Mengenal Tuhan 3

Firman Tuhan Harian: Kutipan 83

Tuhan Menggunakan Firman untuk Menciptakan Segala Sesuatu

Kejadian 1:3-5 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah terang." Dan terang pun jadi. Dan Tuhan melihat terang itu baik: lalu Dia memisahkan terang dari gelap. Dan Tuhan menyebut terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah malam dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Kejadian 1:6-7 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air." Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air yang di atas cakrawala. Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:9-11 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat." Maka jadilah demikian. Tuhan menyebut tanah yang kering itu Darat; dan air yang berkumpul itu disebut-Nya Laut: dan Tuhan melihat semuanya itu baik. Lalu Tuhan berfirman, "Hendaklah tanah menumbuhkan rumput, tanaman yang menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji sesuai jenisnya di bumi." Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:14-15 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah benda-benda penerang di cakrawala di langit untuk memisahkan siang dari malam; dan biarlah mereka ada untuk menjadi penanda, yang menunjukkan musim, hari-hari, dan tahun-tahun. Biarlah benda-benda itu menjadi penerang di cakrawala di langit untuk menerangi bumi." Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:20-21 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah air menghasilkan banyak makhluk yang bergerak dan bernyawa dan ada burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala di langit." Maka Tuhan menciptakan binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang ada di air, dan segala jenis burung bersayap, dan Tuhan melihat semuanya itu baik.

Kejadian 1:24-25 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing, ternak dan binatang melata, dan binatang liar sesuai jenisnya masing-masing." Maka jadilah demikian. Dan Tuhan menciptakan segala jenis binatang liar sesuai jenisnya masing-masing, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di bumi sesuai jenisnya masing-masing: dan Tuhan melihat semuanya itu baik.

Pada Hari Pertama, Siang dan Malam Umat Manusia Dilahirkan dan Berdiri Teguh Berkat Otoritas Tuhan

Mari kita melihat nas pertama: "Dan Tuhan berfirman, 'Jadilah terang.' Dan terang pun jadi. Tuhan melihat terang itu baik: lalu Dia memisahkan terang dari gelap. Dan Tuhan menyebut terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah malam dan jadilah pagi, itulah hari pertama" (Kejadian 1:3-5). Nas ini menjelaskan tindakan pertama Tuhan di awal penciptaan, dan di hari pertama yang Tuhan lewati, di mana ada malam dan pagi. Namun, itu adalah hari yang luar biasa: Tuhan mulai mempersiapkan terang bagi segala sesuatu, dan, terlebih lagi, memisahkan terang dari gelap. Pada hari ini, Tuhan mulai berbicara, dan firman serta otoritas-Nya ada secara berdampingan. Otoritas-Nya mulai ditunjukkan di antara segala sesuatu, dan kuasa-Nya tersebar di antara segala sesuatu sebagai hasil dari firman-Nya. Mulai hari ini dan seterusnya, segala sesuatu terbentuk dan berdiri teguh karena firman Tuhan, otoritas Tuhan, dan kuasa Tuhan, dan semua itu mulai berfungsi berkat firman Tuhan, otoritas Tuhan, dan kuasa Tuhan. Saat Tuhan mengucapkan firman, "Jadilah terang," terang itu pun jadi. Tuhan tidak memulai program pekerjaan apa pun; terang itu muncul sebagai hasil dari firman-Nya. Inilah terang yang Tuhan sebut siang, dan manusia masih bergantung pada keberadaannya hingga hari ini. Atas perintah Tuhan, hakikat dan nilai terang tersebut tidak pernah berubah, dan terang itu tak pernah lenyap. Keberadaannya menunjukkan otoritas dan kuasa Tuhan, dan menyatakan keberadaan Sang Pencipta. Terang itu berulang kali menyatakan dengan tegas identitas dan status Sang Pencipta. Terang itu bukan tak berwujud, atau ilusi, tetapi merupakan cahaya nyata yang dapat dilihat oleh manusia. Sejak saat itu dan seterusnya, dalam dunia yang kosong ini, di mana "bumi tidak berbentuk dan kosong; dan kegelapan menutupi lautan yang dalam," dihasilkanlah hal materiel pertama. Hal ini berasal dari firman yang keluar dari mulut Tuhan, dan muncul dalam tindakan pertama penciptaan segala sesuatu oleh karena otoritas dan perkataan Tuhan. Segera setelah itu, Tuhan memerintahkan terang dan gelap untuk berpisah. ... Segala sesuatu berubah dan diselesaikan oleh karena firman Tuhan .... Tuhan menyebut terang ini "Siang," dan gelap itu disebut-Nya "Malam". Pada waktu itu, malam pertama dan pagi pertama dihasilkan di dunia yang ingin Tuhan ciptakan, dan Tuhan berfirman bahwa inilah hari yang pertama. Hari ini adalah hari pertama penciptaan segala sesuatu oleh Sang Pencipta, dan merupakan awal dari penciptaan segala sesuatu, dan merupakan pertama kalinya otoritas dan kuasa Sang Pencipta telah dipertunjukkan di dunia yang sudah Dia ciptakan ini.

Melalui firman ini, manusia mampu melihat otoritas Tuhan, dan otoritas firman Tuhan, serta kuasa Tuhan. Karena hanya Tuhan yang memiliki kuasa seperti itu, maka hanya Tuhan yang memiliki otoritas seperti itu; karena Tuhan memiliki otoritas seperti itu, maka hanya Tuhan yang memiliki kuasa seperti itu. Mungkinkah manusia atau objek apa pun memiliki otoritas dan kuasa seperti ini? Adakah jawaban di dalam hatimu? Selain Tuhan, adakah makhluk ciptaan atau bukan ciptaan yang memiliki otoritas seperti itu? Pernahkah engkau semua melihat contoh sesuatu seperti ini dalam buku atau publikasi apa pun? Apakah ada catatan bahwa seseorang menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu? Catatan seperti itu tidak muncul dalam buku atau catatan lain apa pun; ini, tentu saja, adalah satu-satunya firman yang otoritatif dan berkuasa tentang penciptaan dunia yang luar biasa oleh Tuhan, yang dicatat dalam Alkitab; firman ini membuktikan otoritas unik Tuhan, dan identitas unik Tuhan. Dapatkah dikatakan bahwa otoritas dan kuasa seperti itu melambangkan identitas unik Tuhan? Dapatkah dikatakan bahwa otoritas dan kuasa seperti itu dimiliki oleh Tuhan, dan hanya oleh Tuhan? Tak diragukan lagi, hanya Tuhan itu sendirilah yang memiliki otoritas dan kuasa seperti itu! Otoritas dan kuasa ini tidak dapat dimiliki atau digantikan oleh makhluk ciptaan atau bukan ciptaan mana pun! Apakah ini adalah salah satu karakteristik dari Tuhan yang unik itu sendiri? Pernahkah engkau semua menyaksikannya? Firman ini dengan cepat dan jelas memungkinkan orang-orang untuk memahami fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas yang unik, dan kuasa yang unik, dan identitas serta status yang tertinggi. Dari persekutuan di atas, dapatkah engkau semua mengatakan bahwa Tuhan yang engkau semua percayai adalah Tuhan yang unik itu sendiri?

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 84

Pada Hari Kedua, Otoritas Tuhan Mengatur Air, dan Menciptakan Cakrawala, dan Ruang bagi Kelangsungan Hidup Manusia yang Paling Mendasar pun Muncul

"Dan Tuhan berfirman, 'Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air.' Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air di atas cakrawala. Maka jadilah demikian" (Kejadian 1:6-7). Perubahan apa yang terjadi setelah Tuhan berfirman, "Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air"? Dalam Kitab Suci, dikatakan: "Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air di atas cakrawala." Apa hasilnya setelah Tuhan berfirman dan melakukan ini? Jawabannya terdapat di bagian terakhir dari nas tersebut: "maka jadilah demikian."

Dua kalimat pendek ini merekam peristiwa luar biasa, dan menggambarkan pemandangan yang menakjubkan—yakni perbuatan Tuhan yang luar biasa saat mengatur air, dan menciptakan ruang di mana manusia bisa hidup ...

Dalam gambar ini, air dan cakrawala muncul di hadapan Tuhan dalam sekejap, dan mereka dipisahkan oleh otoritas firman Tuhan, dan dipisahkan menjadi "yang di atas" dan "yang di bawah" dengan cara yang ditetapkan oleh Tuhan. Ini berarti, cakrawala yang diciptakan oleh Tuhan tidak hanya menutupi air yang di bawah, tetapi juga menopang air yang di atas .... Dalam hal ini, manusia tidak bisa melakukan apa pun kecuali menatap, tercengang, dan terkesiap kagum pada kekuatan otoritas-Nya dan pada kemegahan pemandangan di mana Sang Pencipta memindahkan dan memerintah air, dan menciptakan cakrawala. Melalui firman Tuhan, dan kuasa Tuhan, dan otoritas Tuhan, Tuhan melakukan perbuatan besar lainnya. Bukankah ini kekuatan dari otoritas Sang Pencipta? Mari kita gunakan kitab suci untuk menjelaskan perbuatan Tuhan: Tuhan mengucapkan firman-Nya, dan karena firman Tuhan ini ada cakrawala di tengah-tengah air. Pada saat yang sama, perubahan besar terjadi di alam semesta ini karena firman Tuhan ini, dan itu bukan perubahan dalam arti biasa, tetapi semacam substitusi, di mana tidak ada menjadi ada. Itu lahir dari pikiran Sang Pencipta, dan menjadi ada dari tidak ada karena firman yang diucapkan oleh Sang Pencipta, dan, terlebih lagi, mulai saat ini dan seterusnya, itu akan ada dan tetap ada, demi Sang Pencipta, dan akan bergeser, berubah, dan diperbarui sesuai dengan pikiran Sang Pencipta. Nas ini menggambarkan tindakan kedua Sang Pencipta dalam penciptaan seluruh dunia oleh-Nya. Itu adalah pengungkapan lain dari otoritas dan kuasa Sang Pencipta, perbuatan perintisan lain yang dilakukan oleh Sang Pencipta. Hari ini adalah hari kedua yang telah dilalui Sang Pencipta sejak dunia dijadikan, dan hari indah lain bagi-Nya: Dia berjalan di antara terang, Dia menghadirkan cakrawala, Dia menata serta mengatur air, dan perbuatan-Nya, otoritas-Nya, dan kuasa-Nya mulai bekerja di hari yang baru. ...

Apakah ada cakrawala di tengah air sebelum Tuhan mengucapkan firman-Nya? Tentu saja tidak! Dan bagaimana setelah Tuhan berkata, "Jadilah cakrawala di tengah air"? Hal-hal yang direncanakan oleh Tuhan muncul; ada cakrawala di tengah air, dan air terpisah karena Tuhan berfirman "Untuk memisahkan air dari air." Dengan cara ini, seturut firman Tuhan, dua objek baru, dua hal yang baru lahir, muncul di antara segala sesuatu sebagai hasil dari otoritas dan kuasa Tuhan. Bagaimana perasaanmu mengenai kemunculan dua hal baru ini? Apakah engkau merasakan kebesaran kuasa Sang Pencipta? Apakah engkau merasakan kekuatan Sang Pencipta yang unik dan luar biasa? Kebesaran dari kekuatan dan kuasa seperti itu adalah berkat otoritas Tuhan, dan otoritas ini adalah representasi dari Tuhan itu sendiri, dan karakteristik unik dari Tuhan itu sendiri.

Apakah nas ini sekali lagi memberimu pemahaman mendalam tentang keunikan Tuhan? Sebenarnya, ini jauh dari cukup; otoritas dan kuasa Sang Pencipta jauh melampaui ini. Keunikan-Nya bukan hanya karena Dia memiliki hakikat yang berbeda dengan hakikat makhluk apa pun, tetapi juga karena otoritas dan kuasa-Nya luar biasa, tak terbatas, berada di atas segalanya, dan berdiri di atas segalanya, dan, terlebih lagi, karena otoritas-Nya dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia dapat menciptakan kehidupan, menghasilkan keajaiban, dan menciptakan setiap menit dan detik yang spektakuler dan luar biasa. Pada saat yang sama, Dia mampu mengatur kehidupan yang Dia ciptakan, dan berdaulat atas mukjizat dan setiap menit dan detik yang Dia ciptakan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 85

Pada Hari Ketiga, Firman Tuhan Melahirkan Darat dan Laut, dan Otoritas Tuhan Menyebabkan Dunia Dipenuhi dengan Daya Hidup

Kalimat pertama dari Kejadian 1:9-11: "Dan Tuhan berfirman, 'Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat.'" Perubahan apa yang terjadi setelah Tuhan hanya berfirman: "Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat"? Dan apa yang ada dalam ruang ini selain terang dan cakrawala? Dalam Kitab Suci ada tertulis: "Dan Tuhan menyebut tanah yang kering itu Darat; dan air yang berkumpul itu disebut-Nya Laut: dan Tuhan melihat semuanya itu baik." Ini berarti, sekarang sekarang ada darat dan laut dalam ruang ini, dan darat serta laut dipisahkan. Kemunculan hal-hal baru ini seturut perintah dari mulut Tuhan, "maka jadilah demikian." Apakah Kitab Suci menggambarkan Tuhan sangat sibuk ketika Dia melakukan ini? Apakah Kitab Suci menggambarkan diri-Nya melakukan pekerjaan fisik? Jadi, bagaimana Tuhan melakukan hal ini? Bagaimana Tuhan membuat semua hal baru ini menjadi ada? Jelas sekali, Tuhan menggunakan firman untuk mencapai semua ini, untuk menciptakan keseluruhan hal ini.

............

Mari kita lanjutkan ke kalimat terakhir dari nas ini: "Lalu Tuhan berfirman, 'Hendaklah tanah menumbuhkan rumput, tanaman yang menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji sesuai jenisnya di bumi.' Maka jadilah demikian." Saat Tuhan berfirman, semua hal ini menjadi ada seturut pikiran Tuhan, dan seketika, berbagai macam bentuk kehidupan kecil yang lembut bergoyang-goyang menyembulkan kepala mereka dari dalam tanah, dan bahkan sebelum mereka sempat meluruhkan serpihan tanah dari tubuh mereka, mereka dengan penuh semangat saling melambaikan untuk menyapa, mengangguk, dan tersenyum pada dunia. Mereka berterima kasih kepada Sang Pencipta atas hidup yang Dia anugerahkan kepada mereka, dan mengumumkan pada dunia bahwa mereka adalah bagian dari segala sesuatu, dan bahwa mereka masing-masing akan mengabdikan hidup mereka untuk menunjukkan otoritas Sang Pencipta. Saat firman Tuhan diucapkan, tanah menjadi subur dan hijau, segala jenis herba yang dapat dinikmati oleh manusia bermunculan dan mencuat dari tanah, dan pegunungan serta dataran menjadi sangat dipadati oleh pepohonan dan hutan. ... Dunia yang gersang ini, yang di dalamnya tidak terdapat sedikit pun daya hidup, dengan cepat ditutupi oleh lebatnya rerumputan, herba dan pepohonan dan penuh dengan tanaman hijau. ... Keharuman rumput dan aroma tanah menyebar melalui udara, dan berbagai macam tanaman mulai bernapas seiring dengan sirkulasi udara, dan memulai proses bertumbuh. Pada saat yang sama, berkat firman Tuhan dan seturut dengan pikiran Tuhan, semua tanaman memulai siklus kehidupan yang tak ada hentinya, di mana mereka bertumbuh, mekar, berbuah, dan berkembang biak. Mereka mulai dengan ketat mengikuti alur hidup mereka masing-masing dan mulai melakukan peran mereka masing-masing di antara segala sesuatu. ... Mereka semua lahir, dan hidup, karena firman Sang Pencipta. Mereka terus menerima perbekalan dan pemeliharaan yang tak berkesudahan dari Sang Pencipta, dan akan selalu bertahan hidup dengan gigih di setiap penjuru bumi untuk menunjukkan otoritas dan kuasa Sang Pencipta, dan mereka akan selalu menunjukkan daya hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta. ...

Hidup Sang Pencipta luar biasa, pikiran-Nya luar biasa, dan otoritas-Nya luar biasa, dan karenanya, pada saat firman-Nya diucapkan, hasil akhirnya adalah "maka jadilah demikian." Jelaslah bahwa Tuhan tidak perlu bekerja dengan tangan-Nya ketika Dia bertindak; Dia hanya menggunakan pikiran-Nya untuk memerintah dan firman-Nya untuk mengatur, dan dengan cara inilah segala sesuatu tercapai. Pada hari ini, Tuhan mengumpulkan air di satu tempat, dan membiarkan tanah kering muncul, setelah itu Tuhan membuat rumput bertunas dari dalam tanah, dan tumbuhlah herba yang menghasilkan biji-bijian, dan pepohonan yang menghasilkan buah, dan Tuhan menggolongkan mereka masing-masing menurut jenisnya, dan membuat masing-masing mengandung benihnya sendiri. Semua ini terwujud sesuai dengan pikiran Tuhan dan perintah firman Tuhan, dan masing-masing muncul, satu demi satu, di dunia yang baru ini.

Saat Tuhan belum memulai pekerjaan-Nya, Dia sudah memiliki gambaran tentang apa yang ingin Dia capai dalam pikiran-Nya, dan pada saat Tuhan mulai melakukan hal-hal ini, yang juga merupakan saat ketika Tuhan membuka mulut-Nya untuk mengucapkan isi dari gambaran ini, perubahan dalam segala sesuatu mulai terjadi berkat otoritas dan kuasa Tuhan. Terlepas dari bagaimana Tuhan melakukannya, atau bagaimana Dia mengerahkan otoritas-Nya, semua telah tercapai langkah demi langkah sesuai dengan rencana Tuhan dan karena firman Tuhan, dan, langkah demi langkah, perubahan terjadi di antara langit dan bumi berkat firman dan otoritas Tuhan. Semua perubahan dan kejadian ini menunjukkan otoritas Sang Pencipta, dan keluarbiasaan serta kebesaran kuasa hidup Sang Pencipta. Pikiran-Nya bukanlah gagasan sederhana, atau gambaran kosong, melainkan otoritas yang memiliki daya hidup dan energi luar biasa, dan pikiran-Nya adalah kuasa yang menyebabkan segala sesuatu berubah, hidup kembali, diperbarui, dan binasa. Oleh karena ini, segala sesuatu berfungsi karena pikiran-Nya, dan, pada saat yang sama, tercapai oleh karena firman dari mulut-Nya ....

Sebelum segala sesuatu muncul, di pikiran Tuhan sebuah rencana lengkap telah lama terbentuk, dan sebuah dunia baru telah lama tercipta. Meskipun pada hari ketiga muncul segala macam tanaman di tanah, Tuhan tidak memiliki alasan untuk menghentikan langkah penciptaan-Nya atas dunia ini; Dia bermaksud untuk terus mengucapkan firman-Nya, untuk terus menciptakan setiap hal yang baru. Dia terus berfirman, terus mengeluarkan perintah-Nya, dan terus mengerahkan otoritas-Nya serta menunjukkan kuasa-Nya, dan Dia mempersiapkan setiap hal yang telah Dia rencanakan untuk mempersiapkan segala sesuatu dan umat manusia yang hendak Dia ciptakan. ...

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 86

Pada Hari Keempat, Terciptalah Musim, Hari, dan Tahun Umat Manusia saat Tuhan Sekali Lagi Mengerahkan Otoritas-Nya

Sang Pencipta menggunakan firman-Nya untuk menyelesaikan rencana-Nya, dan dengan cara ini Dia melewati tiga hari pertama dari rencana-Nya. Selama tiga hari ini, Tuhan tidak terlihat sibuk, atau membuat diri-Nya lelah; sebaliknya, Dia melewati tiga hari pertama yang indah dari rencana-Nya, dan berhasil melakukan upaya besar transformasi radikal dunia. Sebuah dunia baru muncul di depan mata-Nya, dan, sepotong demi sepotong, gambar indah yang telah terpatri dalam pikiran-Nya akhirnya dinyatakan dalam firman Tuhan. Kemunculan setiap hal baru adalah seperti kelahiran seorang bayi, dan Sang Pencipta merasa senang dengan gambar yang pernah ada dalam pikiran-Nya, tetapi yang sekarang sudah dihidupkan. Pada saat ini, hati-Nya mendapat sedikit kepuasan, tetapi rencana-Nya baru saja dimulai. Dalam sekejap mata, sebuah hari baru telah tiba—dan apa lembaran berikutnya dalam rencana Sang Pencipta? Apa yang Dia firmankan? Bagaimana Dia mengerahkan otoritas-Nya? Sementara itu, hal-hal baru apa yang tercipta di dunia baru ini? Dengan mengikuti tuntunan Sang Pencipta, pandangan kita tertuju pada hari keempat penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan, hari yang merupakan awal baru yang lain. Tentu saja, bagi Sang Pencipta, hari itu tak diragukan lagi merupakan hari lain yang indah, dan hari lain yang paling penting bagi umat manusia zaman sekarang. Itu, tentu saja, adalah hari yang tak ternilai. Bagaimanakah indahnya hari itu, mengapa hari itu begitu penting, dan bagaimanakah tak ternilai hari itu? Mari kita dengarkan dahulu firman yang diucapkan oleh Sang Pencipta ....

"Dan Tuhan berfirman: 'Jadilah benda-benda penerang di cakrawala di langit untuk memisahkan siang dari malam; dan biarlah mereka ada untuk menjadi penanda, yang menunjukkan musim, hari-hari, dan tahun-tahun. Biarlah benda-benda itu menjadi penerang di cakrawala di langit untuk menerangi bumi'" (Kejadian 1:14-15). Ini adalah pengerahan lain otoritas Tuhan yang ditunjukkan oleh pelbagai makhluk setelah Dia menciptakan tanah yang kering dan tanaman di atasnya. Bagi Tuhan, tindakan seperti itu sama mudahnya dengan apa yang telah Dia lakukan, karena Tuhan memiliki kuasa seperti itu; Tuhan sama berkuasanya dengan firman-Nya, dan firman-Nya akan digenapi. Tuhan memerintahkan benda-benda penerang untuk muncul di langit, dan benda-benda penerang ini tidak hanya bersinar di langit dan di atas bumi, tetapi juga menandai siang dan malam, musim, hari, dan tahun. Dengan cara ini, ketika Tuhan mengucapkan firman-Nya, setiap tindakan yang ingin Tuhan capai digenapi sesuai dengan maksud Tuhan dan dengan cara yang ditetapkan oleh Tuhan.

Benda-benda penerang di langit adalah benda di langit yang dapat memancarkan cahaya; mereka dapat menerangi langit, dan dapat menerangi daratan dan lautan. Mereka berputar sesuai dengan irama dan frekuensi yang diperintahkan oleh Tuhan, dan menerangi jangka waktu yang berbeda di daratan, dan dengan cara ini siklus perputaran benda-benda penerang menyebabkan siang dan malam muncul di timur dan barat daratan, dan mereka bukan hanya menandai siang dan malam, tetapi melalui siklus yang berbeda ini mereka juga menandai berbagai perayaan dan hari-hari khusus umat manusia. Mereka adalah pelengkap dan pengiring yang sempurna bagi keempat musim—musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin—yang diciptakan oleh Tuhan, bersama dengan itu, benda-benda penerang secara harmonis berfungsi sebagai tanda yang teratur dan akurat untuk jangka waktu bulan, hari, dan tahun umat manusia. Meski hanya setelah kemunculan pertanian, barulah umat manusia mulai memahami dan menemukan pembagian jangka waktu bulan, hari, dan tahun yang disebabkan oleh benda-benda penerang yang diciptakan oleh Tuhan, sebenarnya jangka waktu bulan, hari, dan tahun yang dipahami manusia saat ini mulai dibuat sejak lama pada hari keempat penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan, dan demikian pula siklus-siklus musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin yang silih berganti dialami oleh manusia sudah lama dimulai sejak hari keempat penciptaan Tuhan atas segala sesuatu. Benda-benda penerang yang diciptakan oleh Tuhan memungkinkan manusia untuk secara teratur, tepat, dan jelas membedakan antara siang dan malam, dan menghitung hari-hari, dan dengan jelas melacak jangka waktu bulan dan tahun. (Hari bulan purnama menandai berakhirnya satu bulan, dan dari inilah, manusia mengetahui bahwa cahaya yang memancar dari benda-benda penerang memulai sebuah siklus yang baru; hari bulan setengah menandai berakhirnya setengah bulan, yang memberi tahu manusia bahwa jangka waktu bulan baru dimulai, sehingga dapat disimpulkan ada berapa hari dan malam dalam jangka waktu satu bulan, berapa banyak jangka waktu bulan dalam satu musim, dan berapa banyak musim dalam setahun, dan semua itu dimunculkan dengan sangat teratur.) Maka, manusia dapat dengan mudah melacak jangka waktu bulan, hari, dan tahun yang ditandai oleh peredaran cahaya. Mulai saat ini dan seterusnya, umat manusia dan segala sesuatu tanpa sadar hidup di antara pertukaran siang dan malam yang teratur serta pergantian musim yang dihasilkan oleh peredaran benda-benda penerang. Ini adalah makna penting penciptaan benda-benda penerang oleh Sang Pencipta pada hari keempat. Demikian pula, tujuan dan makna penting dari tindakan Sang Pencipta ini tetap tak dapat dipisahkan dari otoritas dan kuasa-Nya. Jadi, benda-benda penerang yang diciptakan oleh Tuhan dan nilai yang segera mereka hadirkan bagi manusia adalah mahakarya lain yang dihasilkan oleh Sang Pencipta ketika Dia mengerahkan otoritas-Nya.

Di dunia baru ini, di mana umat manusia belum muncul, Sang Pencipta telah mempersiapkan malam dan pagi, cakrawala, daratan dan laut, rumput, herba dan berbagai jenis pohon, dan benda-benda penerang, musim, hari, dan tahun untuk kehidupan baru yang akan segera Dia ciptakan. Otoritas dan kuasa Sang Pencipta dinyatakan di setiap hal baru yang Dia ciptakan, dan firman serta pencapaian-Nya terjadi secara bersamaan, tanpa sedikit pun perbedaan, dan tanpa sedikit pun jeda. Kemunculan dan kelahiran semua hal baru ini adalah bukti otoritas dan kuasa Sang Pencipta: Dia sama berotoritas dan berkuasanya dengan firman-Nya, dan firman-Nya akan digenapi, dan apa yang Dia genapi bertahan untuk selamanya. Kenyataan ini tak pernah berubah: sebagaimana itu di masa lalu, seperti itu jugalah di masa sekarang, dan akan seperti itulah untuk selama-lamanya. Ketika engkau sekali lagi membaca firman tersebut dalam Kitab Suci, apakah semua itu terasa segar bagimu? Sudahkah engkau semua membaca isi yang baru, dan mendapatkan penemuan yang baru? Itu karena perbuatan Sang Pencipta telah menggerakkan hatimu, dan menuntun arah pengetahuanmu tentang otoritas serta kuasa-Nya, dan membuka pintu bagi pemahamanmu tentang Sang Pencipta, dan perbuatan serta otoritas-Nya telah mengaruniakan hidup ke dalam perkataan-perkataan ini. Jadi, di dalam perkataan ini manusia telah menyaksikan suatu pengungkapan otoritas Sang Pencipta yang nyata dan jelas, benar-benar menyaksikan supremasi Sang Pencipta, dan melihat keluarbiasaan otoritas dan kuasa Sang Pencipta.

Otoritas dan kuasa Sang Pencipta menghasilkan mukjizat demi mukjizat; Dia menarik perhatian manusia, dan manusia tidak bisa melakukan apa pun selain menatap terpaku pada perbuatan luar biasa yang lahir dari pengerahan otoritas-Nya. Kuasa-Nya yang fenomenal membawa kegembiraan demi kegembiraan, dan manusia menjadi terpesona dan penuh sukacita, tercengang karena kagum, terpesona, dan bersorak sorai; terlebih lagi, manusia terlihat tergerak, dan di dalam dirinya timbul rasa hormat, penghormatan, dan perasaan ingin melekat pada-Nya. Otoritas dan perbuatan Sang Pencipta memiliki dampak sangat besar, dan efek menahirkan pada roh manusia, dan, terlebih dari itu, otoritas and perbuatan-Nya memuaskan roh manusia. Setiap pikiran-Nya, setiap perkataan-Nya, dan setiap pengungkapan otoritas-Nya adalah mahakarya di antara segala sesuatu, dan merupakan upaya luar biasa yang paling layak untuk pemahaman dan pengetahuan mendalam umat manusia sebagai ciptaan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 87

Pada Hari Kelima, Kehidupan dalam Beragam dan Bermacam Bentuk Memperlihatkan Otoritas Sang Pencipta dengan Berbagai Cara

Kitab Suci mengatakan, "Dan Tuhan berfirman: 'Hendaklah air menghasilkan banyak makhluk yang bergerak dan bernyawa dan ada burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala di langit.' Maka Tuhan menciptakan binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang ada di air, dan segala jenis burung bersayap. Tuhan melihat semuanya itu baik" (Kejadian 1:20-21). Kitab Suci dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa, pada hari ini, Tuhan menciptakan makhluk di air dan burung di udara, yang berarti bahwa Dia menciptakan berbagai ikan dan burung, dan mengelompokkan mereka masing-masing menurut jenisnya. Dengan cara ini, bumi, langit, dan air diperkaya oleh ciptaan Tuhan ...

Saat firman Tuhan diucapkan, kehidupan baru yang segar, masing-masing dengan bentuk yang berbeda, langsung menjadi hidup di tengah firman Sang Pencipta. Mereka datang ke dunia berdesakan menempati posisinya, melompat, bermain-main penuh kegirangan. ... Ikan dalam segala bentuk dan ukuran berenang di air; segala jenis kerang-kerangan tumbuh dari pasir, makhluk bersisik, bercangkang, dan tak bertulang dengan cepat tumbuh dalam berbagai bentuk, baik besar maupun kecil, panjang maupun pendek. Demikian pula berbagai jenis rumput laut mulai tumbuh dengan cepat, bergoyang mengikuti gerakan berbagai biota air, naik turun, mendorong air yang stagnan, seolah-olah berkata kepada mereka: "Goyangkan kaki! Ajaklah juga kawan-kawanmu! Karena engkau tidak akan pernah sendirian lagi!" Sejak saat berbagai makhluk hidup yang Tuhan ciptakan muncul di air, setiap kehidupan baru yang segar membawa daya hidup bagi air yang telah lama diam, dan mengantarkan sebuah era baru .... Sejak saat itu dan seterusnya, mereka bersandar satu sama lain, dan saling menjaga satu sama lain, dan tidak ada jarak di antara mereka. Air itu ada untuk makhluk yang berada di dalamnya, memelihara setiap kehidupan yang berada dalam pelukannya, dan setiap kehidupan ada demi air karena makanannya. Masing-masing memberikan kehidupan kepada yang lain, dan pada saat yang sama, masing-masing, dengan cara yang sama, memberikan kesaksian tentang keajaiban dan kebesaran ciptaan Sang Pencipta, dan tentang kuasa otoritas Sang Pencipta yang tak tertandingi ...

Ketika laut tidak lagi sunyi, demikian juga kehidupan mulai mengisi langit. Satu demi satu, burung, besar dan kecil, terbang ke langit dari tanah. Tidak seperti makhluk laut, mereka memiliki sayap dan bulu yang menutupi tubuh mereka yang langsing dan anggun. Mereka mengepakkan sayap, dengan bangga dan angkuh memperlihatkan bulu-bulu cantik mereka serta fungsi dan keterampilan khusus yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta. Mereka terbang tinggi dengan bebas, dan dengan terampil terbang ke atas ke bawah di antara langit dan bumi, melintasi padang rumput dan hutan. ... Mereka adalah mahkluk kesayangan di udara, mereka adalah mahkluk kesayangan segala sesuatu. Mereka akan segera menjadi pengikat antara langit dan bumi, dan akan menyampaikan pesan kepada segala sesuatu. ... Mereka bernyanyi, mereka menukik dengan penuh sukacita, mereka membawa sorak-sorai, tawa, dan semangat pada dunia yang dahulu kosong ini. ... Mereka menggunakan nyanyian mereka yang merdu dan jernih, menggunakan perkataan dalam hati mereka untuk memuji Sang Pencipta karena kehidupan yang dianugerahkan kepada mereka. Mereka dengan riang menari untuk menunjukkan kesempurnaan dan keajaiban ciptaan Sang Pencipta, dan akan mengabdikan seluruh hidup mereka untuk memberikan kesaksian tentang otoritas Sang Pencipta melalui kehidupan khusus yang telah Dia anugerahkan kepada mereka ...

Baik mereka yang ada di air, maupun yang ada di langit, atas perintah Sang Pencipta, kebanyakan dari makhluk hidup ini ada dalam konfigurasi kehidupan berbeda, dan atas perintah Sang Pencipta, mereka berkumpul bersama menurut spesies mereka masing-masing—dan hukum ini, aturan ini, tidak dapat diubah oleh makhluk apa pun. Mereka tidak pernah berani melampaui batas yang ditetapkan bagi mereka oleh Sang Pencipta, mereka juga tidak mampu melakukannya. Sebagaimana ditentukan oleh Sang Pencipta, mereka hidup dan berkembang biak, dan dengan ketat mematuhi jalan hidup dan hukum yang ditetapkan bagi mereka oleh Sang Pencipta, dan secara sadar mematuhi perintah-Nya yang tak terucapkan serta ketetapan dan aturan surgawi yang Dia berikan kepada mereka, dari dahulu sampai sekarang. Mereka berbincang dengan Sang Pencipta dengan cara khusus mereka sendiri, dan memahami maksud Sang Pencipta, dan menaati perintah-Nya. Tidak ada yang pernah melanggar otoritas Sang Pencipta, dan kedaulatan serta perintah-Nya kepada mereka yang dikeluarkan di dalam pikiran-Nya; tidak sepatah kata pun dikeluarkan, tetapi otoritas yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta mengendalikan segala sesuatu dalam keheningan yang tidak memiliki fungsi bahasa, dan yang berbeda dari umat manusia. Pengerahan otoritas-Nya dengan cara khusus ini mendorong manusia untuk memperoleh pengetahuan baru, dan membuat penafsiran baru tentang otoritas unik Sang Pencipta. Di sini, Aku harus memberitahukan kepadamu bahwa pada hari yang baru ini, pengerahan otoritas Sang Pencipta sekali lagi menunjukkan keunikan Sang Pencipta.

Selanjutnya, mari kita melihat kalimat terakhir dari nas Kitab Suci ini: "Tuhan melihat semuanya itu baik." Menurutmu apa maksud kalimat ini? Perasaan Tuhan terkandung dalam perkataan ini. Tuhan menyaksikan segala sesuatu yang telah Dia ciptakan menjadi terwujud dan tetap ada oleh karena firman-Nya, dan secara berangsur-angsur mulai berubah. Pada saat ini, apakah Tuhan puas dengan berbagai hal yang telah Dia ciptakan dengan firman-Nya, dan berbagai tindakan yang telah dicapai-Nya? Jawabannya adalah "Tuhan melihat semuanya itu baik." Apa yang engkau semua lihat di sini? Apa yang direpresentasikan oleh perkataan "Tuhan melihat semuanya itu baik"? Apa yang dilambangkan oleh perkataan ini? Maksud perkataan ini adalah bahwa Tuhan memiliki kuasa dan hikmat untuk mencapai apa yang telah Dia rencanakan dan tentukan, untuk mencapai tujuan yang telah Dia tentukan untuk dicapai. Ketika Tuhan telah menyelesaikan setiap tugas, apakah Dia merasa menyesal? Jawabannya tetap, yaitu bahwa, "Tuhan melihat semuanya itu baik." Dengan kata lain, Dia bukan saja tidak menyesal, tetapi sebaliknya, Dia merasa puas. Apa artinya bahwa Dia tidak merasa menyesal? Itu berarti bahwa rencana Tuhan sempurna, bahwa kuasa dan hikmat-Nya sempurna, dan bahwa hanya karena otoritas-Nya, kesempurnaan seperti itu dapat dicapai. Ketika manusia melakukan suatu tugas, dapatkah dia, seperti Tuhan, melihat bahwa itu baik? Bisakah semua yang manusia lakukan mencapai kesempurnaan? Bisakah manusia menyelesaikan sesuatu sekaligus dan untuk selama-lamanya? Sebagaimana yang manusia katakan: "tidak ada yang sempurna, yang ada hanya lebih baik," tidak ada yang manusia lakukan yang dapat mencapai kesempurnaan. Ketika Tuhan melihat bahwa semua yang telah Dia lakukan dan capai adalah baik, segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan ditentukan oleh firman-Nya, yang berarti bahwa, ketika "Tuhan melihat semuanya itu baik," semua yang telah Dia ciptakan memiliki bentuk permanen, digolongkan menurut jenisnya, dan diberi posisi, tujuan, dan fungsi yang tetap, sekaligus dan untuk selama-lamanya. Selain itu, peran mereka di antara segala sesuatu, dan perjalanan yang harus mereka ambil selama pengelolaan Tuhan atas segala sesuatu, telah ditentukan oleh Tuhan, dan tidak dapat diubah. Ini adalah hukum surgawi yang diberikan oleh Sang Pencipta bagi segala sesuatu.

"Tuhan melihat semuanya itu baik," perkataan sederhana yang kurang dihargai dan yang begitu sering diabaikan ini, adalah perkataan hukum surgawi dan ketetapan surgawi yang diberikan oleh Tuhan kepada semua makhluk ciptaan. Perkataan tersebut adalah perwujudan lain dari otoritas Sang Pencipta, yang lebih nyata, dan lebih mendalam. Melalui firman-Nya, Sang Pencipta tidak hanya mampu mendapatkan semua yang ingin Dia dapatkan, dan mencapai semua yang ingin Dia capai, tetapi juga bisa mengendalikan dalam tangan-Nya semua yang telah Dia ciptakan, dan memerintah segala sesuatu yang telah Dia ciptakan di bawah otoritas-Nya, dan, lebih jauh lagi, semua itu bersifat sistematis dan teratur. Segala sesuatu juga berkembang biak, ada, dan binasa oleh firman-Nya dan, terlebih lagi, oleh otoritas-Nya-lah semua itu ada di tengah hukum yang telah Dia tetapkan, dan tidak satu pun dikecualikan! Hukum ini dimulai tepat pada saat "Tuhan melihat semuanya itu baik," dan hukum ini akan ada, berlanjut, dan berfungsi demi rencana pengelolaan Tuhan sampai tiba waktunya hukum ini dicabut oleh Sang Pencipta! Otoritas unik Sang Pencipta diwujudkan bukan hanya dalam kemampuan-Nya untuk menciptakan segala sesuatu dan memerintahkan segala sesuatu untuk tercipta, tetapi juga dalam kemampuan-Nya untuk mengatur serta berdaulat atas segala sesuatu, dan menganugerahkan kekuatan serta daya hidup kepada segala sesuatu, dan, terlebih lagi, dalam kemampuan-Nya untuk menyebabkan, sekaligus dan untuk selamanya, segala sesuatu yang akan Dia ciptakan dalam rencana-Nya untuk muncul dan ada di dunia yang diciptakan oleh-Nya dalam bentuk yang sempurna, dan struktur kehidupan yang sempurna, dan peran yang sempurna. Otoritas-Nya itu juga diwujudkan dengan cara bahwa pikiran Sang Pencipta tidak tunduk pada batasan apa pun, tidak dibatasi oleh waktu, ruang, atau geografi. Sebagaimana otoritas-Nya, identitas unik Sang Pencipta tidak akan pernah berubah, dari kekekalan hingga kekekalan. Otoritas-Nya akan selalu menjadi representasi dan simbol identitas-Nya yang unik, dan otoritas-Nya akan terus ada berdampingan dengan identitas-Nya!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 88

Pada Hari Keenam, Sang Pencipta Berfirman, dan Setiap Jenis Makhluk Hidup dalam Pikiran-Nya Muncul, Satu demi Satu

Tak terasa, pekerjaan Sang Pencipta untuk menciptakan segala sesuatu telah berlangsung selama lima hari, dan segera setelah itu, Sang Pencipta menyambut hari keenam penciptaan-Nya atas segala sesuatu. Hari ini adalah awal lain yang baru, dan hari luar biasa lainnya. Lalu, apa rencana Sang Pencipta menjelang hari baru ini? Makhluk baru apa yang akan Dia buat, yang akan Dia ciptakan? Dengar, inilah suara Sang Pencipta ....

"Dan Tuhan berfirman, 'Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing, ternak dan binatang melata, dan binatang liar sesuai jenisnya masing-masing.' Maka jadilah demikian. Dan Tuhan menciptakan segala jenis binatang liar sesuai jenisnya masing-masing, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di bumi sesuai jenisnya masing-masing: dan Tuhan melihat semuanya itu baik" (Kejadian 1:24-25). Makhluk hidup apa saja yang termasuk? Kitab Suci mengatakan: ternak, binatang melata, dan binatang liar di bumi sesuai jenisnya masing-masing. Yang berarti bahwa, pada hari ini, bukan saja tercipta segala jenis makhluk hidup di bumi, tetapi segala jenis makhluk itu juga diklasifikasikan menurut jenisnya, dan, juga, "Tuhan melihat semuanya itu baik."

Seperti selama lima hari sebelumnya, Sang Pencipta berfirman dengan nada yang sama dan memerintahkan kelahiran makhluk hidup yang Dia inginkan, dan mereka muncul di bumi, masing-masing menurut jenisnya. Ketika Sang Pencipta mengerahkan otoritas-Nya, tidak satu pun dari firman-Nya diucapkan dengan sia-sia, dan karenanya, pada hari keenam, setiap makhluk hidup yang hendak Dia ciptakan muncul pada waktu yang ditentukan. Sebagaimana Sang Pencipta katakan, "Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing," bumi seketika itu juga dipenuhi dengan daya hidup, dan di atas tanah, tiba-tiba muncul napas dari segala macam makhluk hidup. ... Di padang belantara berumput hijau, sapi gemuk, dengan mengibaskan ekornya ke sana kemari, muncul satu demi satu, domba-domba yang mengembik berkumpul dalam kawanan, dan kuda-kuda yang meringkik mulai berpacu. ... Dalam sekejap, hamparan luas padang rumput sunyi dipadati dengan daya hidup .... Kemunculan aneka ternak ini adalah pemandangan yang indah di padang rumput yang tenteram, dan membawa daya hidup tak terbatas .... Mereka akan menjadi sahabat dan penguasa padang rumput, masing-masing saling bergantung satu sama lain; mereka juga akan menjadi penjaga dan pengurus tanah ini, yang akan menjadi habitat permanen mereka, dan yang akan menyediakan semua yang mereka butuhkan, sumber makanan abadi bagi hidup mereka. ...

Pada hari yang sama saat berbagai ternak ini tercipta, oleh firman Sang Pencipta, sejumlah besar serangga juga muncul, satu demi satu. Meski mereka adalah makhluk hidup terkecil di antara semua makhluk, daya hidup mereka tetap merupakan ciptaan ajaib Sang Pencipta, dan mereka tidak datang terlambat. ... Beberapa serangga mengepakkan sayap kecil mereka, sementara yang lain perlahan-lahan merayap; ada yang melompat dan melonjak-lonjak, ada yang terhuyung-huyung; ada serangga yang bergerak maju, sementara yang lain bergerak mundur dengan cepat; ada yang bergerak menyamping, ada yang melompat tinggi dan rendah .... Semua sibuk berusaha menemukan rumah untuk mereka sendiri: ada serangga yang mencari jalan menuju rerumputan, ada yang menggali lubang di tanah, ada yang terbang ke pepohonan, tersembunyi di hutan-hutan .... Meski berukuran kecil, mereka tidak rela menahan siksaan perut kosong, dan setelah menemukan rumah mereka sendiri, mereka bergegas mencari makanan untuk diri mereka sendiri. Ada serangga yang naik ke atas rumput untuk memakan bilah-bilahnya yang lembut, ada yang meraup segenggam kotoran dan menelannya untuk mengenyangkan perut mereka, makan dengan penuh semangat dan kegembiraan (bagi mereka, bahkan kotoran adalah camilan yang lezat); beberapa serangga tersembunyi di hutan, tetapi mereka tidak berhenti untuk beristirahat, karena getah dalam daun hijau gelap yang mengkilap menyediakan makanan yang lezat .... Setelah kenyang, serangga tidak menghentikan aktivitas mereka; meski bertubuh kecil, mereka memiliki energi luar biasa dan kegembiraan tanpa batas, sehingga dari antara semua makhluk, merekalah yang paling aktif dan paling rajin. Mereka tak pernah malas, dan tak pernah menikmati istirahat. Setelah nafsu makan mereka terpuaskan, mereka tetap bekerja keras demi masa depan mereka, menyibukkan diri dan bergegas demi hari esok, demi kelangsungan hidup mereka. ... Mereka dengan lembut melantunkan balada dalam berbagai melodi dan irama untuk menyemangati dan mendorong diri mereka sendiri. Mereka juga menambahkan sukacita pada rumput, pepohonan, dan setiap jengkal tanah, menjadikan tiap hari, dan tiap tahun, unik .... Dengan bahasa mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri, mereka menyampaikan informasi kepada semua makhluk hidup di daratan. Dengan menggunakan jalur hidup khusus mereka sendiri, mereka menandai segala sesuatu, yang di atasnya mereka meninggalkan jejak. ... Mereka berhubungan erat dengan tanah, rumput, dan hutan, dan mereka mendatangkan kekuatan dan daya hidup pada tanah, rumput, dan hutan. Mereka membawakan nasihat dan salam Sang Pencipta kepada seluruh makhluk hidup. ...

Pandangan Sang Pencipta menyapu segala sesuatu yang telah Dia ciptakan, dan pada saat ini, mata-Nya berhenti pada hutan dan pegunungan, pikiran-Nya berputar. Pada saat firman-Nya diucapkan, di hutan yang lebat, dan di atas pegunungan, muncullah sejenis makhluk hidup yang belum pernah ada sebelumnya: mereka adalah binatang liar yang diucapkan oleh mulut Tuhan. Lama tertunda, mereka menggeleng-gelengkan kepala dan mengibaskan ekor mereka, masing-masing dengan wajah unik mereka sendiri. Ada yang memiliki mantel berbulu, ada yang berlapis baja, ada yang bertaring, ada yang menyeringai, ada yang berleher panjang, ada yang berekor pendek, ada yang bermata liar, ada yang memiliki tatapan malu-malu, ada yang membungkuk untuk makan rumput, ada yang dengan darah di mulut mereka, ada yang melonjak-lonjak dengan dua kaki, ada yang melangkah di atas keempat kukunya, ada yang memandang ke kejauhan di atas pohon, ada yang berbaring menunggu di hutan, ada yang mencari gua untuk beristirahat, ada yang berlari dan bermain-main di dataran, ada yang berkeliaran di hutan. ..; ada yang meraung, ada yang melolong, ada yang menggonggong, ada yang mengaum ...; ada yang bersuara sopran, ada yang bariton, ada yang lantang, ada yang nyaring dan merdu ...; ada yang terlihat bengis, ada yang cantik, ada yang menjijikkan, ada yang menggemaskan, ada yang menakutkan, ada yang lugu menawan hati .... Satu demi satu, mereka masing-masing menampilkan diri. Lihat betapa tinggi dan perkasanya mereka, berjiwa bebas, dengan malas bersikap acuh tak acuh satu sama lain, tak mau repot-repot melirik satu sama lain .... Masing-masing membawa kehidupan tertentu yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta, dan dengan keliaran dan kekasaran mereka sendiri, mereka muncul di hutan dan di pegunungan. Merendahkan semuanya, begitu angkuh—siapa yang menjadikan mereka penguasa sejati atas pegunungan dan hutan? Sejak saat kemunculan mereka ditetapkan oleh Sang Pencipta, mereka "mengeklaim" hutan dan pegunungan, karena Sang Pencipta telah mengesahkan batas-batas mereka dan menentukan ruang lingkup keberadaan mereka. Hanya merekalah penguasa sejati atas pegunungan dan hutan, dan itu sebabnya mereka begitu liar, begitu angkuh. Mereka disebut "binatang liar" semata-mata karena, dari semua makhluk, merekalah yang benar-benar liar, kasar, dan tak dapat dijinakkan. Mereka tak dapat dijinakkan, jadi mereka tidak dapat dipelihara, dan tidak bisa hidup harmonis dengan manusia atau bekerja mengatasnamakan manusia. Oleh karena mereka tidak bisa dipelihara, tidak bisa bekerja untuk manusia, maka mereka harus hidup jauh dari manusia, dan tidak bisa didekati oleh manusia. Namun justru karena mereka hidup jauh dari manusia, dan tidak dapat didekati oleh manusia, mereka mampu memenuhi tanggung jawab yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta: menjaga pegunungan dan hutan. Keliaran mereka melindungi pegunungan dan menjaga hutan, dan merupakan perlindungan dan jaminan terbaik bagi keberadaan dan perkembangbiakan mereka. Pada saat yang sama, keliaran mereka mempertahankan dan memastikan keseimbangan di antara segala sesuatu. Kedatangan mereka mendatangkan dukungan dan menjadi pelabuhan bagi pegunungan dan hutan; kedatangan mereka menyuntikkan kekuatan dan daya hidup tanpa batas pada pegunungan dan hutan yang tenang dan kosong. Sejak saat ini dan seterusnya, pegunungan dan hutan menjadi habitat permanen mereka, dan mereka tidak akan pernah kehilangan rumah mereka, karena bagi merekalah, pegunungan dan hutan muncul dan ada; binatang liar terus memenuhi tugas mereka dan melakukan segala sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk menjaga pegunungan dan hutan. Demikian juga dengan binatang liar, mereka terus teguh mematuhi nasihat Sang Pencipta untuk mempertahankan wilayah mereka, dan terus menggunakan sifat binatang mereka untuk menjaga keseimbangan segala sesuatu yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan menunjukkan otoritas dan kuasa Sang Pencipta!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 89

Di Bawah Otoritas Sang Pencipta, Segala Sesuatu Sempurna

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, termasuk yang bisa bergerak dan yang tidak bisa bergerak, seperti burung dan ikan, seperti pepohonan dan bunga, dan termasuk ternak, serangga, dan binatang liar yang diciptakan pada hari keenam—mereka semuanya baik di mata Tuhan, dan, terlebih lagi, di mata Tuhan, hal-hal ini, sesuai dengan rencana-Nya, semuanya telah mencapai puncak kesempurnaan, dan telah mencapai standar yang ingin Tuhan capai. Selangkah demi selangkah, Sang Pencipta melakukan pekerjaan yang hendak Dia lakukan sesuai dengan rencana-Nya. Satu demi satu, hal-hal yang ingin Dia ciptakan muncul, dan kemunculan masing-masing adalah cerminan otoritas Sang Pencipta, kristalisasi otoritas-Nya; karena kristalisasi ini, semua makhluk mau tak mau hanya dapat bersyukur atas anugerah dan perbekalan dari Sang Pencipta. Saat perbuatan ajaib Tuhan terwujud, dunia ini berkembang, sepotong demi sepotong, seiring dengan diciptakannya segala sesuatu oleh Tuhan, dan dunia ini berubah dari kekacauan dan kegelapan menjadi kejelasan dan kecemerlangan, dari keheningan total menjadi keaktifan dan daya hidup tak terbatas. Di antara segala ciptaan, dari yang besar sampai yang kecil, dari yang kecil hingga yang mikroskopis, tidak ada yang tidak diciptakan oleh otoritas dan kuasa Sang Pencipta, dan terdapat kebutuhan dan nilai yang unik dan inheren pada keberadaan setiap makhluk. Terlepas dari perbedaan bentuk dan struktur mereka, mereka harus diciptakan oleh Sang Pencipta untuk berada di bawah otoritas Sang Pencipta. Kadang kala orang akan melihat serangga, seekor serangga yang sangat jelek, dan mereka akan berkata: "Serangga itu sangat mengerikan, tidak mungkin makhluk jelek semacam itu diciptakan oleh Tuhan—tidak mungkin Dia menciptakan sesuatu yang sedemikian jeleknya." Benar-benar pandangan yang bodoh! Yang seharusnya mereka katakan adalah, "Meski sangat jelek, serangga ini diciptakan oleh Tuhan, jadi ia pasti memiliki tujuan uniknya sendiri." Dalam pikiran Tuhan, Dia berkehendak memberikan setiap macam tampilan, dan segala macam fungsi dan kegunaan, kepada berbagai makhluk hidup yang Dia ciptakan, jadi tidak satu pun dari hal-hal yang Tuhan ciptakan memiliki tampilan yang sama. Dari tampilan luar mereka hingga komposisi internal mereka, dari kebiasaan hidup mereka hingga lokasi yang mereka tempati—masing-masing berbeda. Sapi memiliki tampilan sapi, keledai memiliki tampilan keledai, rusa memiliki tampilan rusa, dan gajah memiliki tampilan gajah. Dapatkah engkau mengatakan mana yang berpenampilan terbaik, dan mana yang terburuk? Dapatkah engkau mengatakan mana yang paling berguna, dan keberadaan mana yang paling tidak diperlukan? Beberapa orang menyukai tampilan gajah, tetapi tidak seorang pun menggunakan gajah untuk menanam ladang; beberapa orang menyukai tampilan singa dan harimau, karena penampilan mereka paling mengesankan di antara segala sesuatu, tetapi bisakah engkau menjadikan mereka sebagai hewan peliharaan? Singkatnya, mengenai banyak hal tentang ciptaan, manusia harus tunduk pada otoritas Sang Pencipta, yang berarti, tunduk pada tatanan yang ditetapkan oleh Sang Pencipta untuk segala sesuatu; inilah sikap yang paling bijaksana. Hanya sikap yang mencari dan taat pada maksud asli Sang Pencipta yang merupakan penerimaan dan keyakinan yang benar akan otoritas Sang Pencipta. Itu baik di mata Tuhan, jadi apa alasan manusia harus mencari-cari kesalahan?

Dengan demikian, segala sesuatu di bawah otoritas Sang Pencipta akan memainkan simfoni baru bagi kedaulatan Sang Pencipta, akan memulai suatu pendahuluan yang brilian bagi pekerjaan-Nya di hari yang baru, dan pada saat ini, Sang Pencipta juga akan membuka lembaran baru dalam pekerjaan pengelolaan-Nya! Menurut hukum yang ditetapkan oleh Sang Pencipta mengenai masa bertunas pada musim semi, pematangan pada musim panas, panen pada musim gugur, dan penyimpanan pada musim dingin segala sesuatu akan selaras dengan rencana pengelolaan Sang Pencipta, dan segala sesuatu akan menyambut hari baru, awal baru, juga perjalanan hidup baru mereka sendiri. Mereka akan terus hidup dan berkembang biak dalam suksesi tanpa akhir untuk menyambut setiap hari di bawah kedaulatan otoritas Sang Pencipta. ...

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 90

Tidak Satu pun dari Makhluk Ciptaan dan Makhluk Bukan Ciptaan Dapat Menggantikan Identitas Sang Pencipta

Sejak Dia memulai penciptaan segala sesuatu, kuasa Tuhan mulai diungkapkan dan dinyatakan, karena Tuhan menggunakan firman untuk menciptakan segala sesuatu. Dengan cara apa pun Dia menciptakan semua itu, dengan alasan apa pun Dia menciptakan semua itu, segala sesuatu menjadi tercipta dan tetap bertahan dan ada oleh karena firman Tuhan; inilah otoritas unik Sang Pencipta. Pada waktu sebelum manusia muncul di dunia, Sang Pencipta menggunakan kuasa dan otoritas-Nya untuk menciptakan segala sesuatu bagi umat manusia, dan menggunakan metode-Nya yang unik untuk mempersiapkan lingkungan hidup yang cocok bagi umat manusia. Semua yang Dia lakukan adalah persiapan bagi umat manusia, yang akan segera menerima napas-Nya. Ini berarti, pada waktu sebelum manusia diciptakan, otoritas Tuhan diwujudkan dalam semua makhluk yang berbeda dari manusia, dalam hal-hal yang sebesar langit, benda-benda penerang, laut, dan darat, dan dalam hal-hal yang sekecil binatang dan burung, serta segala macam serangga dan mikroorganisme, termasuk berbagai bakteri yang tak terlihat oleh mata telanjang. Masing-masing dihidupkan oleh firman Sang Pencipta, masing-masing berkembang biak oleh karena firman Sang Pencipta, dan masing-masing hidup di bawah kedaulatan Sang Pencipta oleh karena firman-Nya. Meski mereka tidak menerima napas Sang Pencipta, mereka tetap menunjukkan vitalitas hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta melalui berbagai bentuk dan struktur mereka; meski mereka tidak menerima kemampuan untuk berbicara seperti yang diberikan kepada umat manusia oleh Sang Pencipta, mereka masing-masing menerima cara mengungkapkan hidup mereka yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta, dan yang berbeda dari bahasa manusia. Otoritas Sang Pencipta tidak hanya memberikan vitalitas hidup pada objek-objek materiel yang tampak statis, sehingga mereka tidak akan pernah hilang, tetapi, Dia juga memberikan naluri untuk bereproduksi dan berkembang biak kepada setiap makhluk hidup, sehingga mereka tidak akan pernah lenyap, sehingga generasi demi generasi, mereka akan meneruskan hukum dan prinsip kelangsungan hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta. Cara yang digunakan oleh Sang Pencipta untuk mengerahkan otoritas-Nya tidak secara kaku mengikuti sudut pandang makro atau mikro, dan tidak terbatas pada bentuk apa pun; Dia mampu mengendalikan beroperasinya alam semesta dan berdaulat atas hidup dan mati segala sesuatu, dan, terlebih lagi, Dia sanggup mengatur segala sesuatu sehingga semua itu melayani-Nya; Dia dapat mengelola keseluruhan beroperasinya pegunungan, sungai, dan danau, dan mengatur segala sesuatu di dalamnya, dan lebih dari itu, Dia mampu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh segala sesuatu. Inilah perwujudan dari otoritas unik Sang Pencipta di antara segala sesuatu selain manusia. Perwujudan seperti itu tidak hanya berlangsung seumur hidup; perwujudan seperti itu tidak akan pernah berhenti, atau beristirahat, dan tidak dapat diubah atau dirusak oleh orang atau benda apa pun, juga tidak dapat ditambahkan atau dikurangi oleh orang atau benda apa pun—karena tidak ada yang dapat menggantikan identitas Sang Pencipta, dan karena itulah, otoritas Sang Pencipta tak dapat digantikan oleh makhluk ciptaan apa pun; otoritas Sang Pencipta tak dapat dicapai oleh makhluk bukan ciptaan apa pun. Ambil contoh utusan dan malaikat Tuhan. Mereka tidak memiliki kuasa Tuhan, apalagi otoritas Sang Pencipta, dan alasan mengapa mereka tidak memiliki kuasa dan otoritas Tuhan adalah karena mereka tidak memiliki hakikat Sang Pencipta. Makhluk bukan ciptaan, misalnya utusan dan malaikat Tuhan, meskipun mereka bisa melakukan beberapa hal atas nama Tuhan, mereka tidak dapat merepresentasikan Tuhan. Meski mereka memiliki kuasa yang tidak dimiliki oleh manusia, mereka tidak memiliki otoritas Tuhan, mereka tidak memiliki otoritas Tuhan untuk menciptakan segala sesuatu, dan memerintah segala sesuatu, dan berdaulat atas segala sesuatu. Jadi, keunikan Tuhan tidak dapat digantikan oleh makhluk bukan ciptaan apa pun, dan, demikian juga dengan otoritas dan kuasa Tuhan, itu tak dapat digantikan oleh makhluk bukan ciptaan apa pun. Dalam Alkitab, pernahkah engkau membaca tentang utusan Tuhan yang menciptakan segala sesuatu? Mengapa Tuhan tidak mengirimkan seorang utusan atau malaikat-Nya untuk menciptakan segala sesuatu? Itu karena mereka tidak memiliki otoritas Tuhan, dan karenanya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengerahkan otoritas Tuhan. Sama seperti semua makhluk ciptaan, mereka semua berada di bawah kedaulatan Sang Pencipta, dan di bawah otoritas Sang Pencipta, sehingga, dengan demikian Sang Pencipta adalah juga Tuhan mereka dan Penguasa mereka. Di antara mereka masing-masing—entah mereka berkedudukan tinggi atau rendah, entah memiliki kuasa yang besar atau kecil—tidak ada yang dapat melampaui otoritas Sang Pencipta, sehingga di antara mereka, tidak ada satu pun yang dapat menggantikan identitas Sang Pencipta. Mereka tidak akan pernah disebut Tuhan, dan tidak akan pernah bisa menjadi Sang Pencipta. Ini adalah kebenaran dan fakta yang tak dapat diubah!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 91

Tuhan Menggunakan Firman-Nya untuk Menetapkan Sebuah Perjanjian Dengan Manusia

Kejadian 9:11-13 Dan Aku akan menetapkan perjanjian-Ku dengan engkau, tidak akan ada lagi makhluk hidup yang akan dimusnahkan oleh air bah; dan tidak akan ada lagi air bah yang akan menghancurkan bumi. Dan Tuhan berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kutetapkan antara Aku dan engkau dan setiap makhluk hidup yang ada bersama-sama denganmu, turun-temurun: Aku akan menaruh busur-Ku di awan, dan itu akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

Setelah Dia Menciptakan Segala Sesuatu, Otoritas Sang Pencipta Dinyatakan dengan Tegas dan Dipertunjukkan Sekali Lagi dalam Perjanjian Pelangi

Otoritas Sang Pencipta selalu dipertunjukkan dan dilaksanakan di antara semua makhluk ciptaan, dan Dia tidak hanya mengatur nasib segala sesuatu, tetapi Dia juga mengatur manusia, makhluk istimewa yang Dia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, dan yang memiliki struktur kehidupan yang berbeda dan berada dalam bentuk kehidupan yang berbeda. Setelah menciptakan segala sesuatu, Sang Pencipta tidak berhenti mengungkapkan otoritas dan kuasa-Nya; bagi-Nya, otoritas yang digunakan oleh-Nya untuk berdaulat atas segala sesuatu dan atas nasib seluruh umat manusia, secara resmi dimulai baru pada saat manusia benar-benar dilahirkan dari tangan-Nya. Dia bermaksud untuk mengelola manusia, dan mengatur manusia; Dia bermaksud menyelamatkan manusia dan benar-benar mendapatkan manusia, untuk mendapatkan manusia yang mampu memerintah segala sesuatu; Dia bermaksud untuk menciptakan manusia seperti itu untuk hidup di bawah otoritas-Nya, dan mengetahui serta menaati otoritas-Nya. Jadi, Tuhan mulai secara resmi mengungkapkan otoritas-Nya di antara manusia dengan menggunakan firman-Nya, dan mulai menggunakan otoritas-Nya untuk mewujudkan firman-Nya. Tentu saja, otoritas Tuhan dipertunjukkan di semua tempat selama proses ini; Aku hanya mengambil beberapa contoh spesifik yang dikenal luas, yang melaluinya engkau semua dapat memahami dan mengetahui keunikan Tuhan dan otoritas-Nya yang unik.

Ada kesamaan antara nas dalam Kejadian 9:11-13 dan nas di atas tentang catatan penciptaan dunia oleh Tuhan, tetapi juga ada sebuah perbedaan. Apa kesamaannya? Kesamaannya terletak pada penggunaan firman oleh Tuhan untuk melakukan apa yang Dia kehendaki, dan perbedaannya adalah bahwa nas-nas yang dikutip di sini merepresentasikan percakapan Tuhan dengan manusia, di mana Dia menetapkan sebuah perjanjian dengan manusia dan mengatakan kepada manusia apa yang terkandung dalam perjanjian tersebut. Pengerahan otoritas Tuhan ini dilaksanakan selama dialog-Nya dengan manusia, yang berarti bahwa, sebelum penciptaan umat manusia, firman Tuhan adalah instruksi, dan perintah, yang diberikan kepada makhluk yang hendak Dia ciptakan. Namun sekarang ada seseorang yang mendengarkan firman Tuhan, dan oleh karena itu, firman-Nya merupakan dialog dengan manusia dan juga nasihat dan teguran kepada manusia. Lebih dari itu, firman Tuhan adalah perintah yang mengandung otoritas-Nya dan yang disampaikan kepada segala sesuatu.

Tindakan Tuhan apa yang dicatat dalam nas ini? Nas itu mencatat perjanjian yang Tuhan tetapkan dengan manusia setelah Dia memusnahkan dunia dengan air bah; nas ini memberi tahu manusia bahwa Tuhan tidak akan melakukan pemusnahan seperti itu lagi terhadap dunia, dan bahwa, karena inilah, Tuhan menciptakan sebuah tanda. Apakah tanda ini? Dalam Kitab Suci, dikatakan bahwa "Aku akan menaruh busur-Ku di awan, dan itu akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi." Ini adalah firman yang murni diucapkan oleh Sang Pencipta kepada umat manusia. Saat Dia mengucapkan firman ini, sebuah pelangi muncul di depan mata manusia, dan pelangi itu tetap ada di sana hingga hari ini. Semua orang pernah melihat pelangi seperti itu, dan ketika engkau melihatnya, apakah engkau tahu bagaimana pelangi muncul? Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikannya, atau menemukan sumbernya, atau mengidentifikasi keberadaannya. Itu karena pelangi adalah sebuah tanda perjanjian yang ditetapkan antara Sang Pencipta dan manusia; pelangi tidak memerlukan dasar ilmiah, tidak dibuat oleh manusia, dan manusia juga tidak mampu mengubahnya. Pelangi merupakan kelanjutan dari otoritas Sang Pencipta setelah Dia mengucapkan firman-Nya. Sang Pencipta menggunakan metode khusus-Nya sendiri untuk menepati perjanjian-Nya dengan manusia dan janji-Nya, sehingga Dia menggunakan pelangi sebagai sebuah tanda perjanjian yang telah Dia tetapkan sebagai ketetapan dan hukum surgawi yang akan tetap tidak berubah untuk selamanya, baik bagi Sang Pencipta maupun bagi manusia ciptaan. Hukum yang tak dapat diubah ini, harus dikatakan sebagai perwujudan sejati lainnya dari otoritas Sang Pencipta setelah penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan harus dikatakan bahwa otoritas dan kuasa Sang Pencipta tidak terbatas; digunakannya pelangi oleh-Nya sebagai sebuah tanda adalah kelanjutan dan perpanjangan dari otoritas Sang Pencipta. Ini adalah tindakan lain yang dilakukan oleh Tuhan dengan menggunakan firman-Nya, dan merupakan tanda perjanjian yang telah Tuhan tetapkan dengan manusia dengan menggunakan firman. Dia memberitahukan kepada manusia apa yang bertekad Dia lakukan, dan dengan cara apa hal tersebut akan digenapi dan dicapai. Dengan cara inilah, hal ini digenapi sesuai dengan firman dari mulut Tuhan. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa seperti itu, dan sekarang ini, beberapa ribu tahun setelah Dia mengucapkan firman tersebut, manusia masih bisa melihat pelangi yang diucapkan dari mulut Tuhan. Karena firman tersebut diucapkan oleh Tuhan, hal ini tetap tak berubah dan tak dapat diubah sampai hari ini. Tidak ada yang bisa menghilangkan pelangi ini, tidak ada yang bisa mengubah hukumnya, dan pelangi itu ada semata-mata karena firman Tuhan. Inilah tepatnya otoritas Tuhan. "Tuhan sama berotoritasnya dengan firman-Nya, dan firman-Nya akan digenapi, dan apa yang Dia genapi bertahan untuk selamanya." Firman seperti itulah yang dengan jelas diwujudkan di sini, dan inilah tanda dan karakteristik yang jelas dari otoritas dan kuasa Tuhan. Tanda atau karakteristik seperti itu tidak dimiliki dan tidak terlihat dalam makhluk ciptaan apa pun, juga tidak terlihat dalam makhluk bukan ciptaan apa pun. Itu hanya dimiliki oleh Tuhan yang unik, dan membedakan identitas serta hakikat yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta dari yang dimiliki oleh makhluk ciptaan. Pada saat yang sama, itu juga merupakan tanda dan karakteristik yang, selain oleh Tuhan itu sendiri, tidak pernah dapat dilampaui oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun.

Tindakan Tuhan menetapkan perjanjian-Nya dengan manusia adalah tindakan yang sangat penting, tindakan yang hendak Dia gunakan untuk menyampaikan sebuah fakta kepada manusia dan untuk memberitahukan kehendak-Nya kepada manusia. Untuk tujuan ini, Dia menggunakan sebuah metode unik, menggunakan sebuah tanda khusus untuk menetapkan perjanjian dengan manusia, sebuah tanda yang merupakan janji perjanjian yang telah Dia tetapkan dengan manusia. Jadi, apakah penetapan perjanjian ini merupakan peristiwa yang luar biasa? Seberapa luar biasakah itu? Inilah tepatnya yang menjadikan perjanjian itu begitu istimewa: itu bukanlah perjanjian yang diadakan antara satu manusia dengan manusia lainnya, atau antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, atau antara satu negara dengan negara lainnya, melainkan sebuah perjanjian yang diadakan antara Sang Pencipta dengan seluruh umat manusia, dan perjanjian itu yang akan tetap berlaku hingga hari ketika Sang Pencipta menghapuskan segala sesuatu. Pelaksana perjanjian ini adalah Sang Pencipta, dan pemeliharanya juga adalah Sang Pencipta. Singkatnya, keseluruhan perjanjian pelangi yang ditetapkan dengan umat manusia digenapi dan dicapai sesuai dengan dialog antara Sang Pencipta dan umat manusia, dan tetap demikian hingga hari ini. Apa lagi yang bisa dilakukan oleh makhluk ciptaan selain tunduk, taat, percaya, menghargai, bersaksi, dan memuji otoritas Sang Pencipta? Karena hanya Tuhan yang unik yang memiliki kuasa untuk menetapkan perjanjian seperti itu. Munculnya pelangi yang berulang kali adalah pengumuman kepada umat manusia dan mengingatkan manusia pada perjanjian antara Sang Pencipta dan umat manusia. Melalui penampakan perjanjian antara Sang Pencipta dan umat manusia yang terus-menerus tersebut, apa yang dipertunjukkan kepada manusia bukanlah pelangi atau perjanjian itu sendiri, melainkan otoritas Sang Pencipta yang tidak dapat diubah. Kemunculan pelangi yang berulang kali mempertunjukkan perbuatan Sang Pencipta yang luar biasa dan ajaib di tempat tersembunyi, dan pada saat yang sama merupakan cerminan penting dari otoritas Sang Pencipta yang tidak akan pernah pudar, dan tidak akan pernah berubah. Bukankah ini sebuah pertunjukan aspek lain dari otoritas unik Sang Pencipta?

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 92

Berkat Tuhan

Kejadian 17:4-6 Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku denganmu, dan engkau akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Dan namamu tidak akan lagi disebut Abram, melainkan Abraham; karena Aku telah membuatmu menjadi bapa banyak bangsa. Dan Aku akan membuatmu memiliki banyak sekali keturunan, dan Aku akan membuatmu menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darimu.

Kejadian 18:18-19 Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia. Karena Aku tahu bahwa dia akan memerintahkan anak-anak dan seisi rumahnya, supaya mereka tetap hidup menurut jalan Yahweh, dengan melakukan keadilan dan kebenaran, dan supaya Yahweh memberikan kepada Abraham apa yang sudah dijanjikan-Nya kepadanya.

Kejadian 22:16-18 Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah, demikianlah Yahweh berfirman, "karena engkau telah melakukan hal ini dan tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya; dan melalui keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku."

Ayub 42:12 Maka Yahweh memberkati Ayub dalam kehidupan berikutnya lebih daripada sebelumnya; dia memiliki 14.000 domba, dan 6.000 unta, dan 1.000 lembu, dan 1.000 keledai betina.

Cara Penyampaian dan Karakteristik Unik Perkataan Sang Pencipta adalah Simbol dari Identitas dan Otoritas Unik Sang Pencipta

Banyak orang ingin mencari, dan mendapatkan berkat Tuhan, tetapi tidak setiap orang dapat memperoleh berkat-berkat ini, karena Tuhan memiliki prinsip-Nya sendiri, dan memberkati manusia dengan cara-Nya sendiri. Janji yang Tuhan buat kepada manusia, dan besarnya kasih karunia yang Dia anugerahkan kepada manusia dialokasikan berdasarkan pikiran dan tindakan manusia. Jadi, apakah yang ditunjukkan oleh berkat-berkat Tuhan? Apa yang dapat orang lihat orang di dalamnya? Pada titik ini, mari kita kesampingkan pembahasan tentang orang macam apa yang Tuhan berkati, dan prinsip tentang bagaimana Tuhan memberkati manusia. Sebaliknya, mari kita melihat berkat Tuhan kepada manusia dengan tujuan mengetahui otoritas Tuhan, dari perspektif mengenal otoritas Tuhan.

Keempat nas Kitab Suci di atas semuanya adalah catatan tentang berkat Tuhan bagi manusia. Keempat nas tersebut memberikan keterangan terperinci mengenai penerima berkat Tuhan, seperti Abraham dan Ayub, juga alasan Tuhan menganugerahkan berkat-Nya, dan apa yang terkandung dalam berkat-berkat ini. Nada dan cara penyampaian perkataan Tuhan, dan perspektif serta posisi dari mana Dia berbicara, memungkinkan orang untuk menyadari bahwa Pribadi yang melimpahkan berkat dan penerima berkat tersebut memiliki identitas, status, dan hakikat yang sangat berbeda. Nada dan cara penyampaian perkataan-perkataan ini, dan posisi dari mana perkataan ini diucapkan, adalah milik Tuhan semata, yang memiliki identitas Sang Pencipta. Dia memiliki otoritas dan kekuatan, serta kehormatan Sang Pencipta, dan kemegahan yang tidak dapat diragukan oleh manusia mana pun.

Mari kita melihat Kejadian 17:4-6: "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku denganmu, engkau akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Dan namamu tidak akan lagi disebut Abram, melainkan Abraham; karena Aku telah membuatmu menjadi bapa banyak bangsa. Dan Aku akan membuat engkau memiliki banyak sekali keturunan dan Aku akan membuat keturunanmu menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darimu." Firman ini adalah perjanjian yang Tuhan tetapkan dengan Abraham, serta berkat Tuhan untuk Abraham: Tuhan akan menjadikan Abraham bapa bangsa-bangsa, membuatnya beranak cucu sangat banyak; membuat keturunannya menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darinya. Apakah engkau melihat otoritas Tuhan dalam semua firman ini? Dan bagaimana engkau melihat otoritas seperti itu? Aspek manakah dari hakikat otoritas Tuhan yang engkau lihat? Dengan membaca semua firman ini secara cermat, tidak sukar untuk menemukan bahwa otoritas dan identitas Tuhan sangat jelas diungkapkan dalam susunan kata perkataan Tuhan. Sebagai contoh, saat Tuhan berkata "Inilah perjanjian-Ku denganmu, engkau akan ... Aku telah membuatmu ... Aku akan membuatmu ...," frasa seperti "engkau akan" dan "Aku akan," yang susunan katanya menyatakan dengan tegas identitas dan otoritas Tuhan, di satu sisi merupakan indikasi kesetiaan Sang Pencipta, dan di sisi lain, merupakan firman khusus yang digunakan oleh Tuhan, yang memiliki identitas Sang Pencipta—juga merupakan bagian dari kosakata yang konvensional. Jika seseorang berkata mereka berharap orang lain akan beranak cucu sangat banyak, bahwa bangsa-bangsa akan berasal dari mereka, dan bahwa raja-raja akan lahir dari mereka, tidak diragukan lagi, itu adalah semacam harapan, dan bukan merupakan janji atau berkat. Jadi, orang tidak berani mengatakan: "Aku akan menjadikanmu ini dan itu, engkau akan seperti ini dan itu ...," karena mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki kuasa seperti itu; itu tidak tergantung pada mereka, dan bahkan seandainya mereka mengatakan hal seperti itu, perkataan mereka hanya omong kosong, didorong oleh hasrat dan ambisi mereka. Adakah yang berani berbicara dengan nada seangkuh itu jika mereka merasa bahwa mereka tidak dapat mencapai keinginan mereka? Setiap orang mengharapkan hal baik untuk keturunan mereka, dan berharap bahwa mereka akan unggul dan menikmati kesuksesan besar. "Betapa beruntungnya jika salah satu dari mereka menjadi kaisar! Jika orang ingin menjadi gubernur itu juga bagus—selama mereka menjadi orang penting!" Semua ini adalah harapan orang, tetapi orang hanya dapat mengharapkan berkat atas keturunan mereka, dan tidak dapat memenuhi atau membuat janji mereka menjadi kenyataan. Dalam hati mereka, setiap orang tahu dengan jelas bahwa mereka tidak memiliki kuasa untuk mencapai hal-hal seperti itu, karena segala sesuatu tentang hal-hal tersebut berada di luar kendali mereka, jadi bagaimana mungkin mereka bisa mengatur nasib orang lain? Alasan mengapa Tuhan dapat mengatakan perkataan seperti ini adalah karena Tuhan memiliki otoritas seperti itu, dan mampu mencapai serta mewujudkan semua janji yang Dia buat kepada manusia, dan membuat semua berkat yang Dia anugerahkan kepada manusia menjadi kenyataan. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan bagi Tuhan, membuat seseorang beranak cucu sangat banyak itu mudah sekali; membuat makmur keturunan seseorang hanya diperlukan sepatah kata dari-Nya. Dia tidak pernah harus membuat diri-Nya bersusah payah untuk melakukan hal seperti itu, atau berpikir sangat keras, atau membuat diri-Nya sendiri bingung karena hal itu; ini adalah kuasa Tuhan, otoritas Tuhan yang sesungguhnya.

Setelah membaca "Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia" dalam Kejadian 18:18, bisakah engkau semua merasakan otoritas Tuhan? Bisakah engkau semua merasakan keluarbiasaan Sang Pencipta? Bisakah engkau semua merasakan supremasi Sang Pencipta? Firman Tuhan bersifat pasti. Tuhan berfirman seperti itu bukan karena, atau sebagai representasi, keyakinan-Nya akan keberhasilan; sebaliknya firman Tuhan adalah bukti otoritas perkataan Tuhan, dan merupakan perintah yang menggenapi firman Tuhan. Ada dua pengungkapan yang harus engkau semua perhatikan di sini. Ketika Tuhan berkata "Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia," adakah unsur ambiguitas dalam firman ini? Adakah elemen kekhawatiran? Adakah unsur ketakutan? Karena kata-kata "pasti akan" dan "akan" dalam perkataan Tuhan, semua unsur ini, yang khas ada pada manusia dan sering kali ditampilkan dalam dirinya, tidak pernah memiliki hubungan apa pun dengan Sang Pencipta. Tidak seorang pun berani menggunakan kata-kata seperti itu ketika mengharapkan hal yang baik untuk orang lain, tidak seorang pun berani memberkati orang lain dengan keyakinan seperti itu, yakni dengan memberikan kepada mereka bangsa yang besar dan kuat, atau menjanjikan bahwa semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dirinya. Semakin pasti firman Tuhan, semakin firman tersebut membuktikan sesuatu—dan apakah sesuatu itu? Firman Tuhan membuktikan bahwa Tuhan memiliki otoritas seperti itu, bahwa otoritas-Nya dapat mencapai hal-hal ini, dan bahwa penggenapan firman Tuhan pasti terjadi. Tuhan yakin di dalam hati-Nya, tanpa sedikit pun keraguan, akan semua hal yang Dia berkati kepada Abraham. Lebih jauh lagi, keseluruhan dari hal ini akan digenapi sesuai dengan firman-Nya, dan tidak ada kekuatan yang akan mampu mengubah, menghalangi, merusak, atau mengganggu penggenapannya. Hal lain apa pun yang terjadi, tidak ada apa pun yang dapat membatalkan atau memengaruhi penggenapan dan pencapaian firman Tuhan. Ini adalah kekuatan sesungguhnya dari firman yang diucapkan dari mulut Sang Pencipta, dan otoritas Sang Pencipta yang tidak menoleransi penyangkalan manusia! Setelah membaca firman Tuhan ini, apakah engkau masih merasa ragu? Firman ini diucapkan dari mulut Tuhan, dan ada kuasa, kemegahan, dan otoritas dalam firman Tuhan. Kekuatan dan otoritas seperti itu, serta pencapaian fakta yang pasti terjadi tersebut, tidaklah mungkin dicapai oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun, dan tidak dapat dilampaui oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun. Hanya Sang Pencipta yang dapat bercakap dengan umat manusia dengan nada dan intonasi seperti itu, dan kenyataan telah membuktikan bahwa janji-Nya bukanlah kata-kata hampa, atau omong kosong, tetapi merupakan pengungkapan dari otoritas unik yang tak terlampaui oleh orang, peristiwa atau hal apa pun.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 93

Kejadian 17:4-6 Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku denganmu, dan engkau akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Dan namamu tidak akan lagi disebut Abram, melainkan Abraham; karena Aku telah membuatmu menjadi bapa banyak bangsa. Dan Aku akan membuatmu memiliki banyak sekali keturunan, dan Aku akan membuatmu menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darimu.

Kejadian 18:18-19 Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia. Karena Aku tahu bahwa dia akan memerintahkan anak-anak dan seisi rumahnya, supaya mereka tetap hidup menurut jalan Yahweh, dengan melakukan keadilan dan kebenaran, dan supaya Yahweh memberikan kepada Abraham apa yang sudah dijanjikan-Nya kepadanya.

Kejadian 22:16-18 Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah, demikianlah Yahweh berfirman, "karena engkau telah melakukan hal ini dan tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya; dan melalui keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku."

Ayub 42:12 Maka Yahweh memberkati Ayub dalam kehidupan berikutnya lebih daripada sebelumnya; dia memiliki 14.000 domba, dan 6.000 unta, dan 1.000 lembu, dan 1.000 keledai betina.

Apa perbedaan antara firman yang diucapkan oleh Tuhan dan perkataan yang diucapkan oleh manusia? Saat engkau membaca firman yang diucapkan oleh Tuhan ini, engkau merasakan kekuatan firman Tuhan dan otoritas Tuhan. Bagaimana perasaanmu saat engkau mendengar orang mengucapkan perkataan semacam itu? Apakah menurutmu mereka sangat congkak dan sombong, orang-orang yang memamerkan diri mereka sendiri? Karena mereka tidak memiliki kuasa ini, mereka tidak memiliki otoritas seperti itu, dan karenanya mereka sama sekali tidak mampu mencapai hal-hal seperti ini. Bahwa mereka begitu yakin akan janji-janji mereka, itu hanya menunjukkan kecerobohan dari pernyataan mereka. Jika seseorang mengatakan perkataan seperti itu, mereka tidak diragukan lagi sedang bersikap congkak, dan terlalu percaya diri, dan mereka sedang menyingkapkan diri mereka sendiri sebagai contoh klasik dari watak si penghulu malaikat. Firman ini berasal dari mulut Tuhan; apakah engkau merasakan unsur kecongkakan di sini? Apakah engkau merasa bahwa firman Tuhan hanyalah lelucon? Firman Tuhan adalah otoritas, firman Tuhan adalah fakta, dan sebelum firman diucapkan dari mulut-Nya, yang berarti, sementara Dia membuat keputusan untuk melakukan sesuatu, hal tersebut sudah tercapai. Dapat dikatakan bahwa semua yang Tuhan katakan kepada Abraham adalah perjanjian yang Tuhan tetapkan dengan Abraham, dan janji yang Tuhan buat kepada Abraham. Janji ini adalah fakta yang sudah ditetapkan, dan fakta yang sudah tercapai, dan fakta-fakta ini secara bertahap digenapi dalam pikiran Tuhan sesuai dengan rencana Tuhan. Jadi, untuk Tuhan mengatakan perkataan seperti itu, tidaklah berarti bahwa Dia memiliki watak yang congkak, karena Tuhan mampu mencapai hal-hal seperti itu. Dia memiliki kuasa dan otoritas ini, dan sepenuhnya mampu mencapai tindakan-tindakan ini, dan pencapaian semua itu sepenuhnya berada dalam jangkauan kemampuan-Nya. Ketika firman seperti ini diucapkan dari mulut Tuhan, semua itu adalah penyingkapan dan pengungkapan dari watak sejati Tuhan, sebuah penyingkapan dan perwujudan yang sempurna dari hakikat dan otoritas Tuhan, dan tidak ada yang lebih pantas dan tepat sebagai bukti identitas Sang Pencipta. Cara penyampaian, nada, dan susunan kata perkataan semacam itu tepat merupakan ciri dari identitas Sang Pencipta, dan sepenuhnya sesuai dengan pengungkapan identitas Tuhan sendiri; di dalamnya tidak ada kepura-puraan, tidak ada kenajisan; semua itu sepenuhnya dan seutuhnya merupakan peragaan sempurna hakikat dan otoritas Sang Pencipta. Sedangkan makhluk ciptaan, mereka tidak memiliki otoritas ini, juga tidak memiliki hakikat ini, apalagi memiliki kuasa yang diberikan oleh Tuhan. Jika manusia memperlihatkan perilaku semacam itu, maka itu sudah pasti merupakan ledakan dari wataknya yang rusak, dan akar penyebab hal ini adalah pengaruh bercampurnya kecongkakan dan ambisi liar manusia, dan tersingkapnya niat jahat Iblis si setan, yang ingin menipu orang dan membujuk mereka untuk mengkhianati Tuhan. Bagaimana Tuhan memandang apa yang diungkapkan oleh perkataan semacam itu? Tuhan akan mengatakan bahwa engkau ingin merebut tempat-Nya dan bahwa engkau ingin meniru dan menggantikan Dia. Saat engkau meniru nada perkataan Tuhan, niatmu adalah menggantikan tempat Tuhan dalam hati orang-orang, untuk mengambil alih umat manusia yang secara sah adalah milik Tuhan. Ini benar-benar adalah Iblis; inilah tindakan keturunan si penghulu malaikat, yang tak dapat ditoleransi oleh Surga! Di antara engkau semua, adakah orang yang pernah meniru Tuhan dengan cara tertentu dengan mengucapkan beberapa kata, dengan niat menyesatkan dan menipu orang-orang, dan membuat mereka merasa seolah-olah perkataan dan tindakan orang ini mengandung otoritas dan kekuatan Tuhan, seolah-olah hakikat dan identitas orang ini unik, dan bahkan seolah-olah nada perkataan orang ini mirip dengan nada perkataan Tuhan? Pernahkah engkau semua melakukan sesuatu seperti ini? Pernahkah engkau meniru nada Tuhan dalam perkataanmu, dengan sikap yang tampak seolah-olah merepresentasikan watak Tuhan, dengan menggunakan apa yang kauanggap sebagai kekuatan dan otoritas? Apakah sebagian besar darimu sering kali bertindak, atau berencana untuk bertindak dengan cara seperti itu? Sekarang, ketika engkau semua benar-benar melihat, memahami, dan mengetahui otoritas Sang Pencipta, dan mengingat kembali apa yang biasanya engkau lakukan, dan apa yang engkau gunakan untuk mengungkapkan dirimu, apakah engkau merasa muak? Apakah engkau semua menyadari betapa tercela dan tak tahu malunya dirimu? Setelah membedah watak dan hakikat orang semacam itu, dapatkah dikatakan bahwa mereka adalah makhluk neraka terkutuk? Bisakah dikatakan bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal seperti itu sedang mempermalukan diri mereka sendiri? Apakah engkau semua menyadari keseriusan tentang natur dari tindakan seperti itu? Seberapa seriuskah itu? Niat orang yang bertindak dengan cara ini adalah meniru Tuhan. Mereka ingin menjadi Tuhan, membuat orang menyembah mereka sebagai Tuhan. Mereka ingin menghapus tempat Tuhan di hati orang, dan menyingkirkan Tuhan yang bekerja di antara manusia, dan mereka melakukan ini untuk mencapai tujuan mengendalikan orang, menelan orang, dan menguasai mereka. Setiap orang memiliki hasrat dan ambisi bawah sadar seperti ini, dan setiap orang hidup dalam hakikat rusak Iblis seperti ini, dalam natur Iblis di mana mereka bermusuhan dengan Tuhan, mengkhianati Tuhan, dan berharap untuk menjadi Tuhan. Setelah persekutuan-Ku tentang topik otoritas Tuhan, apakah engkau semua masih berharap atau bercita-cita untuk berpura-pura menjadi Tuhan, atau meniru Tuhan? Apakah engkau masih berhasrat menjadi Tuhan? Apakah engkau masih berharap menjadi Tuhan? Otoritas Tuhan tidak dapat ditiru oleh manusia, dan identitas serta status Tuhan tidak dapat ditiru oleh manusia. Meskipun engkau mampu meniru nada yang digunakan oleh Tuhan untuk berbicara, engkau tidak dapat meniru hakikat Tuhan. Meskipun engkau mampu berdiri di tempat Tuhan dan berpura-pura menjadi Tuhan, engkau tidak akan pernah mampu melakukan apa yang hendak Tuhan lakukan, dan tidak akan pernah mampu mengatur dan memerintah segala sesuatu. Di mata Tuhan, engkau akan selamanya menjadi makhluk kecil, dan sehebat apa pun keterampilan dan kemampuanmu, sebanyak apa pun karunia yang engkau miliki, engkau, dalam keseluruhan dirimu, berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta. Meski engkau mampu mengucapkan beberapa kata yang tegas, ini tidak dapat menunjukkan bahwa engkau memiliki hakikat Sang Pencipta, atau menyatakan bahwa engkau memiliki otoritas Sang Pencipta. Otoritas dan kuasa Tuhan adalah hakikat dari Tuhan itu sendiri. Otoritas dan kuasa Tuhan tidak dipelajari, atau ditambahkan secara lahiriah, tetapi merupakan hakikat dasar Tuhan itu sendiri. Jadi, hubungan antara Sang Pencipta dan makhluk ciptaan tidak pernah dapat diubah. Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 94

Otoritas Sang Pencipta Tidak Dibatasi oleh Waktu, Ruang, atau Geografi, dan Otoritas Sang Pencipta Tidak Terukur

Mari kita melihat Kejadian 22:17-18: Ini adalah nas lain yang diucapkan oleh Tuhan Yahweh, di mana Dia berkata kepada Abraham, "Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya; dan melalui keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku." Tuhan Yahweh memberkati Abraham berkali-kali bahwa keturunannya akan bertambah banyak—tetapi sampai sejauh mana mereka akan bertambah banyak? Sampai sejauh yang dikatakan dalam Kitab Suci: "seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut." Ini berarti bahwa Tuhan ingin menganugerahkan kepada Abraham keturunan sebanyak bintang di langit, dan sebanyak pasir di tepi laut. Tuhan berbicara dengan menggunakan perumpamaan, dan dari perumpamaan ini tidak sulit untuk melihat bahwa Tuhan tidak hanya akan menganugerahkan satu, dua, atau bahkan hanya ribuan keturunan kepada Abraham, melainkan jumlah yang tak terhitung banyaknya, sebanyak yang cukup untuk menjadikan mereka banyak bangsa, karena Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa dia akan menjadi bapa banyak bangsa. Lalu, apakah jumlah itu ditentukan oleh manusia, atau ditentukan oleh Tuhan? Dapatkah manusia mengendalikan berapa banyak keturunan yang dimilikinya? Apakah hal itu tergantung pada keputusannya? Sama sekali tidak tergantung pada manusia apakah dia memiliki beberapa keturunan atau tidak, apalagi memiliki keturunan sebanyak "bintang di langit dan pasir di tepi laut." Siapa tidak ingin keturunan mereka sebanyak bintang? Sayangnya, tidak semua hal selalu berjalan sesuai dengan yang engkau inginkan. Semahir atau semampu apa pun manusia, hal itu tidak tergantung pada keputusannya; tidak seorang pun dapat berdiri di luar apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Seberapa banyak yang Dia izinkan untuk engkau miliki, sebanyak itulah yang akan engkau miliki: jika Tuhan memberimu sedikit, engkau tidak akan pernah memiliki banyak, dan jika Tuhan memberimu banyak, tidak ada gunanya membenci seberapa banyak yang engkau miliki. Bukankah benar demikian? Semua ini tergantung keputusan Tuhan, bukan manusia! Manusia dikuasai oleh Tuhan, dan tidak seorang pun dikecualikan!

Saat Tuhan berfirman, "Aku akan membuat keturunanmu bertambah banyak," ini adalah perjanjian yang Tuhan tetapkan bersama Abraham, dan seperti halnya perjanjian pelangi, perjanjian ini pun terlaksana untuk selamanya, dan perjanjian tersebut adalah juga janji yang dibuat oleh Tuhan kepada Abraham. Hanya Tuhan yang memenuhi syarat dan mampu membuat janji ini menjadi kenyataan. Entah manusia memercayainya atau tidak, entah manusia menerimanya atau tidak, dan bagaimanapun cara manusia melihat dan memandangnya, semua ini akan digenapi sampai sedetail-detailnya, sesuai dengan firman yang Tuhan ucapkan. Firman Tuhan tidak akan berubah oleh karena perubahan dalam kehendak atau gagasan manusia, dan tidak akan berubah oleh karena perubahan dalam diri seseorang, atau peristiwa, atau hal apa pun. Segala sesuatu dapat menghilang, tetapi firman Tuhan akan tetap untuk selamanya. Sesungguhnya, hari ketika segala sesuatu menghilang adalah tepat merupakan hari ketika firman Tuhan digenapi sepenuhnya, karena Dia adalah Sang Pencipta, Dia memiliki otoritas Sang Pencipta, kuasa Sang Pencipta, dan Dia mengendalikan segala sesuatu dan semua daya hidup; Dia mampu menyebabkan sesuatu ada dari ketiadaan, atau menyebabkan sesuatu menjadi tidak ada, dan Dia mengendalikan transformasi segala sesuatu dari yang hidup hingga yang mati; bagi Tuhan, tidak ada hal lebih sederhana daripada melipatgandakan keturunan seseorang. Ini terdengar fantastis bagi manusia, seperti dongeng, tetapi bagi Tuhan, apa yang Dia putuskan dan janjikan untuk terlaksana, tidaklah fantastis, juga bukan sebuah dongeng. Sebaliknya, itu adalah fakta yang telah Tuhan lihat, dan yang pasti akan tercapai. Apakah engkau semua menghargai hal ini? Apakah fakta-fakta membuktikan bahwa keturunan Abraham sangat banyak? Dan seberapa banyakkah itu? Apakah sebanyak "bintang di langit dan pasir di tepi laut" yang diucapkan oleh Tuhan? Apakah mereka tersebar di semua negara dan wilayah, di setiap tempat di dunia? Melalui apa fakta ini tercapai? Apakah tercapai melalui otoritas firman Tuhan? Selama ratusan atau ribuan tahun setelah firman Tuhan diucapkan, firman Tuhan terus digenapi, dan terus-menerus menjadi kenyataan; inilah kekuatan firman Tuhan, dan bukti otoritas Tuhan. Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu pada mulanya, Tuhan berfirman, "Jadilah terang," maka terang pun jadi. Ini terjadi sangat cepat, digenapi dalam waktu sangat singkat, dan tidak ada penundaan dalam pencapaian dan penggenapannya; dampak dari firman Tuhan bersifat langsung. Keduanya merupakan peragaan otoritas Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberkati Abraham, Dia mengizinkan manusia untuk melihat sisi lain dari hakikat otoritas Tuhan, dan fakta bahwa otoritas Sang Pencipta itu tidak terukur, dan terlebih lagi, Dia mengizinkan manusia untuk melihat sisi yang lebih nyata dan yang sangat indah dari otoritas Sang Pencipta.

Begitu firman Tuhan diucapkan, otoritas Tuhan mengambil alih pekerjaan ini, dan fakta yang dijanjikan oleh mulut Tuhan secara berangsur-angsur mulai menjadi kenyataan. Akibatnya, perubahan mulai muncul di antara segala sesuatu, sama seperti bagaimana pada saat kedatangan musim semi, rumput berubah menjadi hijau, bunga-bunga bermekaran, tunas mencuat dari pepohonan, burung mulai berkicau, angsa terbang pulang, dan ladang dipenuhi orang-orang. ... Dengan kedatangan musim semi, segala sesuatu diremajakan, dan ini adalah perbuatan ajaib Sang Pencipta. Ketika Tuhan memenuhi janji-Nya, segala sesuatu di langit dan di bumi diperbarui dan berubah sesuai dengan pikiran Tuhan—tidak ada yang dikecualikan. Ketika sebuah komitmen atau janji diucapkan dari mulut Tuhan, segala sesuatu berfungsi ke arah penggenapannya, dan digerakkan demi penggenapannya; semua makhluk ciptaan diatur dan dikelola di bawah kekuasaan Sang Pencipta, memainkan peran mereka masing-masing, dan menjalankan fungsi mereka masing-masing. Ini adalah perwujudan dari otoritas Sang Pencipta. Apa yang engkau lihat dalam hal ini? Bagaimana engkau mengetahui otoritas Tuhan? Apakah otoritas Tuhan ada batas jangkauannya? Apakah ada batasan waktu? Dapatkah dikatakan otoritas Tuhan memiliki ketinggian tertentu, atau panjang tertentu? Dapatkah dikatakan otoritas Tuhan memiliki ukuran atau kekuatan tertentu? Dapatkah itu diukur dengan dimensi manusia? Otoritas Tuhan tidak kadang menyala kadang padam, tidak datang dan pergi, dan tidak ada orang yang dapat mengukur sebesar apa otoritas-Nya itu. Seberapapun lamanya waktu berlalu, ketika Tuhan memberkati seseorang, berkat ini akan terus berlanjut, dan kelanjutannya akan menjadi kesaksian tentang otoritas Tuhan yang tak terkira, dan akan memungkinkan umat manusia untuk melihat kemunculan kembali daya hidup Sang Pencipta yang tak terpadamkan, dari waktu ke waktu. Setiap peragaan otoritas-Nya adalah peragaan sempurna dari firman yang keluar dari mulut-Nya, yang dipertunjukkan kepada segala sesuatu, dan kepada umat manusia. Terlebih dari itu, segala sesuatu yang dicapai oleh otoritas-Nya sangat indah, yang tak ada bandingannya, dan yang benar-benar sempurna. Dapat dikatakan bahwa pikiran-Nya, firman-Nya, otoritas-Nya, dan semua pekerjaan yang Dia capai adalah gambaran yang tak tertandingi keindahannya, dan bagi makhluk ciptaan, bahasa manusia tidak mampu mengartikulasikan makna penting dan nilainya. Ketika Tuhan membuat janji kepada seseorang, segala sesuatu tentang mereka diketahui dengan sangat baik oleh Tuhan, baik itu tentang di mana mereka tinggal, atau apa yang mereka lakukan, latar belakang mereka sebelum atau sesudah mereka menerima janji, atau seberapa hebat pergolakan yang telah terjadi di lingkungan hidup mereka. Seberapapun lamanya waktu telah berlalu setelah firman Tuhan diucapkan, bagi Dia, seolah-olah itu baru saja diucapkan. Ini berarti bahwa Tuhan memiliki kuasa, dan memiliki otoritas yang sedemikian rupa sehingga Dia dapat menindaklanjuti, mengendalikan, dan menggenapi setiap janji yang Dia buat untuk umat manusia, dan apa pun janji tersebut, seberapapun lamanya waktu yang diperlukan untuk janji tersebut digenapi sepenuhnya, dan, terlebih lagi, seluas apa pun cakupan pencapaiannya—misalnya, waktu, geografi, ras, dan sebagainya—janji ini akan dicapai dan digenapi, dan lebih jauh lagi, pencapaian dan penggenapannya tidak akan menuntut-Nya untuk melakukan upaya sedikit pun. Membuktikan apakah hal ini? Ini membuktikan bahwa luasnya otoritas dan kuasa Tuhan itu cukup untuk mengendalikan seluruh alam semesta, dan seluruh umat manusia. Tuhan menciptakan terang, tetapi itu tidak berarti Tuhan hanya mengelola terang, atau bahwa Dia hanya mengelola air karena Dia menciptakan air, dan bahwa segala sesuatu yang lain tidak berhubungan dengan Tuhan. Bukankah ini sebuah kesalahpahaman? Meski berkat Tuhan kepada Abraham secara berangsur-angsur memudar dari ingatan manusia setelah beberapa ratus tahun, bagi Tuhan janji ini tetaplah sama. Janji ini masih dalam proses pencapaian dan tidak pernah berhenti. Manusia tidak pernah tahu atau mendengar bagaimana Tuhan mengerahkan otoritas-Nya, bagaimana segala sesuatu diatur dan ditata, dan berapa banyak kisah indah terjadi di antara segala sesuatu dari ciptaan Tuhan selama waktu ini, tetapi setiap bagian indah dari peragaan otoritas Tuhan dan penyingkapan perbuatan-Nya diwariskan dan ditinggikan di antara segala sesuatu, segala sesuatu mempertunjukkan dan menceritakan tentang perbuatan ajaib Sang Pencipta, dan setiap kisah yang paling banyak diceritakan tentang kedaulatan Sang Pencipta atas segala sesuatu akan dinyatakan oleh segala sesuatu untuk selamanya. Otoritas yang digunakan Tuhan untuk mengatur segala sesuatu, dan kuasa Tuhan, menunjukkan kepada segala sesuatu bahwa Tuhan hadir di mana pun dan di setiap saat. Saat engkau telah menyaksikan kehadiran otoritas dan kuasa Tuhan di mana-mana, engkau akan melihat bahwa Tuhan hadir di mana-mana dan di segala waktu. Otoritas dan kuasa Tuhan tidak dibatasi oleh waktu, wilayah, geografi, ruang, ataupun oleh orang, peristiwa atau hal apa pun. Luasnya otoritas dan kuasa Tuhan melampaui imajinasi manusia; itu tidak terselami oleh manusia, tidak terbayangkan oleh manusia, dan tidak akan pernah sepenuhnya diketahui oleh manusia.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 95

Beberapa orang suka menyimpulkan dan berimajinasi, tetapi seberapa jauhkah jangkauan imajinasi manusia? Bisakah melampaui dunia ini? Apakah manusia mampu menyimpulkan dan membayangkan autentisitas dan keakuratan otoritas Tuhan? Apakah kesimpulan dan imajinasi manusia mampu memungkinkan dirinya memperoleh pengetahuan tentang otoritas Tuhan? Bisakah semua itu membuat manusia benar-benar menghargai dan tunduk pada otoritas Tuhan? Fakta membuktikan bahwa kesimpulan dan imajinasi manusia hanyalah produk kecerdasan manusia, dan tidak memberikan sedikit pun bantuan atau manfaat pada pengetahuan manusia tentang otoritas Tuhan. Setelah membaca fiksi ilmiah, beberapa orang mampu membayangkan bulan, atau seperti apa bintang itu. Namun ini tidak berarti bahwa manusia memiliki pemahaman apa pun tentang otoritas Tuhan. Imajinasi manusia hanyalah: imajinasi. Tentang fakta dari hal-hal ini, yaitu, tentang kaitannya dengan otoritas Tuhan, manusia sama sekali tidak memahaminya. Apa bedanya bahkan seandainya engkau pernah ke bulan? Apakah ini menunjukkan bahwa engkau memiliki pemahaman multidimensional mengenai otoritas Tuhan? Apakah itu menunjukkan bahwa engkau mampu membayangkan luasnya otoritas dan kuasa Tuhan? Karena kesimpulan dan imajinasi manusia tidak mampu memungkinkannya mengetahui otoritas Tuhan, lalu apa yang harus manusia lakukan? Pilihan yang paling bijaksana adalah tidak menyimpulkan atau membayangkan, yang berarti bahwa manusia tidak pernah boleh bergantung pada imajinasi dan bergantung pada kesimpulan dalam hal mengetahui otoritas Tuhan. Apakah yang ingin Kusampaikan kepada engkau semua di sini? Pengetahuan tentang otoritas Tuhan, kuasa Tuhan, identitas Tuhan sendiri, dan hakikat Tuhan tidak dapat diperoleh dengan mengandalkan imajinasimu. Karena engkau tidak dapat mengandalkan imajinasi untuk mengetahui otoritas Tuhan, maka dengan cara apakah engkau dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang otoritas Tuhan? Cara melakukannya adalah melalui makan dan minum firman Tuhan, melalui persekutuan, dan mengalami firman Tuhan. Dengan cara demikian, engkau akan memiliki pengalaman yang bertahap dan verifikasi mengenai otoritas Tuhan dan engkau akan memperoleh pemahaman yang bertahap dan pengetahuan yang semakin bertambah tentang hal itu. Inilah satu-satunya cara untuk memperoleh pengetahuan tentang otoritas Tuhan; tidak ada jalan pintas. Memintamu untuk tidak berimajinasi tidak sama dengan memintamu untuk duduk pasif menunggu kehancuran, atau menghentikanmu untuk melakukan apa pun. Tidak menggunakan otakmu untuk berpikir dan berimajinasi berarti tidak menggunakan logika untuk menyimpulkan, tidak menggunakan pengetahuan untuk menganalisis, tidak menggunakan ilmu pengetahuan sebagai dasar, tetapi sebaliknya menghargai, memverifikasi, dan mengonfirmasikan bahwa Tuhan yang engkau percayai memiliki otoritas, menyatakan dengan tegas bahwa Dia berdaulat atas nasibmu, dan bahwa kuasa-Nya setiap saat membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri, melalui firman Tuhan, melalui kebenaran, melalui segala sesuatu yang engkau temui dalam kehidupan. Inilah satu-satunya cara agar setiap orang dapat memperoleh pemahaman tentang Tuhan. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka ingin menemukan cara sederhana untuk mencapai tujuan ini, tetapi bisakah engkau semua memikirkan cara seperti itu? Kuberitahukan kepadamu, tidak perlu berpikir: tidak ada cara lain! Satu-satunya cara adalah dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus mengetahui dan memverifikasi apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu melalui setiap firman yang Dia ungkapkan dan segala sesuatu yang Dia lakukan. Inilah satu-satunya cara untuk mengenal Tuhan. Karena apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu, dan segala sesuatu yang berasal dari Tuhan tidak hampa dan kosong, tetapi nyata.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 96

Fakta Mengenai Pengendalian dan Kekuasaan Sang Pencipta atas Segala Sesuatu dan Makhluk Hidup Menyatakan Keberadaan Otoritas Sang Pencipta yang Nyata

Berkat Yahweh kepada Ayub dicatat dalam Kitab Ayub. Apa yang Tuhan anugerahkan kepada Ayub? "Maka Yahweh memberkati Ayub dalam kehidupan berikutnya lebih daripada sebelumnya; dia memiliki 14.000 domba, dan 6.000 unta, dan 1.000 lembu, dan 1.000 keledai betina" (Ayub 42:12). Dari sudut pandang manusia, apa sajakah hal-hal yang diberikan kepada Ayub tersebut? Apakah semua itu adalah aset manusia? Dengan aset-aset ini, bukankah Ayub sangat kaya pada zaman tersebut? Lalu, bagaimana dia memperoleh aset-aset tersebut? Apa yang menyebabkan kekayaannya? Sangat jelas—oleh karena berkat Tuhan-lah, Ayub dapat memiliki semua itu. Bagaimana Ayub memandang aset-aset ini, dan bagaimana ia menganggap berkat-berkat Tuhan, itu bukanlah sesuatu yang akan kita bahas di sini. Ketika berbicara tentang berkat Tuhan, semua orang merindukan, siang dan malam, untuk diberkati oleh Tuhan, tetapi manusia tidak memiliki kendali atas berapa banyak aset yang dapat dia peroleh selama masa hidupnya, atau apakah dia dapat menerima berkat dari Tuhan—ini adalah fakta yang tak terbantahkan! Tuhan memiliki otoritas, dan kuasa untuk menganugerahkan aset apa pun kepada manusia, untuk memungkinkan manusia memperoleh berkat apa pun, tetapi ada prinsip mengenai berkat Tuhan. Orang macam apakah yang diberkati oleh Tuhan? Dia memberkati orang-orang yang Dia sukai, tentu saja! Abraham dan Ayub sama-sama diberkati oleh Tuhan, tetapi berkat yang mereka terima tidak sama. Tuhan memberkati Abraham dengan keturunan sebanyak pasir dan bintang-bintang. Ketika Tuhan memberkati Abraham, Dia menyebabkan keturunan dari satu orang manusia, dan satu bangsa, menjadi kuat dan makmur. Dalam hal ini, otoritas Tuhan memerintah umat manusia, yang menghembuskan napas Tuhan di antara segala sesuatu dan makhluk hidup. Di bawah kedaulatan otoritas Tuhan, umat manusia ini berkembang biak dan ada dengan kecepatan yang ditentukan oleh Tuhan, dan dalam ruang lingkup, yang ditentukan oleh Tuhan. Secara khusus, kelangsungan hidup bangsa ini, tingkat ekspansi, dan usia harapan hidup semuanya adalah bagian dari pengaturan Tuhan, dan prinsip semua ini sepenuhnya didasarkan pada janji yang dibuat oleh Tuhan kepada Abraham. Ini berarti bahwa, bagaimanapun keadaannya, janji-janji Tuhan akan berlanjut tanpa rintangan dan terwujud di bawah pemeliharaan dan pengendalian otoritas Tuhan. Dalam janji yang Tuhan buat kepada Abraham, pergolakan apa pun yang terjadi di dunia, di era mana pun, malapetaka apa pun yang manusia alami, keturunan Abraham tidak akan menghadapi risiko pemusnahan, dan bangsa mereka tidak akan punah. Namun, berkat Tuhan kepada Ayub adalah membuatnya sangat kaya. Apa yang Tuhan berikan kepadanya adalah sederet makhluk hidup yang bernapas, yang rinciannya—jumlahnya, kecepatan perkembangbiakannya, tingkat kelangsungan hidupnya, kandungan lemak dalam tubuh mereka dan seterusnya—juga dikendalikan oleh Tuhan. Meski semua makhluk hidup ini tidak memiliki kemampuan untuk berbicara, mereka juga merupakan bagian dari pengaturan Sang Pencipta, dan prinsip di balik pengaturan Tuhan bagi mereka dibuat berdasarkan berkat-berkat yang Tuhan janjikan kepada Ayub. Dalam berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada Abraham dan Ayub, meski apa yang dijanjikan itu berbeda, otoritas yang digunakan oleh Sang Pencipta untuk mengatur segala sesuatu dan makhluk hidup adalah sama. Setiap detail dari otoritas dan kuasa Tuhan diungkapkan dalam janji dan berkat-Nya yang berbeda kepada Abraham dan Ayub, dan menunjukkan kepada umat manusia, sekali lagi, bahwa otoritas Tuhan jauh melampaui imajinasi manusia. Detail ini memberitahukan kepada umat manusia sekali lagi bahwa jika ia ingin mengetahui otoritas Tuhan, ini hanya dapat dicapai melalui firman Tuhan dan dengan mengalami pekerjaan Tuhan.

Otoritas kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu memungkinkan manusia untuk melihat sebuah fakta: otoritas Tuhan tidak hanya diwujudkan dalam perkataan, "Dan Tuhan berfirman, 'Jadilah terang,' maka terang pun jadi, dan, 'Jadilah cakrawala,' maka cakrawala pun jadi, dan, 'Jadilah daratan,' maka daratan itu jadi," tetapi, lebih dari itu, otoritas-Nya juga terwujud dalam cara Dia membuat terang terus berlanjut, mencegah cakrawala menghilang, dan menjaga daratan agar selamanya terpisah dari air, serta dalam perincian tentang bagaimana Dia memerintah dan mengatur segala sesuatu yang Dia ciptakan: terang, cakrawala, dan daratan. Apa lagi yang engkau semua lihat dalam berkat-berkat Tuhan bagi umat manusia? Jelaslah bahwa, setelah Tuhan memberkati Abraham dan Ayub, langkah-langkah Tuhan tidak berhenti, karena Dia baru saja mulai mengerahkan otoritas-Nya, dan Dia bermaksud menjadikan setiap firman-Nya sebagai kenyataan, dan membuat setiap detail yang Dia firmankan menjadi kenyataan, dan demikianlah, di tahun-tahun mendatang, Dia terus melakukan segala sesuatu yang Dia inginkan. Karena Tuhan memiliki otoritas, mungkin tampaknya bagi manusia Tuhan hanya perlu berfirman, dan tanpa menggerakkan jari, segala perkara dan segala hal pun tercapai. Imajinasi seperti itu sangat konyol! Jika engkau hanya mengambil pandangan sepihak tentang bagaimana Tuhan menetapkan perjanjian dengan manusia dengan menggunakan firman, dan Tuhan mencapai segala sesuatu dengan menggunakan firman, dan engkau tidak mampu melihat berbagai tanda dan fakta bahwa otoritas Tuhan memegang kekuasaan atas keberadaan segala sesuatu, maka pemahamanmu tentang otoritas Tuhan itu terlalu hampa dan konyol! Jika manusia membayangkan Tuhan seperti demikian, harus dikatakan bahwa pengetahuan manusia tentang Tuhan telah terperosok sangat dalam, dan telah mencapai jalan buntu, karena Tuhan yang manusia bayangkan hanyalah mesin yang mengeluarkan perintah, bukan Tuhan yang memiliki otoritas. Apa yang telah engkau lihat melalui contoh-contoh Abraham dan Ayub? Sudahkah engkau melihat sisi nyata dari otoritas dan kuasa Tuhan? Setelah Tuhan memberkati Abraham dan Ayub, Tuhan tidak berhenti di tempat yang sama, Dia juga tidak menempatkan utusan-Nya untuk bekerja sambil menunggu untuk melihat apa hasilnya. Sebaliknya, segera setelah Tuhan mengucapkan firman-Nya, di bawah tuntunan otoritas Tuhan, segala sesuatu mulai selaras dengan pekerjaan yang hendak Tuhan lakukan, dan di sana disiapkan orang, hal-hal, dan objek yang Tuhan perlukan. Ini berarti bahwa, segera setelah firman itu diucapkan dari mulut Tuhan, otoritas Tuhan mulai dikerahkan di seluruh bumi, dan Dia menetapkan jalan untuk mencapai dan memenuhi janji yang Dia buat kepada Abraham dan Ayub, sembari juga membuat semua rencana dan persiapan yang tepat untuk semua yang diperlukan bagi setiap langkah dan setiap tahap kunci yang Dia rencanakan untuk dilaksanakan. Selama masa ini, Tuhan tidak hanya menggerakkan para utusan-Nya, tetapi juga segala sesuatu yang telah diciptakan oleh-Nya. Ini berarti bahwa ruang lingkup, di mana otoritas Tuhan dikerahkan tidak hanya mencakup para utusan, tetapi, lebih dari itu, mencakup segala sesuatu dalam ciptaan, yang digerakkan untuk memenuhi pekerjaan yang ingin Dia capai; inilah cara khusus di mana otoritas Tuhan dikerahkan. Dalam imajinasimu, ada orang-orang yang mungkin memiliki pemahaman berikut tentang otoritas Tuhan: Tuhan memiliki otoritas, dan Tuhan memiliki kuasa, dan karenanya Tuhan hanya perlu tinggal di tingkat ketiga dari surga, atau di sebuah tempat yang tetap, dan tidak perlu melakukan pekerjaan tertentu, dan keseluruhan pekerjaan Tuhan diselesaikan dalam pikiran-Nya. Ada orang-orang yang mungkin juga percaya bahwa, meskipun Tuhan memberkati Abraham, Tuhan tidak perlu melakukan apa pun, dan cukuplah bagi-Nya untuk hanya mengucapkan firman-Nya. Apakah ini yang sebenarnya terjadi? Jelas tidak! Meski Tuhan memiliki otoritas dan kuasa, otoritas-Nya adalah benar dan nyata, tidak kosong. Autentisitas dan kenyataan otoritas dan kuasa Tuhan secara bertahap diungkapkan dan diwujudkan dalam penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan dalam pengendalian-Nya atas segala sesuatu, dan dalam proses yang melaluinya Dia memimpin dan mengelola umat manusia. Setiap metode, setiap perspektif, dan setiap detail kedaulatan Tuhan atas umat manusia dan segala sesuatu, dan semua pekerjaan yang telah dicapai oleh-Nya, serta pemahaman-Nya tentang segala sesuatu—semuanya secara harfiah membuktikan bahwa otoritas dan kuasa Tuhan bukanlah perkataan kosong. Otoritas dan kuasa-Nya ditunjukkan dan diungkapkan secara terus-menerus, dan dalam segala sesuatu. Perwujudan dan pengungkapan ini menyatakan keberadaan otoritas Tuhan yang nyata, karena Dia menggunakan otoritas dan kuasa-Nya untuk melanjutkan pekerjaan-Nya, dan untuk memerintah segala sesuatu, dan mengatur segala sesuatu setiap saat; kuasa dan otoritas-Nya tidak dapat digantikan baik oleh para malaikat, ataupun utusan Tuhan. Tuhan menentukan berkat apa yang akan Dia anugerahkan kepada Abraham dan Ayub—itu adalah keputusan yang Tuhan ambil. Meskipun para utusan Tuhan secara pribadi mengunjungi Abraham dan Ayub, tindakan mereka adalah berdasarkan perintah Tuhan, dan tindakan mereka dilakukan di bawah otoritas Tuhan, dan demikian pula, para utusan itu berada di bawah kedaulatan Tuhan. Meskipun manusia melihat utusan Tuhan mengunjungi Abraham, dan tidak menyaksikan Tuhan Yahweh secara pribadi melakukan apa pun dalam catatan Alkitab, pada kenyataannya, satu-satunya Pribadi yang benar-benar mengerahkan kuasa dan otoritas adalah Tuhan itu sendiri, dan ini tidak dapat diragukan oleh siapa pun! Meski engkau telah melihat bahwa para malaikat dan para utusan memiliki kuasa yang besar, dan telah melakukan mukjizat, atau mereka telah melakukan beberapa hal yang diamanatkan oleh Tuhan, tindakan mereka hanyalah demi menyelesaikan amanat Tuhan, dan sama sekali bukan merupakan sebuah peragaan otoritas Tuhan—karena tidak ada manusia atau objek yang memiliki, atau mempunyai, otoritas Sang Pencipta untuk menciptakan segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu. Jadi tidak ada manusia atau objek yang dapat mengerahkan atau menunjukkan otoritas Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 97

Otoritas Sang Pencipta Tak Dapat Diubah dan Tak Dapat Dilanggar

1. Tuhan Menggunakan Firman untuk Menciptakan Segala Sesuatu

Kejadian 1:3-5 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah terang." Dan terang pun jadi. Dan Tuhan melihat terang itu baik: lalu Dia memisahkan terang dari gelap. Dan Tuhan menyebut terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah malam dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Kejadian 1:6-7 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air." Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air yang di atas cakrawala. Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:9-11 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat." Maka jadilah demikian. Tuhan menyebut tanah yang kering itu Darat; dan air yang berkumpul itu disebut-Nya Laut: dan Tuhan melihat semuanya itu baik. Lalu Tuhan berfirman, "Hendaklah tanah menumbuhkan rumput, tanaman yang menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji sesuai jenisnya di bumi." Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:14-15 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah benda-benda penerang di cakrawala di langit untuk memisahkan siang dari malam; dan biarlah mereka ada untuk menjadi penanda, yang menunjukkan musim, hari-hari, dan tahun-tahun. Biarlah benda-benda itu menjadi penerang di cakrawala di langit untuk menerangi bumi." Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:20-21 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah air menghasilkan banyak makhluk yang bergerak dan bernyawa dan ada burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala di langit." Maka Tuhan menciptakan binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang ada di air, dan segala jenis burung bersayap, dan Tuhan melihat semuanya itu baik.

Kejadian 1:24-25 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing, ternak dan binatang melata, dan binatang liar sesuai jenisnya masing-masing." Maka jadilah demikian. Dan Tuhan menciptakan segala jenis binatang liar sesuai jenisnya masing-masing, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di bumi sesuai jenisnya masing-masing: dan Tuhan melihat semuanya itu baik.

2. Tuhan Menggunakan Firman-Nya untuk Menetapkan Sebuah Perjanjian Dengan Manusia

Kejadian 9:11-13 Dan Aku akan menetapkan perjanjian-Ku dengan engkau, tidak akan ada lagi makhluk hidup yang akan dimusnahkan oleh air bah; dan tidak akan ada lagi air bah yang akan menghancurkan bumi. Dan Tuhan berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kutetapkan antara Aku dan engkau dan setiap makhluk hidup yang ada bersama-sama denganmu, turun-temurun: Aku akan menaruh busur-Ku di awan, dan itu akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

3. Berkat Tuhan

Kejadian 17:4-6 Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku denganmu, dan engkau akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Dan namamu tidak akan lagi disebut Abram, melainkan Abraham; karena Aku telah membuatmu menjadi bapa banyak bangsa. Dan Aku akan membuatmu memiliki banyak sekali keturunan, dan Aku akan membuatmu menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darimu.

Kejadian 18:18-19 Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia. Karena Aku tahu bahwa dia akan memerintahkan anak-anak dan seisi rumahnya, supaya mereka tetap hidup menurut jalan Yahweh, dengan melakukan keadilan dan kebenaran, dan supaya Yahweh memberikan kepada Abraham apa yang sudah dijanjikan-Nya kepadanya.

Kejadian 22:16-18 Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah, demikianlah Yahweh berfirman, "karena engkau telah melakukan hal ini dan tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya; dan melalui keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku."

Ayub 42:12 Maka Yahweh memberkati Ayub dalam kehidupan berikutnya lebih daripada sebelumnya; dia memiliki 14.000 domba, dan 6.000 unta, dan 1.000 lembu, dan 1.000 keledai betina.

Apa yang telah engkau lihat dalam ketiga bagian kitab suci ini? Sudahkah engkau semua melihat bahwa ada prinsip yang dengannya Tuhan mengerahkan otoritas-Nya? Misalnya, Tuhan menggunakan pelangi untuk menetapkan perjanjian dengan manusia—Dia menempatkan pelangi di awan untuk memberi tahu manusia bahwa Dia tidak akan pernah lagi menggunakan air bah untuk menghancurkan dunia. Apakah pelangi yang orang lihat hari ini masih pelangi yang sama dengan yang diucapkan dari mulut Tuhan? Apakah natur dan makna pelangi tersebut berubah? Tentu saja tidak. Tuhan menggunakan otoritas-Nya untuk melaksanakan tindakan ini, dan perjanjian yang Dia tetapkan dengan manusia terus berlanjut sampai hari ini, dan waktu, di mana perjanjian ini akan diubah, tentu saja, akan merupakan keputusan Tuhan. Setelah Tuhan berkata, "menaruh busur-Ku di awan," Tuhan selalu mematuhi perjanjian ini, sampai hari ini. Apa yang engkau lihat dalam hal ini? Meski Tuhan memiliki otoritas dan kuasa, Dia sangat teliti dan berprinsip dalam tindakan-Nya, dan tetap setia pada firman-Nya. Ketelitian-Nya, dan prinsip tindakan-Nya, menunjukkan sifat tak dapat dilanggar dari Sang Pencipta dan sifat tak terlampaui dari otoritas Sang Pencipta. Meski Dia memiliki otoritas tertinggi, dan segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, dan meskipun Dia memiliki kuasa untuk mengatur segala sesuatu, Tuhan tidak pernah merusak atau mengacaukan rencana-Nya sendiri, dan setiap kali Dia mengerahkan otoritas-Nya, itu dilakukan secara ketat sesuai dengan prinsip-Nya sendiri, dan secara tepat mengikuti apa yang diucapkan dari mulut-Nya, dan mengikuti langkah dan tujuan dari rencana-Nya. Tentu saja, segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan juga mematuhi prinsip yang berdasarkannya otoritas Tuhan dikerahkan, dan tidak ada manusia atau hal apa pun yang dikecualikan dari pengaturan otoritas-Nya, mereka juga tidak dapat mengubah prinsip, yang dengannya otoritas-Nya dikerahkan. Di mata Tuhan, mereka yang diberkati menerima keberuntungan yang baik yang dibawa oleh otoritas-Nya, dan mereka yang dikutuk menerima hukuman mereka oleh karena otoritas Tuhan. Di bawah kedaulatan otoritas Tuhan, tidak ada manusia atau hal apa pun yang dikecualikan dari pengerahan otoritas-Nya, mereka juga tidak dapat mengubah prinsip, yang dengannya otoritas-Nya dikerahkan. Otoritas Sang Pencipta tidak diubah karena adanya perubahan dalam faktor apa pun, dan sama halnya dengan prinsip yang dengannya otoritas-Nya dikerahkan, itu tidak berubah karena alasan apa pun. Langit dan bumi mungkin mengalami pergolakan besar, tetapi otoritas Sang Pencipta tidak akan berubah; segala sesuatu bisa lenyap, tetapi otoritas Sang Pencipta tidak akan pernah hilang. Ini adalah hakikat dari otoritas Sang Pencipta yang tak dapat diubah dan tak dapat dilanggar, dan inilah keunikan sesungguhnya dari Sang Pencipta!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 98

Perintah Tuhan kepada Iblis

Ayub 2:6 Dan Yahweh berkata kepada Iblis: "Lihat dia ada dalam tanganmu; tetapi sayangkan nyawanya."

Iblis Tidak Pernah Berani Melanggar Otoritas Sang Pencipta, dan Karena Ini, Segala Sesuatu Hidup dalam Tatanan

Ini adalah sebuah kutipan dari Kitab Ayub, dan kata "dia" dalam firman ini merujuk kepada Ayub. Meski singkat, kalimat ini menjelaskan banyak hal. Kalimat ini menggambarkan percakapan tertentu antara Tuhan dan Iblis di dunia roh, dan memberi tahu kita bahwa objek dari firman Tuhan adalah Iblis. Kalimat ini juga mencatat apa yang secara khusus dikatakan oleh Tuhan. Firman Tuhan adalah titah dan perintah kepada Iblis. Detail spesifik dari perintah ini berkaitan dengan menyayangkan nyawa Ayub dan di mana Tuhan menarik garis batas dalam perlakuan Iblis terhadap Ayub—Iblis harus menyayangkan nyawa Ayub. Hal pertama yang kita pelajari dari kalimat ini adalah bahwa ini adalah perkataan yang diucapkan oleh Tuhan kepada Iblis. Menurut naskah asli Kitab Ayub, kalimat ini memberi tahu kita latar belakang perkataan tersebut: Iblis berkeinginan untuk menuduh Ayub, jadi ia harus mendapatkan persetujuan dari Tuhan sebelum ia dapat mencobai Ayub. Ketika menyetujui permintaan Iblis untuk mencobai Ayub, Tuhan mengemukakan syarat berikut kepada Iblis: "Ayub ada dalam tanganmu; tetapi sayangkan nyawanya." Apa natur dari perkataan ini? Ini jelas adalah sebuah titah, sebuah perintah. Setelah memahami natur dari perkataan ini, engkau tentu juga harus memahami bahwa Pribadi yang mengeluarkan perintah ini adalah Tuhan, dan bahwa sosok yang menerima perintah ini, dan menaatinya, adalah Iblis. Tentu saja, dalam perintah ini, hubungan antara Tuhan dan Iblis terlihat jelas oleh siapa pun yang membaca firman ini. Tentu saja, ini juga merupakan hubungan antara Tuhan dan Iblis di dunia roh, dan perbedaan antara identitas dan status Tuhan dan Iblis, yang terdapat dalam catatan percakapan antara Tuhan dan Iblis dalam Kitab Suci, dan perbedaan yang sangat jelas antara identitas dan status Tuhan dan Iblis yang hingga saat ini dapat manusia pelajari melalui contoh yang spesifik dan catatan yang tekstual tersebut. Pada titik ini, Aku harus mengatakan bahwa catatan berisi perkataan ini adalah dokumen penting dalam pengetahuan umat manusia tentang identitas dan status Tuhan, dan ini memberikan informasi yang penting bagi pengetahuan umat manusia tentang Tuhan. Melalui percakapan antara Sang Pencipta dan Iblis dalam dunia roh, manusia mampu memahami satu lagi aspek spesifik dalam otoritas Sang Pencipta. Firman ini adalah kesaksian lain tentang otoritas unik Sang Pencipta.

Secara lahiriah, Tuhan Yahweh sedang berdialog dengan Iblis. Dalam hal hakikat, sikap yang dengannya Tuhan Yahweh berbicara, dan posisi di mana Dia berdiri adalah lebih tinggi daripada Iblis. Ini berarti bahwa Tuhan Yahweh sedang memerintah Iblis dengan nada perintah, dan sedang mengatakan kepadanya apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan, bahwa Ayub sudah berada di tangannya, dan bahwa ia bebas memperlakukan Ayub sesuka hatinya—tetapi ia tidak boleh mengambil nyawa Ayub. Makna tersiratnya adalah bahwa, meski Ayub telah ditempatkan di tangan Iblis, nyawanya tidak diserahkan kepada Iblis; tidak ada yang dapat mengambil nyawa Ayub dari tangan Tuhan kecuali atas seizin Tuhan. Sikap Tuhan jelas dituturkan dalam perintah ini kepada Iblis, dan perintah ini juga mewujudkan dan mengungkapkan posisi dari mana Tuhan Yahweh berbicara kepada Iblis. Dalam hal ini, Tuhan Yahweh tidak hanya memiliki status Tuhan yang menciptakan terang, dan udara, dan segala sesuatu dan makhluk hidup, Tuhan yang memiliki kedaulatan atas segala sesuatu dan makhluk hidup, tetapi juga Tuhan yang memerintah umat manusia, dan memerintah alam maut, Tuhan yang mengendalikan hidup dan matinya semua makhluk hidup. Dalam dunia roh, siapa selain Tuhan yang berani mengeluarkan perintah seperti itu kepada Iblis? Dan, mengapa Tuhan secara pribadi mengeluarkan perintah-Nya kepada Iblis? Karena hidup manusia, termasuk hidup Ayub, dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan tidak mengizinkan Iblis untuk mencelakakan atau mengambil nyawa Ayub, dan bahkan ketika Tuhan mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub, Tuhan tetap ingat untuk mengeluarkan perintah khusus, dan sekali lagi memerintahkan kepada Iblis untuk tidak mengambil nyawa Ayub. Iblis tidak pernah berani melanggar otoritas Tuhan, dan, terlebih dari itu, selalu dengan hati-hati mendengarkan dan menaati perintah dan titah khusus Tuhan, tidak pernah berani menentangnya, dan, tentu saja, tidak berani dengan bebas mengubah perintah Tuhan yang mana pun. Seperti itulah batasan yang Tuhan telah tetapkan untuk Iblis, dan karena itu Iblis tidak pernah berani melewati batas ini. Bukankah inilah kekuatan dari otoritas Tuhan? Bukankah inilah kesaksian tentang otoritas Tuhan? Iblis memiliki pemahaman yang jauh lebih jelas daripada manusia tentang bagaimana berperilaku terhadap Tuhan, dan bagaimana memandang Tuhan, jadi, di dunia roh, Iblis memahami status dan otoritas Tuhan dengan sangat jelas, dan memiliki penghargaan terhadap kekuatan otoritas Tuhan dan prinsip di balik pengerahan otoritas-Nya. Iblis sama sekali tidak berani mengabaikan hal-hal itu, juga tidak berani melanggarnya dengan cara apa pun, atau melakukan apa pun yang melanggar otoritas Tuhan, dan ia tidak berani menantang murka Tuhan dengan cara apa pun. Meski memiliki natur yang jahat dan congkak, Iblis tidak pernah berani melewati batasan dan batas-batas yang ditetapkan oleh Tuhan. Selama jutaan tahun, ia telah dengan ketat mematuhi batasan ini, telah mematuhi setiap titah dan perintah yang diberikan kepadanya oleh Tuhan, dan tidak pernah berani melampaui batas yang ditetapkan. Meski jahat, Iblis jauh lebih bijaksana daripada umat manusia yang rusak; ia tahu identitas Sang Pencipta, dan mengetahui batasannya sendiri. Dari tindakan Iblis yang "bersikap tunduk" tersebut, dapat dilihat bahwa otoritas dan kuasa Tuhan adalah aturan surgawi yang tidak dapat dilanggar oleh Iblis, dan bahwa sesungguhnya oleh karena keunikan dan otoritas Tuhanlah segala sesuatu berubah dan berkembang biak dengan cara yang teratur, bahwa umat manusia dapat hidup dan berkembang biak dalam jalur yang ditetapkan oleh Tuhan, tanpa ada orang atau objek apa pun yang mampu mengacaukan tatanan ini, dan tidak ada orang atau objek apa pun yang mampu mengubah hukum ini—karena semuanya berasal dari tangan Sang Pencipta, dan dari tatanan dan otoritas Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 99

Identitas khusus Iblis telah menyebabkan banyak orang menaruh minat yang besar terhadap perwujudan Iblis dalam berbagai aspeknya. Bahkan ada banyak orang bodoh yang percaya bahwa, seperti halnya Tuhan, Iblis juga memiliki otoritas, karena Iblis mampu mempertunjukkan mukjizat, dan mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin bagi umat manusia. Jadi, selain menyembah Tuhan, umat manusia juga menyediakan tempat bagi Iblis dalam hatinya, dan bahkan menyembah Iblis sebagai Tuhan. Orang-orang ini menyedihkan dan juga menjijikkan. Mereka menyedihkan karena ketidaktahuan mereka, dan menjijikkan karena kesesatan dan esensi jahat yang melekat pada diri mereka. Pada titik ini, Aku merasa bahwa perlu untuk memberitahukan kepadamu tentang apa artinya otoritas, apa yang dilambangkannya, dan apa yang direpresentasikannya. Secara garis besar, Tuhan itu sendiri adalah otoritas, otoritas-Nya melambangkan supremasi dan hakikat Tuhan, dan otoritas Tuhan itu sendiri merepresentasikan status dan identitas Tuhan. Karena inilah kenyataannya, beranikah Iblis mengatakan bahwa ia sendiri adalah Tuhan? Beranikah Iblis mengatakan bahwa ia menciptakan segala sesuatu, dan berdaulat atas segala sesuatu? Tentu saja tidak! Karena ia tidak mampu menciptakan segala sesuatu; sampai saat ini, ia tidak pernah bisa membuat sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, dan tidak pernah menciptakan apa pun yang bernyawa. Karena ia tidak memiliki otoritas Tuhan, ia tidak pernah mungkin memiliki status dan identitas Tuhan, dan ini ditentukan oleh hakikat dirinya. Apakah ia memiliki kuasa yang sama seperti Tuhan? Tentu saja tidak! Kita sebut apa tindakan Iblis, dan mukjizat yang dipertunjukkan oleh Iblis? Apakah disebut kuasa? Bisakah itu disebut otoritas? Tentu saja tidak! Iblis mengarahkan gelombang kejahatan, dan mengganggu, merusak, dan menyela setiap aspek pekerjaan Tuhan. Selama beberapa ribu tahun terakhir, selain merusak dan menyiksa umat manusia, dan memikat serta menipu manusia ke dalam kebejatan moral, dan menolak Tuhan sehingga manusia berjalan menuju lembah kekelaman, pernahkah Iblis melakukan apa pun yang pantas untuk sedikit saja dikenang, dipuji, atau dihargai oleh manusia? Jika Iblis memiliki otoritas dan kuasa, akankah umat manusia dirusak olehnya? Jika Iblis memiliki otoritas dan kuasa, akankah umat manusia disakiti olehnya? Jika Iblis memiliki kuasa dan otoritas, akankah umat manusia meninggalkan Tuhan dan berbalik menuju kematian? Karena Iblis tidak memiliki otoritas ataupun kuasa, apa yang seharusnya kita simpulkan tentang hakikat dari semua yang ia lakukan? Ada orang-orang yang mendefinisikan semua yang Iblis lakukan sebagai tipuan belaka, tetapi Kurasa definisi seperti itu tidak begitu tepat. Apakah perbuatan jahatnya merusak umat manusia hanya tipuan belaka? Kekuatan jahat yang digunakan Iblis untuk menyiksa Ayub, dan keinginannya yang ganas untuk menyiksa dan menelannya, tidak mungkin bisa dicapai dengan tipuan belaka. Pikirkan kembali, dalam sekejap, kawanan domba dan ternak Ayub yang tersebar jauh dan luas melintasi bukit dan gunung, hilang; dalam sekejap, keberuntungan besar Ayub lenyap. Mungkinkah hal itu dicapai dengan tipuan belaka? Natur semua hal yang Iblis lakukan sesuai dan cocok dengan istilah-istilah negatif seperti merusak, mengganggu, menghancurkan, mencelakakan, kejahatan, kebencian, dan kegelapan, sehingga terjadinya semua yang tidak benar dan jahat berkaitan erat dengan tindakan Iblis, dan tak terpisahkan dari hakikat jahat Iblis. "Sekuat" apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memikat manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya merubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan bekerja untuk umat manusia, serta melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Selicik apa pun naturnya, dan sejahat apa pun hakikat dirinya, satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah dengan patuh menaati fungsinya, yaitu: melayani Tuhan, dan menyediakan sebuah kontras bagi Tuhan. Seperti itulah esensi dan posisi Iblis. Hakikat dirinya tidak ada hubungannya dengan hidup, tidak ada hubungannya dengan kuasa, tidak ada hubungannya dengan otoritas; ia hanyalah mainan di tangan Tuhan, hanya mesin yang melayani Tuhan!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 100

Otoritas itu sendiri dapat dijelaskan sebagai kuasa Tuhan. Pertama, dapat dikatakan dengan pasti bahwa baik otoritas maupun kuasa, keduanya bersifat positif. Keduanya tidak ada hubungan dengan apa pun yang negatif, dan tidak ada hubungannya dengan makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan. Kuasa Tuhan mampu menciptakan sesuatu dalam bentuk apa pun yang bernyawa dan memiliki daya hidup, dan ini ditentukan oleh hidup Tuhan. Tuhan adalah hidup, jadi Dia adalah sumber dari semua makhluk hidup. Lebih jauh lagi, otoritas Tuhan dapat membuat semua makhluk hidup menaati setiap firman Tuhan, yaitu, menjadi terwujud sesuai dengan firman dari mulut Tuhan, dan hidup serta berkembang biak menurut perintah Tuhan, dan sesuai dengan otoritas-Nya itu Tuhan menguasai dan memerintah semua makhluk hidup, dan tidak akan pernah ada penyimpangan, selama-lamanya. Tidak ada orang atau objek apa pun yang memiliki hal-hal ini; hanya Sang Pencipta memiliki dan membawa kuasa semacam itu, sehingga itu disebut otoritas. Inilah keunikan Sang Pencipta. Dengan demikian, entah kata "otoritas" itu sendiri atau hakikat dari otoritas ini, masing-masing hanya dapat dikaitkan dengan Sang Pencipta, karena itu adalah simbol dari identitas dan hakikat unik Sang Pencipta, dan merepresentasikan identitas dan status Sang Pencipta; selain dari Sang Pencipta, tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat dikaitkan dengan kata "otoritas." Inilah penjelasan mengenai otoritas unik Sang Pencipta.

Meski Iblis memandang Ayub dengan penuh ketamakan, tanpa seizin Tuhan, ia tidak berani menyentuh sehelai rambut pun di tubuh Ayub. Meskipun Iblis pada dasarnya jahat dan kejam, setelah Tuhan mengeluarkan perintah-Nya kepadanya, ia tidak punya pilihan selain mematuhi perintah Tuhan. Jadi, meskipun Iblis sama buasnya seperti serigala di antara kawanan domba ketika menyerang Ayub, ia tidak berani melupakan batas yang ditetapkan untuknya oleh Tuhan, tidak berani melanggar perintah Tuhan, dan dalam semua yang ia lakukan, Iblis tidak berani menyimpang dari prinsip dan batasan firman Tuhan—bukankah ini fakta? Dari sini, dapat dilihat bahwa Iblis tidak berani menentang satu pun firman Tuhan Yahweh. Bagi Iblis, setiap firman dari mulut Tuhan adalah sebuah perintah, dan hukum surgawi, sebuah pengungkapan otoritas Tuhan—karena di balik setiap firman Tuhan tersirat hukuman Tuhan bagi mereka yang melanggar perintah Tuhan, dan bagi mereka yang tidak taat serta menentang hukum surgawi. Iblis mengetahui dengan jelas bahwa jika ia melanggar perintah Tuhan, ia harus menerima konsekuensi dari pelanggaran terhadap otoritas Tuhan, dan menentang hukum surgawi. Lalu, apa konsekuensinya? Tentu saja, konsekuensinya adalah hukuman terhadap dirinya oleh Tuhan. Tindakan Iblis terhadap Ayub hanyalah mikrokosmos dari perusakannya terhadap manusia, dan ketika Iblis melakukan semua tindakan ini, batas-batas yang Tuhan tetapkan dan perintah yang Dia berikan kepada Iblis hanyalah mikrokosmos dari prinsip di balik segala sesuatu yang ia lakukan. Selain itu, peran dan posisi Iblis dalam hal ini hanyalah mikrokosmos dari peran dan posisinya dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan, dan ketaatan penuh Iblis kepada Tuhan selama mencobai Ayub hanyalah sebuah mikrokosmos dari bagaimana Iblis tidak berani mengajukan sedikit pun penentangan terhadap Tuhan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan. Peringatan apa yang semua mikrokosmos ini berikan kepada engkau semua? Di antara segala sesuatu, termasuk Iblis, tidak ada orang atau hal apa pun yang dapat melanggar hukum dan aturan surgawi yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan tidak ada orang atau hal apa pun yang berani menentang hukum dan aturan surgawi ini, karena tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat mengubah atau lolos dari hukuman yang Sang Pencipta berikan kepada mereka yang tidak taat terhadap-Nya. Hanya Sang Pencipta yang dapat menetapkan hukum dan aturan surgawi, hanya Sang Pencipta yang memiliki kuasa untuk mengerahkannya, dan hanya kuasa Sang Pencipta yang tidak dapat dilanggar oleh orang atau hal apa pun. Inilah otoritas unik Sang Pencipta, dan otoritas ini adalah yang tertinggi di antara segala sesuatu, sehingga tidak mungkin dikatakan bahwa "Tuhan adalah yang terbesar dan Iblis adalah nomor dua." Kecuali Sang Pencipta yang memiliki otoritas unik, tidak ada Tuhan yang lain!

Apakah sekarang engkau semua memiliki pengetahuan yang baru tentang otoritas Tuhan? Pertama-tama, apakah ada perbedaan antara otoritas Tuhan yang baru saja disebutkan, dan kuasa manusia? Apa perbedaannya? Beberapa orang mengatakan bahwa keduanya tidak dapat diperbandingkan. Itu benar! Meski orang mengatakan bahwa keduanya tidak dapat diperbandingkan, dalam pikiran dan gagasan manusia, kuasa manusia sering disalahartikan sebagai otoritas, dan keduanya sering dibandingkan secara berdampingan. Apa yang terjadi di sini? Bukankah orang sedang melakukan kesalahan dengan tanpa sengaja mengganti satu hal dengan hal lainnya? Keduanya tidak ada hubungannya, dan tidak ada perbandingan di antara keduanya, tetapi orang tetap tidak bisa menahan diri. Bagaimana seharusnya hal ini diselesaikan? Jika engkau benar-benar ingin menemukan penyelesaiannya, satu-satunya cara adalah dengan memahami dan mengetahui otoritas unik Tuhan. Setelah memahami dan mengetahui otoritas Sang Pencipta, engkau tidak akan lagi membandingkan kuasa manusia dengan otoritas Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan kuasa manusia? Sederhananya, itu adalah kemampuan atau keterampilan yang memungkinkan watak rusak, hasrat, dan ambisi manusia untuk diperluas atau dikerjakan semaksimal mungkin. Apakah ini dianggap sebagai otoritas? Betapapun besarnya atau menggiurkannya ambisi dan hasrat manusia, orang itu tidak dapat dikatakan memiliki otoritas; paling-paling, kesibukan dan kesuksesan ini hanyalah peragaan kekonyolan Iblis di antara manusia; paling-paling itu adalah lelucon saat Iblis bertindak sebagai leluhurnya sendiri guna memenuhi ambisinya menjadi Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 101

Melambangkan apa otoritas Tuhan itu? Apakah melambangkan identitas Tuhan itu sendiri? Apakah melambangkan kuasa Tuhan itu sendiri? Apakah melambangkan status unik Tuhan itu sendiri? Di antara segala sesuatu, dalam hal apa engkau telah melihat otoritas Tuhan? Bagaimana engkau melihatnya? Dalam hal empat musim yang dialami oleh manusia, adakah yang dapat mengubah hukum pergantian antara musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin? Di musim semi, pepohonan bertunas dan bermekaran; di musim panas pepohonan dipenuhi dedaunan; di musim gugur pepohonan berbuah, dan di musim dingin dedaunan berguguran. Adakah yang mampu mengubah hukum ini? Apakah ini mencerminkan salah satu aspek dari otoritas Tuhan? Tuhan berkata, "Jadilah terang," dan terang itu jadi. Apakah terang ini masih ada? Karena apakah terang ada? Tentu saja, terang ada karena firman Tuhan, dan karena otoritas Tuhan. Apakah udara yang diciptakan oleh Tuhan masih ada? Apakah udara yang manusia hirup berasal dari Tuhan? Adakah yang dapat merebut hal-hal yang berasal dari Tuhan? Adakah yang dapat mengubah hakikat dan fungsinya? Adakah yang mampu mengacaukan siang dan malam yang dialokasikan oleh Tuhan, dan hukum siang dan malam yang disusun oleh Tuhan? Dapatkah Iblis melakukan hal seperti itu? Bahkan jika engkau tidak tidur di malam hari, dan menganggap malam sebagai siang, itu tetaplah malam; engkau dapat mengubah rutinitas harianmu, tetapi engkau tidak mampu mengubah hukum pergantian antara siang dan malam—fakta ini tidak dapat diubah oleh siapa pun, bukan? Adakah yang mampu membuat singa membajak tanah seperti seekor lembu? Adakah yang mampu mengubah gajah menjadi seekor keledai? Adakah yang mampu membuat ayam melayang di udara seperti seekor elang? Adakah yang mampu membuat serigala memakan rumput seperti seekor domba? (Tidak.) Adakah yang mampu membuat ikan di air hidup di tanah kering? Itu tidak dapat dilakukan oleh manusia. Mengapa tidak? Karena Tuhan memerintahkan ikan untuk hidup di air, maka mereka hidup di air. Di daratan mereka tidak akan bisa bertahan hidup, dan akan mati; mereka tidak dapat melampaui batas-batas perintah Tuhan. Segala sesuatu memiliki hukum dan batas untuk keberadaan mereka, dan mereka masing-masing memiliki naluri mereka sendiri. Ini ditentukan oleh Sang Pencipta, dan tidak dapat diubah dan tidak dapat dilampaui oleh siapa pun. Sebagai contoh, singa akan selalu hidup di alam liar, jauh dari komunitas manusia, dan tidak pernah bisa menjadi jinak dan setia seperti lembu yang hidup bersama dan bekerja untuk manusia. Meskipun gajah dan keledai adalah binatang, dan keduanya memiliki empat kaki, dan merupakan makhluk yang sama-sama menghirup udara, mereka adalah spesies yang berbeda, karena mereka dibagi menjadi beberapa jenis yang berbeda oleh Tuhan, mereka masing-masing memiliki naluri mereka sendiri, sehingga mereka tidak akan pernah dipertukarkan. Meski ayam memiliki dua kaki, dan sayap seperti elang, ia tidak akan pernah bisa terbang di udara; paling-paling hanya bisa terbang ke pohon—dan ini ditentukan oleh nalurinya. Tentu saja, ini semua adalah karena perintah otoritas Tuhan.

Dalam perkembangan umat manusia pada zaman sekarang, ilmu pengetahuan umat manusia dapat dikatakan berkembang pesat, dan pencapaian eksplorasi ilmiah manusia dapat dikatakan mengesankan. Kemampuan manusia, harus dikatakan, tumbuh jauh semakin besar, tetapi ada satu terobosan ilmiah yang tak mampu dicapai oleh umat manusia: umat manusia telah membuat pesawat terbang, kapal induk, dan bom atom, umat manusia telah pergi ke ruang angkasa, berjalan di bulan, menemukan Internet, dan mulai menjalani gaya hidup berteknologi tinggi, tetapi umat manusia tidak mampu menciptakan sesuatu yang hidup, yang bernapas. Naluri setiap makhluk hidup dan hukum yang berdasarkannya mereka hidup, serta siklus hidup dan mati setiap jenis makhluk hidup—semua ini melampaui kuasa ilmu pengetahuan manusia dan tidak dapat dikendalikan oleh hal tersebut. Pada titik ini, harus dikatakan bahwa setinggi apa pun pencapaian ilmu pengetahuan manusia, itu tak dapat dibandingkan dengan pikiran Sang Pencipta, dan itu tak mampu memahami keajaiban penciptaan Sang Pencipta, dan kekuatan otoritas-Nya. Ada begitu banyak samudera di muka bumi, tetapi samudera tak pernah melampaui batasnya dan datang ke daratan sesukanya, dan itu karena Tuhan menetapkan batas untuk mereka masing-masing; samudera tetap berada di tempat tertentu yang Dia perintahkan, dan tanpa seizin Tuhan, mereka tak dapat bergerak bebas. Tanpa seizin Tuhan, mereka tak boleh saling melanggar satu sama lain, dan hanya dapat bergerak ketika Tuhan mengatakan demikian, dan ke mana pun mereka pergi dan di mana pun mereka berada, itu ditentukan oleh otoritas Tuhan.

Sederhananya, "otoritas Tuhan" berarti bahwa itu terserah kepada Tuhan. Tuhan berhak untuk memutuskan cara melakukan sesuatu, dan dilakukan dengan cara apa pun yang Dia inginkan. Hukum segala sesuatu terserah kepada Tuhan, dan bukan terserah kepada manusia; itu juga tidak bisa diubah oleh manusia. Itu tidak bisa digerakkan oleh kehendak manusia, melainkan diubah oleh pikiran Tuhan, hikmat Tuhan, dan perintah Tuhan; ini adalah fakta yang tak dapat disangkal oleh siapa pun. Langit dan bumi dan segala sesuatu, alam semesta, langit berbintang, empat musim dalam setahun, apa yang terlihat dan tak terlihat oleh manusia—semuanya ada, berfungsi, dan berubah, tanpa kesalahan sedikit pun, di bawah otoritas Tuhan, sesuai dengan titah Tuhan, sesuai dengan perintah Tuhan, dan sesuai dengan hukum penciptaan pada mulanya. Tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat mengubah hukum mereka, atau mengubah alur mendasar bagaimana mereka berfungsi; mereka terwujud oleh karena otoritas Tuhan, dan binasa oleh karena otoritas Tuhan. Ini adalah otoritas Tuhan yang sesungguhnya. Sekarang setelah sebanyak ini yang disampaikan, bisakah engkau merasakan bahwa otoritas Tuhan adalah simbol dari identitas dan status Tuhan? Bisakah otoritas Tuhan dimiliki oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan? Bisakah otoritas Tuhan dicontoh, ditiru, atau digantikan oleh orang, hal, atau objek apa pun?

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 102

Identitas Sang Pencipta adalah Unik, dan Engkau Seharusnya Tidak Menerima dan Mematuhi Gagasan tentang Politeisme

Meski keterampilan dan kemampuan Iblis lebih besar daripada keterampilan dan kemampuan manusia, meski ia dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh manusia, entah engkau iri atau menginginkan apa yang Iblis lakukan, entah engkau membenci atau jijik akan hal-hal ini, entah engkau mampu melihatnya atau tidak, dan sebanyak apa pun yang dapat Iblis capai, atau sebanyak apa pun orang yang dapat Iblis tipu agar menyembah dan memujanya, dan bagaimanapun caramu mendefinisikannya, engkau tidak mungkin mengatakan bahwa ia memiliki otoritas dan kuasa Tuhan. Engkau seharusnya tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan, hanya ada satu Tuhan, dan lebih dari itu, engkau seharusnya tahu bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas, bahwa hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengendalikan serta memerintah segala sesuatu. Hanya karena Iblis memiliki kemampuan untuk menipu orang, dan dapat berpura-pura menjadi Tuhan, dapat meniru tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan, dan telah melakukan hal-hal yang serupa dengan Tuhan, engkau secara keliru percaya bahwa Tuhan itu tidak unik, bahwa ada banyak Tuhan, bahwa Tuhan yang berbeda-beda ini hanya berbeda dalam keterampilan mereka, yang lebih banyak atau lebih sedikit, dan bahwa ada perbedaan dalam hal luasnya kuasa yang mereka gunakan. Engkau memeringkat kehebatan mereka berdasarkan urutan kedatangan mereka, dan menurut usia mereka, dan engkau secara salah percaya bahwa ada dewa-dewi lain selain Tuhan, dan berpikir bahwa kuasa serta otoritas Tuhan tidak bersifat unik. Jika engkau memiliki gagasan seperti itu, jika engkau tidak mengenali keunikan Tuhan, tidak percaya bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas, dan jika engkau hanya menerima konsep politeisme, maka sesungguhnya engkau adalah sampah dari antara makhluk ciptaan, engkau adalah perwujudan Iblis yang sebenarnya, dan engkau benar-benar adalah orang yang jahat! Apakah engkau semua memahami apa yang berusaha Kuajarkan kepadamu dengan mengucapkan perkataan ini? Kapan pun waktunya, di mana pun tempatnya, atau apa pun latar belakangmu, engkau tidak boleh mencampuradukkan Tuhan dengan orang, hal, atau objek apa pun. Bagaimanapun engkau merasa betapa otoritas Tuhan dan hakikat Tuhan itu sendiri begitu tak mampu untuk kauketahui dan kaupahami, sebanyak apa pun perbuatan dan perkataan Iblis yang selaras dengan gagasan dan imajinasimu, betapapun semua itu memuaskan bagimu, jangan bodoh, jangan mencampuradukkan konsep-konsep ini, jangan mengingkari keberadaan Tuhan, jangan menyangkal identitas dan status Tuhan, jangan mendorong Tuhan ke pintu keluar dan membawa masuk Iblis untuk menggantikan Tuhan dalam hatimu dan menjadikannya Tuhanmu. Aku yakin bahwa engkau semua mampu membayangkan konsekuensinya jika engkau berbuat seperti itu!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 103

Meskipun Manusia telah Dirusak, Ia Masih Hidup di Bawah Kedaulatan Otoritas Sang Pencipta

Iblis telah merusak manusia selama ribuan tahun. Ia telah melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya, telah menipu generasi demi generasi, dan telah melakukan kejahatan keji di dunia. Ia telah melecehkan manusia, menipu manusia, menggoda manusia untuk menentang Tuhan, dan telah melakukan tindakan jahat yang telah berulang kali mengacaukan dan merusak rencana pengelolaan Tuhan. Namun, di bawah otoritas Tuhan, segala sesuatunya dan makhluk hidup terus mematuhi aturan dan hukum yang ditetapkan oleh Tuhan. Dibandingkan dengan otoritas Tuhan, natur kejahatan dan amukan Iblis begitu buruk, begitu menjijikkan dan keji, dan begitu kecil dan rentan. Meski Iblis berjalan di antara segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, ia tidak mampu membuat perubahan sekecil apa pun dalam diri orang-orang, hal, dan objek apa pun yang diperintah oleh Tuhan. Beberapa ribu tahun telah berlalu, dan umat manusia masih menikmati cahaya dan udara yang dianugerahkan oleh Tuhan, masih mengembuskan napas yang diembuskan oleh Tuhan itu sendiri, masih menikmati bunga, burung, ikan dan serangga yang diciptakan oleh Tuhan, dan menikmati semua hal yang disediakan oleh Tuhan; siang dan malam masih terus saling berganti; empat musim bergantian seperti biasa; angsa yang terbang di langit berangkat di musim dingin, dan masih kembali di musim semi berikutnya; ikan di air tidak pernah meninggalkan sungai dan danau—yang merupakan rumah mereka; tonggeret di tanah bernyanyi dengan sepenuh hati mereka selama musim panas; jangkrik di rumput dengan lembut bersenandung selaras dengan angin selama musim gugur; angsa-angsa berkumpul dalam kawanan, sementara elang tetap menyendiri; kawanan singa menghidupi diri mereka dengan berburu; rusa tidak menyimpang dari rumput dan bunga. ... Setiap jenis makhluk hidup di antara segala sesuatu pergi dan kembali, dan kemudian pergi lagi, sejuta perubahan terjadi dalam sekejap mata—tetapi apa yang tidak berubah adalah naluri dan hukum kelangsungan hidup mereka. Mereka hidup di bawah perbekalan dan pemeliharaan Tuhan, dan tidak ada yang dapat mengubah naluri mereka, dan tidak ada yang dapat merusak aturan kelangsungan hidup mereka. Meski umat manusia, yang hidup di antara segala sesuatu, telah dirusak dan ditipu oleh Iblis, manusia tetap tidak dapat hidup tanpa air yang diciptakan oleh Tuhan, dan udara yang diciptakan oleh Tuhan, dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, dan manusia tetap hidup dan berkembang biak di ruang yang diciptakan oleh Tuhan ini. Naluri umat manusia tidak berubah. Manusia masih mengandalkan matanya untuk melihat, telinganya untuk mendengar, otaknya untuk berpikir, hatinya untuk memahami, kaki dan tungkainya untuk berjalan, tangannya untuk bekerja, dan seterusnya; semua naluri yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia agar dia dapat menerima perbekalan dari Tuhan tetap tidak berubah, kemampuan yang digunakan oleh manusia untuk bekerja sama dengan Tuhan tidak berubah, kemampuan manusia untuk melaksanakan tugas makhluk ciptaan tidak berubah, kebutuhan rohani manusia tidak berubah, hasrat manusia untuk menemukan asal-usulnya tidak berubah, kerinduan manusia untuk diselamatkan oleh Sang Pencipta tidak berubah. Seperti itulah keadaan umat manusia saat ini, yang hidup di bawah otoritas Tuhan, dan yang telah mengalami penghancuran sangat kejam yang dilakukan oleh Iblis. Meskipun manusia telah diinjak-injak oleh Iblis, dan bukan lagi merupakan Adam dan Hawa dari awal penciptaan, melainkan penuh dengan hal-hal yang bertentangan dengan Tuhan, seperti pengetahuan, imajinasi, gagasan, dan sebagainya, dan penuh dengan watak rusak Iblis dalam dirinya, di mata Tuhan, manusia masih merupakan manusia yang sama yang Dia ciptakan. Umat manusia masih dikuasai dan diatur oleh Tuhan, dan masih hidup di jalur yang ditetapkan oleh Tuhan, dan demikian di mata Tuhan, umat manusia, yang telah dirusak oleh Iblis, hanya ditutupi dengan kotoran, dengan perut keroncongan, dengan reaksi yang agak lambat, ingatan yang tidak sebagus dahulu, dan yang sedikit lebih tua—tetapi semua fungsi dan naluri manusia sama sekali tidak rusak. Ini adalah manusia yang ingin Tuhan selamatkan. Umat manusia ini hanyalah harus mendengar panggilan Sang Pencipta, dan mendengar suara Sang Pencipta, dan dia akan berdiri dan bergegas mencari sumber suara ini. Umat manusia ini hanyalah harus melihat sosok Sang Pencipta dan dia akan mengabaikan semua hal lain, dan meninggalkan segala sesuatu, sehingga ia mengabdikan dirinya kepada Tuhan, dan bahkan akan mengorbankan nyawanya bagi-Nya. Ketika hati umat manusia memahami firman Sang Pencipta yang sepenuh hati, umat manusia akan menolak Iblis dan datang ke sisi Sang Pencipta; ketika umat manusia telah sepenuhnya mencuci kotoran dari tubuhnya, dan sekali lagi menerima perbekalan dan pemeliharaan dari Sang Pencipta, maka ingatan umat manusia akan dipulihkan, dan pada saat ini umat manusia akan benar-benar kembali berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 104

Kejadian 19:1-11 Dan datanglah dua malaikat ke Sodom saat petang hari, dan Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom: dan ketika Lot melihat mereka, ia bangkit untuk menyambut mereka; lalu bersujud sampai mukanya menyentuh tanah, dan berkata: "Silakan, tuan-tuan, mampirlah ke rumah hambamu ini, tinggallah semalam, lalu cucilah kakimu dan besok pagi tuan-tuan bisa bangun dan melanjutkan perjalanan." Dan mereka menjawab: "Tidak; kami akan di jalan saja sepanjang malam." Karena ia sangat mendesak mereka sehingga mereka pun menyerah, dan masuk ke rumahnya; lalu ia menjamu mereka dan memanggang roti tidak beragi dan mereka makan. Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang kota itu, para lelaki dari Sodom, mengepung rumah itu, baik tua maupun muda, semua orang dari setiap rumah di kota itu. Lalu mereka memanggil Lot, dan berkata kepadanya: "Di manakah orang-orang yang datang padamu malam ini? Bawalah mereka keluar supaya kami bisa mengenal mereka." Lot pun keluar menemui mereka dan menutup pintu di belakangnya, dan berkata: "Saudara-saudara, aku mohon, janganlah berlaku jahat. Lihatlah, aku mempunyai dua anak perempuan yang belum pernah mengenal laki-laki; biarlah aku bawa mereka keluar kepadamu dan lakukan apa yang menurutmu pantas: hanya saja jangan lakukan apa pun kepada dua orang tadi; sebab mereka berada di bawah perlindunganku." Lalu mereka berkata: "Mundur." Dan mereka berkata lagi, "Orang ini datang untuk tinggal sementara dan sekarang ia menjadi hakim bagi kita: sekarang kami akan bertindak lebih keras kepadamu daripada kepada mereka." Lalu mereka mendesak Lot bahkan hampir mendobrak pintu. Tetapi kedua orang itu mengulurkan tangan mereka, dan menarik Lot masuk, lalu menutup pintu. Dan mereka membuat orang-orang yang ada di depan pintu menjadi buta, baik yang tua maupun yang muda: sehingga mereka tidak bisa menemukan pintu.

Kejadian 19:24-25 Maka Yahweh menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, dari Yahweh dari langit; dan Dia menjungkirbalikkan kota-kota itu dan seluruh lembah dan penghuni kota-kota itu, dan semua yang tumbuh di tanah.

Dari kedua perikop ini, tidak sulit untuk melihat bahwa kejahatan dan kerusakan Sodom sudah mencapai tahap yang menjijikkan baik bagi Tuhan maupun manusia, dan oleh karenanya, di mata Tuhan, kota itu layak dihancurkan. Namun, apa yang terjadi di dalam kota itu sebelum dihancurkan? Inspirasi apa yang dapat manusia peroleh dari kejadian-kejadian ini? Sikap Tuhan terhadap kejadian-kejadian ini menunjukkan kepada manusia watak-Nya yang seperti apa? Untuk memahami seluruh kisahnya, mari kita baca dengan saksama apa yang dicatat di dalam Kitab Suci ...

Kerusakan Sodom: Membangkitkan Amarah Manusia, Menimbulkan Murka Tuhan

Malam itu, Lot menerima dua utusan Tuhan dan menyiapkan jamuan bagi mereka. Setelah makan, sebelum mereka berbaring, orang-orang dari seluruh kota mengepung kediaman Lot dan memanggil Lot keluar. Kitab Suci mencatat mereka berkata: "Di manakah orang-orang yang datang padamu malam ini? Bawalah mereka keluar supaya kami bisa mengenal mereka." Siapa yang mengucapkan perkataan ini? Kepada siapakah mereka mengatakannya? Itu adalah perkataan penduduk Sodom, yang diteriakkan di luar kediaman Lot dan dimaksudkan agar Lot mendengarnya. Bagaimana rasanya mendengar perkataan seperti ini? Apakah engkau merasa marah? Apakah perkataan ini membuatmu muak? Apakah engkau dikuasai kemarahan? Bukankah perkataan ini berbau Iblis? Lewat perkataan-perkataan itu, dapatkah engkau merasakan kejahatan dan kegelapan dalam kota itu? Dapatkah engkau merasakan kekejaman dan kebiadaban perilaku orang-orang itu lewat perkataan mereka? Dapatkah engkau merasakan kedalaman kerusakan mereka lewat perilaku mereka? Melalui isi dari ucapan mereka, tidak sulit untuk melihat bahwa natur jahat dan watak kejam mereka telah mencapai tingkat di luar kendali mereka. Selain Lot, semua orang lain di kota itu tidak ada bedanya dengan Iblis; sekadar melihat orang lain sudah membuat mereka ingin mencelakakan dan memangsanya .... Hal-hal ini tidak hanya membuat orang merasakan natur kota yang menakutkan dan mengerikan, uga aura kematian di sekelilingnya, tetapi juga membuat orang merasakan kejahatan dan haus darahnya.

Saat berhadapan dengan gerombolan tidak berperikemanusiaan ini, orang-orang yang penuh dengan keinginan liar untuk memangsa jiwa manusia, bagaimana Lot menanggapinya? Menurut Kitab Suci: "Aku mohon, janganlah berlaku jahat. Lihatlah, aku mempunyai dua anak perempuan yang belum pernah mengenal laki-laki; biarlah aku bawa mereka keluar kepadamu dan lakukan apa yang menurutmu pantas: hanya saja jangan lakukan apa pun kepada dua orang tadi; sebab mereka berada di bawah perlindunganku." Yang Lot maksud dengan perkataannya adalah ini: ia rela memberikan dua anak perempuannya untuk melindungi utusan Tuhan. Logikanya, orang-orang ini seharusnya menerima persyaratan yang diajukan Lot dan melepaskan kedua utusan Tuhan itu; lagi pula, kedua utusan Tuhan itu adalah orang asing bagi mereka, orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan mereka dan tidak pernah mengganggu kepentingan mereka. Akan tetapi, karena termotivasi oleh natur jahatnya, mereka tidak mauberhenti, tetapi sebaliknya, mereka malah meningkatkan usahanya. Di sini, kata-kata balasan mereka yang lain tidak diragukan lagi dapat memberi orang wawasan lebih lagi tentang natur sesungguhnya dan jahat dari orang-orang ini, dan pada saat yang sama, hal itu juga memungkinkan orang untuk tahu dan memahami alasan mengapa Tuhan ingin menghancurkan kota ini.

Jadi, apa yang mereka katakan selanjutnya? Alkitab mencatat: "'Mundur.' Dan mereka berkata lagi, 'Orang ini datang untuk tinggal sementara dan sekarang ia menjadi hakim bagi kita: sekarang kami akan bertindak lebih keras kepadamu daripada kepada mereka.' Lalu mereka mendesak Lot bahkan hampir mendobrak pintu." Mengapa mereka ingin mendobrak pintu Lot? Alasannya adalah karena mereka begitu ingin mencelakai kedua utusan Tuhan tersebut. Apa yang membawa kedua utusan Tuhan itu ke Sodom? Tujuan mereka datang ke sana adalah untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya, tetapi orang-orang kota itu salah mengira bahwa mereka datang ke sana untuk menempati jabatan resmi. Tanpa menanyakan tujuan para utusan tersebut, orang-orang kota itu ingin mencelakai kedua utusan Tuhan secara kejam hanya berdasarkan dugaan; mereka ingin mencelakai dua orang yang tidak ada urusannya dengan mereka. Jelaslah bahwa orang-orang kota ini sudah sama sekali kehilangan kemanusiaan dan nalar mereka. Tingkat kegilaan dan keliaran mereka sudah tidak ada bedanya dengan natur jahat Iblis yang suka mencelakai dan memangsa manusia.

Ketika mereka meminta Lot untuk menyerahkan para utusan tersebut, apa yang Lot lakukan? Dari ayat firman Tuhan, kita tahu Lot tidak menyerahkan mereka. Apakah Lot mengenal kedua utusan Tuhan ini? Tentu saja tidak! Namun, mengapa ia mampu menyelamatkan keduanya? Apakah ia tahu alasan mereka datang? Walau ia tidak tahu alasan kedatangan mereka, ia tahu bahwa mereka adalah hamba Tuhan, jadi, ia membawa mereka ke rumahnya. Bahwa ia bisa menyebut hamba-hamba Tuhan itu dengan sebutan "tuan", menunjukkan bahwa Lot biasa mengikut Tuhan, tidak seperti orang-orang Sodom lainnya. Karena itulah, ketika para utusan Tuhan datang kepadanya, ia mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk membawa kedua hamba Tuhan itu ke dalam rumahnya; dan lebih dari itu, ia juga menawarkan kedua anak perempuannya untuk menggantikan kedua hamba Tuhan itu demi melindungi mereka. Ini adalah perbuatan Lot yang benar; iniadalah ungkapan nyata dari natur esensi Lot, dan ini juga alasan Tuhan mengutus hamba-hamba-Nya untuk menyelamatkan Lot. Ketika dihadapkan dengan bahaya, Lot melindungi kedua hamba Tuhan itu tanpa memedulikan apa pun; ia bahkan berusaha menukarkan dua anak perempuannya demi keselamatan hamba-hamba Tuhan itu. Selain Lot, apakah ada orang lain di kota yang akan melakukan hal seperti ini? Fakta membuktikan—tidak, tidak ada! Karena itulah, jelas bahwa semua orang di Sodom, kecuali Lot, adalah sasaran penghancuran, dan memang benar—mereka layak dihancurkan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 105

Kejadian 19:1-11 Dan datanglah dua malaikat ke Sodom saat petang hari, dan Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom: dan ketika Lot melihat mereka, ia bangkit untuk menyambut mereka; lalu bersujud sampai mukanya menyentuh tanah, dan berkata: "Silakan, tuan-tuan, mampirlah ke rumah hambamu ini, tinggallah semalam, lalu cucilah kakimu dan besok pagi tuan-tuan bisa bangun dan melanjutkan perjalanan." Dan mereka menjawab: "Tidak; kami akan di jalan saja sepanjang malam." Karena ia sangat mendesak mereka sehingga mereka pun menyerah, dan masuk ke rumahnya; lalu ia menjamu mereka dan memanggang roti tidak beragi dan mereka makan. Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang kota itu, para lelaki dari Sodom, mengepung rumah itu, baik tua maupun muda, semua orang dari setiap rumah di kota itu. Lalu mereka memanggil Lot, dan berkata kepadanya: "Di manakah orang-orang yang datang padamu malam ini? Bawalah mereka keluar supaya kami bisa mengenal mereka." Lot pun keluar menemui mereka dan menutup pintu di belakangnya, dan berkata: "Saudara-saudara, aku mohon, janganlah berlaku jahat. Lihatlah, aku mempunyai dua anak perempuan yang belum pernah mengenal laki-laki; biarlah aku bawa mereka keluar kepadamu dan lakukan apa yang menurutmu pantas: hanya saja jangan lakukan apa pun kepada dua orang tadi; sebab mereka berada di bawah perlindunganku." Lalu mereka berkata: "Mundur." Dan mereka berkata lagi, "Orang ini datang untuk tinggal sementara dan sekarang ia menjadi hakim bagi kita: sekarang kami akan bertindak lebih keras kepadamu daripada kepada mereka." Lalu mereka mendesak Lot bahkan hampir mendobrak pintu. Tetapi kedua orang itu mengulurkan tangan mereka, dan menarik Lot masuk, lalu menutup pintu. Dan mereka membuat orang-orang yang ada di depan pintu menjadi buta, baik yang tua maupun yang muda: sehingga mereka tidak bisa menemukan pintu.

Kejadian 19:24-25 Maka Yahweh menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, dari Yahweh dari langit; dan Dia menjungkirbalikkan kota-kota itu dan seluruh lembah dan penghuni kota-kota itu, dan semua yang tumbuh di tanah.

Sodom Sama Sekali Dihancurkan karena Membuat Tuhan Murka

Ketika orang-orang Sodom melihat kedua hamba Tuhan itu, mereka tidak bertanya alasan mengapa mereka datang, juga tidak ada seorang pun yang bertanya apakah mereka datang untuk menyebarkan kehendak Tuhan. Sebaliknya, mereka membentuk komplotan dan, tanpa menunggu penjelasan, mereka datang seperti anjing liar atau serigala yang buas untuk menangkap kedua hamba Tuhan itu. Apakah Tuhan menyaksikan hal itu saat terjadi? Apa yang Tuhan pikirkan dalam hati-Nya tentang perilaku manusia yang seperti ini, kejadian yang seperti ini? Tuhan memutuskan untuk menghancurkan kota ini; Dia tidak ragu atau menunggu, atau menunjukkan kesabaran-Nya lagi. Hari-Nya sudah tiba, jadi, Dia akan mulai melakukan apa yang Dia ingin lakukan. Karena itulah, Kejadian 19:24-25 mengatakan, "Maka Yahweh menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, dari Yahweh dari langit; dan Dia menjungkirbalikkan kota-kota itu dan seluruh lembah dan penghuni kota-kota itu, dan semua yang tumbuh di tanah." Dua ayat ini menceritakan cara Tuhan menghancurkan kota ini serta hal-hal yang Tuhan hancurkan. Pertama, Alkitab menceritakan bahwa Tuhan membumihanguskan kota itu dengan api, dan jangkauan api itu cukup untuk membinasakan semua orang dan semua yang tumbuh di tanah. Jadi, api yang turun dari langit, tidak hanya menghancurkan kota itu, tetapi juga menghancurkan semua orang dan makhluk hidup di dalamnya, sampai tidak tersisa sedikit pun. Setelah kota itu dihancurkan, tanahnya ditinggalkan mahkluk hidup; tidak ada kehidupan ataupun tanda kehidupan lagi. Kota itu menjadi tandus, tempat kosong yang dipenuhi kesunyian yang mencekam. Tidak akan ada lagi perbuatan jahat yang dilakukan terhadap Tuhan di tempat ini, tidak akan ada lagi pembantaian atau penumpahan darah.

Mengapa Tuhan ingin membumihanguskan kota ini secara menyeluruh? Apa yang bisa engkau semua pelajari di sini? Dapatkah Tuhan benar-benar tahan melihat umat manusia dan alam, ciptaan-Nya sendiri, dihancurkan seperti itu? Jika engkau bisa membedakan kemarahan Tuhan Yahweh dari api yang diturunkan dari langit, tidak sulit untuk melihat betapa besar murka-Nya, dinilai dari sasaran penghancuran-Nya dan dari seberapa parah kota itu dimusnahkan. Ketika Tuhan membenci sebuah kota, Dia akan mengirimkan hukuman-Nya atas kota itu. Ketika Tuhan jijik dengan sebuah kota, Dia akan mengeluarkan peringatan berkali-kali untuk memberitahu orang-orang akan kemarahan-Nya. Namun, ketika Tuhan memutuskan untuk mengakhiri dan menghancurkan sebuah kota—yaitu ketika murka dan kemegahan-Nya telah disinggung—Dia tidak akan mengirimkan hukuman atau peringatan lagi. Sebaliknya, Dia akan langsung menghancurkannya. Dia akan membuatnya benar-benar lenyap. Ini adalah watak benar Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 106

Kejadian 19:1-11 Dan datanglah dua malaikat ke Sodom saat petang hari, dan Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom: dan ketika Lot melihat mereka, ia bangkit untuk menyambut mereka; lalu bersujud sampai mukanya menyentuh tanah, dan berkata: "Silakan, tuan-tuan, mampirlah ke rumah hambamu ini, tinggallah semalam, lalu cucilah kakimu dan besok pagi tuan-tuan bisa bangun dan melanjutkan perjalanan." Dan mereka menjawab: "Tidak; kami akan di jalan saja sepanjang malam." Karena ia sangat mendesak mereka sehingga mereka pun menyerah, dan masuk ke rumahnya; lalu ia menjamu mereka dan memanggang roti tidak beragi dan mereka makan. Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang kota itu, para lelaki dari Sodom, mengepung rumah itu, baik tua maupun muda, semua orang dari setiap rumah di kota itu. Lalu mereka memanggil Lot, dan berkata kepadanya: "Di manakah orang-orang yang datang padamu malam ini? Bawalah mereka keluar supaya kami bisa mengenal mereka." Lot pun keluar menemui mereka dan menutup pintu di belakangnya, dan berkata: "Saudara-saudara, aku mohon, janganlah berlaku jahat. Lihatlah, aku mempunyai dua anak perempuan yang belum pernah mengenal laki-laki; biarlah aku bawa mereka keluar kepadamu dan lakukan apa yang menurutmu pantas: hanya saja jangan lakukan apa pun kepada dua orang tadi; sebab mereka berada di bawah perlindunganku." Lalu mereka berkata: "Mundur." Dan mereka berkata lagi, "Orang ini datang untuk tinggal sementara dan sekarang ia menjadi hakim bagi kita: sekarang kami akan bertindak lebih keras kepadamu daripada kepada mereka." Lalu mereka mendesak Lot bahkan hampir mendobrak pintu. Tetapi kedua orang itu mengulurkan tangan mereka, dan menarik Lot masuk, lalu menutup pintu. Dan mereka membuat orang-orang yang ada di depan pintu menjadi buta, baik yang tua maupun yang muda: sehingga mereka tidak bisa menemukan pintu.

Kejadian 19:24-25 Maka Yahweh menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, dari Yahweh dari langit; dan Dia menjungkirbalikkan kota-kota itu dan seluruh lembah dan penghuni kota-kota itu, dan semua yang tumbuh di tanah.

Setelah Sodom Berulang Kali Memusuhi dan Menentang-Nya, Tuhan Sepenuhnya Menghancurkannya

Dari sudut pandang manusia, Sodom adalah sebuah kota yang bisa sepenuhnya memuaskan keinginan manusia dan kejahatan manusia. Kota itu menarik dan memikat dengan musik dan tarian malam demi malam, kemakmuran kota ini membuat manusia terpesona dan gila. Kejahatannya merusak hati orang dan memikat mereka ke dalam kebejatan. Inilah kota di mana roh najis dan roh jahat mengamuk; kota ini penuh dengan dosa dan pembunuhan dan udaranya kental dengan bau darah dan busuk. Ini adalah kota yang membuat orang sangat ketakutan, kota di mana orang akan lari ketakutan. Tidak seorang pun di kota ini—baik pria maupun wanita, tua atau muda—yang mencari jalan yang benar; tidak ada seorang pun yang merindukan terang atau ingin menjauh dari dosa. Mereka hidup di bawah kendali Iblis, di bawah kerusakan dan tipu daya Iblis. Mereka sudah kehilangan kemanusiaan mereka, sudah kehilangan akal sehat, dan sudah kehilangan tujuan semula keberadaan manusia. Mereka melakukan tak terhitung banyaknya perbuatan jahat yang menentang Tuhan; mereka menolak bimbingan-Nya dan melawan kehendak-Nya. Perbuatan jahat merekalah yang membawa orang-orang ini, kota ini dan semua yang hidup di dalamnya, selangkah demi selangkah, menuju ke jalan kehancuran.

Walau kedua perikop ini tidak mencatat semua detail tentang sejauh mana kerusakan orang-orang Sodom, sebaliknya mencatat tingkah laku mereka terhadap kedua hamba Tuhan setelah keduanya tiba di kota itu, ada suatu fakta sederhana yang mengungkapkan sejauh mana orang-orang Sodom sudah rusak, jahat, dan menentang Tuhan. Melalui hal ini, wajah asli dan esensi orang-orang di kota itu juga disingkapkan. Orang-orang ini tidak hanya menolak untuk menerima peringatan dari Tuhan, tetapi mereka juga tidak takut hukuman-Nya. Sebaliknya, mereka mencemooh kemarahan Tuhan. Mereka dengan membabi buta menentang Tuhan. Tidak peduli apa yang Dia lakukan atau bagaimana Dia melakukannya, natur jahat mereka malah semakin meningkat, dan mereka berkali-kali melawan Tuhan. Orang-orang Sodom memusuhi keberadaan Tuhan, kedatangan-Nya, hukuman-Nya, apalagi peringatan-Nya. Mereka luar biasa congkak. Mereka memangsa dan mencelakai semua orang yang bisa dimangsa dan dicelakai, dan mereka memperlakukan hamba-hamba Tuhan juga seperti itu. Dalam hal semua perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Sodom, mencelakai kedua hamba Tuhan hanyalah sebagian kecil dari semua perbuatan jahat orang-orang Sodom, dan natur jahat mereka yang kemudian tersingkapkan sebenarnya tidaklah lebih dari setetes air di tengah lautan luas. Oleh karena itulah, Tuhan memilih untuk menghancurkan mereka dengan api. Tuhan tidak menggunakan air bah, Dia juga tidak menggunakan angin topan, gempa bumi, tsunami, atau metode lain untuk menghancurkan kota itu. Menunjukkan apakah penggunaan api oleh Tuhan untuk menghancurkan kota ini? Ini berarti penghancuran total kota itu; ini berarti kota itu sepenuhnya hilang dari bumi dan dari keberadaan. Di sini, "penghancuran" tidak hanya merujuk pada penghilangan bentuk dan struktur atau penampakan luar dari kota itu; ini juga berarti jiwa orang-orang di dalam kota itu tidak ada lagi, setelah sepenuhnya dimusnahkan. Sederhananya, semua orang, peristiwa, dan hal-hal yang berkaitan dengan kota itu dihancurkan. Tidak akan ada kehidupan selanjutnya ataupun reinkarnasi bagi orang-orang kota itu; Tuhan telah memusnahkan mereka dari antara umat manusia ciptaan-Nya, untuk selama-lamanya. Penggunaan api menunjukkan akhir dari dosa di tempat ini, dan bahwa dosa telah diikat di sini; dosa ini tidak akan ada lagi dan tidak akan menyebar lagi. Ini berarti kejahatan Iblis sudah kehilangan tanah yang memeliharanya dan juga kubur yang memberinya tempat untuk tinggal dan hidup. Dalam perang antara Tuhan dan Iblis, penggunaan api oleh Tuhan adalah tanda kemenangan-Nya, di mana Iblis adalah sasarannya. Kehancuran Sodom adalah kemunduran besar dalam ambisi Iblis untuk menentang Tuhan dengan cara merusak dan memangsa manusia, dan itu juga adalah tanda memalukan dalam sejarah perkembangan manusia ketika manusia menolak bimbingan Tuhan dan menyerahkan dirinya pada kejahatan. Terlebih lagi, ini adalah catatan penyingkapan sejati tentang watak benar Tuhan.

Ketika api yang Tuhan kirim dari langit telah menghancurkan Sodom menjadi abu, itu berarti kota yang bernama "Sodom" tidak ada lagi setelah itu, dan begitu juga segala sesuatu yang ada di dalam kota itu. Kota itu dihancurkan oleh amarah Tuhan, hilang di dalam murka dan kemegahan Tuhan. Karena watak benar Tuhan, Sodom menerima hukumannya yang adil dan kesudahannya yang sudah sepantasnya. Berakhirnya keberadaan Sodom disebabkan karena kejahatannya, dan itu juga karena keinginan Tuhan untuk tidak pernah lagi memandang kota ini atau orang-orang yang tinggal di dalamnya atau kehidupan yang berkembang di dalam kota itu. "Keinginan Tuhan untuk tidak pernah lagi melihat kota itu" adalah murka-Nya, dan juga kemegahan-Nya. Tuhan membumihanguskan kota itu karena kejahatan dan dosanya membuat Tuhan merasa marah, jijik, dan muak terhadapnya dan tidak ingin lagi melihatnya atau orang-orangnya atau makhluk hidup di dalamnya. Begitu kota itu selesai terbakar, hanya menyisakan abu, kota itu benar-benar tidak ada lagi di mata Tuhan; bahkan ingatan-Nya tentang kota itu hilang, telah dihapus. Ini berarti bahwa api yang dikirim dari langit tidak hanya menghancurkan seluruh kota Sodom, juga tidak hanya menghancurkan orang-orang di dalamnya yang sangat penuh dengan dosa, juga tidak hanya menghancurkan segala sesuatu yang ada di dalam kota itu yang telah dicemari oleh dosa; lebih dari semua ini, api ini juga menghancurkan ingatan akan kejahatan dan penentangan manusia terhadap Tuhan. Inilah tujuan Tuhan membumihanguskan kota itu.

Umat manusia ini sudah menjadi rusak sampai ke tahap ekstrem. Orang-orang ini tidak tahu siapa Tuhan atau dari mana diri mereka sendiri berasal. Jika engkau menyebut Tuhan kepada mereka, mereka akan menyerang, memfitnah, dan menghujat. Bahkan ketika dua hamba Tuhan datang untuk menyebarkan peringatan-Nya, orang-orang rusak ini bukan saja tidak menunjukkan tanda-tanda pertobatan dan tidak meninggalkan tingkah laku jahatnya, tetapi sebaliknya, mereka dengan berani mencelakai hamba-hamba Tuhan itu. Apa yang mereka ungkapkan dan nyatakan adalah natur esensi permusuhan mereka yang ekstrem terhadap Tuhan. Kita bisa melihat bahwa penentangan orang-orang yang rusak ini terhadap Tuhan lebih daripada sekadar penyingkapan watak rusak mereka, penentangan ini juga lebih dari sekadar peristiwa memfitnah atau mengejek sebagai akibat dari kurangnya pemahaman akan kebenaran. Bukan kebodohan atau kebebalan yang menyebabkan tingkah laku mereka yang jahat; mereka bertindak seperti ini bukan karena mereka telah ditipu, dan ini jelas bukan karena mereka telah disesatkan. Tingkah laku mereka telah mencapai tingkat antagonisme, oposisi, dan protes terhadap Tuhan yang sudah sangat kurang ajar. Tidak diragukan lagi, perilaku manusia yang seperti ini akan membuat Tuhan murka, dan itu akan membuat watak-Nya sangat marah—suatu watak yang tidak boleh disinggung. Oleh karena itu, Tuhan secara langsung dan terbuka melepaskan murka dan kemegahan-Nya; inilah penyingkapan sejati dari watak benar-Nya. Dihadapkan dengan kota yang penuh dengan dosa, Tuhan ingin menghancurkannya dengan cara yang paling cepat, untuk memusnahkan orang-orang yang ada di dalamnya dan seluruh dosa mereka dengan cara yang paling lengkap, untuk membuat orang-orang kota ini tidak ada lagi dan menghentikan dosa di tempat ini agar tidak berlipat ganda. Cara paling cepat dan lengkap untuk melakukannya adalah dengan membungihanguskan kota itu dengan api. Sikap Tuhan terhadap orang-orang Sodom bukanlah sikap pengabaian atau ketidakpedulian. Melainkan, Dia menggunakan murka, kemegahan, dan otoritas-Nya untuk menghukum, memukul, dan sepenuhnya menghancurkan orang-orang itu. Sikap-Nya terhadap mereka bukan hanya sekadar penghancuran secara fisik, tetapi juga penghancuran jiwa, pemusnahan kekal. Ini adalah implikasi sejati dari apa yang Tuhan maksud dengan perkataan "tidak lagi ada".

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 107

Walau Murka Tuhan Tersembunyi dan Tidak Diketahui Manusia, Murka-Nya Tidak Menoleransi Pelanggaran

Perlakuan Tuhan terhadap seluruh umat manusia, sebodoh dan sebebal apa pun manusia, terutama didasarkan pada belas kasih dan toleransi. Di sisi lain, murka-Nya disembunyikan untuk sebagian besar waktu dan dalam sebagian besar peristiwa, dan murka-Nya tidak diketahui oleh manusia. Akibatnya, sukar bagi manusia untuk melihat Tuhan mengungkapkan murka-Nya, dan juga sukar untuk memahami murka-Nya. Karena itulah, manusia menganggap remeh murka Tuhan. Ketika manusia menghadapi pekerjaan terakhir dan langkah toleransi dan pengampunan Tuhan bagi manusia—yaitu saat belas kasih dan peringatan terakhir-Nya datang ke atas umat manusia—jika orang masih menggunakan metode yang sama untuk menentang Tuhan dan tidak berusaha untuk bertobat, memperbaiki jalan-jalan mereka dan menerima belas kasih-Nya, Tuhan tidak akan lagi menganugerahkan toleransi dan kesabaran-Nya kepada mereka. Sebaliknya, Tuhan akan menarik kembali belas kasih-Nya pada saat ini. Setelahnya, Dia hanya akan mengirim murka-Nya. Dia bisa mengungkapkan murka-Nya dalam berbagai cara, sama seperti Dia bisa menggunakan berbagai metode untuk menghukum dan menghancurkan manusia.

Tuhan menggunakan api untuk menghancurkan kota Sodom adalah metode-Nya yang paling cepat untuk sepenuhnya menghancurkan umat manusia atau benda lainnya. Membakar orang-orang Sodom menghancurkan lebih dari sekadar tubuh fisik mereka; api itu menghancurkan seluruh roh mereka, jiwa mereka, dan tubuh mereka, memastikan semua orang dalam kota itu tidak akan ada lagi di dunia materi dan dunia yang tidak terlihat bagi manusia. Inilah salah satu cara Tuhan menyatakan dan mengungkapkan murka-Nya. Cara mengungkapkan dan menyatakan ini adalah salah satu aspek dari esensi murka Tuhan, ini juga secara alami merupakan pernyataan esensi watak benar Tuhan. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, Dia berhenti menyatakan belas kasih atau kasih setia, Dia juga tidak menunjukkan lagi toleransi atau kesabaran-Nya; tidak ada manusia, benda, atau alasan yang bisa membujuk-Nya untuk terus bersabar, untuk memberikan belas kasih-Nya lagi, untuk menganugerahkan toleransi-Nya sekali lagi. Sebagai ganti semua ini, Tuhan tanpa ragu mengirimkan murka dan kemegahan-Nya, melakukan apa yang Dia kehendaki. Dia akan melakukannya dengan cara yang cepat dan bersih sesuai dengan keinginan-Nya sendiri. Inilah cara Tuhan mengirim murka dan kemegahan-Nya, yang tidak boleh disinggung manusia, dan ini juga adalah ungkapan dari salah satu aspek watak benar-Nya. Ketika manusia menyaksikan Tuhan menunjukkan perhatian dan kasih terhadap manusia, mereka tidak mampu mendeteksi murka-Nya, melihat kemegahan-Nya, atau merasakan intoleransi-Nya terhadap pelanggaran. Hal-hal ini selalu membuat manusia percaya bahwa watak benar Tuhan hanyalah belas kasih, toleransi, dan kasih. Namun, ketika manusia melihat Tuhan menghancurkan sebuah kota atau membenci suatu umat manusia, murka-Nya dalam penghancuran manusia dan kemegahan-Nya memungkinkan manusia untuk melihat sekilas sisi lain dari watak benar-Nya. Ini adalah intoleransi Tuhan terhadap pelanggaran. Watak Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran melampaui imajinasi makhluk ciptaan mana pun, dan di antara makhluk bukan ciptaan, tidak ada yang mampu ikut campur atau mempengaruhinya, apalagi bisa ditiru atau dijiplak. Jadi, aspek watak Tuhan ini adalah aspek yang paling harus diketahui umat manusia. Hanya Tuhan sendiri yang memiliki watak seperti ini, dan hanya Tuhan sendiri yang berwatak seperti ini. Tuhan berwatak benar seperti ini karena Dia membenci kejahatan, kegelapan, pemberontakan, dan tindakan jahat Iblis—yakni merusak dan memangsa manusia—karena Dia membenci semua tindakan dosa yang menentang-Nya dan karena esensi-Nya yang kudus dan tidak bercela. Karena inilah Dia tidak akan membiarkan makhluk ciptaan atau bukan ciptaan mana pun menentang atau melawan-Nya secara terbuka. Bahkan seorang individu yang kepadanya Dia pernah menunjukkan belas kasih atau yang Dia pernah pilih, hanya perlu memprovokasi watak-Nya dan melanggar prinsip kesabaran dan toleransi-Nya, dan Dia akan melepaskan dan menyatakan watak benar-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran tanpa sedikit pun belas kasih atau keraguan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 108

Murka Tuhan adalah Penjaga untuk Semua Kekuatan Keadilan dan Semua Hal Positif

Intoleransi Tuhan terhadap pelanggaran adalah esensi unik-Nya; murka Tuhan adalah watak unik-Nya; kemegahan Tuhan adalah esensi unik-Nya. Prinsip di balik amarah Tuhan adalah demonstrasi dari identitas dan status-Nya, yang hanya dimiliki oleh-Nya. Jelas bahwa prinsip ini juga adalah simbol esensi Tuhan yang unik itu sendiri. Watak Tuhan adalah esensi dasar-Nya sendiri, yang tidak berubah sama sekali seiring berjalannya waktu, dan juga tidak diubah oleh perubahan lokasi geografis. Watak dasar-Nya adalah esensi intrinsik-Nya. Terlepas dari ke atas siapa Dia sedang melakukan pekerjaan-Nya, esensi-Nya tidak berubah, dan begitu juga dengan watak benar-Nya. Ketika seseorang membuat marah Tuhan, yang akan Dia kirim adalah watak dasar-Nya; pada saat itu, prinsip di balik amarah-Nya tidak berubah, begitu juga dengan identitas dan status unik-Nya. Dia tidak bertambah marah karena perubahan dalam esensi-Nya atau karenaelemen-elemen yang berbeda muncul dari watak-Nya, tetapi karena perlawanan manusia terhadap Dia menyinggung watak-Nya. Provokasi manusia yang terang-terangan terhadap Tuhan adalah tantangan berat bagi identitas dan status Tuhan sendiri. Dalam pandangan Tuhan, ketika manusia menantang-Nya, manusia sedang melawan Dia dan menguji amarah-Nya. Ketika manusia menentang Tuhan, ketika manusia melawan Tuhan, ketika manusia terus menerus menguji kemarahan Tuhan—dan pada saat seperti itulah dosa merajalela—murka Tuhan akan secara alami dinyatakan dan muncul dengan sendirinya. Karena itulah, ungkapan murka Tuhan adalah lambang bahwa semua kekuatan jahat tidak akan ada lagi, dan ini adalah lambang bahwa semua kekuatan yang memusuhi akan dihancurkan. Inilah keunikan dari watak benar Tuhan, dan keunikan dari murka Tuhan. Ketika martabat dan kekudusan Tuhan ditantang, ketika kekuatan keadilan dihambat dan tidak terlihat oleh manusia, maka Tuhan akan mengirim murka-Nya. Karena esensi Tuhan, semua kekuatan di bumi yang melawan Tuhan, menentang, dan bersaing dengan-Nya adalah jahat, rusak, dan tidak adil; semua itu datang dari Iblis dan milik Iblis. Karena Tuhan itu adil dan berasal dari terang dan kudus tanpa cela, maka semua yang jahat, rusak, dan milik Iblis akan lenyap ketika murka Tuhan dilepaskan.

Walaupun pencurahan murka Tuhan adalah salah satu aspek dari ungkapan watak benar-Nya, kemarahan Tuhan sama sekali tidak membeda-bedakan targetnya, dan kemarahan-Nya juga bukannya tanpa prinsip. Sebaliknya, Tuhan itu sama sekali tidak cepat marah, Dia juga tidak menyatakan murka dan kemegahan-Nya dengan enteng. Dan lagi, murka Tuhan itu sangat terkendali dan terukur; sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan manusia yang biasa mengungkapkan kemarahannya atau melampiaskan amarahnya. Banyak percakapan antara manusia dan Tuhan yang dicatat di Alkitab. Kata-kata dari beberapa individu yang terlibat dalam percakapan tersebut dangkal, bodoh, dan kekanak-kanakan, tetapi Tuhan tidak menyambar, dan Dia juga tidak menghukum mereka. Secara khusus, selama ujian Ayub, bagaimana Tuhan Yahweh memperlakukan ketiga sahabat Ayub dan yang lain setelah Dia mendengar kata-kata yang mereka ucapkan kepada Ayub? Apakah Dia menghukum mereka? Apakah Dia murka kepada mereka? Dia tidak melakukan hal-hal seperti itu! Sebaliknya, Dia menyuruh Ayub membuat permohonan atas nama mereka dan mendoakan mereka, dan Tuhan sendiri tidak memasukkan kesalahan mereka ke dalam hati. Kejadian-kejadian ini semuanya merepresentasikan sikap utama Tuhan dalam memperlakukan umat manusia, yang rusak dan bodoh. Karena itu, pelepasan murka Tuhan sama sekali bukan ungkapan suasana hati-Nya, bukan juga cara-Nya menyalurkan perasaan-Nya. Berlawanan dengan kesalahpahaman manusia, murka Tuhan bukanlah ledakan kemarahan sepenuhnya. Tuhan melepaskan murka-Nya bukan karena Dia tidak mampu mengendalikan suasana hati-Nya atau karena amarah-Nya telah mencapai batas dan harus disalurkan. Sebaliknya, murka-Nya merupakan tampilan dan ungkapan yang murni dari watak benar-Nya, dan itu adalah penyingkapan simbolik dari esensi-Nya yang kudus. Tuhan adalah murka, dan Dia tidak menoleransi jika disinggung—ini bukan berarti amarah Tuhan tidak membeda-bedakan sebab atau tanpa prinsip; umat manusia yang rusaklah yang memiliki hak ekslusif atas luapan amarah yang tidak berprinsip, membabi buta, amarah yang tidak membeda-bedakan sebabnya. Begitu seorang manusia memiliki status, ia akan sering kesulitan mengendalikan suasana hatinya, jadi, ia akan menikmati menggunakan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasannya dan melampiaskan emosinya; ia akan sering terbakar amarah tanpa alasan jelas, untuk menunjukkan kemampuannya dan membiarkan orang lain tahu bahwa status dan identitasnya berbeda dengan orang biasa. Tentu saja, orang yang rusak tanpa status apa pun juga sering kehilangan kendali. Amarah mereka sering kali disebabkan oleh rusaknya kepentingan pribadi mereka. Untuk melindungi status dan martabat mereka, umat manusia yang rusak akan sering kali melampiaskan emosinya dan menyatakan naturnya yang congkak. Manusia akan terbakar amarah dan melampiaskan emosinya untuk mempertahankan dan menegakkan keberadaan dosa, dan tindakan-tindakan ini adalah cara manusia mengungkapkan ketidakpuasannya; mereka penuh dengan kenajisan, dengan rencana licik dan intrik, dengan kerusakan dan kejahatan manusia, dan lebih dari semuanya, mereka penuh dengan ambisi dan keinginan liar manusia. Ketika keadilan bentrok dengan kejahatan, amarah manusia tidak akan terbakar dalam mempertahankan keberadaan keadilan atau untuk menegakkannya; sebaliknya, ketika kekuatan keadilan terancam, dianiaya, dan diserang, sikap manusia tidak peduli, menghindar, atau mundur. Namun, ketika menghadapi kekuatan kejahatan, sikap manusia membantu, menjilat. Karena itulah, pelampiasan manusia adalah jalan keluar dari kekuatan kejahatan, ungkapan dari tingkah laku jahat daging manusia yang merajalela dan tidak bisa dihentikan. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, bagaimanapun juga, semua kekuatan kejahatan akan dihentikan, semua dosa yang menyakiti manusia akan ditahan, semua kekuatan yang memusuhi yang menghalangi pekerjaan Tuhan akan dibuat jadi nyata, dipisahkan, dan dikutuk, dan semua kaki tangan Iblis yang menentang Tuhan akan dihukum dan dibuang. Di tempat mereka, pekerjaan Tuhan akan berlanjut dengan bebas tanpa halangan, rencana pengelolaan Tuhan akan terus berkembang tahap demi tahap sesuai jadwal, dan umat pilihan Tuhan akan bebas dari gangguan dan tipuan Iblis, dan mereka yang mengikuti Tuhan akan menikmati kepemimpinan dan penyediaan Tuhan di tengah keadaan yang tenang dan damai. Murka Tuhan adalah penjaga yang mencegah semua kekuatan jahat berlipat ganda dan merajalela, dan murka Tuhan juga adalah penjaga yang melindungi keberadaan dan penyebaran segala sesuatu yang adil dan positif, dan selamanya menjaga semua itu dari tekanan dan subversi.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 109

Bisakah engkau semua melihat esensi murka Tuhan dalam penghancuran-Nya atas Sodom? Apakah ada sesuatu yang tercampur dalam amarah-Nya? Apakah amarah Tuhan murni? Untuk menggunakan kata-kata manusia, apakah murka Tuhan tidak tercemar? Apakah ada tipu muslihat di balik murka-Nya? Apakah ada konspirasi? Apakah ada rahasia yang terlalu mengerikan untuk dikatakan? Aku bisa memberitahukan kepadamu dengan tegas dan sungguh-sungguh: tidak ada bagian dari murka Tuhan yang bisa membuat orang ragu. Amarah-Nya lengkap, tidak tercemar, dan tidak memiliki niat atau tujuan lain. Alasan di balik murka-Nya itu kudus, tidak bercacat cela, dan tidak dapat dikritik. Itu adalah penyingkapan dan tampilan alami dari esensi-Nya yang kudus; itu adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh semua makhluk ciptaan. Ini adalah bagian dari watak benar Tuhan, dan ini juga perbedaan yang mencolok antara esensi Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.

Terlepas dari apakah seseorang menjadi marah di hadapan orang lain atau di belakang mereka, semua orang memiliki niat dan tujuan yang berbeda dengan kemarahan mereka. Mungkin mereka membangun prestise mereka, atau mungkin mereka mempertahankan kepentingan mereka sendiri, menjaga citra atau menjaga muka mereka. Sebagian orang berlatih menahan amarah mereka, sementara sebagian lainnya lebih gegabah dan membiarkan amarah mereka berkobar kapan pun mereka mau tanpa berusaha menahannya sedikit pun. Singkatnya, kemarahan manusia berasal dari wataknya yang rusak. Tidak peduli apa pun tujuan kemarahan itu, asalnya dari daging dan natur; kemarahan itu tidak ada hubungannya dengan keadilan atau ketidakadilan karena tidak ada sesuatu pun dalam natur esensi manusia yang selaras dengan kebenaran. Karena itulah, sifat umat manusia yang rusak dan murka Tuhan tidak seharusnya disamakan. Tanpa terkecuali, perilaku manusia yang dirusak Iblis dimulai dengan keinginan untuk menjaga kerusakan, dan memang itu didasarkan pada kerusakan; inilah mengapa kemarahan manusia tidak dapat disamakan dengan murka Tuhan, bagaimanapun layaknya kemarahan manusia secara teori. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, kekuatan jahat dikendalikan dan hal-hal jahat dihancurkan, sementara hal-hal adil dan positif datang untuk menikmati pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan semua itu dibiarkan untuk terus ada. Tuhan mengirim murka-Nya karena hal-hal yang tidak adil, negatif, dan jahat menghalangi, mengganggu, atau menghancurkan aktivitas normal dan perkembangan hal-hal yang adil dan positif. Tujuan dari amarah Tuhan bukanlah untuk menjaga status dan identitas-Nya sendiri, tetapi untuk menjaga keberadaan hal-hal yang adil, positif, indah, dan baik, untuk menjaga hukum dan keteraturan dari kelangsungan hidup normal manusia. Inilah akar penyebab murka Tuhan. Murka Tuhan itu sangat tepat, alami, dan penyingkapan sejati dari watak-Nya. Tidak ada tujuan tersembunyi dalam amarah-Nya, juga tidak ada tipu muslihat atau rencana jahat apalagi keinginan, kelicikan, kedengkian, kekerasan, kejahatan, atau sifat lainnya dari umat manusia yang rusak. Sebelum Tuhan mengirimkan murka-Nya, Dia sudah memahami esensi setiap masalah dengan jelas dan utuh, dan Dia sudah merumuskan definisi dan kesimpulan yang akurat dan jelas. Karena itulah, tujuan Tuhan dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya sangatlah jelas, sama seperti sikap-Nya. Dia tidak bingung, buta, impulsif, atau ceroboh, dan yang pasti, Dia bukan tidak memiliki prinsip. Inilah aspek nyata dari murka Tuhan, dan karena aspek nyata dari murka Tuhan inilah umat manusia telah mencapai keberadaannya yang normal. Tanpa murka Tuhan, manusia akan turun ke dalam kondisi hidup yang tidak normal, dan semua hal yang adil, indah, dan baik akan dihancurkan dan tidak akan ada lagi. Tanpa murka Tuhan, hukum dan aturan keberadaan bagi makhluk ciptaan akan dilanggar atau bahkan sepenuhnya tumbang. Sejak penciptaan manusia, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk menjaga dan memelihara keberadaan normal umat manusia. Karena watak benar-Nya mengandung murka dan kemegahan-Nya, semua orang jahat, hal dan objek, serta semua hal yang mengganggu dan merusak keberadaan normal manusia akan dihukum, dikendalikan, dan dihancurkan sebagai akibat dari murka-Nya. Selama beberapa milenium terakhir, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk memukul dan menghancurkan segala jenis roh najis dan jahat yang menentang Tuhan dan bertindak sebagai kaki tangan dan antek Iblis dalam pekerjaan Tuhan mengelola manusia. Karena itulah, pekerjaan keselamatan Tuhan atasmanusia selalu maju sesuai dengan rencana-Nya. Lebih jelasnya, karena keberadaan murka Tuhan, perkara-perkara paling benar manusia tidak pernah dihancurkan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 110

Walaupun Iblis Terlihat Manusiawi, Adil, dan Saleh, Esensi Iblis adalah Kejam dan Jahat

Iblis membangun reputasinya lewat memperdaya orang, dan sering kali menetapkan dirinya sebagai barisan terdepan dan teladan kebenaran. Di bawah alasan palsu untuk menjaga kebenaran, ia mencelakakan manusia, memangsa jiwa mereka, dan menggunakan berbagai macam cara untuk membungkam, memperdaya, dan menghasut manusia. Tujuannya adalah untuk membuat manusia sepakat dan mengikuti tingkah lakunya yang jahat, membuat manusia bergabung dengannya dalam menentang otoritas dan kedaulatan Tuhan. Namun, ketika seseorang mengenali skema dan rencana jahatnya serta fiturnya yang jahat, dan ketika seseorang tidak ingin terus diinjak-injak dan dibodohi olehnya atau terus diperbudak olehnya, atau dihukum dan dihancurkan bersama dengannya, Iblis mengubah fitur sucinya sebelumnya dan membuka topeng palsunya untuk menyingkapkan wajah aslinya yang jahat, buruk, buas, dan kejam. Tidak ada yang lebih disukainya selain memusnahkan semua orang yang menolak mengikutinya dan yang melawan kekuatan jahatnya. Di titik ini, Iblis tidak bisa lagi memakai penampilan yang bisa dipercaya, sopan; sebaliknya sifatnya yang sebenarnya yang jelek dan jahat disingkapkan di bawah pakaian bulu dombanya. Begitu skema jahat Iblis disingkapkan dan sifat aslinya diekspos, ia akan marah dan menunjukkan kelalimannya. Setelah itu, keinginannya untuk mencelakai dan memangsa manusia akan semakin meningkat. Ini karena ia sangat marah ketika manusia sadar akan kebenaran, dan ia mengembangkan dendam yang kuat terhadap manusia atas aspirasi mereka untuk mendambakan kebebasan dan terang dan untuk membebaskan diri dari penjaranya. Amarahnya dimaksudkan untuk mempertahankan dan menjunjung kejahatannya, dan ini juga adalah penyingkapan sejati dari naturnya yang biadab.

Dalam segala hal, perilaku Iblis menyingkapkan naturnya yang jahat. Dari semua perbuatan jahat yang dilakukan Iblis terhadap manusia—dari upaya awalnya untuk menipu manusia agar mengikutinya, hingga memanfaatkan manusia, di mana dia menyeret manusia ke dalam perbuatan jahatnya, hingga dendamnya terhadap manusia setelah natur aslinya tersingkap dan manusia telah mengenali dan meninggalkannya—tak satu pun dari perbuatan-perbuatan ini yang gagal menyingkapkan esensi jahat Iblis; juga tak satu pun yang gagal membuktikan fakta bahwa Iblis tidak memiliki hubungan dengan hal-hal positif dan bahwa Iblis adalah sumber dari semua hal yang jahat. Setiap tindakannya menjaga kejahatannya, menjaga kelangsungan tindakan jahatnya, melawan hal-hal yang adil dan positif, dan menghancurkan hukum dan keteraturan dari keberadaan normal manusia. Tindakan-tindakan Iblis ini memusuhi Tuhan, dan tindakan-tindakan itu akan dihancurkan murka Tuhan. Walaupun Iblis memiliki amarahnya sendiri, amarahnya hanyalah sarana melampiaskan natur jahatnya. Alasan Iblis jengkel dan marah adalah ini: rencananya yang terlalu mengerikan untuk dikatakan telah diungkapkan; rencana jahatnya tidak dapat menghindari hukuman; ambisi liarnya dan keinginannya untuk menggantikan Tuhan dan bertindak sebagai Tuhan telah dibatalkan dan dihalangi; dan tujuannya mengendalikan seluruh umat manusia tidak ada apa-apanya dan tidak akan pernah bisa dicapai. Yang menghentikan rencana jahat Iblis agar tidak berhasil dan mengakhiri penyebaran dan amukan kejahatan Iblis adalah pengerahan murka Tuhan yang berulang-ulang, dari waktu ke waktu. Karena itulah, Iblis benci dan takut akan murka Tuhan. Setiap kali murka Tuhan dilepaskan, itu tidak hanya menyingkapkan penampakan jahat Iblis yang sebenarnya, tetapi juga menyingkapkan keinginan jahat Iblis, dan dalam prosesnya, alasan kemarahan Iblis terhadap umat manusia disingkapkan. Ledakan kemarahan Iblis adalah penyingkapan sejati dari natur jahatnya dan sebuah pengungkapan rencana jahatnya. Tentu saja, setiap kali Iblis marah menandakan kehancuran hal-hal jahat dan perlindungan dan kelanjutan hal-hal positif; itu menandakan fakta bahwa murka Tuhan tidak dapat disinggung!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 111

Orang Tidak Boleh Bergantung pada Pengalaman dan Imajinasi untuk Mengenal Watak Benar Tuhan

Ketika engkau mendapati dirimu menghadapi penghakiman dan hajaran Tuhan, apakah engkau akan mengatakan firman Tuhan itu tidak murni? Apakah engkau akan mengatakan ada kisah di balik kemarahan Tuhan, dan bahwa amarah-Nya tidak murni? Apakah engkau akan memfitnah Tuhan, mengatakan bahwa watak-Nya belum tentu seluruhnya benar? Ketika berurusan dengan setiap tindakan Tuhan, engkau pertama-tama harus yakin bahwa watak benar Tuhan bebas dari elemen-elemen lain, bahwa watak-Nya kudus dan tidak bercela. Tindakan-tindakan ini termasuk pukulan, hukuman, dan penghancuran manusia oleh Tuhan. Tanpa terkecuali, setiap tindakan Tuhan dibuat sangat sesuai dengan watak dasar dan rencana-Nya, dan tidak termasuk bagian dari pengetahuan, tradisi, dan filsafat manusia. Setiap tindakan Tuhan adalah ungkapan watak dan esensi-Nya, tidak berkaitan dengan segala sesuatu yang dimiliki umat manusia yang rusak. Umat manusia memiliki gagasan bahwa hanya kasih, belas kasih, dan toleransi Tuhan terhadap umat manusialah yang tanpa cela, murni, dan kudus, dan tidak ada seorang pun yang tahu bahwa amarah dan murka Tuhan juga sama murninya; dan terlebih lagi, tidak ada orang yang telah merenungkan pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa Tuhan tidak menoleransi pelanggaran atau mengapa amarah-Nya begitu besar. Sebaliknya, sebagian orang keliru mengira murka Tuhan sebagai sifat yang buruk, yang sama seperti yang dimiliki manusia yang rusak, dan salah mengira bahwa amarah Tuhan itu sama seperti amarah manusia yang rusak. Mereka bahkan salah mengira bahwa amarah Tuhan sama seperti penyingkapan alami dari watak manusia yang rusak, dan bahwa pelampiasan murka Tuhan sama seperti kemarahan manusia yang rusak ketika mereka dihadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan, dan percaya bahwa pelampiasan murka Tuhan adalah ungkapan suasana hati-Nya. Setelah persekutuan ini, Aku harap setiap engkau semua tidak lagi memiliki pemikiran yang salah, imajinasi atau spekulasi tentang watak benar Tuhan. Aku harap setelah mendengar firman-Ku, engkau bisa memiliki pengenalan yang benar di dalam hatimu tentang murka dari watak benar Tuhan, sehingga engkau dapat menyingkirkan pemahaman sebelumnya yang salah tentang murka Tuhan, dan agar engkau dapat mengubah kepercayaan dan pandangan-pandanganmu yang salah tentang esensi murka Tuhan. Terlebih lagi, Aku harap engkau semua dapat memiliki definisi yang akurat tentang watak Tuhan dalam hatimu, tidak akan lagi memiliki keraguan terhadap watak benar Tuhan, dan tidak akan lagi memaksakan pemikiran atau imajinasi manusia kepada watak benar Tuhan. Watak benar Tuhan adalah esensi sejati Tuhan sendiri. Ini bukan sesuatu yang ditulis atau dibentuk oleh manusia. Watak benar-Nya adalah watak benar-Nya dan tidak ada hubungannya atau kaitannya dengan ciptaan mana pun. Tuhan sendiri adalah Tuhan sendiri. Dia tidak akan pernah menjadi bagian dari ciptaan, dan bahkan jika Dia menjadi anggota makhluk ciptaan, watak dan esensi dasar-Nya tidak akan berubah. Karena itu, mengenal Tuhan tidak sama dengan mengenal sebuah objek; mengenal Tuhan bukanlah membedah sesuatu, juga tidak sama dengan memahami seseorang. Jika manusia menggunakan konsep atau metodenya sendiri untuk mengenal sebuah objek atau memahami seseorang untuk mengenal Tuhan, engkau tidak akan pernah bisa mendapatkan pengenalan akan Tuhan. Mengenal Tuhan tidak bergantung pada pengalaman atau imajinasi, dan karena itulah, engkau tidak boleh memaksakan pengalaman atau imajinasimu pada Tuhan; sekaya apa pun pengalaman atau imajinasimu, semua itu tetaplah terbatas. Terlebih lagi, imajinasimu tidak sesuai dengan fakta, apalagi dengan kebenaran, dan imaginasimu tidak sesuai dengan watak dan esensi benar Tuhan. Engkau tidak akan pernah berhasil jika bergantung pada imajinasimu untuk memahami esensi Tuhan. Satu-satunya jalan adalah ini: menerima semua yang datang dari Tuhan, lalu secara bertahap mengalami dan memahaminya. Akan ada hari di mana Tuhan akan mencerahkanmu supaya engkau benar-benar memahami dan mengenal Dia karena kerja samamu dan karena lapar dan hausmu akan kebenaran.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 112

Peringatan Tuhan Yahweh Mencapai Penduduk Niniwe

Mari kita lanjutkan ke perikop kedua, pasal ketiga kitab Yunus: "Mulailah Yunus masuk ke kota itu satu hari perjalanan, lalu ia berseru dan berkata, 'Empat puluh hari lagi, dan Niniwe akan ditunggangbalikkan.'" Itu adalah kata-kata yang disampaikan langsung oleh Tuhan kepada Yunus untuk diberitahukan kepada penduduk Niniwe, jadi, tentu saja, ini adalah kata-kata yang Yahweh ingin sampaikan kepada penduduk Niniwe. Kata-kata itu memberitahu manusia bahwa Tuhan mulai muak dan membenci penduduk kota itu karena kejahatan mereka telah sampai kepada Tuhan, sehingga Dia ingin menghancurkan kota ini. Namun, sebelum Tuhan menghancurkan kota ini, Dia akan membuat pengumuman kepada penduduk Niniwe, dan pada saat yang sama, Dia memberi mereka suatu kesempatan untuk bertobat dari kejahatan mereka dan memulai hidup baru. Kesempatan ini berlangsung selama empat puluh hari, dan tidak lebih dari itu. Dengan kata lain, jika penduduk di dalam kota ini tidak bertobat, mengakui dosa mereka, dan merendahkan diri di hadapan Tuhan Yahweh dalam empat puluh hari, Tuhan akan menghancurkan kota itu seperti Dia menghancurkan Sodom. Inilah yang Tuhan Yahweh ingin beritahukan kepada penduduk Niniwe. Jelas, ini bukan pernyataan sederhana. Penyataan itu tidak hanya menyampaikan amarah Tuhan Yahweh, tetapi juga menyampaikan sikap-Nya terhadap penduduk Niniwe, dan sekaligus menjadi peringatan serius bagi orang-orang yang hidup di dalam kota itu. Peringatan ini memberitahu mereka bahwa perbuatan jahat mereka telah membuat mereka dibenci Tuhan Yahweh dan akan segera membawa mereka ke ambang kebinasaan mereka sendiri. Karena itu, hidup setiap penduduk Niniwe berada di ambang bahaya.

Perbedaan Besar Antara Reaksi Penduduk Niniwe dan Sodom Terhadap Peringatan Tuhan Yahweh

Apa artinya ditunggangbalikkan? Dalam bahasa sehari-hari, itu berarti tidak ada lagi. Namun, dengan cara apa? Siapa yang bisa menunggangbalikkan seluruh kota? Tidak mungkin bagi manusia melakukan tindakan semacam itu, tentu saja. Orang-orang Niniwe tidak bodoh; begitu mereka mendengar pernyataan ini, mereka langsung tahu maksudnya. Mereka tahu pernyataan ini datang dari Tuhan, mereka tahu Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya, dan mereka tahu bahwa kejahatan mereka telah membuat Tuhan Yahweh marah dan menumpahkan amarah-Nya kepada mereka, sehingga mereka akan segera dihancurkan bersama kota mereka. Bagaimana orang-orang kota itu bersikap setelah mendengarkan peringatan Tuhan Yahweh? Alkitab menjelaskan dengan mendetail bagaimana orang-orang itu bereaksi, mulai dari raja sampai rakyat jelata. Perkataan di bawah ini dicatat dalam Kitab Suci: "Maka orang Niniwe percaya kepada Tuhan dan menyatakan berpuasa, mengenakan kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka. Kabar ini sampai kepada raja Niniwe, maka bangkitlah ia dari takhtanya, menanggalkan jubahnya, menyelubungi diri kain kabung dan duduk di atas abu. Dan ia menyuruh orang menyerukan dan memaklumkan di seluruh Niniwe berdasarkan ketetapan raja dan para pembesarnya, demikian, 'Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak boleh makan, mereka tidak boleh makan apa pun, atau minum air. Namun, manusia dan binatang harus mengenakan kain kabung dan berseru dengan nyaring kepada Tuhan: Biarlah semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka ...'"

Setelah mendengar pernyataan Tuhan Yahweh, penduduk Niniwe menunjukkan sikap yang sama sekali bertolak belakang dengan penduduk Sodom—penduduk Sodom secara terbuka menentang Tuhan, terus melakukan kejahatan demi kejahatan, sedangkan penduduk Niniwe, setelah mendengar perkataan ini, tidak mengabaikannya, mereka juga tidak menolaknya. Sebaliknya, mereka percaya kepada Tuhan dan memaklumkan puasa. Apa yang dimaksud dengan kata "percaya" di sini? Kata itu sendiri mengacu pada iman dan ketundukan. Jika kita menggunakan perilaku yang sebenarnya dari penduduk Niniwe untuk menjelaskan kata ini, itu berarti bahwa mereka percaya Tuhan bisa dan akan melakukan apa yang Dia katakan, dan bahwa mereka bersedia bertobat. Apakah penduduk Niniwe merasa takut menghadapi bencana yang akan segera terjadi? Kepercayaan merekalah yang membuat hati mereka takut. Jadi, apa yang bisa kita gunakan untuk membuktikan kepercayaan dan ketakutan penduduk Niniwe? Seperti yang Alkitab katakan: "Mereka menyatakan puasa, dan memakai kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka." Ini jelas berarti bahwa penduduk Niniwe benar-benar percaya, dan dari kepercayaan itu datanglah ketakutan, yang kemudian menuntun mereka untuk berpuasa dan mengenakan kain kabung. Inilah cara mereka menunjukkan bahwa mereka mulai bertobat. Sama sekali bertolak belakang dengan penduduk Sodom, tidak hanya penduduk Niniwe tidak menentang Tuhan, tetapi mereka juga dengan jelas menunjukkan pertobatan mereka lewat perilaku dan tindakan mereka. Tentu saja, ini adalah sesuatu yang semua penduduk Niniwe lakukan, tidak hanya rakyat jelata—raja pun tidak terkecuali.

Pertobatan Raja Niniwe Mendapatkan Pujian Tuhan Yahweh

Ketika raja Niniwe mendengar kabar ini, ia bangkit dari takhtanya, melepaskan jubahnya, memakai kain kabung, dan duduk di atas abu. Ia lalu menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di kota yang boleh mencicipi apa pun, dan tidak ada domba, lembu, atau hewan ternak lainnya yang boleh merumput atau minum air. Manusia dan ternak sama-sama mengenakan kain kabung, dan orang-orang harus membuat permohonan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Raja juga mengumumkan bahwa setiap orang dari antara mereka harus berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Dinilai dari rangkaian tindakan ini, raja Niniwe memiliki pertobatan sejati di dalam hatinya. Rangkaian tindakan yang dilakukannya—bangkit dari takhtanya, menanggalkan jubah rajanya, mengenakan kain kabung, dan duduk di abu—memberitahu orang bahwa raja Niniwe mengesampingkan status kerajaannya dan mengenakan kain kabung bersama rakyat jelata. Ini berarti raja Niniwe tidak menempati posisi kerajaannya untuk terus dalam jalannya yang jahat atau melakukan kejahatan dengan tangannya setelah mendengar pengumuman dari Tuhan Yahweh; sebaliknya, ia mengesampingkan otoritas yang dipegang dan bertobat di hadapan Tuhan Yahweh. Pada saat ini, raja Niniwe tidak bertobat sebagai seorang raja; ia datang ke hadapan Tuhan untuk bertobat dan mengakui dosa-dosanya sebagai orang biasa di hadapan Tuhan. Terlebih lagi, ia juga menyuruh seisi kota untuk bertobat dan mengakui dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan Yahweh dengan cara yang sama seperti dirinya; selain itu, ia juga memiliki rencana spesifik bagaimana cara melakukannya, seperti yang terlihat di dalam kitab suci: "Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak boleh makan, mereka tidak boleh makan apa pun, atau minum air. ... dan berseru dengan nyaring kepada Tuhan: Biarlah semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka." Sebagai penguasa kota, raja Niniwe memiliki status dan kuasa tertinggi dan bisa melakukan apa pun yang ia mau. Ketika dihadapkan dengan pengumuman Tuhan Yahweh, ia bisa saja mengabaikannya atau hanya bertobat dan mengakui dosanya sendiri; sedangkan apakah penduduk kota memilih untuk bertobat atau tidak, ia bisa saja sama sekali mengabaikannya. Akan tetapi, raja Niniwe tidak melakukan hal itu sama sekali. Ia tidak hanya bangkit dari takhtanya, memakai kain kabung, dan duduk di atas abu serta bertobat dan mengakui dosa-dosanya di hadapan Tuhan Yahweh, tetapi ia juga memerintahkan semua orang dan ternak di dalam kota untuk melakukan hal yang sama. Ia bahkan memerintahkan orang-orang untuk "berseru dengan nyaring kepada Tuhan." Lewat rangkaian tindakan ini, raja Niniwe benar-benar melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang penguasa. Rangkaian tindakannya merupakan tindakan yang sulit dilakukan oleh raja mana pun dalam sejarah manusia, dan memang, tidak ada raja lain yang melakukannya. Tindakan-tindakan ini bisa disebut tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia, dan tindakan-tindakan ini layak diingat dan ditiru oleh umat manusia. Sejak penciptaan manusia, setiap raja telah memimpin rakyatnya untuk menentang dan melawan Tuhan. Tidak pernah ada seorang pun yang memimpin rakyatnya memohon kepada Tuhan untuk mencari penebusan atas kejahatan mereka, menerima pengampunan dari Tuhan Yahweh, dan menghindari hukuman yang akan segera menimpa. Namun, raja Niniwe mampu memimpin rakyatnya untuk berbalik kepada Tuhan, meninggalkan jalan-jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Terlebih lagi, ia juga mampu mengesampingkan takhtanya, dan sebagai gantinya, Tuhan Yahweh berubah pikiran serta merasa menyesal, menarik kembali murka-Nya dan membiarkan orang-orang kota itu bertahan hidup, menghindarkan mereka dari kehancuran. Tindakan raja itu hanya bisa disebut mukjizat langka dalam sejarah manusia, dan bahkan suatu contoh model dari manusia rusak yang bertobat dan mengakui dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 113

Yunus 3 Dan firman Yahweh datang kepada Yunus kedua kalinya, demikian, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan beritakan pada mereka apa yang Kuperintahkan kepadamu." Lalu bangkitlah Yunus dan pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Yahweh. Niniwe adalah kota yang sangat besar, yang luasnya selama tiga hari perjalanan. Mulailah Yunus masuk ke kota itu satu hari perjalanan, lalu ia berseru dan berkata, "Empat puluh hari lagi, dan Niniwe akan ditunggangbalikkan." Maka orang Niniwe percaya kepada Tuhan dan menyatakan berpuasa, mengenakan kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka. Kabar ini sampai kepada raja Niniwe, maka bangkitlah ia dari takhtanya, menanggalkan jubahnya, menyelubungi diri kain kabung dan duduk di atas abu. Dan ia menyuruh orang menyerukan dan memaklumkan di seluruh Niniwe berdasarkan ketetapan raja dan para pembesarnya, demikian, "Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak boleh makan, mereka tidak boleh makan apa pun, atau minum air. Namun, manusia dan binatang harus mengenakan kain kabung dan berseru dengan nyaring kepada Tuhan: Biarlah semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka. Siapa yang tahu jika Tuhan akan berbalik dan menyesal dan berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala sehingga kita tidak binasa?" Lalu Tuhan melihat perbuatan mereka, bagaimana mereka berbalik dari jalan mereka yang jahat, maka Tuhan menyesali hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, dan Dia tidak jadi melakukannya.

Tuhan Melihat Pertobatan Tulus Jauh di Dalam Hati Orang Niniwe

Setelah mendengarkan pernyataan Tuhan, raja Niniwe dan rakyatnya melakukan rangkaian tindakan. Apakah natur dari tindakan-tindakan ini dan perilaku mereka? Dengan kata lain, apakah esensi dari tingkah laku mereka secara keseluruhan? Mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan? Di mata Tuhan, mereka telah bertobat dengan tulus, bukan hanya karena mereka telah memohon dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan dan mengakui dosa mereka di hadapan-Nya, tetapi juga karena mereka telah meninggalkan tingkah laku mereka yang jahat. Mereka bertindak seperti ini karena setelah mendengar firman Tuhan, mereka sangat ketakutan dan percaya Dia akan melakukan apa yang difirmankan-Nya. Dengan berpuasa, mengenakan kain kabung, dan duduk di abu, mereka ingin mengungkapkan kerelaan mereka untuk mengubah jalan mereka dan tidak lagi melakukan kejahatan, dan mereka berdoa kepada Tuhan Yahweh agar menahan amarah-Nya, memohon kepada-Nya untuk menarik kembali keputusan-Nya dan bencana yang akan menimpa mereka. Dengan meneliti semua perilaku mereka, kita bisa melihat bahwa mereka telah memahami bahwa tindakan mereka yang jahat di masa lalu memuakkan Tuhan Yahweh, dan kita bisa melihat juga bahwa mereka memahami alasan mengapa Dia akan segera menghancurkan mereka. Inilah mengapa mereka semua ingin bertobat penuh, berbalik dari jalan mereka yang jahat, dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Dengan kata lain, begitu mereka sadar akan pernyataan Tuhan Yahweh, masing-masing dari mereka merasa takut dalam hati mereka; mereka menghentikan tingkah laku jahat mereka dan tidak lagi melakukan tindakan-tindakan yang sangat dibenci Tuhan Yahweh. Sebagai tambahan, mereka memohon kepada Tuhan Yahweh untuk mengampuni dosa masa lalu mereka dan untuk tidak memperlakukan mereka sesuai dengan tindakan mereka di masa lalu. Mereka rela untuk tidak akan lagi terlibat dalam kejahatan dan bertindak sesuai perintah Tuhan Yahweh, jika saja mungkin untuk tidak pernah lagi membangkitkan murka Tuhan Yahweh. Pertobatan mereka tulus dan menyeluruh. Pertobatan itu datang dari lubuk hati mereka dan tidak dibuat-buatdan tidak sementara.

Begitu semua penduduk Niniwe, dari raja sampai rakyat jelata, menyadari bahwa Tuhan Yahweh marah kepada mereka, Tuhan dapat dengan jelas dan mudah melihat setiap tindakan mereka selanjutnya dan tingkah laku mereka dalam keseluruhannya, serta setiap keputusan dan pilihan yang mereka buat. Hati Tuhan berubah sesuai dengan tingkah laku mereka. Apa kerangka berpikir Tuhan pada saat itu? Alkitab dapat menjawab pertanyaan itu bagimu. Perkataan berikut initercatat di kitab suci: "Lalu Tuhan melihat perbuatan mereka, bagaimana mereka berbalik dari jalan mereka yang jahat, maka Tuhan menyesali hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, dan Dia tidak jadi melakukannya." Walau Tuhan mengubah pikiran-Nya, tidak ada sesuatu pun yang rumit dengan kerangka berpikir-Nya. Dia hanya berubah dari mengungkapkan kemarahan-Nya menjadi menenangkan amarah-Nya, dan kemudian memutuskan tidak membawa bencana ke atas kota Niniwe. Alasan mengapa keputusan Tuhan—melepaskan penduduk Niniwe dari bencana—begitu cepat adalah karena Tuhan menyelidiki hati setiap orang di Niniwe. Dia melihat apa yang ada di lubuk hati mereka: pertobatan dan pengakuan yang tulus atas dosa-dosa mereka, kepercayaan mereka yang tulus kepada-Nya, kesadaran mendalam mereka tentang bagaimana tindakan mereka yang jahat telah membuat watak-Nya marah, dan yang menghasilkan ketakutan terhadap hukuman yang akan ditimpakan Tuhan Yahweh. Pada saat yang sama, Tuhan Yahweh juga mendengarkan doa-doa mereka, yang berasal dari lubuk hati mereka, memohon kepada-Nya agar tidak lagi marah kepada mereka, sehingga mereka dapat menghindari bencana ini. Ketika Tuhan mengamati semua fakta ini, sedikit demi sedikit, amarah-Nya mereda. Terlepas dari seberapa besar amarah-Nya di masa lalu, hati-Nya tersentuh ketika Dia melihat pertobatan yang tulus dari lubuk hati orang-orang ini, sehingga Dia tidak sanggup untuk mengirimkan bencana ke atas mereka, dan Dia berhenti marah kepada mereka. Sebaliknya, Dia terus memberikan belas kasih dan toleransi-Nya kepada mereka dan terus membimbing dan menyediakan kebutuhan mereka.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 114

Yunus 3 Dan firman Yahweh datang kepada Yunus kedua kalinya, demikian, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan beritakan pada mereka apa yang Kuperintahkan kepadamu." Lalu bangkitlah Yunus dan pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Yahweh. Niniwe adalah kota yang sangat besar, yang luasnya selama tiga hari perjalanan. Mulailah Yunus masuk ke kota itu satu hari perjalanan, lalu ia berseru dan berkata, "Empat puluh hari lagi, dan Niniwe akan ditunggangbalikkan." Maka orang Niniwe percaya kepada Tuhan dan menyatakan berpuasa, mengenakan kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka. Kabar ini sampai kepada raja Niniwe, maka bangkitlah ia dari takhtanya, menanggalkan jubahnya, menyelubungi diri kain kabung dan duduk di atas abu. Dan ia menyuruh orang menyerukan dan memaklumkan di seluruh Niniwe berdasarkan ketetapan raja dan para pembesarnya, demikian, "Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak boleh makan, mereka tidak boleh makan apa pun, atau minum air. Namun, manusia dan binatang harus mengenakan kain kabung dan berseru dengan nyaring kepada Tuhan: Biarlah semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka. Siapa yang tahu jika Tuhan akan berbalik dan menyesal dan berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala sehingga kita tidak binasa?" Lalu Tuhan melihat perbuatan mereka, bagaimana mereka berbalik dari jalan mereka yang jahat, maka Tuhan menyesali hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, dan Dia tidak jadi melakukannya.

Jika Kepercayaanmu kepada Tuhan Benar, Engkau akan Sering Menerima Pemeliharaan-Nya

Perubahan maksud Tuhan terhadap penduduk Niniwe tidak mengandung keraguan atau apa pun yang ambigu atau samar. Sebaliknya, itu merupakan perubahan dari kemarahan belaka menjadi toleransi belaka. Ini adalah pengungkapan sejati dari esensi Tuhan. Tuhan tidak pernah bimbang atau ragu-ragu dalam tindakan-Nya; prinsip dan tujuan di balik tindakan-tindakan-Nya semuanya jelas dan transparan, murni, dan tidak bercela, sama sekali tidak ada tipu muslihat atau rencana jahat yang tercampur di dalamnya. Dengan kata lain, esensi Tuhan tidak mengandung kegelapan atau kejahatan. Tuhan menjadi marah kepada penduduk Niniwe karena tindakan mereka yang jahat telah terlihat oleh-Nya; pada saat itu, amarah-Nya berasal dari esensi-Nya. Namun, ketika amarah Tuhan mereda dan Dia menganugerahkan toleransi-Nya kepada penduduk Niniwe sekali lagi, segala yang Dia singkapkan tetaplah esensi-Nya sendiri. Keseluruhan perubahan ini disebabkan oleh perubahan dalam sikap manusia terhadap Tuhan. Selama seluruh periode ini, watak Tuhan yang tidak dapat disinggung tidak berubah, esensi toleran Tuhan tidak berubah, dan esensi penuh kasih dan penuh belas kasih Tuhan tidak berubah. Ketika manusia melakukan tindakan jahat dan menyinggung Tuhan, Dia akan menimpakan amarah-Nya kepada mereka. Ketika manusia benar-benar bertobat, hati Tuhan akan berubah, dan amarah-Nya akan reda. Ketika manusia terus dengan keras kepala menentang Tuhan, amarah-Nya tidak akan reda, dan murka-Nya akan terus menekan mereka sedikit demi sedikit sampai mereka hancur. Inilah esensi dari watak Tuhan. Terlepas dari apakah Tuhan mengungkapkan murka atau belas kasih dan kasih setia, tingkah laku, perilaku, dan sikap manusia terhadap Tuhan di lubuk hatinya yang menentukan apa yang diungkapkan lewat pengungkapan watak Tuhan. Jika Tuhan terus-menerus membuat seseorang mengalami murka-Nya, hati orang ini sudah pasti menentang Tuhan. Karena orang ini tidak pernah benar-benar bertobat, menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan, atau memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan, mereka tidak pernah mendapatkan belas kasih dan toleransi Tuhan. Jika seseorang sering menerima pemeliharaan Tuhan, belas kasih, dan toleransi-Nya, pastilah orang ini memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan dalam hatinya, dan hatinya tidak menentang Tuhan. Orang ini sering bertobat dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan; oleh karena itu, walaupun disiplin Tuhan sering kali datang ke atas orang ini, murka-Nya tidak akan menimpa orang tersebut.

Uraian singkat ini memungkinkan manusia melihat hati Tuhan, melihat kenyataan esensi-Nya, melihat bahwa amarah Tuhan dan perubahan dalam hati-Nya bukan tanpa sebab. Meskipun ada perbedaan besar yang Tuhan tunjukkan ketika Dia murka dan ketika Dia mengubah hati-Nya, yang membuat manusia percaya ada jurang pemisah atau perbedaan yang sangat besar antara dua aspek esensi Tuhan ini—kemarahan-Nya dan toleransi-Nya—sikap Tuhan terhadap pertobatan penduduk Niniwe sekali lagi memungkinkan manusia melihat sisi lain dari watak benar Tuhan. Perubahan hati Tuhan benar-benar memungkinkan umat manusia untuk sekali lagi melihat kenyataan belas kasih dan kasih setia Tuhan, dan melihat pengungkapan sejati dari esensi Tuhan. Umat manusia tidak bisa tidak harus mengakui bahwa belas kasih dan kasih setia Tuhan bukanlah mitos atau karangan. Ini karena perasaan Tuhan pada saat itu benar, dan perubahan hati Tuhan juga benar—Tuhan memang menganugerahkan belas kasih dan toleransi-Nya kepada umat manusia sekali lagi.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 115

Yunus 3 Dan firman Yahweh datang kepada Yunus kedua kalinya, demikian, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan beritakan pada mereka apa yang Kuperintahkan kepadamu." Lalu bangkitlah Yunus dan pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Yahweh. Niniwe adalah kota yang sangat besar, yang luasnya selama tiga hari perjalanan. Mulailah Yunus masuk ke kota itu satu hari perjalanan, lalu ia berseru dan berkata, "Empat puluh hari lagi, dan Niniwe akan ditunggangbalikkan." Maka orang Niniwe percaya kepada Tuhan dan menyatakan berpuasa, mengenakan kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka. Kabar ini sampai kepada raja Niniwe, maka bangkitlah ia dari takhtanya, menanggalkan jubahnya, menyelubungi diri kain kabung dan duduk di atas abu. Dan ia menyuruh orang menyerukan dan memaklumkan di seluruh Niniwe berdasarkan ketetapan raja dan para pembesarnya, demikian, "Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak boleh makan, mereka tidak boleh makan apa pun, atau minum air. Namun, manusia dan binatang harus mengenakan kain kabung dan berseru dengan nyaring kepada Tuhan: Biarlah semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka. Siapa yang tahu jika Tuhan akan berbalik dan menyesal dan berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala sehingga kita tidak binasa?" Lalu Tuhan melihat perbuatan mereka, bagaimana mereka berbalik dari jalan mereka yang jahat, maka Tuhan menyesali hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, dan Dia tidak jadi melakukannya.

Pertobatan Sejati di Hati Penduduk Niniwe Membuat Mereka Mendapatkan Belas Kasih Tuhan dan Mengubah Kesudahan Mereka Sendiri

Apakah ada kontradiksi antara perubahan hati Tuhan dan murka-Nya? Tentu saja tidak! Ini karena toleransi Tuhan pada saat itu memiliki alasan tersendiri. Apa alasannya? Ini yang tertulis di Alkitab: "Semua orang berbalik dari jalan mereka yang jahat" dan "meninggalkan kekejaman yang ada di tangan mereka."

"Jalan yang jahat" ini bukan merujuk kepada sejumlah tindakan jahat, tetapi pada sumber kejahatan yang darinya perilaku orang muncul. "Berbalik dari jalannya yang jahat" berarti orang yang bersangkutan tidak akan pernah melakukan tindakan-tindakan itu lagi. Dengan kata lain, mereka tidak akan pernah lagi berperilaku di jalan yang jahat ini; metode, sumber, tujuan, niat, dan prinsip-prinsip tindakan mereka semuanya telah berubah; mereka tidak akan pernah lagi menggunakan metode-metode dan prinsip-prinsip tersebut untuk mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan ke dalam hati mereka. "Meninggalkan" dalam "meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka" berarti membuang atau menyingkirkan, sepenuhnya putus hubungan dengan masa lalu dan tidak pernah kembali lagi. Ketika penduduk Niniwe meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka, hal ini membuktikan dan merepresentasikan pertobatan sejati mereka. Tuhan memperhatikan penampakan luar manusia dan juga hati mereka. Ketika Tuhan memperhatikan pertobatan sejati di hati penduduk Niniwe yang tanpa keraguan dan juga memperhatikan bahwa mereka sudah meninggalkan jalan-jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka, Dia mengubah hati-Nya. Ini berarti tindakan dan perilaku manusia dan berbagai macam cara melakukan segala sesuatu, serta pengakuan dan pertobatan sejati dari dosa di hati mereka, menyebabkan Tuhan mengubah hati-Nya, mengubah niat-Nya, menarik kembali keputusan-Nya, dan tidak menghukum atau menghancurkan mereka. Karena itulah, penduduk Niniwe mendapatkan kesudahan yang berbeda bagi diri mereka sendiri. Mereka menebus hidup mereka sendiri dan pada saat yang sama, mendapatkan belas kasih dan toleransi Tuhan, di mana Tuhan juga menarik kembali murka-Nya.

Belas Kasih dan Toleransi Tuhan Tidaklah Langka—Pertobatan Sejati Manusialah yang Langka

Terlepas dari seberapa marah Tuhan terhadap penduduk Niniwe, begitu mereka menyatakan puasa dan mengenakan kain kabung dan abu, hati-Nya mulai melembut dan Dia mulai mengubah pikiran-Nya. Ketika Dia menyatakan kepada mereka bahwa Dia akan menghancurkan kota mereka—sesaat sebelum pengakuan dan pertobatan mereka dari dosa—Tuhan masih marah terhadap mereka. Begitu mereka sudah melakukan rangkaian tindakan pertobatan, amarah Tuhan terhadap orang-orang Niniwe berangsur berubah menjadi belas kasih dan toleransi kepada mereka. Tidak ada yang bertolak belakang tentang pengungkapan dua aspek watak Tuhan yang terjadi bersamaan dalam peristiwa yang sama ini. Jadi, bagaimana orang seharusnya memahami dan mengetahui bahwa tidak ada kontradiksi? Tuhan mengungkapkan dan menyingkapkan masing-masing dari dua esensi yang sangat bertolak belakang ini secara bergantian saat penduduk Niniwe bertobat, memungkinkan manusia melihat kenyataan dan esensi Tuhan yang tidak dapat disinggung. Tuhan menggunakan sikap-Nya untuk memberitahu manusia hal berikut: bukannya Tuhan tidak menoleransi manusia atau Dia tidak mau menunjukkan belas kasih kepada mereka; melainkan, karena mereka jarang bertobat dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan jarang manusia sungguh-sungguh berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Dengan kata lain, ketika Tuhan marah kepada manusia, Dia berharap manusia akan mampu untuk sungguh-sungguh bertobat, dan memang Dia berharap melihat pertobatan sejati manusia, di mana Dia akan dengan bebas terus menganugerahkan belas kasih dan toleransi-Nya kepada manusia. Ini berarti perbuatan jahat manusia mendatangkan murka Tuhan, sementara belas kasih dan toleransi Tuhan dianugerahkan kepada mereka yang mendengarkan Tuhan dan benar-benar bertobat di hadapan-Nya, kepada mereka yang dapat berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Sikap Tuhan disingkapkan dengan sangat jelas dalam perlakuan-Nya terhadap penduduk Niniwe: belas kasih dan toleransi Tuhan sama sekali tidak sulit didapat, dan yang Dia minta adalah pertobatan sejati manusia. Selama manusia berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka, Tuhan akan mengubah hati-Nya dansikap-Nya terhadap mereka.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 116

Watak Benar Sang Pencipta itu Nyata dan Jelas

Ketika Tuhan mengubah hati-Nya terhadap penduduk Niniwe, apakah belas kasih dan toleransi-Nya ilusi? Tentu saja tidak! Jadi, apa yang telah ditunjukkan oleh transisi antara dua aspek watak Tuhan dalam hal Tuhan menangani satu situasi ini? Watak Tuhan merupakan suatu keseluruhan yang lengkap—sama sekali tidak terbagi. Terlepas dari apakah Dia mengungkapkan kemarahan atau belas kasih dan toleransi terhadap manusia, semua ini adalah ungkapan dari watak benar-Nya. Watak Tuhan itu penting dan terlihat jelas, dan Dia mengubah pikiran dan sikap-Nya sesuai dengan bagaimana segala sesuatunya berkembang. Perubahan sikap-Nya terhadap penduduk Niniwe memberitahu umat manusia bahwa Dia memiliki pemikiran dan gagasan-Nya sendiri; Dia bukan robot atau boneka tanah liat, melainkan Tuhan yang hidup itu sendiri. Dia bisa marah kepada penduduk Niniwe, sama seperti Dia bisa mengampuni masa lalu mereka karena sikap mereka. Dia bisa memutuskan untuk mendatangkan bencana ke atas penduduk Niniwe, dan Dia juga bisa mengubah keputusan-Nya karena pertobatan mereka. Manusia suka menerapkan aturan secara kaku, dan menggunakan aturan-aturan semacam itu untuk membatasi dan mendefinisikan Tuhan, sama seperti mereka suka menggunakan rumus untuk berusaha memahami watak Tuhan. Karena itulah, jika menyangkut wilayah pikiran manusia, Tuhan tidak berpikir, Dia juga sama sekali tidak memiliki gagasan substansif. Namun, pada kenyataannya, pikiran Tuhan berada dalam keadaan transformasi yang terus-menerus sesuai dengan perubahan-perubahan di dalam berbagai hal dan lingkungan. Sementara pikiran-pikiran ini berubah, berbagai aspek esensi Tuhan disingkapkan. Selama proses perubahan ini, pada saat yang tepat ketika Tuhan mengubah hati-Nya, yang Dia tunjukkan kepada umat manusia adalahkeberadaan yang nyata dari hidup-Nya, dan bahwa watak benar-Nya penuh dengan vitalitas dinamis. Pada saat yang sama, Tuhan menggunakan penyingkapan sejati-Nya sendiri untuk membuktikan kepada umat manusia kenyataan tentang keberadaan murka-Nya, belas kasih-Nya, kasih setia-Nya, dan toleransi-Nya. Esensi-Nya akan disingkapkan kapan saja dan di mana saja sesuai dengan bagaimana segala sesuatunya berkembang. Dia memiliki murka seperti singa dan belas kasih dan toleransi seperti seorang ibu. Watak benar-Nya tidak boleh dipertanyakan, dilanggar, diubah, atau dibelokkan oleh siapa pun. Di antara semua perkara dan segala sesuatu, watak benar Tuhan—yaitu murka Tuhan dan belas kasih Tuhan—bisa disingkapkan kapan saja dan di mana saja. Dia memberikan ungkapan penting pada aspek-aspek ini dalam setiap sudut semua ciptaan, dan Dia menerapkannya dengan vitalitas seiring berjalannya waktu. Watak benar Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu; dengan kata lain, watak benar Tuhan tidak diungkapkan secara mekanis atau disingkapkan sesuai dengan batasan ruang atau waktu, melainkan diungkapkan dengan sangat mudah dan di segala tempat dan waktu. Ketika engkau melihat Tuhan mengubah hati-Nya dan berhenti mengungkapkan murka-Nya dan menahan diri untuk tidak menghancurkan kota Niniwe, bisakah engkau mengatakan bahwa Tuhan hanya penuh belas kasih dan penyayang? Bisakah engkau mengatakan bahwa murka Tuhan terdiri dari kata-kata kosong? Ketika Tuhan mengamuk dengan murka yang menyala-nyala dan menahan belas kasih-Nya, bisakah engkau mengatakan bahwa Dia tidak merasakan kasih sejati terhadap umat manusia? Murka yang menyala-nyala ini diungkapkan Tuhan sebagai respons terhadap tindakan jahat manusia; murka-Nya tidak bercela. Hati Tuhan tergerak sebagai respons terhadap pertobatan manusia, dan pertobatan inilah yang mengubah hati Tuhan. Ketika Dia merasa tergerak, ketika hati-Nya berubah, dan ketika Dia menunjukkan belas kasih dan toleransi-Nya kepada manusia, semuanya ini sama sekali tak bercacat; semuanya bersih, murni, tak bercela, dan tak tercemar. Toleransi Tuhan persis seperti itu: toleransi, sama seperti belas kasih-Nya yang adalah belas kasih yang murni. Watak-Nya menyingkapkan murka atau belas kasih dan toleransi sesuai dengan pertobatan manusia dan berbagai perbuatan manusia. Tidak peduli apa yang Dia ungkapkan dan singkapkan, semuanya itu murni dan langsung; esensi semua itu berbeda dengan esensi apa pun yang ada dalam ciptaan. Ketika Tuhan mengungkapkan prinsip-prinsip yang melandasi tindakan-tindakan-Nya, semuanya itu tanpa noda atau cela, dan demikian pula dengan pemikiran-Nya, gagasan-Nya, dan setiap keputusan yang Dia ambil serta setiap tindakan yang Dia lakukan. Karena Tuhan sudah memutuskan, demikianlah Dia akan bertindak, dan demikianlah Dia menyelesaikan perbuatan-Nya. Hasil perbuatan-perbuatan-Nya benar dan tidak bercela semata-mata karena sumbernya tidak bercacat dan tidak bercela. Murka Tuhan tidak bercela. Begitu juga dengan belas kasih dan toleransi Tuhan—yang tidak dimiliki oleh ciptaan mana pun—adalah kudus dan tidak bercacat, dan dapat bertahan melawan pertimbangan yang saksama dan pengalaman.

Lewat pemahamanmu tentang kisah Niniwe, apakah engkau semua sekarang melihat sisi lain dari esensi watak benar Tuhan? Apakah engkau semua melihat sisi lain dari watak benar Tuhan yang unik? Apakah ada orang dari antara umat manusia yang memiliki watak seperti ini? Apakah ada orang yang memiliki murka seperti ini, murka Tuhan? Apakah ada orang yang memiliki belas kasih dan toleransi seperti yang dimiliki Tuhan? Siapakah di antara ciptaan yang bisa mengirimkan murka sedahsyat itu dan memutuskan untuk menghancurkan atau mendatangkan bencana ke atas umat manusia? Dan siapakah yang memenuhi syarat untuk menganugerahkan belas kasih pada manusia, untuk menoleransi dan mengampuni, dan dengan demikian mengubah keputusan sebelumnya untuk menghancurkan manusia? Sang Pencipta mengungkapkan watak benar-Nya lewat metode dan prinsip-prinsip-Nya yang unik, dan Dia tidak tunduk pada kendali atau batasan yang diberlakukan manusia, kejadian, atau hal apa pun. Dengan watak-Nya yang unik, tidak ada orang yang bisa mengubah pikiran dan gagasan-Nya, juga tidak ada yang dapat membujuk-Nya dan mengubah satu pun keputusan-Nya. Keseluruhan tingkah laku dan pikiran yang ada dalam semua ciptaan berada di bawah penghakiman watak benar-Nya. Tidak seorang pun yang dapat mengendalikan entah Dia menerapkan murka atau belas kasih; hanya esensi Sang Pencipta—atau dengan kata lain, watak benar Sang Pencipta—yang bisa menentukan hal ini. Seperti inilah natur unik dari watak benar Sang Pencipta!

Lewat menganalisis dan memahami perubahan sikap Tuhan terhadap penduduk Niniwe, apakah engkau semua mampu menggunakan kata "unik" untuk menjelaskan belas kasih yang ditemukan dalam watak benar Tuhan? Sebelumnya kita mengatakan bahwa murka Tuhan adalah salah satu aspek dari esensi watak benar-Nya yang unik. Sekarang, Aku akan mendefinisikan dua aspek—murka Tuhan dan belas kasih Tuhan—yang merupakan watak benar-Nya. Watak benar Tuhan itu kudus; itu tidak dapat disinggung atau dipertanyakan; itu adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh satu pun makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan. Watak benar-Nya itu unik dan eksklusif hanya milik Tuhan. Itu berarti bahwa murka Tuhan itu kudus dan tidak dapat disinggung. Demikian pula, aspek lain dari watak benar Tuhan—yaitu belas kasih Tuhan—itu kudus dan tidak bisa disinggung. Tidak satu pun dari makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan yang bisa menggantikan atau merepresentasikan Tuhan dalam tindakan-Nya, dan tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan atau merepresentasikan Dia dalam penghancuran Sodom dan penyelamatan Niniwe. Ini adalah ungkapan sejati dari watak benar Tuhan yang unik.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 117

Perasaan Sang Pencipta yang Tulus Terhadap Umat Manusia

Manusia sering mengatakan bahwa tidak mudah mengenal Tuhan. Namun, Aku katakan bahwa mengenal Tuhan sama sekali bukanlah hal yang sulit, karena Tuhan sering menunjukkan perbuatan-perbuatan-Nya agar manusia melihatnya. Tuhan tidak pernah berhenti berdialog dengan umat manusia, dan Dia tidak pernah menyembunyikan diri-Nya dari manusia, dan juga tidak menyembunyikan diri-Nya sendiri. Pikiran-Nya, gagasan-Nya, firman-Nya, dan perbuatan-Nya, semua disingkapkan kepada umat manusia. Oleh karena itu, selama manusia ingin mengenal Tuhan, ia bisa memahami dan mengenal Dia lewat segala macam cara dan metode. Alasan mengapa manusia tanpa pengertian berpikir bahwa Tuhan dengan sengaja menghindarinya, bahwa Tuhan dengan sengaja menyembunyikan diri-Nya dari umat manusia, bahwa Tuhan tidak berniat membiarkan manusia memahami dan mengenal-Nya, adalah karena ia tidak tahu siapa Tuhan itu dan ia juga tidak ingin memahami Tuhan. Bahkan lebih daripada itu, ia tidak tertarik dengan pikiran, firman, atau perbuatan Sang Pencipta .... Sejujurnya, jika seseorang hanya menggunakan waktu luangnya untuk berfokus dan memahami firman atau perbuatan Sang Pencipta, dan jika mereka mencurahkan sedikit perhatian pada pikiran Sang Pencipta dan suara hati-Nya, tidak akan sulit bagi orang itu untuk menyadari bahwa pikiran, firman, dan perbuatan Sang Pencipta terlihat dan transparan. Begitu juga, hanya dibutuhkan sedikit usaha untuk menyadari bahwa Sang Pencipta ada di antara manusia selama ini, bahwa Dia selalu berbicara dengan manusia dan seluruh ciptaan, dan bahwa Dia melakukan perbuatan-perbuatan yang baru setiap hari. Esensi dan watak-Nya diungkapkan dalam dialog-Nya dengan manusia; pikiran dan gagasan-Nya disingkapkan sepenuhnya dalam perbuatanperbuatan-Nya; Dia menyertai dan menyelidiki umat manusia sepanjang waktu. Dia berbicara diam-diam kepada umat manusia dan seluruh ciptaan dengan firman-Nya yang sunyi: "Aku ada di langit, dan Aku berada di antara ciptaan-Ku. Aku berjaga-jaga; Aku menunggu; Aku ada di sisimu ...." Tangan-Nya hangat dan kuat; langkah kaki-Nya ringan; suara-Nya lembut dan anggun; figur-Nya berulang kali lewat dan berbalik, merengkuh seluruh umat manusia; wajah-Nya indah dan lembut. Dia tidak pernah pergi, tidak pernah menghilang. Siang dan malam, Dia adalah pendamping umat manusia yang selalu ada, tidak pernah pergi dari sisi mereka. Pemeliharaan-Nya yang sepenuh hati dan kasih sayang-Nya yang istimewa bagi umat manusia, dan juga kepedulian dan kasih-Nya yang sejati bagi manusia ditunjukkan sedikit demi sedikit ketika Dia menyelamatkan kota Niniwe. Secara khusus, pembicaraan antara Tuhan Yahweh dan Yunus sepenuhnya menyingkapkan kelembutan Sang Pencipta bagi umat manusia yang Dia sendiri ciptakan. Lewat firman-firman ini, engkau dapat memiliki pemahaman yang dalam tentang perasaan Tuhan yang tulus bagi umat manusia ...

Perikop berikut ini tercatat di Kitab Yunus 4:10-11: "Lalu Yahweh berfirman, 'Engkau menyayangi pohon jarak itu, padahal engkau tidak perlu berjerih lelah menanam atau membuatnya tumbuh, yang tumbuh dalam semalam dan mati dalam semalam: dan apakah Aku tidak boleh menyayangi Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang, yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri; dan juga banyak sekali ternaknya?'" Ini adalah kata-kata yang sebenarnya dari Tuhan Yahweh, yang dicatat dari sebuah percakapan antara Tuhan dan Yunus. Walau percakapan ini singkat, percakapan ini penuh dengan kepedulian Sang Pencipta bagi umat manusia dan keengganan-Nya untuk melepaskan umat manusia. Kata-kata ini mengungkapkan sikap dan perasaan sebenarnya yang Tuhan simpan dalam hati-Nya bagi ciptaan-Nya. Lewat kata-kata ini, yang jelas dan tepat yang jarang didengar oleh manusia, Tuhan menyatakan maksud-Nya yang sebenarnya bagi umat manusia. Percakapan ini merepresentasikan sikap Tuhan terhadap penduduk Niniwe—tetapi sikap semacam apakah ini? Ini adalah sikap yang Dia tunjukkan kepada penduduk Niniwe sebelum dan sesudah pertobatan mereka, sikap yang Dia gunakan dalam memperlakukan umat manusia. Dalam kata-kata ini terdapat pikiran-Nya dan watak-Nya.

Pikiran Tuhan apa yang disingkapkan dalam kata-kata ini? Jika engkau memperhatikan detail saat engkau membaca, tidak akan sulit bagimu untuk melihat bahwa Dia menggunakan kata "iba"; penggunaan kata ini menunjukkan sikap Tuhan yang sebenarnya terhadap umat manusia.

Pada tingkat makna harfiah, orang bisa menafsirkan kata "iba" dalam berbagai cara: pertama, itu berarti "mengasihi dan melindungi, merasakan kelembutan terhadap sesuatu"; kedua, itu berarti "menyayangi dengan sangat"; dan terakhir, itu berarti "tidak rela menyakiti sesuatu dan tidak sanggup untuk melakukan itu." Singkatnya, kata "iba" memiliki arti kasih sayang dan kasih yang lembut, dan juga keengganan untuk menyerahkan seseorang atau sesuatu; itu berarti belas kasih dan toleransi Tuhan terhadap manusia. Tuhan menggunakan kata ini, yang merupakan kata yang umum dikatakan oleh manusia, tetapi kata ini juga bisa menyingkapkan suara hati Tuhan dan sikap-Nya terhadap umat manusia.

Walau kota Niniwe dipenuhi dengan orang-orang yang rusak, jahat, dan kejam sama seperti orang-orang Sodom, pertobatan mereka menyebabkan Tuhan mengubah hati-Nya dan memutuskan untuk tidak menghancurkan mereka. Karena cara mereka memperlakukan firman dan instruksi Tuhan menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan sikap penduduk Sodom, dan karena ketundukan yang jujur mereka kepada Tuhan dan pertobatan yang jujur mereka dari dosa-dosa mereka, serta perilaku mereka yang benar dan sepenuh hati dalam segala hal, Tuhan sekali lagi mengungkapkan rasa iba-Nya yang sepenuh hati dan menganugerahkannya kepada mereka. Apa yang Tuhan anugerahkan kepada umat manusia dan rasa iba-Nya kepada umat manusia tidak mungkin ditiru oleh siapa pun, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk memiliki belas kasih Tuhan, toleransi-Nya, atau perasaan-Nya yang tulus terhadap umat manusia. Apakah ada orang yang engkau anggap sebagai pria atau wanita hebat, atau bahkan manusia super, yang dari posisi yang tinggi akan berbicara sebagai seorang pria atau wanita hebat, atau di atas posisi tertinggi membuat pernyataan semacam ini kepada umat manusia atau ciptaan? Siapakah di antara umat manusia yang bisa mengetahui keadaan keberadaan umat manusia seperti telapak tangannya sendiri? Siapakah yang bisa menanggung beban dan tanggung jawab bagi keberadaan umat manusia? Siapakah yang memenuhi syarat untuk menyatakan kehancuran sebuah kota? Dan siapakah yang memenuhi syarat untuk mengampuni sebuah kota? Siapakah yang bisa mengatakan mereka menyayangi ciptaannya sendiri? Hanya Sang Pencipta! Hanya Sang Pencipta yang memiliki kelembutan terhadap umat manusia ini. Hanya Sang Pencipta yang menunjukkan belas kasih dan kasih sayang kepada umat manusia ini. Hanya Sang Pencipta yang memiliki kasih sayang yang benar, tidak terpatahkan bagi umat manusia. Demikian pula, hanya Sang Pencipta yang bisa menganugerahkan belas kasih pada umat manusia ini dan menyayangi semua ciptaan-Nya. Hati-Nya melompat dan sakit karena setiap perbuatan manusia: Dia marah, tertekan, dan berduka karena kejahatan dan kerusakan manusia; Dia senang, bersukacita, mengampuni, dan bergirang karena pertobatan dan kepercayaan manusia; setiap pikiran dan gagasan-Nya ada untuk umat manusia dan berpusat pada umat manusia; Siapa Dia dan apa yang dimiliki-Nya diungkapkan sepenuhnya demi umat manusia; seluruh emosi-Nya terkait dengan keberadaan umat manusia. Demi umat manusia, Dia bepergian dan sibuk kesana kemari; Dia diam-diam memberikan seluruh hidup-Nya; Dia mendedikasikan setiap menit dan detik dari hidup-Nya .... Dia tidak pernah tahu cara mengasihani hidup-Nya sendiri, tetapi Dia selalu menyayangi umat manusia yang Dia sendiri ciptakan .... Dia memberikan semua yang Dia miliki kepada umat manusia .... Dia memberikan belas kasih dan toleransi-Nya tanpa syarat dan tanpa mengharapkan balasan. Dia melakukan ini hanya agar umat manusia bisa terus bertahan hidup di hadapan mata-Nya, menerima perbekalan hidup dari-Nya. Dia melakukan ini hanya agar umat manusia suatu hari tunduk di hadapan-Nya dan mengenali bahwa Dialah yang memelihara keberadaan manusia dan membekali kehidupan semua ciptaan.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 118

Yunus 4 Tetapi hal itu sangat mengesalkan Yunus, sehingga ia sangat marah. Lalu ia berdoa kepada Yahweh dan berkata: "Aku berdoa kepada-Mu, oh Yahweh, bukankah sudah kukatakan ketika aku masih di negeriku? Karena itulah aku lari ke Tarsus, sebab aku tahu Engkau adalah Tuhan yang pemurah dan berlimpah kasih karunia, lambat untuk marah, panjang sabar, dan menyesali hukuman yang Engkau rencanakan. Karena itu, oh Yahweh, aku memohon kepada-Mu, ambillah nyawaku; karena lebih baik aku mati daripada hidup" Lalu firman Yahweh, "Apakah engkau layak marah?" Lalu Yunus keluar dari kota itu dan duduk di sebelah timurnya. Ia mendirikan sebuah gubuk di sana, dan duduk di bawah di tempat yang teduh, sampai ia melihat apa yang akan terjadi dengan kota itu. Lalu Tuhan Yahweh menyiapkan sebatang pohon jarak dan menjadikannya tumbuh melampaui Yunus untuk menaungi kepalanya dan supaya ia bebas dari kesedihan hatinya. Yunus sangat senang karena pohon jarak itu. Tetapi Tuhan mendatangkan seekor ulat keesokan paginya yang memakan pohon jarak itu sampai layu. Dan waktu berlalu, ketika matahari terbit, Tuhan mendatangkan angin timur yang ganas bertiup, dan matahari menyengat kepala Yunus, lalu ia rebah menjadi lesu, dan berharap dirinya mati, dan berkata: "Lebih baik aku mati daripada hidup." Lalu Tuhan Yahweh berfirman kepada Yunus, "Apakah engkau layak marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya, "Aku layak marah, bahkan sampai mati." Lalu Yahweh berfirman: "Engkau menyayangi pohon jarak itu, padahal engkau tidak perlu berjerih lelah menanam atau membuatnya tumbuh, yang tumbuh dalam semalam dan mati dalam semalam: Dan apakah Aku tidak boleh menyayangi Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang, yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri; dan juga banyak sekali ternaknya?"

Sang Pencipta Mengungkapkan Perasaan-Nya yang Sesungguhnya bagi Umat Manusia

Pembicaraan antara Tuhan Yahweh dan Yunus ini tidak diragukan lagi adalah sebuah ungkapan perasaan sesungguhnya Sang Pencipta bagi umat manusia. Di satu sisi, hal ini memberitahu manusia tentang pemahaman Sang Pencipta akan semua ciptaan di bawah kedaulatan-Nya; sebagaimana Tuhan Yahweh katakan, "Dan apakah Aku tidak boleh menyayangi Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang, yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri; dan juga banyak sekali ternaknya?" Dengan kata lain, pemahaman Tuhan tentang Niniwe jauh dari pemahaman yang sepintas lalu. Dia tidak hanya tahu jumlah makhluk hidup di dalam kota itu (termasuk manusia dan ternak), tetapi Dia juga tahu berapa banyak orang yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kirinya—yaitu berapa banyak anak-anak dan anak muda yang ada. Ini adalah bukti konkret pemahaman Tuhan yang menyeluruh tentang umat manusia. Di sisi lain, pembicaraan ini memberitahu manusia tentang sikap Sang Pencipta terhadap umat manusia, yaitu bobot umat manusia di dalam hati Sang Pencipta. Ini seperti yang dikatakan Tuhan Yahweh: "Engkau menyayangi pohon jarak itu, padahal engkau tidak perlu berjerih lelah menanam atau membuatnya tumbuh, yang tumbuh dalam semalam dan mati dalam semalam: dan apakah Aku tidak boleh menyayangi Niniwe, kota yang besar itu ...?" Ini adalah firman Tuhan Yahweh yang mencela Yunus, tetapi semua kata-kata ini benar.

Walau Yunus dipercayai untuk menyatakan firman Tuhan Yahweh kepada penduduk Niniwe, ia tidak memahami niat Tuhan Yahweh, ia juga tidak memahami kekhawatiran dan harapan-Nya bagi orang-orang kota itu. Lewat teguran ini, Tuhan bermaksud mengatakan kepadanya bahwa umat manusia adalah hasil tangan Tuhan sendiri, dan bahwa Dia telah mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh pada setiap manusia, bahwa setiap manusia memikul harapan Tuhan, dan bahwa setiap manusia menikmati penyediaan kehidupan Tuhan; bagi setiap manusia, Tuhan telah membayar harga dari upaya yang sungguh-sungguh. Teguran ini juga memberitahu Yunus bahwa Tuhan menyayangi umat manusia, yang adalah pekerjaan tangan-Nya sendiri, sama seperti Yunus sendiri sayang kepada pohon jarak. Tuhan pasti tidak akan dengan mudah meninggalkan umat manusia, atau sampai saat terakhir, terutama karena ada begitu banyak anak dan ternak yang tidak bersalah di dalam kota itu. Ketika menangani hasil ciptaan Tuhan yang muda dan bodoh ini, yang bahkan tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri mereka, bahkan lebih tidak terbayangkan lagi bahwa Tuhan akan mengakhiri hidup mereka dan menentukan kesudahan mereka dengan terburu-buru. Tuhan berharap melihat mereka bertumbuh; Dia berharap mereka tidak berjalan di jalan yang sama seperti para tua-tua mereka, berharap mereka tidak perlu mendengar peringatan Tuhan Yahweh lagi, dan berharap mereka akan menjadi saksi tentang masa lalu Niniwe. Terlebih lagi, Tuhan berharap melihat Niniwe setelah kota itu bertobat, melihat masa depan Niniwe setelah pertobatannya, dan yang terpenting, melihat Niniwe hidup di bawah belas kasih Tuhan sekali lagi. Karena itulah, di mata Tuhan, objek ciptaan yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kirinya adalah masa depan Niniwe. Mereka akan menanggung masa lalu Niniwe yang tercela, sama seperti mereka akan menanggung tugas penting untuk menjadi saksi tentang masa lalu dan masa depan Niniwe di bawah bimbingan Tuhan Yahweh. Dalam pernyataan perasaan-Nya yang sesungguhnya ini, Tuhan Yahweh memberikan belas kasih Sang Pencipta bagi umat manusia secara keseluruhan. Pernyataan itu menunjukkan kepada manusia bahwa "belas kasih Sang Pencipta" bukanlah ucapan kosong atau janji kosong; pernyataan itu memiliki prinsip-prinsip, metode-metode, dan tujuan-tujuan yang konkret. Tuhan itu nyata dan benar, dan Dia tidak menggunakan kebohongan atau penyamaran, dan dengan cara yang sama, belas kasih-Nya yang tanpa akhir itu dianugerahkan kepada umat manusia di setiap waktu dan zaman. Namun, sampai hari ini, percakapan Sang Pencipta dengan Yunus adalah satu-satunya pernyataan verbal eksklusif Tuhan tentang mengapa Dia menunjukkan belas kasih kepada umat manusia, bagaimana Dia menunjukkan belas kasih, betapa tolerannya Dia kepada umat manusia dan perasaan-Nya yang sesungguhnya bagi umat manusia. Kata-kata Tuhan Yahweh yang singkat dalam percakapan ini mengungkapkan pikiran-Nya terhadap umat manusia dalam satu kesatuan yang utuh; kata-kata-Nya adalah ungkapan sejati dari sikap hati-Nya terhadap umat manusia, dan juga bukti konkret dari penganugerahan-Nya akan belas kasih yang melimpah kepada umat manusia. Belas kasih-Nya tidak hanya dianugerahkan kepada generasi umat manusia yang lebih tua saja, tetapi juga diberikan kepada umat manusia yang lebih muda, sama seperti yang sudah-sudah, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Walau murka Tuhan sering kali turun ke sudut tertentu dan zaman tertentu dari umat manusia, belas kasih Tuhan tidak pernah berhenti. Dengan belas kasih-Nya, Dia membimbing dan memimpin satu generasi demi satu generasi ciptaan-Nya, dan memenuhi kebutuhan dan memelihara satu generasi demi satu generasi, karena perasaan-Nya yang sesungguhnya terhadap manusia tidak akan pernah berubah. Sama seperti yang dikatakan Tuhan Yahweh: "Dan apakah Aku tidak boleh mengasihani...?" Dia selalu menyayangi ciptaan-Nya sendiri. Inilah belas kasih dari watak benar Sang Pencipta, dan itu juga adalah keunikan penuh dari Sang Pencipta!

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Firman Tuhan Harian: Kutipan 119

Lima Jenis Orang

Aku akan menggolongkan para pengikut Tuhan ke dalam beberapa kategori menurut pemahaman mereka tentang Tuhan dan pemahaman serta pengalaman mereka akan watak benar-Nya, sehingga engkau semua bisa mengetahui di tahap mana engkau semua sekarang berada dan juga tingkat pertumbuhanmu saat ini. Berkaitan dengan pengenalan mereka akan Tuhan dan pemahaman mereka tentang watak benar-Nya, berbagai tahap dan tingkat pertumbuhan manusia secara umum dapat dipisahkan menjadi lima jenis. Topik ini didasarkan pada mengenal Tuhan yang unik dan watak benar-Nya. Oleh karena itu, saat engkau semua membaca isi tulisan berikut, engkau semua harus dengan hati-hati berusaha mencari tahu dengan tepat seberapa banyak pemahaman dan pengetahuan yang engkau miliki tentang keunikan Tuhan dan watak benar-Nya, dan selanjutnya engkau harus menggunakan hasilnya untuk menilai di tahap mana engkau semua berada, seberapa besar tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, dan jenis manusia seperti apakah engkau sebenarnya.

Jenis Pertama: Tahap Bayi yang Dibungkus Kain Lampin

Apakah arti dari "bayi yang dibungkus kain lampin"? Bayi yang dibungkus kain lampin adalah bayi yang baru saja datang ke dunia, baru lahir. Ini adalah saat di mana orang ada di tahap paling tidak dewasa.

Orang-orang di tahap ini pada dasarnya tidak memiliki pengertian atau kesadaran tentang hal kepercayaan kepada Tuhan. Mereka bingung dan tidak mengerti tentang segala sesuatu. Orang-orang ini mungkin sudah percaya kepada Tuhan lama sekali atau mungkin sama sekali belum lama, tetapi keadaan mereka yang penuh kebingungan dan kebodohan dan tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya menempatkan mereka di tahap bayi yang dibungkus kain lampin. Definisi tepat dari kondisi bayi yang dibungkus kain lampin adalah sebagai berikut: tidak peduli sudah berapa lama orang jenis ini percaya kepada Tuhan, mereka akan selalu memiliki pikiran yang kacau, bingung, berpikiran pendek; mereka tidak tahu mengapa mereka percaya kepada Tuhan, juga tidak tahu Tuhan itu siapa atau siapakah Tuhan. Walau mereka mengikuti Tuhan, tidak ada definisi yang pasti tentang Tuhan dalam hati mereka, dan mereka tidak bisa menentukan apakah yang mereka ikuti adalah Tuhan atau bukan, apalagi menentukan apakah mereka harus benar-benar percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya atau tidak. Inilah keadaan yang sebenarnya dari orang jenis ini. Pikiran orang-orang ini kacau, dan sederhananya, kepercayaan mereka kacau balau. Mereka selalu berada dalam keadaan bingung dan kosong; "pikiran kacau", "kebingungan", dan "berpikiran pendek" menggambarkan keadaan mereka. Mereka tidak pernah melihat atau merasakan keberadaan Tuhan, dan karenanya, berbicara dengan mereka tentang mengenal Tuhan sama seperti menyuruh mereka membaca buku yang ditulis dalam bahasa Mesir kuno—mereka tidak akan mengerti atau menerimanya. Bagi mereka, mengenal Tuhan sama seperti mendengar dongeng fantasi. Sementara pikiran mereka kacau balau, mereka sebenarnya sangat percaya bahwa mengenal Tuhan itu benar-benar membuang waktu dan tenaga. Ini adalah orang jenis pertama: bayi yang dibungkus kain lampin.

Jenis Kedua: Tahap Bayi Menyusu

Dibandingkan bayi yang dibungkus kain lampin, manusia jenis ini sudah membuat sedikit kemajuan. Sayangnya, mereka masih belum memiliki pemahaman apa pun tentang Tuhan. Mereka masih kurang memiliki pemahaman yang jelas dan wawasan tentang Tuhan, dan mereka tidak begitu jelas tentang mengapa mereka harus percaya kepada Tuhan, tetapi di dalam hati, mereka memiliki tujuan dan gagasan yang jelas sendiri. Mereka tidak peduli apakahpercaya kepada Tuhan itu benar atau tidak. Tujuan dan sasaran yang mereka cari lewat kepercayaan kepada Tuhan adalah untuk menikmati kasih karunia-Nya, untuk memiliki sukacita dan damai, untuk hidup nyaman, untuk menikmati pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, serta untuk hidup dalam berkat-berkat Tuhan. Mereka tidak peduli dengan tingkat pengenalan mereka akan Tuhan; mereka tidak memiliki dorongan untuk mencari pemahaman akan Tuhan, atau peduli dengan apa yang Tuhan sedang kerjakan atau apa yang ingin Dia lakukan. Mereka hanya dengan membabi buta mencari cara menikmati kasih karunia-Nya dan mendapatkan lebih banyak berkat-Nya; mereka berusaha mendapatkan seratus kali lipat di masa kini, dan hidup kekal di masa yang akan datang. Pikiran, seberapa banyak mereka mengorbankan diri mereka, persembahan mereka, serta penderitaan mereka, semuanya memiliki tujuan yang sama: untuk mendapatkan berkat dan kasih karunia Tuhan. Mereka tidak peduli akan hal yang lain. Manusia jenis ini hanya yakin bahwa Tuhan bisa menjaga manusia tetap aman dan menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada mereka. Bisa dikatakan bahwa mereka tidak tertarik atau sangat jelas tentang mengapa Tuhan ingin menyelamatkan manusia atau hasil yang ingin dicapai Tuhan dengan firman dan pekerjaan-Nya. Mereka tidak pernah berusaha untuk mengenal esensi dan watak benar Tuhan, atau berusaha membangkitkan ketertarikan untuk melakukannya. Mereka tidak memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hal-hal tersebut, dan mereka juga tidak ingin mengetahui semua itu. Mereka tidak ingin bertanya tentang pekerjaan Tuhan, tuntutan Tuhan terhadap manusia, kehendak Tuhan, atau apa pun yang berkaitan dengan Tuhan, mereka juga tidak memiliki kecenderungan untuk menanyakan tentang hal-hal ini. Ini karena mereka percaya hal-hal ini tidak berhubungan dengan penikmatan mereka akan kasih karunia Tuhan, dan mereka hanya peduli dengan Tuhan yang ada dalam hubungan langsung dengan kepentingan mereka sendiri, dan yang dapat menganugerahkan kasih karunia kepada manusia. Mereka sama sekali tidak tertarik dengan hal lain, jadi, mereka tidak dapat memasuki kebenaran kenyataan, terlepas dari berapa tahun mereka sudah percaya pada Tuhan. Tanpa ada yang sering menyirami atau memberi mereka makan, sulit bagi mereka untuk terus berjalan di jalan kepercayaan kepada Tuhan. Jika mereka tidak bisa menikmati sukacita dan damai atau kasih karunia Tuhan yang sebelumnya, mereka cenderung mundur. Ini adalah orang jenis kedua: orang yang berada di tahap bayi menyusu.

Jenis Ketiga: Tahap Bayi yang Disapih atau Tahap Anak Kecil

Kelompok orang ini memiliki kesadaran yang jelas. Mereka sadar bahwa menikmati kasih karunia Tuhan tidak berarti bahwa mereka sendiri memiliki pengalaman sejati, dan mereka sadar bahwa meskipun mereka tidak pernah lelah mencari sukacita dan damai, mencari kasih karunia, atau jika mereka mampu menjadi saksi dengan membagikan pengalaman mereka menikmati kasih karunia Tuhan atau dengan memuji Tuhan atas berkat-berkat yang telah Dia anugerahkan kepada mereka, hal-hal ini bukan berarti bahwa mereka memiliki hidup, juga bukan berarti bahwa mereka memiliki kenyataan kebenaran. Mulai dari kesadaran mereka, mereka berhenti memuaskan harapan liar bahwa mereka hanya akan disertai oleh kasih karunia Tuhan; sebaliknya, saat mereka menikmati kasih karunia Tuhan, bersamaan dengan itu, mereka berharap melakukan sesuatu bagi Tuhan. Mereka bersedia untuk melakukan tugas mereka, untuk menanggung sedikit kesusahan dan kelelahan, untuk terlibat dalam kerja sama dengan Tuhan sampai tahap tertentu. Namun, karena pengejaran mereka dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan terlalu tidak murni, karena niat dan keinginan pribadi yang mereka miliki terlalu kuat, karena watak mereka yang terlalu congkak, sangat sulit bagi mereka untuk memuaskan kerinduan Tuhan atau untuk setia kepada Tuhan. Karenanya, mereka sering kali tidak bisa mewujudkan keinginan pribadi atau menghargai janji mereka kepada Tuhan. Mereka sering kali menemukan diri mereka dalam keadaan yang kontradiktif: mereka sangat ingin memuaskan Tuhan sebisa mungkin, tetapi mereka menggunakan segala daya upaya mereka untuk menentang Dia, dan mereka sering kali membuat sumpah kepada Tuhan, tetapi kemudian dengan cepat melanggar sumpah mereka. Mereka bahkan lebih sering menemukan diri mereka dalam keadaan yang kontradiktif lainnya: mereka dengan tulus percaya kepada Tuhan, tetapi mereka menyangkal Dia dan segala sesuatu yang berasal dari Dia; mereka dengan cemas berharap bahwa Tuhan akan mencerahkan mereka, memimpin mereka, memenuhi kebutuhan mereka, dan menolong mereka, tetapi masih mencari jalan keluar sendiri. Mereka ingin memahami dan mengenal Tuhan, tetapi mereka tidak bersedia mendekat kepada-Nya. Sebaliknya, mereka selalu menghindari Tuhan, dan hati mereka tertutup bagi-Nya. Walau mereka memiliki pemahaman dan pengalaman yang dangkal tentang makna harfiah dari firman Tuhan dan kebenaran, dan konsep yang dangkal tentang Tuhan dan kebenaran, di alam bawah sadar mereka tetap tidak bisa memastikan atau menentukan apakah Tuhan adalah kebenaran atau tidak, mereka juga tidak bisa memastikan apakah Tuhan sungguh-sungguh benar atau tidak. Mereka juga tidak bisa menentukan kenyataan watak Tuhan dan esensi-Nya, apalagi keberadaan-Nya yang sebenarnya. Kepercayaan mereka kepada Tuhan selalu mengandung keraguan dan kesalahpahaman, dan juga mengandung imajinasi dan gagasan. Saat menikmati kasih karunia Tuhan, mereka juga dengan enggan mengalami atau melakukan sebagian kebenaran yang mereka anggap layak untuk memperkaya kepercayaan mereka, untuk menambah pengalaman mereka dalam percaya kepada Tuhan, untuk membuktikan pemahaman mereka tentang percaya kepada Tuhan, dan untuk memuaskan kesombongan mereka dengan berjalan di jalan kehidupan yang mereka buat sendiri dan menyelesaikan suatu perbuatan benar bagi umat manusia. Di saat yang sama, mereka juga melakukan hal-hal tersebut untuk memuaskan keinginan mereka sendiri untuk mendapatkan berkat, yang merupakan bagian dari pertaruhan yang mereka buat dengan harapan dapat menerima berkat yang lebih besar bagi umat manusia, dan untuk mencapai aspirasi ambisius dan keinginan seumur hidup mereka, yaitu tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan Tuhan. Orang-orang ini jarang bisa mendapatkan pencerahan Tuhan, karena keinginan dan niat mereka untuk mendapatkan berkat terlalu penting bagi mereka. Mereka tidak memiliki keinginan untuk melepaskannya, dan memang mereka tidak sanggup melepaskannya. Mereka takut tanpa keinginan untuk mendapat berkat, tanpa ambisi yang telah lama didambakan, yaitu tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan Tuhan, mereka akan kehilangan motivasi untuk percaya kepada Tuhan. Karena itulah, mereka tidak ingin menghadapi kenyataan. Mereka tidak ingin menghadapi firman Tuhan atau pekerjaan Tuhan. Mereka tidak ingin menghadapi watak Tuhan atau esensi-Nya, apalagi menyinggung pokok bahasan tentang mengenal Tuhan. Ini karena begitu Tuhan, esensi-Nya, dan watak benar-Nya menggantikan imajinasi mereka, mimpi mereka akan sia-sia, dan apa yang disebut iman yang murni dan "kebaikan" mereka yang dikumpulkan selama bertahun-tahun lewat pekerjaan yang melelahkan akan hilang dan tidak menghasilkan apa-apa. Begitu pula, "wilayah" mereka yang telah mereka taklukkan dengan darah dan keringat selama bertahun-tahun akan menghadapi keruntuhan. Semua ini akan menandakan bahwa kerja keras dan usaha mereka selama bertahun-tahun akan sia-sia, dan bahwa mereka harus mulai lagi dari nol. Ini adalah rasa sakit yang paling berat untuk ditanggung di hati mereka, dan ini adalah hasil yang paling tidak ingin mereka lihat, itulah mengapa mereka selalu terkunci dalam kebuntuan semacam in, menolak untuk berbalik. Ini adalah orang jenis ketiga: orang yang berada di tahap bayi yang disapih.

Ketiga jenis orang yang dijelaskan di atas—artinya orang-orang yang berada di tiga tahap ini—tidak memiliki kepercayaan yang sejati kepada identitas atau status Tuhan atau kepada watak benar-Nya, dan mereka juga tidak memiliki pengenalan atau afirmasi yang jelas dan akurat mengenai hal-hal tersebut. Karena itulah, sangat sulit bagi ketiga jenis orang itu untuk memasuki kenyataan kebenaran, dan juga sulit bagi mereka untuk menerima belas kasih, pencerahan, atau penerangan Tuhan karena cara mereka percaya kepada Tuhan dan sikap mereka yang salah terhadap Tuhan membuat Dia tidak mungkin melakukan pekerjaan dalam hati mereka. Keraguan, gagasan yang salah, dan imajinasi mereka tentang Tuhan melampaui kepercayaan dan pengenalan mereka akan Tuhan. Ini adalah tiga jenis orang yang sangat berisiko, dan ketiganya adalah tahap yang sangat berbahaya. Saat seseorang mempertahankan sikap meragukan Tuhan, esensi Tuhan, identitas Tuhan, perkara apakah Tuhan adalah kebenaran atau tidak, dan kenyataan keberadaan-Nya, serta saat seseorang tidak bisa yakin akan hal-hal tersebut, bagaimana bisa seseorang itu menerima semua yang berasal dari Tuhan? Bagaimana seseorang bisa menerima fakta bahwa Tuhan adalah kebenaran, jalan, dan hidup? Bagaimana seseorang bisa menerima hajaran dan penghakiman Tuhan? Bagaimana seseorang bisa menerima keselamatan Tuhan? Bagaimana orang jenis ini menerima bimbingan dan penyediaan yang sejati dari Tuhan? Mereka yang berada di ketiga tahap ini bisa menentang Tuhan, mengkritik Tuhan, menghujat Tuhan, atau mengkhianati Tuhan sewaktu-waktu. Mereka bisa meninggalkan jalan yang benar dan meninggalkan Tuhan kapan saja. Dapat dikatakan bahwa orang-orang dalam ketiga tahap ini berada dalam periode kritis, karena mereka belum memasuki jalan yang benar dalam memercayai Tuhan.

Jenis Keempat: Tahap Anak yang Bertumbuh Dewasa atau Masa Kanak-kanak

Setelah seseorang disapih—yaitu setelah mereka menikmati sejumlah besar kasih karunia—mereka mulai mengeksplorasi apa artinya percaya kepada Tuhan, mereka mulai ingin memahami berbagai pertanyaan, seperti mengapa manusia hidup, bagaimana manusia seharusnya hidup, dan mengapa Tuhan melakukan pekerjaan-Nya atas manusia. Ketika pikiran-pikiran yang tidak jelas dan pola pikir yang membingungkan ini muncul dan ada dalam diri mereka, mereka terus-menerus menerima penyiraman, dan mereka juga mampu melakukan tugas mereka. Selama periode ini, mereka tidak lagi memiliki keraguan mengenai kenyataan keberadaan Tuhan, dan merekamemiliki pemahaman yang akurat tentang apa artinya percaya kepada Tuhan. Di atas dasar ini, mereka mendapatkan pengetahuan bertahap tentang Tuhan, dan mereka secara bertahap mendapatkan beberapa jawaban atas pikiran-pikiran yang tidak jelas dan pola pikir yang membingungkan tentang esensi dan watak Tuhan. Dalam hal perubahan-perubahan dalam watak mereka serta pengenalan mereka akan Tuhan, orang-orang di tahap ini mulai melangkah di jalan yang benar, dan mereka memasuki periode transisi. Di tahap inilah, orang-orang mulai memiliki hidup. Indikasi jelas dari memiliki hidup adalah penyelesaian bertahap dari berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan mengenal Tuhan yang ada dalam hati orang—seperti kesalahpahaman, imajinasi, gagasan, dan definisi yang samar tentang Tuhan—dan mereka bukan saja menjadi benar-benar percaya dan mengakui kenyataan keberadaan Tuhan, tetapi mereka juga memiliki definisi yang akurat tentang Tuhan dan memiliki tempat yang tepat untuk Tuhan dalam hati mereka, dan sungguh-sungguh mengikuti Tuhan menggantikan iman mereka yang samar. Di tahap ini, orang-orang secara bertahap mengetahui konsep mereka yang salah tentang Tuhan dan pengejaran mereka yang salah serta cara-cara percaya mereka yang salah. Mereka mulai sangat menginginkan kebenaran, sangat ingin mengalami penghakiman, hajaran, dan disiplin Tuhan, serta sangat menginginkan perubahan dalam watak mereka. Mereka secara bertahap meninggalkan segala macam gagasan dan imajinasi tentang Tuhan di tahap ini, dan pada saat yang sama, mereka berubah dan memperbaiki pengenalan mereka yang salah tentang Tuhan dan mendapatkan beberapa pengetahuan mendasar yang benar tentang Tuhan. Walau sebagian dari pengetahuan yang dimiliki manusia di tahap ini tidak terlalu spesifik atau akurat, setidaknya mereka secara bertahap mulai meninggalkan gagasan, pengetahuan yang salah, dan kesalahpahaman mereka tentang Tuhan; mereka tidak lagi mempertahankan gagasan dan imajinasi mereka sendiri tentang Tuhan. Mereka mulai belajar cara meninggalkan—meninggalkan hal-hal yang ditemukan dalam gagasan mereka sendiri, hal-hal dari pengetahuan, dan hal-hal dari Iblis; mereka mulai bersedia tunduk pada hal-hal yang benar dan positif, bahkan pada hal-hal yang datang dari firman Tuhan dan yang sesuai dengan kebenaran. Mereka juga mulai berusaha mengalami firman Tuhan, secara pribadi mengenal dan melakukan firman-Nya, menerima firman-Nya sebagai prinsip tindakan mereka dan sebagai dasar bagi perubahan watak mereka. Selama periode ini, manusia tanpa sadar menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, dan tanpa sadar menerima firman Tuhan sebagai hidup mereka. Sementara mereka menerima penghakiman, hajaran, dan firman Tuhan, mereka menjadi semakin menyadari dan mampu merasakan bahwa Tuhan yang mereka percayai dalam hati mereka benar-benar ada. Dalam firman Tuhan, dalam pengalaman mereka dan kehidupan mereka, mereka semakin merasakan bahwa Tuhan selalu bertanggung jawab atas nasib manusia dan selalu memimpin manusia, dan memenuhi kebutuhan manusia. Lewat persekutuan mereka dengan Tuhan, mereka secara bertahap mengonfirmasi keberadaan Tuhan. Karena itu, sebelum mereka menyadarinya, mereka tanpa sadar telah menyetujui dan mulai sungguh-sungguh percaya pada pekerjaan Tuhan, dan mereka telah menyetujui firman Tuhan. Begitu orang menyetujui firman danpekerjaan Tuhan, mereka tanpa henti menyangkali diri mereka sendiri, menyangkali gagasan mereka sendiri, menyangkali pengetahuan mereka sendiri, menyangkali imajinasi mereka sendiri, dan pada saat yang sama, juga tanpa henti mencari apa itu kebenaran dan apa yang merupakan kehendak Tuhan. Pengenalan manusia akan Tuhan cukup dangkal selama periode perkembangan ini—mereka bahkan tidak mampu menguraikan pengenalan ini dengan jelas menggunakan kata-kata, mereka juga tidak bisa mengungkapkannya dalam istilah detail yang spesifik—dan mereka hanya memiliki pemahaman yang berdasarkan persepsi; akan tetapi, bila dibandingkan dengan ketiga tahap sebelumnya, kehidupan manusia yang belum dewasa di periode ini sudah menerima siraman dan penyediaan dari firman Tuhan, dan oleh karenanya, sudah mulai bertunas. Hidup mereka sama seperti benih yang ditanam di tanah; setelah menerima nutrisi dan kelembapan, benih itu akan menembus tanah, dan tunasnya akan melambangkan kelahiran kehidupan baru. Kelahiran ini memungkinkan seseorang melihat sekilas tanda-tanda kehidupan. Ketika manusia memiliki kehidupan, mereka bertumbuh. Karena itulah, di atas dasar ini—secara bertahap berjalan ke jalan yang benar dalam percaya kepada Tuhan, meninggalkan gagasan mereka sendiri, mendapatkan bimbingan Tuhan—hidup manusia pasti akan bertumbuh sedikit demi sedikit. Atas dasar apakah pertumbuhan ini diukur? Pertumbuhan ini diukur menurut pengalaman orang dengan firman Tuhan dan pemahaman mereka yang benar tentang watak benar Tuhan. Walau mereka kesulitan menggunakan kata-kata mereka sendiri untuk menggambarkan secara akurat pengenalan mereka akan Tuhan dan esensi-Nya selama periode pertumbuhan ini, kelompok orang ini tidak lagi secara subjektif bersedia mengejar kesenangan lewat menikmati kasih karunia Tuhan, atau percaya kepada Tuhan untuk mengejar tujuan mereka sendiri, yaitu untuk mendapatkan kasih karunia-Nya. Sebaliknya, mereka bersedia mengejar kehidupan oleh firman Tuhan dan menjadi subjek keselamatan Tuhan. Dan lagi, mereka percaya diri dan siap menerima penghakiman dan hajaran Tuhan. Inilah tanda dari orang yang ada di tahap pertumbuhan.

Walaupun orang-orang di tahap ini memiliki sebagian pengetahuan tentang watak benar Tuhan, pengetahuan ini sangat tidak jelas dan kabur. Walau mereka tidak bisa menguraikan dengan jelas hal-hal ini, mereka merasa sudah mendapatkan sesuatu dalam batinnya, karena mereka telah mendapatkan sejumlah pengetahuan dan pemahaman tentang watak benar Tuhan lewat hajaran dan penghakiman Tuhan. Kendati demikian, semuanya itu agak dangkal dan masih ada di tahap dasar. Kelompok orang ini memiliki cara pandang yang spesifik dalam memperlakukan kasih karunia Tuhan, yang diungkapkan dalam perubahan tujuan yang mereka kejar dan cara mereka mengejarnya. Mereka sudah melihat dalam firman Tuhan dan pekerjaan-Nya, dalam segala macam tuntutan-Nya terhadap manusia, dan dalam penyingkapan-Nya tentang manusia, bahwa jika mereka tetap tidak mengejar kebenaran, jika mereka tetap tidak berusaha untuk masuk ke dalam kenyataan, jika mereka tetap tidak berusaha memuaskan dan mengenal Tuhan saat mereka mengalami firman-Nya, mereka akan kehilangan makna dari percaya kepada Tuhan. Mereka melihat bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka menikmati kasih karunia Tuhan, mereka tidak dapat mengubah watak mereka, memuaskan Tuhan, atau mengenal Tuhan, dan bahwa jika manusia terus hidup di bawah kasih karunia Tuhan, mereka tidak akan pernah mencapai pertumbuhan, mendapatkan hidup, atau mampu menerima keselamatan. Singkatnya, jika seseorang tidak bisa benar-benar mengalami firman Tuhan dan tidak mampu mengenal Tuhan lewat firman-Nya, mereka akan selamanya berada di tahap bayi dan tidak pernah maju selangkah pun dalam pertumbuhan kehidupannya. Jika engkau selamanya ada di tahap bayi, jika engkau tidak pernah masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, jika engkau tidak pernah memiliki firman Tuhan sebagai hidupmu, jika engkau tidak pernah memiliki kepercayaan dan pengenalan yang sejati akan Tuhan, apakah ada kemungkinan bagimu untuk disempurnakan Tuhan? Oleh karena itu, semua orang yang masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, semua orang yang menerima firman Tuhan sebagai hidup mereka, semua orang yang mulai menerima hajaran dan penghakiman Tuhan, semua orang yang watak rusaknya mulai berubah, dan semua orang yang memiliki hati yang sangat merindukan kebenaran, yang memiliki kerinduan untuk mengenal Tuhan dan kerinduan untuk menerima keselamatan Tuhan, inilah orang-orang yang benar-benar memiliki kehidupan. Ini benar-benar jenis orang keempat, yaitu anak yang bertumbuh dewasa, orang di tahap masa kanak-kanak.

Tahap Kelima: Tahap Kedewasaan Kehidupan atau Tahap Orang Dewasa

Setelah mengalami dan menjalani tahap masa kanak-kanak, tahap pertumbuhan yang penuh dengan pasang surut yang terjadi berulang kali, hidup manusia menjadi stabil, langkah maju mereka tidak lagi berhenti, dan tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi mereka. Walau jalan di depan masih berat dan berbatu-batu, mereka tidak lagi lemah atau takut, mereka tidak lagi ceroboh atau kehilangan arah. Dasar mereka tertanam kuat dalam pengalaman nyata mereka akan firman Tuhan, dan hati mereka telah ditarik oleh kebesaran dan martabat Tuhan. Mereka ingin mengikuti jejak langkah Tuhan, mengetahui esensi Tuhan, mengetahui segala sesuatu mengenai Tuhan.

Orang-orang di tahap ini sudah tahu dengan jelas siapa yang mereka percayai, dan mereka tahu dengan jelas mengapa mereka harus percaya kepada Tuhan dan makna dari hidup mereka sendiri, dan mereka tahu dengan jelas bahwa semua yang Tuhan ungkapkan adalah kebenaran. Dalam pengalaman mereka yang bertahun-tahun, mereka menyadari bahwa tanpa penghakiman dan hajaran Tuhan, seseorang tidak akan pernah mampu memuaskan atau mengenal Tuhan dan tidak akan pernah benar-benar bisa untuk datang ke hadapan Tuhan. Dalam hati orang-orang ini ada kerinduan yang kuat untuk diuji Tuhan, supaya mereka bisa melihat watak benar Tuhan ketika diuji, dan untuk mendapatkan kasih yang lebih murni, dan pada saat yang sama, mampu untuk lebih benar-benar memahami dan mengenal Tuhan. Orang-orang di tahap ini sudah sepenuhnya mengucapkan selamat tinggal kepada tahap kanak-kanak, dan tahap menikmati kasih karunia Tuhan dan makan roti sampai kenyang. Mereka tidak lagi menaruh harapan berlebihan untuk membuat Tuhan bertoleransi dan menunjukkan belas kasih kepada mereka; sebaliknya, mereka yakin untuk menerima dan mengharapkan hajaran dan penghakiman yang tiada henti dari Tuhan, untuk memisahkan diri mereka dari watak mereka yang rusak dan memuaskan Tuhan. Pengenalan mereka akan Tuhan dan pengejaran mereka atau tujuan akhir pengejaran mereka, semua itu sangat jelas dalam hati mereka. Karena itulah, orang-orang di tahap orang dewasa telah sepenuhnya mengucapkan selamat tinggal kepada tahap iman yang samar, kepada tahap di mana mereka bergantung pada kasih karunia untuk keselamatan, tahap kehidupan yang tidak dewasa yang tidak dapat tahan ujian, tahap samar-samar, tahap ceroboh, tahap sering tidak memiliki jalan yang harus ditempuh, periode tidak stabil berpindah antara panas dan dingin dengan tiba-tiba, dan tahap di mana seseorang mengikuti Tuhan dengan mata tertutup. Orang-orang jenis ini sering menerima pencerahan dan penerangan Tuhan, dan sering terlibat dalam persekutuan dan komunikasi yang sejati dengan Tuhan. Bisa dikatakan bahwa orang-orang yang hidup di tahap ini telah memahami sebagian dari kehendak Tuhan, mereka mampu menemukan prinsip-prinsip kebenaran di dalam semua yang mereka lakukan, dan mereka tahu cara memuaskan kerinduan Tuhan. Terlebih lagi, mereka juga telah menemukan jalan pengenalan akan Tuhan dan telah mulai bersaksi tentang pengenalan mereka akan Tuhan. Selama proses pertumbuhan yang bertahap, mereka mendapatkan pemahaman dan pengetahuan bertahap tentang kehendak Tuhan: tentang kehendak Tuhan dalam menciptakan umat manusia dan tentang kehendak Tuhan dalam mengelola umat manusia. Mereka juga secara bertahap mendapatkan pemahaman dan pengetahuan akan watak benar Tuhan dalam hal esensi-Nya. Tidak ada gagasan atau imajinasi manusia yang bisa menggantikan pengetahuan ini. Walau tidak bisa dikatakan bahwa di tahap kelima, hidup seseorang sudah sepenuhnya dewasa atau bahwa orang ini bisa disebut benar atau utuh, orang jenis ini sudah melangkah menuju tahap kedewasaan dalam hidup dan sudah mampu datang ke hadapan Tuhan, berdiri berhadapan muka dengan firman Tuhan dan dengan Tuhan. Karena orang jenis ini telah mengalami begitu banyak firman Tuhan, mengalami ujian yang tidak terhitung banyaknya dan mengalami peristiwa pendisiplinan, penghakiman, dan hajaran dari Tuhan yang tak terhitung banyaknya, ketundukan mereka kepada Tuhan tidak bersifat relatif, tetapi mutlak. Pengenalan mereka akan Tuhan telah berubah dari alam bawah sadar menjadi pengenalan yang jelas dan tepat, dari dangkal menjadi dalam, dari samar dan tidak jelas menjadi rinci dan nyata, dan mereka telah berubah dari sangat ceroboh dan pasif dalam mencari menjadi pengetahuan tanpa usaha dan bersaksi secara proaktif. Bisa dikatakan bahwa orang-orang di tahap ini memiliki kebenaran kenyataan firman Tuhan, bahwa mereka telah melangkah di jalan menuju kesempurnaan seperti jalan yang ditempuh Petrus. Inilah orang jenis kelima, orang yang hidup dalam keadaan pendewasaan—tahap orang dewasa.

Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"

Sebelumnya: Mengenal Tuhan 2

Selanjutnya: Mengenal Tuhan 4

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini