Mengenal Tuhan 5

Firman Tuhan Harian: Kutipan 166

Tahukah engkau semua pengetahuan apa yang merupakan kunci untuk memahami watak Tuhan yang benar? Ada banyak yang dapat dikatakan dari pengalaman mengenai topik ini, tetapi pertama-tama ada beberapa poin utama yang harus Kuberitahukan kepadamu. Untuk memahami watak Tuhan yang benar, orang harus terlebih dahulu memahami perasaan Tuhan: apa yang Dia benci, apa yang membuat-Nya muak, apa yang Dia kasihi, kepada siapa Dia bersikap toleran dan penyayang, dan kepada orang macam apa Dia memberikan kasih karunia. Ini adalah satu poin utama. Orang juga harus memahami bahwa tidak peduli seberapa pengasihnya Tuhan itu, tidak peduli seberapa besar rahmat dan kasih yang Dia miliki bagi manusia, Tuhan tidak menoleransi siapa pun yang menyinggung status dan kedudukan-Nya, Dia juga tidak menoleransi siapa pun yang menyinggung martabat-Nya. Meskipun Tuhan mengasihi manusia, Dia tidak memanjakan mereka. Dia mengaruniakan kepada manusia kasih-Nya, rahmat-Nya, dan toleransi-Nya, tetapi Dia tidak pernah memanjakan mereka; Tuhan memiliki prinsip dan batasan-Nya sendiri. Terlepas dari seberapa besar kasih Tuhan yang telah engkau rasakan, terlepas dari seberapa dalam kasih itu, engkau tidak pernah boleh memperlakukan Tuhan sebagaimana engkau memperlakukan orang lain. Meskipun benar bahwa Tuhan memperlakukan orang dengan keintiman sepenuhnya, jika orang memandang Tuhan hanya sebagai orang lain, seolah-olah Dia hanyalah makhluk ciptaan lainnya, seperti seorang teman atau objek pemujaan, maka Tuhan akan menyembunyikan wajah-Nya dari mereka dan meninggalkan mereka. Inilah watak-Nya, dan orang tidak boleh menanggapi masalah ini secara ceroboh. Jadi, kita sering melihat perkataan seperti ini diucapkan oleh Tuhan mengenai watak-Nya: seberapapun banyaknya jalan yang telah engkau tempuh, seberapapun banyaknya pekerjaan yang telah engkau lakukan, atau seberapapun banyaknya penderitaan yang telah engkau tanggung, begitu engkau menyinggung watak Tuhan, Dia akan membalas kepada setiap orang di antaramu berdasarkan apa yang telah engkau lakukan. Ini berarti bahwa Tuhan memperlakukan orang dengan keintiman sepenuhnya, tetapi orang tidak boleh memperlakukan Tuhan sebagai seorang teman atau kerabat. Jangan memanggil Tuhan "teman" mu. Tidak peduli seberapa besar kasih yang telah engkau terima dari-Nya, tidak peduli seberapa banyak toleransi yang telah Dia berikan kepadamu, engkau jangan pernah memperlakukan Tuhan sebagai temanmu. Inilah watak Tuhan yang benar. Apakah engkau mengerti? Perlukah Aku mengatakan lebih banyak mengenai hal ini? Apakah engkau semua memiliki pemahaman sebelumnya mengenai hal ini? Secara umum, ini merupakan kesalahan yang paling mudah orang lakukan, terlepas dari apakah mereka memahami doktrin atau apakah mereka tidak pernah merenungkan masalah ini sebelumnya. Ketika orang menyinggung Tuhan, itu mungkin bukan dikarenakan oleh satu peristiwa atau satu hal yang mereka katakan, tetapi lebih dikarenakan oleh sikap yang mereka anut dan keadaan yang sedang mereka alami. Ini adalah hal yang sangat menakutkan. Beberapa orang percaya bahwa mereka memiliki pemahaman tentang Tuhan, bahwa mereka memiliki beberapa pengetahuan tentang Dia, dan mungkin mereka bahkan melakukan beberapa hal yang memuaskan Tuhan. Mereka mulai merasa setara dengan Tuhan dan bahwa mereka telah dengan cerdik bermanuver untuk menjalin suatu persahabatan dengan Tuhan. Perasaan-perasaan semacam ini benar-benar salah. Jika engkau tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai hal ini—jika engkau tidak mengerti hal ini dengan jelas—engkau akan dengan mudahnya menyinggung Tuhan dan menyinggung watak-Nya yang benar. Engkau sudah mengerti sekarang, bukan? Bukankah watak Tuhan yang benar itu unik? Bisakah watak-Nya menjadi setara dengan karakter atau moralitas manusia? Tidak pernah bisa. Jadi, engkau tidak boleh lupa bahwa, bagaimanapun cara Tuhan memperlakukan manusia, atau bagaimanapun Dia berpikir tentang manusia, kedudukan, otoritas dan status Tuhan tidak pernah berubah. Bagi umat manusia, Tuhan selalu merupakan Tuhan atas segala sesuatu dan Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 167

Kisah 1: Benih, Tanah, Pohon, Sinar Matahari, Burung, dan Manusia

Sebutir benih kecil jatuh ke tanah. Hujan deras turun, dan benih menumbuhkan tunas yang lembut, sementara akar-akarnya perlahan menggali ke dalam tanah di bawahnya. Tunas bertumbuh tinggi seiring waktu, menahan angin yang kejam dan hujan yang lebat, menyaksikan perubahan musim saat ukuran bulan tampak berubah, dari sabit menjadi purnama dan sebaliknya. Pada musim panas, tanah mengeluarkan limpahan airnya sehingga tunas bisa bertahan pada musim panas yang terik. Dan oleh karena tanah itu, tunas tidak terbakar oleh panas, sehingga panas terburuk musim panas pun dapat dilaluinya. Ketika musim dingin tiba, tanah menyelimuti tunas itu dalam pelukannya yang hangat; tanah dan tunas berpegangan erat satu sama lain. Tanah menghangatkan tunas, dan karenanya, tunas selamat selama musim dingin yang pahit, tidak terluka oleh angin musim dingin dan badai salju. Dilindungi oleh tanah, tunas pun tumbuh dengan berani dan bahagia; dipupuk tanpa pamrih oleh tanah, tunas pun tumbuh sehat dan kuat. Tumbuh dengan gembira, bernyanyi di tengah hujan, menari dan bergoyang dalam tiupan angin. Tunas dan tanah saling bergantung satu sama lain ...

Tahun demi tahun berlalu, dan tunas tumbuh menjadi pohon yang menjulang tinggi. Pohon itu berdiri kuat di atas tanah, dengan cabang-cabang kokoh yang ujungnya dirimbuni dedaunan yang tak terhitung jumlahnya. Akar pohon tetap menggali ke dalam tanah seperti yang dilakukannya sebelumnya, dan sekarang akar-akar itu menghunjam jauh ke dalam tanah di bawahnya. Tanah, yang sebelumnya melindungi tunas yang kecil, sekarang telah menjadi fondasi bagi pohon yang kuat.

Sinar matahari menyinari pohon. Pohon menggoyangkan tubuhnya, merentangkan lengannya jauh-jauh dan menghirup dalam-dalam udara yang dihangatkan sinar matahari. Tanah di bawahnya menghirup udara bersamaan dengan pohon, dan tanah pun merasa diperbarui. Saat itu, angin sepoi-sepoi bertiup dari antara ranting-ranting pohon, dan pohon bergetar dengan gembira, berdesir penuh energi. Pohon dan sinar matahari saling bergantung satu sama lain ...

Manusia duduk di bawah rindangnya pohon dan berjemur di udara yang bertiup harum dan segar. Udara membersihkan hati dan paru-paru mereka, membersihkan darah dalam tubuh mereka, dan tubuh mereka tidak lagi tegang atau kaku. Manusia dan pohon saling bergantung satu sama lain ...

Sekawanan burung kecil yang berkicau hinggap di ranting-ranting pohon. Mungkin mereka hinggap di sana untuk menghindari pemangsa, atau untuk berkembang biak dan membesarkan anak-anak mereka, atau mereka mungkin hanya beristirahat sejenak. Burung dan pohon saling bergantung satu sama lain ...

Akar pohon berbelit dan berjalinan, menggali jauh ke dalam tanah. Dengan batang-batangnya, pohon melindungi tanah dari angin dan hujan, dan merentangkan anggota-anggota tubuhnya untuk melindungi tanah di bawah kakinya. Pohon melakukannya karena tanah adalah ibunya. Mereka menguatkan satu sama lain dan saling mengandalkan, dan mereka tidak akan pernah berpisah ...

............

Semua yang baru saja Aku katakan adalah hal yang telah engkau semua lihat sebelumnya. Benih, contohnya—benih tumbuh menjadi pohon, dan meskipun engkau mungkin tidak dapat melihat setiap detail prosesnya, engkau tahu bahwa hal itu terjadi, bukan? Engkau juga mengetahui tentang tanah dan sinar matahari. Gambaran burung yang bertengger di pohon adalah sesuatu yang semua orang telah melihatnya, benar bukan? Dan gambaran orang yang mendinginkan dirinya di bawah naungan pohon—ini adalah sesuatu yang telah engkau semua lihat, benar bukan? (Ya.) Jadi, ketika semua hal ini berada dalam satu gambar, perasaan apa yang dihasilkan oleh gambar tersebut? (Perasaan keserasian.) Apakah setiap hal dalam gambar semacam itu berasal dari Tuhan? (Ya.) Karena semua itu berasal dari Tuhan, Tuhan tahu nilai dan makna penting keberadaan duniawi semua hal yang berbeda ini. Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, ketika Dia merencanakan dan menciptakan setiap hal, Dia melakukannya dengan penuh niat; dan ketika Dia menciptakan hal-hal tersebut, masing-masing dipenuhi-Nya dengan kehidupan. Lingkungan yang Dia ciptakan untuk keberadaan umat manusia, seperti yang baru saja digambarkan dalam kisah kita, adalah lingkungan di mana benih dan tanah saling bergantung, di mana tanah dapat memelihara benih dan benih terikat pada tanah. Hubungan ini telah ditetapkan oleh Tuhan di awal penciptaan-Nya. Pemandangan pohon, sinar matahari, burung dan manusia merupakan gambaran lingkungan hidup yang Tuhan ciptakan bagi umat manusia. Pertama, pohon tidak dapat meninggalkan bumi, juga tidak bisa tanpa sinar matahari. Jadi, apa tujuan Tuhan menciptakan pohon? Bisakah kita mengatakan bahwa pohon hanya dimaksudkan untuk tanah? Bisakah kita mengatakan bahwa pohon hanya dimaksudkan untuk burung? Bisakah kita mengatakan bahwa pohon hanya dimaksudkan bagi manusia? (Tidak.) Apa hubungan di antara semua itu? Hubungan di antara semua itu adalah hubungan yang saling menguatkan, saling tergantung, dan yang tak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tanah, pohon, sinar matahari, burung, dan manusia saling mengandalkan satu sama lain untuk hidup dan saling memelihara. Pohon melindungi tanah, dan tanah memelihara pohon; sinar matahari menyediakan apa yang pohon butuhkan, sementara pohon mendapatkan udara segar dari sinar matahari dan mengurangi teriknya panas sinar matahari yang menyengat bumi. Siapakah yang mendapatkan manfaat dari hal ini pada akhirnya? Manusia, bukan? Inilah salah satu prinsip yang mendasari lingkungan tempat manusia hidup, yang Tuhan ciptakan; inilah yang Tuhan maksudkan dari sejak semula. Meskipun gambaran ini sederhana, kita dapat melihat hikmat dan maksud Tuhan di dalamnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa tanah, atau tanpa pohon, apalagi tanpa burung dan sinar matahari. Bukankah benar demikian? Meskipun ini hanya sebuah kisah, apa yang digambarkan dalam kisah ini merupakan mikrokosmos penciptaan langit dan bumi dan segala sesuatunya oleh Tuhan serta lingkungan karunia-Nya tempat manusia bisa hidup.

Bagi manusialah, Tuhan menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu, juga lingkungan untuk dihuni. Pertama-tama, poin utama kisah kita adalah adanya saling menguatkan, saling ketergantungan, dan koeksistensi di antara segala sesuatu. Di bawah prinsip inilah, lingkungan bagi keberadaan manusia dilindungi; lingkungan itu bisa ada dan berkelanjutan. Karena inilah, manusia dapat bertumbuh dan berkembang biak. Gambaran yang kita lihat seluruhnya terdiri dari pohon, tanah, sinar matahari dan manusia. Apakah Tuhan ada dalam gambaran ini? Kita tidak melihat Tuhan di sana, bukan? Namun, orang jelas melihat adanya aturan saling menguatkan dan saling ketergantungan di antara hal-hal dalam kisah tersebut; dalam aturan ini, orang bisa melihat keberadaan dan kedaulatan Tuhan. Tuhan menggunakan prinsip dan aturan seperti ini untuk memelihara kehidupan dan keberadaan segala sesuatu. Dengan cara ini, Dia menyediakan kebutuhan segala sesuatu dan umat manusia. Apakah kisah ini berkaitan dengan tema utama kita? Selintas, sepertinya tidak ada kaitannya, tetapi dalam kenyataannya, aturan yang dengannya Tuhan menciptakan segala sesuatu dan penguasaan-Nya atas segala sesuatu terkait erat dengan keberadaan-Nya sebagai sumber kehidupan bagi segala sesuatu. Fakta-fakta ini tidak dapat dipisahkan. Sekarang engkau semua mulai belajar sesuatu!

Tuhan memerintahkan aturan yang mengatur beroperasinya segala sesuatu; Dia memerintahkan aturan yang mengatur kelangsungan hidup segala sesuatu; Dia mengendalikan segala sesuatu dan menetapkan segala sesuatu untuk saling menguatkan dan bergantung satu sama lain, sehingga semua itu tidak binasa atau menghilang. Hanya dengan demikianlah, umat manusia dapat hidup; hanya dengan demikianlah mereka dapat hidup di bawah bimbingan Tuhan dalam lingkungan seperti itu. Tuhan adalah penguasa atas aturan beroperasi ini, dan tak seorang pun bisa turut campur ataupun mengubahnya. Hanya Tuhan itu sendiri yang mengetahui aturan-aturan ini dan hanya Tuhan itu sendiri yang mengelola semua itu. Kapan pohon akan bertunas, kapan hujan akan turun; seberapa banyak air dan seberapa banyak zat gizi yang akan tanah berikan pada tanaman; pada musim apa daun akan berguguran; pada musim apa pohon akan berbuah; seberapa banyak zat gizi yang akan sinar matahari berikan pada pepohonan; apa yang akan pohon hembuskan setelah diberi makan oleh sinar matahari—semua ini telah ditetapkan sebelumnya oleh Tuhan ketika Dia menciptakan segala sesuatu, sebagai aturan yang tak dapat dilanggar oleh siapa pun. Hal-hal yang Tuhan ciptakan, baik yang hidup, maupun yang di mata manusia tidak hidup, berada di tangan-Nya, di mana Dia mengendalikan dan berkuasa atas semua itu. Tak seorang pun dapat mengubah atau melanggar aturan-aturan ini. Dengan kata lain, ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia telah menetapkan sebelumnya bahwa tanpa tanah, pohon tidak dapat menumbuhkan akar dan tunas, dan bertumbuh; bahwa tanah, jika tanpa pohon, akan mengering; bahwa pohon harus menjadi rumah bagi burung dan tempat di mana mereka dapat berlindung dari angin. Dapatkah pohon hidup tanpa sinar matahari? (Tidak.) Pohon juga tidak dapat hidup hanya dengan tanah. Semua hal ini adalah untuk manusia, untuk kelangsungan hidup manusia. Dari pohon, manusia menerima udara segar, dan manusia hidup di atas tanah, yang dilindungi oleh pohon. Manusia tidak dapat hidup tanpa sinar matahari atau beragam makhluk hidup. Meskipun hubungan in rumit, engkau harus ingat bahwa Tuhan menciptakan aturan yang mengatur segala sesuatu sehingga semua itu dapat saling menguatkan, saling bergantung satu sama lain dan hidup bersama. Dengan kata lain, setiap hal yang Dia ciptakan memiliki nilai dan makna penting. Jika Tuhan menciptakan sesuatu tanpa makna penting, Tuhan pasti akan menghilangkannya. Ini adalah salah satu metode yang Tuhan gunakan untuk menyediakan kebutuhan segala sesuatu. Apa yang dimaksud dengan kata "menyediakan" dalam kisah ini? Apakah Tuhan menyirami pohon setiap hari? Apakah pohon membutuhkan pertolongan Tuhan untuk bernapas? (Tidak.) "Menyediakan" di sini mengacu pada pengelolaan Tuhan atas segala sesuatu setelah penciptaan mereka; cukuplah bagi Tuhan untuk mengelola semua itu setelah menetapkan aturan-aturan yang mengatur semua itu. Begitu benih ditanam dalam tanah, pohon pun tumbuh dengan sendirinya. Kondisi untuk pertumbuhannya semuanya diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan sinar matahari, air, tanah, udara, dan lingkungan sekitar; Tuhan menciptakan angin, embun beku, salju, hujan, dan keempat musim. Ini adalah kondisi yang dibutuhkan pohon untuk hidup, dan ini adalah hal-hal yang Tuhan persiapkan. Jadi, apakah Tuhan itu sumber dari lingkungan hidup ini? (Ya.) Apakah Tuhan harus menghitung setiap daun yang ada di pohon setiap hari? Tidak! Tuhan juga tidak perlu membantu pohon untuk bernapas atau membangunkan sinar matahari setiap hari dengan mengatakan, "Sekarang sudah waktunya menyinari pohon-pohon." Dia tidak perlu melakukan itu. Sinar matahari bersinar sendiri ketika tiba waktunya untuk bersinar, sesuai dengan aturan; sinar matahari muncul dan bersinar di atas pohon dan pohon menyerap sinar matahari saat membutuhkannya, dan saat tidak membutuhkannya, pohon tetap hidup dalam aturan. Engkau semua mungkin tidak dapat menjelaskan fenomena ini dengan jelas, tetapi ini tetap merupakan fakta yang dapat dilihat dan diakui semua orang. Yang perlu engkau lakukan adalah mengakui bahwa aturan yang mengatur keberadaan segala sesuatu berasal dari Tuhan, dan tahu bahwa Tuhan berdaulat atas pertumbuhan dan kelangsungan hidup segala sesuatu.

Lalu, apakah kisah ini mengandung apa yang orang maksud sebagai "metafora"? Apakah kisah ini sebuah personifikasi? (Tidak.) Aku telah menceritakan sebuah kisah yang nyata. Setiap jenis makhluk hidup, segala sesuatu yang memiliki kehidupan, dikuasai oleh Tuhan; setiap makhluk hidup diberi kehidupan oleh Tuhan ketika diciptakan; kehidupan setiap makhluk hidup berasal dari Tuhan dan mengikuti jalan dan hukum yang mengarahkannya. Ini tidak membutuhkan manusia untuk mengubahnya, juga tidak membutuhkan bantuan manusia; itulah salah satu cara Tuhan menyediakan kebutuhan segala sesuatu. Engkau mengerti, bukan? Menurutmu, perlukah bagi manusia untuk mengetahui hal ini? (Ya.) Jadi, apakah kisah ini ada hubungannya dengan biologi? Apakah ada kaitan tertentu dengan bidang pengetahuan atau cabang pembelajaran? Kita tidak sedang mendiskusikan biologi, dan kita tentu saja tidak sedang melakukan penelitian biologis. Apakah gagasan utama pembahasan kita? (Tuhan adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu.) Apa yang telah engkau semua lihat di antara ciptaan? Pernahkah engkau melihat pohon? Pernahkah engkau melihat tanah? (Ya.) Engkau pernah melihat sinar matahari, bukan? Pernahkah engkau melihat burung yang bertengger di pohon? (Ya.) Apakah manusia senang tinggal di tengah lingkungan semacam itu? (Ya.) Artinya, Tuhan menggunakan segala sesuatu—hal-hal yang Dia ciptakan—untuk memelihara dan melindungi rumah umat manusia, yakni lingkungan hidup mereka. Dengan cara ini, Tuhan menyediakan kebutuhan umat manusia dan segala sesuatu.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 168

Kisah 2. Gunung yang Besar, Aliran Kecil, Angin Kencang, dan Gelombang Raksasa

Ada sebuah aliran kecil yang mengalir berliku-liku, akhirnya sampai di kaki sebuah gunung yang besar. Gunung itu menghalangi jalan aliran kecil, jadi aliran berkata kepada gunung dengan suaranya yang kecil dan lemah, "Tolong biarkanlah aku lewat. Engkau berdiri di tengah jalanku dan menghalangi jalanku untuk maju." "Ke mana kau akan pergi?" gunung bertanya. "Aku sedang mencari rumahku," jawab aliran. "Baik, silakan, mengalirlah lewat bagian atasku!" Namun, aliran kecil terlalu lemah dan terlalu muda, sehingga tidak mungkin baginya untuk mengalir di atas gunung sebesar itu. Aliran hanya bisa terus mengalir di sana, di tepian kaki gunung ...

Angin kencang menyapu, membawa pasir dan serpihan ke tempat gunung berdiri. Angin berteriak kepada gunung, "Biarkan aku lewat!" "Ke mana kau akan pergi?" gunung bertanya. "Aku ingin pergi ke sisi gunung yang lain," gemuruh angin menjawab. "Baik, jika kau dapat menerobos pinggangku, kau bisa pergi ke sana!" Angin kencang bergemuruh ke segala arah, tetapi sekeras apa pun angin bertiup, ia tidak dapat menerobos pinggang gunung. Angin kelelahan dan berhenti untuk beristirahat—dan di sisi lain gunung, angin sepoi-sepoi mulai bertiup, menyenangkan hati orang-orang di sana. Inilah salam yang gunung sampaikan kepada manusia ...

Di pantai, semburan air laut bergulir lembut ke pantai yang berbatu. Tiba-tiba, gelombang raksasa muncul dan menderu ke arah gunung. "Minggir!" teriak gelombang raksasa. "Ke mana kau akan pergi?" gunung bertanya. Tak mampu menghentikan gerak majunya, gelombang berteriak, "Aku sedang memperluas wilayahku! Aku ingin merentangkan lenganku jauh-jauh!" "Baik, jika kau dapat melewati puncakku, aku akan membiarkanmu lewat." Gelombang besar mundur agak jauh, lalu sekali lagi menerjang ke arah gunung. Namun, sekeras apa pun gelombang berusaha, ia tidak dapat melewati puncak gunung. Gelombang hanya bisa bergulung perlahan kembali ke laut ...

Selama ribuan tahun, aliran kecil mengalir dengan lembut di sekitar kaki gunung. Mengikuti arahan gunung, aliran kecil berhasil pulang kembali ke rumahnya, di mana ia bergabung dengan sungai, yang pada gilirannya bergabung dengan laut. Di bawah pemeliharaan gunung, aliran kecil tidak pernah tersesat. Aliran dan gunung saling memperkuat dan saling bergantung satu sama lain; mereka saling menguatkan, saling menghalangi, dan hidup bersama.

Selama ribuan tahun, angin kencang bergemuruh, seperti kebiasaannya. Angin kencang masih sering datang "mengunjungi" gunung, dengan pusaran pasir besar berputar dalam tiupannya. Angin kencang mengancam gunung, tetapi tak pernah berhasil menerobos pinggang gunung. Angin dan gunung saling memperkuat, dan saling bergantung satu sama lain; mereka saling menguatkan, saling menghalangi satu sama lain, dan hidup bersama.

Selama ribuan tahun, gelombang raksasa tak pernah berhenti untuk beristirahat, dan bergerak maju tanpa henti, terus memperluas wilayahnya. Gelombang raksasa berulang-kali meraung dan menerjang ke arah gunung, tetapi gunung tak pernah bergerak sedikit pun. Gunung mengawasi laut, dan dengan cara ini, makhluk hidup di laut berkembang biak dan bertambah banyak. Gelombang dan gunung saling memperkuat dan saling bergantung satu sama lain; mereka saling menguatkan, saling menghalangi satu sama lain, dan hidup bersama.

Demikianlah kisah kita berakhir. Pertama, katakan kepada-Ku tentang apakah kisah ini? Untuk memulainya, ada sebuah gunung yang besar, aliran kecil, angin kencang dan gelombang raksasa. Apa yang terjadi dengan aliran kecil dan gunung yang besar di bagian pertama? Mengapa Aku memilih membahas tentang aliran dan gunung? (Di bawah pemeliharaan gunung, aliran tidak pernah tersesat. Mereka saling mengandalkan satu sama lain.) Menurutmu, apakah gunung itu melindungi aliran kecil ataukah menghalanginya? (Gunung itu melindunginya.) Namun, apakah gunung menghalangi aliran? Gunung dan aliran saling mengawasi; gunung melindungi aliran dan juga menghalanginya. Gunung melindungi aliran saat aliran bergabung dengan sungai, tetapi menghalanginya agar tidak mengalir ke mana-mana, menyebabkan banjir dan membawa bencana bagi manusia. Bukankah tentang hal inilah bagian ini? Dengan melindungi aliran, dengan menghalanginya, gunung melindungi rumah-rumah penduduk. Aliran kecil kemudian bergabung dengan sungai di kaki gunung dan mengalir ke laut. Bukankah ini adalah aturan yang mengatur keberadaan aliran? Apa yang memampukan aliran untuk bergabung dengan sungai dan laut? Bukankah itu gunung? Aliran mengandalkan perlindungan gunung dan halangannya. Jadi, bukankah inilah poin utamanya? Apakah engkau melihat dalam hal ini pentingnya gunung bagi air? Apakah Tuhan memiliki tujuan-Nya dalam menciptakan setiap gunung, baik yang besar maupun yang kecil? (Ya.) Bagian singkat yang hanya terdiri dari aliran kecil dan gunung yang besar ini, membuat kita melihat nilai dan makna penting Tuhan menciptakan kedua hal ini; ini juga menunjukkan kepada kita hikmat dan tujuan pengaturan-Nya atas kedua hal tersebut. Bukankah benar demikian?

Tentang apakah bagian kedua kisah ini? (Angin kencang dan gunung yang besar.) Apakah angin hal yang baik? (Ya.) Tidak selalu—kadang-kadang angin terlalu kuat dan menyebabkan bencana. Bagaimana perasaanmu jika engkau diminta untuk berdiri di tengah tiupan angin kencang? Tergantung kekuatan angin tersebut, bukan? Angin level tiga atau empat bisa ditoleransi. Paling banter, orang mungkin kesulitan untuk tetap membuka matanya. Namun, jika angin mengencang dan menjadi angin topan, dapatkah engkau menahannya? Engkau tidak akan dapat menahannya. Jadi, salah jika orang mengatakan bahwa angin itu selalu baik, atau bahwa angin itu selalu buruk, karena ini tergantung pada kekuatan angin tersebut. Lalu, apa fungsi gunung di sini? Bukankah fungsinya adalah untuk menyaring angin? Untuk dijadikan apa gunung mengurangi kencangnya angin? (Angin sepoi-sepoi.) Di lingkungan yang dihuni manusia, apakah kebanyakan orang mengalami angin kencang ataukah angin sepoi-sepoi? (Angin sepoi-sepoi.) Bukankah ini salah satu tujuan Tuhan, salah satu maksud-Nya dalam menciptakan gunung? Bagaimana jadinya jika orang hidup di lingkungan di mana pasir beterbangan dengan liar dalam tiupan angin, tanpa hambatan dan tanpa tersaring? Dapatkah tanah yang dilanda pasir dan batu yang beterbangan dihuni? Batu-batu akan menghantam manusia, dan pasir akan membutakan mereka. Manusia bisa melayang diterpa angin atau diterbangkan ke udara. Rumah-rumah akan hancur, dan segala macam bencana akan terjadi. Namun, adakah nilai dalam keberadaan angin kencang? Aku mengatakan angin kencang itu buruk, sehingga orang mungkin merasa bahwa angin kencang tidak memiliki nilai, tetapi benarkah demikian? Apakah angin kencang bernilai setelah berubah menjadi angin sepoi-sepoi? Apa yang paling orang butuhkan ketika cuaca lembab atau menyesakkan? Mereka membutuhkan angin sepoi-sepoi, untuk meniup mereka dengan lembut, menyegarkan mereka, menjernihkan pikiran mereka, menajamkan pemikiran mereka, dan memperbaiki keadaan pikiran mereka. Sekarang, misalnya, engkau semua duduk di sebuah ruangan berisi banyak orang dengan udara yang pengap—apa yang paling engkau butuhkan? (Angin sepoi-sepoi.) Pergi ke tempat yang udaranya sangat berdebu dan kotor dapat memperlambat pikiran orang, mengurangi sirkulasi, dan mengurangi kejernihan pikirannya. Namun, sedikit gerakan dan sirkulasi menyegarkan udara dan orang akan merasa berbeda di tengah udara yang segar. Meskipun aliran kecil dapat menyebabkan bencana, meskipun angin kencang dapat menyebabkan bencana, selama gunung ada, gunung itu akan mengubah bahaya menjadi kekuatan yang bermanfaat bagi manusia. Bukankah benar demikian?

Tentang apakah bagian ketiga kisah ini? (Gunung yang besar dan gelombang raksasa.) Gunung yang besar dan gelombang raksasa. Bagian ini berlokasi di pantai di kaki gunung. Kita melihat gunung, semburan air laut, dan gelombang yang besar. Apakah fungsi gunung bagi gelombang dalam hal ini? (Pelindung dan penghalang.) Pelindung dan juga penghalang. Sebagai pelindung, gunung menjaga agar laut tidak menghilang, sehingga makhluk hidup yang hidup di dalamnya bisa berkembang biak dan bertambah banyak. Sebagai penghalang, gunung menjaga agar air laut tidak meluap dan menyebabkan bencana, agar tidak menyebabkan kerusakan dan menghancurkan rumah penduduk. Jadi, kita bisa mengatakan bahwa gunung adalah pelindung dan juga penghalang.

Inilah makna penting keterhubungan antara gunung yang besar dan aliran kecil, gunung yang besar dan angin kencang, gunung yang besar dan gelombang raksasa; inilah makna penting saling menguatkan dan saling menahan di antara mereka serta koeksistensi mereka. Hal-hal yang Tuhan ciptakan ini diatur dalam keberadaan mereka oleh suatu pengaturan dan hukum. Jadi, perbuatan Tuhan apa yang engkau lihat dalam kisah ini? Pernahkah Tuhan mengabaikan segala sesuatu setelah Dia menciptakannya? Apakah Dia menciptakan aturan dan merancang cara segala sesuatu menjalankan fungsinya, hanya untuk mengabaikannya setelah itu? Apakah itu yang terjadi? (Tidak.) Lalu, apa yang terjadi? Tuhan tetap memegang kendali. Dia mengendalikan air, angin, dan gelombang. Dia tidak membiarkan hal-hal itu merajalela, Dia juga tidak membiarkan semua itu membahayakan atau menghancurkan tempat tinggal manusia. Karena inilah, manusia dapat terus hidup, berkembang biak dan bertambah banyak di atas tanah. Ini berarti ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia telah merencanakan aturan bagi keberadaan mereka. Ketika Tuhan menciptakan setiap hal, Dia memastikan bahwa hal itu akan bermanfaat bagi manusia, dan Dia memegang kendali atas hal itu, sehingga hal itu tidak akan mengganggu umat manusia ataupun menimbulkan bencana bagi manusia. Jika bukan karena pengelolaan Tuhan, bukankah air akan mengalir tanpa hambatan? Bukankah angin akan bertiup tanpa hambatan? Apakah air dan angin mengikuti aturan? Jika Tuhan tidak mengelola air dan angin, tidak ada aturan yang mengatur keduanya, maka angin akan bergemuruh dan air tak terkendali dan menyebabkan banjir. Jika gelombang lebih tinggi dari gunung, apakah laut bisa tetap ada? Tidak. Jika gunung tidak setinggi gelombang, laut tidak akan ada, dan gunung akan kehilangan nilai dan makna pentingnya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 169

Tuhan menciptakan segala sesuatu yang ada, dan Dia berdaulat atas segala sesuatu yang ada; Dia mengelola semua itu dan menyediakan kebutuhan semua itu, dan di dalam segala sesuatu, Dia melihat dan meneliti setiap kata dan tindakan dari segala sesuatu yang ada. Demikian juga, Tuhan melihat dan meneliti setiap sudut kehidupan manusia. Dengan demikian, Tuhan sangat mengetahui setiap detail segala sesuatu yang ada dalam ciptaan-Nya, dari fungsi masing-masing hal, naturnya, aturannya untuk bertahan hidup, hingga makna penting hidupnya serta nilai keberadaannya, semua ini diketahui oleh Tuhan dalam keseluruhannya. Tuhan menciptakan segala sesuatu—apakah menurutmu Dia perlu belajar aturan-aturan yang mengatur semua itu? Apakah Tuhan perlu mempelajari pengetahuan atau ilmu pengetahuan manusia untuk belajar dan memahami semua itu? (Tidak.) Adakah seseorang di antara umat manusia dengan pembelajaran dan pengetahuannya mampu memahami segala sesuatu seperti Tuhan memahaminya? Tidak ada, bukan? Adakah astronom atau ahli biologi yang benar-benar memahami aturan yang berdasarkannya segala sesuatu hidup dan bertumbuh? Dapatkah mereka benar-benar memahami nilai keberadaan setiap hal? (Tidak, mereka tidak dapat.) Ini karena segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, dan sebanyak apa pun, sedalam apa pun manusia mempelajari pengetahuan ini, atau selama apa pun mereka berupaya mempelajarinya, mereka tidak akan pernah mampu memahami misteri atau tujuan Tuhan menciptakan segala sesuatu. Bukankah ini masalahnya? Sekarang, dari pembahasan kita sejauh ini, apakah engkau semua merasa telah mendapatkan sebagian pemahaman mengenai makna sebenarnya dari frasa: "Tuhan adalah Sumber Kehidupan bagi Segala Sesuatu"? (Ya.) Aku tahu pada saat Aku membahas topik ini—Tuhan adalah Sumber Kehidupan bagi Segala Sesuatu—banyak orang akan langsung memikirkan frasa lain, yakni "Tuhan adalah kebenaran dan Tuhan menggunakan firman-Nya untuk menyediakan kebutuhan kita," dan tidak ada yang melampaui tingkatan makna topik tersebut. Bahkan beberapa orang mungkin merasa bahwa penyediaan Tuhan bagi kehidupan manusia, makanan dan minuman sehari-hari dan setiap kebutuhan sehari-hari tidaklah termasuk penyediaan-Nya bagi manusia. Bukankah ada beberapa orang yang merasa seperti itu? Namun, bukankah maksud Tuhan dalam penciptaan-Nya itu jelas—yakni memungkinkan mereka untuk ada dan hidup dengan normal? Tuhan memelihara lingkungan tempat manusia hidup dan Dia menyediakan segala hal yang dibutuhkan oleh umat manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, Dia mengelola dan berdaulat atas segala sesuatu. Semua ini memungkinkan manusia untuk hidup, bertambah banyak dan berkembang biak dengan normal; dengan cara inilah Tuhan menyediakan kebutuhan semua ciptaan dan umat manusia. Bukankah benar bahwa manusia perlu mengenali dan memahami hal-hal ini? Mungkin beberapa orang berkata, "Topik ini terlalu jauh dari pengetahuan kami mengenai Tuhan yang sejati itu sendiri, dan kami tidak ingin tahu tentang hal ini karena kami tidak hidup dari roti saja, melainkan dari firman Tuhan." Apakah pemahaman ini benar? (Tidak.) Mengapa tidak benar? Dapatkah engkau semua memiliki pemahaman yang lengkap tentang Tuhan jika engkau hanya memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang telah Tuhan katakan? Jika engkau hanya menerima pekerjaan Tuhan dan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, dapatkah engkau memiliki pemahaman yang lengkap tentang Tuhan? Jika engkau hanya mengetahui sebagian kecil dari watak Tuhan, sebagian kecil dari otoritas Tuhan, akankah engkau menganggap itu cukup untuk mencapai pemahaman tentang Tuhan? (Tidak.) Tindakan Tuhan dimulai dengan penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan semua itu berlanjut sampai sekarang—tindakan Tuhan jelas terlihat, dari waktu ke waktu. Jika orang percaya bahwa Tuhan ada hanya karena Dia telah memilih sekelompok orang untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam diri mereka dan menyelamatkan mereka, dan tidak ada hal lain yang ada hubungannya dengan Tuhan, baik otoritas-Nya, status-Nya, maupun tindakan-Nya, dapatkah orang tersebut dianggap memiliki pengetahuan yang benar tentang Tuhan? Orang-orang yang memiliki apa yang mereka sebut sebagai "pengetahuan tentang Tuhan" hanya memiliki pemahaman yang sepihak, di mana dengan pemahaman itu mereka membatasi perbuatan-perbuatan Tuhan hanya bagi sekelompok orang saja. Apakah ini adalah pengetahuan yang sejati tentang Tuhan? Bukankah orang-orang dengan pengetahuan semacam ini menyangkal penciptaan Tuhan atas segala sesuatu dan kedaulatan Tuhan atas semua itu? Beberapa orang tidak ingin terlibat dengan poin ini, sebaliknya mereka berpikir dalam hati mereka: "Aku belum pernah menyaksikan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Gagasan ini begitu jauh, dan aku tidak peduli untuk memahaminya. Tuhan melakukan apa yang Dia inginkan, dan itu tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya menerima kepemimpinan Tuhan dan firman agar aku dapat diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Hal lain tidak penting bagiku. Aturan yang Tuhan buat ketika Dia menciptakan segala sesuatu dan apa yang Dia lakukan untuk menyediakan kebutuhan segala sesuatu dan umat manusia tidak ada hubungannya denganku." Perkataan macam apa ini? Bukankah ini adalah tindakan pemberontakan? Adakah di antara engkau semua yang memiliki pemahaman seperti ini? Aku tahu, bahkan tanpa engkau semua mengatakannya, bahwa banyak orang di antaramu di sini memiliki pemahaman seperti ini. Orang-orang yang terpaku pada buku seperti ini memandang segala sesuatu dari sudut pandang "kerohanian" mereka sendiri. Mereka hanya ingin membatasi Tuhan dengan menggunakan Alkitab, membatasi Tuhan dengan firman yang telah Dia ucapkan, dengan menggunakan makna harfiah kata-kata yang tertulis. Mereka tidak ingin mengenal Tuhan lebih lagi, dan mereka tidak mau Tuhan membagi perhatian-Nya dengan melakukan hal-hal lain. Jenis pemikiran ini kekanak-kanakan, juga terlalu rohani. Dapatkah orang-orang yang berpandangan seperti ini mengenal Tuhan? Akan sangat sulit bagi mereka untuk mengenal Tuhan. Hari ini, Aku telah menceritakan dua kisah, masing-masing membahas aspek yang berbeda. Engkau semua mungkin merasa, setelah bersentuhan dengan masalah ini, bahwa masalah ini mendalam atau sedikit abstrak, sulit untuk dimengerti dan dipahami. Mungkin terasa sulit menghubungkannya dengan tindakan Tuhan dan Tuhan itu sendiri. Namun demikian, semua tindakan Tuhan dan semua yang telah Dia lakukan di antara ciptaan dan di antara umat manusia, haruslah diketahui dengan jelas dan akurat oleh setiap orang, oleh semua orang, yang berusaha untuk mengenal Tuhan. Pengetahuan ini akan memberimu keyakinan dalam kepercayaanmu akan keberadaan Tuhan yang sejati. Pengetahuan ini juga akan memberimu pengetahuan yang akurat tentang hikmat Tuhan, kuasa-Nya dan cara yang digunakan-Nya untuk menyediakan kebutuhan segala sesuatu. Pengetahuan ini akan memungkinkanmu untuk dengan jelas memahami keberadaan Tuhan yang sejati dan melihat bahwa keberadaan-Nya itu bukan fiksi, bukan mitos, tidak samar, bukan teori, dan tentu saja bukan semacam penghiburan rohani, melainkan keberadaan yang nyata. Lebih jauh lagi, pengetahuan ini akan memungkinkan orang untuk tahu bahwa Tuhan selalu menyediakan kebutuhan semua ciptaan dan umat manusia; Tuhan melakukan ini dengan cara-Nya sendiri dan sesuai dengan ritme-Nya sendiri. Jadi, oleh karena Tuhan menciptakan segala sesuatu dan memberi kepada mereka aturan sehingga mereka masing-masing, di bawah pengawasan Tuhan, mampu melakukan tugas yang diberikan kepada mereka, mampu memenuhi tanggung jawab mereka dan melaksanakan peran mereka sendiri; di bawah pengawasan-Nya, setiap hal memiliki kegunaannya sendiri dalam pelayanannya bagi umat manusia dan ruang serta lingkungan yang dihuni umat manusia. Jika Tuhan tidak melakukannya dan umat manusia tidak memiliki lingkungan seperti itu untuk dihuni, maka percaya kepada Tuhan atau mengikuti Tuhan tidak akan mungkin bagi umat manusia; itu semua akan menjadi tak lebih dari omong kosong. Benar, bukan?

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 170

Kita telah mendiskusikan banyak topik dan konten yang berhubungan dengan perkataan "Tuhan adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu," tetapi apakah engkau tahu di dalam hatimu hal-hal apa saja yang Tuhan anugerahkan kepada umat manusia selain menyediakan firman-Nya dan melakukan pekerjaan hajaran dan penghakiman-Nya terhadap engkau semua? Beberapa orang mungkin berkata, "Tuhan menganugerahkan kasih karunia dan berkat kepadaku; Dia mendisiplinkan dan menghiburku, dan Dia memberiku pemeliharaan dan perlindungan dengan segala cara yang memungkinkan." Orang lain mungkin berkata, "Tuhan mengaruniakan makanan dan minuman kepadaku setiap hari," sementara ada orang lain lagi bahkan berkata, "Tuhan telah mengaruniakan segala sesuatu kepadaku." Engkau dapat menanggapi berbagai persoalan yang orang hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan cara yang berhubungan dengan cakupan pengalaman hidupmu sendiri dalam daging. Tuhan menganugerahkan banyak hal kepada setiap orang, walaupun yang sedang kita diskusikan di sini tidak hanya terbatas pada cakupan kebutuhan harian orang, melainkan dimaksudkan untuk memperluas bidang pandangan tiap-tiap orang dan memungkinkanmu memandang berbagai hal dari sudut pandang luas. Karena Tuhan adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu, bagaimanakah cara Dia memelihara kehidupan segala sesuatu? Dengan kata lain, apa yang Tuhan berikan kepada segala sesuatu yang diciptakan-Nya untuk memelihara keberadaan mereka dan hukum yang menyokong keberadaan mereka, supaya mereka terus ada? Inilah pokok bahasan kita hari ini. ... Kuharap engkau semua dapat menghubungkan topik ini dan hal-hal yang akan Aku bicarakan dengan perbuatan-perbuatan Tuhan, bukan dengan pengetahuan, budaya manusia, atau penelitian mana pun. Aku sedang membicarakan tentang Tuhan saja, tentang Tuhan itu sendiri. Inilah saran-Ku untuk engkau semua. Aku yakin engkau mengerti!

Tuhan telah mengaruniakan banyak hal kepada umat manusia. Aku akan mulai dengan membicarakan tentang apa yang dapat manusia lihat, yaitu apa yang dapat mereka rasakan. Ini adalah hal-hal yang dapat diterima dan dipahami manusia di dalam hati mereka. Jadi, pertama, mari kita mulai dengan membicarakan tentang apa yang disediakan Tuhan bagi manusia, dengan membahas dunia materi.

1. Udara

Pertama, Tuhan menciptakan udara supaya manusia dapat bernapas. Udara adalah zat yang bersentuhan langsung dengan manusia setiap hari dan manusia menggantungkan diri padanya dari waktu ke waktu, bahkan selagi tidur. Udara yang Tuhan ciptakan sangat penting bagi umat manusia: itu penting bagi tiap helaan napas mereka dan bagi hidup itu sendiri. Zat ini, yang hanya dapat dirasa, tetapi tidak dapat dilihat, adalah anugerah pertama Tuhan kepada segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Namun, setelah menciptakan udara, apakah Tuhan berhenti, menganggap pekerjaan-Nya selesai? Atau apakah Tuhan memikirkan kerapatan udara itu? Apakah Tuhan memikirkan apa yang harus dikandung udara? (Ya.) Apa yang Tuhan pikirkan ketika Dia menciptakan udara? Mengapa Tuhan menciptakan udara, dan apa pemikiran-Nya? Manusia membutuhkan udara—mereka perlu bernapas. Pertama-tama, kerapatan udara harus sesuai untuk paru-paru manusia. Apakah ada yang tahu kerapatan udara? Sesungguhnya, tidak ada kepentingan khusus bagi orang untuk mengetahui angka atau data untuk menjawab pertanyaan ini, dan memang, tidak perlu tahu jawabannya―memiliki gagasan umum saja sudah cukup. Tuhan menciptakan udara dengan kerapatan yang paling cocok untuk paru-paru manusia bernapas. Artinya, Dia menciptakan udara agar itu dapat memasuki tubuh manusia dengan mudah melalui napas mereka, dan supaya itu tidak akan membahayakan tubuh saat bernapas. Inilah pertimbangan Tuhan saat Dia menciptakan udara. Selanjutnya, kita akan membicarakan tentang kandungan udara. Kandungan udara tidak beracun bagi manusia dan tidak akan merusak paru-paru atau bagian tubuh lain. Tuhan harus mempertimbangkan semua ini. Tuhan harus mempertimbangkan bahwa udara yang dihirup manusia harus keluar-masuk tubuh dengan lancar, dan bahwa, setelah dihirup, natur dan kuantitas substansi di dalam udara harus sedemikian rupa sehingga darah, dan udara buangan di paru-paru dan tubuh secara keseluruhan, bisa dimetabolisme dengan baik. Selain itu, Tuhan harus mempertimbangkan agar udara tidak mengandung racun sama sekali. Tujuan-Ku memberitahumu tentang kedua standar untuk udara ini bukan untuk menjejalimu dengan pengetahuan tertentu, tetapi untuk menunjukkan kepadamu bahwa Tuhan menciptakan setiap hal di dalam ciptaan-Nya sesuai dengan pertimbangan-Nya sendiri, dan semua yang diciptakan-Nya adalah yang terbaik yang memungkinkan. Lebih jauh lagi, mengenai jumlah debu di udara; dan jumlah debu, pasir, serta tanah di bumi; termasuk jumlah debu yang melayang turun dari langit ke bumi—Tuhan juga memiliki cara-Nya untuk mengelola semua ini, cara untuk membersihkannya atau membuatnya hancur. Sekalipun ada sejumlah debu, Tuhan membuatnya sedemikian rupa sehingga debu itu tidak akan mencelakai tubuh dan pernapasan manusia, dan Dia membuat ukuran partikel debu tersebut tidak akan sampai membahayakan tubuh. Tidakkah penciptaan Tuhan atas udara ini misterius? Apakah itu hal sederhana, seperti meniupkan udara dari mulut-Nya? (Tidak.) Bahkan dalam ciptaan-Nya yang paling sederhana pun, misteri, cara kerja pikiran-Nya, cara berpikir-Nya, dan hikmat-Nya jelas terlihat. Bukankah Tuhan itu nyata? (Ya, benar.) Ini berarti bahwa bahkan dalam menciptakan sesuatu yang sederhana, Tuhan memikirkan manusia. Pertama-tama, udara yang dihirup manusia itu bersih, dan kandungannya cocok untuk pernapasan manusia, tidak beracun dan tidak membahayakan manusia; demikian juga, kerapatannya tepat untuk pernapasan manusia. Udara ini, yang terus-menerus dihirup dan diembuskan manusia, penting bagi tubuh manusia, daging manusia. Inilah sebabnya manusia dapat bernapas dengan bebas, tanpa kendala atau kekhawatiran. Jadi, mereka dapat bernapas dengan normal. Udara adalah hal yang Tuhan ciptakan di awal dan hal yang sangat diperlukan untuk pernapasan manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 171

2. Suhu Udara

Hal kedua yang akan kita bicarakan adalah suhu udara. Setiap orang tahu apa itu suhu udara. Suhu udara adalah sesuatu yang penting untuk lingkungan yang sesuai untuk kelangsungan hidup manusia. Jika suhu udara terlalu tinggi—misalnya, katakanlah suhu udara lebih tinggi dari 40 derajat Celcius—bukankah akan sangat menguras tenaga bagi manusia? Bukankah akan sangat melelahkan bagi manusia untuk hidup dalam kondisi seperti itu? Dan bagaimana jika suhu udara terlalu rendah? Katakanlah suhu mencapai minus 40 derajat Celcius—manusia tidak akan sanggup bertahan dalam kondisi ini juga. Oleh karena itu, Tuhan sangat teliti dalam mengatur rentang suhu udara, yaitu rentang suhu udara yang tubuh manusia dapat beradaptasi, yang jatuhnya, kurang lebih, antara minus 30 derajat Celcius dan 40 derajat Celcius. Suhu di wilayah-wilayah dari utara ke selatan pada dasarnya termasuk dalam rentang ini. Di daerah-daerah yang sangat dingin, suhu udara bisa turun hingga mungkin minus 50 atau 60 derajat Celcius. Tuhan tidak mau manusia tinggal di daerah seperti itu. Jadi, mengapa daerah-daerah beku ini ada? Tuhan memiliki hikmat-Nya sendiri, dan Dia memiliki maksud-Nya sendiri untuk ini. Dia tidak mau engkau mendekati tempat-tempat itu. Tempat-tempat yang terlalu panas dan terlalu dingin dilindungi oleh Tuhan, artinya, Dia tidak merencanakan untuk manusia tinggal di sana. Tempat-tempat ini bukan untuk umat manusia. Namun, mengapa Tuhan mau tempat-tempat seperti itu ada di bumi? Jika ini adalah tempat-tempat di mana Tuhan tidak mau manusia tinggal atau bahkan bertahan hidup, lalu mengapa Tuhan menciptakannya? Di sinilah terletak hikmat Tuhan. Artinya, Tuhan telah secara bijaksana menyesuaikan rentang suhu udara lingkungan tempat manusia bertahan hidup. Ada juga hukum alam yang bekerja di sini. Tuhan menciptakan hal-hal tertentu untuk mempertahankan dan mengontrol suhu udara. Apa sajakah itu? Pertama, matahari dapat membawa kehangatan bagi orang-orang, tetapi apakah orang mampu menahan kehangatan ini ketika terlalu panas? Adakah orang yang berani mendekati matahari? Adakah alat ilmiah di bumi yang dapat mendekati matahari? (Tidak.) Mengapa tidak? Matahari terlalu panas. Apa pun yang terlalu dekat akan meleleh. Oleh karena itu, Tuhan bekerja dengan saksama untuk mengatur ketinggian matahari di atas umat manusia dan jaraknya darinya sesuai dengan perhitungan-Nya yang cermat dan dengan standar-Nya. Lalu, ada dua kutub bumi, selatan dan utara. Daerah-daerah ini seluruhnya beku dan sangat dingin. Dapatkah manusia hidup di daerah yang sangat dingin? Apakah tempat-tempat seperti itu cocok untuk kelangsungan hidup manusia? (Tidak.) Orang-orang tidak pergi ke tempat-tempat ini, karena tidak cocok untuk kelangsungan hidup. Karena orang tidak pergi ke Kutub Selatan dan Kutub Utara, gletsernya terpelihara, dan mampu memenuhi tujuannya, yaitu untuk mengendalikan suhu udara. Engkau mengerti, bukan? Jika tidak ada Kutub Selatan dan Kutub Utara, panas matahari yang terus-menerus akan menyebabkan orang-orang di muka bumi binasa. Namun, apakah Tuhan menjaga suhu dalam rentang yang sesuai dengan kelangsungan hidup manusia melalui dua hal ini saja? Tidak. Ada juga beraneka ragam makhluk hidup, seperti rumput di padang, beraneka ragam pohon, dan segala jenis tanaman di hutan yang menyerap panas matahari dan, dengan demikian, menetralkan energi panas matahari dengan cara mengatur suhu lingkungan tempat manusia hidup. Ada juga sumber-sumber air, seperti sungai dan danau. Tidak ada yang dapat menentukan area yang diliputi sungai dan danau. Tidak seorang pun yang dapat mengendalikan berapa banyak air yang ada di bumi, atau ke mana air itu mengalir, arah alirannya, volumenya, atau kecepatannya. Hanya Tuhan yang tahu. Aneka ragam sumber air ini, dari air bawah tanah sampai sungai-sungai serta danau-danau yang terlihat di atas tanah, juga dapat mengatur suhu udara lingkungan tempat manusia hidup. Selain sumber-sumber air, ada juga beraneka ragam formasi geografis, seperti pegunungan, dataran, ngarai, dan lahan basah, yang semuanya mengatur suhu sampai taraf yang proporsional dengan cakupan dan area geografisnya. Contohnya, jika sebuah gunung memiliki keliling 100 kilometer, maka 100 kilometer itu akan memberikan manfaat yang senilai dengan 100 kilometer. Mengenai berapa banyak rangkaian pegunungan dan ngarai yang telah Tuhan ciptakan di bumi, ini adalah jumlah yang telah Tuhan pikirkan. Dengan kata lain, di balik keberadaan setiap hal yang diciptakan oleh Tuhan, ada sebuah cerita, dan setiap hal mengandung hikmat dan rancangan-rancangan Tuhan. Pertimbangkan, misalnya, hutan dan segala jenis tanaman—jangkauan dan luas daerah tempat mereka ada dan tumbuh berada di luar kendali manusia mana pun, dan tidak ada seorang manusia pun terlibat dalam mengambil keputusan mengenai semua hal ini. Demikian juga, tidak ada manusia yang dapat mengontrol berapa banyak air yang diserapnya, atau berapa banyak energi panas yang diserapnya dari matahari. Semua hal ini termasuk dalam lingkup rencana yang Tuhan buat saat Dia menciptakan segala sesuatu.

Hanya oleh karena perencanaan, pertimbangan, dan pengaturan Tuhan yang saksama dalam segala aspek, manusia dapat hidup dalam lingkungan dengan suhu udara yang sesuai. Oleh karena itu, setiap hal yang manusia lihat dengan matanya, seperti matahari, Kutub Selatan dan Kutub Utara yang sering orang dengar, juga beraneka ragam makhluk hidup di atas dan di bawah tanah serta di dalam air, dan luas ruang yang ditutupi oleh hutan dan segala macam tumbuhan, sumber air, beragam badan air, jumlah air laut dan air tawar, dan lingkungan geografis yang berbeda—ini semua adalah hal-hal yang Tuhan gunakan untuk mempertahankan suhu udara normal demi kelangsungan hidup manusia. Ini mutlak. Itu hanya karena Tuhan telah memikirkan secara mendalam tentang semua ini sehingga manusia dapat hidup di lingkungan dengan suhu udara yang sesuai. Suhunya tidak boleh terlalu dingin atau terlalu panas: tempat-tempat yang terlalu panas, yang suhu udaranya melampaui yang dapat diadaptasi tubuh manusia tentunya tidak dicadangkan bagimu oleh Tuhan. Tempat-tempat yang terlalu dingin, yang suhu udaranya terlalu rendah, yang, begitutiba di sana, manusia akan benar-benar beku hanya dalam beberapa menit, sehingga mereka tidak mampu berbicara, otak mereka membeku, mereka tidak dapat berpikir, dan segera mereka menderita sesak napas—tempat-tempat seperti itu juga tidak dicadangkan oleh Tuhan bagi umat manusia. Tidak peduli penelitian apa pun yang ingin dilakukan manusia, atau apakah mereka ingin berinovasi atau ingin menerobos keterbatasan seperti itu—apa pun yang orang pikirkan, mereka tidak akan pernah mampu melebihi batasan-batasan yang dapat diadaptasi oleh tubuh manusia. Mereka tidak akan pernah mampu menghilangkan keterbatasan-keterbatasan yang Tuhan ciptakan bagi manusia ini. Hal ini karena Tuhan menciptakan manusia, dan Tuhanlah yang paling tahu pada suhu udara berapa tubuh manusia dapat beradaptasi. Namun, manusia sendiri tidak tahu. Mengapa Aku katakan manusia tidak tahu? Hal bodoh apa yang telah dilakukan manusia? Bukankah telah banyak orang terus-menerus menantang Kutub Utara dan Kutub Selatan? Orang-orang seperti itu selalu ingin pergi ke tempat-tempat itu untuk menduduki tanah itu, supaya mereka dapat bermukim di sana. Itu suatu tindakan yang tidak masuk akal. Bahkan seandainya engkau sudah meneliti kedua kutub itu secara menyeluruh, selanjutnya apa? Sekalipun engkau dapat beradaptasi terhadap suhu dan dapat tinggal di sana, bagaimanapun juga akankah itu bermanfaat bagi umat manusia jika engkau "memperbaiki" lingkungan yang sekarang ini untuk hidup di Kutub Selatan dan Kutub Utara? Manusia memiliki lingkungan di mana mereka dapat bertahan hidup, tetapi mereka tidak tetap tinggal dengan tenang dan patuh di sana, tetapi malah bersikeras menjelajahi tempat-tempat di mana mereka tidak dapat bertahan hidup. Apa artinya ini? Mereka telah menjadi bosan dan tidak sabar dengan hidup di suhu udara yang tepatini, dan telah menikmati terlalu banyak berkat. Di samping itu, lingkungan tetap untuk hidup ini telah hampir sepenuhnya dirusak oleh umat manusia, jadi sekarang mereka berpikir mereka sebaiknya pergi ke Kutub Selatan dan Kutub Utara untuk melakukan lebih banyak kerusakan atau mengejarsuatu "tujuan," sehingga mereka dapat menemukan cara untuk "membuka jalan baru". Bukankah ini bodoh? Hal ini berarti, di bawah kepemimpinan Iblis nenek moyang mereka, umat manusia ini terus melakukan satu demi satu hal yang tidak masuk akal, secara sembrono dan ceroboh merusak rumah indah yang Tuhan ciptakan bagi mereka. Ini perbuatan Iblis. Lebih lanjut, melihat bahwa kelangsungan hidup umat manusia di bumi dalam bahaya, banyak orang mencari cara untuk mengunjungi bulan, ingin menentukan cara untuk bertahan hidup di sana. Namun, pada akhirnya, bulan kekurangan oksigen. Dapatkah manusia bertahan hidup tanpa oksigen? Karena bulan kekurangan oksigen, itu bukanlah tempat manusia dapat tinggal, tetapi manusia tetap ingin pergi ke sana. Apa sebutan untuk perilaku ini? Ini juga penghancuran diri, bukan? Bulan adalah tempat tanpa udara, dan suhunya tidak cocok untuk kelangsungan hidup manusia—jadi, itu bukan tempat yang dicadangkan oleh Tuhan bagi manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 172

3. Suara

Apakah hal yang ketiga? Itu juga sesuatu yang merupakan bagian penting dari lingkungan normal keberadaan manusia, sesuatu yang harus diatur Tuhan saat Dia menciptakan segala sesuatu. Itu sangat penting bagi Tuhan dan juga bagi setiap manusia. Jika Tuhan tidak mengurus hal ini, itu akan sangat mengganggu kelangsungan hidup manusia, artinya itu akan memiliki dampak signifikan bagi kehidupan manusia dan tubuh dagingnya sehingga manusia tidak akan dapat bertahan hidup di lingkungan seperti itu. Dapat dikatakan bahwa tidak ada makhluk hidup akan dapat bertahan hidup di lingkungan seperti itu. Jadi, apakah hal yang Aku bicarakan ini? Aku berbicara tentang suara. Tuhan menciptakan segalanya, dan segalanya hidup dalam tangan Tuhan. Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan hidup dan berputar dalam gerakan konstan dalam pengamatan-Nya. Yang aku maksudkan dengan ini adalah setiap hal yang diciptakan Tuhan memiliki nilai dan makna dalam keberadaannya; artinya ada sesuatu yang penting mengenai keberadaan setiap hal. Di mata Tuhan, setiap hal hidup, dan, karena segala sesuatu hidup, masing-masing menghasilkan suara. Contohnya, bumi ini terus berputar, matahari terus berputar, dan bulan, juga, terus berputar. Saat segala sesuatu merambat, berkembang, dan bergerak, semuanya terus-menerus memancarkan suara. Segala sesuatu ciptaan Tuhan yang ada di bumi terus-menerus merambat, berkembang, dan bergerak. Contohnya, dasar pegunungan bergerak dan bergeser, dan semua makhluk hidup di kedalaman laut berenang dan bergerak. Ini berarti bahwa semua makhluk hidup ini, segala sesuatu dalam pandangan Tuhan, bergerak terus-menerus, dan teratur, sesuai pola yang sudah ditetapkan. Jadi, apa yang diwujudkan oleh segala sesuatu yang merambat dan berkembang dalam kegelapan dan bergerak dalam kerahasiaanini? Suara—suara yang bagus dan kuat. Di luar bumi, segala jenis planet juga terus-menerus bergerak, dan makhluk hidup serta organisme di planet-planet ini juga terus-menerus merambat, berkembang, dan bergerak. Artinya, segala sesuatu yang bernyawa dan tak bernyawa terus-menerus bergerak maju dalam pandangan Tuhan, dan, saat semua bergerak, masing-masing juga memancarkan suara. Tuhan juga telah mengatur suara-suara ini, dan aku percaya engkau semua sudah tahu alasan-Nya untuk ini, bukan? Ketika engkau mendekati sebuah pesawat, apa efek deru mesinnya kepadamu? Jika engkau berada di dekatnya terlalu lama, telingamu akan menjadi tuli. Bagaimana dengan jantungmu—akankah itu sanggup menahan penderitaan tersebut? Orang-orang yang memiliki jantung lemah tidak akan dapat menahannya. Tentu saja, bahkan mereka dengan jantung kuat pun tidak akan dapat menahannya terlalu lama. Hal ini berarti, efek suara pada tubuh manusia, apakah itu terhadap telinga atau jantung, sangat penting bagi setiap manusia, dan suara yang terlalu keras akan membahayakan bagi manusia. Karena itu, ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu dan setelah semua itu mulai berfungsi secara normal, Tuhan membuat pengaturan yang tepat untuk suara-suara ini, suara pergerakan segala sesuatu. Ini, juga, adalah salah satu persoalan yang harus dipertimbangkan Tuhan saat menciptakan lingkungan bagi umat manusia.

Pertama, tinggi atmosfer di atas permukaan bumi memengaruhi suara. Selain itu, ukuran celah dalam tanah akan memanipulasi dan memengaruhi suara. Kemudian ada pelbagai lingkungan geografis yang pertemuannya juga memengaruhi suara. Hal ini berarti, Tuhan menggunakan metode-metode tertentu untuk menghilangkan beberapa suara, sehingga manusia dapat bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang dapat ditahan telinga dan jantung mereka. Kalau tidak, suara akan membawa hambatan besar bagi kelangsungan hidup manusia, menjadi gangguan besar dalam hidup mereka dan menimbulkan masalah serius bagi mereka. Ini artinya Tuhan sangat teliti dalam penciptaan-Nya atas tanah, atmosfer, dan pelbagai macam lingkungan geografis, dan terkandung di dalam setiap ciptaan itu adalah hikmat Tuhan. Pemahaman manusia tentang hal ini tidak perlu terlalu mendetail—cukup orang tahu bahwa tindakan Tuhan terkandung di dalamnya. Sekarang engkau semua katakan kepada-Ku, pekerjaan yang Tuhan lakukan ini—dengan tepat menyesuaikansuara untuk memelihara lingkungan hidup manusia dan kehidupan normal mereka—perlukah itu? (Ya.) Karena pekerjaan ini penting, lalu dari sudut pandang ini, dapatkah dikatakan bahwa Tuhan menggunakan pekerjaan ini sebagai cara menyediakan segala sesuatu? Tuhan menciptakan lingkungan yang tenang untuk penyediaan umat manusia sehingga tubuh manusia dapat hidup dengan normal di dalamnya, tanpa mengalami gangguan apa pun, dan dengan demikian umat manusia bisa ada dan hidup secara normal. Lalu, bukankah ini salah satu cara Tuhan untuk menyediakan bagi umat manusia? Bukankah sangat penting hal yang Tuhan lakukan ini? (Ya.) Ada kebutuhan besar akan itu. Jadi, bagaimana engkau semua menghargai hal ini? Meskipun engkau semua tidak dapat merasakan bahwa ini adalah tindakan Tuhan, engkau juga tidak tahu bagaimana Tuhan melakukannya pada waktu itu, masih dapatkah engkau merasakan pentingnya Tuhan melakukan hal ini? Dapatkah engkau merasakan hikmat Tuhan dan kepedulian serta pemikiran yang Dia tanamkan di dalamnya? (Ya, kami dapat.) Jika engkau semua dapat merasakan ini, cukuplah itu. Ada banyak tindakan yang telah Tuhan lakukan di antara hal-hal yang diciptakan-Nya yang tidak dapat dirasakan atau dilihat orang. Aku menyebutkan hal ini di sini hanya untuk memberitahukan kepada engkau semua tentang tindakan-tindakan Tuhan, agar engkau dapat mengenal Tuhan. Ini adalah petunjuk-petunjuk yang dapat membuatmu mengenal dan memahami Tuhan dengan lebih baik.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 173

4. Cahaya

Hal keempat berhubungan dengan mata manusia: cahaya. Ini juga sangat penting. Ketika engkau melihat cahaya terang, dan terangnya mencapai kekuatan tertentu, itu dapat membutakan mata manusia. Bagaimanapun mata manusia adalah mata dari daging. Mata tidak dapat menahan iritasi. Apakah ada yang berani menatap matahari secara langsung? Beberapa orang telah mencobanya, dan jika mereka mengenakan kacamata hitam, itu tidak masalah—tetapi itu membutuhkan penggunaan alat. Tanpa alat, mata telanjang manusia tidak memiliki kemampuan untuk menghadap matahari dan menatapnya secara langsung. Namun, Tuhan menciptakan matahari untuk membawa cahaya bagi umat manusia, dan cahaya ini, juga, adalah sesuatu yang Dia urus. Tuhan tidak hanya selesai menciptakan matahari, meletakkannya di suatu tempat, dan kemudian mengabaikannya; bukan begitu cara Tuhan melakukan sesuatu. Dia sangat cermat dalam tindakan-Nya, dan dengan saksama memikirkan semuanya. Tuhan menciptakan mata bagi umat manusia supaya mereka dapat melihat, dan Dia juga mengeset terlebih dahulu parameter cahaya yang digunakan manusia untuk melihat sesuatu. Tidak ada gunanyajika cahaya terlalu redup. Ketika sangat gelap sehingga orang tidak dapat melihat jari-jari mereka di depan mereka, maka mata mereka telah kehilangan fungsinya dan tidak berguna. Namun, cahaya yang terlalu terang membuat mata manusia sama-sama tidak dapat melihat sesuatu, karena terangnya tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, Tuhan telah melengkapi lingkungan keberadaan umat manusia dengan jumlah cahaya yang sesuai untuk mata manusia—jumlah yang tidak akan melukai atau merusak mata manusia, apalagi menyebabkan mata manusia kehilangan fungsinya. Inilah alasan Tuhan menambah lapisan-lapisan awan di sekeliling matahari dan bumi, dan alasan kerapatan udara mampu dengan tepat menghilangkan jenis-jenis cahaya yang dapat menyakiti mata atau kulit manusia—ini berhubungan. Lagi pula, warna-warna bumi yang diciptakan Tuhan memantulkan sinar matahari dan segala macam cahaya yang lain, serta mampu menghilangkan jenis-jenis cahaya yang terlalu terang untuk diadaptasi mata manusia. Dengan demikian, orang dapat berjalan keluar dan menjalani hidup mereka tanpa perlu terus-menerus mengenakan kacamata hitam yang sangat gelap. Dalam keadaan normal, mata manusia dapat melihat benda-benda dalam bidang penglihatan mereka tanpa terganggu oleh cahaya. Artinya, tidak ada gunanya jika cahaya terlalu menyilaukan atau jika terlalu redup. Jika terlalu redup, mata manusia akan terganggu, dan, setelah digunakan sebentar saja, rusak; jika terlalu terang, mata manusia tidak akan mampu menahannya. Cahaya yang manusia miliki ini haruslah sesuai bagi mata manusia untuk melihat, dan Tuhan telah, lewat pelbagai metode, meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh cahaya pada mata manusia; dan meskipun cahaya ini dapat membawa manfaat atau penderitaan bagi mata manusia, itu cukup untuk mengizinkan orang mencapai akhir hidup mereka sambil tetap menggunakan mata mereka. Bukankah Tuhan telah mempertimbangkannya dengan menyeluruh? Namun, Iblis, bertindak tanpa ada pertimbangan-pertimbangan seperti itu melewati pikirannya. Dengan Iblis, cahaya terlalu terang atau terlalu redup. Beginilah cara Iblis bertindak.

Tuhan melakukan hal-hal ini pada semua aspek tubuh manusia—penglihatan, pendengaran, perasa, pernapasan, perasaan, dan seterusnya—untuk memaksimalkan kemampuan adaptasi manusia untuk bertahan hidup, supaya mereka dapat hidup normal dan terus melakukannya. Dengan kata lain, lingkungan untuk hidup saat ini, yang diciptakan oleh Tuhan, merupakan lingkungan yang paling cocok dan menguntungkan untuk kelangsungan hidup umat manusia. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa ini bukan masalah besar, bahwa ini semuahal yang sangat biasa. Suara, cahaya, dan udara adalah hal-hal yang orang rasakan sebagai hak yang diperoleh sejak lahir, yang telah mereka nikmati sejak mereka dilahirkan. Namun, di balik hal-hal yang engkau dapat nikmati ini, Tuhan telah bekerja; ini adalah sesuatu yang manusia perlu pahami, sesuatu yang mereka perlu ketahui. Tidak masalah jika engkau merasa tidak perlu memahami hal-hal ini atau mengetahui hal-hal tersebut, pendeknya, saat Tuhan menciptakan hal-hal ini, Dia mencurahkan pemikiran-Nya, Dia memiliki rencana, Dia memiliki gagasan tertentu. Dia tidak sembrono atau begitu saja menempatkan umat manusia dalam lingkungan untuk hidup tanpa memikirkannya sama sekali. Engkau semua mungkin berpikir bahwa Aku telah berbicara terlalu tinggi tentang masing-masing hal kecil ini, tetapi dalam pandangan-Ku, setiap hal yang Tuhan sediakan bagi umat manusia penting untuk kelangsungan hidup manusia. Ada tindakan Tuhan dalam hal ini.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 174

5. Aliran Udara

Apakah hal yang kelima? Hal ini berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari setiap orang. Begitu eratnya hubungannya dengan kehidupan manusia sehingga tubuh manusia tidak dapat hidup dalam dunia materi ini tanpanya. Hal ini adalah aliran udara. Mungkin siapa pun dapat memahami kata benda "aliran udara" yang baru saja didengarnya. Jadi, apakah aliran udara itu? Engkau dapat mengatakan bahwa "aliran udara" sederhananya adalah gerakan udara yang mengalir. Aliran udara adalah angin yang tidak dapat dilihat mata manusia. Itu juga adalah salah satu cara gas bergerak. Namun, dalam pembicaraan ini, apakah sebenarnya aliran udara yang dimaksud? Begitu Aku mengatakannya, engkau semua akan mengerti. Bumi membawa gunung, laut, dan segala ciptaan saat berputar, dan saat bumi berputar, bumi berputar dengan cepat. Sekalipun engkau tidak merasakan putaran ini, rotasi bumi tetap ada. Apa yang dihasilkan oleh rotasi ini? Ketika engkau berlari, bukankah angin muncul dan melewati telingamu dengan cepat? Jika angin dapat dihasilkan ketika engkau berlari, bagaimana bisa tidak ada angin ketika bumi berputar? Saat bumi berputar, segala sesuatu bergerak. Bumi sendiri bergerak dan berputar pada kecepatan tertentu, sementara segala sesuatu di atasnya juga terus-menerus merambat dan berkembang. Oleh karena itu, pergerakan pada kecepatan tertentu akan secara alami menimbulkan aliran udara. Inilah yang Aku maksud dengan "aliran udara." Apakah aliran udara ini tidak memengaruhi tubuh manusia sampai batas tertentu? Pertimbangkan topan: topan biasa tidak sekuat itu, tetapi saat topan melanda, orang bahkan tidak dapat tetap berdiri, dan sulit bagi mereka untuk berjalan di tengah angin. Bahkan satu langkah pun sulit, dan beberapa orang bahkan mungkin didorong oleh angin, tidak dapat bergerak. Ini adalah salah satu cara aliran udara dapat memengaruhi umat manusia. Jika seluruh bumi penuh dengan dataran, maka, saat bumi dan segala sesuatu berputar, tubuh manusia akan sepenuhnya tidak mampu menahan aliran udara yang dihasilkan. Akan sangat sulit menanggapi situasi seperti itu. Jika demikian keadaannya, aliran udara seperti itu tidak hanya akan membahayakan umat manusia, tetapi membawa kerusakan total. Manusia tidak akan mampu bertahan hidup dalam lingkungan seperti itu. Inilah sebabnya Tuhan menciptakan lingkungan geografis yang berbeda untuk memecahkan masalah aliran udara seperti itu—di lingkungan berbeda, aliran udara menjadi lebih lemah, mengubah arahnya, mengubah kecepatannya, dan mengubah kekuatannya. Karena itulah orang dapat melihat ciri-ciri geografis yang berbeda, seperti pegunungan, rangkaian pegunungan yang besar, dataran, bukit-bukit, cekungan, lembah, plato, dan sungai-sungai besar. Dengan ciri-ciri geografis yang berbeda ini, Tuhan mengubah kecepatan, arah dan kekuatan aliran udara. Inilah metode yang Dia gunakan untuk mengurangi atau memanipulas aliran udara menjadi angin yang kecepatan, arah, dan kekuatannya sesuai, sehingga manusia dapat memiliki lingkungan normal untuk hidup. Apakah ini perlu? (Ya.) Melakukan hal seperti ini tampak sulit bagi manusia, tetapi mudah bagi Tuhan, karena Dia mengawasi segala sesuatu. Bagi-Nya, terlalu sederhana dan terlalu mudah untuk menciptakan lingkungan dengan aliran udara yang cocok untuk umat manusia. Oleh karena itu, dalam lingkungan seperti itu yang diciptakan oleh Tuhan, setiap hal dalam segala ciptaan-Nya sangat diperlukan. Ada nilai dan kepentingan dalam keberadaan setiap hal. Namun, prinsip ini tidak dipahami oleh Iblis atau oleh umat manusia yang telah dirusak. Mereka terus merusak dan mengembangkan serta mengeksploitasi, dengan mimpi sia-sia untuk mengubah pegunungan menjadi tanah datar, menutup ngarai, dan membangun bangunan pencakar langit di tanah datar untuk menciptakan hutan beton. Adalah harapan Tuhan agar umat manusia dapat hidup bahagia, bertumbuh dengan bahagia, dan melalui setiap hari dengan bahagia di lingkungan paling cocok ini yang telah Dia persiapkan bagi mereka. Itulah sebabnya Tuhan tidak pernah ceroboh dalammemperlakukan lingkungan tempat manusia hidup. Dari suhu udara ke udara, dari suara ke cahaya, Tuhan telah membuat rencana dan pengaturan yang rumit, sehingga tubuh manusia dan lingkungan hidup mereka tidak akan menjadi sasaran gangguan dari keadaan alam, dan sebaliknya, umat manusia akan mampu hidup dan bertambah banyak dengan normal, dan hidup normal berdampingan secara harmonis dengan segala sesuatu. Semua hal ini disediakan oleh Tuhan bagi segala sesuatu dan bagi umat manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 175

Apakah engkau semua sekarang menyadari perbedaan terbesar antara Tuhan dan umat manusia? Pada akhirnya, siapakah penguasa segala sesuatu? Apakah manusia? (Bukan.) Lalu, apa perbedaan antara cara Tuhan dan manusia memperlakukan semua ciptaan? (Tuhan memerintah dan mengatur segala sesuatu, sementara manusia menikmati semuanya.) Apakah engkau semua setuju dengan ini? Perbedaan terbesar antara Tuhan dan umat manusia adalah Tuhan memerintah dan menyediakan untuk semua ciptaan. Dia adalah sumber dari segala sesuatu, dan sementara Tuhan menyediakan untuk semua ciptaan, umat manusia menikmatinya. Itu artinya, manusia menikmati segala sesuatu ketika dia menerima hidup yang Tuhan anugerahkan atas segala sesuatu. Tuhan adalah Penguasa, dan umat manusia menikmati hasil dari penciptaan Tuhan atas segala sesuatu. Lalu, dari sudut pandang segala sesuatu yang diciptakan Tuhan, apakah perbedaan antara Tuhan dan umat manusia? Tuhan dapat melihat dengan jelas hukum-hukum pertumbuhan segala sesuatu, dan Dia mengendalikan serta menguasai hukum-hukum ini. Artinya, segala sesuatu ada dalam pengamatan Tuhan dan dalam lingkup pengawasan-Nya. Dapatkah umat manusia melihat segala sesuatu? Apa yang dapat dilihat umat manusia terbatas pada apa yang tepat di depan mereka. Jika engkau mendaki gunung, yang engkau lihat hanyalah gunung itu. Engkau tidak dapat melihat apa yang ada di sisi lain gunung itu. Jika engkau pergi ke pantai, apa yang engkau lihat hanya satu sisi lautan, dan engkau tidak dapat mengetahui seperti apa sisi lautan yang lain. Jika engkau ke hutan, engkau dapat melihat tanaman yang di depanmu dan di sekelilingmu, tetapi engkau tidak dapat melihat lebih jauh ke depan. Manusia tidak dapat melihat tempat-tempat yang lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih dalam. Yang bisa mereka lihat hanyalah apa yang tepat berada di depan mereka, dalam bidang penglihatan mereka. Bahkan meskipun manusia mengetahui hukum yang mengatur empat musim dalam setahun, atau hukum pertumbuhan segala sesuatu, mereka tetap tidak mampu mengelola atau menguasai segala sesuatu. Sebaliknya, cara Tuhan melihat semua ciptaan adalah seperti Dia melihat sebuah mesin yang Dia buat sendiri. Dia sangat mengenal tiap-tiap komponen dan setiap hubungan, prinsip-prinsipnya, polanya, dan tujuannya—Tuhan mengenal semua ini dengan sangat jelas. Oleh karena itu, Tuhan adalah Tuhan, dan manusia adalah manusia! Meskipun manusia mungkin mendalami penelitiannya atas ilmu pengetahuan dan hukum yang mengatur segala sesuatu, penelitian itu lingkupnya terbatas, sedangkan Tuhan mengendalikan segalanya. Bagi manusia, kendali Tuhan tidak terbatas. Manusia dapat menghabiskan seluruh hidupnya meneliti perbuatan terkecil Tuhan tanpa mencapai hasil yang nyata. Inilah sebabnya, jika engkau hanya menggunakan pengetahuan dan apa yang telah engkau pelajari untuk mempelajari Tuhan, engkau tidak akan pernah mampu mengenal Tuhan atau memahami Dia. Namun, jika engkau memilih cara untuk mencari kebenaran dan mencari Tuhan, serta memandang Tuhan dari sudut pandang untuk mengenal Tuhan, maka, suatu hari, engkau akan mengakui bahwa perbuatan-perbuatan dan hikmat Tuhan ada di mana-mana, dan engkau akan mengetahui mengapa Tuhan disebut Penguasa segala sesuatu dan sumber kehidupan bagi segala sesuatu. Semakin engkau memperoleh pemahaman seperti itu, semakin engkau akan memahami mengapa Tuhan disebut Penguasa segala sesuatu. Segala sesuatu dan semuanya, termasuk dirimu, secara terus-menerus menerima aliran penyediaan Tuhan yang stabil. Engkau juga akan mampu dengan jelas merasakan bahwa di dunia ini, dan di antara umat manusia ini, tidak ada seorang pun selain Tuhan yang memiliki kemampuan dan esensi untuk memerintah, mengelola, dan memelihara keberadaan segala sesuatu. Ketika engkau mencapai pemahaman ini, engkau akan sungguh-sungguh mengakui bahwa Tuhan itu adalah Tuhanmu. Ketika engkau mencapai titik ini, engkau akan menerima Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mengizinkan Dia menjadi Tuhanmu dan Penguasamu. Ketika engkau telah memperoleh pemahaman seperti itu dan hidupmu telah mencapai titik seperti itu, Tuhan tidak akan mengujimu dan menghakimimu lagi, Dia juga tidak akan memberimu tuntutan apa pun, karena engkau akan memahami Tuhan, akan mengenal hati-Nya, dan telah menerima Dia dengan sungguh-sungguh di dalam hatimu. Ini adalah alasan penting untuk bersekutu tentang topik-topik kekuasaan dan pengelolaan Tuhan atas segala sesuatu ini. Melakukan hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman lebih kepada orang-orang—bukan hanya untuk membuatmu mengakui, tetapi juga untuk membuatmu mengetahui dan memahami perbuatan-perbuatan Tuhan dalam cara-cara yang lebih praktis.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 176

Biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta segala jenis kacang-kacangan—semua ini adalah makanan vegetarian. Makanan ini mengandung nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia, meskipun makanan vegetarian. Namun, Tuhan tidak berkata: "Aku akan memberikan makanan ini saja bagi umat manusia. Biarlah merekamakan makanan ini saja!" Tuhan tidak berhenti di situ. tetapi melanjutkan dengan mempersiapkan untuk umat manusia lebih banyak lagi makanan yang rasanya bahkan lebih enak. Makanan apakah ini? Ini adalah pelbagai jenis daging dan ikan yang kebanyakan darimu bisa melihat dan memakannya. Dia menyiapkan untuk manusia banyak, banyak jenis daging dan ikan. Ikan hidup di air, dan daging ikan di air pada dasarnya berbeda dengan daging hewan darat, dan itu dapat menyediakan bagi manusia nutrisi yang berbeda. Ikan juga punya khasiat yang dapat mengatur dingin dan panas dalam tubuh manusia, yang sangat bermanfaat bagi manusia. Akan tetapi, makanan enak tidak boleh dimakan berlebihan. Seperti yang sudah Kukatakan, Tuhan menganugerahkan kepada umat manusia jumlah yang tepat di waktu yang tepat, sehingga orang dapat menikmati anugerah-Nya secara normal dan dengan selayaknya sesuai dengan musim dan waktunya. Nah, makanan apa sajakah yang termasuk dalam kategori unggas? Ayam, burung puyuh, burung dara, dan seterusnya dan sebagainya. Banyak orang juga makan bebek dan angsa. Meskipun Tuhan telah menyiapkan semua jenis daging ini, Dia membuat persyaratan khusus bagi umat pilihan-Nya dan memberi batasan khusus mengenai makanan mereka selama Zaman Hukum Taurat. Sekarang, batasan ini didasarkan pada selera individu dan interpretasi pribadi. Pelbagai jenis daging ini menyediakan beragam nutrisi bagi tubuh manusia, melengkapi protein dan zat besi, memperkaya darah, menguatkan otot dan tulang, dan membangun kekuatan tubuh. Terlepas dari cara orang memasak dan memakannya, daging ini dapat menolong orang meningkatkan cita rasa makanan mereka dan meningkatkan nafsu makan mereka, sementara juga memuaskan perut mereka. Hal yang paling penting, makanan ini dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh manusia. Inilah pertimbangan-pertimbangan Tuhan ketika Dia mempersiapkan makanan bagi umat manusia. Ada sayuran, ada daging—bukankah ini kelimpahan? Namun, manusia harus mengerti apa maksud Tuhan ketika Dia mempersiapkan semua makanan bagi umat manusia. Apakah untuk membuat manusia berlebihan makan makanan ini? Apa yang terjadi ketika manusia terjebak dalam usaha mepuaskan keinginan materiel ini? Tidakkah ia menjadi kelebihan nutrisi? Bukankah nutrisi yang berlebihan mengganggu tubuh manusia? (Ya.) Karena itulah Tuhan membagi jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dan mengizinkan orang menikmati makanan yang berbeda sesuai dengan periode waktu dan musim yang berbeda. Contohnya, setelah musim panas yang sangat panas, orang menumpuk banyak panas dalam tubuh mereka, juga kekeringan dan kelembaban yang menimbulkan penyakit. Ketika musim gugur tiba, bermacam-macam buah matang, dan saat orang makan buah-buahan ini, kelembaban dalam tubuh mereka akan hilang. Pada waktu ini, sapi dan domba juga sudah tumbuh kuat, jadi ini saat orang seharusnya makan lebih banyak daging sebagai makanan bergizi. Dengan makan pelbagai jenis daging, tubuh manusia memperoleh tenaga dan kehangatan untuk membantu mereka menahan dinginnya musim dingin, dan hasilnya mereka mampu melewati musim dingin dengan aman dan sehat. Dengan ketelitian dan ketepatan penuh, Tuhan mengontrol dan mengoordinasi apa yang disediakan untuk umat manusia, dan kapan; serta waktunya Dia mengizinkan hal-hal yang berbeda tumbuh, berbuah dan matang. Ini berkaitan dengan "Bagaimana Tuhan menyiapkan makanan yang dibutuhkan manusia dalam hidup sehari-hari." Selain pelbagai jenis makanan, Tuhan juga menyediakan sumber-sumber air bagi umat manusia. Setelah makan, orang tetap perlu minum air. Apakah buah saja cukup? Manusia tidak dapat hidup dengan buah saja, dan di samping itu, tidak ada buah di beberapa musim. Jadi, bagaimana masalah air umat manusia dapat diselesaikan? Tuhan telah menyelesaikannya dengan mempersiapkan banyak sumber air di atas dan di bawah tanah, termasuk danau, sungai dan mata air. Sumber-sumber air ini dapat diminum selama tidak ada kontaminasi, dan selama manusia tidak memanipulasi atau merusaknya. Dengan kata lain, dalam hal sumber-sumber makanan yang menopang hidup tubuh fisik manusia, Tuhan telah membuat persiapan-persiapan yang sangat tepat, sangat akurat dan sangat sesuai, sehingga hidup manusia kaya dan berlimpah serta tidak kekurangan apa pun. Ini adalah hal yang dapat dirasakan dan dilihat orang.

Lagi pula, Tuhan menciptakan di antara segala sesuatu beberapa tanaman, hewan, dan berbagai tanaman obat yang secara khusus dimaksudkan untuk menyembuhkan luka atau mengobati penyakit dalam tubuh manusia. Apa yang harus seseorang lakukan, contohnya, jika mereka terluka bakar atau tanpa sengaja tersiram air panas? Dapatkah engkau hanya membasuhnya dengan air? Dapatkah engkau hanya membungkusnya dengan secarik kain? Bila engkau melakukan itu, lukanya akan bernanah atau terinfeksi. Jika seseorang demam, misalnya, atau terkena flu; mengalami cedera saat bekerja; sakit perut karena salah makan, atau menderita penyakit tertentu karena kebiasaan hidup atau masalah emosional, seperti penyakit pembuluh darah, kondisi psikologis, atau penyakit-penyakit organ dalam, ada tanaman-tanaman yang sesuai untuk mengobati penyakit mereka. Ada tanaman yang memperbaiki peredaran darah dan menghilangkan penyumbatan, mengurangi rasa sakit, menghentikan pendarahan, memberikan anestesi, membantu memulihkan kulit dan mengembalikannya pada kondisi normal, dan mengedarkan darah mampat serta menghilangkan racun-racun dari tubuh—pendeknya, tanaman-tanaman ini memiliki manfaat dalam hidup sehari-hari. Orang dapat menggunakannya, dan itu telah dipersiapkan oleh Tuhan untuk tubuh manusia jika diperlukan. Tuhan mengizinkan manusia untuk menemukan beberapa dari tanaman tersebut secara tidak sengaja, sementara beberapa tanaman lainnya ditemukan oleh orang-orang yang Tuhan pilih untuk menemukannya, atau sebagai hasil dari fenomena khusus yang dirancang-Nya. Setelah penemuan tanaman-tanaman tersebut, umat manusia akan menurunkannya, dan banyak orang akan tahu mengenai hal ini. Dengan demikian, penciptaan Tuhan atas tanaman-tanaman ini memiliki nilai dan makna. Pendeknya, semua hal ini berasal dari Tuhan, dipersiapkan dan ditanam oleh-Nya saat Dia menciptakan lingkungan hidup bagi umat manusia. Semua ini penting. Apakah proses pertimbangan Tuhan lebih menyeluruh daripada pertimbangan manusia? Ketika engkau melihat segala yang telah Tuhan lakukan, apakah engkau merasakan sisi praktis dari Tuhan? Tuhan bekerja secara rahasia. Tuhan menciptakan semua ini ketika manusia belum ada di bumi, sebelum Dia bersentuhan dengan umat manusia. Semua dilakukan dengan memikirkan umat manusia, demi keberadaan manusia dan dengan memikirkan kelangsungan hidup mereka, sehingga umat manusia dapat hidup bahagia di dunia materi yang kaya dan berlimpah ini yang Tuhan persiapkan untuk mereka, bebas dari kekhawatiran tentang makanan atau pakaian, tidak kekurangan apa pun. Dalam lingkungan seperti itu, umat manusia dapat terus berkembang biak dan bertahan hidup.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 177

Kita memulai dengan berbicara mengenai lingkungan tempat umat manusia tinggal dan apa yang Tuhan lakukan untuk lingkungan itu serta persiapan yang Dia lakukan. Kita membicarakan apa yang Dia atur; hubungan antara segala ciptaan, yang Tuhan persiapkan bagi umat manusia; dan bagaimana Tuhan mengatur hubungan-hubungan ini untuk mencegah segala yang diciptakan-Nya membahayakan umat manusia. Tuhan juga mengurangi penderitaan yang mungkin ditimbulkan oleh banyak faktor berbeda dalam ciptaan-Nya terhadap lingkungan umat manusia, memungkinkan segala sesuatu untuk memaksimalkan fungsinya, dan menghasilkan lingkungan yang menguntungkan dengan elemen-elemen yang menguntungkan bagi umat manusia, sehingga memampukan umat manusia untuk beradaptasi terhadap lingkungan seperti itu dan meneruskan siklus hidup dan reproduksi dengan tenang. Selanjutnya, kita membicarakan tentang makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia—makanan dan minuman sehari-hari umat manusia. Ini juga merupakan kondisi penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ini berarti, tubuh manusia tidak dapat hidup hanya dengan bernapas, hanya dengan cahaya matahari untuk menyokong kehidupan, atau angin, atau suhu udara yang cocok. Manusia juga perlu mengisi perut mereka, dan Tuhan menyiapkan untuk umat manusia, tanpa mengabaikan apa pun, sumber-sumber dari hal-hal yang memungkinkan mereka melakukannya, yang menjadi sumber makanan umat manusia. Ketika engkau telah melihat begitu kaya dan melimpahnya hasil bumi—sumber-sumber makanan dan minuman umat manusia—dapatkah engkau mengatakan bahwa Tuhan adalah sumber penyedia bagi umat manusia dan bagi segala sesuatu ciptaan-Nya? Jika, selama masa penciptaan, Tuhan hanya menciptakan pohon dan rerumputan atau sejumlah makhluk hidup yang lain, dan jika pelbagai makhluk hidup serta tanaman ini semuanya untuk dimakan sapi dan domba, atau untuk zebra, rusa, dan pelbagai jenis binatang lain, misalnya, singa makan sesuatu seperti zebra dan rusa, dan harimau makan sesuatu seperti domba dan babi—tetapi tidak ada satu pun yang cocok untuk dimakan manusia, apakah itu akan berhasil? Tidak akan. Umat manusia tidak akan mampu bertahan hidup lama. Bagaimana jika manusia hanya memakan daun? Akankah itu berhasil? Dapatkah manusia makan rumput yang dimaksudkan untuk domba? Mungkin tidak apa-apa jika mereka mencobanya sedikit, tetapi jika mereka memakannya dalam waktu lama, perut mereka tidak akan mampu menerimanya, dan orang tidak akan hidup lama. Bahkan ada beberapa hal yang dapat dimakan oleh hewan, tetapi beracun bagi manusia—hewan memakannya tanpa konsekuensi, tetapi tidak demikian bagi manusia. Ini artinya, Tuhan menciptakan manusia, jadi Tuhan paling tahu prinsip dan struktur tubuh manusia serta apa yang dibutuhkan manusia. Tuhan mengetahui dengan sangat jelas komposisi dan kandungan tubuhnya, kebutuhannya dan fungsi organ dalamnya, dan bagaimana organ-organ itu menyerap, menghilangkan dan memetabolisme beragam zat. Manusia tidak; kadang, mereka makan dengan gegabah, atau melakukan perawatan diri yang sembrono, terlalu banyak yang menyebabkan ketidakseimbangan. Jika engkau makan dan menikmati hal-hal yang Tuhan persiapkan bagimu secara normal, engkau tidak akan mengalami masalah kesehatan. Bahkan jika engkau kadang mengalami suasana hati yang buruk dan peredaran darahmu tidak lancar, itu tidak menyebabkan masalah sama sekali. Engkau hanya perlu makan jenis tanaman tertentu, dan ketidaklancaran peredaran darah akan diuraikan. Tuhan telah mempersiapkan untuk semua ini. Jadi, di mata Tuhan, umat manusia jauh melebihi semua makhluk hidup lain. Tuhan mempersiapkan lingkungan bagi setiap jenis tanaman, dan Dia mempersiapkan makanan dan lingkungan bagi setiap jenis hewan, tetapi umat manusia memiliki kebutuhan lingkungan yang paling ketat, dan kebutuhan itu tidak dapat diabaikan sedikit pun; jika diabaikan, umat manusia tidak akan mampu terus bertumbuh dan hidup serta berkembang biak dengan cara normal. Tuhanlah yang paling tahu hal ini, di dalam hati-Nya. Ketika Tuhan melakukan ini, Dia menempatkan arti penting pada hal tersebut lebih dari hal lainnya. Mungkin engkau tidak mampu merasakan pentingnya beberapa hal biasa yang dapat engkau lihat dan nikmati, atau sesuatu yang engkau lihat dan nikmati yang engkau miliki sejak lahir, tetapi Tuhan telah mempersiapkannya bagimu sejak lama atau secara rahasia. Hingga taraf maksimal, Tuhan telah menghilangkan dan mengurangi semua elemen negatif yang tidak menguntungkan umat manusia dan dapat membahayakan tubuh manusia. Apa yang ditunjukkan hal ini? Apakah ini menunjukan sikap Tuhan terhadap umat manusia saat Dia menciptakan manusia kali ini? Sikap apakah itu? Sikap Tuhan hati-hati dan sungguh-sungguh, dan tidak membiarkan gangguan dari kekuatan musuh atau faktor eksternal atau keadaan di luar Dia. Dalam hal ini dapat dilihat sikap Tuhan dalam menciptakan dan mengelola umat manusiakali ini. Dan apakah sikap Tuhan itu? Lewat lingkungan untuk kelangsungan hidup dan hidup yang dinikmati manusia, juga dalam makanan dan minuman sehari-hari serta kebutuhan harian mereka, kita dapat melihat sikap bertanggung jawab Tuhan terhadap umat manusia, yang sudah Dia tunjukkan sejak Dia menciptakan manusia, juga tekad Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia kali ini. Apakah keautentikan Tuhan terlihat dalam hal-hal ini? Apakah keajaiban-Nya? Sikap tidak terselami-Nya? Kemahakuasaan-Nya? Tuhan menggunakan cara-cara-Nya yang bijaksana dan mahakuasa untuk menyediakan bagi semua umat manusia, juga menyediakan segala sesuatu ciptaan-Nya. Sekarang setelah Aku berbicara begitu banyak kepadamu, dapatkah engkau semua berkata bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu? (Ya.) Itu sudah pasti. Apakah engkau masih ragu? (Tidak.) Penyediaan Tuhan atas segala sesuatu cukup untuk menunjukkan bahwa Dia adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu, karena Dia adalah sumber penyediaan yang telah memampukan segala sesuatu untuk ada, hidup, berkembang biak, dan terus hidup, dan tidak ada sumber lain kecuali Tuhan itu sendiri. Tuhan menyediakan semua kebutuhan segala sesuatu dan semua kebutuhan umat manusia, apakah itu kebutuhan lingkungan hidup paling mendasar manusia, kebutuhan mereka sehari-hari, atau kebutuhan kebenaran yang Dia sediakan bagi roh manusia. Dalam segala hal, dengan melihat identitas Tuhan dan status-Nya dari sudut pandang manusia, hanya Tuhan sendirilah sumber kehidupan bagi segala sesuatu. Apakah ini benar? (Ya.) Ini berarti, Tuhan adalah Pemimpin, Penguasa, dan Penyedia dunia materi ini, dunia yang dapat dilihat dan dirasakan orang-orang ini. Bagi manusia, bukankah ini adalah identitas Tuhan? Tidak ada yang salah dalam hal ini. Jadi, saat engkau memandang burung-burung terbang di langit, engkau harus tahu bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu yang dapat terbang. Ada makhluk hidup yang berenang di dalam air, dan mereka punya caranya sendiri untuk bertahan hidup. Pepohonan dan tanaman yang hidup di tanah bertunas di musim semi dan berbuah serta merontokkan daunnya di musim gugur, dan di musim dingin semua daunnya telah rontok sementara tanaman-tanaman itu bersiap untuk menghadapi musim dingin. Itulah cara mereka bertahan hidup. Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan masing-masing hidup dalam bentuk berbeda dan cara yang berbeda serta menggunakan metode berbeda untuk menunjukkan kekuatan hidup dan bentuk kehidupannya. Tidak masalah cara sesuatu hidup, semuanya berada di bawah kuasa Tuhan. Apakah tujuan Tuhan menguasai segala bentuk kehidupan dan makhluk hidup yang berbeda? Apakah demi kelangsungan hidup umat manusia? (Ya.) Dia mengendalikan semua hukum kehidupan, semuanya demi kelangsungan hidup umat manusia. Ini menunjukkan betapa pentingnya kelangsungan hidup manusia bagi Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 178

Tuhan bukan hanya Tuhan bagi umat pilihan-Nya. Engkau sekarang mengikuti Tuhan, dan Dia adalah Tuhanmu, tetapi apakah Dia Tuhan bagi mereka yang tidak mengikuti-Nya? Apakah Tuhan adalah Tuhan atas semua orang yang tidak mengikuti Dia? Apakah Tuhan adalah Tuhan atas segala sesuatu? (Ya.) Lalu apakah pekerjaan Tuhan dan tindakan-tindakan-Nya terbatas hanya bagi mereka yang mengikuti-Nya? (Tidak.) Apa lingkup pekerjaan dan tindakan-Nya? Pada level terkecil, lingkup pekerjaan dan tindakan-Nya meliputi seluruh umat manusia dan segala sesuatu yang diciptakan. Pada level tertinggi itu mencakup seluruh alam semesta, yang tidak dapat dilihat manusia. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dan melaksanakan tindakan-tindakan-Nya di antara seluruh umat manusia, dan ini cukup untuk membuat orang mengenal Tuhan itu sendiri dalam keseluruhan-Nya. Jika engkau ingin mengenal Tuhan, benar-benar mengenal-Nya, sungguh-sungguh memahami-Nya, jangan membatasi dirimu hanya pada tiga tahap pekerjaan Tuhan, atau pada cerita-cerita pekerjaan yang dilakukan Tuhan di masa lalu. Jika engkau mencoba untuk mengenal-Nya dengan cara itu, engkau membatasi Tuhan, membendung Dia. Engkau melihat Tuhan sebagai sesuatu yang sangat kecil. Bagaimana tindakan semacam ini memengaruhi manusia? Engkau tidak akan pernah mampu untuk mengenal keajaiban dan keagungan Tuhan, atau kuasa dan kemahakuasaan-Nya serta cakupan otoritas-Nya. Pemahaman seperti itu akan berdampak pada kemampuanmu untuk menerima kebenaran bahwa Tuhan adalah Penguasa segala sesuatu, juga pengetahuanmu tentang identitas dan status Tuhan. Dengan kata lain, jika pemahamanmu akan Tuhan terbatas cakupannya, apa yang dapat engkau terima juga terbatas. Karena itulah engkau harus memperluas cakupanmu dan memperluas wawasanmu. Engkau harus berusaha untuk memahami semuanya—cakupan pekerjaan Tuhan, pengelolaan-Nya, pengaturan-Nya, dan segala sesuatu yang Dia kelola dan di mana Dia memerintah. Melalui hal-hal inilah engkau harus memahami tindakan Tuhan. Dengan pemahaman seperti itu, engkau akan merasa, tanpa menyadarinya, bahwa Tuhan mengatur, mengelola, dan menyediakan untuk segala sesuatu di antaranya, dan engkau juga akan sungguh-sungguh merasakan bahwa engkau adalah bagian dan anggota dari segala sesuatu. Seperti Tuhan menyediakan segala sesuatu, engkau juga menerima pengaturan dan penyediaan Tuhan. Ini merupakan fakta yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Segala sesuatu tunduk pada hukumnya sendiri di bawah kuasa Tuhan, segala sesuatu memiliki hukum sendiri untuk bertahan hidup. Nasib dan kebutuhan umat manusia juga berkaitan erat dengan hukum dan penyediaan Tuhan. Karena itulah, di bawah kekuasaan dan kendali Tuhan, umat manusia dan segala sesuatu saling terhubung, saling tergantung, dan saling terjalin. Inilah tujuan dan nilai penciptaan Tuhan atas segala sesuatu.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VIII" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 179

Sejak Tuhan menciptakan segala sesuatu, segala sesuatu telah berfungsi dan terus berkembang secara teratur dan sesuai dengan hukum yang Dia tentukan. Di bawah pengawasan-Nya, di bawah kekuasaan-Nya, umat manusia telah bertahan hidup, dan selama itu pula, segala sesuatu telah berkembang secara teratur. Tidak ada satu hal pun yang mampu mengubah atau menghancurkan hukum-hukum ini. Oleh karena kekuasaan Tuhan, semua makhluk bisa berkembang biak, dan oleh karena kekuasaan serta pengelolaan Tuhan, semua makhluk bisa bertahan hidup. Ini berarti di bawah kekuasaan Tuhan, semua makhluk menjadi ada, berkembang, lenyap, dan bereinkarnasi secara teratur. Ketika musim semi tiba, hujan gerimis menghadirkan perasaan musim yang segar dan melembapkan bumi. Tanah mulai gembur, dan rerumputan tumbuh keluar dari dalam tanah dan mulai bertunas, sementara pepohonan berangsur menjadi hijau. Semua makhluk hidup ini memberikan daya hidup yang segar bagi bumi. Seperti inilah pemandangan saat semua makhluk menjadi ada dan berkembang. Segala jenis hewan keluar dari liang mereka untuk merasakan kehangatan musim semi dan memulai tahun yang baru. Semua makhluk berjemur di bawah sinar mentari selama musim panas dan menikmati kehangatan yang dihadirkan oleh musim tersebut. Mereka tumbuh dengan cepat. Pepohonan, rumput, dan semua jenis tumbuhan tumbuh sangat cepat, hingga akhirnya, semuanya bermekaran dan berbuah. Semua makhluk sangat sibuk selama musim panas, termasuk manusia. Di musim gugur, hujan menghadirkan kesejukan musim gugur, dan semua jenis makhluk hidup mulai merasakan tibanya musim panen. Semua makhluk menghasilkan buah, dan manusia mulai memanen berbagai jenis buah ini untuk menyiapkan makanan untuk musim dingin. Di musim dingin, semua makhluk berangsur mulai tenang dalam kesunyian dan beristirahat saat cuaca dingin dimulai, dan orang juga berehat selama musim ini. Dari musim ke musim, peralihan dari musim semi ke musim panas ke musim gugur, dan ke musim dingin—semua perubahan ini terjadi menurut hukum yang ditetapkan oleh Tuhan. Dia menuntun segala sesuatu dan umat manusia dengan menggunakan hukum-hukum ini dan telah merancangkan bagi umat manusia sebuah cara hidup yang kaya dan penuh warna, menyiapkan sebuah lingkungan untuk kelangsungan hidup yang memiliki suhu dan musim berbeda. Oleh karenanya, di dalam lingkungan yang tertata untuk kelangsungan hidup seperti inilah, manusia bisa bertahan hidup dan berkembang biak secara teratur. Manusia tidak bisa mengubah hukum-hukum ini, dan tidak satu orang atau makhluk pun bisa melanggarnya. Meskipun perubahan yang tak terhitung jumlahnya telah terjadi—lautan telah menjadi ladang, sementara ladang telah menjadi lautan—hukum-hukum ini terus ada. Semua itu ada karena Tuhan ada, dan karena kekuasaan dan pengelolaan-Nya. Dengan tipe lingkungan yang tertata dan berskala besar ini, hidup manusia berlanjut di dalam hukum dan kekuasaan ini. Manusia dari generasi demi generasi dibesarkan di bawah semua hukum ini, dan manusia dari generasi demi generasi telah bertahan hidup di bawah semua hukum ini. Orang telah menikmati lingkungan yang tertata untuk kelangsungan hidup ini, juga semua dari banyak hal yang diciptakan oleh Tuhan bagi generasi demi generasi. Meski orang merasa bahwa tipe hukum ini adalah bawaan, meski mereka mengabaikannya begitu saja, dan meski mereka tidak mampu merasakan bahwa Tuhan mengatur semua hukum ini, bahwa Tuhan berkuasa atas semua hukum ini, apa pun yang terjadi, Tuhan senantiasa terlibat dalam pekerjaan yang tidak berubah ini. Tujuan-Nya dalam pekerjaan yang tidak berubah ini adalah kelangsungan hidup umat manusia, sehingga manusia dapat terus menjalani hidup.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 180

Jadi, mari kita mulai dengan bagian yang pertama. Saat Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia membuat batas untuk pegunungan, dataran, gurun, perbukitan, sungai, dan danau. Di bumi, ada pegunungan, dataran, gurun, perbukitan, juga berbagai perairan. Bukankah semua itu tipe medan berbeda? Tuhan membuat batas antara seluruh jenis medan berbeda ini. Ketika kita membahas tentang menarik batas, itu berarti pegunungan memiliki garis batasnya, dataran memiliki garis batasnya sendiri, gurun memiliki batas tertentu, dan perbukitan memiliki area tetap. Juga ada perairan dengan kuantitas yang tetap seperti sungai dan danau. Itu berarti, saat Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia membagi segala sesuatu dengan sangat jelas. Tuhan telah menetapkan berapa kilometer seharusnya radius gunung tertentu, mana saja ruang lingkupnya. Dia juga telah menetapkan berapa kilometer seharusnya radius dataran tertentu dan mana saja ruang lingkupnya. Saat menciptakan segala sesuatu, Dia juga menetapkan batas-batas gurun, juga jangkauan bukit-bukit serta proporsinya, dan berbatasan dengan apa saja semua itu—semua ini ditetapkan oleh Dia. Dia menetapkan ruang lingkup sungai dan danau saat Dia menciptakannya—semua itu memiliki batas-batasnya sendiri. Jadi, apakah maksudnya saat kita membicarakan tentang "batas"? Kita baru saja membahas tentang bagaimana Tuhan berkuasa atas segala sesuatu dengan menetapkan hukum bagi segala sesuatu. Itu berarti, ruang lingkup dan batas pegunungan tidak akan bertambah atau berkurang karena rotasi bumi atau pergantian waktu. Semuanya tetap, tidak dapat berubah, dan Tuhanlah yang menetapkan 'ketidakberubahan' segala sesuatu. Mengenai area dataran, apa saja ruang lingkupnya, apa saja batasnya—ini telah ditetapkan oleh Tuhan. Semua memiliki batas-batasnya sendiri, dan karenanya tidaklah mungkin gundukan tanah akan muncul ke permukaan di tengah-tengah dataran sesukanya. Dataran tidak bisa tiba-tiba berubah menjadi sebuah gunung—ini tidak mungkin terjadi. Inilah yang dimaksud dengan hukum dan batas yang baru saja kita bahas. Mengenai gurun, kita tidak akan menyinggung fungsi spesifik dari gurun atau tipe medan atau lokasi geografis lain di sini, hanya batasnya. Di bawah kekuasaan Tuhan, ruang lingkup gurun juga tidak akan meluas. Ini karena Tuhan telah memberinya hukumnya, ruang lingkupnya. Seberapa luas areanya dan apa fungsinya, apa saja pembatasnya, dan di mana lokasinya—ini telah ditetapkan oleh Tuhan. Itu tidak akan melampaui ruang lingkupnya, menggeser posisinya, dan wilayahnya tidak akan meluas sesukanya. Meski aliran air seperti sungai dan danau semuanya tertata dan tak berkesudahan, semua itu tidak akan pernah bergerak di luar ruang lingkupnya atau melampaui batasnya. Semuanya mengalir dalam satu arah, mengalir ke arah yang semestinya, secara teratur. Jadi, di bawah hukum kekuasaan Tuhan, tidak satu pun sungai atau danau yang akan mengering sesukanya, atau mengubah arah atau kuantitas alirannya sesukanya karena rotasi bumi atau berlalunya waktu. Semua ini berada dalam pengendalian Tuhan. Yang berarti, segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan di tengah-tengah umat manusia ini memiliki tempat, area, dan batas-batasnya yang tetap. Yang berarti, ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, batasnya ditetapkan, dan batas-batas ini tidak bisa diganti, diperbarui, atau diubah sesukanya. Apakah maksud "sesukanya"? Maksudnya adalah semuanya itu tidak akan bergeser, meluas, atau mengubah bentuk aslinya secara acak karena cuaca, suhu, atau kecepatan rotasi bumi. Sebagai contoh, sebuah gunung memiliki ketinggian tertentu, dasarnya berada di area tertentu, memiliki ketinggian tertentu dari permukaan laut, dan memiliki jumlah tumbuhan tertentu. Semua ini direncanakan dan dihitung oleh Tuhan, dan itu tidak akan berubah begitu saja sesukanya. Mengenai dataran, sebagian besar manusia berdiam di dataran, dan pergeseran iklim tidak akan berdampak pada areanya atau nilai keberadaannya. Bahkan hal-hal yang terkandung dalam berbagai medan dan lingkungan geografis ini yang diciptakan oleh Tuhan tidak akan berubah sesukanya. Sebagai contoh, komposisi gurun, tipe endapan mineral di bawah tanah, jumlah pasir di gurun dan warna pasir tersebut, ketebalan gurun—semua ini tidak akan berubah sesukanya. Mengapa semuanya tidak akan berubah sesukanya? Ini karena kekuasaan Tuhan dan pengelolaan-Nya. Dalam semua medan dan lingkungan geografis berbeda yang diciptakan oleh Tuhan ini, Dia mengelola segalanya secara terencana dan tertata. Jadi, semua lingkungan geografis ini tetap ada dan masih menjalankan fungsinya beberapa ribu tahun dan bahkan puluhan ribu tahun setelah semuanya diciptakan oleh Tuhan. Meski ada periode tertentu di mana gunung berapi meletus, ada periode di mana gempa bumi terjadi, dan ada pergeseran besar pada tanah, Tuhan sama sekali tidak akan membiarkan tipe medan apa pun kehilangan fungsi hakikinya. Hanya karena pengelolaan Tuhan inilah, karena kekuasaan dan pengendalian-Nya atas hukum inilah, maka semua hal ini—semua hal yang terlihat dan dinikmati umat manusia—bisa bertahan hidup di bumi secara teratur. Jadi, mengapa Tuhan mengelola segala macam medan yang ada di bumi dengan cara seperti ini? Tujuan-Nya adalah agar semua makhluk hidup yang bertahan hidup dalam berbagai lingkungan geografis akan memiliki lingkungan yang stabil, dan agar mereka mampu melanjutkan hidup dan berkembang biak di dalam lingkungan yang stabil tersebut. Semua hal ini—hal-hal yang bergerak dan tidak bergerak, yang bernapas melalui lubang hidung dan yang tidak—membentuk lingkungan unik bagi kelangsungan hidup umat manusia. Hanya lingkungan semacam inilah yang mampu memelihara manusia dari generasi demi generasi, dan hanya lingkungan semacam inilah yang bisa memungkinkan manusia untuk terus bertahan hidup secara tenteram, generasi demi generasi.

Apa yang baru saja Aku bahas merupakan topik yang cukup besar, jadi, mungkin terdengar agak asing bagimu, tetapi Aku percaya engkau semua bisa memahaminya, bukan? Artinya, hukum Tuhan dalam kekuasaan-Nya atas segala sesuatu sangatlah penting—teramat penting! Apakah prasyarat bagi pertumbuhan semua makhluk di bawah hukum-hukum ini? Ini karena kekuasaan Tuhan. Oleh karena kekuasaan-Nyalah segala sesuatu menjalankan fungsi mereka masing-masing dalam kekuasaan-Nya. Sebagai contoh, pegunungan memelihara hutan, hutan kemudian memelihara dan melindungi berbagai burung dan satwa liar yang hidup di dalamnya. Dataran adalah panggung yang disiapkan bagi manusia untuk bercocok tanam juga bagi berbagai burung dan satwa liar. Semuanya memungkinkan sebagian besar umat manusia untuk hidup di tanah datar dan memberikan kemudahan dalam kehidupan orang. Dan dataran juga termasuk padang rumput—hamparan padang rumput yang begitu luas. Padang rumput menyediakan tanaman untuk menutupi permukaan bumi. Tanaman-tanaman itu melindungi tanah dan memelihara ternak, domba, dan kuda yang hidup di padang rumput. Gurun juga menjalankan fungsinya sendiri. Gurun bukanlah tempat untuk didiami manusia; perannya adalah membuat iklim lembap menjadi lebih kering. Aliran sungai dan danau memberi orang air minum dengan mudah. Ke mana pun sungai dan danau tersebut mengalir, orang akan memiliki air untuk diminum, dan kebutuhan segala sesuatu akan air akan terpuaskan dengan mudah. Semua ini adalah batas yang dibuat oleh Tuhan untuk berbagai medan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 181

Karena semua batas yang telah Tuhan buat ini, berbagai medan telah menghasilkan berbagai lingkungan untuk kelangsungan hidup, dan lingkungan untuk kelangsungan hidup ini telah memberi kemudahan bagi berbagai jenis burung dan satwa liar, juga menghadirkan ruang untuk bertahan hidup berbagai jenis burung dan satwa liar. Dari sini, batas lingkungan untuk kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup telah dikembangkan. Inilah poin kedua yang akan kita bahas selanjutnya. Pertama-tama, di manakah burung-burung dan satwa liar serta serangga-serangga hidup? Apakah semuanya hidup di hutan dan belukar? Ini adalah tempat tinggal mereka. Jadi, selain menetapkan batas untuk berbagai lingkungan geografis, Tuhan juga membuat batas dan menetapkan hukum-hukum untuk berbagai burung dan satwa liar, ikan, serangga, dan semua tumbuhan... Karena perbedaan antara berbagai lingkungan geografis dan karena keberadaan lingkungan geografis yang berbeda, berbagai jenis burung dan satwa liar, ikan, serangga, dan tumbuhan memiliki lingkungan untuk kelangsungan hidup yang berbeda. Burung dan satwa liar serta serangga hidup di tengah-tengah aneka tumbuhan, ikan hidup dalam air, dan tumbuhan tumbuh di tanah. Tanah termasuk berbagai area seperti pegunungan, dataran, dan perbukitan. Begitu burung-burung dan satwa liar memiliki tempat tinggalnya yang tetap, burung-burung dan satwa liar tersebut tidak akan berkeliaran ke sana kemari. Tempat tinggalnya adalah hutan dan pegunungan. Jika, suatu hari, tempat tinggalnya dihancurkan, tatanan ini akan menjadi kacau. Segera setelah tatanan ini menjadi kacau, apa saja konsekuensinya? Siapakah yang pertama tersakiti? (Umat manusia.) Umat manusia. Dalam hukum dan batasan yang telah Tuhan tetapkan ini, pernahkah engkau semua melihat fenomena aneh? Sebagai contoh, gajah berjalan masuk ke gurun. Pernahkah engkau melihat sesuatu seperti itu? Jika ini benar-benar terjadi, itu akan menjadi sebuah fenomena yang sangat aneh, karena gajah hidup di hutan, dan itulah lingkungan untuk kelangsungan hidup yang Tuhan siapkan untuk gajah. Gajah memiliki lingkungan untuk kelangsungan hidup dan rumah tetapnya sendiri, jadi, mengapa mereka berkeliaran? Adakah yang pernah melihat singa atau harimau berjalan di pesisir laut? Tidak, engkau tidak pernah melihatnya. Rumah singa dan harimau adalah hutan dan pegunungan. Adakah yang pernah melihat paus atau ikan hiu dari lautan berenang di gurun? Tidak, engkau tidak pernah melihatnya. Paus dan ikan hiu membangun rumahnya di lautan. Dalam lingkungan hidup manusia, adakah orang yang hidup berdampingan dengan beruang cokelat? Adakah orang yang selalu dikelilingi oleh merak atau burung-burung lain, di dalam dan di luar rumah mereka? Adakah yang pernah melihat elang atau angsa liar bermain bersama kera? (Tidak.) Semua ini akan menjadi fenomena aneh. Alasan Aku membicarakan semua hal yang sepertinya terdengar sangat aneh di telingamu ini adalah agar engkau semua memahami bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan—tidak peduli apakah ia menetap di satu tempat atau apakah mereka bisa bernapas melalui lubang hidung—semuanya memiliki hukumnya sendiri untuk kelangsungan hidup. Jauh sebelum Tuhan menciptakan semua makhluk hidup ini, Dia telah menyiapkan bagi semuanya tempat tinggalnya, dan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Semua makhluk hidup ini memiliki lingkungan yang tetap untuk kelangsungan hidupnya sendiri, makanannya sendiri, tempat tinggal tetapnya sendiri, dan ia memiliki tempat tetap sendiri yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya, tempat dengan suhu yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya. Dengan cara itu, segala sesuatu tidak akan berkeliaran bagaimanapun caranya atau merongrong kelangsungan hidup umat manusia atau memengaruhi kehidupan mereka. Ini adalah cara Tuhan mengelola segala sesuatu, menyediakan bagi umat manusia lingkungan terbaik untuk kelangsungan hidup. Masing-masing makhluk hidup dalam segala sesuatu memiliki makanan penopang hidup dalam lingkungan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Dengan makanan tersebut, ia terikat dalam lingkungan asalnya untuk kelangsungan hidup. Dalam lingkungan semacam itu, ia terus bertahan hidup, bertambah banyak, dan melanjutkan hidup seturut hukum yang telah Tuhan tetapkan untuknya. Oleh karena berbagai macam hukum ini, berkat penentuan Tuhan sejak semula, segala sesuatu hidup dalam keharmonisan dengan umat manusia, dan umat manusia hidup berdampingan bersama dalam saling ketergantungan dengan segala sesuatu.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 182

Tuhan menciptakan segala sesuatu dan menetapkan batas baginya; di antara segala sesuatu, Dia memelihara semua jenis makhluk hidup. Sementara itu, Dia juga menyiapkan berbagai metode kelangsungan hidup untuk manusia, jadi, engkau bisa melihat bahwa manusia tidak hanya memiliki satu cara untuk bertahan hidup, mereka juga tidak memiliki hanya satu tipe lingkungan untuk kelangsungan hidup. Kita telah berbicara sebelumnya tentang Tuhan menyiapkan berbagai jenis sumber makanan dan air bagi manusia, yang merupakan suatu hal yang sangat penting agar kehidupan umat manusia dalam daging bisa berkesinambungan. Akan tetapi, di antara umat manusia ini, tidak semua orang hidup dari biji-bijian. Orang memiliki cara bertahan hidup yang berbeda-beda karena perbedaan pada lingkungan dan medan geografis. Cara bertahan hidup ini telah disiapkan semuanya oleh Tuhan. Jadi, tidak semua manusia pada dasarnya bertani. Yang berarti, tidak semua orang mendapatkan makanan mereka dari bercocok tanam. Ini adalah poin ketiga yang akan kita bicarakan: batas-batas telah muncul karena berbagai gaya hidup umat manusia. Jadi, jenis gaya hidup lain apa yang manusia miliki? Dalam hal sumber makanan yang berbeda, jenis orang macam apa yang ada? Ada beberapa jenis utama.

Pertama, gaya hidup berburu. Setiap orang mengetahui apa itu. Apakah makanan orang yang hidup dari berburu? (Buruan.) Mereka memakan burung dan satwa liar dari hutan. "Buruan" adalah kata modern. Pemburu tidak menganggap itu sebagai buruan; mereka menganggap itu sebagai makanan, sebagai makanan sehari-hari mereka. Sebagai contoh, mereka mendapatkan seekor rusa. Ketika mereka mendapatkan rusa ini, itu sama seperti petani mendapatkan makanan dari tanah. Seorang petani mendapatkan makanan dari tanah, dan ketika dia melihat makanan ini, dia gembira dan merasa tenang. Keluarganya tidak akan kelaparan berkat hasil panen untuk dimakan. Hati petani tersebut tidak cemasdan dia merasa puas. Seorang pemburu juga merasa tenang dan puas saat melihat apa yang ditangkapnya karena dia tidak perlu khawatir tentang makanan lagi. Ada sesuatu untuk dimakan untuk santapan selanjutnya, dan tidak perlu kelaparan. Ini adalah seseorang yang berburu untuk hidup. Sebagian besar dari mereka yang hidup dari berburu berdiam di hutan pegunungan. Mereka tidak bertani. Tidaklah mudah mencari tanah subur di sana, jadi, mereka bertahan hidup dengan berbagai makhluk hidup, berbagai jenis mangsa. Ini adalah jenis gaya hidup pertama yang berbeda dari orang biasa.

Jenis kedua adalah gaya hidup penggembala ternak. Apakah mereka yang menggembalakan ternak untuk hidup juga bertani? (Tidak.) Jadi, apakah yang mereka lakukan? Bagaimana mereka hidup? (Sebagian besar, mereka menggembalakan sapi dan domba untuk hidup, dan mereka menyembelih serta memakan ternak mereka di musim dingin. Makanan pokok mereka adalah daging sapi dan domba, dan mereka minum teh susu. Meski penggembala sibuk selama empat musim, mereka makan berkecukupan. Mereka memiliki berlimpah susu, produk perahan, dan daging.) Orang yang menggembalakan hewan ternak sebagai mata pencaharian, utamanya memakan daging sapi dan domba, meminum susu domba dan susu sapi, dan menunggang sapi dan kuda untuk menggembalakan hewan ternak mereka di padang dengan angin meniup rambut mereka dan mentari menyinari wajah mereka. Mereka tidak merasakan stres kehidupan modern. Sepanjang hari, mereka memandang hamparan luas langit biru dan dataran berumput. Sebagian besar orang yang hidup dari menggembalakan ternak berdiam di padang rumput, dan mereka telah mampu melanjutkan gaya hidup nomaden mereka generasi demi generasi. Meski kehidupan di padang rumput sedikit kesepian, itu juga kehidupan yang begitu membahagiakan. Bukan gaya hidup yang buruk!

Jenis ketiga adalah gaya hidup menangkap ikan. Sejumlah kecil manusia hidup di tepi laut atau di pulau kecil. Mereka dikelilingi oleh air, menghadap lautan. Orang-orang ini menangkap ikan untuk hidup. Apa sumber makanan bagi mereka yang menangkap ikan untuk hidup? Sumber makanan mereka meliputi segala jenis ikan, sari laut, dan hasil laut lainnya. Orang yang menangkap ikan sebagai mata pencaharian tidak bertani, melainkan pergi menangkap ikan setiap hari. Makanan pokok mereka terdiri dari berbagai jenis ikan dan hasil laut. Mereka sesekali menukar ini dengan beras, tepung, dan kebutuhan sehari-hari. Ini adalah gaya hidup berbeda yang dijalani oleh orang yang hidup di dekat perairan. Hidup di dekat perairan, mereka bergantung pada hal itu untuk makanan mereka, dan mereka hidup dari menangkap ikan. Menangkap ikan tidak hanya memberi mereka sumber makanan, tetapi juga mata pencaharian.

Selain dari bertani, manusia hidup sebagian besar seturut dengan tiga gaya hidup berbeda yang disebutkan di atas. Namun, sebagian besar orang bertani untuk hidup, dan hanya sedikit kelompok orang yang hidup dari menggembalakan hewan ternak, menangkap ikan, dan berburu. Dan apakah yang dibutuhkan orang yang hidup dari bertani? Yang mereka butuhkan adalah tanah. Dari generasi ke generasi, mereka hidup dari bercocok tanam di tanah, dan entah mereka menanam sayuran, buah-buahan, atau biji-bijian, mereka mendapatkan makanan dan kebutuhan sehari-hari mereka dari bumi.

Apakah syarat dasar yang mendasari berbagai gaya hidup manusia ini? Bukankah benar-benar perlu bahwa lingkungan di mana mereka mampu bertahan hidup dilestarikan pada tingkat dasar? Yang berarti, jika mereka yang hidup dari berburu kehilangan hutan pegunungan atau burung-burung dan satwa liar, sumber mata pencaharian mereka akan hilang. Arah ke mana etnis ini dan orang-orang semacam ini harus pergi akan menjadi tidak pasti, dan mereka bahkan mungkin menghilang. Dan bagaimana halnya dengan mereka yang menggembalakan ternak sebagai pencaharian mereka? Apa yang mereka andalkan? Apa yang sebenarnya mereka andalkan bukanlah ternak mereka, tetapi lingkungan tempat ternak mereka mampu bertahan hidup—padang rumput. Jika tidak ada padang rumput, di mana para penggembala akan memberi makan ternak mereka? Apa yang akan dimakan oleh sapi dan domba? Tanpa ternak, orang-orang nomaden ini tidak akan punya mata pencaharian. Tanpa sumber bagi mata pencaharian mereka, ke manakah orang-orang tersebut akan pergi? Akan sulit bagi mereka untuk terus bertahan hidup; mereka tidak akan memiliki masa depan. Jika tidak ada sumber air, serta sungai dan danau sepenuhnya mengering, apakah semua ikan, yang mengandalkan air untuk hidup, tetap ada? Semua ikan tersebut tidak akan ada. Apakah orang-orang yang mengandalkan air dan ikan sebagai mata pencaharian mereka akan terus bertahan hidup? Ketika mereka tidak lagi memiliki makanan, ketika mereka tidak lagi memiliki sumber mata pencaharian mereka, orang-orang tersebut tidak akan dapat terus bertahan hidup. Yang berarti, jika etnis tertentu menghadapi suatu masalah dengan mata pencaharian mereka atau kelangsungan hidup mereka, etnis tersebut tidak akan lagi melanjutkan hidup, dan mereka bisa menghilang dari muka bumi dan menjadi punah. Dan jika mereka yang bertani sebagai mata pencaharian kehilangan tanah mereka, jika mereka tidak bisa menanam segala jenis tumbuhan dan mendapatkan makanan dari tumbuhan tersebut, akan seperti apa kesudahannya? Tanpa makanan, bukankah orang akan mati kelaparan? Jika orang mati kelaparan, bukankah ras manusia akan binasa? Jadi, inilah tujuan Tuhan mempertahankan berbagai macam lingkungan. Tuhan hanya memiliki satu tujuan dalam mempertahankan berbagai lingkungan dan ekosistem serta semua makhluk hidup yang berbeda-beda dalam setiap lingkungan dan ekosistem tersebut—dan itu untuk memelihara semua jenis orang, memelihara orang yang hidup dalam lingkungan geografis yang berbeda-beda.

Jika segala macam ciptaan kehilangan hukumnya sendiri, semua ciptaan tidak akan lagi ada; jika hukum segala sesuatu hilang, makhluk hidup di antara segala sesuatu tidak akan dapat melanjutkan hidup. Manusia juga akan kehilangan lingkungan yang mereka andalkan untuk kelangsungan hidup. Jika manusia kehilangan semua hal tersebut, mereka tidak akan mampu terus hidup, seperti yang telah mereka lakukan, untuk berkembang biak dan bertambah banyak dari generasi demi generasi. Alasan manusia telah bertahan hidup sampai sekarang adalah karena Tuhan telah membekali mereka dengan segala macamciptaan untuk memelihara mereka, memelihara umat manusia dalam berbagai cara. Hanya karena Tuhan memelihara umat manusia dalam berbagai cara, mereka bisa bertahan hidup sampai sekarang, hari ini. Dengan lingkungan yang tetap untuk kelangsungan hidup yang baik dan di mana hukum alam tertata dengan baik, semua jenis orang di bumi, semua jenis ras bisa bertahan hidup dalam wilayah yang telah ditentukan untuk mereka sendiri. Tidak seorang pun bisa melampaui wilayah-wilayah ini atau batas-batas di antara wilayah-wilayah tersebut karena Tuhanlah yang telah menetapkannya. Mengapa Tuhan menetapkan batas-batas dengan cara demikian? Ini merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh umat manusia—sungguh penting!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 183

Keempat, Tuhan membuat batas antara ras yang berbeda-beda. Di bumi, ada orang kulit putih, orang kulit hitam, orang kulit sawo matang, dan orang kulit kuning. Semua ini adalah berbagai jenis orang. Tuhan juga menetapkan ruang lingkup untuk kehidupan semua jenis orang yang berbeda ini, dan tanpa menyadarinya, orang hidup dalam lingkungan yang tepat untuk kelangsungan hidup di bawah pengelolaan Tuhan. Tidak seorang pun bisa melangkah keluar dari ini. Sebagai contoh, mari kita perhatikan orang kulit putih. Di rentang geografis mana mereka kebanyakan tinggal? Mereka kebanyakan tinggal di Eropa dan Amerika. Rentang geografis di mana sebagian besar orang kulit hitam tinggal adalah Afrika. Orang kulit sawo matang kebanyakan tinggal di Asia Tenggara dan Asia Selatan, di negara-negara seperti Thailand, India, Myanmar, Vietnam, dan Laos. Orang kulit kuning sebagian besar tinggal di Asia, yaitu, di negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Tuhan telah menyebarkan secara tepat semua jenis ras yang berbeda-beda ini sehingga semua ras yang berbeda-beda ini tersebar ke berbagai belahan dunia. Di berbagai belahan dunia yang berbeda-beda ini, Tuhan sudah lama menyiapkan sebuah lingkungan untuk kelangsungan hidup yang sesuai untuk setiap ras manusia yang berbeda-beda. Dalam semua lingkungan untuk kelangsungan hidup ini, Tuhan telah menyiapkan bagi mereka tanah dengan berbagai warna dan unsur. Dengan kata lain, unsur yang membentuk tubuh orang kulit putih tidaklah sama dengan unsur yang membentuk tubuh orang kulit hitam, dan juga berbeda dari unsur-unsur yang membentuk tubuh orang dari ras lain. Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia sudah menyiapkan lingkungan untuk kelangsungan hidup ras tersebut. Tujuan-Nya melakukan hal tersebut adalah agar ketika jenis orang tersebut mulai berkembang biak, ketika jumlah mereka mulai meningkat, mereka bisa tetap berada dalam ruang lingkup tersebut. Sebelum Tuhan menciptakan manusia, Dia telah memikirkan semuanya—Dia memberikan Eropa dan Amerika kepada orang kulit putih agar mereka dapat berkembang dan bertahan hidup. Jadi, ketika Tuhan menciptakan bumi, Dia sudah memiliki sebuah rencana, Dia memiliki maksud dan tujuan dalam menempatkan apa yang Dia tempatkan dalam bidang tanah tersebut, dan dalam memelihara apa yang Dia pelihara pada bidang tanah tersebut. Sebagai contoh, pegunungan apa, berapa dataran, berapa sumber air, jenis burung dan satwa liar apa, ikan apa, dan tumbuhan apa yang akan ada di tanah itu, Tuhan sudah lama menyiapkan semua itu. Saat menyiapkan lingkungan untuk kelangsungan hidup bagi satu jenis manusia tertentu, untuk sebuah ras tertentu, Tuhan butuh mempertimbangkan banyak masalah dari berbagai macam sudut: lingkungan geografis, unsur tanah, berbagai spesies burung dan satwa liar, ukuran aneka jenis ikan, unsur yang membentuk tubuh ikan, perbedaan kualitas air, serta semua jenis tumbuhan yang berbeda-beda.... Tuhan sudah lama menyiapkan semua itu. Lingkungan semacam itu adalah lingkungan untuk kelangsungan hidup yang Tuhan ciptakan dan siapkan untuk orang kulit putih dan yang secara inheren merupakan milik mereka. Sudahkah engkau semua mengerti bahwa ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia memikirkannya secara matang dan bertindak dengan terencana? (Ya, kita sudah mengerti bahwa pertimbangan Tuhan untuk berbagai jenis orang sangatlah bijaksana. Untuk lingkungan untuk kelangsungan hidup yang Dia ciptakan bagi berbagai jenis manusia, jenis burung dan satwa liar serta ikan apa, berapa gunung, dan berapa dataran yang akan Dia siapkan, Dia pertimbangkan dengan penuh perhatian dan dan ketepatan.) Ambil orang kulit putih sebagai contoh. Makanan apa terutama dimakan orang kulit putih? Makanan yang dimakan orang kulit putih sangat berbeda dari makanan yang orang Asia makan. Makanan pokok yang dimakan orang kulit putih terutama terdiri dari daging, telur, susu, dan unggas. Biji-bijian seperti roti dan nasi umumnya adalah makanan tambahan yang diletakkan di sisi piring. Bahkan ketika makan salad sayuran, mereka cenderung memasukkan beberapa potong daging sapi panggang atau ayam ke dalamnya dan bahkan ketika mereka makan makanan berbahan dasar gandum, mereka cenderung menambahkan keju, telur, atau daging. Yang berarti, makanan pokok mereka terutama tidak terdiri dari makanan yang berbahan dasar gandum atau beras; mereka memakan banyak daging dan keju. Mereka sering minum air es karena makanan yang mereka makan sangat tinggi kalori. Jadi, orang kulit putih sangat kuat. Demikianlah sumber mata pencaharian dan lingkungan hidup mereka yang disiapkan oleh Tuhan bagi mereka, yang memungkinkan mereka untuk memiliki gaya hidup seperti itu; gaya hidup yang berbeda dengan gaya hidup orang dari ras lain. Tidak ada yang benar atau salah dalam gaya hidup ini—itu bawaan lahir, ditentukan sejak semula oleh Tuhan, dan muncul dari kekuasaan Tuhan dan pengaturan-Nya. Bahwa ras ini memiliki gaya hidup seperti ini dan sumber mata pencaharian yang seperti ini adalah karena ras mereka, serta karena lingkungan untuk kelangsungan hidup yang disiapkan oleh Tuhan bagi mereka. Engkau dapat mengatakan bahwa lingkungan untuk kelangsungan hidup yang Tuhan siapkan untuk orang kulit putih, dan makanan sehari-hari yang mereka dapatkan dari lingkungan itu, sangatlah kaya dan berlimpah.

Tuhan juga menyiapkan lingkungan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup bagi ras lain. Ada juga orang kulit hitam—di manakah orang kulit hitam berada? Mereka terutama berada di Afrika tengah dan selatan. Apa yang Tuhan siapkan bagi mereka dalam lingkungan untuk hidup yang seperti itu? Hutan hujan tropis, segala jenis burung dan satwa liar, juga gurun, dan semua jenis tumbuhan yang hidup berdampingan dengan manusia. Mereka memiliki sumber-sumber air, mata pencaharian mereka, dan makanan. Tuhan tidak berat sebelah terhadap mereka. Tidak peduli apa yang pernah mereka lakukan, kelangsungan hidup mereka tidak pernah menjadi masalah. Mereka juga menempati lokasi tertentu dan area tertentu di belahan dunia.

Sekarang, mari kita berbicara tentang orang kulit kuning. Orang kulit kuning terutama berada di Timur dunia. Apakah perbedaan antara lingkungan dan posisi geografis Timur dan Barat? Di Timur, sebagian besar tanahnya subur, dan kaya akan materi dan endapan mineral. Yang berarti, semua jenis sumber daya di atas tanah dan bawah tanah berlimpah. Dan bagi kelompok orang ini, untuk ras ini, Tuhan juga menyiapkan tanah serta iklim yang sesuai, dan berbagai lingkungan geografis yang sesuai untuk mereka. Meski ada perbedaan sangat besar antara lingkungan geografis itu dan lingkungan di Barat, makanan pokok, mata pencaharian, dan sumber-sumber untuk kelangsungan hidup orang juga disiapkan oleh Tuhan. Ini hanya lingkungan untuk hidup yang berbeda dari yang orang kulit putih miliki di Barat. Namun, satu hal apa yang perlu Aku beritahukan kepadamu? Jumlah orang ras Timur relatif banyak, sehingga Tuhan menambahkan banyak unsur di bagian bumi tersebut yang berbeda dari Barat. Di bagian dunia tersebut, Dia menambahkan banyak macam lanskap yang berbeda-beda dan semua jenis materi yang berlimpah. Sumber daya alam di sana sangat berlimpah; medannya juga bervariasi dan beragam, cukup untuk memelihara jumlah orang ras Timur yang sangat besar. Yang membedakan Timur dari Barat adalah di Timur—dari selatan ke utara, dari timur ke barat—iklimnya lebih baik daripada di Barat. Empat musimnya jelas berbeda, suhunya sesuai, sumber daya alamnya berlimpah, dan pemandangan alam serta jenis medannya jauh lebih baik daripada di Barat. Mengapa Tuhan melakukan ini? Tuhan menciptakan keseimbangan yang sangat rasional antara orang kulit putih dan orang kulit kuning. Apa artinya ini? Itu berarti bahwa semua aspek dari makanan orang kulit putih, hal yang mereka gunakan, dan hal-hal yang disediakan untuk kesenangan mereka jauh lebih baik daripada apa yang orang kulit kuning dapat nikmati. Akan tetapi, Tuhan tidak berat sebelah terhadap ras apa pun. Tuhan memberi orang kulit kuning lingkungan untuk kelangsungan hidup yang lebih indah dan lebih baik. Ini adalah keseimbangan.

Tuhan telah menentukan sejak semula jenis orang seperti apa yang harus hidup di bagian dunia mana; bisakah manusia melampaui batasan ini? (Tidak, mereka tidak bisa.) Ini sungguh hal yang ajaib! Bahkan jika ada perang atau penyerobotan wilayah selama berbagai era atau pada waktu yang tidak biasa, semua perang ini, penyerobotan ini sama sekali tidak bisa menghancurkan lingkungan untuk kelangsungan hidup yang telah ditentukan sejak semula oleh Tuhan untuk setiap ras. Yang berarti, Tuhan telah menetapkan jenis orang tertentu di bagian dunia tertentu, dan mereka tidak dapat keluar dari batasan tersebut. Bahkan jika orang memiliki suatu ambisi untuk mengubah atau memperluas wilayah mereka, tanpa seizin Tuhan, ini akan sangat sulit dicapai. Akan sangat sulit bagi mereka untuk berhasil. Sebagai contoh, orang kulit putih ingin memperluas wilayah mereka dan mereka menjajah beberapa negara lain. Orang Jerman menginvasi beberapa negara, dan Inggris pernah menduduki India. Bagaimanakah kesudahannya? Pada akhirnya, mereka gagal. Apa yang kita lihat dari kegagalan mereka? Apa yang telah Tuhan tetapkan sejak semula tidak diperkenankan untuk dihancurkan. Jadi, tidak peduli seberapa besar momentum yang mungkin telah engkau lihat dalam ekspansi Inggris, pada akhirnya, mereka tetap harus menarik diri, membiarkan tanah tersebut tetap menjadi milik India. Mereka yang hidup di tanah tersebut tetap orang India, bukan orang Inggris, karena Tuhan tidak membiarkan hal tersebut. Beberapa dari mereka yang meneliti sejarah atau politik telah menulis tesis tentang ini. Mereka memberi alasan mengapa Inggris gagal, dengan mengatakan bahwa bisa jadi karena etnis tertentu tidak bisa ditaklukkan, atau bisa jadi karena alasan manusiawi lain.... Semua ini bukanlah alasan sebenarnya. Alasan sebenarnya adalah karena Tuhan—Dia tidak mengizinkannya! Tuhan membiarkan suatu etnis hidup di tanah tertentu dan menempatkan mereka di sana, dan jika Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk pindah dari tanah tersebut, mereka tidak akan pernah dapat pindah. Jika Tuhan menetapkan area tertentu untuk mereka, mereka akan hidup dalam area tersebut. Umat manusia tidak bisa melepaskan diri atau kabur dari area tertentu ini. Ini pasti. Tidak peduli seberapa hebat kekuatan para penyerobot atau seberapa lemah mereka yang diserobot, kesuksesan para penginvasi pada akhirnya bergantung pada Tuhan. Ini sudah ditentukan sejak semula oleh Dia, dan tidak seorang pun bisa mengubahnya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 184

Melihat dari perspektif hukum yang ditentukan oleh Tuhan untuk pertumbuhan segala sesuatu, bukankah semua umat manusia, dalam segala variasinya, dibekali dan dipelihara oleh Tuhan? Jika hukum-hukum ini dihancurkan atau jika Tuhan tidak menetapkan hukum-hukum ini untuk umat manusia, akan seperti apakah masa depan mereka? Setelah manusia kehilangan lingkungan dasar untuk kelangsungan hidup mereka, akankah mereka memiliki sumber makanan? Ada kemungkinan bahwa sumber makanan akan menjadi masalah. Jika orang kehilangan sumber makanan mereka, yaitu, jika mereka tidak dapat memperoleh apa pun untuk dimakan, berapa hari mereka akan dapat bertahan? Kemungkinan mereka tidak akan bertahan bahkan untuk satu bulan pun, dan kelangsungan hidup mereka akan menjadi masalah. Jadi, setiap hal yang Tuhan lakukan untuk kelangsungan hidup orang, untuk kesinambungan keberadaan mereka, perkembangbiakan, dan penghidupan mereka sangatlah penting. Setiap hal yang Tuhan lakukan di antara hal-hal ciptaan-Nya terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dari kelangsungan hidup manusia. Jika kelangsungan hidup manusia menjadi masalah, bisakah pengelolaan Tuhan berlanjut? Akankah pengelolaan Tuhan tetap ada? Pengelolaan Tuhan berjalan berdampingan dengan kelangsungan hidup semua umat manusia yang Dia pelihara, jadi, tidak peduli persiapan apa yang Tuhan buat untuk segala sesuatu ciptaan-Nya dan apa yang Dia lakukan untuk manusia, semua ini penting bagi-Nya, dan sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Jika hukum-hukum ini yang Tuhan tentukan untuk segala sesuatu ditinggalkan, jika hukum-hukum ini dilanggar atau dikacaukan, segala sesuatu tidak akan lagi dapat bertahan, lingkungan untuk kelangsungan hidup umat manusia tidak akan terus ada, dan makanan sehari-hari mereka juga tidak akan ada lagi, demikian juga dengan manusia itu sendiri. Karena alasan ini, pengelolaan Tuhan atas keselamatan umat manusia juga tidak akan ada lagi.

Segala sesuatu yang telah kita bahas, setiap hal, setiap poin terkait erat dengan kelangsungan hidup setiap orang. Engkau semua mungkin berkata, "Apa yang Engkau bicarakan terlalu besar, itu bukan sesuatu yang dapat kami pahami," dan mungkin ada orang yang akan mengatakan, "Apa yang Engkau bicarakan tidak ada urusannya denganku." Akan tetapi, jangan lupa bahwa engkau hidup hanya sebagai bagian dari segala sesuatu; engkau adalah salah satu di antara semua ciptaan di bawah kekuasaan Tuhan. Semua ciptaan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan Tuhan, dan tidak seorang pun dapat memisahkan diri mereka dari kekuasaan-Nya. Kehilangan kekuasaan-Nya dan kehilangan perbekalan-Nya berarti bahwa kehidupan orang, kehidupan orang dalam daging akan lenyap. Inilah arti penting Tuhan menetapkan lingkungan untuk kelangsungan hidup bagi umat manusia. Tidak peduli engkau termasuk dalam ras apa atau di tanah mana engkau hidup, baik itu di Barat atau Timur—engkau tidak dapat memisahkan diri dari lingkungan untuk kelangsungan hidup yang telah Tuhan tetapkan untuk umat manusia, dan engkau tidak dapat memisahkan diri dari pemeliharaan dan perbekalan lingkungan untuk kelangsungan hidup yang telah Dia tetapkan untuk manusia. Tidak peduli apa mata pencaharianmu, apa yang engkau andalkan untuk hidup, dan apa yang engkau andalkan untuk menopang hidupmu dalam daging, engkau tidak dapat memisahkan diri dari kekuasaan Tuhan dan pengelolaan-Nya. Beberapa orang berkata: "Aku bukan seorang petani; aku tidak bercocok tanam untuk hidup. Aku tidak bergantung pada langit untuk makananku, jadi, kelangsungan hidupku tidak terjadi di lingkungan untuk kelangsungan hidup yang ditetapkan oleh Tuhan. Lingkungan semacam itu tidak memberiku apa pun." Benarkah ini? Engkau mengatakan bahwa engkau tidak bercocok tanam untuk hidupmu, tetapi tidakkah engkau memakan biji-bijian? Tidakkah engkau memakan daging dan telur? Tidakkah engkau memakan sayur dan buah? Semua yang engkau makan, semua hal ini yang engkau butuhkan, tidak dapat dipisahkan dari lingkungan untuk kelangsungan hidup yang ditetapkan oleh Tuhan bagi umat manusia. Dan sumber segala sesuatu yang umat manusia butuhkan tidak dapat dipisahkan dari semua hal yang diciptakan oleh Tuhan, yang dalam keutuhannya membentuk lingkungan untuk kelangsungan hidupmu. Air yang engkau minum, pakaian yang engkau kenakan, dan semua benda yang engkau gunakan—manakah dari semua ini yang tidak berasal dari segala sesuatu yang Tuhan ciptakan? Beberapa orang berkata: "Ada beberapa barang yang tidak diperoleh dari segala sesuatu yang Tuhan ciptakan. Engkau tahu, plastik adalah salah satu barang yang tidak diperoleh dari segala sesuatu yang Tuhan ciptakan. Plastik adalah benda kimiawi, barang buatan manusia." Benarkah ini? Plastik memang adalah buatan manusia, dan itu adalah benda kimiawi, tetapi dari manakah komponen asli plastik berasal? Komponen asli diperoleh dari materi yang diciptakan oleh Tuhan. Hal-hal yang engkau nikmati dan lihat, setiap hal yang engkau gunakan, semuanya diperoleh dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Tuhan. Yang berarti, tidak peduli seseorang termasuk dalam ras apa, tidak peduli mata pencaharian apa, atau dalam jenis lingkungan untuk kelangsungan hidup seperti apa orang hidup, mereka tidak dapat memisahkan diri dari apa yang sudah Tuhan sediakan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 185

Seberapa pun banyaknya pemahaman tentang Tuhan dalam hati orang, sebesar itu pula posisi yang Dia miliki dalam hati mereka. Seberapa pun besarnya pengenalan akan Tuhan dalam hati mereka, sebesar itulah Tuhan dalam hati mereka. Jika Tuhan yang engkau kenal itu kosong dan samar, Tuhan yang engkau percayai juga kosong dan samar. Tuhan yang engkau kenal terbatas pada ruang lingkup kehidupan pribadimu sendiri, dan tidak ada urusannya dengan Tuhan yang sejati itu sendiri. Dengan demikian, mengenal tindakan praktis Tuhan, mengenal kenyataan Tuhan dan kemahakuasaan-Nya, mengenal identitas sejati Tuhan itu sendiri, mengenal apa yang Dia miliki dan siapa Dia, mengenal tindakan-tindakan yang telah Dia tunjukkan di antara segala sesuatu yang Dia ciptakan—semua ini sangat penting bagi setiap orang yang mengejar pengenalan akan Tuhan. Semua itu memiliki pengaruh langsung pada apakah orang dapat memasuki kebenaran kenyataan. Jika engkau membatasi pemahamanmu akan Tuhan hanya pada firman, jika engkau membatasinya dengan pengalaman kecilmu sendiri, dengan apa yang engkau anggap sebagai kasih karunia Tuhan, atau sedikit kesaksianmu tentang Tuhan, maka Aku mengatakan bahwa Tuhan yang engkau percayai sama sekali bukanlah Tuhan yang sejati itu sendiri. Bukan hanya itu, tetapi bisa juga dikatakan bahwa Tuhan yang engkau percayai adalah Tuhan yang imajiner, bukan Tuhan yang sejati. Ini karena Tuhan yang sejati adalah Pribadi yang berkuasa atas segala sesuatu, yang berjalan di antara segala sesuatu, yang mengelola segala sesuatu. Dialah Pribadi yang memegang nasib seluruh umat manusia dan segala sesuatu di tangan-Nya. Pekerjaan dan tindakan Tuhan yang Aku bicarakan tidak hanya terbatas pada sebagian kecil orang. Yang berarti, pekerjaan dan tindakan-Nya tidak terbatas hanya pada orang-orang yang saat ini mengikuti-Nya. Tindakan-Nya ditunjukkan di antara segala sesuatu, dalam kelangsungan hidup segala sesuatu, dan dalam hukum perubahan segala sesuatu.

Jika engkau tidak dapat melihat atau mengenali perbuatan-perbuatan Tuhan di antara segala sesuatu yang Dia ciptakan, engkau tidak dapat memberi kesaksian atas perbuatan-perbuatan-Nya. Jika engkau tidak dapat memberi kesaksian tentang Tuhan, jika engkau terus berbicara tentang hal kecil yang disebut "Tuhan" yang engkau kenal, yaitu Tuhan yang terbatas pada gagasanmu sendiri, dan hanya ada dalam pikiran sempitmu, jika engkau terus berbicara tentang Tuhan yang semacam itu, Tuhan tidak akan pernah memuji imanmu. Ketika engkau menjadi kesaksian bagi Tuhan, jika dalam kesaksianmu, engkau hanya bersaksi tentang bagaimana engkau menikmati kasih karunia Tuhan, menerima pendisiplinan dari Tuhan dan didikan-Nya, dan bagaimana engkau menikmati berkat-Nya, hal tersebut sangat tidak memadai dan jauh dari memuaskan-Nya. Jika engkau ingin menjadi saksi bagi Tuhan dengan cara yang sejalan dengan kehendak-Nya, menjadi saksi bagi Tuhan yang sejati itu sendiri, engkau harus memahami apa yang dimiliki Tuhan dan siapa Tuhan itu dari tindakan-Nya. Engkau harus melihat otoritas Tuhan dari kendali-Nya atas segala hal, dan melihat kebenaran tentang cara Dia membekali seluruh umat manusia. Jika engkau hanya mengakui bahwa makanan dan minumanmu sehari-hari dan kebutuhan hidupmu berasal dari Tuhan, tetapi engkau tidak melihat kebenaran bahwa Tuhan telah mengambil segala sesuatu yang Dia ciptakan untuk membekali seluruh umat manusia, dan bahwa Dia memimpin seluruh umat manusia dengan berkuasa atas segala sesuatu, engkau tidak akan pernah bisa menjadi saksi bagi Tuhan. Apa tujuan-Ku mengatakan semua ini? Itu supaya engkau semua tidak menganggap enteng hal ini, supaya engkau tidak salah memercayai bahwa topik-topik yang Aku bicarakan ini tidak relevan dengan jalan masuk pribadimu ke dalam kehidupan, dan supaya engkau tidak menerima topik-topik ini hanya sebagai jenis pengetahuan atau doktrin. Jika engkau semua mendengarkan apa yang Aku katakan dengan sikap yang demikian, engkau semua tidak akan mendapatkan apa pun. Engkau semua akan kehilangan kesempatan besar ini untuk mengenal Tuhan.

Apa tujuan-Ku membicarakan tentang semua hal ini? Tujuan-Ku adalah agar orang mengenal Tuhan, agar orang memahami tindakan-tindakan praktis Tuhan. Begitu engkau memahami Tuhan dan mengetahui tindakan-tindakan-Nya, pada saat itulah, engkau memiliki kesempatan atau kemungkinan untuk mengenal-Nya. Jika, misalnya, engkau ingin memahami seseorang, bagaimana engkau akan memahaminya? Apakah dengan melihat penampilan luar mereka? Apakah dengan melihat apa yang mereka kenakan dan bagaimana mereka berpakaian? Apakah dengan melihat bagaimana mereka berjalan? Apakah dengan melihat ruang lingkup pengetahuan mereka? (Tidak.) Jadi, bagaimana engkau memahami seseorang? Engkau membuat penilaian berdasarkan ucapan dan perilaku seseorang, pikiran mereka danapa yang mereka ungkapkan dan singkapkan mengenai diri mereka. Inilah caramu mengenal seseorang, caramu memahami seseorang. Demikian juga, jika engkau ingin mengenal Tuhan, jika engkau ingin memahami sisi praktis-Nya, sisi sejati-Nya, engkau semua harus mengenal-Nya melalui perbuatan-perbuatan-Nya dan melalui setiap hal praktis yang Dia lakukan. Ini adalah cara terbaik, dan satu-satunya cara.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 186

Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia menggunakan segala macam metode dan cara untuk menyeimbangkannya, menyeimbangkan kondisi kehidupan pegunungan dan danau, menyeimbangkan kondisi kehidupan tumbuhan dan semua jenis hewan, burung, dan serangga. Tujuan-Nya adalah agar semua jenis makhluk hidup dapat hidup dan berkembang biak di bawah hukum yang telah Dia tetapkan. Tidak ada satu pun dari antara ciptaan yang dapat keluar dari hukum-hukum ini, dan hukum-hukum ini tidak dapat dilanggar. Hanya dalam jenis lingkungan dasar seperti ini, manusia bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan aman, generasi demi generasi. Jika ada makhluk hidup yang melampaui kuantitas atau ruang lingkup yang ditetapkan oleh Tuhan, atau jika makhluk hidup tersebut melebihi laju pertumbuhan, frekuensi reproduksi, atau jumlah yang ditentukan oleh-Nya, lingkungan untuk kelangsungan hidup umat manusia akan mengalami berbagai tingkat kehancuran. Dan pada saat bersamaan, kelangsungan hidup umat manusia akan terancam. Jika jumlah satu jenis makhluk hidup terlalu besar, ia akan merampok makanan manusia, menghancurkan sumber air manusia, dan merusak tanah air mereka. Dengan cara itu, reproduksi atau keadaan bertahan hidup umat manusia akan segera terkena dampak. Misalnya, air sangat penting bagi segala sesuatu. Jika ada terlalu banyak tikus, semut, belalang, katak, atau segala jenis hewan lain, semua hewan itu akan minum lebih banyak air. Karena jumlah air yang mereka minum meningkat, dalam ruang lingkup sumber air minum dan area berair yang tetap ini, sumber air minum dan sumber air manusia akan berkurang, dan mereka akan mengalami kekurangan air. Jika air minum manusia dihancurkan, tercemar, atau terhenti karena meningkatnya jumlah semua jenis hewan, dalam lingkungan untuk kelangsungan hidup yang keras semacam itu, kelangsungan hidup umat manusia akan serius terancam. Jika ada satu jenis saja atau beberapa jenis makhluk hidup yang melebihi jumlah yang pantas, udara, suhu, kelembapan, dan bahkan komposisi udara dalam ruang untuk kelangsungan hidup umat manusia akan teracuni dan dihancurkan hingga tingkatan yang berbeda-beda. Dalam keadaan ini, kelangsungan hidup dan nasib manusia juga akan menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh faktor-faktor ekologi tersebut. Jadi, jika keseimbangan-keseimbangan ini hilang, udara yang manusia hirup akan rusak, air yang mereka minum akan tercemar, dan suhu yang mereka butuhkan juga akan berubah dan terkena dampaknya hingga tingkatan yang berbeda-beda. Jika itu terjadi, lingkungan untuk kelangsungan hidup yang secara inheren merupakan milik umat manusia akan terkena dampak dan tantangan yang sangat besar. Dalam skenario semacam ini, di mana lingkungan dasar manusia untuk kelangsungan hidup telah dihancurkan, akan seperti apakah nasib dan masa depan umat manusia? Ini adalah masalah yang sangat serius! Karena Tuhan tahu untuk alasan apa masing-masing ciptaan ada untuk kepentingan umat manusia, apa peran setiap jenis hal yang Dia ciptakan, apa dampak setiap hal tersebut terhadap manusia, dan seberapa besar manfaat yang didatangkannya bagi umat manusia, karena di dalam hati Tuhan ada rencana untuk semua ini dan Dia mengelola setiap aspek dari semua hal yang Dia ciptakan, itulah mengapa setiap hal yang Dia lakukan sangat penting dan perlu bagi umat manusia. Jadi, mulai dari sekarang, kapan pun engkau mengamati beberapa fenomena ekologi di antara segala sesuatu yang Tuhan ciptakan, atau beberapa hukum alam yang sedang terjadi di antara segala sesuatu yang Tuhan ciptakan, engkau tidak akan lagi ragu akan perlunya setiap hal yang diciptakan oleh Tuhan. Engkau tidak akan lagi menggunakan perkataan yang bodoh untuk membuat penilaian sesukanya terhadap pengaturan Tuhan atas segala sesuatu dan berbagai cara Dia membekali umat manusia. Engkau juga tidak akan membuat kesimpulan sesukanya tentang hukum Tuhan untuk semua hal yang Dia ciptakan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 187

Dalam dunia materi, kapanpun manusia tidak memahami hal-hal atau fenomena tertentu, mereka dapat mencari informasi yang relevan atau menggunakan berbagai saluran untuk mencari tahu asal-usul hal-hal tersebut dan latar belakangnya. Tetapi ketika berbicara tentang dunia lain yang sedang kita bahas Hari ini—dunia roh, yang ada di luar dunia materi—manusia sama sekali tidak memiliki cara atau saluran untuk mempelajari apa pun tentang hal itu. Mengapa Aku berkata demikian? Karena, di dalam dunia manusia, segala sesuatu yang berasal dari dunia materi tidak dapat dipisahkan dari keberadaan fisik manusia, dan karena manusia merasa bahwa segala sesuatu di dunia materi tidak dapat dipisahkan dari cara hidup dan kehidupan fisik mereka, kebanyakan orang hanya menyadari, atau melihat, hal-hal fisik di depan mata mereka, hal-hal yang terlihat oleh mereka. Namun, ketika berbicara tentang dunia roh—artinya, segala hal tentang dunia lain itu—tepatlah untuk dikatakan bahwa kebanyakan orang tidak memercayainya. Karena manusia tidak dapat melihatnya, dan percaya bahwa tidak perlu memahami hal itu atau mengetahui apa pun tentangnya, maka mereka tidak tahu bahwa dunia roh adalah dunia yang sama sekali berbeda dari dunia materi dan, dari sudut pandang Tuhan, dunia roh itu terbuka—walaupun bagi manusia dunia roh itu tersembunyi dan tertutup—oleh karenanya manusia mengalami banyak kesulitan menemukan jalan untuk memahami berbagai aspek dari dunia ini. Berbagai aspek yang akan Aku bicarakan tentang dunia roh hanya menyangkut pemerintahan dan kedaulatan Tuhan. Aku tidak sedang mengungkapkan misteri, Aku juga tidak sedang memberitahukan kepadamu rahasia apa pun yang engkau semua ingin ketahui. Karena hal ini menyangkut kedaulatan Tuhan, pemerintahan Tuhan, dan penyediaan Tuhan, oleh karena itu Aku hanya akan berbicara tentang bagian yang perlu engkau semua ketahui.

Pertama-tama, biarkan Aku mengajukan sebuah pertanyaan kepada engkau semua: Dalam pikiranmu, apakah dunia roh itu? Secara umum, itu adalah sebuah dunia di luar dunia materi, dunia yang tidak terlihat dan tidak dapat diraba oleh manusia. Tetapi, dalam imajinasimu, dunia seperti apakah seharusnya dunia roh itu? Barangkali, karena tidak dapat melihat dunia roh, engkau semua tidak mampu memikirkannya. Namun, ketika engkau semua mendengar beberapa legenda, engkau tetap akan memikirkannya, engkau tidak dapat berhenti memikirkannya. Mengapa Aku berkata demikian? Ada sesuatu yang terjadi pada banyak orang ketika mereka masih muda: Ketika seseorang menceritakan kepada mereka sebuah kisah yang menakutkan—tentang hantu-hantu, roh-roh—mereka takut hingga keluar dari akal sehat mereka. Mengapa mereka takut? Karena mereka membayangkan hal-hal itu; meskipun mereka tidak dapat melihatnya, mereka merasa bahwa hal-hal itu ada di sekitar ruangan mereka, di sebuah sudut yang tersembunyi atau gelap, dan mereka sangat ketakutan hingga mereka tidak berani tidur. Terutama pada malam hari, mereka tidak berani sendirian di dalam ruangan, atau sendirian di halaman. Itulah dunia roh dalam imajinasimu, dan itulah sebuah dunia yang menurut orang menakutkan. Pada kenyataannya, setiap orang membayangkannya sampai tingkat tertentu, dan semua orang bisa sedikit merasakannya.

Apakah dunia roh itu? Biar Kujelaskan kepadamu secara singkat dan sederhana. Dunia roh adalah sebuah tempat yang penting, yang berbeda dari dunia materi. Mengapa Aku katakan bahwa dunia roh itu penting? Kita akan membicarakan hal ini secara rinci. Keberadaan dunia roh terkait erat dengan dunia materi umat manusia. Dalam kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu, dunia roh memainkan peran penting dalam siklus kehidupan dan kematian manusia; inilah perannya, dan salah satu alasan mengapa keberadaannya penting. Karena dunia roh adalah tempat yang tidak dapat dikenali oleh kelima indra, tidak seorang pun dapat secara akurat menilai apakah dunia roh itu ada atau tidak. Berbagai dinamika di dunia roh terkait erat dengan keberadaan umat manusia, sebagai akibatnya tatanan kehidupan umat manusia juga sangat dipengaruhi oleh dunia roh. Apakah hal ini berkaitan dengan kedaulatan Tuhan atau tidak? Ya, ini berkaitan. Ketika Aku mengatakan ini, engkau semua mengerti mengapa Aku membahas topik ini: Karena hal ini menyangkut kedaulatan Tuhan, dan pemerintahan-Nya. Di dunia yang seperti ini—dunia yang tidak terlihat oleh manusia—setiap maklumat, ketetapan dan sistem pemerintahan surgawinya jauh di atas hukum dan sistem di negara mana pun di dunia materi, dan tidak ada makhluk hidup di dunia ini yang berani melanggar ataupun merebutnya. Apakah ini berkaitan dengan kedaulatan dan pemerintahan Tuhan? Di dunia roh, ada ketetapan administratif, maklumat surgawi, dan undang-undang yang jelas. Pada tingkatan yang berbeda-beda dan di berbagai bidang, para petugas secara ketat menjalankan tugas mereka dan mengawasi hukum dan peraturan, karena mereka mengetahui apa konsekuensi dari melanggar maklumat surgawi; mereka dengan jelas menyadari bagaimana Tuhan menghukum yang jahat dan mengganjar yang baik, dan bagaimana Dia memerintah dan menguasai segala sesuatu. Terlebih lagi, mereka dengan jelas melihat bagaimana Tuhan melaksanakan maklumat dan undang-undang surgawi-Nya. Apakah ini berbeda dari dunia materi yang dihuni oleh umat manusia? Tentu sangat berbeda. Dunia roh adalah sebuah dunia yang benar-benar berbeda dari dunia materi. Karena ada maklumat dan undang-undang surgawi, hal ini menyangkut kedaulatan Tuhan, pemerintahan Tuhan, dan terlebih lagi, watak Tuhan dan apa yang dimiliki-Nya serta siapa Tuhan itu. Setelah mendengar ini, tidakkah engkau semua merasa bahwa sangat penting bagi-Ku untuk berbicara tentang topik ini? Apakah engkau semua tidak ingin mempelajari rahasia di dalamnya? (Ya, kami ingin.) Seperti itulah konsep dunia roh. Meskipun dunia roh itu ada berdampingan dengan dunia materi, dan sama-sama tunduk pada pemerintahan dan kedaulatan Tuhan, pemerintahan dan kedaulatan Tuhan di dunia ini jauh lebih ketat daripada di dunia materi.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 188

Di antara umat manusia, Aku mengelompokkan semua manusia menjadi tiga tipe. Tipe pertama adalah orang-orang tidak percaya, yaitu mereka yang tidak memiliki keyakinan keagamaan. Mereka disebut orang-orang tidak percaya. Mayoritas orang-orang tidak percaya yang sangat banyak jumlahnya itu hanya beriman pada uang; mereka hanya mengejar kepentingan mereka sendiri, mereka materialistis, dan mereka hanya percaya pada dunia materi—mereka tidak percaya pada siklus kehidupan dan kematian, ataupun kisah-kisah tentang dewa-dewa dan hantu-hantu. Aku mengelompokkan mereka sebagai orang-orang tidak percaya, dan mereka adalah tipe pertama. Tipe kedua mencakup berbagai macam orang beriman selain orang-orang tidak percaya. Di antara umat manusia, Aku membagi orang-orang beriman ini ke dalam beberapa kelompok utama: Yang pertama adalah orang Yahudi, yang kedua adalah orang Katolik, yang ketiga adalah orang Kristen, yang keempat adalah orang Islam, dan yang kelima adalah orang Budha; ada lima tipe. Inilah berbagai tipe orang beriman. Tipe ketiga adalah mereka yang percaya kepada Tuhan, dan ini mencakup engkau semua. Orang-orang percaya seperti itu adalah mereka yang mengikuti Tuhan hari ini. Orang-orang ini terbagi menjadi dua jenis: umat pilihan Tuhan dan para pelaku pelayanan. Tipe-tipe utama ini telah dibedakan secara jelas. Jadi, sekarang, dalam pikiranmu, engkau dapat dengan jelas membedakan tipe-tipe dan peringkat manusia, benar bukan? Yang pertama terdiri dari orang-orang tidak percaya, dan Aku telah mengatakan apa yang dimaksud orang-orang tidak percaya. Apakah mereka yang percaya kepada Orang Tua di Langit termasuk dalam kelompok orang yang tidak percaya? Banyak orang tidak percaya hanya percaya kepada Orang Tua di Langit; mereka percaya bahwa angin, hujan, dan guntur semuanya dikendalikan oleh entitas ini, yang mereka andalkan untuk penanaman tanaman dan panen—namun ketika disebutkan tentang kepercayaan kepada Tuhan, mereka menjadi enggan percaya kepada-Nya. Bisakah ini disebut beriman? Orang-orang seperti itu termasuk dalam orang-orang tidak percaya. Engkau mengerti hal ini, bukan? Jangan salah dalam pengelompokan ini. Tipe kedua adalah orang-orang beriman, dan tipe ketiga adalah mereka yang mengikuti Tuhan pada zaman sekarang. Lantas, mengapa Aku membagi semua manusia ke dalam tipe-tipe ini? (Karena beragam tipe manusia memiliki akhir dan tempat tujuan yang berbeda.) Itu merupakan salah satu aspek. Karena, ketika berbagai ras dan tipe manusia ini kembali ke dunia roh, mereka masing-masing akan pergi ke tempat yang berbeda, mereka akan tunduk pada hukum yang berbeda dalam siklus kehidupan dan kematian, jadi itulah alasan mengapa Aku telah mengelompokkan manusia ke dalam tipe-tipe utama ini.

Siklus Kehidupan dan Kematian Orang-Orang Tidak Percaya

Mari kita mulai dengan siklus kehidupan dan kematian orang-orang tidak percaya. Setelah meninggal, seseorang diambil oleh petugas dari dunia roh. Apa tepatnya yang diambil darinya? Bukan tubuh jasmaninya, tetapi rohnya. Ketika rohnya diambil, ia tiba di tempat yang merupakan kantor dunia roh, yang secara khusus menerima roh orang-orang yang baru saja meninggal. (Catatan: Tempat pertama yang didatangi oleh roh seseorang setelah ia meninggal itu asing bagi roh tersebut.) Ketika mereka dibawa ke tempat ini, seorang petugas melakukan pemeriksaan pertama, memastikan nama, alamat, usia, dan semua pengalaman mereka. Segala sesuatu yang mereka lakukan saat masih hidup dicatat dalam sebuah buku dan dipastikan ketepatannya. Setelah semuanya diperiksa, perilaku dan tindakan orang tersebut di sepanjang hidupnya digunakan untuk menentukan apakah ia akan dihukum atau terus bereinkarnasi sebagai seorang manusia, yang merupakan tahap pertama. Apakah tahap pertama ini menakutkan? Tahap ini tidak terlalu menakutkan, karena satu-satunya hal yang telah terjadi adalah orang tersebut telah tiba di sebuah tempat yang gelap dan asing.

Pada tahap kedua, jika orang ini telah melakukan banyak hal buruk sepanjang hidupnya dan melakukan banyak perbuatan jahat, maka ia akan dibawa ke tempat hukuman untuk dihukum. Itu akan menjadi tempat yang sengaja digunakan untuk menghukum orang. Seluk-beluk tentang bagaimana mereka dihukum tergantung pada dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dan berapa banyak hal-hal jahat yang mereka lakukan sebelum mereka meninggal—ini adalah situasi pertama yang terjadi pada tahap kedua. Karena hal-hal buruk yang mereka perbuat dan kejahatan yang mereka lakukan sebelum mereka meninggal, ketika mereka bereinkarnasi setelah dihukum—ketika mereka sekali lagi terlahir ke dunia materi—beberapa orang akan tetap menjadi manusia, dan beberapa akan menjadi binatang. Artinya, setelah seseorang kembali ke dunia roh, ia dihukum karena kejahatan yang telah ia lakukan; terlebih lagi, karena hal-hal jahat yang telah ia perbuat, dalam reinkarnasi berikutnya ia mungkin tidak kembali sebagai seorang manusia, melainkan sebagai seekor binatang. Mereka mungkin bisa menjadi sapi, kuda, babi, dan anjing. Beberapa orang mungkin menjadi burung, atau bebek atau angsa .... Setelah mereka bereinkarnasi sebagai binatang, ketika mereka meninggal lagi, mereka akan kembali ke dunia roh. Di sana, sebagaimana sebelumnya, berdasarkan perilaku mereka sebelum mereka meninggal, dunia roh akan memutuskan apakah mereka akan bereinkarnasi sebagai manusia atau tidak. Sebagian besar orang melakukan terlalu banyak kejahatan, dan dosa-dosa mereka terlalu menyedihkan, sehingga ketika mereka harus bereinkarnasi menjadi binatang sebanyak tujuh hingga dua belas kali. Tujuh hingga dua belas kali—apakah itu tidak mengerikan? (Itu mengerikan.) Apa yang menakutkan bagi engkau semua? Seseorang menjadi seekor binatang—itu mengerikan. Dan bagi seseorang, apa yang paling menyakitkan dari menjadi seekor binatang? Tidak memiliki bahasa, hanya memiliki pemikiran yang sederhana, hanya mampu melakukan hal-hal yang dilakukan binatang dan makan apa yang dimakan binatang, memiliki pola pikir sederhana dan bahasa tubuh seekor binatang, tidak mampu berjalan tegak, tidak mampu berkomunikasi dengan manusia, dan fakta bahwa tidak satu pun perilaku dan aktivitas manusia berkaitan dengan binatang. Artinya, di antara segala hal, menjadi binatang membuatmu menjadi yang terendah dari semua makhluk hidup, dan jauh lebih menderita daripada menjadi manusia. Inilah salah satu aspek dari hukuman dunia roh terhadap mereka yang telah membuat banyak kejahatan dan melakukan dosa-dosa besar. Dalam hal beratnya hukuman, ini ditentukan dengan menjadi jenis binatang apakah mereka. Misalnya, apakah menjadi seekor babi lebih baik daripada menjadi seekor anjing? Apakah seekor babi memiliki kehidupan yang lebih baik atau lebih buruk daripada seekor anjing? Lebih buruk, bukan? Jika manusia menjadi seekor sapi atau seekor kuda, apakah mereka akan hidup lebih baik atau lebih buruk daripada menjadi seekor babi? (Lebih baik.) Akankah seseorang merasa lebih nyaman jika dilahirkan kembali sebagai seekor kucing? Dia tetap akan menjadi binatang, tetapi menjadi kucing lebih mudah daripada menjadi kuda atau sapi, karena kucing dapat bermalas-malasan dan melewatkan sebagian besar waktunya untuk tidur. Menjadi seekor sapi atau kuda lebih melelahkan. Oleh karena itu jika seseorang bereinkarnasi sebagai seekor sapi atau kuda, mereka harus bekerja keras—yang mirip seperti hukuman yang berat. Menjadi seekor anjing sedikit lebih baik daripada seekor sapi atau kuda, karena seekor anjing memiliki hubungan yang lebih dekat dengan tuannya. Beberapa anjing, setelah menjadi binatang kesayangan selama sekian tahun, mampu memahami banyak hal yang dikatakan oleh tuannya. Terkadang, anjing dapat menyesuaikan diri dengan suasana hati dan permintaan tuannya, sehingga tuannya memperlakukan anjing itu dengan lebih baik, dan anjing itu makan dan minum dengan lebih baik, dan ketika merasa kesakitan, anjing itu mendapatkan perawatan lebih—jadi tidakkah anjing itu menikmati hidup yang bahagia? Karena itu, menjadi anjing lebih baik daripada menjadi sapi atau kuda. Dalam hal ini, beratnya hukuman seseorang menentukan berapa kali mereka bereinkarnasi sebagai binatang, dan jenis yang mana.

Karena mereka melakukan begitu banyak dosa ketika mereka masih hidup, beberapa orang dihukum dengan bereinkarnasi sebagai binatang sebanyak tujuh hingga dua belas kali. Setelah dihukum berkali-kali, ketika mereka kembali ke dunia roh, mereka dibawa ke tempat lain—sebuah tempat di mana berbagai roh telah dihukum dan jarang ada jenis roh yang sedang mempersiapkan diri untuk bereinkarnasi sebagai manusia. Di lokasi ini, tiap roh dikelompokkan menurut jenis keluarga seperti apa tempat mereka akan dilahirkan, peran apa yang akan mereka mainkan setelah mereka bereinkarnasi, dan seterusnya. Sebagai contoh, beberapa orang akan menjadi penyanyi ketika mereka datang ke dunia ini, jadi mereka ditempatkan di antara para penyanyi; beberapa akan menjadi pebisnis ketika mereka datang ke dunia ini, jadi mereka ditempatkan di antara para pebisnis; dan jika seseorang akan menjadi peneliti ilmiah ketika mereka menjadi manusia, mereka ditempatkan di antara para peneliti ilmiah. Setelah mereka dikelompokkan, masing-masing dikirim sesuai dengan waktu dan tanggal yang ditentukan, sebagaimana orang mengirim e-mail saat ini. Dengan ini satu siklus kehidupan dan kematian akan menjadi lengkap. Dari hari ketika seseorang tiba di dunia roh sampai akhir hukuman mereka, atau sampai mereka telah bereinkarnasi sebagai binatang berkali-kali, dan bersiap untuk bereinkarnasi sebagai manusia, proses ini lengkap.

Sedangkan bagi mereka yang telah selesai dihukum dan tidak bereinkarnasi sebagai binatang, akankah mereka dengan cepat dikirim ke dunia materi untuk berinkarnasi menjadi manusia? Atau akan berapa lamakah waktunya sebelum mereka bisa tiba di antara manusia? Berapa seringkah hal ini dapat terjadi? Ada batasan waktu untuk hal ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia roh tunduk pada batasan dan aturan waktu yang tepat—yang, jika Kujelaskan dengan angka, engkau semua akan mengerti. Bagi mereka yang bereinkarnasi dalam jangka waktu singkat, ketika mereka meninggal, sudah akan ada persiapan bagi mereka untuk bereinkarnasi sebagai manusia. Waktu tersingkat untuk hal ini terjadi adalah tiga hari. Bagi beberapa orang, dibutuhkan waktu tiga bulan, bagi beberapa orang dibutuhkan waktu tiga tahun, bagi beberapa orang dibutuhkan waktu tiga puluh tahun, bagi beberapa orang dibutuhkan waktu tiga ratus tahun, dan seterusnya. Jadi, apa yang bisa dikatakan tentang aturan waktu ini, dan apa rinciannya? Semua itu didasarkan pada apa yang dunia materi—dunia manusia—butuhkan dari sebuah roh dan peran yang akan dimainkan oleh roh tersebut di dunia ini. Ketika seseorang bereinkarnasi sebagai manusia biasa, sebagian besar dari mereka bereinkarnasi dengan cepat, karena dunia manusia sangat membutuhkan orang-orang semacam itu—sehingga, tiga hari kemudian, mereka dikirim kembali ke sebuah keluarga yang sama sekali berbeda dengan keluarga tempat mereka tinggal sebelum mereka meninggal. Namun, ada beberapa orang yang memainkan sebuah peran istimewa di dunia ini. "Istimewa" berarti bahwa tidak ada banyak permintaan akan orang-orang ini di dunia manusia; tidak diperlukan banyak orang untuk memainkan peran semacam itu, sehingga mungkin perlu waktu tiga ratus tahun. Dengan kata lain, roh ini hanya akan datang sekali setiap tiga ratus tahun, atau bahkan sekali setiap tiga ribu tahun. Mengapa demikian? Karena nyatanya selama tiga ratus tahun atau tiga ribu tahun, peran semacam itu tidak diperlukan di dunia manusia, sehingga mereka ditahan di suatu tempat di dunia roh. Ambil saja Confusius sebagai contoh: Ia memiliki dampak yang mendalam pada budaya tradisional Tiongkok, dan kedatangannya sangat mempengaruhi budaya, pengetahuan, tradisi, dan pemikiran orang-orang pada waktu itu. Namun, seseorang seperti ini tidak diperlukan di setiap zaman, sehingga dia harus tetap di dunia roh, menunggu di sana selama tiga ratus atau tiga ribu tahun sebelum bereinkarnasi. Karena dunia manusia tidak sedang membutuhkan seseorang seperti ini, dia harus menunggu tanpa melakukan apa-apa, karena hanya ada sangat sedikit peran seperti itu, hanya sedikit yang perlu dilakukannya. Jadi dia harus ditahan di suatu tempat di dunia roh untuk waktu yang lama, tidak melakukan apa-apa, sampai ia perlu dikirim ketika dunia manusia membutuhkannya. Seperti itulah aturan waktu alam roh tentang seberapa sering kebanyakan orang bereinkarnasi. Apakah mereka orang biasa atau istimewa, dunia roh memiliki aturan yang sesuai dan praktik-praktik yang benar untuk memproses reinkarnasi mereka, dan aturan-aturan serta praktik-praktik ini diturunkan dari Tuhan, dan tidak ditentukan atau dikendalikan oleh para petugas atau makhluk apa pun di dunia roh.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 189

Bagi setiap roh, reinkarnasinya, apa perannya dalam kehidupan ini, dalam keluarga mana ia dilahirkan, dan seperti apa hidupnya terkait erat dengan masa hidup roh itu sebelumnya. Segala macam manusia datang ke dunia manusia, dan peran yang mereka mainkan berbeda-beda, demikian pula tugas-tugas yang mereka lakukan. Tugas-tugas apakah ini? Beberapa orang datang untuk membayar utang-utang: Jika mereka berutang uang terlalu banyak kepada orang lain di kehidupan sebelumnya, mereka datang untuk membayar kembali utang-itu dalam kehidupan ini. Sementara itu, beberapa orang datang untuk menagih utang-utang: Mereka ditipu dalam terlalu banyak perkara, dan sangat banyak uang dalam kehidupan mereka sebelumnya; akibatnya, setelah mereka tiba di dunia roh, dunia roh akan memberi mereka keadilan dan memperbolehkan mereka untuk menagih utang mereka dalam kehidupan ini. Beberapa orang datang untuk membayar utang budi: Selama kehidupan mereka sebelumnya—yakni reinkarnasi mereka sebelumnya—seseorang telah bersikap baik pada mereka, dan dalam kehidupan ini mereka diberi kesempatan yang besar untuk bereinkarnasi sehingga mereka terlahir kembali untuk membayar utang budi ini. Sementara itu, yang lainnya telah terlahir kembali dalam kehidupan ini untuk menuntut nyawa. Nyawa siapakah yang mereka tuntut? Orang yang membunuh mereka di kehidupan sebelumnya. Singkatnya, kehidupan setiap orang saat ini terkait erat dengan masa hidup mereka sebelumnya; kaitan ini dan tidak terpisahkan. Artinya, kehidupan setiap orang saat ini sangat dipengaruhi oleh kehidupan sebelumnya. Sebagai contohnya, sebelum meninggal, Zhang menipu Li sejumlah besar uang. Jadi apakah Zhang berutang kepada Li? Ya, jadi apakah wajar jika Li harus menagih utang itu dari Zhang? Akibatnya, setelah mereka meninggal, ada utang yang harus diselesaikan di antara mereka. Ketika mereka bereinkarnasi dan Zhang menjadi manusia, bagaimana Li menagih utangnya dari Zhang? Salah satu cara Li menagih utangnya itu adalah dengan dilahirkan kembali sebagai putra Zhang, Zhang menghasilkan banyak uang, dan uang itu dihambur-hamburkan oleh Li. Tidak peduli berapa banyak uang yang dihasilkan Zhang, putranya Li menghambur-hamburkannya. Tidak peduli berapa banyak yang dihasilkan Zhang, itu tidak pernah cukup, dan sementara itu, putranya, entah bagaimana selalu pada akhirnya menghabiskan uang ayahnya dengan berbagai cara dan sarana yang berbeda. Zhang sangat bingung dan bertanya-tanya: "Mengapa putraku selalu menjadi pembawa sial? Mengapa putra orang lain begitu baik? Mengapa putraku tidak memiliki ambisi, mengapa dia sangat tak berguna dan tidak mampu menghasilkan uang, mengapa aku harus selalu membiayainya? Karena aku harus membiayainya, aku akan melakukannya, tetapi mengapa tidak peduli berapa pun banyaknya uang yang kuberikan kepadanya, dia selalu membutuhkan lebih? Mengapa dia tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari yang jujur, tetapi malah tidak melakukan apa-apa—bermalas-malasan, makan, minum, melacur, dan bertaruh? Apa sebenarnya yang sedang terjadi?" Zhang kemudian berpikir sejenak: "Bisa jadi aku memiliki utang kepadanya di kehidupan sebelumnya. Baiklah kalau begitu, aku akan melunasinya! Ini tidak akan berakhir sebelum aku membayarnya sampai lunas!" Harinya mungkin akan tiba ketika utang kepada Li benar-benar telah dibayar kembali, dan ketika dia berusia empat puluh atau lima puluh, akan tiba saatnya ketika dia tiba-tiba tersadar: "Aku belum melakukan satu pun hal yang baik selama separuh pertama hidupku! Aku telah menghambur-hamburkan semua uang yang dihasilkan ayahku—aku harus menjadi orang baik! Aku akan menguatkan diri: Aku akan menjadi orang yang jujur, dan hidup dengan baik, dan aku tidak akan pernah membawa kesedihan bagi ayahku lagi!" Mengapa dia berpikir demikian? Mengapa dia tiba-tiba berubah menjadi lebih baik? Apakah ada alasan untuk hal ini? Apa alasannya? (Karena Li telah menagih utangnya; Zhang telah membayar utangnya.) Dalam hal ini, ada sebab dan akibat. Kisah ini telah dimulai sejak lama, jauh sebelum mereka berdua dilahirkan, dan kisah tentang mereka di kehidupan yang lalu telah dibawa ke kehidupan mereka saat ini, dan tidak satu pun dari mereka dapat menyalahkan yang lainnya. Terlepas dari apa pun yang diajarkan Zhang kepada putranya, putranya tidak pernah mendengarkan, dan tidak pernah melakukan pekerjaan sehari-hari yang jujur—tetapi pada hari utang itu dilunasi, tidak perlu lagi untuk mengajarinya—putranya secara alami mengerti. Ini adalah sebuah contoh yang sederhana. Adakah banyak contoh lain semacam itu? (Ya.) Apa arti hal ini bagi manusia? (Bahwa mereka harus baik dan tidak boleh melakukan kejahatan.) Bahwa mereka tidak seharusnya melakukan kejahatan, dan akan ada pembalasan atas kejahatan mereka! Kebanyakan orang tidak percaya melakukan banyak kejahatan, dan kejahatan mereka telah memperoleh pembalasan, kan? Namun, apakah pembalasan ini terjadi secara sembarangan? Semua yang mendapatkan pembalasan memiliki latar belakang dan alasan. Apakah engkau pikir tidak akan terjadi apa pun kepadamu setelah engkau menipu uang seseorang? Apakah engkau pikir bahwa, setelah menipu uang mereka, tidak akan ada konsekuensi bagimu setelah engkau mengambil uang mereka? Itu tidak mungkin, akan ada konsekuensi! Terlepas dari siapa pun mereka, atau apakah mereka percaya bahwa Tuhan itu ada, setiap orang harus bertanggung jawab atas perilaku mereka, dan menanggung akibat dari tindakan mereka. Berkenaan dengan contoh sederhana ini—Zhang dihukum, dan Li dibayar kembali—bukankah ini adil? Ketika manusia melakukan perkara-perkara semacam itu, ada akibat semacam itu. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan dunia roh. Meskipun menjadi orang-orang tidak percaya, yakni orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan, keberadaan mereka tunduk pada maklumat dan ketetapan surgawi tersebut, tidak seorang pun dapat meloloskan diri darinya dan tidak seorang pun bisa menghindari kenyataan ini.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 190

Mereka yang tidak beriman sering kali percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dilihat oleh manusia itu ada, sedangkan segala sesuatu yang tidak dapat dilihat, atau sangat jauh dari manusia, tidak ada. Mereka lebih suka percaya bahwa tidak ada "siklus kehidupan dan kematian", dan tidak ada "hukuman"; sehingga mereka berdosa dan melakukan kejahatan tanpa penyesalan. Setelah itu, mereka dihukum, atau bereinkarnasi sebagai binatang. Kebanyakan dari beragam manusia di antara orang-orang tidak percaya terjatuh ke dalam lingkaran setan ini. Ini karena mereka tidak mengetahui bahwa dunia roh sangat ketat dalam pemerintahannya atas semua makhluk hidup. Apakah engkau percaya atau tidak, inilah faktanya, karena tidak satu orang atau objek pun yang dapat luput dari jangkauan pengamatan Tuhan, dan tidak satu orang atau objek pun yang dapat luput dari aturan-aturan dan batasan-batasan maklumat dan ketetapan surgawi-Nya. Jadi, contoh yang sederhana ini memberi tahu semua orang bahwa tidak peduli apakah engkau percaya kepada Tuhan atau tidak, berbuat dosa dan melakukan kejahatan itu tidak dapat diterima, dan ada konsekuensi untuk semua tindakan itu. Ketika seseorang yang menipu uang orang lain dihukum dengan cara demikian, hukuman semacam itu adil. Perilaku yang biasa terlihat semacam ini mendapat hukuman di dunia roh, dan hukuman seperti itu diberikan atas dasar ketetapan dan maklumat surgawi dari Tuhan. Oleh karena itu, perilaku kriminal yang menyedihkan dan perilaku jahat yang parah—pemerkosaan dan penjarahan, penggelapan dan penipuan, pencurian dan perampokan, pembunuhan dan pembakaran, dan seterusnya—terlebih lagi akan terkena serangkaian hukuman yang berbeda-beda beratnya. Apa sajakah yang termasuk hukuman yang berbeda-beda beratnya ini? Beberapa di antaranya menentukan tingkat beratnya hukuman dengan menggunakan waktu, beberapa menggunakan metodologi yang berbeda, dan yang lain dengan menentukan ke mana manusia pergi ketika mereka bereinkarnasi. Misalnya, beberapa orang bermulut kotor. Apakah arti "bermulut kotor" itu? Bermulut kotor berarti sering mengumpat pada orang lain dan menggunakan kata-kata jahat yang mengutuk orang. Apa artinya kata-kata jahat? Itu menunjukkan bahwa seseorang memiliki hati yang jahat. Kata-kata kotor yang mengutuk orang sering keluar dari mulut orang-orang seperti itu, dan kata-kata jahat semacam itu akan mendatangkan akibat yang berat. Setelah orang-orang ini meninggal dan menerima hukuman yang setimpal, mereka mungkin terlahir kembali sebagai orang bisu. Beberapa orang penuh perhitungan ketika mereka masih hidup; mereka sering memanfaatkan orang lain, maksud jahat mereka terencana dengan sangat baik, dan mereka melakukan banyak hal yang merugikan orang lain. Ketika mereka terlahir kembali, mereka mungkin menjadi orang yang bodoh atau cacat mental. Beberapa orang sering mengintip hal pribadi orang lain; mata mereka melihat banyak hal yang seharusnya rahasia, dan mereka mengetahui banyak hal yang seharusnya tidak mereka ketahui, jadi ketika mereka dilahirkan kembali, mereka mungkin menjadi buta. Beberapa orang sangat gesit ketika mereka masih hidup, mereka sering berkelahi, dan melakukan banyak hal yang jahat, karena itu ketika mereka terlahir kembali mereka mungkin cacat, lumpuh atau kehilangan sebuah lengan; kalau tidak mereka mungkin bungkuk, atau berkepala miring, mereka mungkin berjalan pincang, atau memiliki satu kaki yang lebih pendek dari lainnya, dan seterusnya. Dalam hal ini, mereka telah terkena hukuman yang berbeda berdasarkan tingkat kejahatan yang mereka lakukan saat masih hidup. Menurutmu, mengapa beberapa orang bermata juling? Apakah banyak orang seperti itu? Ada banyak dari mereka di sekitar kita saat ini. Beberapa orang bermata juling karena di kehidupan sebelumnya mereka terlalu banyak menggunakan mata mereka untuk terlalu banyak hal yang buruk, sehingga ketika mereka lahir dalam kehidupan sekarang ini mata mereka juling, dan dalam kasus-kasus yang parah mereka bahkan menjadi buta. Inilah ganjaran! Beberapa orang bergaul baik dengan orang lain sebelum mereka meninggal, mereka melakukan banyak hal baik untuk kerabat, teman-teman, rekan sekerja, atau orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Mereka memberi sedekah dan perhatian kepada orang lain, atau membantu mereka dalam hal keuangan, orang lain sangat memandang tinggi mereka, dan ketika orang-orang seperti itu kembali ke dunia roh mereka tidak dihukum. Bila ada orang tidak percaya yang tidak dihukum dengan cara apa pun, itu berarti mereka adalah orang yang sangat baik. Alih-alih memercayai keberadaan Tuhan, mereka hanya percaya pada Orang Tua di Langit. Mereka hanya percaya bahwa ada roh di atas mereka yang menyaksikan segala sesuatu yang mereka lakukan—hanya itulah yang mereka yakini. Dan hasilnya adalah mereka berperilaku jauh lebih baik. Orang-orang seperti itu baik hati dan dermawan, dan ketika mereka akhirnya kembali ke dunia roh, dunia roh akan memperlakukan mereka dengan sangat baik dan mereka akan segera bereinkarnasi. Ketika mereka terlahir kembali, keluarga seperti apakah yang akan mereka datangi? Meskipun keluarga itu tidak kaya, keluarga itu damai, akan ada keharmonisan di antara anggota keluarga, mereka akan melewati hari-hari yang tenang dan bahagia, semua orang akan bersukaria, dan mereka akan memiliki kehidupan yang baik. Ketika orang itu mencapai masa dewasa, mereka akan memiliki keluarga yang besar, anak-anak mereka akan berbakat dan menikmati kesuksesan, dan keluarga mereka akan menikmati keberuntungan—hasil semacam ini sangat terkait dengan kehidupan seseorang sebelumnya. Artinya, ke mana seseorang pergi setelah mereka meninggal dan bereinkarnasi, apakah mereka laki-laki atau perempuan, apa misi mereka, apa yang akan mereka jalani dalam kehidupan, rintangan-rintangan, berkat-berkat apa yang mereka nikmati, siapa yang akan mereka temui, apa yang akan terjadi pada mereka—tidak seorang pun dapat menduga hal ini, menghindarinya, atau pun bersembunyi darinya. Artinya, setelah kehidupanmu ditetapkan, apa pun yang terjadi padamu, bagaimanapun engkau mencoba dan menghindarinya, dengan cara apa pun engkau mencoba dan menghindarinya, engkau tidak memiliki cara untuk melanggar jalan hidup yang Tuhan tetapkan bagimu di dunia roh. Karena ketika engkau bereinkarnasi, nasib hidupmu telah ditetapkan. Apakah itu baik atau buruk, semua orang harus menghadapi hal itu, dan harus terus maju; ini adalah persoalan yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun yang hidup di dunia ini, dan tidak ada persoalan yang lebih nyata.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 191

Apakah engkau semua telah melihat bahwa Tuhan memeriksa dan mengatur siklus kehidupan dan kematian orang-orang tidak percaya dengan sangat saksama dan ketat? Pertama, Tuhan telah menetapkan berbagai maklumat, ketetapan, dan sistem di alam roh, dan setelah ketiganya dinyatakan, semua hal itu dilaksanakan dengan sangat ketat, sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan, oleh makhluk-makhluk dengan berbagai jabatan resmi di dunia roh, dan tidak seorang pun berani melanggarnya. Karena itu, dalam siklus kehidupan dan kematian umat manusia di dunia manusia, apakah seseorang bereinkarnasi sebagai binatang atau manusia, ada hukum untuk keduanya. Karena hukum-hukum ini berasal dari Tuhan, tidak seorang pun berani melanggarnya, demikian pula tidak seorang pun bisa melanggarnya. Hanya karena kedaulatan Tuhan, dan karena ada hukum-hukum semacam itulah, dunia materi yang dilihat orang teratur dan tertib; hanya karena kedaulatan Tuhan inilah umat manusia dapat hidup berdampingan secara damai dengan dunia lain yang sama sekali tidak terlihat oleh mereka, dan mampu hidup secara harmonis dengannya—semua itu tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan Tuhan. Setelah kehidupan jasmani seseorang berakhir, rohnya masih memiliki kehidupan, lalu apa yang akan terjadi jika roh itu tidak berada di bawah pemerintahan Tuhan? Roh itu akan berkeliaran ke mana-mana, menimbulkan gangguan di mana-mana, bahkan akan membahayakan makhluk hidup di dunia manusia. Bahaya tersebut tidak hanya terhadap umat manusia, melainkan juga bisa terhadap tumbuhan dan binatang—namun, yang pertama terancam bahaya adalah manusia. Seandainya hal ini terjadi—jika roh semacam itu tidak ada yang memerintah, betul-betul membahayakan manusia, dan benar-benar melakukan hal-hal yang jahat—maka roh ini akan ditangani dengan benar di dunia roh: Jika masalahnya serius, roh tersebut akan lenyap, dan akan dihancurkan; jika memungkinkan, roh itu akan ditampung di suatu tempat dan kemudian bereinkarnasi. Artinya, pemerintahan di dunia roh atas berbagai roh diatur, dan dilaksanakan menurut langkah-langkah dan aturan-aturan. Hanya karena pemerintahan seperti itulah dunia materi manusia tidak jatuh ke dalam kekacauan, umat manusia di dunia materi memiliki mentalitas yang normal, rasionalitas yang normal, dan kehidupan jasmani yang teratur. Hanya setelah manusia memiliki kehidupan yang normal semacam itulah mereka yang hidup secara jasmani dapat terus berkembang dan bereproduksi dari generasi ke generasi.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 192

Dalam hal orang-orang yang tidak percaya, apakah prinsip di balik tindakan-tindakan Tuhan adalah memberi imbalan kepada yang baik dan menghukum yang jahat? Apakah ada pengecualian? (Tidak.) Apakah engkau semua melihat bahwa ada sebuah prinsip di balik tindakan-tindakan Tuhan? Orang-orang tidak percaya sesungguhnya tidak percaya kepada Tuhan, mereka tidak tunduk pada pengaturan Tuhan. Selain itu, mereka tidak menyadari kedaulatan Tuhan, apalagi mengakui Tuhan. Lebih parah lagi, mereka menghina Tuhan, dan mengutuk-Nya, serta memusuhi orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Meskipun orang-orang ini memiliki sikap demikian terhadap Tuhan, pemerintahan Tuhan atas mereka tetap tidak menyimpang dari prinsip-prinsip-Nya; Dia memerintah mereka dengan cara yang teratur, sesuai dengan prinsip-prinsip dan watak-Nya. Bagaimana Tuhan memandang sikap permusuhan mereka? Sebagai kebodohan! Demikianlah Dia telah menyebabkan orang-orang ini—yakni sebagian besar orang tidak percaya—bereinkarnasi sebagai binatang. Jadi apakah tepatnya orang-orang tidak percaya itu di mata Tuhan? Mereka adalah binatang buas. Tuhan memerintah binatang buas dan umat manusia, dan untuk orang-orang semacam ini, Dia memiliki prinsip-prinsip yang sama. Bahkan dalam pemerintahan-Nya atas orang-orang ini, watak Tuhan tetap dapat terlihat, demikian juga hukum-hukum-Nya di balik kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Jadi, apakah engkau semua melihat kedaulatan Tuhan dan prinsip-prinsip yang digunakan-Nya untuk memerintah orang-orang tidak percaya yang baru saja kubicarakan? Apakah engkau melihat watak Tuhan yang benar? (Kami melihatnya.) Dengan kata lain, tidak peduli yang mana dari segala hal yang ditangani-Nya, Tuhan bertindak sesuai dengan prinsip dan watak-Nya sendiri. Inilah intisari Tuhan; Dia tidak akan secara sembarangan melanggar ketetapan atau maklumat surgawi yang diatur-Nya karena Dia menganggap orang seperti ini sebagai binatang buas. Tuhan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip, tanpa penyimpangan sedikit pun, dan semua tindakan-Nya sama sekali tidak terpengaruh oleh faktor apa pun. Segala sesuatu yang dilakukan-Nya sejalan dengan prinsip-prinsip-Nya sendiri. Ini karena Tuhan memiliki intisari Tuhan sendiri; ini adalah aspek dari intisari-Nya yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan apa pun. Tuhan itu sangat cermat dan bertanggung jawab dalam menangani, mendekati, mengelola, memerintah, dan berkuasa atas setiap objek, orang, dan makhluk hidup di antara segala sesuatu yang diciptakan-Nya, dan Dia tidak pernah ceroboh dalam hal ini. Kepada mereka yang baik, Dia bermurah hati dan baik hati; kepada mereka yang jahat, Dia memberikan hukuman tanpa belas kasihan; dan untuk beraneka ragam makhluk hidup, Dia membuat pengaturan yang baik tepat waktu dan teratur, sesuai dengan persyaratan yang berbeda-beda dari dunia manusia pada waktu yang berbeda-beda, sehingga beraneka ragam makhluk hidup ini bereinkarnasi sesuai dengan peran yang mereka mainkan secara teratur, dan berpindah di antara dunia materi dan dunia roh dengan cara yang teratur.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 193

Kematian makhluk hidup—berakhirnya kehidupan jasmani—menandakan bahwa makhluk hidup telah berlalu dari dunia materi ke dunia roh, sementara lahirnya kehidupan jasmani yang baru menandakan bahwa makhluk hidup telah datang dari dunia roh ke dunia materi dan mulai menjalankan dan memainkan perannya. Entah itu keberangkatan atau kedatangan suatu makhluk, keduanya tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan dunia roh. Ketika seseorang datang ke dunia materi, pengaturan dan batasan yang sesuai telah dibuat oleh Tuhan di dunia roh mengenai keluarga yang akan mereka tuju, zaman yang akan mereka datangi, jam kedatangan mereka, dan peran yang akan mereka mainkan. Jadi, seluruh kehidupan orang ini—hal-hal yang mereka lakukan, dan jalan yang mereka tempuh—berjalan sesuai dengan pengaturan dunia roh, tanpa penyimpangan sekecil apa pun. Lebih jauh lagi, waktu kehidupan jasmani berakhir dan cara dan tempat berakhirnya jelas dan dapat dipahami oleh dunia roh. Tuhan menguasai dunia materi, dan Dia juga menguasai dunia roh, dan Dia tidak akan menunda siklus kehidupan dan kematian yang normal dari suatu jiwa, demikian pula Dia tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengatur siklus itu. Setiap petugas yang memegang jabatan resmi di dunia roh melaksanakan tugas-tugas mereka masing-masing, dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, sesuai dengan instruksi-instruksi dan aturan-aturan Tuhan. Karena itu, di dunia umat manusia, setiap fenomena materi yang dilihat oleh manusia itu teratur, dan tidak mengandung kekacauan. Semua ini karena aturan Tuhan yang tertib atas segala sesuatu, dan juga fakta bahwa otoritas-Nya berkuasa atas segalanya. Kekuasaan-Nya mencakup dunia materi tempat manusia tinggal dan, terlebih lagi, dunia roh yang tak terlihat di belakang umat manusia. Oleh sebab itu, jika manusia ingin memiliki kehidupan yang baik, dan berharap bisa hidup di lingkungan yang baik, selain diperlengkapi dengan seluruh dunia materi yang terlihat, manusia juga harus diperlengkapi dengan dunia roh, yang tidak dapat dilihat siapa pun, yang mengatur setiap makhluk hidup atas nama umat manusia, serta memiliki keteraturan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 194

Siklus Kehidupan dan Kematian Berbagai Orang Beriman

Kita baru saja membahas siklus kehidupan dan kematian orang-orang di kategori pertama, orang-orang tidak percaya. Sekarang, marilah kita bahas siklus di kategori kedua, berbagai macam orang beriman. "Siklus kehidupan dan kematian berbagai macam orang beriman" juga merupakan topik yang sangat penting, dan engkau semua sangat perlu memiliki sedikit pemahaman tentang hal itu. Pertama, marilah kita bicara tentang mengacu pada iman manakah kata "iman" dalam "orang-orang beriman": itu mengacu pada kepercayaan Yudaisme, Kristen, Katolik, Islam, dan Buddha, kelima agama besar. Selain dari orang-orang tidak percaya, orang-orang yang percaya pada kelima agama ini memenuhi sebagian besar penduduk dunia. Di antara kelima agama ini, hanya sedikit orang yang benar-benar beriman, tetapi agama-agama ini memiliki banyak pengikut. Mereka akan pergi ke sebuah tempat yang berbeda ketika mereka meninggal. "Berbeda" dari siapa? Dari orang-orang tidak percaya—orang-orang yang tidak beriman—yang baru saja kita bicarakan. Setelah mereka meninggal, orang-orang percaya dari kelima agama ini pergi ke tempat lain, suatu tempat yang berbeda dari orang-orang tidak percaya. Namun, prosesnya sama; dunia roh juga akan membuat penilaian tentang mereka berdasarkan segala hal yang telah mereka lakukan sebelum mereka meninggal, yang sesudahnya mereka akan diproses sesuai dengan hal tersebut. Tetapi, mengapa orang-orang ini dikirim ke sebuah tempat yang berbeda untuk diproses? Ada alasan penting untuk hal ini. Apakah ini? Aku akan menjelaskannya padamu dengan menggunakan sebuah contoh. Tetapi sebelumnya, engkau semua mungkin berpikir sendiri: "Mungkin itu karena mereka punya sedikit kepercayaan kepada Tuhan! Mereka bukan sepenuhnya orang-orang tidak percaya." Namun, bukan ini alasannya. Ada alasan yang sangat penting mengapa mereka dipisahkan dari yang lain.

Ambillah contoh agama Buddha. Aku akan memberitahu engkau semua sebuah fakta. Seorang Budha adalah, pertama-tama, seseorang yang telah menganut agama Budha, dan ini adalah orang yang mengetahui kepercayaan mereka. Ketika seorang Budha memotong rambut mereka dan menjadi seorang biksu atau biksuni, ini artinya mereka telah memisahkan diri dari dunia sekuler, meninggalkan hiruk-pikuk dunia manusia. Setiap hari, mereka membaca sutra dan melantunkan nama-nama Budha, hanya makan makanan vegetarian, menjalani kehidupan bertapa, dan mereka melewati hari-hari mereka ditemani cahaya dingin dan remang-remang dari lampu minyak. Mereka menghabiskan seluruh hidup mereka dengan cara ini. Ketika kehidupan jasmani seorang Budha berakhir, mereka membuat rangkuman dari kehidupan mereka, tetapi di dalam hati mereka, mereka tidak tahu ke mana mereka akan pergi setelah mereka meninggal, siapa yang akan mereka jumpai, dan apa akhir yang akan mereka alami: Jauh di lubuk hati, mereka tidak paham tentang hal-hal ini. Mereka tidak melakukan apa-apa selain membabi buta membawa semacam iman sepanjang hidup mereka, setelah itu mereka berangkat dari dunia manusia disertai dengan harapan dan cita-cita mereka yang buta. Demikianlah berakhirnya kehidupan jasmani mereka ketika mereka meninggalkan dunia orang hidup; setelah itu, mereka kembali ke tempat asal mereka di dunia roh. Apakah orang ini akan bereinkarnasi untuk kembali ke dunia dan melanjutkan pembinaan diri mereka sendiri atau tidak tergantung pada perilaku dan kebiasaan mereka sebelum kematian mereka. Jika mereka tidak melakukan kesalahan selama masa hidup mereka, mereka akan segera bereinkarnasi dan dikirim kembali ke dunia, di mana mereka akan sekali lagi menjadi biksu atau biksuni. Artinya, mereka berlatih membina diri sendiri selama masa hidup jasmani mereka sebagaimana mereka pertama kali berlatih membina diri, lalu mereka mati dan kembali ke alam roh setelah kehidupan jasmani mereka selesai, di mana mereka diperiksa. Setelah itu, jika tidak ada masalah, mereka dapat kembali sekali lagi ke dunia manusia, dan sekali lagi menganut agama Buddha dan melanjutkan pembinaan diri mereka. Setelah bereinkarnasi tiga hingga tujuh kali, mereka sekali lagi akan kembali ke dunia roh, ke tempat mereka pergi setiap kali kehidupan jasmani mereka berakhir. Jika berbagai kualifikasi dan perilaku mereka di dunia manusia sesuai dengan maklumat surgawi dari dunia roh, maka mulai saat ini dan seterusnya mereka akan tetap tinggal di sana; mereka tidak akan lagi bereinkarnasi sebagai manusia, juga tidak akan ada risiko mereka dihukum karena melakukan kejahatan di dunia. Mereka tidak akan pernah lagi mengalami proses ini. Sebaliknya, sesuai keadaan mereka, mereka akan menduduki jabatan di dunia roh. Inilah yang disebut umat Budha sebagai "mencapai Kebudhaan". Pencapaian Kebudhaan terutama berarti mencapai hasil dengan menjadi pejabat dunia roh dan, setelah itu, tidak lagi bereinkarnasi atau berisiko dihukum. Bahkan, hal tersebut berarti tidak lagi menanggung situasi yang buruk sebagai manusia setelah bereinkarnasi. Jadi, apakah masih ada kemungkinan mereka bereinkarnasi sebagai binatang? (Tidak.) Ini berarti bahwa mereka tetap mengambil peran di dunia roh, dan tidak akan bereinkarnasi lagi. Ini adalah salah satu contoh mencapai hasil Kebudhaan dalam agama Budha. Sedangkan bagi mereka yang tidak mencapai hasil, setelah mereka kembali ke dunia roh, mereka menjadi sasaran pemeriksaan dan verifikasi pejabat terkait, yang mendapati bahwa saat masih hidup, mereka tidak dengan rajin membina diri atau bersungguh-sungguh dalam membaca sutra dan melantunkan nama-nama Budha seperti yang ditentukan oleh agama Budha, dan sebaliknya, mereka berbuat banyak kejahatan, dan terlibat dalam banyak perilaku yang jahat. Kemudian, di dunia roh dibuat suatu keputusan tentang kejahatan mereka, dan sesudah itu mereka pasti akan dihukum. Dalam hal ini, tidak ada pengecualian. Jika demikian, kapankah orang seperti ini akan memperoleh hasil? Pada suatu kehidupan ketika mereka tidak melakukan kejahatan—ketika, setelah kembali ke dunia roh, terlihat bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun sebelum mereka meninggal. Mereka kemudian terus bereinkarnasi, terus membaca sutra dan melantunkan nama-nama Budha, melewati hari-hari mereka dengan cahaya dingin dan remang-remang dari lampu minyak, mereka tidak membunuh makhluk hidup apa pun, tidak makan daging, dan tidak mengambil bagian dalam dunia manusia, meninggalkan segala persoalannya jauh di belakang, dan tidak memiliki perselisihan dengan orang lain. Selama proses ini, bila mereka tidak melakukan kejahatan, maka mereka kembali ke dunia roh, dan setelah semua tindakan dan perilaku mereka diselidiki, mereka sekali lagi dikirim ke dunia manusia, dalam siklus yang berlangsung selama tiga sampai tujuh kali. Jika tidak ada pelanggaran selama masa ini, maka pencapaian Kebudhaan mereka akan tetap tidak terpengaruh, dan tidak akan tertunda. Inilah ciri dari siklus kehidupan dan kematian semua orang beriman: mereka mampu "mencapai hasil", dan menduduki jabatan di dunia roh. Inilah yang membedakan mereka dengan orang-orang tidak percaya. Pertama-tama, selama mereka masih hidup di dunia, bagaimana perilaku orang-orang yang mampu menduduki jabatan di dunia roh? Mereka sama sekali tidak boleh melakukan kejahatan: Mereka tidak boleh melakukan pembunuhan, pembakaran, pemerkosaan, atau penjarahan; jika mereka melakukan kecurangan, penipuan, pencurian, atau perampokan, mereka tidak dapat mencapai hasil. Dengan kata lain, jika mereka memiliki sangkut paut atau kaitan dengan kejahatan, mereka tidak akan dapat lolos dari hukuman dunia roh. Dunia roh membuat pengaturan yang sesuai bagi orang-orang Budha yang mencapai Kebudhaan: mereka mungkin ditugaskan untuk mengurus orang-orang yang tampaknya percaya pada agama Buddha, dan pada Orang Tua di Langit—mereka mungkin akan diberi wewenang hukum. Mereka mungkin hanya diberi tanggung jawab mengurus orang-orang tidak percaya atau menduduki jabatan-jabatan yang sangat tidak penting. Alokasi tersebut sesuai dengan natur jiwa-jiwa mereka. Ini merupakan contoh dari agama Buddha.

Di antara kelima agama yang telah kita bicarakan, Kekristenan agak istimewa. Apa yang membuat orang-orang Kristen istimewa? Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang benar. Bagaimana mungkin mereka yang percaya kepada Tuhan yang benar itu termasuk di sini? Karena Kekristenan itu adalah semacam iman, maka tidak diragukan lagi, Kekristenan hanya terkait dengan iman; itu adalah semacam tata cara, semacam agama, dan sesuatu yang berbeda dari iman orang-orang yang benar-benar mengikuti Tuhan. Alasan mengapa Aku memasukkannya dalam daftar lima agama besar adalah karena Kekristenan itu telah diturunkan ke tingkat yang sama seperti Yudaisme, Buddha, dan Islam. Kebanyakan orang Kristen tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, atau bahwa Dia berkuasa atas segala hal, apalagi percaya pada keberadaan-Nya. Sebaliknya, mereka hanya menggunakan Alkitab untuk berbicara tentang teologi dan menggunakan teologi untuk mengajar orang-orang agar berbuat baik, bertahan dalam penderitaan, dan melakukan hal-hal yang baik. Kekristenan telah menjadi agama semacam itu: Agama itu hanya berkonsentrasi pada teori-teori teologi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Tuhan dalam mengelola dan menyelamatkan manusia. Itu telah menjadi agama dari orang-orang yang mengikuti Tuhan, tetapi sebenarnya tidak diakui oleh Tuhan. Namun, Tuhan juga memiliki sebuah prinsip dalam pendekatan-Nya kepada orang-orang seperti itu. Dia tidak secara sembarangan menangani dan mengurus mereka sesuka hati, dengan cara yang sama seperti pada orang-orang tidak percaya. Dia memperlakukan mereka sama seperti Dia memperlakukan umat Buddha: Jika, ketika masih hidup, seorang Kristen bisa berlatih disiplin diri, mampu secara ketat menaati Sepuluh Perintah Tuhan dan menaati hukum dan perintah-perintah itu serta menuntut diri mereka sendiri untuk berperilaku menurut hukum-hukum dan perintah-perintah, dan jika mereka dapat mengikuti semua itu seumur hidup mereka, maka mereka juga harus menghabiskan jumlah waktu yang sama melewati siklus kehidupan dan kematian sebelum mereka benar-benar dapat mencapai apa yang disebut "pengangkatan". Setelah mencapai pengangkatan ini, mereka tetap tinggal di dunia roh, di mana mereka menduduki jabatan dan menjadi salah satu dari petugasnya. Demikian pula, jika mereka melakukan kejahatan di dunia, jika mereka terlalu berdosa dan melakukan terlalu banyak dosa, tidak dapat dihindari mereka akan dihukum dan didisiplinkan dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Dalam agama Buddha, mencapai hasil berarti masuk ke Tanah Suci Kebahagiaan Tertinggi, tetapi disebut apakah ini dalam agama Kristen? Ini disebut "masuk surga" dan "diangkat". Mereka yang benar-benar diangkat juga menjalani siklus kehidupan dan kematian tiga sampai tujuh kali, kemudian, setelah meninggal, mereka datang ke dunia roh, seolah-olah mereka telah jatuh tertidur. Jika mereka mencapai standar, mereka dapat tetap tinggal untuk memegang sebuah jabatan dan, tidak seperti orang-orang di bumi, mereka tidak akan bereinkarnasi dengan cara yang sederhana, atau menurut ketentuan.

Dari antara semua agama ini, akhir yang mereka bicarakan dan tujuan yang mereka perjuangkan sama dengan pencapaian hasil dalam agama Buddha; hanya saja "hasil" tersebut dicapai dengan cara yang berbeda. Semua tujuan akhirnya serupa. Untuk sebagian orang dari agama-agama ini, yang mampu menaati ajaran-ajaran agama dalam perilaku mereka, Tuhan memberi mereka tempat tujuan yang sesuai, tempat yang sesuai untuk dituju, dan menangani mereka dengan tepat. Semua ini masuk akal, tetapi tidak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang, kan? Sekarang, setelah mendengar tentang apa yang terjadi pada orang-orang dalam Kekristenan, bagaimana perasaanmu? Apakah engkau merasa bahwa penderitaan mereka tidak adil? Apakah engkau bersimpati terhadap mereka? (Sedikit.) Tidak ada yang bisa dilakukan; mereka hanya dapat menyalahkan diri mereka sendiri. Mengapa Aku berkata demikian? Pekerjaan Tuhan itu benar; Dia itu hidup dan nyata, dan pekerjaan-Nya ditujukan pada seluruh umat manusia dan setiap individu. Lalu, mengapa mereka tidak mau menerima hal ini? Mengapa mereka menentang dan menganiaya Tuhan dengan panik? Mereka seharusnya menganggap diri mereka beruntung, bahkan memiliki akhir seperti ini, jadi mengapa engkau semua merasa kasihan kepada mereka? Mereka ditangani dengan cara ini menunjukkan toleransi yang besar. Berdasarkan sejauh mana mereka menentang Tuhan, mereka seharusnya dihancurkan, namun Tuhan tidak melakukan hal ini; Dia justru menangani Kekristenan sama dengan agama biasa. Jadi, perlukah untuk membicarakan secara lebih rinci tentang agama-agama yang lain itu? Karakteristik yang khas dari semua agama ini adalah agar manusia dapat menahan lebih banyak penderitaan, tidak melakukan kejahatan, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, tidak menyumpahi orang lain, tidak menghakimi orang lain, menjauhkan diri dari perselisihan, dan menjadi orang baik—kebanyakan ajaran agama seperti ini. Oleh karena itu, jika orang-orang beriman ini—orang-orang dari berbagai agama dan golongan ini—dapat dengan teguh menaati ajaran-ajaran agama, mereka tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa besar sewaktu mereka berada di dunia; dan setelah bereinkarnasi tiga sampai tujuh kali, orang-orang ini, orang-orang yang mampu dengan teguh menaati ajaran-ajaran agama, akan tetap memegang jabatan di dunia roh. Apakah ada banyak orang seperti itu? (Tidak, tidak banyak.) Apakah dasar jawabanmu? Tidak mudah untuk berbuat baik, atau menaati aturan-aturan dan hukum-hukum agama itu. Agama Budha tidak mengizinkan manusia memakan daging—bisakah engkau melakukan itu? Jika engkau harus mengenakan jubah abu-abu dan membaca sutra dan melantunkan nama-nama Buddha di kuil Buddha sepanjang hari, bisakah engkau melakukannya? Itu tidak akan mudah. Kekristenan memiliki Sepuluh Perintah Tuhan, perintah-perintah dan hukum-hukum, apakah semua itu mudah untuk ditaati? Tidak! Ambillah contoh menyumpahi orang lain: Manusia tidak mampu menaati peraturan ini. Tidak mampu menahan diri, mereka mengumpat—dan setelah mengumpat mereka tidak dapat menariknya kembali, jadi apa yang mereka lakukan? Pada malam hari mereka mengakui dosa-dosa mereka. Terkadang setelah mereka menyumpahi orang lain, masih ada kebencian di dalam hati mereka, dan mereka bahkan sampai merencanakan kapan mereka akan menyakiti orang-orang itu lagi. Singkatnya, bagi mereka yang hidup di antara dogma-dogma yang mati ini, tidak mudah untuk tidak berdosa atau melakukan kejahatan. Oleh karena itu, di setiap agama, hanya sedikit orang yang benar-benar bisa mencapai hasil. Engkau mengira bahwa karena begitu banyaknya orang-orang yang menganut agama-agama ini, banyak yang akan dapat tetap tinggal dan memegang jabatan di alam roh. Namun, tidak sebanyak itu, hanya sedikit yang bisa mencapainya. Itulah gambaran secara umum siklus kehidupan dan kematian orang-orang beriman. Yang membedakan mereka adalah bahwa mereka dapat mencapai hasil, dan inilah yang membedakan mereka dengan orang-orang tidak percaya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 195

Siklus Kehidupan dan Kematian Para Pengikut Tuhan

Selanjutnya, marilah kita membicarakan siklus kehidupan dan kematian mereka yang mengikuti Tuhan. Ini menyangkut engkau semua, jadi perhatikanlah: Pertama, pikirkan bagaimana orang-orang yang mengikuti Tuhan bisa dikelompokkan. (Umat pilihan Tuhan dan para pelaku pelayanan.) Ada dua: umat pilihan Tuhan dan para pelaku pelayanan. Pertama, marilah kita berbicara tentang umat pilihan Tuhan, yang hanya ada sedikit. Apa yang dimaksud dengan "umat pilihan Tuhan"? Setelah Tuhan menciptakan segala sesuatu dan umat manusia, Tuhan memilih sekelompok orang yang akan mengikuti-Nya, dan mereka inilah yang disebut "umat pilihan Tuhan". Ada ruang lingkup khusus dan makna pilihan Tuhan atas orang-orang ini. Ruang lingkup itu khusus karena terbatas untuk sedikit orang yang terpilih, yang pasti datang setiap kali Tuhan melakukan pekerjaan yang penting. Dan apa maknanya? Karena mereka adalah sebuah kelompok yang dipilih oleh Tuhan, maka pastilah sangat penting. Artinya, Tuhan ingin melengkapi orang-orang ini, menyempurnakan mereka, dan setelah pekerjaan pengelolaan-Nya selesai, Dia akan mendapatkan orang-orang ini. Bukankah ini makna yang sangat penting? Jadi, umat pilihan ini sangat penting bagi Tuhan, karena mereka adalah orang-orang yang ingin Tuhan dapatkan. Sedangkan para pelaku pelayanan, baiklah, mari kita berhenti sejenak berbicara tentang takdir Tuhan, dan marilah kita terlebih dahulu berbicara tentang asal-usul mereka. Arti harfiah dari "pelaku pelayanan" adalah orang yang melayani. Mereka yang melayani bersifat sementara; mereka tidak melakukannya dalam jangka panjang, atau selamanya, tetapi dipekerjakan atau direkrut untuk sementara waktu. Sebagian besar dari mereka dipilih dari orang-orang tidak percaya. Mereka datang ke dunia ketika ditetapkan bahwa mereka akan mengambil peran sebagai pelaku pelayanan dalam pekerjaan Tuhan. Mereka mungkin telah menjadi binatang di kehidupan sebelumnya, tetapi mereka mungkin juga telah menjadi orang-orang tidak percaya. Demikianlah asal-usul para pelaku pelayanan.

Marilah kita bicarakan lebih lanjut umat pilihan Tuhan. Ketika mereka meninggal, Mereka pergi ke tempat yang sama sekali berbeda dari tempat orang-orang tidak percaya dan beragam orang beriman. Itu adalah sebuah tempat di mana mereka ditemani oleh para malaikat dan utusan Tuhan; itu adalah sebuah tempat yang secara pribadi diperintah oleh Tuhan. Meskipun di tempat ini umat pilihan Tuhan tidak dapat melihat Tuhan dengan mata mereka sendiri, tempat ini tidak seperti tempat-tempat lainnya di alam roh; ini adalah lokasi yang berbeda, di mana kelompok orang ini pergi setelah mereka meninggal. Ketika mereka meninggal, mereka juga tunduk pada penyelidikan yang ketat oleh para utusan Tuhan. Apa yang diselidiki? Para utusan Tuhan menyelidiki jalan yang ditempuh oleh orang-orang ini sepanjang hidup mereka dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, apakah selama waktu itu mereka pernah menentang Tuhan atau mengutuk-Nya, dan apakah mereka pernah melakukan dosa atau kejahatan berat. Penyelidikan ini menjawab pertanyaan apakah orang itu diizinkan tinggal atau harus pergi. Apa yang dimaksud dengan "pergi"? Apa yang dimaksud dengan "tinggal"? "Pergi" menunjukkan apakah, berdasarkan perilaku mereka, mereka tetap berada di barisan umat pilihan Tuhan atau tidak; diizinkan "tinggal" menunjukkan bahwa mereka dapat tetap berada di antara orang-orang yang dilengkapi oleh Tuhan selama akhir zaman. Bagi mereka yang tinggal, Tuhan memiliki pengaturan khusus. Selama masing-masing periode pekerjaan-Nya, Dia akan mengirimkan orang-orang semacam itu untuk bertindak sebagai rasul atau untuk melakukan pekerjaan menghidupkan kembali atau merawat gereja-gereja. Tetapi, orang-orang yang mampu melakukan pekerjaan seperti itu tidak bereinkarnasi sesering orang-orang yang tidak percaya, yang terlahir kembali dari generasi ke generasi; Sebaliknya, mereka dikembalikan ke dunia sesuai dengan kebutuhan dan langkah-langkah pekerjaan Tuhan, dan mereka tidak sering bereinkarnasi. Jadi apakah ada aturan tentang kapan mereka bereinkarnasi? Apakah mereka datang beberapa tahun sekali? Apakah mereka datang sesering itu? Tidak. Ini semua didasarkan pada pekerjaan Tuhan, pada langkah-langkah pekerjaan-Nya, dan kebutuhan-Nya, serta tidak ada aturan mengenai hal ini. Satu-satunya aturan adalah bahwa ketika Tuhan melakukan tahap terakhir dari pekerjaan-Nya selama akhir zaman, umat pilihan ini akan datang semuanya, dan kedatangan mereka semua ini akan menjadi reinkarnasi terakhir mereka. Mengapa demikian? Hal ini didasarkan pada kesudahan yang akan dicapai selama tahap terakhir pekerjaan Tuhan—karena selama tahap terakhir pekerjaan ini, Tuhan akan sepenuhnya melengkapi umat pilihan ini. Apa artinya ini? Jika, selama tahap akhir ini, orang-orang ini dilengkapi dan disempurnakan, mereka tidak akan bereinkarnasi seperti sebelumnya; proses mereka menjadi manusia akan berakhir sepenuhnya, seperti halnya proses reinkarnasi mereka. Ini berkenaan dengan mereka yang akan tinggal. Jadi pergi ke manakah mereka yang tidak bisa tinggal? Mereka yang tidak bisa tinggal mempunyai tempat yang pantas untuk pergi. Pertama-tama, sebagai akibat dari kejahatan mereka, kesalahan-kesalahan yang telah mereka buat, dan dosa-dosa yang telah mereka lakukan, mereka pun dihukum. Setelah mereka dihukum, Tuhan mungkin akan mengatur agar mereka berada di antara orang-orang tidak percaya sesuai keadaan, atau di antara beragam orang beriman. Dengan kata lain, ada dua keadaan yang mungkin bagi mereka: Salah satunya adalah setelah dihukum, mereka mungkin hidup di antara orang-orang dari agama tertentu ketika mereka bereinkarnasi, dan yang lainnya adalah mereka menjadi orang tidak percaya. Jika mereka menjadi orang tidak percaya, mereka akan kehilangan semua kesempatan. Namun, jika mereka menjadi orang yang beriman—jika, sebagai contohnya, mereka menjadi orang Kristen—mereka masih memiliki kesempatan untuk kembali di antara barisan umat pilihan Tuhan; ada pertalian yang sangat rumit mengenai ini. Singkatnya, jika salah seorang di antara umat pilihan Tuhan melakukan sesuatu yang menyinggung Tuhan, mereka akan dihukum sama seperti yang lainnya. Ambillah Paulus, sebagai contohnya, yang sebelumnya kita bicarakan. Paulus adalah contoh dari mereka yang dihukum. Apakah engkau semua mengerti apa yang sedang Aku bicarakan? Apakah ruang lingkup dari umat pilihan Tuhan itu pasti? (Sebagian besar ya.) Sebagian besar pasti, tetapi sebagian kecil tidak. Mengapa demikian? Di sini, Aku telah merujuk pada alasan yang paling nyata: melakukan kejahatan. Ketika mereka melakukan kejahatan, Tuhan tidak menginginkan mereka, dan ketika Tuhan tidak menginginkan mereka, Dia melemparkan mereka di antara berbagai ras dan tipe manusia. Ini membuat mereka tanpa harapan dan sulit untuk kembali. Semua ini berkenaan dengan siklus kehidupan dan kematian umat pilihan Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 196

Topik selanjutnya ini berhubungan dengan siklus kehidupan dan kematian para pelaku pelayanan. Kita baru saja membahas asal-usul para pelaku pelayanan itu; yaitu, mereka mengalami reinkarnasi setelah menjadi orang-orang tidak percaya dan binatang di kehidupan mereka sebelumnya. Dengan datangnya tahap terakhir pekerjaan, Tuhan telah memilih dari antara orang-orang tidak percaya sekelompok orang seperti itu, dan kelompok ini istimewa. Tujuan Tuhan memilih orang-orang seperti itu adalah agar mereka melayani pekerjaan-Nya. "Pelayanan" bukanlah sebuah kata yang terdengar sangat elok, juga bukan sesuatu yang sejalan dengan keinginan semua orang, tetapi kita harus melihat kepada siapa pelayanan itu ditujukan. Ada makna keberadaan para pelaku pelayanan Tuhan. Tidak ada orang lain yang bisa memainkan peran mereka, karena mereka dipilih oleh Tuhan. Apa peran para pelaku pelayanan ini? Untuk melayani umat pilihan Tuhan. Yang terutama, peran mereka adalah melayani pekerjaan Tuhan, bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan, dan mengakomodasi penyelesaian Tuhan atas umat pilihan-Nya. Terlepas dari apakah mereka sedang bersusah payah, melakukan beberapa pekerjaan, atau melakukan tugas-tugas tertentu, apa tuntutan Tuhan terhadap orang-orang ini? Apakah Dia sangat menuntut agar semua persyaratan-Nya mereka penuhi? (Tidak, Tuhan hanya meminta agar mereka setia.) Para pelaku pelayanan juga harus setia. Terlepas dari asal-usulmu, atau mengapa Tuhan memilihmu, engkau harus setia kepada Tuhan, kepada amanat yang Tuhan percayakan kepadamu, serta kepada pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu dan tugas yang engkau laksanakan. Bagi para pelaku pelayanan mampu bersikap setia dan memuaskan Tuhan, hasil apa yang akan mereka peroleh? Mereka akan bisa tinggal. Apakah menjadi pelaku pelayanan yang tetap tinggal adalah sebuah berkat? Apa artinya tinggal? Apa artinya berkat ini? Secara status; mereka tampaknya tidak seperti umat pilihan Tuhan, mereka tampak berbeda. Namun, pada kenyataannya, Apakah yang mereka nikmati dalam kehidupan ini tidak sama dengan yang dinikmati oleh umat pilihan Tuhan? Setidaknya, dalam kehidupan ini hal tersebut sama saja. Engkau semua tidak menyangkal hal ini, bukan? Perkataan Tuhan, kasih karunia Tuhan, penyediaan Tuhan, berkat Tuhan—siapa yang tidak menikmati hal-hal ini? Semua orang menikmati kelimpahan seperti itu. Identitas seorang pelaku pelayanan adalah seorang yang melakukan pelayanan, tapi bagi Tuhan, mereka adalah salah satu dari antara segala sesuatu yang diciptakan-Nya; hanya saja peran mereka adalah sebagai pelaku pelayanan. Baik pelaku pelayanan maupun umat pilihan Tuhan adalah makhluk Tuhan, tetapi adakah perbedaan antara keduanya? Sebenarnya tidak ada. Secara nama, ada perbedaan, secara substansi dan dalam hal peran yang mereka mainkan, ada perbedaan—tetapi Tuhan tidak memperlakukan kelompok orang-orang ini dengan tidak adil. Jadi, mengapa orang-orang ini ditetapkan sebagai pelaku pelayanan? Engkau semua harus memahami hal ini. Para pelaku pelayanan berasal dari orang-orang tidak percaya. Sebutan sebagai orang-orang tidak percaya memberitahu kita bahwa masa lalu mereka buruk: Mereka semua ateis, di masa lalu mereka adalah ateis; mereka tidak percaya kepada Tuhan, mereka memusuhi Tuhan, kebenaran, dan hal-hal yang positif. Mereka tidak percaya kepada Tuhan dan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Jadi, apakah mereka mampu memahami firman Tuhan? Dapat dikatakan bahwa, secara umum, mereka tidak mampu. Sama seperti binatang tidak mampu memahami perkataan manusia, para pelaku pelayanan tidak mengerti apa yang dikatakan Tuhan, apa yang Dia perlukan, mengapa Dia membuat tuntutan seperti itu. Mereka tidak mengerti; hal-hal ini tidak dapat dipahami oleh mereka, dan mereka tetap tidak tercerahkan. Karena alasan ini, orang-orang ini tidak memiliki kehidupan yang kita bicarakan. Tanpa kehidupan, bisakah orang memahami kebenaran? Apakah mereka diperlengkapi dengan kebenaran? Apakah mereka mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang firman Tuhan? (Tidak.) Demikianlah asal-usul para pelaku pelayanan. Namun, karena Tuhan menjadikan orang-orang ini pelaku pelayanan, masih ada standar persyaratan-Nya bagi mereka; Dia tidak meremehkan mereka, dan Dia tidak acuh tak acuh terhadap mereka. Meskipun mereka tidak mengerti firman-Nya dan tidak memiliki kehidupan, Tuhan tetap memperlakukan mereka dengan baik, dan masih ada standar dalam hal persyaratan-Nya terhadap mereka. Engkau semua baru saja membicarakan standar-standar ini: Setia kepada Tuhan, dan melakukan apa yang dikatakan-Nya. Dalam pelayananmu, engkau harus melayani di mana diperlukan, dan harus melayani sampai akhir. Jika engkau dapat menjadi pelaku pelayanan yang setia, dapat melayani sampai benar-benar akhir dan dapat memenuhi amanat yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, engkau akan menjalani kehidupan yang bernilai. Jika engkau bisa melakukan ini, engkau akan dapat tinggal. Jika engkau mengerahkan sedikit lagi upaya, jika engkau berusaha lebih keras, dapat melipatgandakan usahamu untuk mengenal Tuhan, dapat berbicara sedikit tentang pengenalan akan Tuhan, dapat menjadi saksi bagi Tuhan, dan terlebih lagi, jika engkau dapat memahami sesuatu tentang kehendak Tuhan, dapat bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan, dan cukup menyadari maksud Tuhan, maka engkau, sebagai pelaku pelayanan ini, akan memiliki perubahan keberuntungan. Dan akan seperti apakah perubahan keberuntungan ini? Engkau tidak bisa lagi tinggal. Tergantung pada perbuatan dan aspirasi serta pengejaran pribadimu, Tuhan akan menjadikanmu salah satu dari umat pilihan. Ini akan menjadi perubahan dalam keberuntunganmu. Bagi para pelaku pelayanan, apa yang terbaik tentang hal ini? Yang terbaik adalah bahwa mereka dapat menjadi salah satu umat pilihan Tuhan. Jika demikian, itu berarti mereka tidak lagi bereinkarnasi sebagai binatang layaknya orang tidak percaya. Apakah itu bagus? Ya, dan itu adalah kabar baik. Artinya, para pelaku pelayanan dapat dibentuk. Tidak demikian halnya bagi seorang pelaku pelayanan, ketika Tuhan menetapkan dia untuk melayani, bukan berarti dia akan melakukan hal itu untuk selamanya; belum tentu demikian. Tuhan akan menanganinya dan menanggapinya dengan cara yang sesuai perbuatan masing-masing individu.

Namun, ada para pelaku pelayanan yang tidak dapat melayani sampai akhir; ada orang-orang yang menyerah di tengah jalan dan meninggalkan Tuhan selama pelayanan mereka, dan ada orang-orang yang melakukan banyak hal buruk. Bahkan, ada orang-orang yang menyebabkan kerusakan yang sangat besar dan menimbulkan kehancuran yang luar biasa terhadap pekerjaan Tuhan, dan bahkan ada pelaku pelayanan yang mengutuk Tuhan, dan seterusnya. Apa artinya konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki ini? Tindakan jahat apa pun yang semacam itu akan berarti dihentikannya pelayanan mereka. Karena perbuatanmu selama pelayananmu terlalu buruk dan karena engkau telah melangkah terlalu jauh, ketika Tuhan melihat bahwa pelayananmu tidak memenuhi standar, Dia akan menganggapmu tidak memenuhi syarat untuk melayani, Dia tidak akan mengizinkanmu melayani; Dia akan menghapus engkau dari hadapan-Nya, dan dari rumah Tuhan. Bukankah engkau yang tidak ingin melayani? Bukankah engkau selalu ingin melakukan kejahatan? Bukankah engkau selalu tidak setia? Baiklah jika demikian, ada jalan keluar yang mudah: engkau akan dianggap tidak memenuhi syarat untuk melayani. Bagi Tuhan, menganggap seorang pelaku pelayanan tidak memenuhi syarat untuk melayani sama dengan menyatakan akhir dari pelaku pelayanan ini, dan mereka tidak lagi memenuhi syarat untuk melayani Tuhan. Tuhan tidak lagi membutuhkan pelayanan mereka, dan tidak peduli hal-hal baik apa pun yang mungkin mereka katakan, kata-kata itu akan sia-sia. Ketika semuanya telah sampai pada titik ini, situasi ini sudah tidak dapat diperbaiki lagi; pelaku pelayanan seperti ini tidak akan bisa kembali. Bagaimana Tuhan menangani para pelaku pelayanan seperti ini? Apakah Dia sekadar menghentikan mereka melayani? Tidak. Apakah Dia sekadar mencegah mereka tetap tinggal? Atau, apakah Dia menempatkan mereka ke satu sisi, dan menunggu mereka untuk berbalik? Tidak. Tuhan tidak begitu mengasihi para pelaku pelayanan itu, sungguh. Jika seseorang memiliki sikap seperti ini dalam pelayanan mereka kepada Tuhan, maka Tuhan akan menganggap mereka tidak memenuhi syarat untuk melayani, dan akan sekali lagi melemparkan mereka kembali di antara orang-orang tidak percaya. Bagaimana nasib seorang pelaku pelayanan yang telah dilemparkan kembali di antara orang-orang tidak percaya? Nasibnya sama dengan nasib orang-orang tidak percaya: bereinkarnasi sebagai binatang dan menerima hukuman yang sama dengan orang-orang tidak percaya di dunia roh. Selain itu, Tuhan tidak akan menaruh perhatian secara pribadi pada hukuman mereka, karena mereka tidak lagi memiliki sangkut paut dengan pekerjaan Tuhan. Ini bukan saja akhir dari kehidupan iman mereka kepada Tuhan, melainkan juga akhir dari nasib mereka sendiri, pernyataan nasib mereka. Jadi, jika para pelaku pelayanan melayani dengan buruk, mereka harus menanggung konsekuensinya sendiri. Jika seorang pelaku pelayanan tidak mampu melayani sampai akhir, atau dianggap tidak memenuhi syarat untuk melayani di tengah jalan, mereka akan dilemparkan di antara orang-orang tidak percaya—dan jika ini terjadi, orang ini akan diperlakukan sama seperti ternak, dengan cara yang sama seperti orang yang tidak memiliki kecerdasan atau rasionalitas. Ketika Aku menjelaskannya dengan cara seperti itu, engkau bisa mengerti, bukan?

Di atas adalah cara Tuhan menangani siklus kehidupan dan kematian umat pilihan-Nya dan para pelaku pelayanan. Bagaimana perasaanmu setelah mendengar hal ini? Apakah Aku pernah berbicara tentang topik ini? Apakah Aku pernah berbicara tentang umat pilihan Tuhan dan para pelaku pelayanan? Sebenarnya Aku sudah pernah, tetapi engkau semua tidak ingat. Tuhan itu adil terhadap umat pilihan-Nya dan para pelaku pelayanan. Dalam segala hal Dia adil, bukan? Dapatkah engkau menemukan kesalahan dalam hal ini? Apakah tidak ada orang-orang yang akan mengatakan: "Mengapa Tuhan sangat toleran terhadap umat pilihan? Mengapa Dia kurang sabar terhadap para pelaku pelayanan?" Apakah ada yang ingin membela para pelaku pelayanan? "Dapatkah Tuhan memberi para pelaku pelayanan lebih banyak waktu, dan lebih sabar dan toleran terhadap mereka?" Apakah perkataan ini benar? (Tidak, tidak benar.) Mengapa perkataan ini tidak benar? (Karena kita sebenarnya telah melihat kebaikan hati Tuhan yang telah menjadikan kita pelaku pelayanan.) Para pelaku pelayanan sesungguhnya telah melihat kebaikan hati Tuhan yang telah memperkenankan mereka untuk melayani! Tanpa gelar "pelaku pelayanan", dan tanpa pekerjaan yang mereka lakukan, akan berada di manakah orang-orang ini? Mereka akan berada di antara orang-orang tidak percaya, hidup dan meninggal bersama ternak. Betapa besarnya anugerah yang mereka nikmati saat ini, diperkenankan untuk datang ke hadapan Tuhan dan datang ke rumah Tuhan! Ini adalah anugerah yang luar biasa! Jika Tuhan tidak memberi engkau kesempatan untuk melayani, engkau tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk datang ke hadapan Tuhan. Setidaknya, bahkan seandainya engkau adalah seorang penganut agama Buddha dan telah mencapai hasil, paling-paling engkau hanyalah seorang pesuruh di dunia roh; engkau tidak akan pernah berjumpa dengan Tuhan, atau mendengar suara-Nya, atau mendengar firman-Nya, atau merasakan kasih dan berkat-Nya, dan engkau tidak akan mungkin pernah berhadapan muka dengan-Nya. Satu-satunya hal yang ada di hadapan para penganut agama Buddha adalah tugas-tugas yang sederhana. Mereka tidak mungkin bisa mengenal Tuhan, mereka hanya menurut dan taat, sedangkan para pelaku pelayanan mendapatkan begitu banyak selama tahap pekerjaan ini! Pertama-tama, mereka dapat berhadapan dengan Tuhan secara tatap muka, mendengar suara-Nya, mendengar firman-Nya, serta mengalami anugerah dan berkat yang diberikan-Nya kepada manusia. Terlebih lagi, mereka dapat menikmati firman dan kebenaran yang dianugerahkan oleh Tuhan. Mereka benar-benar mendapatkan banyak hal! Jadi jika, sebagai seorang pelaku pelayanan, engkau bahkan tidak dapat berusaha dengan benar, akankah Tuhan tetap mempertahankan engkau? Dia tidak bisa mempertahankan engkau. Dia tidak meminta banyak darimu, tetapi engkau tidak melakukan apa pun yang diminta-Nya dengan benar, engkau belum setia pada tugasmu. Karena itu, tanpa ragu, Tuhan tidak bisa mempertahankan engkau. Demikianlah watak Tuhan yang benar. Tuhan tidak memanjakan engkau, tetapi Dia juga tidak pandang bulu terhadap engkau. Demikianlah prinsip-prinsip yang digunakan Tuhan dalam bertindak. Tuhan bertindak seperti ini terhadap semua orang dan makhluk.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 197

Jika berbagai makhluk di dalamnya melakukan sesuatu yang salah dan tidak melakukan pekerjaan mereka dengan benar, Tuhan juga memiliki maklumat dan ketetapan surgawi yang sesuai untuk menangani mereka; ini mutlak. Oleh karena itu, selama beberapa ribu tahun pekerjaan pengelolaan Tuhan, beberapa pelaku tugas yang melakukan kesalahan telah dimusnahkan, sedangkan beberapa, saat ini, masih ditahan dan dihukum. Inilah yang harus dihadapi oleh setiap makhluk di dunia roh. Jika mereka berbuat salah atau melakukan kejahatan, mereka dihukum—dan ini sama dengan pendekatan Tuhan kepada umat pilihan-Nya dan para pelaku pelayanan. Jadi, baik di dunia roh atau pun dunia materi, prinsip-prinsip yang digunakan Tuhan dalam bertindak tidak berubah. Terlepas dari apakah engkau dapat melihat tindakan Tuhan atau tidak, prinsip-prinsipnya tidak berubah. Sepanjang zaman, Tuhan telah memiliki prinsip yang sama dalam pendekatan-Nya terhadap segala sesuatu dan dalam penanganan-Nya atas segala sesuatu. Ini tidak dapat diubah. Tuhan akan bersikap baik terhadap orang-orang tidak percaya yang hidup dengan cukup baik, dan akan memberikan kesempatan bagi orang-orang di setiap agama yang berperilaku baik dan tidak melakukan kejahatan, memperkenankan mereka untuk memainkan peran mereka dalam segala sesuatu yang dikelola oleh Tuhan dan melakukan apa yang mereka harus lakukan. Demikian pula, di antara mereka yang mengikuti Tuhan, di antara umat pilihan-Nya, Tuhan tidak pandang bulu terhadap siapa pun menurut prinsip-prinsip-Nya. Dia baik terhadap semua orang yang mampu dengan tulus mengikuti Dia, dan mengasihi semua orang yang dengan tulus mengikuti Dia. Hanya saja untuk beberapa tipe manusia ini—orang-orang tidak percaya, beragam orang beriman, dan umat pilihan Tuhan—apa yang dianugerahkan-Nya kepada mereka berbeda-beda. Ambillah contoh orang-orang tidak percaya: Meskipun mereka tidak percaya kepada Tuhan, dan Tuhan memandang mereka sebagai binatang buas, di antara segala sesuatu masing-masing dari mereka memiliki makanan untuk dimakan, tempat mereka sendiri, dan siklus kehidupan dan kematian yang normal. Mereka yang melakukan kejahatan dihukum, dan mereka yang berbuat baik diberkati dan menerima kebaikan Tuhan. Bukankah demikian adanya? Bagi orang-orang beriman, jika mereka dapat secara teguh menaati ajaran agama setiap kali dilahirkan kembali, maka setelah semua reinkarnasi ini Tuhan pada akhirnya akan membuat pernyataan-Nya kepada mereka. Demikian pula, bagi engkau saat ini, apakah engkau adalah salah satu umat pilihan Tuhan atau seorang pelaku pelayanan, Tuhan juga akan membawa engkau ke dalam barisan ini dan menentukan hasil akhirmu sesuai dengan peraturan dan ketetapan administratif yang telah ditentukan-Nya. Di antara beberapa tipe orang ini—berbagai tipe orang beriman, yang termasuk dalam berbagai agama—sudahkah Tuhan memberi mereka ruang hidup? Di manakah orang-orang Yahudi? Apakah Tuhan telah ikut campur dalam iman mereka? Tidak, bukan? Bagaimana dengan orang-orang Kristen? Dia juga tidak ikut campur. Dia memperkenankan mereka untuk menaati prosedur mereka sendiri, tidak berbicara kepada mereka, atau memberi mereka pencerahan, terlebih lagi, tidak mengungkapkan apa pun kepada mereka: "Jika engkau pikir itu benar, percayalah dengan cara itu." Orang-orang Katolik percaya kepada Maria, dan bahwa melalui Marialah kabar-kabar disampaikan kepada Yesus; seperti itulah bentuk kepercayaan mereka. Apakah Tuhan pernah mengoreksi iman mereka? Tuhan memberi mereka kebebasan, Dia tidak menghiraukan mereka dan memberi mereka ruang tertentu untuk hidup. Terhadap umat Muslim dan Buddha, apakah Dia juga seperti itu? Dia telah menetapkan batas-batas bagi mereka, dan memperkenankan mereka untuk memiliki ruang hidup mereka sendiri, tanpa campur tangan dalam agama mereka masing-masing. Semuanya tertata dengan baik. Apa yang engkau lihat dalam semua ini? Bahwa Tuhan memiliki otoritas, tetapi Dia tidak menyalahgunakan otoritas-Nya. Tuhan menyusun segala sesuatu dengan tatanan yang sempurna dan dan melakukannya dengan teratur, di sinilah letak hikmat dan kemahakuasaan-Nya.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 198

Identitas dan Status Tuhan itu Sendiri

Tuhan adalah Pribadi yang berkuasa atas segala sesuatu dan memerintah segala sesuatu. Dia menciptakan segala sesuatu yang ada, Dia memerintah segala sesuatu yang ada, Dia berkuasa atas segala sesuatu yang ada, dan Dia menyediakan bagi segala sesuatu yang ada. Inilah status Tuhan, dan identitas Tuhan. Bagi segala sesuatu dan semua yang ada, identitas sejati dari Tuhan adalah Sang Pencipta dan Penguasa atas segala sesuatu. Demikianlah identitas yang dimiliki oleh Tuhan, dan Dia unik di antara segala sesuatu. Tidak satu pun dari makhluk ciptaan Tuhan—apakah mereka berada di antara umat manusia atau di dunia roh—dapat menggunakan cara atau alasan apa pun untuk menirukan atau menggantikan identitas dan status Tuhan, karena hanya ada Satu di antara segala sesuatu yang memiliki identitas, kekuasaan, otoritas, dan kemampuan untuk berkuasa atas segala sesuatu: Tuhan kita yang unik itu sendiri. Dia hidup dan bergerak di antara segala sesuatu; Dia bisa naik ke tempat tertinggi, di atas segalanya; Dia dapat merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia, menjadi salah satu di antara manusia yang terdiri dari daging dan darah, berhadapan muka dengan orang-orang dan berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersama mereka. Pada saat yang bersamaan, Dia memerintah segala sesuatu yang ada, menentukan nasib dari segala sesuatu yang ada, dan menentukan ke arah mana segala sesuatu bergerak. Selain itu, Dia membimbing nasib seluruh umat manusia, dan mengendalikan arah tujuan umat manusia. Tuhan seperti ini harus disembah, ditaati, dan dikenal oleh semua makhluk hidup. Jadi, tidak peduli dari kelompok dan tipe mana engkau berasal, percaya kepada Tuhan, mengikuti Tuhan, menghormati Tuhan, menerima kekuasaan-Nya, dan menerima pengaturan Tuhan atas nasibmu merupakan satu-satunya pilihanmu—dan pilihan yang perlu—bagi siapa pun dan bagi makhluk hidup manapun. Dalam keunikan Tuhan, manusia melihat bahwa otoritas-Nya, watak-Nya yang benar, hakikat-Nya, dan cara-cara-Nya dalam menyediakan segala sesuatu semuanya unik; Keunikan ini menentukan identitas sejati dari Tuhan itu sendiri, dan itu menentukan status-Nya. Karena itu, di antara semua makhluk, jika ada makhluk hidup di dunia roh atau di antara umat manusia yang ingin menggantikan Tuhan, hal itu tidak mungkin, karena itu berarti mencoba menirukan Tuhan. Inilah kenyataannya. Apa persyaratan dari Sang Pencipta dan Penguasa seperti ini, yang memiliki identitas, kekuasaan, dan status Tuhan sendiri? Ini harus jelas bagi semua orang, dan harus diingat oleh mereka; ini sangat penting baik bagi Tuhan maupun manusia!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 199

Berbagai Sikap Umat Manusia Terhadap Tuhan

Bagaimana perilaku manusia terhadap Tuhan menentukan nasib mereka, dan menentukan bagaimana Tuhan berperilaku terhadap mereka dan menangani mereka. Pada titik ini, Aku akan memberikan beberapa contoh bagaimana perilaku manusia terhadap Tuhan. Marilah kita mendengarkan dan melihat apakah tata krama dan sikap mereka terhadap Tuhan benar atau tidak. Marilah kita pertimbangkan perilaku dari tujuh tipe manusia berikut:

1) Ada sebuah tipe manusia yang sikapnya terhadap Tuhan sangat tidak masuk akal. Mereka mengira Tuhan itu seperti Bodhisatwa atau makhluk kudus yang berasal dari kisah manusia, yang menghendaki manusia untuk membungkuk tiga kali ketika mereka berjumpa dan menyalakan dupa setelah mereka makan. Akibatnya, setiap kali mereka merasa sangat bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya dan bersyukur kepada-Nya, mereka sering memiliki dorongan semacam itu. Mereka sangat berharap bahwa Tuhan yang mereka percayai saat ini bisa, seperti makhluk kudus yang mereka rindukan dalam hati mereka, dapat menerima cara mereka membungkuk tiga kali ketika mereka berjumpa, dan menyalakan dupa setelah makan.

2) Beberapa orang melihat Tuhan sebagai Budha yang hidup dan mampu melepaskan semua yang hidup dari penderitaan dan menyelamatkan mereka; mereka memandang-Nya sebagai Buddha yang hidup yang mampu melepaskan mereka dari lautan kesengsaraan. Kepercayaan dari orang-orang ini kepada Tuhan merupakan penyembahan kepada Tuhan sebagai Budha. Meskipun mereka tidak menyalakan dupa, bersujud, atau memberi persembahan, di dalam hati mereka Tuhan mereka hanyalah seorang Budha semacam itu, yang semata-mata meminta agar mereka baik dan murah hati, agar mereka tidak membunuh makhluk hidup apa pun, tidak memaki orang lain, menjalani hidup yang tampaknya jujur, dan tidak melakukan sesuatu pun yang buruk. Mereka percaya bahwa ini semua yang Dia minta dari mereka; Inilah Tuhan di dalam hati mereka.

3) Beberapa orang menyembah Tuhan seolah-olah Dia adalah seseorang yang hebat atau terkenal. Misalnya, dengan cara apa pun orang hebat ini suka berbicara, dengan intonasi apa pun yang dia ucapkan, kata-kata dan kosakata yang digunakannya, nada suaranya, gerakan tangannya, pendapat dan tindakannya, sikapnya—mereka menirukan semuanya, dan ini adalah hal-hal yang harus sepenuhnya mereka bangkitkan dalam iman mereka kepada Tuhan.

4) Beberapa orang memandang Tuhan sebagai seorang raja, merasa bahwa Dia berada di atas segalanya, dan tidak seorang pun berani menyinggung-Nya—dan jika ada yang melakukannya, mereka akan dihukum. Mereka menyembah raja seperti itu karena raja-raja memiliki tempat khusus di hati mereka. Pemikiran, tata cara, otoritas, dan natur mereka—bahkan minat dan kehidupan pribadi mereka—semuanya menjadi sesuatu yang harus dipahami orang-orang ini; semuanya menjadi persoalan dan masalah yang mereka pedulikan, sehingga mereka menyembah Tuhan sebagai raja. Bentuk kepercayaan semacam itu konyol.

5) Beberapa orang memiliki iman khusus pada keberadaan Tuhan yang sangat mendalam dan tidak tergoyahkan. Karena pengetahuan mereka tentang Tuhan begitu dangkal dan mereka tidak memiliki banyak pengalaman tentang firman Tuhan, mereka menyembah-Nya sebagai berhala. Berhala inilah Tuhan di dalam hati mereka; sesuatu yang harus mereka takuti dan sembah, harus mereka ikuti dan tirukan. Mereka memandang Tuhan sebagai berhala, yang harus mereka ikuti sepanjang hidup mereka. Mereka meniru nada yang digunakan Tuhan untuk berbicara, dan secara lahiriah mereka meniru orang-orang yang disukai Tuhan. Mereka sering melakukan hal-hal yang tampaknya polos, murni, dan jujur, dan mereka bahkan mengikuti berhala ini seperti pasangan atau pendamping yang tidak mungkin terpisahkan dari mereka. Itulah bentuk kepercayaan mereka.

6) Ada satu jenis orang yang, meskipun telah membaca banyak firman Tuhan dan banyak mendengar khotbah, merasakan jauh di lubuk hati mereka bahwa satu-satunya prinsip yang mendasari perilaku mereka terhadap Tuhan adalah bahwa mereka harus selalu menyanjung dan menjilat, atau harus memuji Tuhan dan menyanjung-Nya dengan cara yang tidak realistis. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang menuntut mereka untuk berperilaku seperti itu. Terlebih lagi, mereka percaya bahwa jika mereka tidak melakukannya, maka mereka dapat memancing kemarahan-Nya atau berdosa kepada-Nya, dan sebagai akibat dari dosa itu, Tuhan akan menghukum mereka. Seperti itulah Tuhan di dalam hati mereka.

7) Kemudian ada sebagian besar orang, yang menemukan makanan rohani di dalam Tuhan. Ini karena mereka hidup di dunia ini, mereka tidak memiliki kedamaian atau kebahagiaan, dan mereka tidak menemukan penghiburan di mana pun; setelah mereka menemukan Tuhan, ketika mereka telah melihat dan mendengar firman-Nya, mereka secara diam-diam bersukacita dan bergembira. Ini karena mereka percaya bahwa mereka pada akhirnya telah menemukan suatu tempat yang akan membuat mereka bahagia, dan bahwa mereka pada akhirnya telah menemukan Tuhan yang akan memberi mereka makanan rohani. Setelah mereka menerima Tuhan dan mulai mengikuti Dia, mereka menjadi bahagia, dan hidup mereka terpenuhi. Mereka tidak lagi bertindak seperti orang-orang tidak percaya, yang berjalan dalam tidur di sepanjang hidup seperti binatang, dan mereka merasa bahwa mereka memiliki sesuatu yang mereka nanti-nantikan dalam hidup. Jadi, mereka berpikir bahwa Tuhan ini dapat memuaskan kebutuhan rohani mereka dan membawa kebahagiaan yang besar baik dalam pikiran maupun roh mereka. Tanpa disadari, mereka menjadi tidak mampu meninggalkan Tuhan yang memberi mereka makanan rohani ini, dan yang membawa kebahagiaan pada roh dan pada seluruh anggota keluarga mereka. Mereka percaya bahwa kepercayaan kepada Tuhan tidak memerlukan apa pun lagi selain diberikannya makanan rohani.

Apakah sikap terhadap Tuhan dari berbagai tipe orang yang disebutkan di atas ada di antara engkau semua? (Ya.) Jika, dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, hati seseorang memiliki salah satu dari sikap-sikap itu, apakah mereka mampu untuk benar-benar datang ke hadapan Tuhan? Jika seseorang memiliki salah satu dari sikap-sikap ini di dalam hati mereka, apakah mereka percaya kepada Tuhan? Apakah orang semacam itu percaya kepada Tuhan yang unik itu sendiri? (Tidak.) Karena engkau tidak percaya kepada Tuhan yang unik itu sendiri, siapakah yang engkau percayai? Jika yang engkau percayai bukanlah Tuhan yang unik itu sendiri, mungkin saja engkau percaya pada sebuah berhala, atau seorang yang hebat, atau Bodhisatwa, atau bahwa engkau menyembah Budha dalam hatimu. Selain itu, mungkin saja engkau percaya kepada orang biasa. Singkatnya, karena beragam bentuk kepercayaan dan sikap manusia terhadap Tuhan, manusia menempatkan Tuhan berdasarkan pemahaman mereka sendiri di dalam hati mereka, mereka memaksakan imajinasi mereka pada Tuhan, menempatkan sikap dan gambaran mereka tentang Tuhan berdampingan dengan Tuhan yang unik itu sendiri, dan setelah itu, mengangkat hal-hal tersebut untuk disucikan. Apa artinya ketika manusia memiliki sikap yang tidak pantas seperti itu terhadap Tuhan? Itu berarti bahwa mereka telah menolak Tuhan yang benar itu sendiri dan menyembah Tuhan yang palsu; dan itu berarti bahwa pada saat yang bersamaan dengan percaya kepada Tuhan, mereka menolak dan menentang Dia, dan mereka mengingkari keberadaan Tuhan yang benar. Jika manusia terus memegang kepercayaan semacam itu, apa konsekuensi yang akan mereka hadapi? Dengan bentuk kepercayaan seperti itu, apakah mereka mampu lebih mendekat untuk memenuhi semua persyaratan Tuhan? (Tidak, mereka tidak mampu.) Sebaliknya, karena gagasan dan gambaran mereka, manusia akan menjadi semakin jauh dari jalan Tuhan, karena arah yang mereka cari berlawanan dengan arah yang Tuhan kehendaki dari mereka. Pernahkah engkau semua mendengar kisah tentang "pergi ke selatan dengan mengendarai kereta ke utara"? Ini mungkin akan menjadi sebuah kasus pergi ke selatan dengan mengendarai kereta ke utara. Jika manusia percaya kepada Tuhan dengan cara yang menggelikan seperti itu, maka semakin keras engkau mencoba, semakin jauh engkau dari Tuhan. Karena itu Aku menasihatkan hal ini kepadamu: Sebelum engkau semua pergi, pertama-tama engkau harus mengetahui dengan jelas apakah engkau akan pergi ke arah yang benar. Berfokuslah pada upayamu, dan pastikan untuk bertanya pada dirimu sendiri, "Apakah Tuhan yang aku percaya adalah Penguasa atas segala sesuatu? Apakah Tuhan yang aku percaya ini hanyalah seseorang yang memberiku makanan rohani? Apakah Dia hanya berhala bagiku? Apa yang diminta oleh Tuhan yang kupercayai ini dariku? Apakah Tuhan menyetujui semua yang kulakukan? Apakah semua yang kulakukan dan kejar adalah upaya untuk mengenal Tuhan? Apakah itu semua sesuai dengan semua persyaratan yang Tuhan minta dariku? Apakah jalan yang kulalui diakui dan disetujui oleh Tuhan? Apakah Tuhan puas dengan imanku?" Engkau harus sering dan berulang kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri. Jika engkau ingin mencari pengetahuan tentang Tuhan, engkau harus memiliki kesadaran dan tujuan yang jelas sebelum engkau dapat memuaskan Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 200

Sikap yang Tuhan Kehendaki Untuk Dimiliki Umat Manusia Terhadap Dia

Pada kenyataannya, Tuhan tidak terlalu menuntut terhadap umat manusia—atau setidaknya, Dia tidak semenuntut yang manusia bayangkan. Jika Tuhan tidak mengucapkan firman, dan jika Ia tidak mengungkapkan watak-Nya atau perbuatan-Nya, maka mengenal Tuhan akan sangat sulit bagi engkau semua, karena manusia harus menyimpulkan maksud dan kehendak-Nya; ini akan sulit sekali dilakukan. Namun, di tahap akhir pekerjaan-Nya, Tuhan telah mengucapkan banyak firman, melakukan banyak pekerjaan, dan membuat banyak persyaratan terhadap manusia. Dalam firman-Nya, dan pekerjaan-Nya yang sangat banyak, Dia telah memberitahukan kepada manusia apa yang Dia sukai, apa yang Dia benci, dan harus menjadi manusia seperti apakah mereka. Setelah memahami perkara-perkara ini, mereka seharusnya memiliki definisi yang tepat di dalam hati mereka tentang semua persyaratan Tuhan, karena mereka tidak percaya kepada Tuhan di dalam ketidakjelasan dan mereka tidak lagi percaya kepada Tuhan yang samar, ataupun beriman kepada Tuhan di tengah ketidakjelasan atau ketiadaan; Sebaliknya, manusia dapat mendengar perkataan-Nya, memahami standar persyaratan-Nya, dan mencapainya, dan Tuhan menggunakan bahasa manusia untuk memberi tahu manusia semua yang harus mereka ketahui dan pahami. Saat ini, jika manusia masih tidak menyadari siapa Tuhan itu dan apa yang Dia minta dari mereka; jika Mereka tidak tahu mengapa seseorang harus percaya kepada Tuhan, atau bagaimana mereka harus percaya kepada Tuhan dan memperlakukan-Nya—maka ada masalah dalam hal ini. ... Persyaratan-persyaratan Tuhan yang benar bagi umat manusia dan mereka yang mengikuti-Nya adalah sebagai berikut. Dia memerlukan lima hal dari mereka yang mengikuti-Nya: kepercayaan yang benar, mengikuti dengan setia, ketaatan mutlak, pengetahuan yang benar, dan penghormatan dengan sepenuh hati.

Dalam kelima hal ini, Tuhan menghendaki agar manusia tidak lagi menyangsikan Dia atau mengikuti Dia dengan menggunakan imajinasi mereka atau sudut pandang yang samar dan abstrak; mereka tidak boleh mengikuti Tuhan berdasarkan gambaran atau gagasan apa pun. Tuhan menghendaki agar setiap orang yang mengikuti Dia melakukannya dengan setia, tidak setengah hati atau tanpa komitmen. Ketika Tuhan membuat persyaratan apa pun darimu, mengujimu, menghakimimu, menanganimu dan memangkasmu, atau mendisiplinkan dan memukulmu, engkau harus benar-benar taat kepada-Nya. Engkau tidak boleh menanyakan penyebabnya atau mengajukan syarat, apalagi membicarakan alasannya. Ketaatanmu haruslah mutlak. Pengenalan akan Tuhan adalah bidang di mana manusia sangatlah kurang. Mereka sering memaksakan kepada Tuhan perkataan-perkataan, ucapan-ucapan, dan kata-kata yang tidak bersangkut paut dengan-Nya, percaya bahwa kata-kata seperti itu merupakan definisi yang paling tepat dari pengenalan akan Tuhan. Mereka nyaris tidak mengetahui bahwa perkataan-perkataan ini, yang berasal dari imajinasi manusia, penalaran mereka sendiri, dan pengetahuan mereka sendiri, tidak sedikit pun berkaitan dengan hakikat Tuhan. Jadi, Aku ingin memberi tahu engkau semua bahwa, dalam hal pengetahuan yang dikehendaki oleh Tuhan dalam diri manusia, Tuhan bukan semata-mata meminta agar engkau mengenali Tuhan dan firman-Nya, tetapi agar pengetahuanmu tentang Tuhan itu juga benar. Sekalipun engkau hanya dapat mengatakan satu kalimat, atau hanya sedikit mengetahuinya, sedikit kesadaran ini tepat dan benar, dan sesuai dengan hakikat Tuhan sendiri. Ini karena Tuhan membenci pujian dan sanjungan manusia tentang diri-Nya yang tidak realistis dan tidak dipertimbangkan dengan baik. Lebih daripada itu, Dia benci ketika manusia memperlakukan diri-Nya seperti udara. Dia benci ketika, dalam diskusi mengenai Tuhan, manusia berbicara tanpa fakta, berbicara sesuka hati dan tanpa ragu-ragu, mengatakan apa saja yang mereka anggap sesuai. Selain itu, Dia membenci mereka yang percaya bahwa mereka mengenal Tuhan dan menyombongkan pengetahuan mereka tentang Tuhan, membahas topik yang berhubungan dengan Tuhan tanpa menerapkan batasan maupun kehati-hatian. Yang terakhir dari kelima persyaratan itu adalah penghormatan dengan sepenuh hati. Ini adalah persyaratan Tuhan yang utama terhadap semua orang yang mengikuti Dia. Ketika seseorang memiliki pengetahuan yang tepat dan benar tentang Tuhan, mereka dapat benar-benar menghormati Tuhan dan menjauhi kejahatan. Penghormatan ini berasal dari lubuk hati mereka; dan bersifat sukarela, bukan karena Tuhan telah menekan mereka. Tuhan tidak meminta agar engkau menunjukkan sikap, atau perbuatan, atau perilaku lahiriah yang menyenangkan-Nya; sebaliknya, Dia meminta agar engkau menghormati-Nya dan takut akan Dia dari lubuk hatimu. Penghormatan ini adalah hasil dari perubahan dalam watak hidupmu, karena engkau memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan pemahaman tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, pemahaman tentang hakikat Tuhan, dan pengakuanmu bahwa engkau adalah salah satu dari makhluk-makhluk Tuhan. Oleh karena itu, tujuan-Ku menggunakan kata "sepenuh hati" untuk mendefinisikan penghormatan di sini adalah agar umat manusia memahami bahwa penghormatan mereka terhadap Tuhan harus datang dari lubuk hati mereka yang paling dalam.

Sekarang pertimbangkan kelima tuntutan tersebut: Adakah di antara engkau semua yang mampu memenuhi tiga persyaratan yang pertama? Yang Kumaksudkan adalah kepercayaan yang benar, mengikuti dengan setia, dan ketaatan mutlak. Adakah di antara engkau semua yang mampu melakukan hal-hal ini? Aku tahu bahwa jika Aku mengatakan semua dari kelima persyaratan itu, tentu saja tidak ada di antara engkau semua yang mampu, tetapi Aku telah menguranginya menjadi tiga. Pikirkanlah apakah engkau semua telah memenuhinya atau belum. Apakah "kepercayaan yang benar" mudah dipenuhi? (Tidak, tidak mudah.) Itu tidak mudah, karena manusia sering mempertanyakan Tuhan. Bagaimana tentang "mengikuti dengan setia"? Merujuk kepada apakah kata "setia" di sini? (Tidak setengah hati melainkan dengan sepenuh hati.) Tidak setengah hati, tetapi dengan sepenuh hati. Engkau mengutarakannya dengan tepat! Jadi, apakah engkau semua mampu memenuhi persyaratan ini? Engkau harus berupaya lebih keras, bukan? Saat ini engkau belum berhasil memenuhi persyaratan ini. Bagaimana dengan "ketaatan mutlak"—sudahkah engkau mencapainya? (Belum.) Engkau juga belum mencapai hal itu. Engkau sering tidak taat dan memberontak; engkau sering tidak mendengarkan, atau tidak ingin taat, atau tidak ingin mendengar. Ini adalah tiga persyaratan paling mendasar yang dipenuhi oleh manusia setelah mendapatkan jalan masuk ke dalam kehidupan, tetapi engkau semua belum memenuhi ketiga persyaratan itu. Jadi, pada saat ini, apakah engkau semua benar-benar sanggup? Hari ini, setelah mendengar Aku mengucapkan firman ini, apakah engkau semua merasa cemas? (Ya.) Tidak apa-apa jika engkau merasa cemas. Jangan merasa tidak cemas. Aku pun cemas demi engkau semua. Aku tidak akan membahas dua persyaratan lainnya; tidak diragukan, tidak seorang pun mampu mencapai kedua persyaratan itu. Engkau semua cemas. Jadi, sudahkah engkau semua menentukan tujuanmu? Dengan tujuan apa, dan ke arah mana, seharusnya engkau harus mengejar dan mencurahkan upayamu? Apakah engkau mempunyai tujuan? Biarkan Aku mengatakannya dengan terus-terang: Ketika engkau semua memenuhi kelima persyaratan ini, engkau akan memuaskan Tuhan. Masing-masing dari tuntutan itu adalah sebuah penunjuk, sekaligus tujuan akhir, dari pendewasaan jalan masuk seseorang ke dalam kehidupan. Meskipun Aku hanya memilih salah satu dari persyaratan ini untuk dibicarakan secara rinci dan meminta engkau semua untuk memenuhinya, hal itu tidak akan mudah untuk dicapai; engkau harus menanggung kesulitan sampai taraf tertentu dan mengerahkan sejumlah upaya. Mentalitas macam apakah yang harus engkau semua miliki? Mentalitas itu harus sama seperti pasien kanker yang sedang menunggu untuk dibawa ke meja operasi. Mengapa Aku berkata seperti ini? Jika engkau ingin percaya kepada Tuhan, ingin mendapatkan Tuhan dan memuaskan Dia, namun jika engkau tidak menanggung kesakitan atau mengerahkan sejumlah upaya, engkau tidak akan dapat mencapai hal-hal ini. Engkau semua telah banyak mendengar khotbah, tetapi telah mendengarnya bukan berarti khotbah ini adalah milikmu; engkau harus menyerapnya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang engkau miliki, engkau harus menyatukannya ke dalam kehidupanmu, membawanya ke dalam keberadaanmu, memperkenankan firman dan khotbah ini untuk memandu cara hidupmu, serta membawa nilai dan makna yang nyata bagi hidupmu. Dengan demikian mendengar firman ini akan bernilai bagimu. Jika firman yang Aku ucapkan tidak membawa kemajuan dalam hidupmu, atau menambah nilai keberadaanmu, maka tidak ada gunanya engkau mendengarkannya. Engkau semua memahami hal ini, bukan? Setelah memahaminya, maka selanjutnya terserah kepadamu semua. Engkau semua harus mulai bekerja! Engkau harus bersungguh-sungguh dalam segala hal! Jangan bingung dan bimbang; waktu berlalu dengan cepat! Sebagian besar dari antaramu telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Lihatlah kembali sepuluh tahun ini: Berapa banyak yang telah engkau semua dapatkan? Berapa dasawarsa kehidupan ini yang tersisa bagimu? Tidak lama lagi. Lupakan apakah pekerjaan Tuhan menantimu, apakah Dia telah memberi engkau kesempatan, apakah Dia akan melakukan pekerjaan yang sama lagi—jangan bicarakan hal ini. Dapatkah engkau memutar kembali sepuluh tahun terakhirmu? Dengan berlalunya setiap hari dan setiap langkah yang engkau ambil, hari-hari yang engkau miliki telah berkurang satu hari. Waktu tidak menunggu siapa pun! Engkau hanya akan mendapatkan manfaat dari imanmu kepada Tuhan jika engkau menganggapnya sebagai hal terbesar dalam hidupmu, lebih penting daripada makanan, pakaian, atau apa pun! Jika engkau hanya percaya ketika engkau punya waktu, dan tidak mampu mencurahkan seluruh perhatianmu pada imanmu, jika engkau selalu mengalami kebingungan, maka engkau tidak akan mendapatkan apa-apa.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Sebelumnya: Mengenal Tuhan 4

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini