Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?

Pada pertemuan sebelumnya, topik utama persekutuan adalah empat syarat dasar bagi seseorang untuk disempurnakan melalui penerimaan penghakiman dan hajaran. Apa saja empat syarat dasar ini? (Syarat pertama adalah pelaksanaan tugas yang memadai. Yang kedua adalah memiliki mentalitas ketundukan kepada Tuhan. Yang ketiga adalah menjadi orang yang pada dasarnya jujur. Dan yang keempat adalah memiliki hati yang bertobat.) Ada beberapa rincian dalam masing-masing dari keempat syarat ini, juga penerapan konkret dan referensi yang spesifik. Sebenarnya, keempat topik ini sudah dibahas selama bertahun-tahun. Jika sekarang kita membicarakannya lagi, bukankah berarti kita membahas kembali sesuatu yang sudah dibahas? (Tidak.) Mengapa tidak? Sebab isi masing-masing dari keempat kondisi ini menyangkut kenyataan kebenaran dan jalan masuk kehidupan, yang merupakan topik yang tidak ada habis-habisnya. Sebagian besar orang belum mencapai tahap memasuki kenyataan kebenaran; mereka hanya memahami makna kebenaran secara dangkal, mereka hanya memahami beberapa doktrin sederhana. Meskipun mampu mempersekutukan beberapa kenyataan, mereka gagal memasuki kenyataan kebenaran. Jadi, apa pun aspek kebenarannya, itu harus sering dipersekutukan dan sering didengarkan. Dengan cara ini, pemahaman orang mengenai berbagai kebenaran akan makin mendalam melalui pengalaman mereka yang nyata, dan pengalaman mereka akan menjadi makin tepat.

Kita baru saja meringkas empat syarat dasar agar orang dapat disempurnakan melalui penerimaan penghakiman dan hajaran. Selanjutnya, mari kita mulai pembahasan kita dari syarat pertama: pelaksanaan tugas yang memadai. Ada orang-orang yang berkata: "Pembahasan selama dua tahun terakhir ini semuanya tentang pelaksanaan tugas; khususnya, bagaimana melaksanakan tugas, bagaimana melaksanakannya dengan baik, prinsip-prinsip apa yang harus dipatuhi saat melaksanakannya. Aku memahami hal-hal ini dengan sangat jelas di dalam hatiku. Dan selama beberapa tahun belakangan ini, kehidupan sehari-hariku semuanya tentang kebenaran yang berhubungan dengan pelaksanaan tugasku. Sejak mulai melaksanakan tugasku, aku sudah mencari, makan dan minum, juga mendengarkan kebenaran yang terkait dengannya, dan sekarang bahkan topik ini masih dibahas. Aku sudah memahaminya dalam hatiku sejak lama; bukankah itu benar-benar hanya tentang melaksanakan tugasmu dengan baik? Bukankah pelaksanakan tugas yang memadai hanya tentang mengikuti prinsip-prinsip yang telah disebutkan sebelumnya? Kasihilah Tuhan-mu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap kekuatanmu; carilah prinsip, jangan bergantung pada kecenderunganmu sendiri, dan berkoordinasilah secara harmonis ketika melaksanakan tugasmu; selaraskan pelaksanaan tugasmu dengan jalan masuk kehidupan. Hanya itulah yang diperlukan." Hal-hal yang engkau semua jumpai dan alami dalam kehidupanmu sehari-hari hanyalah topik-topik ini, jadi hanya itulah yang engkau semua pahami. Sebanyak apa pun yang kaupahami, kita tetap perlu membahas kebenaran ini hari ini. Jika ada sesuatu yang diulang kembali, itu akan bermanfaat bagimu juga, dan engkau semua dapat merenungkannya kembali; jika itu adalah sesuatu yang belum pernah dibahas sebelumnya, terima dan pahamilah. Entah itu diulang ataupun tidak, engkau harus mendengarkannya dengan saksama. Pikirkan kebenaran apa yang tercakup di sini, apakah kebenaran ini bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanmu, dan apakah kebenaran ini dapat membantumu melaksanakan tugas secara memadai. Jadi, meninjau kembali topik tentang pelaksanaan tugas yang memadai sangatlah diperlukan.

Mengenai pelaksanaan tugas yang memadai, pertama-tama mari kita kesampingkan dahulu arti "memadai" dan kita bicarakan tentang apa yang dimaksud dengan tugas. Di akhir nanti, engkau semua akan mengetahui apa yang dimaksud dengan tugas, apa yang dianggap memadai, dan bagaimana tugas harus dilaksanakan; engkau akan memiliki jalan penerapan untuk pelaksanaan tugas sesuai standar. Jadi, apa itu tugas? (Tugas adalah apa yang Tuhan percayakan kepada manusia untuk dilakukan, yaitu apa yang harus dilakukan oleh makhluk ciptaan.) Pernyataan ini hanya setengah benar. Secara teori, tidak ada yang salah dengannya, tetapi jika dicermati secara lebih mendalam, penjelasan ini tidak lengkap; harus ada prasyaratnya. Mari kita pelajari topik ini lebih jauh. Bagi setiap orang percaya maupun orang tidak percaya, bagaimana mereka menjalani hidup, apa yang mereka lakukan di dunia manusia ini, dan nasib hidup mereka, bukankah semua hal ini telah ditetapkan sejak semula oleh Tuhan? (Ya, benar.) Misalnya, ada orang-orang yang di dunia ini berkecimpung dalam industri musik. Menciptakan musik adalah misi mereka dalam hidup; dapatkah misi ini dianggap sebagai tugas mereka? (Tidak.) Ada orang-orang yang telah melakukan hal-hal luar biasa di dunia ini, yang berdampak pada seluruh umat manusia, berkontribusi, dan bahkan mengubah suatu zaman; inilah misi hidup mereka. Dapatkah misi hidup ini disebut sebagai tugas mereka? (Tidak.) Namun, bukankah misi hidup ini dan apa yang sudah mereka lakukan dalam hidup mereka adalah sesuatu yang telah dipercayakan Tuhan kepada mereka? Bukankah itu sesuatu yang harus dilakukan oleh makhluk ciptaan? (Ya.) Itu benar. Tuhan telah memberikan suatu misi kepada mereka, mempercayakan amanat ini kepada mereka, dan, di dalam keseluruhan umat manusia, sebagai bagian dari umat manusia itu sendiri, mereka mempunyai sesuatu yang harus mereka lakukan, suatu tanggung jawab yang harus mereka laksanakan. Bidang apa pun yang mereka geluti—entah itu seni, bisnis, politik, ekonomi, penelitian ilmiah, dan sebagainya—semuanya telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Namun demikian, ada satu perbedaan; seperti apa pun cara Tuhan menetapkannya, orang-orang ini berada di luar pekerjaan pengelolaan Tuhan. Mereka dianggap sebagai orang-orang tidak percaya, dan apa yang mereka lakukan berada di luar pekerjaan pengelolaan Tuhan. Jadi, dapatkah tanggung jawab mereka, amanat yang telah mereka terima, dan misi hidup mereka disebut sebagai tugas? (Tidak.) Mereka bukan sedang melaksanakan tugas, karena yang mereka lakukan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Seluruh manusia di dunia ini secara pasif menerima amanat Sang Pencipta dan misi yang telah Dia berikan, tetapi misi yang diterima oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan, dan tanggung jawab yang mereka tunaikan, bukanlah tugas, karena tidak ada hubungannya dengan rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia dan bukan bagian darinya. Mereka tidak menerima Tuhan, dan Tuhan tidak bekerja dalam diri mereka, jadi apa pun tanggung jawab yang mereka emban, dan apa pun amanat yang mereka terima atau misi apa pun yang mereka tunaikan dalam kehidupan ini, tidak dapat dikatakan bahwa mereka sedang melaksanakan tugas mereka. Jadi, sebenarnya apa yang dimaksud dengan tugas? Prasyarat macam apakah yang harus ditambahkan agar dapat dengan jelas, akurat, dan komprehensif menerangkan konsep ini dan kebenaran yang terkait dengannya? Sudahkah engkau memahami konsep dari persekutuan kita barusan? Konsep apa? Konsep bahwa untuk setiap individu di antara umat manusia, betapa pun besarnya misi yang telah mereka terima, atau tingkat perubahan yang telah mereka akibatkan, atau tingkat kontribusi mereka terhadap umat manusia, misi dan amanat yang demikian tidak dapat disebut sebagai tugas. Ini karena tugas dan amanat tersebut tidak ada hubungannya dengan rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia; semuanya itu hanya misi. Entah mereka bertindak aktif maupun pasif, yang mereka lakukan hanyalah menunaikan suatu misi; ini sudah ditetapkan sejak semula oleh Tuhan. Dengan kata lain, selama tindakan mereka tidak ada hubungannya dengan rencana pengelolaan Tuhan, dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, maka pemenuhan misi tersebut tidak dapat disebut sebagai pelaksanaan tugas. Ini sudah tidak dapat diganggu gugat. Jadi, apa yang dimaksud dengan tugas? Beginilah seharusnya kita memahaminya: Tugas adalah amanat dan misi yang diberikan Tuhan dalam lingkup pekerjaan pengelolaan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. Bukankah menyatakannya dengan cara seperti ini lengkap dan tepat? Hanya apa yang tepatlah yang merupakan kebenaran; apa yang tidak tepat dan sepihak bukanlah kebenaran, melainkan doktrin belaka. Tanpa sepenuhnya memahami apa yang dimaksud dengan tugas dan mengenalinya secara menyeluruh, engkau tidak akan tahu apa hubungan kebenaran dengan tugas. Sebelumnya, orang mungkin banyak salah paham terhadap pemahaman mereka akan tugas. Hal itu karena mereka tidak memahami kebenaran, sehingga menimbulkan segala macam gagasan dan ambiguitas. Pada waktu itu, orang menggunakan gagasan dan ambiguitas ini untuk menjelaskan tugas, dan kemudian memperlakukan tugas berdasarkan gagasan ini. Misalnya, ada orang-orang yang berpikir bahwa karena seluruh kehidupan orang telah ditetapkan sejak semula oleh Tuhan—dalam keluarga seperti apa dia dilahirkan, apakah dia kaya atau miskin dalam hidup, dan karier apa yang dikejarnya, semua itu telah ditetapkan sejak semula oleh Tuhan—maka apa pun yang dilakukan orang semasa hidupnya dan hal-hal yang ditunaikannya, semuanya adalah amanat yang diberikan oleh Tuhan, dan itu adalah misinya. Hanya karena ini menyangkut misi, maka mereka menganggapnya sebagai tugas. Demikianlah mereka dengan sembarangan terus bersikukuh dalam konsep mereka tentang tugas. Bukankah ini kesalahpahaman? Ada orang-orang yang sudah menikah dan mempunyai anak-anak berkata: "Mempunyai anak adalah amanat Tuhan yang telah Dia percayakan kepada kita, itu adalah misi kita. Merupakan tugas kita untuk membesarkan anak-anak kita hingga dewasa." Bukankah ini pemahaman yang salah? Dan ada pula orang lain yang berkata: "Kita ditempatkan di bumi ini untuk bertani. Karena itu adalah nasib kita, sebaiknya kita mengerjakannya dengan baik, karena itu adalah amanat dan misi yang diberikan Tuhan kepada kita. Betapa pun miskinnya kita atau betapa pun sulitnya keadaan yang kita hadapi, kita tidak boleh mengeluh. Bertani dengan baik di masa hidup ini adalah tugas kita." Mereka menyamakan nasib dengan misi dan tugas. Bukankah ini kesalahpahaman? (Ya.) Ini memang kesalahpahaman. Dan ada juga orang-orang yang berbisnis di dunia ini yang berkata: "Aku tidak berhasil dalam hal apa pun sebelumnya, tetapi sesudah berbisnis, kehidupanku menjadi cukup baik dan stabil. Kelihatannya Tuhan telah menakdirkanku untuk berbisnis dalam kehidupan ini, untuk menafkahi keluargaku dengannya. Jadi, jika dalam kehidupan ini aku berbisnis dengan baik dan memperluas bisnisku, menafkahi setiap anggota keluargaku, berarti inilah misiku, dan mungkin misi ini adalah tugasku." Bukankah ini kesalahpahaman? Orang menganggap urusan mereka sehari-hari, cara mereka mencari nafkah, gaya hidup yang mereka jalani, dan kualitas hidup yang mereka nikmati—semua hal yang berhubungan dengan misi mereka—sebagai tugas mereka. Ini tidak benar; ini adalah pemahaman yang menyimpang tentang apa yang dimaksud dengan tugas.

Jadi, apa yang dimaksud dengan tugas? Kebanyakan orang memiliki pemahaman yang menyimpang dan menyesatkan mengenai masalah ini. Jika rumah Tuhan mengatur supaya engkau menanam padi-padian dan sayur-mayur, bagaimana engkau memperlakukan pengaturan ini? Ada orang-orang yang mungkin tidak mampu memahaminya dan berkata: "Bertani adalah untuk menghidupi keluarga; itu bukan tugas. Konsep tugas tidak mencakup aspek ini." Mengapa mereka memahami hal-hal dengan cara seperti ini? Itu karena mereka tidak memahami kebenaran yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas, dan mereka tidak memahami apa itu tugas. Jika orang sungguh memahami aspek kebenaran ini, mereka akan bersedia pergi dan menggarap lahan. Mereka akan tahu bahwa di rumah Tuhan, bertani bukan dilakukan demi menghidupi keluarga mereka, melainkan demi memungkinkan orang-orang yang melaksanakan tugas penuh waktu untuk dapat terus melaksanakannya secara normal. Pada kenyataannya, ini juga merupakan amanat yang diberikan Tuhan; pekerjaan itu sendiri mungkin tidak lebih penting daripada sebiji wijen, atau mungkin bahkan sebutir pasir, tetapi terlepas dari kepentingannya, itu adalah pekerjaan yang dihasilkan dalam lingkup pekerjaan pengelolaan Tuhan. Sekarang Tuhan berfirman bahwa engkau dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Bagaimanakah engkau memahaminya? Engkau harus menerimanya sebagai tugasmu, dan engkau harus menerimanya tanpa membuat alasan apa pun. Jika engkau hanya tunduk secara pasif dan pergi melakukan pekerjaan pertanian karena itulah yang telah diatur untukmu, itu tidak benar. Di sini ada satu prinsip yang harus engkau pahami: Gereja mengaturmu untuk melakukan pekerjaan pertanian dan menanam sayur-mayur bukan supaya engkau dapat menjadi kaya, juga bukan supaya engkau dapat bertahan hidup dan menghidupi keluargamu, melainkan demi memenuhi kebutuhan pekerjaan di rumah Tuhan pada saat bencana. Itu demi memastikan bahwa semua orang yang melaksanakan tugas penuh waktu di rumah Tuhan mendapatkan rezeki sehari-hari, sehingga mereka dapat melaksanakan tugas mereka dengan normal tanpa menghambat pekerjaan rumah Tuhan. Jadi, orang-orang yang bertani di gereja pertanian dianggap sedang melaksanakan tugas mereka; ini berbeda naturnya dengan para petani biasa di pertanian pada umumnya. Bagaimanakah natur pertanian untuk para petani biasa? Para petani biasa bertani untuk menafkahi keluarga mereka dan bertahan hidup; inilah yang telah Tuhan tetapkan bagi mereka. Inilah takdir mereka, jadi mereka bertani dari generasi ke generasi; ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan tugas mereka. Sekarang, engkau telah datang ke rumah Tuhan dan juga bertani, tetapi ini adalah tuntutan pekerjaan di rumah Tuhan; ini adalah bentuk pengorbanan bagi Tuhan. Ini berbeda naturnya dengan bertani di lahanmu sendiri. Ini adalah tentang menunaikan tanggung jawab dan kewajibanmu. Ini adalah tugas yang harus kaulakukan; ini adalah amanat dan tanggung jawab yang telah dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Bagimu, ini adalah tugasmu. Jadi, ketika membandingkan tugas ini dengan misi duniawimu, manakah yang lebih penting? (Tugasku.) Mengapa? Tugas adalah apa yang Tuhan tuntut darimu untuk dilakukan, inilah yang telah Dia percayakan kepadamu. Inilah salah satu alasannya. Alasan lain, yang utama, adalah ketika engkau melaksanakan tugas di rumah Tuhan dan menerima amanat Tuhan, engkau menjadi relevan dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan. Di rumah Tuhan, setiap kali sesuatu diatur untuk kaulakukan, baik itu pekerjaan yang sulit atau melelahkan, entah engkau menyukainya atau tidak, tidak, itu adalah tugasmu. Jika engkau dapat menganggapnya sebagai amanat dan tanggung jawab yang telah Tuhan berikan kepadamu, artinya engkau berkaitan dengan pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Dan jika apa yang kaulakukan dan tugas yang kaulaksanakan berkaitan dengan pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia, dan engkau dapat dengan sungguh-sungguh dan tulus menerima amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu, bagaimana Dia akan menganggapmu? Dia akan menganggapmu anggota keluarga-Nya. Apakah itu berkat atau kutuk? (Berkat.) Itu adalah berkat yang luar biasa. Ada orang-orang yang mengeluh ketika menghadapi sedikit kesukaran saat melaksanakan tugas, dengan cuek tidak menyadari betapa besar rahmat yang sudah mereka terima. Bukankah benar-benar bodoh jika kita mengeluh tentang Tuhan sesudah mendapatkan begitu banyak kebaikan? Pada tahap ini, penting untuk memahami kebenaran, untuk menyadari bahwa itulah tugasmu dan itu harus diterima dari Tuhan. Sekarang, apakah engkau semua punya pemahaman atau wawasan baru mengenai apa itu tugas? Apakah engkau sudah benar-benar memahaminya? Apakah tugas itu penting agar dapat menerima keselamatan? (Ya.) Seberapa pentingkah itu? Dapat dikatakan bahwa ada hubungan langsung antara melaksanakan tugas dan menerima keselamatan. Apa pun misi yang engkau tunaikan dalam kehidupan ini, jika engkau tidak melaksanakan tugasmu, engkau tidak ada hubungannya dengan menerima keselamatan. Dengan kata lain, tidak peduli betapa hebat prestasi yang telah kaucapai dalam kehidupan ini di antara manusia, engkau hanya sekadar menunaikan misi; engkau belum melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, jadi engkau tidak ada hubungannya dengan menerima keselamatan atau pekerjaan Tuhan untuk mengelola umat manusia.

Di rumah Tuhan, selalu disebutkan tentang menerima amanat Tuhan dan bagaimana orang melaksanakan tugasnya dengan benar. Bagaimana tugas muncul? Secara umum, tugas muncul sebagai hasil dari pekerjaan pengelolaan Tuhan yang membawa keselamatan bagi umat manusia; secara khusus, saat pekerjaan pengelolaan Tuhan dilakukan dan dinyatakan di antara manusia, pada saat itulah muncul berbagai pekerjaan yang menuntut orang untuk bekerja sama dan menyelesaikannya. Ini telah memunculkan tanggung jawab dan misi untuk orang penuhi, dan tanggung jawab serta misi ini adalah tugas yang Tuhan limpahkan kepada umat manusia. Di rumah Tuhan, berbagai tugas yang membutuhkan kerja sama manusia merupakan tugas yang harus mereka penuhi. Jadi, apakah ada perbedaan dalam pengertian apakah tugas tersebut lebih baik dan lebih buruk, apakah tugas tersebut tinggi dan rendah, atau besar dan kecil? Perbedaan semacam itu tidak ada; selama sesuatu ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, selama itu adalah tuntutan pekerjaan rumah-Nya, dan diperlukan untuk menyebarluaskan Injil Tuhan, maka itu adalah tugas orang. Inilah asal mula dan definisi tugas. Tanpa adanya pekerjaan pengelolaan Tuhan, akankah manusia di bumi—bagaimanapun cara hidup mereka—memiliki tugas? Tidak. Sekarang, engkau mengerti dengan jelas. Apa yang berhubungan dengan tugas? (Tugas berhubungan dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia.) Benar. Ada hubungan langsung antara tugas umat manusia, tugas sebagai makhluk ciptaan, dan pekerjaan pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Dapat dikatakan bahwa tanpa penyelamatan umat manusia oleh Tuhan, dan tanpa pekerjaan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi di antara manusia, manusia tidak akan mempunyai tugas apa pun untuk dibahas. Tugas muncul dari pekerjaan Tuhan; itulah yang Tuhan tuntut dari manusia. Dilihat dari sudut pandang ini, tugas merupakan hal penting bagi setiap orang yang mengikut Tuhan, bukan? Itu sangat penting. Secara umum, engkau sedang mengambil bagian dalam pekerjaan dalam rencana pengelolaan Tuhan; secara lebih khusus, engkau sedang bekerja sama dengan melakukan berbagai jenis pekerjaan Tuhan yang dibutuhkan pada waktu yang berbeda dan di antara kelompok orang yang berbeda. Apa pun tugasmu, itu adalah misi yang telah Tuhan berikan kepadamu. Terkadang engkau mungkin diminta untuk menjaga atau melindungi suatu objek yang penting. Ini mungkin masalah yang relatif sepele yang hanya dapat dikatakan sebagai tanggung jawabmu, tetapi ini adalah tugas yang diberikan Tuhan kepada-Mu; engkau menerima tugas ini dari-Nya. Engkau menerimanya dari tangan Tuhan, dan ini adalah tugasmu. Berbicara mengenai pokok masalah, tugasmu dipercayakan kepadamu oleh Tuhan. Tugas itu meliputi terutama menyebarkan Injil, memberikan kesaksian, membuat video, menjadi seorang pemimpin atau pekerja di gereja, atau mungkin pekerjaan yang bahkan lebih berbahaya dan lebih penting. Apa pun itu, selama itu berkaitan dengan pekerjaan Tuhan dan keperluan pekerjaan penyebaran Injil, orang harus menerimanya sebagai tugas dari Tuhan. Dalam artian yang lebih luas lagi, tugas adalah misi seseorang, amanat yang dipercayakan oleh Tuhan; secara lebih khusus, tugas adalah tanggung jawabmu, kewajibanmu. Mengingat bahwa tugas adalah misimu, amanat yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, dan adalah tanggung jawab dan kewajibanmu, pelaksanaan tugasmu tidak ada hubungannya dengan urusan pribadimu. Tugas tidak ada hubungannya dengan urusan pribadi. Mengapa topik ini diangkat? Karena orang harus mengerti cara memperlakukan dan cara memahami tugas mereka. Tugas adalah amanat yang diterima makhluk ciptaan dan misi yang harus mereka tunaikan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan. Orang mengetahui alasannya secara keseluruhan, tetapi bagaimana dengan detailnya yang lebih terperinci? Bagaimana orang seharusnya memperlakukan tugas agar dianggap memiliki pemahaman yang benar? Ada orang-orang yang memperlakukan tugas mereka sebagai urusan pribadi; apakah ini prinsip yang benar? (Tidak.) Mengapa salah? Melakukan sesuatu untuk diri sendiri bukanlah melaksanakan tugas. Melaksanakan tugas bukanlah melakukan sesuatu untuk diri sendiri, melainkan melakukan pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepadamu. Ada perbedaan di antara keduanya. Apa prinsip ketika melakukan berbagai hal untuk diri sendiri? Ini berarti melakukan apa pun yang engkau inginkan tanpa mengonsultasikannya dengan orang-orang lain, dan tanpa berdoa ataupun mencari Tuhan; ini berarti bertindak menurut keinginanmu sendiri dan tanpa memedulikan konsekuensinya asalkan itu menguntungkanmu. Apakah prinsip seperti ini dapat diterima dalam pelaksanaan tugas di rumah Tuhan? (Tidak.) Ada orang yang berkata: "Aku bahkan tidak menganggap serius urusanku sendiri ataupun mengerahkan banyak upaya untuk itu. Aku memperlakukan tugasku seolah-olah itu adalah urusanku sendiri, dan prinsip ini pastilah tepat." Apakah ini cara yang benar dalam menerima tugas? Tentu saja tidak. Kalau begitu, bagaimana seharusnya sikap orang terhadap tugas? (Menerimanya dari Tuhan.) "Menerimanya dari Tuhan." Ketiga kata ini mudah diucapkan, tetapi adapun bagaimana secara nyata menerapkan kebenaran yang terkandung di dalamnya, itu tergantung pada bagaimana engkau memperlakukan tugasmu. Kita baru saja mendefinisikan apa itu tugas. Tugas berasal dari Tuhan, merupakan amanat yang telah dipercayakan oleh Tuhan, dan berhubungan dengan pekerjaan rencana pengelolaan-Nya dan keselamatan manusia. Dari sudut pandang ini, apakah tugas ada hubungannya dengan prinsip-prinsip perilaku pribadimu? Apakah tugas ada hubungannya dengan preferensi pribadimu, kebiasaan hidupmu, atau rutinitas hidupmu? Tidak sedikit pun. Jadi, tugas berhubungan dengan apa? Tugas berhubungan dengan kebenaran. Ada orang-orang yang berkata: "Karena tugas ini diserahkan kepadaku, maka ini adalah urusanku sendiri. Dan aku memiliki prinsip tertinggi dalam pelaksanaan tugas, yang tak dimiliki oleh seorang pun darimu. Tuhan menuntut manusia untuk menunaikan tugas mereka dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan. Namun, selain itu, aku memiliki prinsip yang bahkan lebih tinggi, yaitu memperlakukan tugasku seolah-olah itu adalah urusan utamaku sendiri, dan melakukannya dengan tekun serta berusaha mencapai hasil terbaik." Apakah prinsip ini benar? (Tidak.) Mengapa salah? Jika engkau menerima tugasmu dari Tuhan dan engkau di dalam hatimu sudah jelas bahwa Dia mempercayakannya kepadamu, bagaimanakah seharusnya engkau memperlakukan amanat ini? Ini berhubungan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas. Bukankah memperlakukan tugas sebagai amanat Tuhan jauh lebih luhur daripada memperlakukannya sebagai urusan diri sendiri? Ini tidak sama, bukan? Jika engkau memperlakukan tugasmu sebagai amanat Tuhan, sebagai pelaksanaan tugasmu di hadapan Tuhan, dan sebagai upaya untuk memuaskan Tuhan melalui pelaksanaan tugas, berarti prinsipmu dalam melaksanakan tugas bukan sekadar memperlakukannya sebagai urusanmu sendiri. Bagaimana seharusnya sikapmu terhadap tugasmu, yang dapat disebut sikap yang benar dan sesuai dengan maksud Tuhan? Pertama, engkau tidak sepatutnya menganalisis siapa yang mengatur tugas tersebut, oleh tingkat kepemimpinan mana tugas itu ditugaskan—engkau harus menerimanya dari Tuhan. Engkau tidak perlu menganalisisnya, engkau harus menerima bahwa tugas ini adalah dari Tuhan. Inilah syaratnya. Selain itu, apa pun tugasmu, jangan membedakan antara tugas yang tinggi dan rendah. Misalkan engkau berkata, "Meskipun tugas ini adalah amanat dari Tuhan dan merupakan pekerjaan rumah Tuhan, jika aku melakukannya, orang-orang mungkin akan memandang rendah diriku. Orang-orang lain dapat melakukan pekerjaan yang membuat mereka menonjol. Aku telah diberi tugas ini, yang tidak membuatku menonjol tetapi membuatku berupaya keras di balik layar, ini tidak adil! Aku tidak akan melaksanakan tugas ini. Tugasku haruslah sebuah tugas yang membuatku menonjol di depan orang lain dan memungkinkanku untuk menjadi terkenal—dan bahkan jika aku tidak terkenal atau menonjol, aku harus tetap mendapatkan manfaat darinya dan merasa nyaman secara fisik." Apakah ini sikap yang bisa diterima? Bersikap pilih-pilih artinya tidak menerima apa yang berasal dari Tuhan; artinya membuat pilihan sesuai preferensimu sendiri. Ini artinya tidak menerima tugasmu; artinya menolak tugasmu, yang adalah perwujudan dari pemberontakanmu terhadap Tuhan. Sikap pilih-pilih seperti itu dicemari oleh preferensi dan keinginan pribadimu. Ketika engkau mempertimbangkan keuntunganmu sendiri, reputasimu, dan sebagainya, maka sikapmu terhadap tugasmu bukanlah tunduk. Sikap apakah yang seharusnya engkau miliki terhadap tugasmu? Pertama, engkau tidak sepatutnya menganalisisnya, berusaha mencari tahu siapa yang sudah menugaskannya kepadamu; sebaliknya, sepatutnyalah engkau menerimanya dari Tuhan, sebagai tugas yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, dan engkau seharusnya menaati penataan dan pengaturan Tuhan, dan menerima tugasmu itu dari Tuhan. Kedua, jangan membeda-bedakan antara yang tugas yang tinggi dan yang rendah, dan jangan memusingkan dirimu dengan natur dari tugas tersebut, apakah tugas itu akan membuatmu menonjol atau tidak, apakah tugas itu dilakukan di depan umum atau di belakang layar. Jangan mempertimbangkan hal-hal ini. Ada juga sikap yang lain: ketundukan dan kerja sama secara aktif. Jika engkau merasa mampu melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi engkau juga takut melakukan kesalahan dan disingkirkan, dan karena itu engkau malu-malu, stagnan, dan tak dapat mencapai kemajuan, maka apakah itu sikap tunduk? Misalnya, jika saudara-saudarimu memilihmu menjadi pemimpin mereka, engkau mungkin merasa berkewajiban untuk melaksanakan tugas ini karena engkau sudah dipilih, tetapi engkau tidak memperlakukan tugas ini dengan sikap proaktif. Mengapa engkau tidak proaktif? Karena engkau berpikiran dan merasa bahwa, "Menjadi pemimpin sama sekali bukan hal yang baik. Bagai telur di ujung tanduk atau genting menanti putus, biang menanti tembuk. Jika aku melakukan pekerjaan dengan baik, maka tidak akan ada penghargaan, tetapi jika aku melakukan pekerjaan dengan buruk, maka aku akan dipangkas. Dan dipangkas bahkan sama sekali bukan hal yang terburuk. Bagaimana jika aku digantikan, atau disingkirkan? Jika itu yang terjadi, bukankah semuanya sudah berakhir bagiku?" Pada saat itu, engkau mulai merasakan pergumulan dalam batinmu. Sikap apakah ini? Ini adalah sikap waspada dan salah paham. Ini adalah sikap yang tidak seharusnya orang miliki dalam tugas mereka. Ini adalah sikap berkecil hati dan negatif. Jadi, sikap yang positif itu seharusnya seperti apa? (Kita harus berhati terbuka dan berterus terang, serta memiliki keberanian untuk memikul beban.) Ini seharusnya berupa ketundukan dan kerja sama yang proaktif. Apa yang engkau semua katakan itu omong kosong. Bagaimana engkau bisa memiliki hati yang terbuka dan berterus terang sementara engkau begitu ketakutan seperti ini? Dan apa yang dimaksud dengan memiliki keberanian untuk memikul beban? Mentalitas apa yang akan memberimu keberanian untuk memikul beban? Jika engkau selalu takut kalau-kalau akan ada sesuatu yang tidak beres dan engkau tidak akan mampu menanganinya, dan engkau memiliki banyak rintangan batin, berarti pada dasarnya engkau tidak akan punya keberanian untuk memikul beban. "Berhati terbuka dan berterus terang," "memiliki keberanian untuk memikul beban," atau "pantang mundur meski maut mengadang" yang engkau semua bicarakan agak terdengar seperti slogan-slogan yang diteriakkan oleh anak-anak muda yang marah. Dapatkah slogan-slogan ini menyelesaikan masalah-masalah nyata? Yang diperlukan sekarang adalah sikap yang benar. Untuk memiliki sikap yang benar, engkau harus memahami aspek kebenaran ini. Inilah satu-satunya cara untuk mengatasi kesulitan batinmu, dan memungkinkanmu dengan mulus menerima amanat ini, tugas ini. Inilah jalan penerapannya, dan hanya inilah kebenarannya. Jika engkau menggunakan istilah seperti "berhati terbuka dan berterus terang" dan "memiliki keberanian untuk memikul beban" untuk mengatasi ketakutan yang kaurasakan, apakah ini akan efektif? (Tidak.) Ini menunjukkan bahwa hal-hal ini bukanlah kebenaran, juga bukan jalan penerapan. Engkau mungkin berkata, "Aku ini berhati terbuka dan berterus terang, aku ini memiliki tingkat pertumbuhan yang tak terkalahkan, tidak ada pemikiran lain atau kecemaran dalam hatiku, dan aku memiliki keberanian untuk memikul beban." Secara lahiriah, engkau memikul tugasmu, tetapi kemudian, sesudah merenungkannya selama beberapa saat, engkau masih merasa bahwa engkau tidak dapat memikulnya. Engkau mungkin masih merasa takut-. Selain itu, engkau mungkin melihat orang-orang lain dipangkas, dan engkau bahkan menjadi makin takut, seperti anjing yang dicambuk ketakutan saat melihat tali pencambuknya. Engkau akan makin merasa bahwa tingkat pertumbuhanmu terlalu rendah, dan bahwa tugas ini seperti jurang yang luas dan tak terseberangi, dan pada akhirnya engkau akan tetap tidak mampu memikul beban ini. Itulah sebabnya meneriakkan slogan-slogan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah nyata. Jadi, bagaimana engkau dapat benar-benar menyelesaikan masalah ini? Engkau harus secara aktif mencari kebenaran dan mengambil sikap tunduk dan kooperatif. Itu benar-benar dapat menyelesaikan masalah. Rasa malu, takut, dan khawatir tidak ada gunanya. Apakah ada hubungan antara apakah engkau akan disingkapkan dan disingkirkan atau tidak dengan menjadi pemimpin? Jika engkau bukan pemimpin, apakah watak rusakmu akan lenyap? Cepat atau lambat, engkau harus menyelesaikan masalah watak rusakmu. Selain itu, jika engkau bukan pemimpin, engkau tidak akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berlatih dan kemajuanmu dalam hidup akan lambat, kesempatanmu untuk disempurnakan hanya sedikit. Meskipun ada sedikit lebih banyak penderitaan ketika menjadi pemimpin atau pekerja, hal itu juga mendatangkan banyak keuntungan, dan jika engkau mampu menempuh jalan mengejar kebenaran, engkau akan dapat disempurnakan. Sungguh berkat yang besar! Jadi, engkau harus tunduk dan bekerja sama secara aktif. Ini adalah tugas dan tanggung jawabmu. Apa pun jalan yang ada di depan, engkau harus memiliki hati yang tunduk. Inilah sikap yang harus engkau miliki dalam melaksanakan tugasmu.

Topik pelaksanaan tugas bukanlah hal asing bagi siapa pun; ini bukan subjek baru. Namun, bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan, topik ini sangat penting; ini adalah kebenaran yang harus dipahami dan dimasuki. Makhluk ciptaan harus melaksanakan tugasnya dengan baik sebelum dia diperkenan oleh Sang Pencipta. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang untuk memahami apa arti melaksanakan tugas. Pelaksanaan tugas bukan semacam teori, juga bukan slogan, melainkan aspek kebenaran. Jadi, apa yang dimaksud dengan melaksanakan tugas? Dan masalah apa sajakah yang dapat diselesaikan dengan memahami aspek kebenaran ini? Paling tidak, pelaksanaan tugas dapat menyelesaikan masalah tentang bagaimana engkau seharusnya menerima dan memperlakukan amanat Tuhan, serta sikap dan tekad seperti apa yang seharusnya engkau miliki ketika menyelesaikan amanat yang telah dipercayakan Tuhan kepadamu. Engkau juga dapat mengatakan bahwa pelaksanaan tugas akan sekaligus mengatasi hubungan yang tidak normal antara manusia dan Tuhan. Ada orang yang menganggap pelaksanaan tugas sebagai modal, ada yang menganggap pelaksanaan tugas sebagai tugas pribadinya sendiri, dan ada yang menganggap pelaksanaan tugasnya sebagai pekerjaan dan usahanya sendiri, atau menganggap tugas sebagai semacam rekreasi, hiburan, atau hobi untuk mengisi waktu luang. Singkatnya, tidak peduli bagaimana sikapmu terhadap tugasmu, jika engkau tidak menerimanya dari Tuhan, dan jika engkau tidak memperlakukannya sebagai tugas yang harus dilakukan makhluk ciptaan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan, atau tugas yang mereka gunakan untuk bekerja sama, berarti apa yang sedang kaulakukan bukanlah melaksanakan tugas. Apakah benar jika engkau memperlakukan tugasmu sebagai urusan keluarga? Apakah benar jika engkau memperlakukan tugasmu sebagai bagian dari pekerjaan atau hobimu sendiri? Apakah benar jika engkau memperlakukan tugasmu sebagai urusan pribadi? Tidak ada satu pun dari semua itu yang benar. Mengapa topik ini perlu dibahas? Masalah apakah yang akan terselesaikan dengan mempersekutukan topik ini? Ini akan menyelesaikan masalah orang-orang yang memiliki sikap yang tidak benar terhadap tugas mereka, dan beragam cara mereka melaksanakan tugas mereka dengan asal-asalan. Hanya dengan memahami aspek kebenaran yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, sikap orang terhadap tugas mereka akan berubah. Sikap mereka perlahan-lahan akan menjadi sesuai dengan kebenaran, itu akan memenuhi tuntutan Tuhan, dan sesuai dengan maksud-Nya. Jika orang tidak memahami aspek kebenaran yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, akan muncul masalah dalam sikap mereka terhadap tugas mereka dan prinsip-prinsip di balik tugas mereka, dan mereka tidak akan mampu mencapai hasil dari pelaksanakan tugas. Tugas adalah amanat yang dipercayakan Tuhan kepada manusia; tugas adalah misi yang harus orang selesaikan. Namun, tugas tentu saja bukan pekerjaanmu sendiri, juga bukan batu loncatan bagimu untuk terlihat paling menonjol. Ada orang-orang yang menggunakan tugas mereka sebagai kesempatan untuk mengurus pekerjaan mereka sendiri dan membentuk kelompok tertutup; ada yang menggunakan tugas untuk memuaskan keinginan mereka; ada yang menggunakan tugas untuk mengisi kekosongan yang mereka rasakan di dalam diri mereka; dan ada yang menggunakan tugas untuk memuaskan mentalitas mereka yang percaya pada keberuntungan, beranggapan bahwa selama mereka melaksanakan tugasnya, mereka akan mendapat bagian dalam keluarga Tuhan dan mendapatkan tempat tujuan indah yang Tuhan atur bagi manusia. Sikap terhadap tugas seperti itu tidak benar; sikap seperti itu dibenci Tuhan dan harus segera dibereskan.

Mengenai apa yang dimaksud dengan tugas, bagaimana orang seharusnya memperlakukan tugasnya, dan sikap serta pandangan yang harus dimiliki orang terhadap tugas, hal-hal ini sebagian besar sudah dipersekutukan. Engkau semua harus dengan saksama merenungkannya; memahami kebenaran dalam aspek-aspek ini adalah hal yang paling penting dan mendesak. Kebenaran apakah yang paling perlu engkau semua pahami sekarang ini? Di satu sisi, engkau perlu memahami kebenaran yang terkait dengan visi-visi dalam aspek ini; di sisi lain, engkau perlu memahami di mana letak kesalahpahaman dan pemahamanmu yang menyimpang tentang kebenaran ini dalam penerapan dan dalam kehidupan nyata. Ketika engkau menghadapi masalah yang menyangkut kebenaran tentang pelaksanaan tugas, jika perkataan dan kebenaran ini dapat membereskan keadaan batinmu, itu membuktikan bahwa engkau sudah benar-benar dan sepenuhnya memahami isi persekutuan; jika perkataan dan kebenaran ini tidak dapat menyelesaikan kesulitan yang kauhadapi sehari-hari dalam hal pelaksanaan tugasmu, itu menunjukkan bahwa engkau belum masuk ke dalam kebenaran ini. Sesudah mendengarkan kebenaran ini, sudahkah engkau semua merangkum dan merenungkannya? Setiap kali mencatat, apakah engkau langsung memahaminya, tetapi seiring berjalannya waktu, engkau lupa, seolah-olah engkau belum pernah mendengarnya? (Ya.) Ini karena engkau sendiri tidak memiliki jalan masuk sedikit pun; apa yang engkau semua terapkan pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan kebenaran ini dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebenaran. Pada kenyataannya, kebenaran tentang pelaksanaan tugas ini adalah kebenaran paling mendasar yang harus dipahami dan dimasuki orang dalam proses percaya kepada Tuhan. Jika sesudah mendengar perkataan kebenaran ini engkau masih bingung dan kacau, berarti kualitasmu benar-benar terlalu buruk, dan engkau tidak punya tingkat pertumbuhan sama sekali. Engkau hanya dapat membaca firman Tuhan, hanya berdoa dan menghadiri pertemuan; engkau melakukan apa pun yang diminta, sama seperti orang yang beragama. Ini berarti bahwa engkau tidak memiliki jalan masuk kehidupan dan tingkat pertumbuhan sama sekali. Apa yang dimaksud dengan tidak memiliki tingkat pertumbuhan? Artinya, dalam proses percaya kepada Tuhan dan pelaksanaan tugasmu, begitu ada seseorang yang menyesatkanmu, engkau akan mengikutinya dan berhenti percaya kepada Tuhan; jika engkau melakukan sesuatu yang salah dan seseorang memangkasmu sedikit, berbicara kepadamu dengan cara yang agak keras, engkau mungkin akan meninggalkan kepercayaanmu; jika engkau mengalami kemunduran atau berbagai kesulitan dalam hidupmu, engkau mungkin mengeluh tentang Tuhan, dan melihat bahwa Dia tidak menganugerahimu kasih karunia dan tidak mengatasi kesulitanmu, engkau dapat berpaling dan meninggalkan rumah Tuhan, dan tidak lagi percaya. Jika engkau sudah masuk ke dalam beberapa aspek kebenaran tentang pelaksanaan tugas—kebenaran yang paling mendasar ini—itu membuktikan bahwa engkau sudah terhubung dengan kebenaran; engkau sudah terhubung dengan kenyataan kebenaran, dan sudah memiliki jalan masuk. Jika engkau tidak memiliki apa-apa dari kenyataan kebenaran ini, bahkan sedikit pun tidak, itu membuktikan bahwa kebenaran belum berakar dalam hatimu.

Aku baru saja bersekutu tentang apa itu tugas, juga asal-usul dan perkembangan tugas, supaya orang memahami apa tepatnya tugas itu. Apa manfaat mengetahui hal ini? Begitu orang memahami kebenaran tentang apa itu tugas, mereka akan mengetahui pentingnya tugas. Setidaknya, jauh di dalam lubuk hati, mereka akan merasa bahwa mereka harus mempunyai sikap yang benar terhadap tugas dan bahwa mereka tidak boleh bertindak sesuka hati. Setidaknya, konsep ini akan ada dalam benak mereka. Meskipun tugas adalah apa yang seharusnya kaulaksanakan, dan merupakan amanat serta misi yang diberikan Tuhan kepadamu, tugas bukanlah urusan pribadimu, juga bukan pekerjaanmu sendiri. Ini mungkin terdengar kontradiktif, tetapi memang inilah kebenarannya. Kebenaran apa pun mempunyai sisi nyata yang berhubungan dengan penerapan dan jalan masuk orang, serta tuntutan Tuhan. Kebenaran bukanlah sesuatu yang kosong. Beginilah kebenaran itu; hanya dengan mengalami dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran ini, barulah engkau dapat makin memahami aspek kebenaran ini. Jika engkau selalu mempertanyakan kebenaran, terus memunculkan keraguan, dan terus memeriksa serta menganalisis, kebenaran tidak akan pernah menjadi kebenaran bagimu. Kebenaran tidak akan berkaitan dengan kehidupan nyatamu dan tidak akan mampu mengubah apa pun mengenaimu. Jika orang menerima kebenaran dari lubuk hatinya dan menjadikan itu sebagai pedoman hidup dan bertindak, sebagai pedoman dalam berperilaku dan percaya kepada Tuhan, kebenaran akan mengubah hidupnya. Kebenaran akan mengubah tujuan hidupnya, arah hidupnya, dan caranya berinteraksi dengan orang lain. Inilah efek dari kebenaran. Memahami apa itu tugas tentunya akan sangat bermanfaat dan membantu orang dalam pelaksanaan tugasnya. Paling tidak, orang akan mengetahui bahwa tugas sangatlah penting bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan, dan bahkan lebih penting lagi bagi mereka yang tertarik atau memiliki tuntutan atau keinginan khusus untuk diselamatkan dan disempurnakan. Inilah kebenaran paling mendasar yang harus dipahami oleh siapa pun agar dapat diselamatkan, dan ini juga merupakan kebenaran paling mendasar yang harus orang masuki. Jika engkau tidak memahami apa itu tugas, berarti engkau tidak akan tahu cara melaksanakan tugasmu dengan benar, dan engkau juga tidak akan tahu sikap yang benar dalam menerima dan menganggap tugasmu. Ini berbahaya. Di satu sisi, engkau tidak akan mungkin mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, dan engkau akan bertindak sesuka hati dan bersikap asal-asalan; di sisi lain, engkau mungkin akan melakukan hal-hal yang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, atau bahkan melakukan perbuatan jahat yang melanggar ketetapan administratif Tuhan. Singkatnya, engkau mungkin akan diasingkan untuk bermenung diri, dan dalam kasus yang parah, engkau dapat disingkirkan. Oleh karena itu, meskipun memahami apa yang dimaksud dengan tugas merupakan aspek kebenaran yang sangat mendasar, hal ini berhubungan dengan keselamatan orang; ini bukannya tidak relevan, melainkan sangat penting. Setelah memahami apa itu tugas, bukan sekadar mengenal suatu doktrin, hasil yang diharapkan adalah untuk memungkinkan orang memahami maksud Tuhan dan memperlakukan tugasnya dengan sikap yang benar. Dalam pelaksanaan tugas apa pun, tidak ada hasil yang dapat dicapai hanya dengan mengerahkan upaya; selalu berpikir bahwa tugas dapat dilaksanakan secara benar hanya dengan mengerahkan upaya menunjukkan tidak adanya pemahaman rohani. Sesungguhnya, pelaksanaan tugas melibatkan banyak detail, termasuk memiliki pola pikir yang benar, prinsip-prinsip penerapan dan ketundukan sejati, serta memiliki hikmat rohani. Hanya ketika orang memiliki aspek-aspek kebenaran ini, barulah dia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sepenuhnya menyelesaikan masalah tentang pelaksanaan tugas dengan sikap asal-asalan. Mereka yang tidak memiliki sikap yang benar terhadap tugas mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kenyataan kebenaran; mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan tidak memiliki hati nurani serta nalar. Jadi, untuk mengikut Tuhan, orang harus memahami makna penting dari pelaksanaan tugas; ini adalah hal yang sangat penting untuk mengikut Tuhan.

Sesudah memahami apa itu tugas dan asal-usulnya, engkau akan dapat membedakan antara natur tugas dan natur pekerjaan dalam masyarakat. Apakah perbedaan antara memperlakukan pekerjaan yang telah dipercayakan kepadamu oleh rumah Tuhan sebagai tugas dan memperlakukannya sebagai pekerjaan duniawi? Jika engkau memperlakukannya sebagai tugas, engkau perlu mencari maksud Tuhan dan kebenaran. Engkau akan berkata, "Ini tugasku, jadi bagaimana aku harus mengerjakannya? Apa yang Tuhan tuntut? Apa saja peraturan gereja? Aku harus dengan jelas memahami prinsip-prinsip yang ada di baliknya." Hanya penerapan dengan cara seperti inilah sikap yang benar dalam memperlakukan tugasmu; hanya inilah sikap yang seharusnya dimiliki orang terhadap tugasnya. Namun, sikap seperti apa yang seharusnya dimiliki orang ketika menangani pekerjaan atau urusan duniawi dalam kehidupan pribadinya? Lantas, perlukah mencari kebenaran atau prinsip? Engkau mungkin juga mencari prinsip, tetapi prinsip itu hanya tentang menghasilkan lebih banyak uang, menjalani kehidupan yang baik, mengumpulkan kekayaan, mencapai kesuksesan, dan memperoleh baik ketenaran maupun keuntungan. Hanya prinsip yang seperti itu. Prinsip itu sepenuhnya bersifat duniawi, merupakan tren masa kini; prinsip itu adalah prinsip Iblis dan umat manusia yang jahat ini. Apa saja prinsip pelaksanaan tugas? Prinsip itu pastinya harus memenuhi tuntutan Tuhan; prinsip itu berhubungan erat dan tak terpisahkan dari kebenaran dan tuntutan Tuhan. Sebaliknya, profesi atau pekerjaan yang digeluti orang di dunia tidak ada hubungannya dengan kebenaran atau tuntutan Tuhan. Selama engkau mampu, bersedia menanggung kesukaran, dan giat, jahat, serta cukup berani, engkau bisa menonjol di tengah masyarakat dan mungkin bahkan dapat membangun karier yang gemilang. Namun, prinsip dan filosofi ini tidak diperlukan di rumah Tuhan. Di rumah Tuhan, apa pun jenis tugas yang kaulaksanakan, apa pun natur tugas itu, entah itu dipandang tinggi atau rendah, mulia atau hina, entah tugas itu tampak mencolok atau tidak, entah itu dipercayakan kepadamu oleh Tuhan atau ditugaskan kepadamu oleh seorang pemimpin gereja, apa pun pekerjaan yang ditugaskan rumah Tuhan kepadamu, prinsip yang kaupegang teguh dalam melakukan pekerjaanmu tidak boleh melebihi prinsip-prinsip kebenaran. Prinsip itu harus berhubungan dengan kebenaran, berhubungan dengan tuntutan Tuhan, dan berhubungan dengan peraturan serta pengaturan kerja dari rumah Tuhan. Singkatnya, tugas dan pekerjaan yang digeluti orang di dunia seharusnya dibedakan satu sama lain.

Mengapa kita bersekutu tentang perbedaan antara melaksanakan tugas dan melakukan pekerjaan duniawi? Apakah ini penting? (Ya.) Di manakah letak pentingnya? Ini berkaitan dengan sikap orang terhadap pelaksanaan tugasnya. Jangan membawa sikap dan prinsip yang kaumiliki dalam pekerjaan duniawimu ke dalam dunia pelaksanaan tugas. Apa konsekuensinya jika engkau melakukan itu? (Bertindak sesuka hati.) Bertindak sesuka hati adalah masalah yang umum; itu berarti tidak mau berunding dengan orang lain ketika menjalankan tugas, ingin menjadi penentu keputusan akhir, dan melakukan apa saja yang diinginkan, karena merasa bahwa bertindak seperti ini membawa kenyamanan dan kepuasan yang bebas dari perasaan tertekan atau tidak bahagia. Di samping itu, sikap ini sering kali menyebabkan tipu daya, kecemburuan, perselisihan, dan perpecahan, juga menyebabkan orang mengejar upah dan pengakuan, pamer, bertindak asal-asalan, tidak bertanggung jawab, menipu orang-orang yang berada di atas dan di bawahnya, serta membangun kerajaannya sendiri. Singkat kata, melaksanakan tugas berbeda dari melakukan pekerjaan duniawi; melaksanakan tugas adalah tuntutan dari Tuhan dan pengaturan oleh Tuhan. Inilah perbedaan terbesar antara melaksanakan tugas dan melakukan pekerjaan duniawi. Pelaksanaan tugas harus dilakukan sesuai dengan tuntutan Tuhan dan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Pelaksanaan tugas bukanlah pengelolaan pribadi, bukan masalah pribadi, dan tentu saja bukan urusan pribadi siapa pun. Pelaksanaan tugas tidak ada hubungannya dengan kepentingan pribadi, harga diri, status, pengaruh, ataupun prospek masa depan; pelaksanaan tugas hanya berkaitan dengan jalan masuk kehidupan dan perubahan watak orang, dan ini berhubungan dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan. Sebaliknya, ketika engkau melakukan pekerjaan duniawi, engkau sepenuhnya terfokus pada pengelolaan pribadi. Entah engkau sedang melakukan suatu pekerjaan atau menjalankan bisnis, betapa pun banyaknya biaya yang kaubayar, betapa pun banyaknya yang dapat kautinggalkan, atau betapa pun besarnya penderitaan yang kautanggung—entah aspek emosional ataupun fisik—atau apakah engkau dirundung dan dipermalukan atau disalahpahami, atau bahkan menghadapi tekanan publik yang dahsyat, semua yang kaulakukan berkisar pada kehendak, harapan, ambisi, dan keinginan pribadimu. Semuanya bernatur ini saja. Natur ini hanya berkisar seputar pengelolaan pribadi dan menjalankan usaha pribadi. Di antara umat manusia, tidak ada seorang pun yang melangkah maju dan berkata, "Aku melakukan pelayanan publik demi umat manusia; aku ingin bertindak sesuai ajaran dan prinsip ilahi yang diberikan oleh Surga." Tidak ada orang yang seperti itu. Sekalipun sungguh ada orang yang melangkah maju dan berkata, "Aku ingin melakukan upaya yang paling altruistik dan yang paling besar bagi umat manusia, untuk menciptakan kesejahteraan dan berbuat baik bagi orang-orang," tujuannya tidak begitu murni; orang melakukannya demi ketenaran. Bukankah ini melakukan pengelolaan pribadi? Semua itu demi pengelolaan pribadi. Tak peduli terdengar sebaik apa pun perkataan mereka, betapa pun banyaknya penderitaan yang sudah mereka tanggung, betapa pun mahalnya harga yang sudah mereka bayar, atau betapa pun besarnya kontribusi yang sudah mereka berikan, atau apakah mereka sudah mengubah umat manusia, mengubah suatu era, atau membuka suatu zaman baru, apa pun yang mereka lakukan, tujuan mereka bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk diri mereka sendiri. Semua manusia yang rusak melakukan hal-hal seperti ini. Entah orang melakukan sesuatu yang besar ataupun kecil, maksud dia adalah entah demi ketenaran atau demi keuntungan. Apa natur dari tindakannya? Naturnya adalah melakukan pengelolaan pribadi. Apakah pengelolaan pribadi ada hubungannya dengan pengelolaan Tuhan? Sama sekali tidak ada hubungannya. Ada orang-orang yang berkata, "Itu tidak benar. Ada orang-orang yang datang ke dunia ini dan mengubah suatu zaman; bukankah itu juga telah ditetapkan sejak semula oleh Tuhan? Bukankah itu juga berkaitan dengan pengelolaan-Nya?" Apakah hal-hal ini berkaitan? (Tidak.) Mengapa kau berkata demikian? (Karena hal itu tidak berkaitan dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia.) Baik; jika tidak berkaitan dengan pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, berarti hal itu tidak ada hubungannya dengan pengelolaan Tuhan. Namun, pernyataan ini hanya setengah benar; ada satu prasyarat lain di sini, yaitu masalah esensi. Jika tidak berkaitan dengan rencana pengelolaan Tuhan, berarti itu semua hanya pengelolaan manusia. Itu adalah satu aspeknya, tetapi biar Kutambahkan sesuatu untukmu: Natur dari apa yang sedang mereka lakukan adalah untuk ketenaran dan keuntungan pribadi; pada akhirnya, yang mendapatkan keuntungan adalah diri mereka sendiri. Natur, prinsip, dan hasil akhir dari semua yang mereka lakukan itu demi siapa? (Demi mereka sendiri.) Semua itu untuk diri mereka sendiri. Lalu, dalam arti yang lebih tersembunyi, semua itu untuk siapa? (Iblis.) Benar, untuk Iblis. Apa natur dari melakukan sesuatu untuk Iblis? (Menjadi musuh Tuhan.) Dan apa esensi pokok di balik menjadi musuh Tuhan? Mengapa kita katakan bahwa naturnya adalah menjadi musuh Tuhan? (Titik awal, asal-usul, dan prinsip dari tindakan mereka semuanya bertentangan dengan firman Tuhan.) Ini adalah satu aspeknya, dan ini adalah masalah yang mendasar. Titik awal, asal-usul, dan prinsip dari apa yang sedang mereka lakukan semuanya berasal dari Iblis, dan semua itu jahat, lalu apa hasil akhirnya? Untuk siapa mereka memberikan kesaksian? (Iblis.) Benar, mereka memberikan kesaksian bagi Iblis. Sepanjang sejarah manusia, adakah sejarawan atau penulis yang mengaitkan pencapaian dari apa yang sudah dilakukan manusia di setiap zaman dengan Sang Pencipta? (Tidak ada.) Mereka hanya akan berkata bahwa itu adalah warisan atau pencapaian besar yang didapatkan dari usaha besar umat manusia. Di mata umat manusia, siapa yang direpresentasikan oleh orang-orang hebat dan tokoh-tokoh terkenal yang meninggalkan warisan ini? Tokoh terkenal atau orang hebat, atau mereka yang sudah berjasa besar bagi umat manusia, semuanya disembah oleh manusia yang rusak. Tempat yang mereka duduki dalam hati manusia adalah tempat yang dianggap orang sebagai kedudukan Tuhan. Bukankah ini esensi dari masalahnya? (Ya.) Kita baru saja membahas bahwa asal-usul, motif, titik awal, dan prinsip di balik tindakan manusia, semuanya berasal dari logika Iblis dan tidak sejalan dengan kebenaran. Manusia mencapai sesuatu melalui cara manusia atau melalui karunia mereka dan menjadi terkenal di antara orang-orang lain, dan konsekuensi akhirnya adalah umat manusia mengaitkan semua ini dengan Iblis; sama halnya dengan banyak orang yang sekarang menyembah tokoh-tokoh terkenal dan orang-orang hebat dalam sejarah seperti Konfusius dan Guan Yu. Betapa pun hebatnya perbuatan yang telah dilakukan orang-orang ini, pada dasarnya, Tuhan-lah yang sebenarnya mengatur agar berbagai tokoh ini datang ke dunia ini dan melakukan perbuatan tertentu di zaman yang berbeda. Namun, dalam semua catatan sejarah umat manusia, baik kuno maupun modern, tidak ada satu pun yang memberikan kesaksian tentang perbuatan Sang Pencipta. Hanya Alkitab yang mencatat beberapa unsur dari dua tahap pekerjaan Tuhan di Zaman Hukum Taurat dan di Zaman Kasih Karunia, tetapi bahkan firman Tuhan yang dicatat di sana pun sangat terbatas. Sebenarnya, Tuhan telah menyampaikan banyak firman dan melakukan banyak perbuatan, tetapi apa yang telah dicatat oleh manusia sangatlah terbatas. Sebaliknya, tak terhitung banyaknya buku yang mencatat, memberikan kesaksian, atau memuji orang-orang yang hebat dan terkenal. Bukankah ini memperjelas esensi masalah yang baru saja kita bahas? Kita baru saja menyebutkan bahwa orang-orang hebat dan terkenal sepanjang sejarah telah bertindak untuk diri mereka sendiri; pada dasarnya, mereka bertindak untuk Iblis. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan melaksanakan tugas mereka, melainkan melakukan pengelolaan diri sendiri atau melakukan usaha mereka sendiri. Apa natur dan esensi dari pekerjaan apa pun yang dilakukan manusia di dunia? (Melakukan pengelolaan pribadi.) Mengapa itu dianggap sebagai melakukan pengelolaan pribadi? Apa sumber penyebabnya? Karena mereka memberikan kesaksian bagi Iblis; prinsip dan motivasi mereka dalam bertindak semuanya berasal dari Iblis, dan tidak ada hubungannya dengan kebenaran atau tuntutan Tuhan. Namun, apa natur dari tugas? Ini mengacu pada pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan Tuhan, artinya pekerjaan itu harus didasarkan pada kebenaran, dilaksanakan sesuai dengan prinsip kebenaran, dan dilakukan sejalan dengan tuntutan Tuhan. Alhasil, manusia dapat memberikan kesaksian bagi Tuhan, memiliki ketundukan kepada Tuhan, dan memiliki pengetahuan akan Dia; mereka memiliki pemahaman yang lebih mendalam akan Sang Pencipta dan ketundukan yang lebih tulus kepada-Nya, dan terlebih lagi, mereka dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan. Inilah perbedaan terbesar antara keduanya. Ketika orang melaksanakan tugas mereka sesuai dengan tuntutan Tuhan, hubungan mereka dengan Tuhan menjadi makin normal. Dan dapatkah pekerjaan apa pun yang dilakukan manusia di dunia mencapai efek ini? Tentu saja tidak, akibatnya justru sebaliknya. Makin banyak tahun-tahun yang orang habiskan untuk melakukan pekerjaan duniawi, makin mereka memberontak terhadap Tuhan dan makin mereka menjauh dari-Nya. Makin baik pengelolaan pribadi orang, makin jauh mereka dari Tuhan; makin sukses pengelolaan pribadi orang, makin jauh mereka menyimpang dari tuntutan Tuhan. Oleh karena itu, melaksanakan tugas dan melakukan pekerjaan duniawi memiliki dua natur yang sama sekali berbeda.

Kita baru saja membahas perbedaan antara orang yang melaksanakan tugas dan orang yang melakukan pekerjaan duniawi. Aspek kebenaran apakah yang dimaksudkan oleh diskusi ini untuk membantu agar orang-orang paham? Apa pun tugas yang kauterima, engkau harus melaksanakannya sesuai dengan yang diminta Tuhan. Misalnya, ketika engkau dipilih sebagai pemimpin sebuah gereja, tugasmu adalah melaksanakan pekerjaan seorang pemimpin gereja. Apa yang seharusnya kaulakukan begitu engkau menerima pekerjaan ini sebagai tugasmu? Pertama, ketahuilah bahwa hanya dengan menyelesaikan pekerjaanmu sebagai seorang pemimpin, barulah engkau melaksanakan tugasmu. Engkau tidak melayani sebagai pejabat di dunia luar; jika engkau menjadi seorang pemimpin dan kemudian menganggap dirimu sebagai seorang pejabat, berarti engkau sudah sesat. Namun jika engkau berkata, "Sekarang setelah menjadi pemimpin gereja, aku tidak boleh merendahkan orang lain. Sebaliknya, aku harus menempatkan diriku di bawah yang lainnya, aku harus membuat mereka lebih tinggi dan lebih penting daripadaku," mentalitas ini juga salah; berpura-pura tidak ada gunanya jika engkau tidak memahami kebenaran. Sesungguhnya, tidak ada yang lebih diperlukan selain pemahaman yang benar akan tugasmu. Pertama-tama, engkau harus memahami pentingnya pekerjaan pemimpin gereja: Sebuah gereja bisa saja mempunyai puluhan anggota, dan engkau harus memikirkan cara untuk memimpin orang-orang ini di hadapan Tuhan, serta cara untuk memungkinkan sebagian besar dari mereka memahami kebenaran dan memasuki kenyataan kebenaran. Engkau juga harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyirami dan mendukung mereka yang bersikap negatif dan lemah, membuat mereka berhenti bersikap demikian, serta memungkinkan mereka melaksanakan tugas mereka. Engkau juga harus membimbing semua orang yang mampu melaksanakan tugas agar mereka dapat memahami kebenaran dan memasuki kenyataan, bertindak sesuai prinsip, dan melaksanakan tugas mereka dengan benar sehingga menghasilkan dampak yang lebih besar. Ada orang-orang tertentu yang sudah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun tetapi memiliki kemanusiaan yang cukup jahat, yang selalu mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Orang-orang ini harus dipangkas sesuai kebutuhan; mereka yang dengan keras kepala menolak untuk bertobat harus diberhentikan. Mereka harus ditangani sesuai dengan prinsip dan diatur dengan benar. Ada juga hal yang terpenting dari semuanya: Ada orang-orang di gereja yang memiliki kemanusiaan yang relatif baik dan sedikit kualitas, serta mampu melakukan aspek pekerjaan tertentu; semua orang yang seperti itu harus dibina sesegera mungkin; mereka memerlukan pelatihan agar bisa menjadi kompeten, dan mereka tidak akan mampu melakukan apa pun dengan baik jika tidak pernah menerima pelatihan apa pun. Bukankah ini pekerjaan yang harus segera dilaksanakan dengan baik oleh seorang pemimpin atau pekerja? Jika engkau sudah menjadi pemimpin dan tidak mengingat hal-hal ini, dan tidak melaksanakan pekerjaan dengan cara ini, dapatkah engkau melaksanakan tugasmu dengan baik? (Tidak.) Sebagai seorang pemimpin, penting untuk memilah setiap aspek pekerjaan gereja: Pertama, hal yang terpenting adalah membina orang-orang yang berbakat. Tinggikan mereka yang memiliki kemanusiaan yang baik dan yang memiliki kualitas, serta bina dan latih mereka. Kedua, memimpin saudara-saudari untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan memampukan mereka melakukan perenungan diri, mengenal diri sendiri, membedakan kesesatan dan kekeliruan, mengenali orang, dan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Ini adalah bagian dari jalan masuk kehidupan. Ketiga, memungkinkan mayoritas orang-orang yang dapat melaksanakan tugas mereka untuk benar-benar melakukannya (kecuali orang-orang yang memiliki kemanusiaan yang rendah), dan memastikan bahwa mereka berhasil dalam melaksanakan tugas mereka dan bukan sekadar bertindak asal-asalan. Keempat, segera menangani orang-orang yang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Jika mereka menolak kebenaran pada persekutuan, mereka harus dipangkas. Dan jika sementara itu mereka tetap tidak bertobat, mereka harus diasingkan untuk merenung, dan bahkan dapat diberhentikan atau dikeluarkan. Kelima, memampukan umat pilihan Tuhan untuk mengenali para pengikut yang bukan orang percaya, para pemimpin palsu, dan antikristus, memastikan bahwa mereka tidak disesatkan dan dapat sesegera mungkin masuk ke jalan yang benar dalam percaya kepada Tuhan. Kelima poin di atas itu penting dan merupakan tugas yang melekat pada kepemimpinan. Orang yang memenuhi kelima aspek pekerjaan ini adalah pemimpin gereja yang berkualitas. Selain itu, keadaan khusus juga harus ditangani dengan benar. Misalnya, sikap negatif dan kelemahan orang mungkin sifatnya sementara, dan engkau harus memperlakukannya dengan tepat. Engkau tidak boleh membuat penilaian yang menggeneralisasi; jika seseorang sementara waktu bersikap negatif dan engkau melabelinya sebagai "orang yang sangat negatif" atau "selalu negatif" dan mengatakan bahwa Tuhan tidak lagi menginginkannya, itu tidaklah tepat. Di samping itu, setiap orang harus melakukan perannya masing-masing dan berkontribusi sesuai dengan kemampuannya. Pengaturan untuk pelaksanaan tugas harus dibuat dengan tepat berdasarkan karunia, bakat, kualitas, usia, dan berapa lama mereka sudah percaya kepada Tuhan. Pendekatan ini harus disesuaikan dengan berbagai jenis orang agar mereka mampu melaksanakan tugas mereka di rumah Tuhan dan memaksimalkan fungsi mereka. Jika engkau selalu mempertimbangkan semua itu dalam benakmu, akan timbul rasa tanggung jawab dalam dirimu, dan engkau akan selalu fokus mengamati. Mengamati apa? Bukan mengamati orang yang berparas elok agar engkau dapat lebih banyak berinteraksi dengannya; bukan mengamati orang yang menurutmu buruk rupa supaya engkau dapat mengeluarkannya; bukan mengamati orang yang tampaknya memiliki kemampuan dan status supaya engkau dapat mengambil hatinya; dan pastinya bukan mengamati orang yang tidak membungkuk kepadamu supaya engkau bisa mencoba menghukumnya. Bukan mengamati mereka semua. Jadi, apa yang harus kauamati? Engkau harus menilai orang berdasarkan firman Tuhan, berdasarkan sikap serta tuntutan Tuhan terhadap berbagai jenis orang, dan memperlakukan mereka berdasarkan prinsip; ini sejalan dengan kebenaran. Pertama, kelompokkan semua jenis orang di gereja: masukkan orang-orang yang berkualitas baik dan mampu menerima kebenaran ke dalam satu kelompok, orang-orang yang berkualitas buruk dan tidak mampu menerima kebenaran ke dalam kelompok yang lain, orang-orang yang mampu melaksanakan tugas mereka ke dalam satu kelompok, dan orang-orang yang belum mampu melaksanakan tugas mereka ke dalam kelompok yang lain. Terakhir, para pengikut yang bukan orang percaya yang selalu mengeluh, menyebarkan gagasan, terjerumus ke dalam hal-hal negatif, dan menimbulkan kekacauan juga harus ditempatkan ke dalam kelompok yang sama. Setelah mengelompokkan semua orang dan memahami secara menyeluruh keadaan yang sebenarnya dari tiap-tiap kelompok berdasarkan firman Tuhan, melihat dengan jelas siapa yang dapat diselamatkan dan siapa yang tidak, engkau akan mampu mengerti segala jenis orang; engkau akan memahami maksud Tuhan, dan tahu siapa yang ingin Tuhan selamatkan dan siapa yang ingin Tuhan singkirkan. Bukankah semua ini muncul karena rasa tanggung jawabmu? Bukankah ini sikap yang benar terhadap tugas? Jika engkau memiliki sikap yang benar ini, dan rasa tanggung jawab muncul dalam dirimu, engkau akan mampu melakukan pekerjaanmu dengan baik. Jika engkau tidak memperlakukan tugasmu seperti itu dan justru memandang pelaksanaan tugasmu seolah-olah engkau menduduki jabatan resmi, dengan selalu berpikir, "Menjadi seorang pemimpin itu seperti memegang jabatan; ini adalah berkat dari Tuhan! Karena sekarang aku punya status, orang-orang harus mendengarkanku, dan itu bagus!" jika engkau berpikir bahwa menjadi seorang pemimpin itu sama dengan menjadi pejabat, berarti engkau berada dalam masalah. Engkau pasti akan memimpin dengan gaya pejabat dan berdasarkan cara kerja pejabat; kalau begitu, dapatkah engkau melaksanakan pekerjaan gereja dengan benar? Dengan pandangan seperti itu, sudah pasti engkau akan disingkapkan dan disingkirkan. Engkau akan selalu membayangkan dirimu sebagai seorang pejabat, yang dikelilingi oleh orang-orang di mana pun engkau berada, dan mereka akan menuruti apa pun yang kaukatakan. Engkau juga akan berhak menjadi orang pertama yang mendapatkan manfaat apa pun di gereja. Apa pun pekerjaan gereja, engkau hanya perlu memberikan perintah tanpa harus melakukannya sendiri. Pola pikir macam apa ini? Bukankah ini menikmati manfaat dari status? Bukankah ini watak yang rusak? Semua orang yang tidak mengejar kebenaran melaksanakan tugasnya berdasarkan watak Iblis. Banyak pemimpin dan pekerja sudah disingkapkan dan disingkirkan karena selalu melaksanakan tugas mereka berdasarkan watak Iblis, tanpa menerima sedikit pun kebenaran. Saat ini, ada pemimpin-pemimpin yang masih berperilaku seperti ini. Setelah menjadi pemimpin, mereka merasa sangat gembira di dalam hati, dan sedikit berpuas diri. Perasaan itu sulit dilukiskan, tetapi bagaimanapun, mereka pikir mereka sudah berlaku sangat baik. Namun kemudian, mereka merenung, "Aku tidak boleh sombong. Kesombongan adalah tanda kecongkakan, dan kecongkakan adalah awal kegagalan. Aku harus rendah hati." Dari luar, mereka tampak bertindak rendah hati dan mengatakan kepada semua orang bahwa mereka sudah ditinggikan oleh Tuhan, ini adalah amanat dari-Nya, dan mereka tidak punya pilihan selain melakukan itu. Namun, di dalam hati mereka diam-diam bersukacita: "Akhirnya, aku dipilih. Siapa bilang kualitasku tidak baik? Jika kualitasku buruk, bagaimana mungkin aku dipilih? Mengapa bukan orang lain yang dipilih? Sepertinya aku memiliki keunggulan dibandingkan yang lainnya." Itulah hal pertama yang mereka pikirkan ketika mendapatkan tugas ini. Mereka tidak merenungkan, "Sekarang tugas ini telah menjadi tanggung jawabku, lalu bagaimana aku harus melaksanakannya? Siapa yang sudah melakukan pekerjaan dengan baik di masa lalu yang harus kujadikan contoh? Apa tuntutan Tuhan untuk pelaksanaan tugas ini? Adakah tuntutan seperti itu dalam pengaturan kerja gereja? Dahulu aku tidak pernah khawatir tentang aspek-aspek pekerjaan gereja ini, tetapi sekarang setelah dipilih menjadi pemimpin, apa yang harus kulakukan?" Sebenarnya, selama engkau memiliki tekad dan dapat mencari kebenaran, pasti akan ada jalan. Jika engkau memperlakukan pekerjaan itu sebagai tugasmu, akan mudah untuk melakukannya dengan baik. Ada orang-orang yang menjadi pemimpin dan berkata, "Orang-orang ini sekarang dipercayakan kepadaku? Bagaimana mereka berkumpul dan pengaturan kerja mereka akan ditentukan olehku? Ya ampun, sekarang aku merasakan beban yang berat di hatiku." Apa yang tersirat dari kata-kata ini? Seolah-olah mereka dapat melakukan hal-hal besar; itu semua hanyalah omong kosong dan doktrin. Bukankah orang seperti ini sedikit munafik? Adakah di antaramu yang pernah berkata seperti itu? (Ya.) Kalau begitu, engkau juga cukup munafik. Namun demikian, wajar jika orang berperilaku seperti itu. Bahkan mereka yang menjadi pejabat rendahan pun sedikit berlagak. Mereka tiba-tiba merasa nilai pribadi mereka meningkat dan, begitu mencicipi nikmatnya status, ketenaran, dan keuntungan, hati mereka bergejolak bagaikan lautan yang bergelora, dan mereka menjadi seperti orang yang berbeda. Watak rusak dan keinginan yang berlebihan, semuanya muncul. Setiap orang mempunyai perilaku yang negatif dan pasif ini. Perilaku ini adalah kesamaan di antara umat manusia yang rusak. Siapa pun yang merupakan manusia rusak memilikinya. Setelah menjadi pemimpin, ada orang-orang yang tidak lagi yakin bagaimana seharusnya mereka berjalan; ada pula yang tidak yakin bagaimana seharusnya mereka berbicara kepada orang lain. Tentu saja, ini bukan karena ketakutan bahwa mereka tidak yakin bagaimana seharusnya mereka berbicara, melainkan karena tidak yakin bagaimana seharusnya seorang pemimpin berperilaku. Adapun yang lainnya, setelah menjadi pemimpin, mereka tidak yakin apa yang harus mereka makan atau kenakan. Ada berbagai macam perilaku. Adakah di antaramu yang memperlihatkan perilaku seperti ini? Pada tingkat yang berbeda-beda, engkau semua pasti melakukannya. Jadi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan dan perilaku seperti ini? Satu atau dua tahun, tiga atau lima tahun, atau sepuluh tahun? Itu tergantung pada tekad orang dalam mengejar kebenaran dan sampai sejauh mana mereka melakukannya.

Dalam proses mengejar kebenaran, pemahaman sebagian orang mengenai kebenaran berbanding lurus dengan jalan masuk mereka; keduanya setara. Mereka dapat masuk ke dalam kebenaran sesuai dengan berapa banyak yang dapat mereka pahami; kedalaman pemahaman mereka akan kebenaran juga merupakan kedalaman jalan masuk mereka, juga kedalaman pengertian, perasaan, dan pengalaman mereka. Namun, ada orang-orang yang memahami banyak doktrin, tetapi penerapan dan jalan masuk mereka sama sekali tidak ada. Oleh karena itu, kendati sudah mendengarkan banyak khotbah, mereka tidak pernah mampu mengatasi kesulitan batin mereka. Ketika diperhadapkan pada masalah kecil, sisi buruk mereka langsung muncul, dan mereka tidak dapat mengendalikannya, tidak peduli seperti apa pun mereka mencoba; seperti apa pun mereka menyamarkannya, kerusakan mereka tetap tersingkap. Mereka tetap tidak mampu menerima kebenaran atau mencari kebenaran untuk mendapatkan solusi. Mereka bahkan belajar bermuka dua, menipu, dan berpura-pura baik. Selama ini, mereka tidak menyingkirkan watak rusak mereka dan tidak berubah; ini adalah akibat dari tidak mengejar kebenaran. Jadi, kesimpulannya, semuanya kembali ke kalimat yang sama: Mengejar kebenaran sangatlah penting. Hal yang sama berlaku untuk pelaksanaan tugas. Apa pun tugas yang kauterima, apa pun tugas yang menjadi tanggung jawabmu, entah itu tugas yang membutuhkan tanggung jawab berat atau tugas yang lebih ringan, atau bahkan jika tugas itu tidak terlalu menonjol, jika engkau mampu mencari kebenaran dan memperlakukan tugas sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, engkau akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik. Di samping itu, dalam proses pelaksanaan tugas, engkau akan mengalami berbagai tingkat pertumbuhan, baik pada jalan masuk kehidupan maupun perubahan watak. Namun, jika engkau tidak mengejar kebenaran dan hanya memperlakukan tugasmu sebagai pengelolaanmu sendiri, tugasmu sendiri, atau memperlakukannya sebagai pekerjaan pilihan atau pekerjaan pribadimu sendiri, engkau berada dalam masalah. Memperlakukan tugas sebagai urusanmu sendiri dan memperlakukan tugas sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran adalah hal yang berbeda. Ketika engkau memperlakukan tugasmu sebagai pengelolaanmu sendiri, apa yang kaukejar? Engkau mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, mengharapkan orang lain untuk memenuhi tuntutanmu. Bagaimana hasil akhirnya jika engkau melaksanakan tugas dengan cara ini? Di satu sisi, pelaksanaan tugas dengan cara ini tidak akan memenuhi standar; itu adalah usaha yang sia-sia. Sekalipun engkau tampak mengerahkan upaya yang besar, engkau belum mencari kebenaran, sehingga tugasmu akan berhasil buruk, dan Tuhan tidak akan berkenan. Di sisi lain, engkau akan sering melakukan pelanggaran, sering mengacau dan mengganggu, serta sering melakukan kesalahan yang menghasilkan konsekuensi yang merugikan. Sekarang banyak orang yang gagal dalam melaksanaan tugas. Mereka bertindak semaunya dan sewenang-wenang, pada dasarnya tidak mencapai hasil sama sekali, dan kadang-kadang bahkan menyebabkan kerugian pada pekerjaan gereja. Melaksanakan tugas dengan cara seperti itu sungguh mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja; itu adalah perilaku orang yang benar-benar jahat. Mereka yang selalu melaksanakan tugas dengan asal-asalan harus disingkapkan supaya mereka bisa merenungkan diri. Jika mereka benar-benar dapat merenungkan diri, menyadari kesalahan mereka, dan membenci diri sendiri, mereka dapat bertahan dan terus melaksanakan tugas mereka. Namun, jika mereka tidak pernah mengakui kesalahan mereka dan tetap membela serta membenarkan diri, mengeklaim bahwa tidak ada kasih di rumah Tuhan dan mereka diperlakukan tidak adil, ini menandakan bahwa mereka keras kepala dan tidak mau bertobat, dan mereka harus dikeluarkan dari gereja. Apa sumber penyebab kekacauan dan gangguan yang diperbuat orang-orang ini? Apakah karena mereka sengaja berencana untuk mengacau dan mengganggu? Tidak, alasan utamanya adalah karena mereka tidak mencintai kebenaran sama sekali, dan kemanusiaan mereka sangat buruk. Sebagian dari orang-orang ini mempunyai kualitas dan dapat memahami kebenaran, tetapi mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun, apalagi menerapkannya. Kemanusiaan mereka sangat tercela. Apa pun tugas yang mereka laksanakan, mereka selalu menyebabkan kekacauan dan gangguan, merusak pekerjaan gereja, dan mendatangkan banyak akibat buruk dengan pengaruh yang mengerikan. Tak diragukan lagi bahwa orang-orang ini adalah para pengikut yang bukan orang percaya, dan mereka semua adalah orang jahat. Inilah alasan utama mengapa mereka disingkirkan. Sekarang, kebanyakan orang dapat mengenali para pengikut yang bukan orang percaya. Mereka merasa marah ketika melihat berbagai perilaku individu-individu ini. Bagaimana orang-orang itu bisa dianggap percaya kepada Tuhan? Mereka adalah antek-antek Iblis, yang diutus untuk mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Ada orang-orang yang benar-benar "parasit", yakni mereka yang suka hidup enak dan benci kerja; mereka tidak mau melakukan pekerjaan apa pun tetapi tetap ingin makan enak setiap hari. Bukankah mereka itu parasit? Mereka bahkan lebih rendah dari anjing penjaga. Dengan demikian, orang-orang ini telah disingkirkan. Orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah orang yang bersedia dan bersemangat untuk melaksanakan tugasnya. Meskipun sebagian besar orang tidak tahu apa sebenarnya arti tugas, setidaknya mereka tahu di dalam hati bahwa orang harus melaksanakan tugas, dan mereka bersedia melakukannya. Namun, apakah bersedia melaksanakan tugas berarti bahwa orang itu menerapkan kebenaran? Apakah kesediaan batin ini berarti bahwa orang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik? Sama sekali tidak. Orang harus menerapkan kebenaran dan memenuhi standar bertindak sesuai dengan prinsip agar dapat dianggap sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebelum engkau menerapkan kebenaran, sebesar apa pun iman yang menurutmu kaumiliki, atau sebesar apa pun semangat dan kesediaan yang menurutmu kaumiliki—sanggup mempertaruhkan nyawa, tak ragu melintasi segala rintangan—ini semua sekadar slogan yang tak ada gunanya. Berdasarkan kesediaan ini, engkau juga harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Engkau berkata, "Aku tidak terlalu mencintai kebenaran, aku juga tidak mengejarnya, dan watakku tidak banyak berubah ketika aku melaksanakan tugasku. Namun, ada satu hal yang telah kupegang teguh: Aku melakukan apa pun yang diperintahkan kepadaku. Aku tidak menyebabkan kekacauan ataupun gangguan; aku mungkin tidak mampu mencapai ketundukan, tetapi aku sungguh mendengarkan." Bukankah orang yang dapat melakukan ini bisa tetap tinggal di gereja dan melaksanakan tugasnya dengan normal? Namun, orang-orang jahat dan para pengikut yang bukan orang percaya yang telah dikeluarkan itu bahkan tidak dapat memenuhi persyaratan terendah ini, dan mereka bahkan menimbulkan gangguan. Orang-orang jahat atau para pengikut yang bukan orang percaya seperti itu tidak boleh dibiarkan tetap tinggal di gereja untuk melaksanakan tugas mereka. Umat pilihan Tuhan harus mengenali orang-orang jahat dan para pengikut yang bukan orang percaya; jika tidak, mereka akan mudah disesatkan oleh orang-orang itu. Siapa pun yang memiliki hati nurani dan nalar harus bersikap menolak orang-orang jahat serta para pengikut yang bukan orang percaya.

Aspek terpenting dalam kepercayaan seseorang kepada Tuhan adalah pelaksanaan tugasnya. Pertama, orang harus memahami apa itu tugas, dan kemudian secara bertahap memperoleh pengalaman dan pemahaman sejati mengenainya. Sikap apa yang setidaknya harus dimiliki orang terhadap tugasnya? Jika engkau berkata, "Rumah Tuhan memberikan tugas ini kepadaku, maka ini adalah tugasku. Aku boleh berbuat sesukaku, karena ini adalah urusanku dan tak seorang pun boleh ikut campur," apakah sikap ini dapat diterima? Sama sekali tidak. Jika engkau bersikap seperti ini saat melaksanakan tugas, berarti engkau dalam masalah, karena sikapmu tidak sejalan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Sikapmu adalah melakukan apa pun yang kauinginkan dan bukan mencari kebenaran, apalagi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Jika orang terlalu keras kepala, mereka akan agak lalai dalam melakukan pekerjaan yang semestinya saat melaksanakan tugas mereka. Sikap apa yang harus dimiliki orang ketika melaksanakan tugas? Mereka harus memiliki keinginan untuk tunduk kepada Tuhan dan memuaskan-Nya. Jika mereka tidak menyelesaikan amanat yang telah Tuhan percayakan kepada mereka, mereka merasa sudah mengecewakan Tuhan; dan jika mereka belum melaksanakan tugas dengan baik, mereka merasa tidak layak disebut manusia. Memiliki sikap seperti ini saat melaksanakan tugas akan membuatmu setia. Untuk melaksanakan tugas dengan baik, pertama-tama engkau harus tahu apa yang Tuhan tuntut, mencari kebenaran, dan mencari prinsip. Begitu engkau sudah tahu pasti bahwa amanat yang Tuhan berikan kepadamu adalah tugasmu, engkau harus mencarinya dengan berpikir, "Bagaimana aku dapat melaksanakan tugasku dengan baik? Prinsip kebenaran manakah yang harus kuterapkan? Apa yang Tuhan tuntut dari manusia? Pekerjaan apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku harus bertindak agar dapat menjadi orang yang setia dan menjalankan tanggung jawabku?" Kepada siapakah engkau setia? Kepada Tuhan. Engkau harus setia kepada Tuhan dan melaksanakan tanggung jawabmu terhadap orang lain. Engkau harus melaksanakan tugasmu sesuai dengan firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran, serta berpegang teguh pada tugasmu. Apakah artinya berpegang teguh pada tugas? Misalnya, jika suatu tugas sudah diberikan kepadamu selama satu atau dua tahun, tetapi, sejauh ini, tidak ada seorang pun yang mengecek pekerjaanmu, apakah yang harus engkau lakukan? Jika tidak ada seorang pun yang mengecek pekerjaanmu, apakah itu berarti tugas itu sudah tidak ada? Bukan. Jangan pikirkan apakah ada orang yang mengecek pekerjaanmu atau menginspeksi apa yang engkau lakukan; tugas ini dipercayakan kepadamu, jadi itu adalah tanggung jawabmu. Engkau harus memikirkan bagaimana pekerjaan ini seharusnya dilakukan dan bagaimana agar dapat dilakukan dengan baik, dan begitulah seharusnya caramu melakukannya. Jika engkau selalu menunggu orang lain untuk memeriksamu, untuk mengawasi dan mendorongmu, apakah ini sikap yang seharusnya kaumiliki dalam tugasmu? Sikap macam apa ini? Ini adalah sikap negatif; ini bukanlah sikap yang seharusnya kaumiliki dalam melaksanakan tugasmu. Jika engkau bersikap seperti ini, pelaksanaan tugasmu pasti tidak akan memadai. Agar dapat melaksanakan tugasmu secara memadai, pertama-tama engkau harus memiliki sikap yang benar, dan sikapmu harus sejalan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ini adalah satu-satunya cara untuk menjamin bahwa engkau melaksanakan tugasmu dengan baik.

Sekarang persekutuan kita mengenai apa itu tugas, sikap orang terhadap tugas, juga perbedaan antara melaksanakan tugas dan melakukan pekerjaan duniawi apa pun akan berakhir di sini. Engkau semua harus merenungkan apa yang sudah kita persekutukan. Misalnya, mengapa kita membahas hubungan antara melaksanakan tugas dan melakukan pengelolaan pribadi? Apa hasil yang diharapkan dengan membahas topik-topik ini? Sisi positifnya, pembahasan ini dapat membekali orang dengan jalan, arah, dan prinsip-prinsip yang benar dalam pelaksanaan tugas mereka. Sisi negatifnya, pembahasan ini juga dapat membantu orang mengenali perilaku mana yang dianggap melakukan pengelolaan pribadi. Kedua aspek ini saling berhubungan sekaligus berbeda satu sama lain. Memahami kedua sisi ini bukan berarti memahami kata-kata kebenaran, melainkan engkau harus memahami keadaan dan perwujudan mana yang terlibat. Setelah memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai keadaan serta perwujudan ini dan dapat mengenalinya, di lain waktu engkau menunjukkan keadaan dan perwujudan yang tidak benar ini, jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, engkau akan mencari kebenaran untuk mendapatkan jalan keluar dari sini. Jika tidak memahami aspek kebenaran ini, engkau mungkin akan melakukan pengelolaan pribadi dengan berpikir bahwa engkau mengorbankan diri untuk Tuhan, dan bahkan percaya bahwa engkau sangat setia dan sedang melaksanakan tugasmu. Konsekuensi seperti itu akan muncul karena engkau tidak memahami kebenaran. Misalnya, selama proses pelaksanaan tugas, saat sebagian pemikiran dan caramu, serta maksud dan motif di balik tindakanmu, terungkap, engkau sadar bahwa engkau tidak sedang melaksanakan tugasmu dan sudah menyimpang dari prinsip serta cakupan pelaksanaan tugas; naturnya sudah berubah, dan sebenarnya engkau sedang melakukan pengelolaan pribadi. Hanya ketika engkau memahami kebenaran ini, barulah engkau dapat menemukan jalan keluar dari sini dan mengakhiri pemikiran, tindakan, dan perwujudan seperti itu. Akan tetapi, jika engkau tidak memahami kebenaran dan melakukan pengelolaan pribadimu sendiri saat melaksanakan tugasmu, engkau tidak akan menyadari kenyataan bahwa engkau sudah melanggar prinsip. Seperti Paulus, misalnya; setelah bekerja dan sibuk kian kemari selama bertahun-tahun, pada akhirnya dia berteriak kepada Tuhan, dengan berkata, "Jika Engkau tidak memberiku mahkota, berarti Engkau bukanlah Tuhan!" Lihatlah, dia masih bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Jika orang-orang zaman sekarang telah memahami kebenaran tetapi tetap mengikuti jalan Paulus, mereka bukanlah orang yang mencintai kebenaran. Jika engkau adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, memahami kebenaran sangatlah penting bagimu. Tanpa memahami kebenaran, engkau pasti hidup berdasarkan watak Iblis. Paling-paling, engkau hanya akan mematuhi beberapa aturan dan menghindarkan diri agar tidak melakukan perbuatan yang jelas-jelas salah, sementara masih berpikir bahwa engkau sedang menerapkan kebenaran. Itu sangatlah menyedihkan. Jadi, jika orang ingin mengejar kebenaran dan bertujuan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, pertama-tama mereka harus memahami kebenaran. Tujuan memahami kebenaran adalah agar orang dapat secara akurat memahami orang lain dan peristiwa, dapat mengenali sesuatu, memiliki prinsip dalam bertindak, memiliki jalan penerapan, dan mencapai ketundukan kepada Tuhan. Ketika memahami kebenaran, engkau dapat mengenali segala jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, memilih jalan penerapan yang benar, berbicara serta bertindak sesuai dengan prinsip, menyingkirkan watak rusak, dan mencapai ketundukan kepada Tuhan. Jika tidak memahami kebenaran, engkau pasti akan menempuh jalan yang salah, engkau tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan, dan engkau tidak akan dapat diselamatkan. Ada orang-orang yang sangat pandai menyamarkan diri, tampil seolah-olah mereka mengejar kebenaran, tetapi mereka tidak memiliki prinsip dalam tindakan mereka, dan semua yang mereka lakukan menyebabkan kekacauan dan gangguan, menimbulkan banyak masalah bagi pekerjaan gereja; orang-orang seperti itu tidak dapat diselamatkan. Oleh karena itu, tujuan dari sering mendengarkan khotbah dan sering makan dan minum firman Tuhan bukanlah untuk keterlibatan yang dangkal atau memuaskan hati, juga bukan untuk membekali diri dengan doktrin atau menerapkan kefasihan, melainkan untuk membekali diri dengan kebenaran dan mencapai pemahaman akan kebenaran. Apa yang baru saja kita bahas sebenarnya tidak terlalu mendalam kaitannya dengan kebenaran tentang mengenal Tuhan; itu adalah kebenaran yang paling mendasar. Pemahaman orang tentang kebenaran terbatas dan bervariasi tingkat kedalamannya, dan pemahaman ini bergantung pada kualitas individu. Ada orang-orang yang memahaminya secara lebih mendalam; artinya, mereka memiliki kemampuan pemahaman. Orang lain memahaminya secara dangkal. Terlepas dari kedalaman pemahaman orang, yang paling penting adalah penerapan kebenaran. Namun, kebenaran tidak dapat dibagi menjadi besar atau kecil, mulia atau hina, juga tidak dapat dibagi menjadi dalam atau dangkal. Artinya, kebenaran dapat diklasifikasikan sebagai yang paling mendasar atau yang paling sederhana, tetapi kebenaran tidak dapat dibagi berdasarkan tingkat kedalamannya; hanya saja, orang-orang memahami dan mengalaminya hingga kedalaman yang berbeda-beda. Apa pun yang menyangkut esensi kebenaran sama mendalamnya dan bukan sesuatu yang dapat dialami atau dimiliki sepenuhnya oleh siapa pun. Apa pun aspek kebenarannya, orang harus mulai dari lapisan yang paling dangkal dalam pemahaman dan penerapan mereka, dan kemudian secara bertahap berkembang dari yang dangkal ke yang dalam, mencapai pemahaman sejati akan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan. Bagian yang paling dangkal dari kebenaran adalah apa yang dapat dipahami secara harfiah. Jika orang tidak dapat menerapkan atau masuk ke dalamnya, berarti mereka hanya memahami kata-kata dan doktrin. Memahami kata-kata dan doktrin saja tidak memenuhi standar dari esensi kebenaran. Orang yang tidak memahami kebenaran selalu menganggap kemampuan untuk menjelaskan makna harfiah sebagai memahami kebenaran; ini adalah ketidaktahuan manusia. Jika dalam menerapkan kebenaran engkau sekadar mengikuti aturan dan menerapkannya secara kaku tanpa prinsip apa pun, jangan berpikir bahwa engkau sedang menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan; engkau masih jauh dari itu. Jika engkau terus menerapkan dan mengalaminya selama beberapa tahun lagi, serta menemukan jauh lebih banyak terang, yang akan cukup bagimu untuk menerapkan dan mengalaminya selama beberapa bulan atau tahun lagi, dan kemudian, dengan lebih banyak pengalaman, engkau dapat menemukan terang yang lebih baru, yang berkembang seperti ini dari dangkal menjadi dalam, selangkah demi selangkah, berarti engkau sudah sepenuhnya masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Hanya orang yang sudah sepenuhnya masuk ke dalam kenyataan kebenaranlah yang sudah memperoleh kebenaran. Sekalipun suatu hari engkau hidup dalam kenyataan kebenaran, dan dapat dikatakan bahwa engkau sudah memperoleh kebenaran, sebenarnya apa yang telah kaualami dan ketahui masih terbatas. Engkau tidak dapat mengatakan bahwa engkau adalah kebenaran, dan engkau juga tidak dapat menyatakan seperti Paulus, "bagiku hidup adalah Kristus" (Filipi 1:21), karena kebenaran itu terlalu mendalam, dan apa yang dapat dialami serta dipahami orang selama beberapa dekade masa hidupnya sangatlah terbatas. Jadi, jelas, orang dapat memahami kebenaran hingga taraf tertentu, tetapi memperoleh kebenaran sama sekali bukan perkara yang mudah. Jika orang tidak dapat memahami atau menerapkan kebenaran yang paling dangkal sekalipun, berarti orang itu tidak mencintai kebenaran, dan jelas tidak memiliki pemahaman rohani; orang-orang yang jauh dari kebenaran tidak dapat diselamatkan. Orang yang tidak pernah memahami kebenaran tidak dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik; mereka adalah sampah masyarakat, binatang buas dalam rupa manusia. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka memahami kebenaran hanya karena memahami beberapa doktrin. Jika mereka benar-benar memahami kebenaran, lalu mengapa mereka tidak dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik? Mengapa mereka tidak memiliki prinsip dalam tindakan mereka? Ini menunjukkan bahwa memahami doktrin itu tidak ada gunanya; memahami lebih banyak doktrin tidak berarti memahami kebenaran.

Setelah mempersekutukan topik tentang tugas, kini kita akan beralih ke masalah pelaksanaan tugas yang memadai. Sehubungan dengan pelaksanaan tugas yang memadai, penekanannya terletak pada kata "memadai". Jadi, bagaimana seharusnya "memadai" ini didefinisikan? Dalam hal ini pun, ada kebenaran yang perlu dicari. Apakah memadai berarti sekadar melakukan pekerjaan yang lumayan? Untuk detail yang spesifik tentang bagaimana memahami dan memandang kata "memadai", engkau harus memahami banyak kebenaran dan bersekutu lebih banyak tentang kebenaran. Seiring pelaksanaan tugasmu, engkau harus memahami kebenaran dan prinsip-prinsip; baru sesudah itu engkau dapat mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Mengapa orang harus melaksanakan tugas mereka? Sesudah percaya kepada Tuhan dan menerima amanat-Nya, orang memiliki bagian tanggung jawab dan kewajiban dalam pekerjaan di rumah Tuhan dan di lapangan pekerjaan Tuhan, dan, pada gilirannya, karena tanggung jawab dan kewajiban ini, mereka sudah menjadi unsur dalam pekerjaan Tuhan—seorang dari penerima pekerjaan-Nya dan seorang dari penerima penyelamatan-Nya. Jadi, ada hubungan yang sangat substansial antara keselamatan orang dan bagaimana orang itu melaksanakan tugasnya, apakah dia dapat melakukannya dengan baik, dan apakah dia dapat melakukannya secara memadai. Karena engkau sudah menjadi bagian dari rumah Tuhan dan menerima amanat-Nya, engkau sekarang memiliki tugas. Engkau tidak berhak untuk mengatakan bagaimana seharusnya tugas ini dilaksanakan; Tuhan-lah yang berhak untuk mengatakannya; kebenaranlah yang berhak mengatakannya; dan itu ditentukan oleh standar kebenaran. Oleh karena itu, manusia hendaknya tahu, mengerti, dan memahami dengan jelas bagaimana Tuhan mengukur tugas manusia, dan berdasarkan apa Dia mengukurnya. Ini adalah hal yang patut dicari. Dalam pekerjaan Tuhan, beragam orang menerima beragam tugas. Artinya, orang-orang dengan karunia, kualitas, usia, dan kondisi yang berbeda-beda menerima tugas yang berbeda pada waktu yang berbeda. Tugas apa pun yang telah kauterima, dan kapan pun atau dalam keadaan apa pun engkau menerimanya, tugasmu hanyalah tanggung jawab dan kewajiban yang harus kaulaksanakan, bukan pengelolaanmu, apalagi urusanmu. Standar yang Tuhan tuntut padamu dalam melaksanakan tugas adalah "memadai". Apa yang dimaksud dengan "memadai"? Yakni memenuhi tuntutan Tuhan dan memuaskan-Nya. Tuhan harus mengatakan bahwa pelaksanaan tugasmu memadai dan engkau harus menerima perkenanan-Nya. Hanya dengan demikianlah engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan memadai. Jika Tuhan berfirman bahwa pelaksanaan tugasmu tidak memadai, berapa lama pun engkau telah melaksanakan tugasmu, atau berapa pun harga yang sudah kaubayar, semua itu tetap tidak memadai. Lalu apa hasilnya? Semua itu akan dikelompokkan sebagai jerih payah. Hanya sebagian kecil dari orang-orang berjerih payah yang berhati setia yang akan diselamatkan. Jika tidak setia dalam berjerih payah, mereka tidak punya harapan untuk diselamatkan. Bahasa kasarnya, mereka akan binasa dalam bencana. Jika orang tidak pernah memenuhi standar dalam melaksanakan tugasnya, haknya untuk melaksanakan tugas akan dicabut. Setelah hak ini dicabut, sebagian orang akan ditolak. Setelah ditolak, orang akan ditangani dengan cara lain. Apakah "ditangani dengan cara lain" ini berarti disingkirkan? Belum tentu. Tuhan terutama melihat apakah orang bertobat atau tidak. Oleh karena itu, caramu melaksanakan tugasmu sangatlah penting, dan orang harus menanggapinya dengan serius dan bersungguh-sungguh. Karena pelaksanaan tugasmu berhubungan langsung dengan jalan masuk kehidupan dan jalan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, juga dengan masalah besar seperti diselamatkan dan disempurnakan, engkau harus memperlakukan pelaksanaan tugasmu sebagai tugas yang terutama dan terpenting ketika percaya kepada Tuhan. Engkau tidak boleh bingung mengenainya. Dalam proses pelaksanaan tugas, beragam orang akan menunjukkan berbagai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku yang berbeda-beda ini bukan hanya terlihat oleh manusia, melainkan juga oleh Tuhan. Bukan hanya gereja yang menilai dan mengevaluasi; pada akhirnya, Tuhan juga akan menilai dan mengevaluasi semua orang yang melaksanakan tugas mereka. Ada orang-orang yang pada dasarnya memenuhi standar, sementara yang lainnya sama sekali tidak memadai. Orang-orang yang tidak memadai akan tetap diawasi, sementara yang lainnya sudah dikelompokkan secara pasti oleh Tuhan. Siapa saja orang-orang yang dianggap tidak memadai oleh Tuhan? Mereka adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak memiliki hati nurani serta nalar, yang selalu melaksanakan tugas mereka secara asal-asalan. Sebanyak apa pun kasih karunia Tuhan yang mereka nikmati, mereka tidak tertarik untuk membalasnya dan tidak memiliki rasa syukur. Tentu saja, ini pada dasarnya mencakup orang-orang jahat juga. Dapat dikatakan bahwa siapa pun yang memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak memiliki hati nurani serta nalar melaksanakan tugasnya secara tidak memadai. Mereka yang jelas-jelas jahat pasti akan melakukan tindakan jahat yang tak terhitung banyaknya saat melaksanakan tugas mereka. Selama tidak dikeluarkan, mereka akan terus melakukan kejahatan. Orang-orang seperti ini harus segera dikeluarkan. Tentu saja, ada juga orang-orang yang tampak memiliki kemanusiaan dan sepertinya bukan orang jahat, tetapi mereka melaksanakan tugas dengan asal-asalan dan tidak membuahkan hasil. Setelah mereka dipangkas dan menerima persekutuan tentang kebenaran, semua akan bergantung pada cara mereka melaksanakan tugas pada akhirnya dan apakah mereka sudah benar-benar bertobat atau belum. Tuhan masih menanti dan mengamati orang-orang seperti itu. Adapun mereka yang memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak memiliki hati nurani serta nalar, juga mereka yang jelas-jelas jahat, Tuhan telah menentukan keputusan akhir bagi mereka: Mereka harus disingkirkan sepenuhnya.

Selanjutnya, mari kita bersekutu tentang apa saja perwujudan dari pelaksanaan tugas yang tidak memadai. Aku akan mempersekutukan satu contoh terlebih dahulu, dan engkau semua akan dapat mengerti apakah orang ini melaksanakan tugasnya dengan memadai dan sesuai dengan tuntutan Tuhan. Ada seseorang yang dipilih menjadi pemimpin di gereja dan dijamu oleh suatu keluarga yang setengah percaya, di mana sebagian anggota keluarganya adalah orang percaya dan sebagian lainnya tidak. Namun, mereka semua mempunyai satu sifat khas, yaitu mereka sangat mahir membaca suasana hati dan menyanjung orang-orang yang berkuasa. Apa dampak yang tanpa sengaja ditimbulkan oleh sifat ini terhadap si pemimpin? (Sifat ini akan menimbulkan pencobaan.) Sifat ini menimbulkan pencobaan. Apakah ini suatu berkat atau kemalangan baginya? Masih belum diketahui apakah ini suatu berkat atau kemalangan; mari kita lanjutkan. Setelah menerima kedatangan si pemimpin, keluarga ini menghidangkan daging dan makanan enak setiap kali makan. Mengapa mereka menerima si pemimpin seperti ini? Apakah karena kasih? Akankah mereka menerima saudara-saudari seperti ini? Tentu saja tidak. Sementara si pemimpin di sana, mereka memasak daging untuknya setiap hari. Akhirnya, si pemimpin, yang senang dengan hidangannya, berkata kepada keluarga tersebut, "Seluruh keluargamu mengasihi Tuhan. Ibumu dapat memasuki kerajaan, begitu pun putramu, kau, dan istrimu. Di masa depan, seluruh keluargamu dapat memasuki kerajaan." Mendengar ini, keluarga tersebut menjadi sangat gembira dan berpikir, "Seluruh keluarga kami dapat memasuki kerajaan, bahkan orang tidak percaya di antara kami pun bisa masuk. Tampaknya tidak sia-sia kami memberinya daging; kami harus terus menyajikan daging kepadanya." Pada kenyataannya, keluarga ini tidak terlalu mengerti tentang apa yang dimaksud dengan masuk ke dalam kerajaan, tetapi mereka tahu bahwa itu adalah hal yang baik. Siapa di antara orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang tidak ingin masuk ke dalam kerajaan surga dan menerima berkat? Mereka berpikir, "Selama si pemimpin berkata bahwa kami bisa masuk ke dalam kerajaan, berarti kami bisa, bukan? Perkataan pemimpin itu sifatnya final; bagaimanapun juga, dia mewakili Tuhan!" Setelah itu, makin sering si pemimpin berkata bahwa mereka bisa masuk ke dalam kerajaan, makin mewah makanan yang mereka sajikan kepadanya. Lambat laun, si pemimpin tidak lagi ingin mengunjungi keluarga lainnya karena mereka tidak memberinya hal-hal baik ini atau tidak menyanjungnya seperti ini. Tak lama kemudian, berat badan si pemimpin makin bertambah; kepalanya juga menjadi makin gemuk, dari "kepala manusia" menjadi "kepala babi". Pada pertemuan rekan kerja, dia tampak mencolok. Tidak bertemu dengannya sebulan saja, berat badannya bertambah sangat banyak, sehingga mereka segera bertanya tentang pekerjaannya. Mereka mendapati masalah serius dan memangkasnya dengan tegas, menganalisis esensi masalahnya sebelum akhirnya mengganti pemimpin palsu ini. Penyelidikan lebih lanjut menyingkapkan lebih banyak masalah: Pemimpin palsu ini tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun dan sangat menikmati manfaat dari statusnya setiap hari. Dia menyukai orang-orang yang menyanjungnya, mempromosikan mereka, dan menekan orang-orang yang tidak memberinya hadiah. Dia bahkan menuntut istri dari keluarga tersebut untuk memberinya lebih banyak ayam untuk disantap. Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan tugas pemimpin palsu ini? Bagaimana sikapnya terhadap tugasnya? Dia sebenarnya tidak melakukan pekerjaannya; lebih tepatnya, dia pergi ke suatu tempat hanya untuk menjadi seorang pejabat. Kalau tidak, bagaimana mungkin berat badannya bisa bertambah sebanyak itu? Ada dua alasan untuk ini: Di satu sisi, dia sengaja memilih tuan rumah di mana dia bisa makan daging, tinggal di sana dan terus memanjakan diri; di sisi lain, dia jelas tidak memiliki rasa tanggung jawab saat melaksanakan tugasnya, dan dia tidak menanggung kesukaran apa pun. Jika seorang pemimpin atau pekerja memiliki rasa tanggung jawab, saat melihat beratnya beban kerja gereja dan banyaknya masalah yang harus segera diselesaikan, bukankah dia akan merasa tertekan dan khawatir? Kekhawatiran ini akan memicunya untuk bertindak; dia akan segera mulai mengatasi masalah ini, mengerahkan tenaga dan menanggung kesulitan. Secara fisik, berat badannya pasti akan turun; itu adalah hukum alam. Dalam keadaan apakah orang akan terus makan lebih banyak dan berat badannya bertambah? Hanya jika dia makan sepuas hati sepanjang hari dan tidak berfokus pada hal-hal lainnya, bebas dari beban, duduk dengan angkuh, terputus dari komunitas dan tempat kerja, serta memanjakan diri dalam kenikmatan daging. Hanya dengan demikian, berat badan orang dapat terus bertambah, berubah dari "kepala manusia" menjadi "kepala babi" hanya dalam waktu sebulan. Jadi, seberapa baikkah pemimpin ini melaksanakan tugasnya? Natur perannya sebagai seorang pemimpin sudah berubah; bukan lagi tentang melaksanakan tugas tetapi tentang memanjakan diri dalam kenikmatan dan manfaat dari status. Dia bertindak seperti pejabat pemerintah. Tidak hanya melalaikan pekerjaan nyata, dia juga melakukan kesalahan. Jika orang lain tidak menyanjungnya atau memberinya makanan lezat, dia menekan mereka. Di samping itu, dia menghasut saudara-saudari untuk memangkas mereka bersamanya, yang akhirnya membangkitkan kemarahan orang banyak. Orang-orang mulai merasa ditolak olehnya dan menjauhkan diri darinya. Mengesampingkan alasan pencopotannya, mari kita membahas apakah pelaksanaan tugasnya memadai atau tidak. Masalahnya yang paling serius adalah menikmati manfaat dari status dan tidak melakukan pekerjaan nyata. Dia tidak melayani umat pilihan Tuhan; dia bertindak kepada mereka seperti seorang pejabat dan sama sekali tidak melaksanakan tugasnya. Dalam pekerjaannya sebagai pemimpin, dia tidak menunjukkan sedikit pun kesetiaan dalam pelaksanaan tugasnya, apalagi mencurahkan hati dan tenaganya. Dia hanya memberikan hati dan tenaganya untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Dia memeras otak, memikirkan cara untuk menikmati manfaat dari statusnya, dan dia tidak mempersekutukan kebenaran kepada keluarga tuan rumah agar mereka tidak "menjilat" seperti ini. Selain itu, dia menipu mereka, mengatakan bahwa hanya dengan menjadi tuan rumah yang seperti itu, mereka akan dapat masuk ke dalam kerajaan dan mendapatkan upah. Bukankah ini melakukan kejahatan? Jika dia memperlakukan keluarga tuan rumahnya seperti ini, apa yang akan dia lakukan dalam pekerjaan gereja? Bagaimana dia akan memperlakukan umat pilihan Tuhan? Pastinya akan penuh dengan tipu muslihat dan sikap asal-asalan. Apakah orang ini benar-benar tahu apa itu tugas? Apakah dia tahu apa pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepadanya? Bagaimanakah anggapannya terhadap amanat ini? Dia menganggapnya sebagai modal dan dasar untuk menikmati manfaat dari statusnya, dan akibatnya, dia melakukan banyak kejahatan, mengganggu kehidupan bergereja dan merugikan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Pelaksanakan tugas yang seperti itu bukan hanya tidak memadai, melainkan juga sudah berubah menjadi perbuatan jahat. Jika tidak ada komponen yang memadai dalam pelaksanaan tugas, dapatkah dia diingat oleh Tuhan? (Tidak.) Jelas tidak bisa, dan ini sungguh menyedihkan. Sangat menyedihkan jika orang tidak memahami kebenaran. Apakah lebih menyedihkan jika orang memahami kebenaran tetapi tidak menerapkannya? (Ya.) Ini adalah Kasus Pertama, kasus "Kepala Manusia yang Berubah Menjadi Kepala Babi". Kasus ini relatif sederhana: Ini menyangkut menikmati manfaat dari status, melaksanakan tugas tanpa sedikit pun kesetiaan, dan sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Pemimpin ini memperlakukan tugasnya yang diberikan oleh Tuhan sebagai modal untuk memanjakan diri dalam manfaat dari statusnya. Ini mudah diketahui. Ingatlah nama Kasus Pertama, supaya di kemudian hari engkau semua dapat membuat perbandingan, mengenali orang lain, dan memotivasi dirimu sendiri. Bagaimana pendapatmu mengenai kasus yang telah Kubicarakan ini? Apakah engkau membenci orang dan tindakan seperti itu? (Ya.) Jika engkau semua menerima amanat Tuhan, dapatkah engkau melakukan tindakan seperti itu? Jika engkau semua dapat lebih bernalar daripada pemimpin palsu itu dan cukup mampu mengendalikan diri, serta dapat memperjuangkan kebenaran, berarti masih ada harapan. Namun, jika engkau bisa memanjakan diri dengan makan dan minum serta menikmati manfaat dari status seperti dia, engkau akan disingkapkan dan disingkirkan; engkau akan sepenuhnya menjadi pemimpin palsu dan seseorang yang dibenci Tuhan. Sekarang engkau memiliki ketajaman akal untuk menilai dan memahami kebenaran. Sejauh mana engkau dapat mengendalikan dan menahan diri menentukan seberapa besar harapanmu untuk diselamatkan; semua itu berbanding lurus. Jika engkau tidak dapat menahan diri, dan terus bertindak sesuai dengan kesukaanmu sendiri, hidup dalam watak rusak dan memanjakan diri dalam manfaat dari status, merasa senang dan mabuk kepayang ketika orang lain menyanjungmu, tanpa merenungkan diri atau bertobat dengan sungguh-sungguh, berarti harapanmu untuk menerima keselamatan adalah nol.

Selanjutnya, mari kita membahas kasus lain. Selama menyebarkan Injil, banyak orang di gereja pergi ke berbagai tempat untuk mengabarkan Injil. Pekerjaan mengabarkan Injil adalah tugas bagi setiap orang. Terlepas dari caramu memperlakukannya atau apakah engkau menganggap tugas ini baik atau tidak, secara umum, ini adalah amanat yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Berbicara mengenai amanat Tuhan kepada manusia, ini menyangkut tanggung jawab dan juga tugas orang. Karena menyangkut tugas orang, amanat Tuhan juga menyangkut cara orang melaksanakan tugas mereka. Selama proses mengabarkan Injil, ada orang-orang yang secara khusus mencari area dan keluarga yang kaya. Ketika melihat seseorang mengendarai mobil bagus atau tinggal di rumah yang besar, mereka merasa iri dan cemburu. Jika mereka mendapatkan keluarga yang menjamu mereka dengan baik, mereka berlama-lama di sana dan memendam iri hati. Mereka berpikir bahwa karena mereka sudah berkontribusi dalam proses pengabaran Injil, mereka seharusnya menikmati kasih karunia. Lalu, seperti apa jadinya pengabaran Injil mereka? Yang mereka lakukan hanyalah memanjakan diri dalam kenikmatan daging, menukar jerih payah mereka dengan kenikmatan fisik, yang berarti menjual jerih payah mereka. Dua atau tiga tahun kemudian, mereka telah memperoleh banyak orang dengan mengabarkan Injil di sana dan bahkan mendirikan sebuah gereja, dengan demikian mereka mengumpulkan sejumlah modal. Kemudian mereka mulai terlena, dan pada saat kembali ke kampung halaman "dengan mulia", mereka tampak berseri-seri, praktis sudah menjadi orang yang trendi. Mereka membawa pulang peralatan rumah tangga serta produk-produk elektronik kelas atas, dan berdandan perlente dari ujung kepala hingga ujung kaki. Penduduk setempat tidak mengenali mereka lagi, berpikir bahwa mereka pasti mendadak mendapatkan banyak uang di suatu tempat. Bukankah ada masalah di sini? Sudah bertahun-tahun mereka menjadi orang percaya, selalu melaksanakan tugas mereka jauh dari rumah. Pada awalnya, tidak ada satu pun barang berharga di rumah mereka, tetapi sekarang mereka membawa pulang semua pakaian indah dan peralatan bagus yang diberikan orang-orang; mereka berbusana modis dan berperalatan lengkap. Mereka menganggap ini sebagai kasih karunia Tuhan. Namun, dari mana sebenarnya barang-barang itu berasal? Dapat dikatakan bahwa barang-barang itu adalah hasil pertukaran dengan upaya mereka mengabarkan Injil. Ada orang-orang yang melihat mereka selama bertahun-tahun beriman kepada Tuhan dan bekerja keras dalam mengabarkan Injil, jadi orang-orang itu memberikan beberapa barang bagus kepada mereka. Apakah ini "memberi" amal? Apakah ini belas kasihan? Jika mereka memperoleh barang-barang bagus ini karena mengabarkan Injil, jika orang lain memberikannya kepada mereka karena sanjungan, pantaskah mereka menganggapnya sebagai kemurahan atau kasih karunia Tuhan? Terus terang saja, mereka memanfaatkan kesempatan mengabarkan Injil untuk mendapatkan barang-barang ini. Jika mereka selalu meratapi kemiskinan mereka di hadapan orang lain, sembari juga mengatakan bahwa mereka suka barang ini atau itu, dan kemudian orang-orang dengan enggan memberikannya kepada mereka, bukankah itu seperti minta paksa atau pemerasan? Ada pengabar Injil yang suka berkata kepada orang-orang, "Kami, para pengabar Injil, adalah utusan Tuhan, yang diutus oleh Tuhan. Engkau semua menerima Injil Tuhan dari kami. Betapa luar biasa berkat dan keuntungan yang kaudapatkan! Mengingat betapa kayanya engkau semua dan betapa besar kasih karunia Tuhan yang sudah kaunikmati, bukankah seharusnya kau menunjukkan rasa syukur? Bukankah seharusnya kau membagikan sebagian dari barang-barangmu yang berlebih atau tidak terpakai kepada kami?" Setelah dibujuk seperti itu, karena malu, sebagian orang akhirnya menyerah, dan para pengabar Injil itu berpikir bahwa tindakan mereka memang benar. Apakah orang-orang itu benar-benar memberikannya dengan sukarela? Terlepas dari apakah orang-orang itu memberikannya dengan sukarela atau tidak, apakah barang-barang ini patut diterima oleh para pengabar Injil itu? (Tidak.) Ada yang berdalih: "Mengapa aku tidak boleh menerimanya? Aku sudah bekerja keras mengabarkan Injil; bukankah menerima sedikit barang-barang ini adalah kasih karunia Tuhan?" Apa yang kaulakukan ketika mengabarkan Injil? Apakah ini pekerjaanmu untuk mencari nafkah? Mengabarkan Injil bukanlah suatu transaksi; itu adalah tugasmu. Ketika engkau menuntut sesuatu dari orang, pada dasarnya engkau menuntut sesuatu dari Tuhan. Namun karena engkau tidak dapat mencapai Tuhan dan tidak berani meminta kepada-Nya, engkau berkomunikasi dengan orang-orang, dan menyesatkan mereka dengan menyampaikan banyak teori rohani. Engkau merasa telah mendapatkan kebaikan dengan memperoleh beberapa orang melalui pengabaran Injil dan engkau berhak menerima sejumlah imbalan atas upayamu. Engkau beranggapan bahwa meminta uang secara langsung tidaklah baik, jadi engkau meminta barang, percaya bahwa dengan cara ini, upayamu tidak akan sia-sia. Apakah dengan cara ini engkau melaksanakan tugasmu? (Tidak.) Natur tindakanmu sudah berubah. Engkau telah mengubah pengabaran Injil menjadi apa? Engkau sudah mengomersialkan Injil Tuhan, menukarkannya dengan materi. Perilaku macam apakah ini? (Oportunisme.) Ini adalah oportunisme? Apakah menyebutnya oportunisme menurunkan tingkat keparahannya? Bukankah itu sebenarnya berbuat jahat, bukankah itu adalah perbuatan jahat? (Ya.) Mengapa itu dianggap perbuatan jahat? Mengabarkan Injil adalah melaksanakan tugas dan memberikan kesaksian bagi Tuhan; ketika memberikan kesaksian bagi Tuhan, engkau sekaligus menghantarkan Injil kepada seseorang dan Tuhan memperoleh orang tersebut, dan dengan demikian engkau telah menyelesaikan misimu. Apa pun yang sepatutnya kauterima karena sudah menyelesaikan misimu, Tuhan akan memberikannya kepadamu; engkau tidak perlu meminta kepada siapa pun, dan tidak seorang pun mempunyai alasan untuk menukarkan amal dengan Injil ini. Injil Tuhan tak ternilai harganya, tak dapat dibeli dengan uang sebanyak apa pun, juga tak dapat ditukarkan dengan apa pun. Ketika engkau menggunakan pengabaran Injil sebagai kesempatan untuk memperoleh keuntungan materiel, engkau kehilangan kesaksianmu; pendekatan ini menghujat Tuhan dan merupakan tanda penghinaan terhadap-Nya. Selain itu, apa natur dari membuat orang-orang berterima kasih kepadamu setelah engkau mengabarkan Injil kepada mereka? Naturnya adalah mencuri kemuliaan Tuhan! Injil dan pekerjaan Tuhan bukanlah komoditas. Tuhan menganugerahkan Injil-Nya kepada manusia dengan cuma-cuma, gratis, dan tidak melibatkan transaksi apa pun. Namun, orang menjadikan Injil Tuhan sebagai komoditas untuk dijual kepada orang lain, dengan menuntut uang dan materi dari mereka. Ini tidak memberikan kesaksian dan mengaibkan nama Tuhan. Bukankah ini perbuatan jahat? (Ya.) Sungguh perbuatan jahat. Apakah ini pelaksanaan tugas yang memadai? (Bukan.) Apakah naturnya lebih parah daripada kasus yang baru saja kita bahas, "Kepala Manusia yang Berubah Menjadi Kepala Babi"? (Ya.) Bagian manakah yang parah? (Mengaibkan Tuhan.) Ini mengaibkan Tuhan, menghujat Tuhan, dan mencuri kemuliaan Tuhan. Mengambil Injil Tuhan dan menjualnya kepada orang-orang, memperdagangkannya kepada mereka seolah-olah Injil Tuhan adalah suatu komoditas, dan kemudian menarik keuntungan secara berlebihan serta mencari keuntungan pribadi darinya. Makhluk macam apa yang akan melakukan hal seperti ini? Mereka adalah bandit dan orang jahat, yang berperilaku seperti Iblis! Jelas-jelas Tuhan-lah yang menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu, serta umat manusia, tetapi Iblis dan roh-roh jahat menyesatkan orang-orang dengan mengatakan bahwa merekalah yang menciptakan manusia, langit, dan bumi, membuat orang-orang menyembah mereka sebagai Tuhan dan Sang Pencipta. Bukankah ini mencuri kemuliaan Tuhan? Ini adalah dosa, ini adalah perbuatan jahat, ini melawan Tuhan. Apakah perilaku manusia yang menjual Injil sama dengan perilaku Iblis? (Ya.) Apa tujuan mereka menjual Injil? Untuk membuat orang-orang menganggap mereka sebagai utusan Injil, seolah-olah Injil berasal dari mereka dan mereka mempunyai kuasa untuk mengambil keputusan. Bukankah ini mencuri kemuliaan Tuhan? (Ya.) Dosa macam apa yang telah dilakukan dengan mencuri kemuliaan Tuhan? Apa naturnya? Ini adalah perbuatan jahat melawan Tuhan; ini adalah perilaku yang menghujat Tuhan. Apakah mengabarkan Injil dengan cara ini masih dianggap sebagai melaksanakan tugas? Ini sepenuhnya berbuat jahat; ini melawan Tuhan. Mengabarkan Injil seperti ini tidak memberikan kesaksian bagi Tuhan sama sekali, jadi ini bukanlah pelaksanaan tugas; ini murni berbuat jahat. Ada orang-orang yang berkata: "Mengabarkan Injil adalah pekerjaan yang berat, jadi adil jika mereka mendapatkan barang-barang bagus. Apa masalahnya? Ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah di kalangan orang-orang tidak percaya." Apakah pernyataan ini benar? Itu tergantung pada apa niatmu, apa yang kaudambakan, dan apa naturnya. Jika engkau melakukannya demi keuntungan pribadi, yang kaujual adalah Injil Tuhan serta kebenaran, dan yang pada akhirnya kaudapatkan adalah keuntungan pribadi. Itu benar-benar perbuatan jahat. Apakah berlebihan jika mengelompokkannya sebagai perbuatan jahat? (Tidak.) Itu tidak berlebihan sedikit pun. Ketika seseorang sudah menerima tugas dan melaksanakannya, tetapi kemudian konsekuensi seperti itu muncul, siapa yang harus disalahkan? (Orang itu sendiri.) Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Lalu bagaimana konsekuensi ini muncul? Ini berhubungan langsung dengan natur jahat orang. Ada orang-orang yang tidak mengejar kebenaran, tetapi mereka punya rasa malu, karakter, dan hati nurani, sehingga mereka tidak akan melakukan hal seperti itu. Jika seseorang benar-benar bertindak demikian, itu menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki kemanusiaan; dia serakah dan memiliki watak yang kejam. Ini bukan hanya membuatnya gagal melaksanakan tugasnya secara memadai, melainkan juga benar-benar mengubah tindakannya menjadi perbuatan jahat. Ada orang-orang yang berkata: "Bagaimana ini dapat dikelompokkan sebagai perbuatan jahat? Mereka telah berhasil memperoleh banyak orang dengan mengabarkan Injil; kenyataan bahwa mereka sudah mendapatkan hasil yang jelas seharusnya menghapus pemikiran bahwa mereka melakukan kejahatan, bukan?" Apakah pernyataan ini benar? (Tidak.) Mengapa tidak benar? Mengabarkan Injil adalah tugas mereka, tanggung jawab mereka. Apa niat dan tujuan di balik tugas mereka? Prinsip-prinsip apa yang membimbing mereka dalam melaksanakan tugas? Apakah mereka bertanggung jawab dalam bertindak? Berdasarkan faktor-faktor ini, kita dapat menentukan apakah orang itu melaksanakan tugasnya atau melakukan kejahatan. Meski mereka sudah melaksanakan tugas, titik awal pelaksanaannya salah; mereka tidak bertindak sesuai dengan prinsip dan sudah melakukan banyak perbuatan jahat. Tidak ada sedikit pun perwujudan dari penerapan kebenaran. Apa esensi dari pengabaran Injil seperti ini? (Menjual Injil.) Sebaiknya disebut apakah kasus ini? Kasus "Menjual Injil". Dengan mendengar namanya saja, engkau tahu bahwa natur dari masalah ini sangat serius. Bagaimana orang bisa menjual Injil Tuhan? Natur dari masalah menjual Injil ini sangat serius. Jadi, setiap kali menjual Injil disinggung, tidakkah seharusnya orang tahu apa masalahnya, bagaimana keadaan, perilaku, dan metodenya? Ini adalah Kasus Kedua, dan naturnya lebih serius dibandingkan kasus sebelumnya.

Kasus berikut juga merupakan salah satu kasus yang terjadi selama proses pengabaran Injil. Di masa lalu, rumah Tuhan telah menetapkan prinsip dan metode pengabaran Injil, termasuk metode yang menyangkut belas kasihan dan menjalin pertemanan. Ini memungkinkan sebagian orang menemukan celah untuk dimanfaatkan. Orang-orang seperti apa yang memanfaatkan celah ini? Orang-orang dengan natur jahat yang tidak mencintai kebenaran. Dalam proses pengabaran Injil, memang ada orang-orang jahat yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menemukan pasangan dan terlibat dalam hubungan yang romantis dan intim. Ketika hal seperti ini terjadi, mereka menganggap bahwa ada alasan di baliknya, padahal sesungguhnya individu-individu jahat dari Iblis inilah yang sedang memanfaatkan celah. Mereka menggunakan kesempatan mengabarkan Injil untuk berhubungan dengan lawan jenis; ketika menemukan orang yang cocok atau mereka sukai, orang-orang ini melakukan segala daya upaya agar mendapat kesempatan untuk berinteraksi dan memikatnya. Dari luar, mereka tampak mengabarkan Injil demi memperoleh orang, padahal kenyataannya, mereka melakukan itu demi memuaskan nafsu pribadi. Mereka melakukan semua ini dengan kedok mengabarkan Injil, memperluas pekerjaan Tuhan, memberikan kesaksian bagi Tuhan, membaktikan diri kepada Tuhan, dan juga melaksanakan tugas mereka. Tidak seorang pun melakukannya secara tidak sengaja; sebenarnya, mereka sadar sepenuhnya tetapi tetap berpura-pura bingung. Ketika melakukan hal-hal ini, setiap orang tahu di dalam hatinya bahwa ini adalah dosa, dibenci Tuhan, dan tidak diizinkan Tuhan, tetapi mereka tidak dapat mengendalikan nafsu kedagingan mereka, dan mereka berusaha keras mencari alasan dan pembenaran diri atas dosa yang mereka lakukan. Dapatkah ini menutupi masalah mereka sendiri? Jika engkau melakukan dosa seperti itu sekali atau dua kali dan kemudian bertobat, Tuhan mungkin masih mengampunimu, tetapi jika engkau terus menolak untuk berubah, engkau dalam bahaya. Ada orang-orang yang mungkin merasa agak gelisah setiap kali melakukan dosa seperti itu, mereka bertanya-tanya, "Dapatkah aku diselamatkan jika bertindak seperti ini?" Namun kemudian mereka berpikir, "Ini bukanlah kejahatan besar; paling-paling ini hanyalah perwujudan dari kerusakan. Aku tidak akan melakukannya lagi; itu tidak akan mempengaruhi kesudahan dan tempat tujuanku." Apakah bersikap seperti ini saat melakukan pelanggaran merupakan bentuk pertobatan sejati? Jika bahkan tidak ada penyesalan di hati mereka, bukankah mereka akan terus mengulanginya? Menurut-Ku itu sangat berisiko. Dapatkah orang seperti itu melaksanakan tugas secara memadai? Dalam pelaksanaan tugas mereka, masih ada unsur-unsur "pekerjaan untuk pribadi"; mereka mencampuradukkan "pekerjaan untuk orang banyak dan pribadi", yang merupakan ketidakmurnian yang luar biasa! Ini pasti menyinggung watak Tuhan. Orang-orang ini tidak dapat dianggap "memadai" dalam melaksanakan tugas mereka; ini lebih serius daripada meminta barang atau menjual Injil. Mengapa ini lebih serius? Ini menjijikkan; ini adalah transaksi daging dan nafsu. Jadi, apa natur dari masalah ini? Dengan sengaja berbuat dosa meski mengetahui kebenarannya. Kata "dengan sengaja" mengubah natur masalahnya. Sebenarnya, mereka tahu bahwa aturan dan prinsip dalam pengaturan kerja dirancang agar orang menerapkan kebijaksanaan dan mencegah Iblis mengendalikan mereka. Tujuannya adalah membawa orang-orang ke hadirat Tuhan, tetapi mereka memanfaatkan celah dan kesempatan untuk melampiaskan nafsu jahat mereka dengan bebas; ini disebut berbuat dosa dengan sengaja. Apa yang dikatakan Alkitab mengenai hal ini? ("Karena jika kita dengan sengaja berbuat dosa setelah menerima pengetahuan kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu" (Ibrani 10:26).) Bahkan jika salib korban penghapus dosa tidak ada lagi, apakah orang-orang ini masih mempunyai kesempatan untuk diselamatkan? Itu tergantung pada situasinya. Ada orang-orang yang bertindak karena keharusan, atau mencela diri sendiri di dalam hati, tetapi mereka terpaksa bertindak demikian karena keadaan pada saat itu. Jika mereka tidak terlalu sering bertindak demikian, tidak lebih dari tiga kali, mereka dapat dimaafkan. Apa artinya mereka dapat dimaafkan? Artinya, pada pelanggaran pertama, jika mereka dapat menyadarinya, mencari kebenaran, menunjukkan tanda-tanda penyesalan, dan berbalik tanpa melakukan pelanggaran lagi, sementara meminta untuk melaksanakan tugasnya, mereka dapat diberi kesempatan untuk menebus dosa mereka. Masih ada harapan untuk keselamatan dalam kasus-kasus seperti itu, tetapi seberapa besar harapan itu tergantung pada pengejaran individu. Tidak seorang pun dapat memberikan penilaian yang pasti untukmu, tidak seorang pun dapat memberimu jaminan; itu terutama tergantung pada pengejaranmu sendiri. Aku tidak akan menjanjikan apa pun kepadamu, dengan mengatakan bahwa selama engkau tidak melakukan dosa ini lagi, engkau pasti akan diselamatkan; Aku tidak akan menjanjikan itu karena Aku tidak tahu seperti apa pelaksanaan tugasmu di masa mendatang. Jika engkau melampaui jumlah pengampunan yang mungkin diberikan, engkau berulang kali menolak untuk berubah, dan engkau tidak melakukan perbuatan baik selama mengabarkan Injil yang dapat mengimbangi perbuatan jahatmu, engkau benar-benar sudah tamat. Engkau sudah melakukan begitu banyak kejahatan tanpa sedikit pun berbuat baik; engkau mengabarkan Injil hanya untuk terlibat secara sembrono dalam hubungan yang intim, tidak melaksanakan tugasmu dengan baik. Ini tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan tugasmu. Ini bukan lagi masalah ada atau tidaknya korban penghapus dosa. Seharusnya dikelompokkan sebagai apakah orang-orang semacam itu? Mereka harus dikelompokkan sebagai setan kotor dan roh jahat. Mereka bukanlah manusia normal. Mereka tidak hanya berbuat dosa; mereka tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas mereka. Apakah masih ada harapan bagi mereka untuk diselamatkan? Tidak, tidak ada. Orang-orang seperti itu sudah diusir dari rumah Tuhan; mereka telah disingkirkan, dan Tuhan tidak akan menyelamatkan mereka. Apa yang mereka lakukan dan cara mereka berperilaku bukan hanya tidak berhubungan dengan tugas mereka; itu bahkan tidak dapat dianggap sebagai masalah pelaksanaan tugas yang memadai. Hasil akhir dan kesudahan bagi orang-orang seperti itu akan ditentukan berdasarkan pengelompokan mereka. Bukankah kasus ini cukup menjijikkan? Naturnya bahkan lebih parah dibandingkan kasus kedua yang baru saja kita bahas. Di antara orang-orang seperti itu, ada beberapa orang yang natur kasusnya lebih parah. Dapatkah mereka berbalik? Dapatkah mereka memiliki hati yang bertobat, berhenti melakukan hal seperti itu, dan tetap berjerih payah dengan mengabarkan Injil di rumah Tuhan? Apakah ada orang seperti ini? (Tidak.) Dapatkah mereka berjerih payah dengan sukarela? (Tidak.) Sebenarnya, beberapa dari mereka telah memperoleh beberapa orang selama mengabarkan Injil. Namun sekarang, seperti apakah semua pekerjaan yang sudah mereka lakukan ini? Itu sama seperti berjerih payah, bukan melaksanakan tugas. Sebenarnya, orang-orang ini bukannya tidak berupaya, melainkan jalan yang mereka tempuh sudah menentukan nasib dan kesudahan mereka. Di antara mereka yang juga mengabarkan Injil, apakah masing-masing dari mereka akan menghadapi pencobaan seperti itu? Dapat dikatakan bahwa setiap orang akan menghadapi pencobaan seperti itu pada tingkat yang berbeda-beda dalam situasi yang berbeda-beda, tetapi apakah itu berarti bahwa masing-masing dari mereka akan terjerumus ke dalam pencobaan dan berbuat dosa? (Tidak.) Tidak semua orang dapat berbuat dosa, tidak semua orang dapat melakukan hal seperti itu. Terkutuklah mereka yang melakukan hal semacam ini, dan dengan demikian mereka disingkapkan. Ini menunjukkan bahwa ada yang salah dengan watak dan kemanusiaan mereka. Siapa yang dapat mereka salahkan karena mendapatkan kesudahan yang seperti itu? (Diri mereka sendiri.) Mereka hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri, tidak ada yang lain.

Selama mengabarkan Injil, ada orang-orang yang, apa pun pelanggaran yang mereka lakukan, tidak pernah mencari kebenaran untuk mengatasinya, tidak berdoa kepada Tuhan, dan tidak pernah merenungkan diri, yang menunjukkan bahwa mereka bersikukuh tidak mau bertobat. Pada akhirnya, orang-orang ini disingkirkan. Aku pernah mendengar tentang seseorang yang, ketika mengabarkan Injil, memiliki seorang wanita dan bahkan tidak mengizinkannya untuk mencari pasangan dan menikah; natur dari kasus ini sangat parah. Orang macam apakah ini? (Orang jahat.) Bolehkah individu yang jahat seperti itu tinggal di rumah Tuhan? (Tidak.) Rumah Tuhan tidak punya tempat untuk para tiran seperti itu; mereka mengaibkan Tuhan! Dengan melakukan hal seperti itu, mereka memengaruhi persepsi orang yang tak terhitung jumlahnya tentang Tuhan dan menyebabkan begitu banyak orang salah paham terhadap-Nya! Orang akan berkata, "Bagaimana bisa orang yang percaya kepada Tuhan melakukan hal seperti itu?" Ini saja sudah merupakan penghinaan bagi Tuhan. Jika gereja tidak mengeluarkan dan menangani individu-individu seperti itu, tetapi membiarkan mereka terus mengabarkan Injil dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat, itu benar-benar salah. Ini bukanlah pelanggaran pertamanya; natur perilakunya sangat parah, dan dia harus langsung dikeluarkan. Jika tidak, itu akan mengaibkan Tuhan dan memberikan kepada Iblis pengaruh untuk menghakimi dan mengutuk rumah Tuhan. Agar Iblis tidak berkesempatan untuk mendapatkan pengaruh, orang-orang yang biasanya tidak bermoral harus dikeluarkan dari gereja. Orang-orang seperti itu adalah roh-roh tidak bermoral yang telah mengaibkan Tuhan, dan Tuhan benar-benar tidak akan menyelamatkan mereka. Betapa pun efektifnya pengabaran Injil mereka atau betapa pun banyaknya orang yang sudah mereka peroleh, jika mereka tidak menempuh jalan yang benar, mereka sudah menghancurkan dan kehilangan diri mereka sendiri. Orang-orang seperti itu tidak boleh ada di dalam rumah Tuhan; mereka adalah target untuk disingkirkan. Jadi, apakah perbuatan mereka dianggap sebagai pelaksanaan tugas? Tidak, semua kontribusi mereka sudah dihapus sepenuhnya di mata Tuhan dan tidak akan diingat oleh-Nya. Mereka bukan hanya tidak memadai; natur pelaksanaan tugas mereka sudah berubah menjadi melakukan kejahatan. Bagaimana Tuhan menangani orang-orang yang melakukan kejahatan? Dia menyingkirkan mereka. Apa yang dimaksud dengan disingkirkan? Artinya, mereka disingkirkan dari antara orang-orang yang telah dipilih dan disiapkan Tuhan untuk diselamatkan. Mereka tidak termasuk di antaranya. Sebaliknya, mereka dikelompokkan ke dalam roh jahat, setan kotor, dan orang yang tidak diselamatkan. Seberapa besar kesempatan mereka untuk memperoleh keselamatan? (Nol.) Meski mereka melaksanakan tugas dan mengikuti Tuhan juga, pada akhirnya jenis orang seperti ini mencapai titik ini dan disingkirkan. Jadi, ini adalah jenis orang yang lain. Apakah natur kasus ini lebih serius dibandingkan kasus sebelumnya? (Ya.) Ini bahkan lebih serius dan ditargetkan. Kasus ini harus digabungkan dengan kasus ketiga; ini digolongkan dalam kelompok kasus khusus dan khas pada contoh ketiga, dan ini ditargetkan. Sebaiknya kasus ini kita namakan apa? Mari kita namakan "Orang-Orang Jahat Akan Disingkirkan". Pelaksanaan tugas tiga jenis orang dalam ketiga kasus ini pada dasarnya sama dengan berjerih payah tanpa hasil. Apa artinya berjerih payah tanpa hasil? Artinya, mereka mengubah tugas mereka menjadi sekadar berjerih payah, dan meski begitu, mereka tidak berjerih payah dengan baik atau melaksanakan tugas mereka dengan benar. Mereka tidak memperlakukan tugas mereka sebagai tugas, dan bahkan melakukan berbagai kesalahan serta perbuatan jahat dan pada akhirnya disingkirkan, tanpa mendapatkan kesudahan yang baik. Natur dari ketiga kasus ini sangat serius.

Ada kasus lainnya, dan naturnya juga cukup parah. Ada seseorang yang telah melaksanakan pekerjaan selama bertahun-tahun, dan dari luar, dia tampak mengejar kebenaran serta dengan sungguh-sungguh mengorbankan diri untuk Tuhan. Dia meninggalkan hidup perkawinan dan berkeluarga, meninggalkan karier serta masa depannya, pergi ke berbagai tempat untuk melaksanakan tugasnya, dan juga melakukan pekerjaan remeh. Namun dalam proses melaksanakan tugas, dia memahami sedikit saja kebenaran karena dia tidak benar-benar mengejar kebenaran, dan dia beranggapan bahwa dia melakukannya dengan baik hanya karena dia dapat berbicara tentang beberapa firman dan doktrin. Yang lebih serius adalah orang ini tidak menerapkan kebenaran sama sekali. Jadi, pelaksanaan tugasnya sekadar mengkhotbahkan beberapa doktrin dan mengikuti peraturan, biasa berperilaku baik terhadap sesama dan tidak menyinggung siapa pun. Adapun bagaimana cara melaksanakan pekerjaan gereja dan masalah apa yang masih ada, dia tidak memperhatikan, tidak berupaya, dan tidak mencari kebenaran untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Singkatnya, sikapnya terhadap pekerjaan adalah dangkal dan acuh tak acuh; kelihatannya dia tidak bermalas-malasan, tetapi dia juga tidak berlelah-lelah. Dia tidak terlihat bertindak asal-asalan, tetapi hasil pekerjaannya tidak terlalu bagus. Dalam suatu kejadian tertentu, karena kelalaian dan sikapnya yang asal-asalan, dia mengakibatkan hilangnya uang persembahan untuk Tuhan sebesar lebih dari 10 juta RMB. Seberapa banyak 10 juta RMB itu? Saat mendengar nominal ini, orang-orang kebanyakan akan menganggapnya sebagai nominal yang sangat besar. Mereka akan ternganga tak percaya dan nyaris tak berani memikirkannya, karena mereka belum pernah melihat uang sebanyak itu seumur hidup mereka. Namun, setelah menyebabkan hilangnya uang persembahan untuk Tuhan sebesar lebih dari 10 juta RMB, "saudara tua" ini tidak menyesal, tidak ada tanda-tanda pertobatan, dan tidak merasa sedih. Saat gereja mengeluarkannya, dia masih mengeluh. Makhluk macam apa yang akan melakukan hal ini? Mari kita bahas dua pokok masalah. Pertama, sejumlah uang ini hilang saat engkau sedang bekerja, dan kesalahan siapa pun itu, engkaulah yang bertanggung jawab. Engkau bertanggung jawab untuk menjaganya, tetapi engkau gagal melakukannya. Ini adalah kelalaian terhadap tugas, karena ini bukanlah uang manusia; ini adalah persembahan, dan orang harus memperlakukannya dengan penuh kesetiaan. Jika persembahan itu hilang, bagaimana seharusnya orang memikirkannya? Bahkan kematian tidak akan cukup untuk menebusnya! Berapa harga nyawa manusia? Jika kerugiannya terlalu besar, bahkan menyerahkan nyawa seseorang pun tidak akan cukup untuk menggantinya! Kuncinya adalah natur dari masalah ini terlalu parah. "Saudara tua" ini tidak menganggap serius hilangnya uang persembahan yang sangat banyak itu; orang ini terlalu menjijikkan! Kehilangan persembahan sebesar lebih dari 10 juta RMB sama seperti kehilangan 100 atau sekian RMB baginya; dia tidak melaporkannya sama sekali kepada Yang di Atas, sama sekali tidak menyesali masalah ini, dan tidak berkata kepada orang-orang di sekitarnya, "Mari kita analisis bagaimana uang ini bisa hilang dan apa yang harus kita lakukan. Haruskah kita menggantinya atau mencari solusi yang lain? Atau mungkin kita harus memberitahu Yang di Atas, mengakui tanggung jawab dan mengundurkan diri, serta berdoa kepada Tuhan untuk mengakui dosa-dosa kita?" Dia bahkan tidak memiliki sikap ini; apakah ini menjijikkan? (Ya.) Ini semua terlalu menjijikkan! Kapasitasnya untuk melakukan perbuatan jahat yang begitu besar memperlihatkan sikapnya terhadap tugasnya dan terhadap Tuhan. Kedua, setelah dikeluarkan, bukan hanya tidak terima, tidak mengakui dosanya, dan tidak bertobat, melainkan dia malah mengeluh. Orang seperti ini benar-benar tidak bernalar. Coba pikirkan apa yang mungkin dia keluhkan. Dia mengeluh, "Aku sudah percaya kepada Tuhan selama lebih dari 20 tahun, aku belum pernah menikah, aku telah menyerahkan begitu banyak hal, menanggung begitu banyak penderitaan, dan sekarang mereka mengeluarkanku, menolakku. Aku akan mencari tempatku sendiri!" Tidak lama kemudian, dia menikah. Katakan kepada-Ku, jika orang pada umumnya—yang memiliki hati nurani dan kemanusiaan—memiliki sedikit hati nurani, akankah dia menikah secepat itu? Akankah dia tertarik melakukannya? Umumnya, orang yang memiliki bahkan sedikit hati nurani dan kemanusiaan, ketika diperhadapkan pada masalah yang serius seperti itu, akan merenungkan kematian, seraya berpikir, "Hidupku sudah berakhir, bagaimana aku bisa melakukan tindakan seperti itu setelah percaya kepada Tuhan selama lebih dari 20 tahun? Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri dan aku pantas dikeluarkan! Jangankan 10 juta, mengganti satu juta saja aku tidak mampu. Sekalipun aku dijual, aku tidak akan bisa menebusnya, hidupku sama sekali tidak berharga!" Mengapa engkau tetap melakukannya padahal engkau tahu bahwa engkau tidak akan mampu menggantinya? Tidak tahukah engkau bahwa uang itu adalah persembahan bagi Tuhan? Uang itu bukanlah uangmu; tanggung jawabmu adalah menjaganya. Itu bukanlah sesuatu yang tidak ada hubungannya denganmu; itu adalah sesuatu yang harus kaujaga. Itu adalah hal yang terpenting, dan kecerobohanmu merupakan kelalaian dalam tugas. Setelah menghilangkannya, tentu saja engkau tidak boleh melalaikan tanggung jawab atasnya. Sebagai seseorang yang percaya kepada Tuhan, bukankah engkau mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaga persembahan ini agar tidak terjadi kemalangan? Bukankah engkau seharusnya meminimalkan risiko terjadinya kesalahan? Jika engkau bahkan tidak dapat melakukan itu, siapakah dirimu? Bukankah engkau setan yang hidup? (Ya.) Itu benar-benar menjijikkan dan tidak berkemanusiaan! Terlebih lagi, setelah dikeluarkan, dia tidak hanya berhenti percaya kepada Tuhan dan menikah, tetapi dia juga mengganggu orang-orang percaya di keluarganya. Natur dari hal ini bahkan lebih serius. Dia telah melaksanakan tugasnya selama bertahun-tahun, meninggalkan banyak hal, melakukan banyak pengorbanan, melaksanakan banyak pekerjaan, mengambil risiko, dan menjalani masa hukuman di penjara. Namun, faktor-faktor eksternal ini tidak menentukan nasib orang. Apa yang menentukannya? Jalan yang orang pilih. Seandainya dia menempuh jalan mengejar kebenaran, dia tidak akan berakhir seperti ini dan tidak akan menyebabkan kerugian yang besar seperti itu bagi rumah Tuhan. Kemalangan yang sangat besar seperti itu sudah pasti bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan; itu berkaitan langsung dengan kualitas kemanusiaannya dan jalan yang dipilihnya. Apakah menurutmu Tuhan mengetahui jalan yang ditempuhnya? (Ya.) Tuhan mengetahuinya. Jadi, apakah kejadian ini dimaksudkan untuk menyingkapkannya atau menyingkirkannya? Untuk menyingkapkan dan juga menyingkirkannya. Dari sudut pandang manusia, dia tampak melaksanakan tugasnya dengan baik, dengan kesetiaan, pengorbanan, kesediaan untuk membayar harga, dan kemampuan untuk menanggung kesukaran. Lalu, mengapa Tuhan melakukan sesuatu yang seperti ini kepadanya? Mengapa Tuhan menyingkapkannya? Apa yang ingin disingkapkan? Apakah hanya untuk menyingkapkan kesudahannya? Tidak, itu dimaksudkan untuk menyingkapkan iman, kemanusiaan, esensi dan naturnya. Semua ini sekarang sudah disingkapkan. Mungkinkah Tuhan masih menyelamatkan orang seperti itu? Apakah Tuhan masih menaruh secercah harapan kepadanya? Tuhan sama sekali tidak menaruh harapan kepada orang seperti itu. Apakah Tuhan masih mempunyai kasih atau belas kasihan yang tersisa untuknya? Sama sekali tidak. Ada orang-orang yang mungkin berkata: "Jika Tuhan tidak memiliki kasih atau belas kasihan untuknya, apakah yang tersisa hanyalah kebenaran, kemegahan, dan kemurkaan?" Benar. Orang jahat seperti itu tidak lagi membutuhkan kasih atau belas kasihan, itu tidak dibutuhkan lagi, karena dia sudah sangat menyinggung watak Tuhan. Yang tersisa dari Tuhan untuknya hanyalah kebenaran, kemegahan, dan kemurkaan. Kesudahannya tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia; dia sudah disingkirkan dan dikeluarkan. Oleh karenanya, di mana pun orang itu berada sekarang, di mata Tuhan, dia hanyalah orang mati yang hidup, mayat berjalan yang tinggal di antara setan-setan najis dan roh-roh jahat, di antara mereka yang berwajah manusia tetapi berhati binatang dan merupakan binatang yang berpakaian manusia. Inilah kualitasnya, dan dia sudah disingkirkan dari pandangan Sang Pencipta. Mengingat kesudahannya dan sikap akhirnya terhadap peristiwa besar ini yang terjadi dalam hidupnya, apakah pelaksanaan tugasnya selama ini ada hubungannya dengan kata "memadai"? (Tidak.) Bagaimana engkau tahu bahwa pelaksanaan tugasnya tidak memadai bahkan sebelum peristiwa ini terjadi? Apakah melalui penilaian dan dugaan, ataukah engkau melakukan evaluasi ini dengan mengamati esensinya? (Dengan mengamati esensinya.) Benar. Contohnya adalah Paulus. Andai saja dia mengejar kebenaran, andai saja dia bisa berusaha untuk disempurnakan seperti Petrus, dia tidak akan mengucapkan kata-kata hujatan seperti itu. Setiap kesudahan ada penyebabnya; kesudahan yang dialami orang ini mempunyai alasan yang mendasarinya. Dari kenyataan bahwa orang ini bisa mencapai titik ini sekarang, dan dari sikapnya terhadap Tuhan, sikapnya terhadap persembahan, dan sikapnya terhadap perbuatan jahatnya sendiri, itu sudah cukup untuk membuat orang melihat dengan jelas jalan apa yang dia tempuh dan seperti apa imannya yang sesungguhnya kepada Tuhan. Ini sepenuhnya menyingkapkan esensinya serta jalan yang dia tempuh. Jika dia menempuh jalan mengejar kebenaran, jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan jika dia dapat dengan sungguh-sungguh memperlakukan tugasnya sebagai tanggung jawab serta kewajibannya, bagaimana dia akan menangani situasi ini ketika kemalangan itu terjadi tanpa bisa dihindari? Dia pasti tidak akan bersikap seperti sekarang, yaitu menentang dan mengeluh. Sisi setannya telah disingkapkan; esensi natur di lubuk jiwanya telah disingkapkan sepenuhnya. Dia bukanlah manusia, dia itu setan. Jika dia manusia, dia tidak akan berakhir seperti ini setelah lebih dari 20 tahun percaya kepada Tuhan. Jika dia manusia, berapa besar penyesalan yang akan dia rasakan atas hilangnya persembahan yang besar itu? Berapa banyak air mata yang akan dia cucurkan? Betapa besar ketakutannya? Dia pasti akan merasa bertanggung jawab dan bersalah atas dosa yang mengerikan itu, percaya bahwa dirinya tidak dapat diampuni, dan merasa harus bertobat serta mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan. Setidaknya, sekalipun gereja menyingkirkannya, dia tidak akan berhenti percaya, juga tidak akan mengkhianati Tuhan, apalagi mengganggu iman keluarganya kepada Tuhan. Apa yang dapat kita mengerti dari berbagai perilaku yang selanjutnya diperlihatkan oleh orang ini? Dia adalah pengikut yang bukan orang percaya yang tidak mencintai kebenaran, dan kemanusiaannya juga jahat. Ini adalah kasus keempat. Bagaimana seharusnya kita menamai kasus ini? ("Kehilangan Sepuluh Juta dalam Kotak Persembahan.") Kita harus menambahkan reaksinya di sana dan menamakan kasus ini "Hilangnya Persembahan Sebesar Sepuluh Juta Tanpa Tanda Pertobatan". Bukankah nama itu lebih baik? Nama itu berfungsi sebagai peringatan untuk orang lain; setidaknya, nama itu membuat orang menyadari di mana letak parahnya tindakan saudara tua tersebut.

Terjadinya semua peristiwa tersebut, berbagai perilaku yang ditampilkan oleh orang-orang tersebut, serta sikap mereka terhadap Tuhan setelah peristiwa itu terjadi, semuanya muncul dan terungkap dalam proses pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, sampai batas tertentu, jalan yang ditempuh orang dalam percaya kepada Tuhan dan kesudahan orang pada akhirnya berkaitan erat dengan pelaksanaan tugasnya; bahkan dapat dikatakan berkaitan langsung. Topik pelaksanaan tugas harus menjadi subjek tetap, begitu pula dengan kebenaran mengenai aspek ini. Ini adalah kebenaran paling mendasar yang harus dipahami orang, dan merupakan topik yang harus terus dibahas dalam proses pertumbuhan hidup dan kepercayaan manusia kepada Tuhan. Hal ini karena pelaksanaan tugas melekat erat dengan perubahan watak manusia, jalan masuk kehidupan, dan jenis jalan yang mereka tempuh serta jenis kesudahan yang pada akhirnya mereka peroleh. Sekarang, kita sudah secara luas mempersekutukan pelaksanaan tugas dan juga beberapa kasus. Tujuan utamanya adalah agar engkau semua mengerti bagaimana melaksanakan tugasmu dengan cara yang diperkenan Tuhan, apa konsekuensinya jika engkau melakukan kejahatan, dan pentingnya pelaksanaan tugas yang memenuhi standar. Peristiwa dalam kasus-kasus ini menjadi makin parah dan makin mengerikan, tetapi Aku tidak mereka-reka. Itu benar-benar terjadi di kalangan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dan orang-orang yang melaksanakan tugasnya. Apa artinya? Ada orang-orang yang berkata: "Eh, tidak ada masalah jika kita tidak melaksanakan tugas kita, tetapi masalah selalu muncul saat kita melaksanakan tugas. Jadi, bolehkah kalau kita tidak usah melaksanakan tugas kita?" Bagaimana jalan pikiran ini? Bukankah ini seperti berhenti makan karena takut tersedak? Bukankah ini bodoh? Engkau harus belajar mencari kebenaran untuk mengatasi masalah ini; ini adalah sikap proaktif dan sejenis sikap yang seharusnya dimiliki orang yang normal. Jika engkau takut kalau-kalau muncul masalah saat sedang melaksanakan tugas yang akan membuatmu dihukum, dikeluarkan, disingkirkan, atau dibuang, dan akhirnya kehilangan harapan untuk memperoleh keselamatan, dan engkau berhenti melaksanakan tugasmu atau menggunakan pendekatan yang negatif dan berlawanan terhadapnya, sikap macam apa itu? (Sikap yang buruk.) Ada orang-orang lain yang berkata: "Kemanusiaan kita terlalu buruk untuk dapat melaksanakan tugas, jadi mengapa kita tidak berpuas diri dengan berjerih payah saja? Tuhan tidak memberikan tuntutan yang tinggi kepada orang-orang yang berjerih payah, dan tidak ada standar atau prinsip apa pun. Mengerahkan upaya saja sudah cukup. Lakukan apa pun yang diminta, taatlah, jangan memikul tanggung jawab yang penting, dan jangan berambisi menjadi seorang pemimpin atau pekerja. Mampu bertahan saja sampai akhir akan menjadi berkat terbesar." Bagaimana motif ini? Bukankah motif ini relatif tercela dan hina? Dapatkah orang yang tidak berambisi seperti itu memperoleh keselamatan dari Tuhan? Dapatkah orang yang tidak berkemanusiaan berjerih payah secara memadai? Mereka yang tidak berkemanusiaan tidak dapat berjerih payah secara memadai; mereka tidak akan menjadi orang yang berjerih payah yang setia yang tetap bertahan.

Jumlah contoh yang disebutkan selama beberapa persekutuan terakhir ini relatif banyak. Peristiwa-peristiwa itu mudah diingat, tetapi kebenaran yang telah Kupersekutukan sulit untuk dipahami. Namun, ada manfaatnya: Dengan membahas peristiwa-peristiwa itu, engkau semua dapat mengingat atau mulai memahami kebenaran yang sedikit disinggungnya. Jika kita tidak membahas kasus-kasus ini, mungkin akan diperlukan lebih banyak upaya untuk mencapai hasil seperti ini. Membahas kasus-kasus ini berguna sebagai pendorong sekaligus peringatan, yang membantu orang menemukan jalan yang benar dari dalam diri mereka. Ini membimbingmu untuk mengetahui jalan mana yang harus ditempuh dalam imanmu agar engkau tidak melanggar ketetapan administratif Tuhan, tidak membuat kesalahan besar, atau tidak menempuh jalan yang salah. Tujuan utamanya adalah membantu orang melaksanakan tugasnya secara memadai. Setelah mendengar tentang keempat kasus ini, bagaimana perasaanmu? Apakah engkau memiliki pemahaman baru tentang pelaksanaan tugas secara memadai? Apakah mudah bagi orang untuk melaksanakan tugasnya secara memadai? (Tidak mudah.) Di manakah letak kesulitannya? Apakah karena orang tidak memahami kebenaran dan tidak mampu menemukan prinsip, sehingga mereka terus melakukan kesalahan? (Tidak.) Jadi, di mana letak kesulitannya? Dalam hal ini: Orang tidak mencintai kebenaran dan juga tidak mengejarnya. Dalam proses melaksanakan tugas, jika orang tidak mengejar kebenaran dan tidak menerapkannya, ditambah lagi dengan wataknya yang kejam, jahat, dan congkak, ini dapat dengan mudah menimbulkan konsekuensi tertentu dan mendatangkan kesudahan yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan orang. Adakah orang yang mengharapkan kesudahan yang buruk bagi dirinya? (Tidak.) Adakah orang yang mengharapkan kesudahan yang biasa-biasa saja, dengan berpikir bahwa selama dia bisa bertahan hidup pas-pasan sampai akhir tanpa mati, itu tidak masalah? (Ya.) Orang macam apakah ini? Mereka adalah orang-orang yang tidak mengejar kebenaran; mereka hanya membuang-buang waktu menunggu kematian. Adapun orang-orang seperti itu, pelaksanaan tugas mereka pasti benar-benar asal-asalan, sehingga mereka cenderung melakukan kesalahan atau berbuat dosa, dan sangat sulit melaksanakan tugas mereka sesuai standar. Orang-orang seperti apa yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai standar? (Orang-orang yang mengejar kebenaran.) Siapa lagi? (Orang-orang yang memiliki kemanusiaan.) Apa saja yang termasuk dalam kemanusiaan? (Hati nurani dan nalar.) Orang yang memiliki hati nurani dan nalar, yang memiliki kemanusiaan, akan melaksanakan tugasnya dengan mudah sesuai standar jika mereka mengejar kebenaran. Ada orang-orang yang berkata: "Kau terus membicarakan contoh-contoh negatif yang serius dari orang-orang yang gagal melaksanakan tugasnya secara memadai, dan ini membuat kami kehilangan kepercayaan diri. Kapan kami akan mencapai standar pelaksanaan tugas secara memadai? Adakah contoh-contoh positif mengenainya?" Jadi, mari kita bahas sesuatu yang lebih positif dan membangkitkan semangat. Sekarang ini, banyak orang mulai fokus mengejar kebenaran, dan mereka juga mulai menjadi lebih rajin saat melaksanakan tugasnya. Misalnya, ada orang-orang yang dapat bekerja sama secara harmonis dengan orang lain saat melaksanakan tugasnya. Apa yang dimaksud dengan kerja sama yang harmonis? Inilah salah satu perwujudannya: Ini bukan hanya tentang semua orang hidup rukun di luar, tanpa konflik ataupun intrik. Kerja sama yang harmonis berarti saat menghadapi berbagai persoalan di tempat kerja—entah engkau mempunyai wawasan tentangnya atau tidak, dan entah sudut pandangmu benar atau salah—engkau tetap dapat berunding dan bersekutu dengan orang lain, mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan kemudian mencapai kesepakatan. Itulah kerja sama yang harmonis. Apa tujuan mencapai kesepakatan? Tujuannya adalah untuk melaksanakan tugas dengan lebih baik, untuk melakukan pekerjaan gereja dengan lebih baik, dan mampu memberikan kesaksian tentang Tuhan. Jika engkau ingin pelaksanaan tugasmu dapat memenuhi standar, selama proses melaksanakan tugas, engkau harus terlebih dahulu mencapai kerja sama yang harmonis. Sekarang ini ada orang-orang yang sudah menerapkan kerja sama yang harmonis. Setelah memahami kebenaran, meski mereka tidak mampu sepenuhnya menerapkan kebenaran, dan meski ada saat-saat kegagalan, kelemahan, dan penyimpangan di sepanjang jalannya, mereka tetap berusaha mencapai prinsip-prinsip kebenaran. Jadi, mereka punya harapan untuk mencapai kerja sama yang harmonis. Misalnya, kadang-kadang engkau mungkin beranggapan bahwa apa yang sedang kaulakukan itu benar, tetapi engkau mampu untuk tidak merasa diri benar. Engkau dapat berdiskusi dengan orang lain dan bersekutu tentang prinsip-prinsip kebenaran bersama-sama sampai hal itu menjadi jelas dan nyata, sehingga semua orang memahaminya, dan sepakat bahwa dengan melakukannya, hasil yang terbaik akan tercapai. Selain itu, semua orang sepakat bahwa hal itu tidak menyimpang dari prinsip, mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, dan akan melindungi kepentingan rumah Tuhan semaksimal mungkin. Penerapan dengan cara ini sejalan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Meskipun hasil akhirnya mungkin tidak selalu seperti yang kaubayangkan, jalan, arah, dan tujuan penerapanmu sudah benar. Jadi, bagaimana Tuhan melihatnya? Bagaimana Tuhan mendefinisikannya? Tuhan akan berkata bahwa pelaksanaan tugasmu sudah memadai. Apakah memadai berarti bahwa tugasmu sudah dilaksanakan sesuai dengan maksud Tuhan? Tidak. Memadai masih jauh dari memenuhi maksud Tuhan, menerima penegasan dari Tuhan, dan melakukan penerapan dengan sepenuhnya memenuhi tuntutan Tuhan. Memadai hanya berarti bahwa engkau berada di jalan yang benar, niatmu benar, dan arahmu benar, tetapi engkau belum mencapai standar yang tinggi dalam bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran seperti yang dituntut oleh Tuhan. Misalnya, mengenai ketundukan, katakanlah rumah Tuhan mengatur agar engkau melakukan sesuatu dalam proses pelaksanaan tugasmu. Bagaimana seharusnya engkau menerapkannya agar dapat memenuhi standar dalam melaksanakan tugasmu? Saat pertama kali mendengar tentang tugas itu, engkau mungkin punya beberapa pendapat. Namun setelah mempertimbangkannya, engkau berpikir, "Tuhan telah berkata bahwa kita harus belajar mencari dan tunduk dalam perkara-perkara yang tidak kita pahami. Jadi, aku harus mencari. Meski aku tidak memahami kebenaran atau tidak tahu bagaimana cara menerapkannya, tugas itu telah diberikan kepadaku, jadi aku harus taat dan tunduk. Sekalipun hanya mengikuti peraturan, aku harus mengikutinya terlebih dahulu." Jika engkau dapat menerapkannya dengan cara ini, berarti engkau memenuhi standar. Namun, adakah kesenjangan antara memenuhi standar ini dan menerima penegasan Tuhan? (Ya.) Kesenjangan ini ditentukan oleh sejauh mana engkau memahami kebenaran. Meski engkau dapat tunduk, engkau tidak memahami maksud Tuhan dan belum sepenuhnya mengidentifikasi prinsip-prinsip kebenaran ataupun menerapkannya; engkau hanya mematuhi peraturan. Engkau sudah mematuhi hal-hal mendasar yang harus dilakukan, sesuai dengan standar hati nurani dan peraturan, jadi dalam hal pelaksanaan, tidak ada masalah, dan dalam hal natur tindakanmu, tidak ada yang salah. Namun, ini tidak memenuhi standar penerapan kebenaran; engkau masih belum memahami maksud Tuhan. Engkau hanya secara pasif dan refleks melaksanakan tugasmu; engkau tidak melaksanakannya dengan benar sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Engkau belum mencapai tingkat di mana engkau dapat memberikan kesaksian tentang Tuhan atau memenuhi maksud Tuhan. Engkau belum memenuhi standar untuk memberikan kesaksian. Oleh karena itu, melaksanakan tugasmu dengan cara ini sekadar memadai, dan belum mendapat perkenanan Tuhan.

Apa standar untuk menentukan apakah seseorang sudah melaksanakan tugasnya secara memadai atau belum? Jika jalan yang ditempuh orang dalam melaksanakan tugas itu benar, arahnya benar, dan niatnya benar; jika asal-usul dan prinsipnya benar; jika aspek-aspek ini benar, berarti tugas yang dilaksanakan orang sudah memadai. Banyak orang memahaminya secara teori, tetapi menjadi bingung ketika benar-benar terjadi sesuatu pada mereka. Singkatnya, Aku akan memberitahukan kepadamu suatu prinsip: Janganlah bertindak sewenang-wenang dan secara sepihak ketika menghadapi suatu situasi. Mengapa engkau tidak boleh bertindak sewenang-wenang dan secara sepihak? Di satu sisi, tindakan seperti itu tidak sejalan dengan prinsip pelaksanaan tugas. Di sisi lain, sebuah tugas bukanlah urusan pribadimu sendiri; engkau tidak sedang menguntungkan dirimu sendiri, engkau bukan sedang mengurus pekerjaanmu sendiri, ini bukanlah usaha pribadimu sendiri. Di rumah Tuhan, apa pun yang kaulakukan, engkau tidak sedang mengerjakan usahamu sendiri; itu adalah pekerjaan rumah Tuhan, itu adalah pekerjaan Tuhan. Engkau harus selalu mengingat pengetahuan dan kesadaran ini dan berkata, "Ini bukan urusanku sendiri; aku sedang melakukan tugasku dan memenuhi tanggung jawabku. Aku sedang melakukan pekerjaan gereja. Ini adalah tugas yang Tuhan percayakan kepadaku dan aku melakukannya untuk Dia. Ini adalah tugasku, bukan urusan pribadiku sendiri." Inilah hal pertama yang harus orang pahami. Jika engkau memperlakukan tugas sebagai urusan pribadimu sendiri, dan tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika engkau bertindak, serta melaksanakannya sesuai dengan motif, pandangan, dan agenda rahasiamu sendiri, maka kemungkinan besar engkau akan melakukan kesalahan. Jadi, bagaimana seharusnya engkau bertindak jika engkau ingin membuat perbedaan yang sangat jelas antara tugasmu dan urusan pribadimu sendiri, dan sadar bahwa ini adalah sebuah tugas? (Carilah apa yang Tuhan tuntut, dan carilah prinsip.) Benar. Jika sesuatu terjadi pada dirimu dan engkau tidak memahami kebenaran, dan engkau memiliki gagasan tertentu tetapi segala sesuatunya masih belum jelas bagimu, engkau harus mencari saudara-saudari yang memahami kebenaran untuk diajak bersekutu; inilah artinya mencari kebenaran, dan inilah sikap yang harus terlebih dahulu kaumiliki terhadap tugasmu. Engkau tidak boleh memutuskan segala sesuatu berdasarkan apa yang menurutmu benar, dan kemudian membuat keputusan akhir—ini dengan mudah menyebabkan masalah. Tugas bukanlah urusan pribadimu sendiri; entah besar atau kecil, urusan rumah Tuhan bukanlah urusan pribadi seseorang. Selama itu berkaitan dengan tugas, itu bukan urusan pribadimu—ini berkaitan dengan kebenaran dan prinsip. Jadi, apa hal pertama yang harus kaulakukan? Engkau harus mencari kebenaran dan mencari prinsip-prinsipnya. Dan jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau harus mencari prinsip-prinsipnya terlebih dahulu; jika engkau sudah memahami kebenaran, mengidentifikasi prinsip-prinsip akan mudah. Apa yang harus kaulakukan jika tidak memahami prinsip? Ada satu cara: Engkau dapat bersekutu dengan orang-orang yang memahaminya. Jangan selalu beranggapan bahwa engkau selalu benar dan memahami segalanya; ini mudah menyebabkan kesalahan. Seperti apa watakmu ketika engkau selalu ingin mengambil keputusan akhir? Itu adalah watak congkak, sikap merasa diri benar, serta bertindak sewenang-wenang dan secara sepihak. Ada orang-orang yang berpikir, "Aku ini lulusan perguruan tinggi, aku lebih terpelajar daripadamu, aku punya kemampuan untuk memahami, sementara engkau semua punya tingkat pertumbuhan yang rendah dan tidak memahami kebenaran, jadi engkau harus mendengarkan apa pun yang kukatakan. Aku bisa mengambil keputusan sendiri!" Bagaimanakah pandangan ini? Jika engkau punya pandangan seperti ini, engkau akan mendapat masalah; engkau tidak akan pernah melaksanakan tugasmu dengan baik. Bagaimana engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik ketika engkau selalu ingin menjadi orang yang mengambil keputusan akhir, tanpa kerja sama yang harmonis? Melaksanakan tugasmu dengan cara seperti ini sama sekali tidak akan memenuhi standar. Mengapa Kukatakan demikian? Engkau selalu ingin mengekang orang lain dan membuat mereka mendengarkanmu; engkau tidak mau menerima apa pun yang dikatakan orang lain. Ini bias dan keras kepala, juga congkak dan merasa diri benar. Dengan cara ini, engkau tidak hanya akan gagal melaksanakan tugasmu dengan baik, tetapi engkau juga akan menghalangi orang lain agar mereka tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Inilah konsekuensi dari watak yang congkak. Mengapa Tuhan menuntut orang untuk bekerja sama dengan harmonis? Di satu sisi, hal ini berguna untuk menyingkapkan watak rusak orang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengenal diri sendiri dan menyingkirkan watak rusaknya. Hal ini bermanfaat bagi jalan masuk kehidupannya. Di sisi lain, kerja sama yang harmonis juga bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Karena setiap orang kurang memahami kebenaran dan memiliki watak yang rusak, jika tidak ada kerja sama yang harmonis, mereka tidak akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, yang akan berdampak pada pekerjaan gereja. Konsekuensinya akan parah. Ringkasnya, agar dapat melaksanakan tugas secara memadai, orang harus belajar bekerja sama dengan harmonis, dan ketika menghadapi situasi tertentu, mereka harus mempersekutukan kebenaran untuk menemukan solusi. Hal ini penting dan bermanfaat, tidak hanya bagi pekerjaan gereja, tetapi juga bagi jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Ada orang-orang yang tidak dapat memahaminya; mereka selalu berpikir bahwa kerja sama yang harmonis itu terlalu merepotkan, dan terkadang mempersekutukan kebenaran tidak mudah membuahkan hasil. Kemudian muncul keraguan dalam diri orang-orang ini, dan mereka berkata, "Apakah kerja sama yang harmonis benar-benar diperlukan untuk mencapai pelaksanaan tugas yang memadai? Ketika diperhadapkan pada suatu situasi, apakah bersekutu bersama yang lainnya pasti akan membuahkan hasil? Menurutku, semua ini hanyalah melakukan sesuatu dengan asal-asalan; mengikuti peraturan ini tidak ada gunanya." Apakah pandangan ini benar? (Tidak.) Masalah apa yang disingkapkan oleh pandangan ini? (Sikap mereka terhadap pelaksanaan tugas itu bermasalah.) Ada orang-orang yang mempunyai watak congkak dan merasa diri benar; mereka tidak mau mempersekutukan kebenaran dan selalu ingin mengambil keputusan akhir. Bisakah seseorang yang begitu congkak dan merasa diri benar bekerja sama secara harmonis dengan orang lain? Tuhan menuntut manusia untuk bekerja sama dengan harmonis dalam melaksanakan tugas untuk mengatasi watak rusak mereka, membantu mereka belajar tunduk pada pekerjaan Tuhan dalam melaksanakan tugas, dan menyingkirkan watak rusak mereka, sehingga mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Menolak bekerja sama dengan orang lain serta ingin bertindak sewenang-wenang dan secara sepihak, dan membuat semua orang mendengarkanmu, apakah seharusnya engkau bersikap seperti ini terhadap tugasmu? Sikapmu terhadap pelaksanaan tugasmu berhubungan dengan jalan masukmu ke dalam kehidupan. Tuhan tidak peduli dengan apa yang terjadi padamu setiap hari, atau berapa banyak pekerjaan yang kaulakukan, berapa banyak upaya yang kaulakukan—yang Dia lihat adalah bagaimana sikapmu terhadap hal-hal ini. Berkaitan dengan apakah sikap yang dengannya engkau melakukan hal-hal ini, dan caramu melakukannya? Itu berkaitan dengan apakah engkau mengejar kebenaran atau tidak, dan juga berkaitan dengan jalan masuk kehidupanmu. Tuhan melihat jalan masuk kehidupanmu dan jalan yang kautempuh. Jika engkau menempuh jalan mengejar kebenaran, dan engkau memiliki jalan masuk kehidupan, engkau akan mampu bekerja sama secara harmonis dengan orang lain saat engkau melaksanakan tugasmu, dan engkau akan dengan mudah melaksanakan tugasmu sesuai standar. Namun jika, saat melaksanakan tugasmu, engkau selalu menekankan bahwa engkau memiliki modal, bahwa engkau memahami bidang pekerjaanmu, bahwa engkau berpengalaman, dan memperhatikan maksud Tuhan, dan mengejar kebenaran lebih daripada siapa pun, dan jika kemudian engkau menganggap bahwa karena hal-hal ini, engkau memenuhi syarat untuk menjadi penentu keputusan, dan engkau tidak mendiskusikan apa pun dengan orang lain, dan selalu bertindak sekehendak hatimu sendiri, dan mengurus pekerjaanmu sendiri, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian, maka apakah engkau sedang menempuh jalan menuju jalan masuk kehidupan? Tidak—ini adalah mengejar status, ini menempuh jalan Paulus, ini bukan jalan menuju jalan masuk kehidupan. Cara Tuhan menghendaki manusia menempuh jalan masuk kehidupan dan jalan mengejar kebenaran tidak melibatkan perilaku yang demikian atau menunjukkan perwujudan seperti ini. Apa standar pelaksanaan tugas yang memadai? (Mencari kebenaran dalam segala hal, mampu bertindak sesuai dengan prinsip.) Benar. Untuk melaksanakan tugasmu secara memadai, berapa tahun pun engkau telah percaya kepada Tuhan, betapa pun banyaknya tugas yang telah kaulaksanakan, atau betapa pun banyaknya kontribusi yang telah kauberikan bagi rumah Tuhan, terlebih lagi, betapapun berpengalamannya dirimu dalam tugasmu, itu bukan masalah. Hal utama yang Tuhan lihat adalah jalan yang orang tempuh. Dengan kata lain, Dia melihat sikap seseorang terhadap kebenaran dan prinsip, arah, sumber, dan titik awal di balik tindakan orang tersebut. Tuhan berfokus pada hal-hal ini; semua itulah yang menentukan jalan yang kautempuh. Jika, selama engkau melaksanakan tugasmu, hal-hal positif ini sama sekali tidak dapat terlihat dalam dirimu, dan prinsip, jalan, dan dasar dari tindakanmu adalah pemikiran, tujuan dan rencanamu sendiri; titik awalmu adalah untuk melindungi kepentinganmu sendiri serta menjaga reputasi dan kedudukanmu, caramu melakukan sesuatu adalah dengan membuat keputusan dan bertindak sendiri serta menjadi penentu keputusan, tidak pernah mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain atau bekerja sama secara harmonis, dan tidak pernah mendengarkan nasihat ketika engkau telah melakukan kesalahan, apalagi mencari kebenaran, lalu bagaimana Tuhan akan memandang dirimu? Engkau belum memenuhi standar jika engkau melakukan tugasmu dengan cara demikian, dan engkau belum menginjakkan kaki di jalan pengejaran akan kebenaran, karena, ketika engkau melaksanakan tugasmu, engkau tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran dan selalu bertindak sesukamu, melakukan apa pun yang kauinginkan. Inilah alasan mengapa kebanyakan orang tidak melaksanakan tugas mereka dengan memadai. Jadi, bagaimana cara mengatasi masalah ini? Menurutmu, apakah sulit untuk orang melaksanakan tugasnya secara memadai? Sebenarnya, tidak sulit; orang hanya harus dapat mengambil sikap rendah hati, memiliki sedikit akal sehat, dan mengambil posisi yang tepat. Betapa pun terpelajarnya dirimu, penghargaan apa pun yang telah kaumenangkan, atau apa pun yang telah kaucapai, dan setinggi apa pun status dan pangkatmu, engkau harus melepaskan semua hal ini, engkau harus melepaskan kecongkakanmu—semua ini tidak ada artinya. Di rumah Tuhan, sehebat apa pun hal-hal ini, semua itu tidak bisa lebih tinggi daripada kebenaran, karena hal-hal dangkal ini bukanlah kebenaran, dan tak dapat menggantikan posisi kebenaran. Engkau harus jelas mengenai masalah ini. Jika engkau berkata, "Aku sangat berbakat, aku memiliki pikiran yang sangat tajam, aku memiliki refleks yang cepat, aku orang yang cepat belajar, dan aku memiliki daya ingat yang sangat baik, jadi aku memenuhi syarat untuk menjadi penentu keputusan," jika engkau selalu menggunakan hal-hal ini sebagai modal, menganggapnya hal berharga, menganggapnya hal positif, maka ini berarti masalah. Jika hatimu dipenuhi hal-hal ini, jika semua ini telah berakar di dalam hatimu, akan sulit bagimu untuk menerima kebenaran—dan akibatnya akan sangat mengerikan. Oleh karena itu, engkau harus terlebih dahulu melepaskan dan menyangkal hal-hal yang kaucintai itu, yang tampaknya baik, yang berharga bagimu. Hal-hal itu bukanlah kebenaran; sebaliknya, semua itu dapat menghalangimu untuk memasuki kebenaran. Hal paling mendesak sekarang ini adalah engkau harus mencari kebenaran dalam melaksanakan tugasmu, dan menerapkan sesuai dengan kebenaran, lakukanlah sedemikian rupa hingga pelaksanaan tugasmu itu menjadi memadai, karena pelaksanaan tugas yang memadai hanyalah langkah pertama menuju jalan masuk kehidupan. Apa arti "langkah pertama" di sini? Artinya memulai suatu perjalanan. Dalam segala hal, ada sesuatu yang digunakan untuk memulai perjalanan, sesuatu yang paling mendasar, yang paling fundamental, dan mencapai pelaksanaan tugas yang memadai adalah sebuah jalan masuk kehidupan. Jika pelaksanaan tugasmu hanya tampak sesuai dengan cara tugas itu dilaksanakan, tetapi tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, berarti engkau tidak sedang melaksanakan tugasmu dengan memadai. Jadi, bagaimana seharusnya orang melaksanakan tugasnya? Orang harus melaksanakan tugasnya dan mencari prinsip-prinsip kebenaran; diperlengkapi dengan prinsip-prinsip kebenaran adalah hal yang terpenting. Jika engkau sekadar memperbaiki perilaku dan temperamenmu, tetapi tidak diperlengkapi dengan kenyataan kebenaran, itu tidak ada gunanya. Engkau mungkin memiliki bakat atau keahlian tertentu. Itu hal yang baik—tetapi hanya dengan menggunakan hal itu dalam pelaksanaan tugasmulah yang berarti bahwa engkau memanfaatkan hal itu dengan tepat. Mampu melaksanakan tugasmu dengan baik tidak menuntut peningkatan dalam kemanusiaan atau kepribadianmu, juga tidak menuntutmu untuk mengesampingkan bakat atau talentamu. Bukan itu yang dituntut darimu. Yang terpenting adalah engkau memahami kebenaran dan belajar untuk tunduk kepada Tuhan. Hampir tak terhindarkan bahwa watak rusakmu akan terlihat pada saat engkau melaksanakan tugasmu. Apa yang harus kaulakukan pada saat-saat seperti itu? Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah dan bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau melakukannya, melaksanakan tugas dengan baik tidak akan menjadi masalah bagimu. Di bidang apa pun bakat atau keahlianmu, atau di bidang apa pun pengetahuan kejuruan yang mungkin kaumiliki, menggunakan hal-hal ini dalam melaksanakan tugas adalah yang paling tepat. Itulah satu-satunya cara untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Salah satu pendekatannya adalah dengan mengandalkan hati nurani serta nalar untuk melaksanakan tugasmu, dan pendekatan lainnya adalah engkau harus mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakmu. Orang memperoleh jalan masuk kehidupan dengan melaksanakan tugasnya menggunakan cara ini, dan dia menjadi mampu melaksanakan tugasnya secara memadai.

Seperti yang terlihat sekarang, pelaksanaan tugas yang memadai tak dapat lepas dari mencari kebenaran dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika orang tidak dapat mencari kebenaran untuk mengatasi masalah dan bertindak berdasarkan prinsip, dia tidak dapat mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Definisi pelaksanaan tugas yang memadai sudah dijelaskan. Apakah tuntutan Tuhan terhadap manusia itu tinggi? Sebenarnya, tidak tinggi. Tuhan hanya memintamu untuk memiliki sikap, niat, dan pandangan yang benar dalam tindakanmu. Berdasarkan ini, engkau dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus dan mengenal dirimu sendiri secara lebih mendalam. Kemudian engkau akan mampu menjalani ujian dan pemurnian, yang memungkinkanmu untuk memasuki kebenaran yang lebih dalam dan mengalami perubahan watak. Sebelum engkau menjalani ujian dan pemurnian, berdasarkan pemahamanmu akan kebenaran, Tuhan akan memberimu penghakiman dan hajaran. Namun, apa dasar dari penghakiman dan hajaran, serta ujian dan pemurnian? Berdasarkan apakah engkau sudah melaksanakan tugasmu secara memadai atau belum. Dengan kata lain, apakah engkau sudah mencapai jalan masuk kehidupan atau belum. Jalan masuk kehidupanmu tak terpisahkan dari pekerjaan dan tanggung jawabmu di gereja. Jika engkau menghabiskan sepanjang hari di rumah dengan membaca firman Tuhan dan beromong kosong tentang pelaksanaan tugas dan jalan masuk kehidupanmu, ini tidak realistis dan sia-sia. Ini seperti merancang rencana dan strategi perang tanpa terlibat langsung di medan perang; engkau berbicara sepanjang hari tentang pelaksanaan tugasmu secara memadai dan tentang menerima amanat Tuhan, tetapi tanpa dedikasi atau pengorbanan apa pun, dan tentu saja tanpa menanggung penderitaan ataupun mengalami kesukaran. Sekalipun terkadang hatimu tersentuh sehingga engkau menitikkan air mata saat sedang menyanyikan lagu pujian atau membaca firman Tuhan, ini tidak akan membuahkan hasil apa pun. Dari sudut pandang ini, apakah ada hubungan antara melaksanakan tugas secara memadai dengan memperoleh keselamatan? Atau, apakah pelaksanaan tugas yang memadai berhubungan dengan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan? Ya, keduanya berhubungan. Agar dapat menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, orang harus mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Mengapa Tuhan menetapkan standar seperti itu, yang menuntut orang untuk mencapai pelaksanaan tugas yang memadai? Karena Tuhan menggunakan pelaksanaan tugasmu untuk mengukur taraf jalan masuk kehidupanmu. Jika engkau sudah mencapai pelaksanaan tugas yang memadai, itu berarti jalan masuk kehidupanmu sudah mencapai standar yang membuatmu memenuhi syarat untuk menerima penghakiman dan hajaran, yang juga berarti engkau memenuhi syarat untuk menerima pekerjaan penyempurnaan Tuhan atasmu. Jadi, apa syarat yang telah Tuhan ajukan kepada manusia untuk mencapainya? Pelaksanaan tugasmu harus dipandang memadai di mata Tuhan, yang berarti, dengan kata lain, ada jalan dan arah yang mendasar menuju jalan masuk kehidupanmu yang diakui dan dianggap memenuhi syarat oleh Tuhan. Bagaimana Tuhan mengujinya? Terutama melalui pelaksanaan tugasmu. Begitu engkau sudah mendapatkan penegasan Tuhan dengan melaksanaan tugasmu secara memadai, langkah selanjutnya langsung dimulai: Tuhan akan mulai memberimu penghakiman dan hajaran. Kesalahan apa pun yang kaulakukan, engkau akan didisiplinkan, seolah-olah Tuhan mulai mengawasimu dengan ketat. Ini adalah hal yang baik. Artinya, engkau telah disahkan oleh Tuhan, engkau tidak lagi dalam bahaya, dan engkau adalah jenis orang yang sama sekali tidak akan melakukan tindakan yang jelas-jelas jahat. Di satu sisi, Tuhan akan melindungimu; di sisi lain, jika berbicara secara subjektif, jalan yang sedang kautempuh dan tujuan serta arah hidupmu sudah berakar pada jalan yang benar. Engkau tidak akan meninggalkan Tuhan dan tidak akan menyimpang. Selanjutnya, Tuhan pasti akan menyempurnakanmu; berkat ini akan datang kepadamu. Jadi, jika seseorang berharap menerima berkat ini dan menempuh jalan disempurnakan, tuntutan pertamanya adalah mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Tuhan mengamati berbagai kinerjamu di rumah Tuhan, juga tugas, amanat, dan misi yang Dia berikan kepadamu, untuk memahami sikapmu terhadap-Nya dan kebenaran. Melalui sikap ini, Tuhan menilai dengan tepat jalan mana yang sedang kautempuh. Jika engkau sedang menempuh jalan mengejar kebenaran, pelaksanaan tugasmu akan memenuhi standar, dan engkau pasti juga akan memiliki jalan masuk kehidupan dan mengalami perubahan watak dalam tingkat yang berbeda-beda. Ini semua dicapai selama proses pelaksanaan tugasmu. Sebelum Tuhan secara formal menyempurnakanmu, sampai sejauh inilah yang dapat kaucapai dengan mengandalkan upaya manusiawi. Tanpa pekerjaan Tuhan, engkau hanya dapat mencapai tingkat ini, dan akan sulit untuk berjuang lebih jauh. Engkau hanya dapat mengandalkan dirimu sendiri untuk mencapai apa yang sesuai dengan kemampuanmu dan kapasitas manusia, seperti mengendalikan diri melalui kemauan keras, menanggung penderitaan, membayar harga, meninggalkan daging, memangkas perasaan, meninggalkan dunia, mengenali tren jahat, memberontak melawan daging, melaksanakan tugas dengan setia, dapat menilai, dan tidak mengikuti manusia. Ketika sudah mencapai semua ini, engkau memenuhi syarat untuk disempurnakan oleh Tuhan. Tuhan pada dasarnya tidak mencampuri apa yang dapat dicapai manusia. Dia terus membekalimu dengan kebenaran, terus menyiramimu, mendukungmu untuk memahami kebenaran, memberitahumu cara untuk memahami kebenaran dalam berbagai aspek, dan cara untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Setelah engkau memahami dan memasukinya, Tuhan akan memberimu sertifikat kualifikasi, dan kesempatanmu untuk diselamatkan akan menjadi 80 persen. Namun, sebelum mencapai 80 persen, engkau harus mengerahkan seluruh tenaga dan upayamu; engkau tidak boleh menjalani hidup ini dengan sia-sia. Ada orang-orang yang berkata: "Sekarang aku sudah percaya kepada Tuhan selama dua puluh tahun; sudahkah aku mengerahkan seluruh tenagaku?" Ini tidak diukur dengan jumlah tahun. Ada orang-orang yang berkata: "Sekarang aku sudah percaya kepada Tuhan selama lima tahun, dan aku mulai memahami kebenaran. Aku tahu bagaimana cara melaksanakan tugas secara memadai, dan aku berjuang ke arah ini; aku tahu beberapa cara sekarang, dan sepertinya hatiku terasa sedikit damai dan terhibur." Perasaan ini pada dasarnya akurat, tetapi apakah itu berarti engkau memiliki peluang sebesar 80 persen untuk diselamatkan? Tidak; seberapa banyak yang sebenarnya sudah kaucapai? Antara 10 hingga 15 persen. Karena dalam proses melaksanakan tugasmu secara memadai, engkau masih harus mengalami pemangkasan berulang kali; engkau harus mengalami banyak keadaan. Dalam keadaan-keadaan itu, pada sisi positifnya, Tuhan akan memperkaya pengalamanmu. Dalam proses pengayaan pengalaman melalui orang, peristiwa, dan berbagai hal itu—yaitu, dalam keadaan yang nyata—Tuhan membuatmu memahami kebenaran. Mengapa Dia membuatmu memahami kebenaran melalui orang, peristiwa, dan berbagai hal ini? Jika engkau tidak mengalaminya, pemahamanmu tentang kebenaran akan selamanya hanya sebatas kata-kata, doktrin, dan slogan. Begitu engkau mengalami berbagai keadaan dalam hidup, doktrin-doktrin yang sebelumnya mulai kaupahami atau sudah mampu kaupahami dan mengerti dalam ingatanmu akan menjadi semacam kenyataan. Kenyataan ini adalah sisi nyata dari kebenaran, dan itulah yang harus kaupahami dan masuki.

Seberapa besar peluang seseorang untuk diselamatkan ketika dia belum memenuhi standar dalam melaksanakan tugas secara memadai? Paling banyak, antara 10 sampai 15 persen, karena dia tidak memahami kebenaran dan sama sekali tidak dapat memiliki ketundukan sejati. Dapatkah orang yang tidak memahami kebenaran bertindak berdasarkan prinsip? Dapatkah mereka melaksanakan tugas dengan serius dan bertanggung jawab? Sama sekali tidak. Semua orang yang tidak memahami kebenaran pasti bertindak sekehendak hatinya sendiri, melakukan segala sesuatunya secara asal-asalan, bercampur dengan banyak motif egois, dan bertindak berdasarkan kesukaannya sendiri. Sekalipun engkau dapat mengucapkan banyak doktrin, dan dapat melontarkan teori serta slogan, itu bukan berarti engkau memiliki kenyataan kebenaran, jadi peluangmu untuk diselamatkan tidaklah tinggi. Untuk memperoleh keselamatan sejati, dan melepaskan diri dari pengaruh Iblis serta hidup berdasarkan firman Tuhan, langkah selanjutnya adalah mengerahkan upaya dalam berbagai kebenaran. Apa tujuannya? Yakni masuk ke dalam kenyataan kebenaran dengan lebih akurat dan mantap. Hanya ketika engkau sudah masuk ke dalam kebenaran, engkau dapat mulai menempuh jalan hidup yang benar. Jika engkau hanya tahu cara mengucapkan doktrin dan slogan, tetapi tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran dalam melaksanakan tugasmu, dan bahkan dapat bertindak sembarangan berdasarkan keinginan sesaat, berarti engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran; dan perjalananmu masih jauh. Setelah seseorang mengalami banyak hal selama melaksanakan tugasnya dan menyadari bahwa dia tidak memahami kebenaran serta memiliki begitu banyak kekurangan, dia mulai berupaya untuk masuk ke dalam kebenaran. Lambat laun, dia berubah dari mengucapkan doktrin dan slogan menjadi memiliki pemahaman yang benar, menerapkan kebenaran secara akurat, dan benar-benar tunduk kepada Tuhan. Dengan demikian, harapannya untuk diselamatkan akan meningkat, dan peluangnya menjadi lebih tinggi. Berdasarkan apakah peningkatan ini? (Berdasarkan sejauh mana mereka memahami kebenaran.) Sejauh mana seseorang memahami kebenaran bukanlah faktor yang paling penting; yang paling penting adalah menerapkan dan memasuki kenyataan kebenaran. Hanya dengan menerapkan kebenaranlah engkau dapat memahaminya; engkau tidak akan pernah memahami kebenaran jika tidak menerapkannya. Sekadar memahami kata-kata dan doktrin tidak sama dengan memahami kebenaran. Makin sering engkau menerapkan kebenaran, maka makin banyak kenyataan yang kaumiliki, makin engkau berubah, dan makin baik pemahamanmu akan kebenaran. Oleh karena itu, harapanmu untuk diselamatkan akan meningkat. Dalam proses melaksanakan tugasmu, pada sisi positifnya, jika engkau dapat memperlakukan tugasmu dengan cara yang benar, tidak pernah meninggalkannya apa pun keadaan yang kauhadapi, dan bahkan ketika orang lain kehilangan iman dan berhenti melaksanakan tugasnya, engkau tetap berpegang teguh pada tugasmu dan tidak pernah meninggalkannya dari awal hingga akhir, tetap teguh dan setia pada tugasmu sampai akhir, berarti engkau benar-benar memperlakukan tugasmu sebagai tugas dan menunjukkan kesetiaan penuh. Jika engkau dapat memenuhi standar ini, pada dasarnya engkau sudah memenuhi standar pelaksanaan tugas dengan memadai; ini adalah sisi positifnya. Namun, sebelum mencapai standar ini, pada sisi negatifnya, orang harus mampu bertahan dalam menghadapi berbagai pencobaan. Masalah macam apa yang muncul ketika seseorang tidak dapat bertahan dalam menghadapi pencobaan dalam proses pelaksanaan tugasnya, sehingga dia meninggalkan tugasnya dan melarikan diri, mengkhianati tugasnya? Itu sama dengan mengkhianati Tuhan. Mengkhianati amanat Tuhan berarti mengkhianati Tuhan. Masih bisakah orang yang mengkhianati Tuhan diselamatkan? Orang ini sudah tamat; semua harapannya sirna, dan tugas yang sebelumnya dia laksanakan hanyalah jerih payah, yang lenyap bersama pengkhianatannya. Jadi, sangatlah penting untuk berpegang teguh pada tugas; dengan demikian, masih ada harapan. Dengan setia melaksanakan tugas, orang dapat diselamatkan dan mendapatkan perkenanan Tuhan. Menurut semua orang, apa bagian yang paling sulit dalam berpegang teguh pada tugas? Yakni apakah mereka mampu berdiri teguh saat menghadapi pencobaan. Meliputi apa sajakah pencobaan ini? Uang, status, hubungan yang intim, dan perasaan. Apa lagi? Jika beberapa tugas memiliki risiko, bahkan berisiko kehilangan nyawa, dan pelaksanaan tugas itu mungkin dapat menyebabkan penangkapan dan pemenjaraan atau bahkan penganiayaan hingga kematian, apakah engkau tetap bisa melaksanakan tugasmu? Mampukah engkau bertekun? Apakah pencobaan ini dapat diatasi dengan mudah atau tidak, itu tergantung pada apakah orang mengejar kebenaran. Itu tergantung pada kemampuan orang untuk secara perlahan-lahan mengerti dan mengenali pencobaan ini saat mengejar kebenaran, serta kemampuan untuk mengenali esensinya dan tipu muslihat Iblis di baliknya. Orang juga dituntut untuk mengenali watak rusak, esensi natur, dan kelemahannya sendiri. Orang juga harus terus memohon kepada Tuhan untuk melindunginya supaya dia dapat bertahan menghadapi pencobaan ini. Jika orang dapat bertahan menghadapi ini, dan berpegang teguh pada tugasnya tanpa berkhianat atau melarikan diri dalam keadaan apa pun, berarti peluangnya untuk diselamatkan mencapai 50 persen. Apakah 50 persen ini mudah dicapai? Setiap langkah adalah tantangan, yang penuh risiko; ini tidak mudah dicapai! Adakah orang yang merasa bahwa mengejar kebenaran itu sangat sulit sehingga dia merasa bahwa hidup ini terlalu melelahkan dan lebih memilih mati? Orang macam apa yang merasa seperti itu? Begitulah yang dirasakan para pengikut yang bukan orang percaya. Demi sekadar bertahan hidup, orang bisa memutar otak, menanggung kesukaran apa pun, dan tetap bertahan hidup dengan gigih dalam bencana, tidak menyerah hingga napas terakhir. Jika mereka percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran dengan semangat seperti ini, mereka pasti akan mencapai hasil. Jika orang tidak mencintai kebenaran dan tidak mau memperjuangkannya, mereka tidak berguna! Mengejar kebenaran bukanlah sesuatu yang dapat dicapai melalui upaya manusia belaka; perlu adanya usaha manusia yang dipadukan dengan pekerjaan Roh Kudus. Ini memerlukan Tuhan yang mengatur berbagai lingkungan untuk menguji dan memurnikan manusia, dan Roh Kudus yang bekerja untuk mencerahkan, menerangi, dan membimbing mereka. Penderitaan yang dialami orang untuk memperoleh kebenaran mutlak diperlukan. Seperti para pendaki gunung yang mempertaruhkan nyawa demi mencapai puncak, mereka tidak takut menghadapi kesukaran dalam upaya mereka untuk menantang batas, bahkan hingga titik mempertaruhkan nyawa. Apakah percaya kepada Tuhan dan mendapatkan kebenaran lebih sulit daripada mendaki gunung? Orang macam apa yang menginginkan berkat tetapi tidak mau menderita? Mereka tidak berguna. Engkau tidak dapat mengejar dan memperoleh kebenaran tanpa kemauan yang kuat; engkau tidak dapat melakukannya tanpa kemampuan untuk menanggung penderitaan. Engkau harus membayar harga untuk memperolehnya.

Orang sudah mulai memahami definisi memadai, standar memadai, alasan mengapa Tuhan telah menetapkan standar memadai ini, hubungan antara pelaksanaan tugas secara memadai dan jalan masuk kehidupan, serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kebenaran tentang pelaksanaan tugas secara memadai. Jika mereka dapat mencapai titik di mana mereka dapat berpegang teguh pada tugas mereka tanpa memandang waktu ataupun tempat, tanpa menyerah, dan dapat bertahan menghadapi segala macam pencobaan, dan kemudian memahami serta memperoleh pengetahuan dan jalan masuk ke dalam berbagai kebenaran yang Tuhan tuntut dalam segala situasi berbeda yang Dia atur bagi mereka, di mata Tuhan, mereka pada dasarnya sudah mencapai taraf memadai. Ada tiga unsur mendasar agar seseorang dapat mencapai taraf memadai dalam melaksanakan tugasnya: Pertama, memiliki sikap yang benar terhadap tugasnya, dan tidak meninggalkan tugasnya kapan pun; kedua, mampu bertahan menghadapi segala macam pencobaan saat melaksanakan tugasnya, dan tidak tersandung; ketiga, mampu memahami setiap aspek kebenaran saat melaksanakan tugasnya, dan masuk ke dalam kenyataan. Ketika orang mencapai ketiga hal ini dan telah memenuhi standar, maka prasyarat pertama agar dapat menerima penghakiman dan hajaran serta agar disempurnakan—dengan melaksanakan tugas secara memadai—telah terpenuhi.

Mengenai pelaksanaan tugas secara memadai, beberapa konten mengenai istilah "memadai" sudah dibahas sebelumnya. Bagaimana pada dasarnya "memadai" didefinisikan di pembahasan sebelumnya? (Didefinisikan sebagai tindakan yang sesuai dengan prinsip.) "Memadai" yang yang dibahas sekarang ini sudah naik ke pembahasan tentang maksud Tuhan dan standar yang Tuhan tuntut terhadap manusia. Mengapa Tuhan menuntut orang-orang melaksanakan tugasnya dengan standar memadai? Ini berkaitan dengan maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia dan standar-Nya dalam menyelamatkan serta menyempurnakan manusia. Jika engkau tidak mencapai taraf memadai dalam melaksanakan tugasmu, Tuhan tidak akan menyempurnakanmu; itu adalah syarat terpenting bagi Tuhan untuk menyempurnakan manusia. Oleh karena itu, apakah seseorang dapat disempurnakan oleh Tuhan atau tidak, itu sangat bergantung pada memadai atau tidaknya pelaksanaan tugasnya. Jika pelaksanaan tugasmu tidak memadai, pekerjaan Tuhan untuk menyempurnakan manusia tidak ada hubungannya denganmu. Sekarang, sebagian orang berada di jalan yang benar dalam melaksanakan tugasnya, dan arahnya juga benar, tetapi mereka masih belum dapat dianggap melaksanakan tugas secara memadai. Mengapa? Karena orang-orang memahami terlalu sedikit kebenaran. Ini seperti anak-anak yang ingin berbagi tugas rumah tangga dengan orang tuanya, tetapi mereka mungkin belum memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup untuk melakukannya. Pada tahap manakah mereka akan memiliki tingkat pertumbuhan agar benar-benar bisa berbagi tugas rumah tangga? Yakni, saat mereka mampu melakukan berbagai hal tanpa membuat orang dewasa khawatir; maka mereka dapat ikut ambil bagian dalam tugas rumah tangga. Saat itulah mereka dapat melakukannya. Meskipun sekarang engkau mampu melakukan beberapa hal, engkau masih berada pada tahap mengerahkan upaya dan berjerih payah karena kebenaran yang kaupahami terlalu dangkal, kebenaran yang dapat kauterapkan terlalu sedikit, dan prinsip yang dapat kaupahami terlalu sedikit. Engkau sering kali meraba-raba, sering kali bertindak dalam keadaan kabur, sehingga sangat sulit bagimu untuk memastikan apakah yang sedang kaulakukan itu sejalan dengan maksud Tuhan; pikiranmu selalu tidak jernih. Jadi, apakah pelaksanaan tugasmu dapat dianggap memadai? Masih belum bisa, karena pemahamanmu akan kebenaran terlalu sedikit, dan jalan masuk kehidupanmu belum mencapai tingkat yang Tuhan tuntut; tingkat pertumbuhanmu terlalu rendah. Apa yang dimaksud dengan tingkat pertumbuhan yang terlalu rendah? Ada orang-orang yang berkata bahwa tingkat pertumbuhan yang terlalu rendah adalah pemahaman yang dangkal akan kebenaran, tetapi sebenarnya itu bukan hanya mengenai pemahaman yang dangkal akan kebenaran. Ini juga berhubungan langsung dengan kemanusiaan orang yang belum dewasa atau kualitasnya yang buruk dan hal negatif yang terlalu banyak di dalam dirinya. Misalnya, jika sekarang suatu tugas diserahkan kepadamu dan engkau tidak tahu cara melaksanakannya, engkau mungkin merasa tidak berguna dan merasa tidak dapat memperhatikan maksud Tuhan. Ini membuatmu menjadi negatif dan lemah, serta merasa bahwa pengaturan Tuhan itu buruk, bahwa engkau tidak dapat melakukan apa pun, dan bahwa engkau pasti akan disingkirkan. Lalu engkau tidak mau lagi melaksanakan tugasmu. Bukankah ini adalah perwujudan dari tingkat pertumbuhan yang rendah? Terlebih lagi, sekarang ada banyak saudara-saudari muda yang belum menikah. Jika mereka bertemu dengan seorang pemuda atau pemudi yang berparas elok, mereka bisa merasa jatuh cinta. Dengan saling bertukar pandang saja, perasaan di antara mereka bisa tumbuh; dengan berkembangnya kasih sayang yang kuat seperti itu, apakah mereka masih mampu melaksanakan tugasnya dengan baik saat mereka mulai berkencan? Ini namanya terjerumus dalam pencobaan. Bukankah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang rendah? Memang benar. Selain itu, ada orang-orang yang memiliki karunia khusus, dan mereka melaksanakan tugas khusus di rumah Tuhan. Ini membuat mereka merasa punya modal, sehingga mereka ingin berlagak, selalu ingin pamer. Begitu mereka pamer, mereka kehilangan prinsip dalam melakukan berbagai hal. Dan jika orang lain sedikit saja memuji mereka, pastilah mereka akan kehilangan prinsip dalam melakukan berbagai hal, menjadi berpuas diri dan melupakan tugasnya. Ini juga berarti jatuh dalam pencobaan. Bukankah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang rendah? Bahkan perkara remeh bisa menyebabkan orang yang tingkat pertumbuhannya rendah tersandung. Misalnya, beberapa orang bekerja sebagai aktor di dalam rumah Tuhan; dengan penampilan dan karismanya, mereka muncul di beberapa film dan kemudian merasa sudah menjadi sedikit terkenal. Mereka berpikir, "Sekarang aku sudah mulai sedikit terkenal; jika ini adalah dunia sekuler, bukankah orang-orang akan meminta tanda tanganku? Mengapa tak seorang pun di rumah Tuhan menginginkan tanda tanganku? Sepertinya lebih baik aku membintangi film bagus yang lain." Namun, ketika mereka tidak mendapatkan peran utama di film berikutnya, mereka merasa ingin melepaskan tugas mereka, menganggapnya tidak berguna. Mereka selalu ingin memainkan peran utama dan menjadi aktor terkenal. Ketika tidak berhasil mencapainya, mereka menjadi patah semangat, murung, dan bahkan berpikir untuk berhenti. Ini berarti memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah berarti engkau tidak mampu memikul tanggung jawab yang penting. Sekalipun engkau diberi tugas oleh Tuhan, engkau masih belum mampu memperoleh kepercayaan dari-Nya. Dengan satu pemikiran yang salah atau satu hal yang bertentangan dengan keinginanmu, engkau bisa melepaskan tugasmu dan berbalik melawan Tuhan. Bukankah ini juga menunjukkan tingkat pertumbuhan yang rendah? (Ya.) Tingkat pertumbuhan yang sangat rendah. Dengan tingkat pertumbuhan yang rendah dan perilaku seperti itu, seberapa jauhkah seseorang dari pelaksanaan tugas secara memadai? Di manakah letak kesenjangannya? Kesenjangannya terletak pada seberapa besar orang mencintai kebenaran. Ada pula orang-orang yang dalam proses melaksanakan tugas mengetahui bahwa anggota keluarga terdekatnya jatuh sakit. Mereka kemudian tidak lagi menghadiri pertemuan dan melalaikan tugas mereka, berpikir bahwa melewatkan tugas selama beberapa hari bukanlah masalah penting. Lagi pula, jika anggota keluarga mereka itu meninggal, anggota keluarga tersebut akan pergi untuk selamanya. Namun, mereka tidak menganggap pelaksanaan tugas sebagai masalah yang sangat penting yang berkaitan dengan memperoleh kehidupan, dan inilah satu-satunya kesempatan mereka untuk memperoleh keselamatan. Mereka mementingkan perasaan serta keluarga daripada tugas mereka dan daripada memperoleh keselamatan. Bukankah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang rendah? Tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah! Ini menunjukkan bahwa mereka tidak memahami urusan hidup yang benar, dan mereka tidak tahu bagaimana cara melaksanakan tugas dengan benar. Apakah tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan orang tergantung pada usianya? Tidak. Manusia yang rusak, entah pria ataupun wanita, dan tanpa memandang usia, tempat lahir, ataupun kebangsaan, semuanya memiliki watak rusak yang sama. Mereka semua memiliki natur Iblis dan dapat memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya, melakukan segala macam kejahatan. Jika orang tidak mengejar kebenaran, dapatkah mereka bertobat dengan sungguh-sungguh? Tidak akan pernah; mereka tidak akan berubah. Ada orang-orang yang jatuh sakit dan berseru bahwa dia mengandalkan Tuhan dan tidak takut mati, tetapi mereka juga merasa tidak bisa hanya berpangku tangan dan tidak melakukan apa-apa. Mereka beranggapan jika mereka tidak melaksanakan tugasnya, mereka pasti akan mati, dan karenanya mereka segera berangkat melaksanakan tugasnya. Mereka melihat tugas mana yang paling sibuk dan paling penting, yang dihargai oleh Tuhan, dan bergegas mendaftar. Sepanjang proses melaksanakan tugas, mereka terus bertanya-tanya, "Apakah penyakit ini bisa disembuhkan? Aku benar-benar berharap demikian. Aku sudah membaktikan hidupku; bukankah seharusnya aku disembuhkan?" Sebenarnya, penyakit yang mereka derita itu mematikan; entah mereka melaksanakan tugas atau tidak, mereka akan mati. Meski sekarang mereka sudah datang untuk melaksanakan tugasnya, Tuhan mengamati hati manusia. Dengan tingkat pertumbuhan yang rendah dan motif yang seperti itu, dapatkah mereka melaksanakan tugasnya dengan baik? Sama sekali tidak. Orang-orang seperti ini tidak mengejar kebenaran, dan kemanusiaan mereka tidak baik. Mereka selalu memikirkan rencana kecilnya sendiri. Begitu penyakitnya kambuh atau mereka merasa sedikit tidak enak badan, mereka mulai berpikir, "Apakah Tuhan benar-benar memberkatiku? Apakah Dia benar-benar memelihara dan melindungiku? Sepertinya tidak, jadi aku tidak akan melaksanakan tugasku lagi." Ketika merasa sedikit tidak nyaman, mereka ingin melepaskan tugasnya. Apakah mereka memiliki tingkat pertumbuhan? (Tidak.) Oleh karena itu, jangan berpikir bahwa karena beragam orang bisa duduk di sini dan mendengarkan khotbah, atau karena mereka mampu meninggalkan keluarga dan karier mereka untuk melaksanakan tugas di posisi tertentu dalam rumah Tuhan—melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan keterampilan profesional atau bidang keahlian mereka sendiri—mereka pasti melaksanakan tugasnya. Itu juga bukan berarti bahwa setiap orang yang melaksanakan tugasnya melakukannya dengan sukarela, apalagi semua orang yang melaksanakan tugasnya itu memiliki tingkat pertumbuhan tertentu. Dari luar, orang-orang kelihatan sibuk dan tampak dengan sukarela melakukan berbagai hal dan mengorbankan diri untuk Tuhan atas dasar kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Pada kenyataannya, di lubuk hati mereka, semua orang sering kali lemah. Mereka kerap memendam pemikiran untuk melepaskan tugasnya, kerap mempunyai rencana sendiri, dan bahkan lebih sering berharap pekerjaan Tuhan lekas selesai supaya mereka dapat segera menerima berkat. Hanya itulah tujuan mereka. Tuhan bermaksud mengatasi kelemahan manusia, pemberontakannya, dan tingkat pertumbuhannya yang rendah, juga pemikiran serta tindakan manusia yang bodoh. Ketika semua masalah ini teratasi dan tidak lagi menjadi masalah, ketika tak ada suatu hal pun yang muncul yang dapat memengaruhi kemampuanmu dalam melaksanakan tugasmu, itu sudah cukup, dan tingkat pertumbuhanmu sudah meningkat. Jalan yang pada akhirnya akan ditempuh orang, dan sejauh mana mereka akan menempuhnya, tidak ditentukan oleh seberapa keras mereka menyerukan slogan-slogan, juga bukan ditentukan oleh emosi ataupun hasrat sesaat mereka. Sebaliknya, hal ini bergantung pada pengejaran mereka dan besarnya cinta mereka pada kebenaran.

Dalam situasi seperti apa engkau semua akan melepaskan tugasmu? Apakah di saat engkau menghadapi kematian? Ataukah ketika engkau merasakan sedikit kekecewaan dalam hidup? Ada orang-orang yang mempunyai banyak tuntutan dalam hal pelaksanaan tugas mereka. Di satu sisi, mereka tidak mau terkena angin ataupun kepanasan, dan lingkungan kerja mereka harus nyaman. Mereka tidak dapat menanggung keluhan bahkan sekecil apa pun. Selain itu, mereka harus bisa sering bersama suami (atau istri) mereka, menjalani hidup berdua, dan juga memiliki kehidupan pribadi sendiri, seperti pergi keluar untuk mencari hiburan, pergi berlibur, dan sebagainya, dan semuanya harus memuaskan mereka. Jika mereka tidak puas sedikit saja, hati mereka akan merasa tidak nyaman dan terus-menerus merasa kesal, dan mereka bahkan akan mengganggu orang lain dengan menyebarkan gagasan. Sebagian orang yang memahami kebenaran dapat menilai bahwa orang-orang ini tidak baik dan merupakan para pengikut yang bukan orang percaya, dan mereka akan menjauhkan diri dari orang-orang ini. Namun, ada sebagian orang yang tidak memahami kebenaran; mereka memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah dan tidak dapat menilai, dan mereka akan terpengaruh oleh gangguan orang-orang ini. Katakan kepada-Ku, haruskah para pelaku kejahatan seperti itu dikeluarkan dari gereja? (Ya.) Orang seperti ini, yang terus-menerus mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, harus dikeluarkan untuk melindungi mereka yang tingkat pertumbuhannya rendah dan yang kurang berpengetahuan. Dalam keadaan keadaan apakah engkau sendiri mungkin akan meninggalkan tugasmu dan pergi tanpa pamit? Misalnya, saat menyebarkan Injil, engkau melihat seseorang yang berparas sangat elok dan berbicara dengan karismatik, dan makin engkau melihatnya, makin besar kekagumanmu, dan engkau berpikir, "Alangkah baiknya jika aku tidak melaksanakan tugasku dan menemukan pasangan yang seperti ini!" Begitu engkau berpikir seperti ini, engkau berada dalam bahaya; akan mudah bagimu untuk menyerah pada pencobaan. Dan begitu engkau terlalu memikirkannya, engkau bertekad untuk mengejar hubungan ini. Namun, ketika engkau pada akhirnya memenangkan hatinya, engkau menyadari bahwa dia juga manusia yang rusak dan sama sekali tidak sehebat itu, tetapi pada saat itu sudah terlambat untuk menyesalinya. Begitu seseorang jatuh ke dalam pencobaan jalinan asmara, tidak mudah untuk keluar. Tidak akan mudah untuk berbalik tanpa menghabiskan satu atau dua tahun, atau tiga sampai lima tahun. Selama tiga sampai lima tahun yang telah kaulewatkan, berapa banyak kebenaran yang akan kaulewatkan? Betapa besar kerugiannya bagi hidupmu? Berapa banyak pertumbuhan hidupmu akan tertunda? Sebagian orang lainnya melihat orang-orang menghasilkan banyak uang di dunia sekuler, mengenakan pakaian bermerek, makan dan minum enak, dan hati mereka pun bergejolak; mereka ingin pergi menghasilkan uang juga. Begitulah pencobaan muncul. Siapa pun yang pikirannya mulai berpacu ketika menghadapi situasi tertentu, dan berpikir untuk meninggalkan tugasnya, tidak akan mampu bertahan menghadapi pencobaan; dia berada dalam bahaya. Ini menandakan tingkat pertumbuhan yang rendah. Engkau merasa kesal dan tidak puas saat melihat orang lain makan makanan enak. Engkau juga merasa tidak puas saat melihat orang lain memiliki pasangan yang baik. Dan engkau menjadi tidak senang saat melihat orang yang sebaya denganmu dan sama menariknya denganmu, tetapi berpakaian lebih bagus daripadamu dan bahkan dia terkenal. Engkau mulai berpikir, seandainya engkau tidak meninggalkan pendidikanmu dan seandainya engkau lulus serta meniti karier, keadaanmu pasti akan lebih baik daripadanya. Setiap kali menghadapi situasi ini, engkau merasa gundah selama berhari-hari. Pencobaan ini adalah semacam kekangan, semacam kekesalan bagimu, yang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhanmu itu rendah. Ketika engkau semua sedang menyebarkan Injil dan bertemu dengan lawan jenis yang cocok, tipe pria yang "tinggi, kaya, dan tampan" atau wanita berkulit putih, kaya, dan cantik, engkau mungkin tidak akan mampu menghindari pencobaan. Apa artinya engkau mungkin tidak akan mampu menghindarinya? Artinya, tingkat pertumbuhanmu belum mencapai tingkat di mana engkau mampu mengatasi berbagai pencobaan; engkau tidak dapat menghindarinya, sehingga hatimu terjerat dan tergoda bujuk rayu. Apa yang kaupikirkan, apa yang kaurenungkan di dalam benakmu, dan bahkan apa yang kauimpikan dan bicarakan dengan orang lain, semuanya adalah tentang masalah ini. Hal ini mempengaruhi pelaksanaan tugasmu; ketika mempersekutukan kebenaran, orang lain punya banyak hal yang hendak dikatakan sementara kontribusimu makin sedikit saja, dan engkau kehilangan minat untuk percaya kepada Tuhan. Bukankah ini namanya tergoda bujuk rayu? Ini terjerumus ke dalam pencobaan, dan ini berbahaya. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa engkau baru terjerumus ke dalam pencobaan hanya ketika engkau sudah mulai berkencan dengan seseorang atau pergi bersamanya, tetapi ketika engkau sudah mencapai titik itu, sudah tamatlah dirimu. Bisakah situasi seperti ini muncul jika engkau semua menghadapi masalah seperti itu? (Aku tidak tahu.) Jika engkau tidak tahu, itu membuktikan bahwa tingkat pertumbuhanmu rendah. Mengapa hal ini membuktikan bahwa tingkat pertumbuhanmu rendah? Di satu sisi, engkau belum pernah menghadapi masalah yang seperti itu, jadi engkau tidak tahu bagaimana harus bereaksi; engkau tidak memiliki kendali atas dirimu sendiri. Di sisi lain, ketika menghadapi situasi seperti itu, engkau tidak memiliki sikap dan pendekatan yang tepat untuk menangani masalah seperti itu. Jika engkau tidak dapat mencari kebenaran untuk mengatasi masalah, itu berarti engkau pasif. Bersikap pasif membuktikan bahwa engkau memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah, dan engkau kurang berpengetahuan. Meski engkau mungkin tidak secara aktif membujuk orang lain, mereka pasti bisa membujukmu, sehingga mendatangkan pencobaan kepadamu. Jika engkau tidak dapat mengatasinya, itu adalah masalah. Misalnya, bagaimana jika seseorang menawarimu uang dan status, atau bagaimana jika seseorang yang bahkan lebih baik datang dan mencoba memikatmu? Apakah akan mudah untuk mengatasinya? Seberapa besar peluangmu untuk dapat mengatasinya? Konon, ada orang-orang yang setelah menerima dua batang coklat saja dari seseorang yang menyukai mereka, menjadi tergila-gila dan berpikir untuk menjalin hubungan dengan orang itu. Serendah itulah tingkat pertumbuhan mereka. Apakah ini karena belum cukup lama percaya kepada Tuhan? Belum tentu. Ada orang-orang yang sudah percaya selama lebih dari satu dekade dan masih bisa terjerumus ke dalam pencobaan ketika menghadapi situasi seperti itu. Entah itu pertama, kedua, atau ketiga kalinya mereka menghadapi ini, mereka masih bisa terpikat. Apa alasannya? Tingkat pertumbuhan mereka rendah, dan mereka benar-benar tidak memahami beberapa kebenaran. Mengapa mereka tidak memahaminya? Karena mereka tidak mengejar kebenaran; mereka selalu bingung. Di mata mereka, hal-hal seperti itu tidaklah penting. Mereka berpikir, "Jika jodoh yang cocok benar-benar datang, mengapa aku tidak boleh menikah? Hanya saja aku belum menemukan orang yang cocok, dan aku tidak terkesan oleh siapa pun, jadi aku akan menjalaninya saja." Menjalani saja bukanlah sikap mengejar kebenaran, bukan menempuh jalan untuk memperoleh keselamatan dan disempurnakan. Itu bukanlah pola pikir ini. Mereka hanya ingin bertahan hidup, menjalani masa kini, dan hidup mengikuti arus. Dan jika memang ada hari di mana mereka tidak bisa terus lanjut, ya sudah. Mereka tidak tertarik pada maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia atau pekerjaan yang Tuhan lakukan untuk keselamatan ini. Terlebih lagi, mereka tidak sungguh-sungguh mencari berbagai kebenaran yang berhubungan dengan penyelamatan manusia oleh Tuhan, dan mereka juga tidak menganggapnya serius. Ada orang-orang yang mungkin berkata: "Namun, mereka selalu datang untuk mendengarkan khotbah; bagaimana Engkau bisa berkata bahwa mereka tidak menganggapnya serius?" Namun, sekadar menjalankan ritual menghadiri pertemuan dan mendengarkan khotbah berbeda dari menerima kebenaran. Ada banyak orang yang mendengarkan khotbah, tetapi berapa banyak yang benar-benar menerapkan kebenaran? Bahkan lebih sedikit lagi orang yang mulai menempuh jalan mengejar kebenaran. Ada banyak orang yang hanya fokus memahami doktrin dan memperkaya gagasan serta imajinasi mereka sendiri ketika mendengarkan khotbah. Mereka yang mencintai kebenaran mendengarkan dengan tujuan mencari dan menerimanya. Mereka mampu mendengarkan khotbah dan merenungkan diri, membandingkan apa yang sudah mereka dengar dengan keadaan mereka sendiri, dan fokus membereskan watak rusak mereka. Mereka berpegang pada aspek-aspek nyata kebenaran; mereka menekankan penerapan dan pengalaman aspek-aspek ini, serta memperoleh kebenaran. Oleh karena itu, mereka yang mencintai kebenaran mendengarkan khotbah untuk memperoleh kehidupan, untuk memahami kebenaran dan berubah. Mereka menerima kebenaran di dalam hati mereka, dan ketika mereka menerapkannya, kebenaran yang mereka pahami itu bermanfaat bagi mereka; memahami kebenaran membuka jalan. Adapun mereka yang tidak mengejar kebenaran, mereka mendengarkan khotbah dengan kacau. Mereka akan mendengarkan seluruh khotbah dari awal hingga akhir, dan ketika engkau bertanya apa yang sudah mereka pahami setelahnya, mereka akan menjawab, "Aku memahami semuanya. Aku mencatat dengan jelas semuanya." Namun, jika engkau menanyakan bagaimana manfaatnya bagi mereka, mereka hanya akan berkata dengan tidak jelas bahwa khotbah itu cukup bemanfaat. Apakah ini benar-benar bermanfaat? Tidak, karena mereka belum memperoleh kebenaran khotbah itu. Mengapa belum? Karena mereka belum menerimanya, bagaimana mereka bisa memperolehnya? Ada orang-orang yang berkata: "Bagaimana mungkin mereka belum memperolehnya? Bagaimana mungkin mereka belum menerimanya? Mereka mendengarkan dengan sangat saksama dan bahkan membuat catatan." Ada orang-orang yang membuat catatan hanya demi formalitas, bukan karena mereka mendambakan kebenaran. Sebagian orang yang mempersekutukan kebenaran mungkin belum tentu menerimanya; itu tergantung pada apakah hati mereka benar-benar mendambakan kebenaran. Kalau begitu, apa artinya menerima kebenaran dengan sungguh-sungguh? Artinya, setelah membaca firman Tuhan, orang dapat menyelaraskannya dengan keadaannya sendiri, tingkah laku dan perbuatannya, prinsip-prinsip percaya kepada Tuhan, amanat dan tanggung jawab yang diberikan Tuhan, serta jalan yang mereka tempuh. Mereka dapat merenungkan diri sehubungan dengan semua hal ini, mengenalinya dengan jelas, mencapai pemahaman akan kebenaran, dan kemudian menerapkan serta memasukinya. Hanya orang seperti inilah yang menerima kebenaran; hanya orang seperti inilah yang mengejar kebenaran.

Perwujudan dari orang-orang dengan tingkat pertumbuhan yang rendah baru saja dibahas. Dalam proses memahami kebenaran secara bertahap, lambat laun orang-orang akan mengatasi masalah tingkat pertumbuhan mereka yang rendah, seperti kebodohan, ketidaktahuan, sifat takut-takut, dan kelemahan. Apa yang dimaksud dengan kelemahan? Artinya, komponen kepercayaanmu kepada Tuhan sangatlah rendah; kepercayaanmu kepada Tuhan sangat minim. Dalam doktrin, engkau percaya bahwa Tuhan mampu menyelesaikan segala sesuatu dan bahwa Dia berdaulat atas segala sesuatu, tetapi ketika menghadapi situasi nyata, engkau tidak berani percaya kepada Tuhan; engkau tidak berani dengan sepenuh hati menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, dan engkau tidak mampu untuk tunduk. Inilah kelemahan. Kebodohan, ketidaktahuan, sifat takut-takut, dan pemberontakan orang, hal-hal negatif ini hanya dapat diatasi secara bertahap atau diperbaiki hingga taraf yang berbeda-beda dengan mencari kebenaran dalam melaksanakan tugas. Apa yang dimaksud dengan perbaikan? Artinya, hal-hal negatif ini secara bertahap diatasi; hasil pelaksanaan tugasmu menjadi makin baik, dan ketika menghadapi berbagai situasi, engkau mampu menanggung lebih banyak hal dibandingkan sebelumnya. Misalnya, di masa lalu, ketika menghadapi situasi seperti itu, karena tingkat pertumbuhanmu yang rendah, engkau menjadi lemah, engkau menjadi pasif, dan itu bahkan memengaruhi sikapmu dalam melaksanakan tugas. Engkau membuat ulah, melepaskan tugas, bersikap asal-asalan, dan tidak menunjukkan kesetiaan. Sekarang, ketika menghadapi situasi seperti itu, tingkat kesetiaanmu dalam melaksanakan tugas tidak berkurang; jika engkau memiliki kesulitan atau kelemahan di hatimu, engkau dapat mencari kebenaran untuk mengatasinya. Dengan kata lain, masalah jalan masuk kehidupan tidak akan lagi memengaruhi pelaksanaan tugasmu. Suasana hatimu, keadaanmu, dan kelemahanmu tidak akan lagi memengaruhi pekerjaan yang diserahkan kepadamu, juga tidak akan memengaruhi tanggung jawab, tugas, dan kewajibanmu. Bukankah ini merupakan peningkatan dalam kemampuanmu menangani masalah dan menghadapi peristiwa eksternal? Ini adalah peningkatan dalam tingkat pertumbuhan. Ada orang-orang, yang jika diminta untuk memainkan peran utama, menjadi sangat senang, dan bahkan berjalan seolah-olah melayang di udara; tetapi jika diminta untuk memainkan peran tambahan, mereka enggan, menjadi murung, serta berjalan dengan kepala tertunduk. Ada orang-orang yang selalu ingin tampil menonjol ketika menyebarkan Injil, tetapi tidak mampu mempersekutukan kebenaran. Mereka tidak menerapkan pelatihan tetapi tetap selalu ingin tampil di posisi yang tinggi dan menampilkan wajah mereka. Apakah ini ketundukan sejati? Apakah ini sikap yang benar dalam melaksanakan tugas? Ketika orang memiliki pola pikir yang tidak benar dan keadaannya salah, mereka harus mencari kebenaran untuk mengatasinya, dan pada akhirnya mampu mencari serta menerapkan kebenaran terlepas dari apa pun situasi yang muncul; ini berarti memiliki pengalaman hidup. Begitu engkau dapat mengerti segala macam masalah, berarti engkau sudah mendapatkan kekebalan. Apa pun yang kauhadapi atau kapan pun itu terjadi, itu tidak akan memengaruhi pelaksanaan tugasmu; pelaksanaan tugasmu juga tidak akan terpengaruh oleh masalah kecil, suasana hati, atau perubahan apa pun pada orang, peristiwa, hal-hal, dan keadaan; kapasitasmu untuk mengatasi dosa dan mengatasi berbagai keadaan serta suasana hati akan menjadi lebih kuat. Ini berarti tingkat pertumbuhanmu sudah meningkat. Bagaimana tingkat pertumbuhan meningkat? Ini adalah hasil yang dicapai ketika orang secara bertahap masuk ke dalam kenyataan kebenaran dengan mencari kebenaran untuk mengatasi masalah. Setelah engkau memahami kebenaran, dan kebenaran ini menjadi kehidupanmu, menjadi landasan tingkah lakumu, menjadi pandanganmu dalam mengamati masalah, dan menjadi terang yang membimbingmu, engkau menjadi tangguh; engkau tidak akan terlalu sering menjadi lemah. Misalnya, sebelumnya engkau sangat senang jika dipilih menjadi pemimpin; jika engkau digantikan, engkau bersikap negatif selama satu atau dua bulan, tidak mau melakukan apa pun yang diminta untuk kaulakukan, melaksanakan tugas apa pun dengan sikap negatif, bertindak asal-asalan, bahkan sampai pada titik menyerah sepenuhnya. Sekarang, jika engkau akan digantikan, engkau akan berkata, "Sekalipun aku digantikan, itu tidak akan memengaruhiku. Aku tidak akan bersikap negatif bahkan sehari pun. Jika aku digantikan hari ini, aku akan melanjutkan apa yang seharusnya kulakukan besok. Aku menerima dan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan." Ini berarti tangguh. Bagaimana terbentuknya ketangguhan ini? Jika engkau tidak mengejar kebenaran, dan ketika menghadapi masalah engkau tidak mencari kebenaran untuk mengatasinya, dan tidak fokus untuk bertindak sesuai dengan prinsip, akankah engkau memiliki tingkat pertumbuhan ini? Engkau tidak akan pernah bisa tangguh jika engkau hidup berdasarkan falsafah orang-orang tidak percaya tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Hanya jika engkau hidup berdasarkan kebenaran, engkau dapat secara bertahap melepaskan kesombongan, status, dan keangkuhan, sehingga pada akhirnya, tidak ada yang dapat menjatuhkanmu dan tidak ada yang dapat memengaruhimu dalam melaksanakan tugasmu dengan baik. Ini berarti memiliki tingkat pertumbuhan; ini berarti menjadi tangguh. Ketika engkau tangguh dan tingkat pertumbuhanmu sudah meningkat, bukankah pelaksanaan tugasmu akan makin sesuai dengan standar? Ketika engkau melaksanakan tugasmu secara memadai, bukankah itu berarti engkau sudah memiliki tingkat pertumbuhan tertentu? Apa saja yang termasuk dalam tingkat pertumbuhan ini? Iman yang sejati kepada Tuhan, ketundukan yang sejati kepada Tuhan, dan kesetiaan kepada Tuhan, serta kemampuan memperlakukan tugasmu dengan benar; menerima segala sesuatu dari Tuhan, dan mampu untuk tunduk kepada Tuhan, takut akan Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Ini adalah perwujudan dari peningkatan tingkat pertumbuhan.

Sekarang, pernahkah engkau semua menyadari bahwa keselamatan perlu dimasukkan ke dalam agenda, dan bahwa engkau tidak boleh lagi bingung mengenainya? Memahami setiap kebenaran sangatlah penting agar dapat diselamatkan; engkau tidak boleh bingung tentang kebenaran apa pun. Percaya kepada Tuhan bukan sekadar mengerahkan upaya, berlari kian kemari, menanggung penderitaan, dan mampu bertekun melalui pencobaan tanpa tersandung. Jika orang yang percaya kepada Tuhan benar-benar menganggap keselamatan sebagai perkara yang penting dalam hidup dan memperlakukan memperoleh kebenaran sebagai perkara yang penting dalam hidup, mereka dapat melepaskan apa pun; melepaskan akan menjadi hal mudah bagi mereka. Jika seseorang belum merasakan betapa pentingnya keselamatan, berarti dia bodoh dan kurang pengetahuan; imannya terlalu kecil, dan dia masih hidup dalam situasi yang sangat buruk. Jika seseorang tidak mencintai kebenaran, akan sulit baginya untuk mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Ini karena untuk mencapai pelaksanaan tugas yang memadai, orang perlu memahami banyak kebenaran dan juga masuk ke dalam banyak kebenaran. Dalam proses memahami dan memasuki kebenaran, tugas yang dilaksanakan orang secara bertahap akan menjadi memadai; berbagai kelemahan serta suasana hatinya akan berangsur-angsur berubah, dan berbagai keadaannya juga akan berangsur-angsur membaik. Dalam proses memahami kebenaran dan memasuki kenyataan kebenaran, visi mengenai kepercayaan kepada Tuhan dan keselamatan dalam diri orang akan menjadi makin jelas, dan pada saat yang sama, hasrat serta tuntutan orang untuk diselamatkan akan menjadi makin mendesak. Apa yang dimaksud dengan mendesak? Artinya, engkau dapat merasakan bahwa keselamatan adalah suatu perkara yang mendesak, suatu perkara yang luar biasa penting; dan jika engkau tidak membereskan watak rusakmu, itu bisa menjadi sangat berbahaya dan engkau tidak akan dapat memperoleh keselamatan. Pola pikir seperti inilah yang membawa rasa mendesak. Pada awalnya, engkau tidak memiliki konsep tentang diselamatkan atau disempurnakan. Perlahan-lahan, engkau mulai memahami bahwa manusia memiliki watak rusak dan membutuhkan Tuhan untuk menyelamatkan mereka. Engkau mendapati bahwa manusia hidup dalam dosa, terjebak dalam watak yang rusak tanpa kebebasan, menjalani kehidupan yang sangat menderita, dan cepat atau lambat mereka akan binasa oleh tren jahat Iblis. Engkau menyadari bahwa manusia tidak dapat berdiri teguh sendiri—tidak peduli betapa tangguhnya dirimu atau betapa kuatnya tekadmu, engkau tidak dapat menjamin akan mengikut Tuhan hingga akhir—dan bahwa engkau harus mengejar kebenaran, engkau harus mengalami penghakiman, hajaran, ujian, serta pemurnian guna memahami kebenaran dan mengenal dirimu sendiri, dan hanya saat itulah engkau akan memiliki tekad untuk mengikut Tuhan hingga akhir. Pada tahap inilah engkau mulai merasakan mendesaknya keselamatan. Memahami kebenaran sangatlah penting agar orang dapat diselamatkan. Mengejar kebenaran adalah perkara penting yang tidak boleh orang tinggalkan atau abaikan. Apakah engkau mengejar kebenaran atau tidak, hal itu berhubungan langsung dengan keselamatan, dan itu terkait erat dengan apakah engkau dapat disempurnakan oleh Tuhan. Dalam proses pelaksanaan tugas, semua masalah dan kesulitan yang kauhadapi harus diatasi dengan mencari kebenaran; kelemahan, ketidaktahuan, dan kebodohanmu perlahan-lahan akan berubah juga. Apa maksud perubahan ini? Artinya, kemampuanmu untuk mengatasi dosa sudah menjadi makin kuat, dan engkau menjadi makin peka terhadap watak rusakmu dan terhadap hal-hal jahat. Engkau memperoleh lebih banyak ketajaman budi dan perasaan terhadap hal-hal ini di dalam hatimu. Sekarang ini, ada orang-orang yang masih belum memiliki kesadaran ini, dan tidak merasakan apa-apa saat mereka melihat dosa, kejahatan, atau hal-hal yang bersifat Iblis. Ini tidak dapat diterima dan menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan mereka masih jauh. Orang-orang yang lain tidak memiliki perasaan, tidak memiliki ketajaman budi, dan bahkan tidak memiliki sedikit pun kebencian yang sungguh-sungguh terhadap berbagai perilaku dosa dan berbagai aspek buruk Iblis. Mereka juga tidak memiliki kesadaran atau ketajaman budi, apalagi kebencian, terhadap tindakan mereka sendiri dan kerusakan yang mereka perlihatkan, juga watak rusak serta hal-hal buruk di dalam lubuk hati mereka. Orang-orang ini masih jauh dari memiliki tingkat pertumbuhan. Namun, sejauh apa pun jaraknya, selemah apa pun seseorang, atau serendah apa pun tingkat pertumbuhannya saat ini, itu bukanlah masalah, karena Tuhan telah membekali manusia dengan jalan dan arah untuk mengatasi masalah ini. Sementara engkau secara perlahan-lahan mencapai standar pelaksanaan tugas secara memadai, engkau juga mengejar pemahaman akan kebenaran dan memasuki kenyataan kebenaran. Sementara engkau mengejar pemahaman akan kebenaran dan memasuki kenyataan kebenaran, kemampuanmu untuk mengatasi dosa bertambah kuat, dan kemampuanmu untuk mengenali hal-hal yang jahat juga bertambah, sehingga mengatasi kelemahan dan pemberontakanmu dalam berbagai taraf. Misalnya, ketika tingkat pertumbuhanmu rendah dan engkau menghadapi suatu situasi, sekalipun engkau tahu bahwa itu tidak baik, engkau mungkin masih terkekang dan terikat olehnya, dan bahkan terlibat di dalamnya. Ketika engkau memahami kebenaran dan mampu menerapkan kebenaran, selain membenci hal-hal seperti itu di dalam hatimu, engkau juga akan menolak dan tidak mau terlibat di dalamnya; pada saat yang sama, engkau juga akan membantu orang lain agar terbebas darinya. Ini adalah kemajuan; ini adalah peningkatan tingkat pertumbuhan. Apa saja tanda peningkatan tingkat pertumbuhan? Pertama-tama, orang memiliki kesetiaan dalam pelaksanaan tugas, tanpa berperilaku asal-asalan lagi. Selain itu, imannya kepada Tuhan menjadi lebih sejati serta lebih nyata, dan dia juga memiliki ketundukan sejati kepada Tuhan. Kemudian, orang dapat mengenali dan mengatasi pencobaan serta gangguan Iblis; Iblis tidak dapat lagi menyesatkan atau mengendalikannya, dan dia dapat terbebas dari pengaruh Iblis. Dengan ini, orang sudah benar-benar memenuhi standar untuk diselamatkan.

Setelah persekutuan hari ini, apakah engkau semua tahu bagaimana cara mengukur apakah tugas yang kaulaksanakan sudah memenuhi standar? Jika engkau tahu, itu membuktikan bahwa engkau memahami kebenaran ini dan sudah membuat kemajuan; jika engkau tidak tahu, itu membuktikan bahwa engkau belum memahami apa yang telah dikatakan, dan engkau sudah gagal. Engkau harus memahami dua aspek: Yang pertama adalah kemampuan mengevaluasi dirimu sendiri, dan yang kedua adalah mengetahui cara melaksanakan tugasmu agar memenuhi standar dan mengetahui jalannya. Di masa lalu, pembahasan kita sering kali berfokus pada pelaksanaan tugas, dengan sedikit menyinggung pelaksanaan yang memadai. Sekarang, pembahasan utamanya adalah tentang standar pelaksanaan tugas yang memadai. Standar memadai dan berbagai kebenaran yang terlibat dalam aspek ini pada dasarnya sudah dipersekutukan dengan cukup jelas. Selain itu, masalah apa saja yang harus dihindari dan prinsip-prinsip apa saja yang harus dijunjung tinggi dalam proses melaksanakan tugas, serta kesalahan-kesalahan yang tidak boleh dilakukan, semua ini sangatlah penting. Khususnya, jangan mencuri persembahan, jangan dengan gegabah terlibat dalam hubungan romantis, dan jangan menentang pengaturan kerja. Jika engkau melakukannya, engkau benar-benar akan tamat; tidak ada harapan untuk diselamatkan. Jadi, jangan menempuh jalan yang salah, jangan menempuh jalan orang jahat. Begitu engkau menjejakkan kaki di jalan itu, benar-benar tidak ada harapan; tidak ada yang dapat menyelamatkanmu. Jika Tuhan tidak menyelamatkanmu, engkau pasti juga tidak dapat menyelamatkan dirimu sendiri. Jika orang mencapai titik itu, dia akan mendapat masalah serius; tidak mudah untuk berbalik. Pada dasarnya, itu adalah jalan buntu.

28 November 2018

Sebelumnya: Hanya dengan Menyelesaikan Gagasannya Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (3)

Selanjutnya: Menyebarkan Injil adalah Tugas yang Wajib Semua Orang Percaya Laksanakan

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini