiliki status sosial yang tinggi—bagi mereka sudah bagus jika mereka punya pekerjaan. Apakah mereka termasuk gubernur? Atau presiden suatu negara? (Tidak.) Paling tinggi mereka adalah orang-orang seperti manajer bisnis atau pemilik usaha kecil. Status sosial mereka menengah, dan kondisi ekonomi mereka rata-rata. Faktor lain adalah lingkungan hidup keluarga. Pertama-tama, tidak ada orang tua di antara keluarga-keluarga ini yang akan jelas-jelas memengaruhi anak-anak mereka untuk menjalani jalur nujum dan ahli ramal; ada sangat sedikit yang terlibat dalam hal-hal semacam ini. Kebanyakan orang tua cukup normal. Pada saat yang sama ketika Tuhan memilih orang, Dia menetapkan lingkungan semacam ini bagi mereka, yang akan sangat bermanfaat bagi pekerjaan-Nya menyelamatkan orang. Di permukaan, sepertinya Tuhan tidak melakukan sesuatu yang menggemparkan bagi manusia; Dia hanya dengan tenang dan secara rahasia melakukan segala sesuatu yang harus Dia lakukan, dengan tersembunyi dan diam-diam. Namun pada kenyataannya, semua yang Tuhan lakukan, dilakukan-Nya untuk meletakkan dasar bagi keselamatanmu, untuk mempersiapkan jalan di depan dan semua kondisi yang diperlukan bagi keselamatanmu. Selanjutnya, Tuhan membawa setiap orang kembali ke hadapan-Nya, masing-masing pada waktu yang telah ditentukan: pada saat itulah engkau mendengar suara Tuhan; pada saat itulah engkau datang ke hadapan-Nya. Pada saat ini terjadi, beberapa orang telah menjadi orang tua, sementara yang lain masih merupakan anak seseorang. Dengan kata lain, beberapa orang telah menikah dan telah memiliki anak sementara yang lain masih lajang, belum memulai keluarga mereka sendiri. Namun, bagaimanapun situasi seseorang, Tuhan telah menetapkan waktu saat engkau akan dipilih dan saat Injil-Nya serta firman-Nya akan mencapai dirimu. Tuhan telah menetapkan keadaan, menentukan orang tertentu atau konteks tertentu yang melaluinya Injil akan disampaikan kepadamu, sehingga engkau dapat mendengar firman Tuhan. Tuhan telah mempersiapkan bagimu semua kondisi yang diperlukan. Dengan cara ini, meskipun manusia tidak menyadari bahwa hal ini sedang terjadi, manusia datang ke hadapan-Nya dan kembali ke dalam keluarga Tuhan. Manusia juga tanpa sadar mengikuti Tuhan dan masuk ke dalam setiap langkah pekerjaan-Nya, memasuki setiap langkah cara kerja Tuhan yang telah Dia persiapkan bagi manusia. Cara apakah yang Tuhan gunakan ketika Dia melakukan sesuatu bagi manusia pada saat ini? Pertama, minimal berupa pemeliharaan dan perlindungan yang manusia nikmati. Selain dari ini, Tuhan menetapkan berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal agar melalui semua itu manusia dapat melihat keberadaan-Nya dan perbuatan-Nya. Sebagai contoh, ada beberapa orang yang percaya kepada Tuhan karena seseorang dalam keluarga mereka sakit. Ketika orang lain memberitakan Injil kepada mereka, mereka mulai percaya kepada Tuhan, dan kepercayaan kepada Tuhan ini muncul karena situasi tersebut. Jadi, siapa yang mengatur situasi ini? (Tuhan.) Melalui penyakit ini, ada beberapa keluarga di mana semua orang adalah orang percaya, sementara ada keluarga lain di mana hanya sedikit orang dalam keluarga itu yang percaya. Di permukaan, sepertinya seseorang dalam keluargamu menderita penyakit, tetapi sebenarnya, itu merupakan keadaan yang dianugerahkan kepadamu agar engkau dapat datang ke hadapan Tuhan—ini adalah kebaikan Tuhan. Karena kehidupan keluarga sulit bagi sebagian orang dan mereka tidak dapat menemukan kedamaian, sebuah kesempatan berpeluang muncul dengan sendirinya—seseorang menyampaikan Injil dan berkata, "Percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan memiliki kedamaian." Dengan demikian, tanpa sadar, mereka menjadi percaya kepada Tuhan dalam keadaan yang sangat alami, jadi, bukankah ini adalah suatu tipe kondisi? Dan bukankah fakta bahwa tidak adanya kedamaian dalam keluarga mereka merupakan kasih karunia yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka? Ada juga sebagian orang yang menjadi percaya kepada Tuhan karena alasan lain. Ada berbagai alasan dan berbagai cara untuk percaya, tetapi apa pun alasan yang membuatmu percaya kepada-Nya, semua ini sebenarnya diatur dan dituntun oleh Tuhan. Pada awalnya, Tuhan menggunakan berbagai cara untuk memilihmu dan membawamu ke dalam keluarga-Nya. Ini adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada setiap orang.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 161

Di akhir pekerjaan-Nya pada akhir zaman, Dia tidak lagi hanya menganugerahkan kasih karunia dan berkat kepada manusia seperti yang Dia lakukan sebelumnya, Dia juga tidak membujuk manusia untuk bergerak maju. Selama tahap pekerjaan ini, apakah yang telah manusia lihat dari semua aspek pekerjaan Tuhan yang telah dia alami? Manusia telah melihat kasih Tuhan serta penghakiman dan hajaran Tuhan. Selama kurun waktu ini, Tuhan membekali, mendukung, mencerahkan dan membimbing manusia, sehingga manusia secara perlahan-lahan mulai mengetahui maksud-maksud-Nya, mengenal firman yang Dia ucapkan dan kebenaran yang Dia anugerahkan kepada manusia. Ketika manusia sedang lemah, ketika dia sedang putus asa, ketika dia tidak punya tempat untuk mengadu, Tuhan akan memakai firman-Nya untuk menghibur, menasihati, dan mendorong manusia, sehingga tingkat pertumbuhan manusia yang kecil dapat secara perlahan-lahan bertumbuh dalam kekuatan, bangkit dalam kepositifan, dan menjadi bersedia untuk bekerja sama dengan Tuhan. Namun, ketika manusia tidak menaati Tuhan atau menentang-Nya, atau ketika manusia menyingkapkan kerusakannya, Tuhan tidak akan segan-segan menghajar dan mendisiplinkan manusia. Namun, Tuhan akan menunjukkan toleransi dan kesabaran atas kebodohan, ketidaktahuan, kelemahan, dan ketidakdewasaan manusia. Dengan cara ini, melalui semua pekerjaan yang Tuhan lakukan bagi manusia, manusia secara perlahan-lahan menjadi dewasa, bertumbuh, dan mulai mengetahui maksud-maksud Tuhan, mulai mengetahui kebenaran-kebenaran tertentu, mengetahui hal-hal apa yang positif dan hal-hal apa yang negatif, mengetahui apa arti kejahatan dan kegelapan. Tuhan tidak mengambil pendekatan tunggal dengan selalu menghajar dan mendisiplinkan manusia, tetapi Dia juga tidak selalu menunjukkan toleransi dan kesabaran. Sebaliknya, Dia menyediakan berbagai cara bagi masing-masing orang pada tahap mereka yang berbeda dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan kualitas mereka yang berbeda-beda. Dia melakukan banyak hal bagi manusia dengan harga yang sangat mahal; manusia tidak memahami hal-hal ini maupun harga yang harus Dia bayar, tetapi dalam kenyataannya, semua yang Dia perbuat benar-benar dilakukan-Nya kepada setiap orang. Kasih Tuhan itu nyata: melalui kasih karunia Tuhan, manusia terhindar dari bencana demi bencana, dan sementara itu, Tuhan berulang kali menunjukkan toleransi atas kelemahan manusia. Penghakiman dan hajaran Tuhan memungkinkan manusia untuk secara berangsur-angsur mengetahui kerusakannya dan esensi jahat dalam dirinya. Hal-hal yang Tuhan sediakan, yaitu, pencerahan-Nya bagi manusia serta bimbingan-Nya, semuanya itu memungkinkan manusia untuk semakin mengenal esensi kebenaran dan untuk semakin mengetahui apa yang mereka butuhkan, jalan apa yang harus mereka tempuh, untuk apa mereka hidup, apa nilai dan makna hidup mereka, dan cara menempuh jalan di depan. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan ini tidak dapat dipisahkan dari satu tujuan-Nya yang semula. Lalu, apakah tujuan ini? Mengapa Tuhan memakai cara-cara ini untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam diri manusia? Hasil apa yang ingin dicapai-Nya? Dengan kata lain, apa yang ingin dilihat-Nya dalam diri manusia? Apa yang ingin Dia dapatkan dari manusia? Yang ingin Tuhan lihat adalah agar hati manusia dapat dihidupkan kembali. Cara-cara yang Dia gunakan untuk bekerja dalam diri manusia ini merupakan upaya yang terus-menerus untuk membangkitkan hati manusia, membangkitkan roh manusia, memampukan manusia untuk memahami dari mana dia berasal, siapa yang membimbing, mendukung, dan membekali dirinya, dan siapa yang telah mengizinkan manusia untuk hidup sampai saat ini; semua itu adalah cara untuk memampukan manusia memahami siapa Sang Pencipta, siapa yang harus dia sembah, jalan seperti apa yang harus dia tempuh dan dengan cara apa manusia harus datang ke hadapan Tuhan; semua itu adalah cara untuk secara terus-menerus menghidupkan kembali hati manusia, sehingga manusia mengenal hati Tuhan, memahami hati-Nya, dan mengerti kepedulian Tuhan yang besar serta pemikiran di balik pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Ketika hati manusia dihidupkan kembali, manusia tidak lagi ingin hidup dengan wataknya yang rusak dan merosot, melainkan ingin mengejar kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Setelah hati manusia dihidupkan, barulah manusia mampu melepaskan diri sepenuhnya dari Iblis. Dia tidak akan lagi dilukai oleh Iblis, tidak akan lagi dikendalikan atau dibodohi olehnya. Sebaliknya, manusia dapat secara proaktif bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan dan firman-Nya untuk memuaskan hati Tuhan, dan dengan demikian mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Inilah tujuan semula pekerjaan Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 162

Pembahasan yang baru saja kita adakan mengenai kejahatan Iblis membuat semua orang merasa seakan-akan manusia hidup di tengah ketidakbahagiaan dan bahwa kehidupan manusia diliputi kemalangan. Namun, sekarang, saat Aku membicarakan tentang kekudusan Tuhan dan pekerjaan yang Dia lakukan dalam diri manusia, bagaimanakah perasaanmu? (Sangat senang.) Kita bisa melihat sekarang bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan, semua yang dengan sungguh-sungguh Dia aturkan bagi manusia, semuanya itu tak bercela. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah tanpa kesalahan, yang berarti sempurna, tidak membutuhkan siapa pun untuk memperbaiki, menasihati, atau melakukan perubahan apa pun. Semua yang Tuhan lakukan bagi setiap individu tidak diragukan lagi; Dia memimpin setiap orang dengan menggandengnya, menjagamu setiap saat dan tidak pernah sekali pun meninggalkan sisimu. Ketika orang bertumbuh dalam lingkungan semacam ini dan dengan latar belakang semacam ini, dapatkah kita mengatakan bahwa orang-orang sebenarnya bertumbuh di telapak tangan Tuhan? (Ya.) Jadi, apakah engkau semua masih merasakan suatu perasaan kehilangan sekarang? Apakah ada yang masih merasa putus asa? Apakah ada yang merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan umat manusia? (Tidak.) Jadi, apa sebenarnya yang telah Tuhan lakukan? (Dia terus mengawasi umat manusia.) Pemikiran dan kepedulian besar yang Tuhan berikan dalam segala sesuatu yang Dia lakukan tak perlu dipertanyakan. Terlebih lagi, dalam melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu melakukannya tanpa syarat. Dia tidak pernah menuntut siapa pun di antaramu untuk mengetahui harga yang Dia bayar bagimu agar membuatmu merasa sangat berterima kasih kepada-Nya. Pernahkah Tuhan menuntut ini darimu? (Tidak.) Dalam perjalanan panjang kehidupan manusia, hampir setiap individu telah menghadapi banyak situasi berbahaya dan menghadapi banyak pencobaan. Ini karena Iblis sedang berdiri di sampingmu, matanya terus-menerus terpaku pada dirimu. Ketika bencana menimpamu, Iblis bersukaria dalam hal ini; ketika malapetaka menimpamu, ketika tak ada yang benar terjadi dalam hidupmu, ketika engkau menjadi terjerat dalam jaring Iblis, Iblis sangat menikmati hal-hal ini. Adapun yang Tuhan lakukan, Dia melindungimu setiap saat, mengarahkanmu untuk menjauh dari kemalangan demi kemalangan dan dari bencana demi bencana. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa segala sesuatu yang manusia miliki—kedamaian dan sukacita, berkat dan keamanan pribadi—semua itu sebenarnya berada di bawah kendali Tuhan; Dia membimbing dan menentukan nasib setiap individu. Namun, apakah Tuhan memiliki gagasan yang berlebihan mengenai kedudukan-Nya, seperti yang beberapa orang katakan? Apakah Tuhan menyatakan kepadamu, "Aku adalah yang terbesar dari semuanya. Akulah yang berkuasa atas dirimu. Engkau semua harus memohon belas kasihan kepada-Ku, dan ketidaktaatan akan dihukum dengan kematian"? Pernahkah Tuhan mengancam manusia seperti ini? (Tidak.) Pernahkah Dia berkata, "Umat manusia itu rusak, jadi tidak masalah bagaimana cara-Ku memperlakukan mereka, dan mereka dapat diperlakukan dengan cara bagaimanapun; Aku tidak perlu membuat pengaturan yang baik bagi mereka"? Apakah Tuhan berpikir seperti ini? Pernahkah Tuhan bertindak seperti ini? (Tidak.) Sebaliknya, perlakuan Tuhan terhadap setiap orang bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Dia memperlakukanmu dengan lebih bertanggung jawab bahkan daripada engkau memperlakukan dirimu sendiri. Bukankah benar demikian? Tuhan tidak iseng berbicara, Dia juga tidak memamerkan posisi-Nya yang tinggi atau dengan seenaknya menipu orang. Sebaliknya, Dia dengan jujur dan diam-diam melakukan hal-hal yang Dia sendiri perlu lakukan. Hal-hal ini membawa berkat, kedamaian, dan sukacita bagi manusia. Hal-hal ini membawa manusia dengan damai dan bahagia ke hadapan Tuhan dan ke dalam keluarga-Nya; kemudian mereka hidup di hadapan Tuhan dan menerima penyelamatan Tuhan dengan akal sehat dan pemikiran yang normal. Jadi, pernahkah Tuhan bermuka dua terhadap manusia dalam pekerjaan-Nya? Pernahkah Dia membuat pertunjukan kebaikan yang palsu, mula-mula membodohi manusia dengan sedikit perkataan basa-basi, kemudian berpaling dari mereka? (Tidak.) Pernahkah Tuhan mengatakan satu hal, kemudian melakukan hal yang lain? Pernahkah Tuhan membuat janji kosong dan membual, mengatakan kepada orang-orang bahwa Dia dapat melakukan ini bagi mereka atau menolong untuk melakukan itu bagi mereka, tetapi kemudian menghilang? (Tidak.) Tidak ada kecurangan di dalam Tuhan, tidak ada kebohongan. Tuhan itu setia, dan Dia benar dalam segala sesuatu yang Dia lakukan. Dia adalah satu-satunya Pribadi yang dapat orang andalkan; Dia adalah Tuhan yang kepada-Nya orang dapat memercayakan hidup mereka dan segala sesuatu yang mereka miliki. Karena tidak ada kecurangan di dalam Tuhan, dapatkah kita mengatakan bahwa Tuhan adalah yang paling tulus? (Ya.) Tentu saja dapat! Meskipun kata "tulus" terlalu lemah, terlalu manusiawi jika diterapkan pada diri Tuhan, kata lain apa yang bisa kita gunakan? Seperti inilah terbatasnya bahasa manusia. Meskipun agak kurang pas menyebut Tuhan "tulus", kita tetap akan menggunakan kata ini untuk sementara ini. Tuhan itu setia dan tulus. Jadi, ketika kita membahas tentang aspek-aspek ini, mengacu pada apakah kita? Apakah kita mengacu pada perbedaan antara Tuhan dan manusia dan perbedaan antara Tuhan dan Iblis? Ya, kita bisa mengatakannya seperti itu. Ini karena manusia tidak dapat melihat satu pun jejak watak rusak Iblis dalam diri Tuhan. Bukankah Aku benar dalam mengatakan hal ini? Amin? (Amin!) Kita tidak melihat kejahatan Iblis diungkapkan dalam diri Tuhan. Semua yang Tuhan lakukan dan ungkapkan sepenuhnya bermanfaat dan menolong manusia, dilakukan sepenuhnya untuk menyediakan bagi manusia, penuh dengan kehidupan, dan memberi manusia jalan untuk diikuti dan arah untuk diambil. Tuhan tidak rusak, dan lebih jauh lagi, setelah sekarang melihat segala sesuatu yang Tuhan lakukan, dapatkah kita mengatakan bahwa Tuhan itu kudus? (Ya.) Karena Tuhan tidak memiliki kerusakan umat manusia, juga tidak memiliki apa pun yang sama dengan watak rusak manusia ataupun esensi Iblis, dan tidak ada tentang Tuhan yang memiliki kesamaan dengan hal-hal ini, dari sudut pandang ini kita dapat mengatakan bahwa Tuhan itu kudus. Tuhan tidak memperlihatkan kerusakan apa pun, dan pengungkapan esensi-Nya sendiri dalam pekerjaan-Nya, semuanya itu adalah penegasan bahwa Tuhan itu sendiri adalah kudus. Apakah engkau semua memahami hal ini? Untuk mengenal esensi kudus Tuhan, mari kita melihat kedua aspek ini untuk saat ini: 1) tidak ada jejak watak rusak dalam diri Tuhan; 2) esensi pekerjaan Tuhan pada diri manusia memungkinkan manusia untuk melihat esensi Tuhan sendiri, dan esensi ini sepenuhnya positif. Karena hal-hal yang dibawa oleh setiap bagian dari pekerjaan Tuhan kepada manusia semuanya positif. Pertama-tama, Tuhan menuntut manusia untuk jujur—bukankah ini hal yang positif? Tuhan memberi kepada manusia hikmat—bukankah ini positif? Tuhan membuat manusia mampu membedakan antara yang baik dan jahat—bukankah ini positif? Dia memungkinkan manusia untuk memahami arti dan nilai hidup manusia—bukankah ini positif? Dia memungkinkan manusia untuk memahami esensi orang, peristiwa, dan hal-hal menurut kebenaran—bukankah ini positif? (Ya.) Dan hasil dari semua ini adalah manusia tidak lagi ditipu oleh Iblis, tidak akan lagi terus dilukai atau dikendalikan oleh Iblis. Dengan kata lain, hal-hal ini memungkinkan manusia untuk sepenuhnya melepaskan diri mereka dari kerusakan Iblis, dan dengan demikian, mereka secara bertahap menapaki jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 163

Ada enam tipu muslihat utama yang Iblis gunakan untuk merusak manusia.

Yang pertama adalah pengendalian dan pemaksaan. Artinya, Iblis akan melakukan apa saja untuk mengendalikan hatimu. Apa arti "pemaksaan?" Pemaksaan berarti menggunakan ancaman dan taktik yang memaksa untuk membuatmu menaatinya, membuatmu memikirkan konsekuensinya jika engkau tidak menaatinya. Engkau takut dan tidak berani menentangnya, maka engkau pun tunduk kepadanya.

Yang kedua adalah penipuan dan tipu muslihat. Apa yang dimaksud dengan "penipuan dan tipu muslihat?" Iblis mengarang beberapa cerita dan berbohong, menipumu agar memercayai semua itu. Iblis tidak pernah mengatakan kepadamu bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi ia juga tidak mengatakan secara langsung bahwa engkau tidak diciptakan oleh Tuhan. Iblis tidak menggunakan kata "Tuhan" sama sekali, tetapi menggunakan sesuatu yang lain sebagai gantinya, menggunakan hal ini untuk menipumu sehingga engkau pada dasarnya tidak memiliki gagasan mengenai keberadaan Tuhan. Tentu saja, "tipu muslihat" ini mencakup banyak aspek, bukan hanya ini.

Yang ketiga adalah indoktrinasi secara paksa. Dengan apakah orang secara paksa diindoktrinasi? Apakah indoktrinasi secara paksa dilakukan atas pilihan manusia sendiri? Apakah itu dilakukan atas persetujuan manusia? (Tidak.) Sekalipun engkau tidak setuju, engkau tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal itu. Dalam ketidaksadaranmu, Iblis mengindoktrinasi dirimu, menanamkan dalam dirimu pemikirannya, aturan hidupnya, dan esensinya.

Yang keempat adalah intimidasi dan tipu daya. Artinya, Iblis menggunakan berbagai tipu muslihat untuk membuatmu menerimanya, mengikutinya, dan bekerja melayaninya. Iblis akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Ia terkadang memberimu bantuan-bantuan kecil, sambil memikatmu untuk berbuat dosa. Jika engkau tidak mengikutinya, ia akan membuatmu menderita dan menghukummu, dan menggunakan berbagai cara untuk menyerang dan menjeratmu.

Yang kelima adalah penipuan dan pelumpuhan. "Penipuan dan pelumpuhan" adalah ketika Iblis memutar balik kata-kata dan gagasan yang terdengar manis yang selaras dengan gagasan manusia, untuk membuatnya terdengar seolah-olah ia penuh perhatian terhadap situasi jasmani manusia, kehidupan dan masa depan mereka, padahal satu-satunya tujuan Iblis yang sebenarnya adalah untuk membodohimu. Ia kemudian melumpuhkanmu sehingga engkau tidak tahu apa yang benar dan apa yang salah sehingga tanpa sadar engkau tertipu dan dengan demikian berada di bawah kendalinya.

Yang keenam adalah penghancuran tubuh dan pikiran. Bagian manakah dari manusia yang Iblis hancurkan? (Pikiran dan seluruh keberadaan manusia.) Iblis menghancurkan pikiranmu, membuatmu tidak berdaya untuk menentang, yang berarti bahwa, sedikit demi sedikit, hatimu berpaling kepada Iblis tanpa engkau menginginkannya. Iblis menanamkan hal-hal ini dalam dirimu setiap hari, setiap hari menggunakan gagasan dan budaya ini untuk memengaruhi dan memolesmu, melemahkan kehendakmu sedikit demi sedikit sehingga pada akhirnya, engkau tidak lagi ingin menjadi orang baik, sehingga engkau tidak lagi ingin membela apa yang engkau sebut sebagai "kebenaran." Tanpa sadar, engkau tidak lagi memiliki kemauan untuk berenang menentang arus, tetapi sebaliknya, engkau mengalir mengikuti arus. "Penghancuran" berarti Iblis menyiksa orang sedemikian rupa sehingga mereka menjadi bayangan diri mereka sendiri, bukan lagi manusia. Inilah saat Iblis menyerang, merebut, dan melahap mereka.

Masing-masing dari tipu muslihat yang Iblis gunakan untuk merusak manusia membuat manusia tidak berdaya untuk menentang; tipu muslihat yang mana pun bisa sangat mematikan bagi manusia. Dengan kata lain, apa pun yang Iblis lakukan dan tipu muslihat apa pun yang ia gunakan dapat menyebabkanmu menjadi merosot, dapat membuatmu berada di bawah kendali Iblis, dan dapat membuatmu terperosok dalam rawa kejahatan dan dosa. Seperti itulah tipu muslihat yang Iblis gunakan untuk merusak manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 164

Untuk saat ini, pemahamanmu yang berdasarkan persepsi tentang esensi Tuhan masih membutuhkan waktu yang lama untuk engkau belajar, mengonfirmasi, merasakan, dan mengalaminya, sampai suatu hari nanti engkau semua akan mengetahui, dari hatimu yang terdalam, bahwa "kekudusan Tuhan" berarti bahwa esensi Tuhan itu tak bercacat, bahwa kasih Tuhan itu tanpa pamrih, bahwa semua yang Tuhan sediakan bagi manusia adalah tanpa pamrih, dan engkau akan mulai mengetahui bahwa kekudusan Tuhan itu tak bercela dan tanpa kesalahan. Aspek-aspek dari esensi Tuhan ini bukan sekadar kata-kata yang Dia gunakan untuk memamerkan status-Nya, tetapi sebaliknya, Tuhan menggunakan esensi-Nya untuk memperlakukan setiap individu dengan ketulusan hati. Dengan kata lain, esensi Tuhan tidak kosong, juga tidak teoretis atau doktrinal, dan tentu saja bukan semacam pengetahuan. Esensi Tuhan bukan semacam pendidikan bagi manusia; melainkan merupakan pernyataan sejati tindakan-tindakan Tuhan sendiri dan esensi yang dinyatakan mengenai apa yang Tuhan miliki dan siapa diri-Nya. Manusia harus mengetahui esensi ini dan memahaminya, karena segala sesuatu yang Tuhan lakukan dan setiap firman yang Dia ucapkan sangat bernilai dan sangat penting bagi setiap orang. Setelah engkau memahami kekudusan Tuhan, engkau kemudian dapat benar-benar percaya kepada Tuhan; setelah engkau memahami kekudusan Tuhan, engkau kemudian dapat benar-benar menyadari arti sebenarnya dari perkataan "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik." Engkau tidak akan lagi berfantasi, berpikir bahwa ada jalan lain selain jalan ini yang bisa engkau pilih untuk kau jalani, dan engkau tidak akan lagi mau mengkhianati segala sesuatu yang telah Tuhan aturkan bagimu. Karena esensi Tuhan itu kudus, itu berarti hanya melalui Tuhan, engkau dapat menjalani kehidupan di jalan terang yang benar; hanya melalui Tuhan, engkau dapat mengetahui makna hidup ini; hanya melalui Tuhan, engkau dapat hidup dalam kemanusiaanmu yang nyata dan memiliki serta mengenal kebenaran. Hanya melalui Tuhan, engkau dapat memperoleh kehidupan dari kebenaran. Hanya Tuhan itu sendiri yang dapat menolongmu untuk menjauhi kejahatan dan menyelamatkanmu dari bahaya dan kendali Iblis. Selain Tuhan, tidak ada seorang pun atau apa pun yang dapat menyelamatkanmu dari lautan penderitaan sehingga engkau tidak lagi menderita. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan. Hanya Tuhan itu sendiri yang menyelamatkanmu dengan tanpa pamrih; hanya Tuhan yang pada akhirnya bertanggung jawab atas masa depanmu, nasibmu, dan hidupmu, dan Dia mengatur segala sesuatu bagimu. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh makhluk yang diciptakan maupun yang tidak diciptakan. Karena tidak ada makhluk baik yang diciptakan maupun yang tidak diciptakan yang memiliki esensi seperti esensi Tuhan, tidak ada orang atau sesuatu yang memiliki kemampuan untuk menyelamatkanmu atau menuntunmu. Inilah makna penting esensi Tuhan bagi manusia. Mungkin engkau semua merasa bahwa perkataan yang telah Kukatakan, pada prinsipnya, bisa sedikit membantumu. Namun, jika engkau mengejar kebenaran, jika engkau mencintai kebenaran, engkau akan mengalami bagaimana perkataan-perkataan ini tidak saja akan mengubah nasibmu, tetapi lebih dari itu, perkataan-perkataan ini akan membawamu ke jalan yang benar dalam kehidupan manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 165

Aku ingin membicarakan denganmu tentang sesuatu yang engkau semua lakukan pada awal pertemuan kita hari ini, yang mengejutkan Aku. Beberapa orang dari antaramu mungkin menumbuhkan rasa syukur, mungkin engkau merasa sangat berterima kasih sehingga emosimu menghasilkan tindakan yang sesuai. Hal yang engkau lakukan bukanlah sesuatu yang perlu untuk ditegur; itu tidak benar ataupun salah. Namun, Aku ingin engkau semua memahami sesuatu. Apa yang Aku ingin untuk engkau pahami? Pertama, Aku ingin bertanya kepadamu tentang apa yang baru saja engkau semua lakukan. Apakah menyembah Tuhan itu dengan bersujud atau berlutut? Adakah yang bisa mengatakannya kepada-Ku? (Kami percaya bahwa itu bersujud.) Engkau semua percaya menyembah Tuhan adalah dengan bersujud, lalu apa arti bersujud? (Menyembah.) Jadi, apa arti berlutut untuk menyembah? Aku belum mempersekutukan denganmu tentang hal ini sebelumnya, tetapi hari ini Aku merasa perlu untuk melakukannya. Apakah engkau semua bersujud di pertemuanmu yang biasanya? (Tidak.) Apakah engkau semua bersujud ketika engkau berdoa? (Ya.) Apakah engkau bersujud setiap kali engkau berdoa, jika situasinya memungkinkan? (Ya.) Itu bagus. Namun, yang Aku ingin untuk engkau semua pahami pada hari ini adalah bahwa Tuhan hanya menerima tekuk lutut dua tipe orang. Kita tidak perlu mencari informasi dari Alkitab atau melihat perbuatan dan perilaku tokoh-tokoh rohani mana pun. Sebaliknya, di sini dan pada saat ini, Aku akan memberitahukan kepadamu sesuatu yang benar. Pertama, bersujud dan berlutut untuk menyembah bukanlah hal yang sama. Mengapa Tuhan menerima tekuk lutut orang-orang yang bersujud? Itu karena Tuhan memanggil seseorang kepada-Nya dan memanggil orang ini untuk menerima amanat Tuhan, jadi Tuhan akan mengizinkannya untuk bersujud di hadapan-Nya. Inilah tipe orang yang pertama. Tipe kedua adalah berlutut untuk menyembah yang dilakukan oleh orang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Hanya ada dua tipe orang ini. Jadi, termasuk tipe yang manakah engkau semua? Dapatkah engkau semua mengatakannya? Inilah yang sebenarnya, sekalipun hal ini mungkin sedikit melukai perasaanmu. Tidak ada yang perlu dikatakan mengenai tekuk lutut orang selama berdoa—hal ini pantas dan sebagaimana mestinya, karena ketika orang berdoa, kebanyakan berdoa untuk sesuatu, membuka hati mereka kepada Tuhan dan datang untuk berhadapan muka dengan Dia. Ini adalah komunikasi dan percakapan dari hati ke hati dengan Tuhan. Menyembah dengan berlutut tidak boleh hanya sekadar formalitas. Aku tidak bermaksud menegurmu atas apa yang telah engkau semua lakukan hari ini. Aku hanya ingin menjelaskannya kepadamu agar engkau semua memahami prinsip ini—engkau tahu ini, bukan? (Ya, kami tahu.) Aku mengatakan ini agar ini tidak terjadi lagi. Jadi, apakah orang punya kesempatan untuk bersujud dan berlutut di hadapan Tuhan? Bukannya tidak akan pernah ada kesempatan ini. Cepat atau lambat hari itu akan tiba, tetapi waktunya bukan sekarang. Apakah engkau mengerti? Apakah ini membuatmu kesal? (Tidak.) Bagus. Mungkin perkataan ini akan memotivasi atau mengilhamimu sehingga engkau semua dapat mengetahui dalam hatimu keadaan sulit saat ini antara Tuhan dan manusia dan hubungan seperti apa yang ada sekarang antara Tuhan dan manusia. Meskipun baru-baru ini kita telah lebih banyak berbicara dan bercakap-cakap, pemahaman manusia mengenai Tuhan masih jauh dari cukup. Manusia masih harus menempuh jalan yang panjang dalam upayanya memahami Tuhan. Bukanlah maksud-Ku untuk membuatmu melakukan ini sebagai hal yang mendesak, atau terburu-buru mengungkapkan aspirasi atau perasaan semacam ini. Hal yang engkau semua lakukan hari ini mungkin mengungkapkan dan menyatakan perasaanmu yang sebenarnya, dan Aku merasakannya. Jadi, sementara engkau semua melakukannya, Aku hanya ingin berdiri dan memberimu harapan baik-Ku, karena Aku ingin engkau semua baik-baik saja. Jadi, dalam setiap firman dan setiap tindakan-Ku, Aku melakukan yang terbaik untuk menolongmu, membimbingmu, sehingga engkau semua bisa memiliki pemahaman yang benar dan pandangan yang benar mengenai segala hal. Engkau semua bisa memahami hal ini, bukan? (Ya.) Bagus. Meskipun orang memiliki beberapa pemahaman tentang berbagai watak Tuhan, aspek-aspek dari apa yang Tuhan miliki dan siapa Dia, dan pekerjaan yang Tuhan lakukan, sebagian besar pemahaman ini tidak lebih jauh dari membaca kata-kata di halaman, atau memahami semua itu dalam prinsipnya, atau hanya memikirkan tentang semua itu. Yang paling kurang dimiliki manusia adalah pemahaman dan wawasan yang nyata yang berasal dari pengalaman nyata. Meskipun Tuhan menggunakan berbagai cara untuk membangunkan hati manusia, masih ada jalan panjang yang harus ditempuh sebelum ini dapat dicapai. Aku tidak ingin melihat siapa pun merasa seolah-olah Tuhan telah meninggalkan mereka dalam kedinginan, bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka atau berpaling dari mereka. Satu-satunya yang ingin Kulihat adalah bahwa semua orang sedang berada di jalan di mana mereka mengejar kebenaran dan berusaha untuk memahami Tuhan, dengan berani bergerak maju dengan tekad tak tergoyahkan, tanpa beban ataupun keraguan. Tidak peduli apa kesalahan yang telah engkau perbuat, tidak peduli seberapa jauh engkau telah menyimpang, atau seberapa serius engkau telah melanggar, jangan biarkan hal-hal ini menjadi beban atau beban berat yang harus kaubawa bersamamu dalam pengejaranmu untuk memahami Tuhan. Teruslah bergerak maju. Setiap saat, Tuhan mengenggam keselamatan manusia di hati-Nya; ini tidak pernah berubah. Inilah bagian paling berharga dari esensi Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Sebelumnya: Mengenal Tuhan 3

Selanjutnya: Mengenal Tuhan 5

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini