Berbohong Hanya Membawa Penderitaan
Oleh Saudara Kenneth, Korea SelatanSuatu hari pada Mei 2021, kami sedang bersiap untuk syuting video Saudara Luka yang akan bernyanyi solo,...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Suatu hari dua orang pemimpin gereja melaporkan masalah kepadaku. Mereka berkata, Isabella, yang memimpin pekerjaan penginjilan, tak berprinsip dalam tindakannya dan bahwa dia tak pernah mendiskusikan segala sesuatu dengan para pemimpin gereja. Mereka berkata bahwa dia hanya dengan sembarangan menugaskan orang untuk memberitakan Injil, memengaruhi pekerjaan yang saudara-saudari sedang tangani pada waktu itu dan mengganggu pekerjaan gereja. Tanpa pikir panjang aku berkata, "Isabella pasti telah mengubah tugas orang untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan." Salah seorang pemimpin berkata, "Isabella kurang berkualitas dan tidak cakap dalam pekerjaannya. Pengaturan staf tidak dilakukan dengan benar dan orang lain kesal karenanya. Hal ini membuat beberapa orang menjadi negatif dan memengaruhi pekerjaan penginjilan kita. Bukankah dia tak cocok untuk menangani pekerjaan ini?" Aku merasa sangat kesal saat kudengar bahwa mereka ingin dia digantikan, dan aku menjawab, "Apa? Jika Isabella tidak memimpin pekerjaan penginjilan, apakah engkau akan mampu menemukan orang yang lebih baik? Apakah kita punya orang yang cocok? Masalah yang kauungkit ini memang ada, tetapi tidak terlalu penting. Dia mendapatkan hasil dalam pekerjaan penginjilan—Kita tak boleh memberhentikannya karena hal sepele seperti itu! Kita harus melindungi pekerjaan gereja." Saat aku menyanggah pemimpin gereja, menurutku mereka mencari-cari kesalahan, dan bahwa tak seorang pun sempurna. Kita semua rusak dan punya kekurangan, jadi apakah benar mengkritik seseorang karena tidak melakukan segalanya dengan tepat. Mengapa mereka tak mengutamakan hasil kerja? Bagaimana jika kita memberhentikan dia dan hasil pekerjaan penginjilan menurun? Itu akan membuatku terlihat tak mampu melakukan pekerjaan nyata, seperti pemimpin palsu. Lalu apa pendapat orang lain tentang diriku? Dan akankah pemimpin senior kami menggantiku jika dia tahu? Kedua pemimpin gereja yang kuajak bicara tidak bisa berkata-kata dengan jawabanku. Akhirnya, salah seorang dari mereka berkata, "Yah, biar kita pertahankan dia untuk saat ini." Beberapa hari kemudian, pemimpin senior itu menghubungiku dan menanyakan keadaan Isabella dalam tugasnya. Aku berkata, "Pekerjaannya bagus. Dia menyelesaikan beberapa hal dalam pekerjaannya, dan benar-benar melakukan tugasnya dengan baik." Lalu pemimpin bertanya kepadaku, "Jadi, keberhasilan apa yang kau maksud? Sudahkah kau memeriksa secara detail berapa banyak orang yang sebenarnya dia menangkan melalui pekerjaan penginjilan? Apakah kau tahu dia telah memalsukan angka dalam laporannya? Kualitasnya rendah dan dia tak punya kemampuan. Dia tak mampu menyelesaikan masalah. Apakah kau sadar akan hal itu? Apakah kau tahu dia telah menugaskan orang tanpa mematuhi prinsip, mengganggu pekerjaan penginjilan?" Dicecar banyak pertanyaan, jantungku berdegup kencang dan pikiranku kosong. Melihatku tak bisa menjawab satu pertanyaan pun, pemimpin melanjutkan: "Kau sangat yakin bahwa kau benar! Orang yang seperti itu tidak punya kesadaran diri. Jika kau benar-benar mengenal dirimu sendiri, mengapa kau tidak memberontak terhadap dirimu? Mengapa kau tidak menyangkal dirimu sendiri? Orang lain jelas telah mengungkit masalah ini, tetapi kau belum menerimanya. Sangat congkak, bukan? Apakah kau punya kenyataan kebenaran? Orang yang benar-benar memiliki kenyataan kebenaran tak percaya bahwa mereka selalu benar. Mereka mampu mendengarkan saat orang lain benar. Mereka bisa menerima dan tunduk pada kebenaran. Itulah orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Namun, bagaimana dengan jenis orang yang sangat congkak? Mampukah mereka menerima kebenaran? Orang yang congkak tidak menerima kebenaran dan tak akan pernah tunduk pada kebenaran. Mereka tidak mengenal diri mereka sendiri, mereka tak mampu memberontak terhadap diri mereka sendiri, dan mereka benar-benar tak mampu menerapkan kebenaran atau menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Mereka tak bisa hidup rukun dengan orang lain. Mereka adalah orang yang wataknya belum berubah. Dari semua ini kita dapat memahami bahwa orang yang congkak adalah Iblis tua yang tak pernah berubah. Kau harus merenungkan apakah kau adalah jenis orang seperti itu." Aku tercengang pada waktu itu, dan setelah itu, aku hanya duduk di sana, memikirkan apa yang dia katakan: mereka tidak menerima kebenaran, mereka tak akan pernah tunduk pada kebenaran, mereka tak bisa hidup rukun dengan orang lain, watak mereka belum berubah, dan mereka adalah Iblis tua yang tak pernah berubah. Semakin kupikirkan, semakin aku merasa buruk, dan air mataku mengalir dengan deras. Dalam kesakitanku, aku berdoa sambil menangis. "Ya Tuhan! Tak pernah kusangka aku adalah jenis orang yang congkak, dan yang tak mau menerima kebenaran. Kumohon bimbinglah aku untuk merenungkan dan mengenal diriku sendiri."
Suatu hari, dalam perenunganku aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan mereka tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Menganggap orang lain berada di bawah dirinya—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa watak congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada kedaulatan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan dan pengendalian atas orang lain. Orang seperti ini sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan nalarnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan dan sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada taraf di mana mereka punya hati yang takut akan Tuhan, mereka harus terlebih dahulu membereskan watak congkak mereka. Semakin teliti engkau menyelesaikan watakmu yang congkak, makin engkau akan punya hati yang takut akan Tuhan, dan baru setelah itulah, engkau mampu tunduk kepada-Nya dan memperoleh kebenaran serta mengenal Dia. Hanya mereka yang memperoleh kebenaran yang merupakan manusia sejati" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan cukup mencerahkan bagiku. Benar. Kecongkakan adalah sumber kerusakan. Karena congkak, aku menganggap diriku lebih baik daripada orang lain, dan bahkan lebih buruk daripada itu, aku buta terhadap Tuhan. Saat ada masalah, aku tidak datang ke hadapan Tuhan dan mencari maksud-Nya, aku juga tidak mencari prinsip kebenaran, tetapi dengan angkuh menuntut agar semua orang mendengarkanku. Aku mengingat kembali tanggapan pemimpin gereja tentang masalah Isabella. Aku membantah semua ucapan mereka tanpa pikir panjang. Mereka berkata Isabella tidak berprinsip, bahwa dia dengan sembarangan menugaskan orang tanpa berdiskusi dengan pimpinan gereja, mengganggu segala sesuatunya sampai orang tak tahu tugas apa yang harus mereka lakukan. Aku sepenuhnya menyangkal masalah ini dan sama sekali tak mau mendengarkan. Aku benar-benar membela Isabella, berkata bahwa dia bertindak seperti itu karena pekerjaan penginjilan sangat membutuhkan orang dan bahwa itu diperlukan. Para pemimpin gereja berkata dia kurang berkualitas dan tidak punya kemampuan untuk pekerjaan itu, dan tidak cocok memimpin pekerjaan penginjilan. Aku tidak mencari tahu tentang keadaan yang sebenarnya atau memikirkan apakah dia perlu diberhentikan berdasarkan prinsip. Aku malah tidak setuju dan merasa kesal. Aku bertanya mengapa Isabella tak boleh memimpin, dan bertanya kepada para pemimpin gereja apakah mereka dapat menemukan pengawas yang lebih baik darinya, dan dengan cara ini aku menggerak mereka agar diam. Dengan mengungkit masalah ini, pemimpin gereja sedang bertanggung jawab dan menjunjung tinggi pekerjaan gereja, tetapi aku merasa bahwa aku lebih memahami kebenaran daripada mereka. Aku merasa bahwa aku memiliki lebih banyak wawasan sedangkan mereka hanya memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran dan tak melihat segala sesuatu dengan benar, jadi aku tidak perlu mendengarkan mereka. Betapa congkak dan angkuh! Aku bersikukuh dengan pendirianku, tidak mau menerima kebenaran—tak mau menerima satu pun pernyataan yang benar. Aku membantah semua ucapan mereka, berdebat hingga mereka berhenti mengutarakan pendapat mereka. Aku tidak masuk akal congkaknya dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan sama sekali. Aku tidak memakai orang berdasarkan prinsip dan telah merugikan pekerjaan gereja. Aku bukan saja tak mau mengakui kesalahanku, tetapi juga mengkritik, menuduh pemimpin gereja mencari-cari kesalahan dan memperlakukan Isabella dengan tidak adil. Bukankah aku seperti Iblis tua yang tak pernah berubah yang wataknya tidak mengalami perubahan sedikit pun? Bagaimana aku bisa hidup rukun secara normal dengan orang lain dan bekerja sama secara harmonis? Aku merasa sangat buruk saat memikirkannya seperti itu, dan aku berdoa kepada Tuhan, mau bertobat dan dengan segera memahami keadaannya bersama Isabella. Setelah benar-benar menyelidiki segala sesuatunya, aku sadar bahwa Isabella menipu dalam laporannya dan melakukan segala sesuatunya dengan buruk, dan bahwa banyak petobat baru tidak menghadiri pertemuan karena dia tidak menugaskan para penyiram. Kualitas Isabella memang rendah, dan dia juga congkak dan sewenang-wenang, dan tidak mendiskusikan pekerjaannya dengan siapa pun. Saat ada masalah, dia tak mampu menyelesaikannya dan menolak saran orang lain, jadi banyak masalah yang telah lama tidak ditangani, menghambat kemajuan pekerjaan penginjilan. Dengan adanya fakta ini, aku akhirnya mengakui telah salah memilih orang. Saat pemimpin gereja menyarankan agar dia diganti, aku tak setuju dan mengintimidasi mereka agar tunduk. Semakin kupikirkan hal ini, semakin aku merasa buruk, membenci diriku sendiri karena begitu congkak dan selalu menganggap diriku benar. Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa, memohon Dia membimbingku agar memahami esensi masalahku.
Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang membahas masalah kecongkakanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Watak congkak dan merasa diri benar adalah watak Iblis dalam diri manusia yang paling mencolok, dan jika orang tidak menerima kebenaran, mereka sama sekali tidak akan mampu membereskannya. Semua orang memiliki watak yang congkak dan merasa diri benar, dan mereka selalu sombong. Apa pun yang mereka pikirkan, apa pun yang mereka katakan, atau bagaimana cara mereka memandang sesuatu, mereka selalu menganggap sudut pandang mereka sendiri dan sikap mereka sendirilah yang benar, dan menganggap apa yang orang lain katakan tidak sebaik atau sebenar apa yang mereka katakan. Mereka selalu berpaut pada pendapat mereka sendiri, siapa pun yang berbicara, mereka tidak mau mendengarkannya. Sekalipun apa yang orang lain katakan itu benar, atau sesuai dengan kebenaran, mereka tidak akan menerimanya; mereka hanya kelihatannya saja mendengarkan tetapi mereka tidak akan benar-benar menerima ide tersebut, dan ketika tiba saatnya untuk bertindak, mereka akan tetap melakukan hal-hal menurut cara mereka sendiri, selalu menganggap perkataan merekalah yang benar dan masuk akal. Mungkin saja apa yang engkau katakan memang benar dan masuk akal, atau apa yang telah kaulakukan benar dan tak bercacat, tetapi watak seperti apakah yang telah kauperlihatkan? Bukankah watak yang congkak dan merasa diri benar? Jika engkau tidak membuang watak congkak dan merasa diri benar ini, bukankah itu akan memengaruhi pelaksanaan tugasmu? Bukankah itu akan memengaruhimu dalam menerapkan kebenaran? Jika engkau tidak membereskan watakmu yang congkak dan merasa diri benar, bukankah kelak itu akan membuatmu mengalami kemunduran yang serius? Engkau pasti akan mengalami kemunduran, ini tak bisa dihindari. Katakan kepada-Ku, mampukah Tuhan melihat tingkah laku manusia yang seperti itu? Tuhan lebih dari mampu melihatnya! Tuhan tidak hanya memeriksa lubuk hati manusia, Dia juga mengamati setiap perkataan dan perbuatan mereka setiap saat dan di segala tempat. Apa yang akan Tuhan katakan ketika Dia melihat tingkah lakumu ini? Tuhan akan berkata: 'Engkau keras kepala! Dapat dimengerti jika engkau mungkin berpaut pada gagasanmu sendiri saat engkau tidak tahu bahwa engkau salah, tetapi saat engkau tahu dengan jelas bahwa engkau salah dan engkau tetap berpaut pada gagasanmu, dan lebih memilih mati daripada bertobat, engkau benar-benar orang bodoh yang keras kepala, dan engkau berada dalam masalah. Jika, terhadap siapa pun yang memberimu saran, engkau selalu bersikap negatif, menentang, dan tidak menerima bahkan sedikit pun kebenaran, dan jika hatimu sama sekali menolak, tertutup, dan meremehkan, maka engkau sangat konyol, engkau adalah orang yang tidak masuk akal! Engkau terlalu sulit untuk ditangani!' Dalam hal apa engkau sulit ditangani? Engkau sulit ditangani karena apa yang kauperlihatkan bukanlah pendekatan yang salah, ataupun tingkah laku yang salah, melainkan penyingkapan dari watakmu. Watak apa yang kausingkapkan? Watak yang muak akan kebenaran, dan membenci kebenaran. Begitu engkau dinyatakan sebagai orang yang membenci kebenaran, di mata Tuhan engkau berada dalam masalah, dan Dia akan membenci, menolak, dan mengabaikanmu. Dari sudut pandang orang, kebanyakan mereka akan mengatakan: 'Watak orang ini buruk, sangat berkepala batu, keras kepala, dan congkak! Orang ini sulit bergaul dan tidak mencintai kebenaran. Dia tak pernah menerima kebenaran dan dia tidak menerapkan kebenaran.' Paling-paling, semua orang akan memberimu penilaian ini, tetapi dapatkah penilaian ini menentukan nasibmu? Penilaian yang diberikan orang kepadamu tidak dapat menentukan nasibmu, tetapi ada satu hal yang tidak boleh engkau lupakan: Tuhan memeriksa hati manusia, dan pada saat yang sama Tuhan mengamati setiap perkataan dan perbuatan mereka. Jika Tuhan mendefinisikanmu seperti ini, dan menganggapmu orang yang membenci kebenaran, jika Dia tidak hanya menganggapmu memiliki watak yang sedikit rusak, atau menganggapmu sedikit tidak taat, bukankah ini adalah masalah yang sangat serius? (Ini serius.) Ini berarti masalah, dan masalah ini tidak terletak pada bagaimana orang memandangmu, atau bagaimana mereka menilaimu, itu terletak pada bagaimana Tuhan memandang watak rusakmu yang membenci kebenaran. Jadi, bagaimana Tuhan memandangnya? Apakah Tuhan hanya menetapkan bahwa engkau membenci kebenaran dan tidak mencintainya, dan itu saja? Apakah sesederhana itu? Berasal dari manakah kebenaran itu? Siapa yang kebenaran representasikan? (Kebenaran merepresentasikan Tuhan.) Renungkan hal ini: jika seseorang membenci kebenaran, lalu dari sudut pandang Tuhan, bagaimana Dia akan memandang orang tersebut? (Sebagai musuh-Nya.) Bukankah ini masalah yang serius? Jika seseorang membenci kebenaran, orang itu membenci Tuhan!" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Hidup di Hadapan Tuhanlah Orang Dapat Memiliki Hubungan yang Normal dengan-Nya"). Penyingkapan firman Tuhan berdampak besar bagiku. Aku melihat kerusakan yang buruk dari kecongkakanku. Beberapa saudari telah memberiku beberapa saran tentang orang yang kupilih, tetapi aku sama sekali tidak menerimanya—karena aku merasa diriku benar. Aku bahkan tidak memberi mereka kesempatan bicara, hanya terus menegur dan mengintimidasi mereka. Aku mengatakan begitu banyak hal yang congkak, sampai mereka harus berhenti bicara. Itu bukan sekadar kesalahan dalam pendekatan dan perilakuku. Itu berasal dari watak jahat yang muak dan membenci kebenaran. Aku merasa jijik—itu seperti menelan sesuatu yang sangat menjijikkan—ketika aku mengingat caraku berbicara dan bertindak ketika melawan para pimpinan itu. Aku merasa sangat malu, seperti orang bodoh yang menyedihkan. Di mata Tuhan, muak dan membenci kebenaran berarti membenci Tuhan dan menjadi musuh-Nya, dan semua musuh Tuhan adalah setan dan Iblis. Pemimpin senior sepenuhnya benar ketika menyingkapkanku sebagai Iblis tua yang tak pernah berubah. Itulah esensi naturku. Menghadapi masalah dengan sikap menentang dan menolak; tidak menerima kebenaran; melaksanakan tugas berdasarkan watak jahatku yang rusak. Bagaimana mungkin ini bukan berarti menentang Tuhan dan bagaimana mungkin aku tidak dipangkas karenanya? Pada saat itu aku sadar bahwa dipangkas seperti itu adalah keadilan Tuhan. Meskipun disingkapkan dan dipangkas melukai harga diriku dan aku sulit menerimanya, ini membantuku melihat naturku yang congkak dan memberiku sedikit hati yang takut akan Tuhan.
Kemudian, aku membaca beberapa firman Tuhan lagi yang memberiku pemahaman dan kearifan yang lebih baik tentang keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pun yang sedang mereka lakukan, para antikristus selalu memiliki tujuan dan niat mereka sendiri, mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana mereka sendiri, dan sikap mereka terhadap pengaturan dan pekerjaan rumah Tuhan adalah, 'Engkau mungkin memiliki seribu rencana, tetapi aku memiliki satu aturan'; semua ini ditentukan oleh natur para antikristus. Dapatkah para antikristus mengubah mentalitas mereka dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran? Itu sama sekali tidak mungkin, kecuali Yang di Atas memaksa mereka secara langsung untuk melakukannya, dan jika itulah yang terjadi, mereka akan mampu melakukannya sedikit, dengan rasa enggan dan karena terpaksa. Jika mereka tidak melakukan apa pun, mereka akan disingkapkan dan diberhentikan. Mereka hanya dapat melakukan sedikit pekerjaan nyata dalam keadaan seperti ini. Inilah sikap para antikristus terhadap pelaksanaan tugas; ini pula sikap mereka terhadap penerapan kebenaran: jika menerapkan kebenaran bermanfaat bagi mereka, jika semua orang akan menyetujui dan mengagumi mereka karenanya, mereka pasti akan menerapkannya, dan membuat sedikit upaya yang terlihat cukup diterima bagi orang lain. Jika menerapkan kebenaran tidak bermanfaat bagi mereka, jika tidak seorang pun melihatnya, dan pemimpin tingkat tinggi tidak melihatnya, pada saat-saat seperti itu mereka sama sekali tidak akan menerapkan kebenaran. Penerapan kebenaran mereka bergantung pada latar belakang dan situasi, dan mereka memikirkan bagaimana mereka dapat melakukan hal ini dengan cara yang dapat dilihat oleh orang lain, dan akan seberapa besar manfaatnya nanti; mereka memiliki pemahaman yang cerdik tentang hal-hal ini, dan mereka mampu beradaptasi dalam berbagai situasi. Mereka selalu memikirkan ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri, serta tidak sedikit pun memikirkan maksud Tuhan, dan dalam hal ini, mereka gagal menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip. Para antikristus hanya memperhatikan ketenaran, keuntungan, status, kepentingan pribadi mereka sendiri, dan mereka tidak mau terima jika mereka tidak memperoleh manfaat apa pun, atau tidak memamerkan diri mereka, dan menerapkan kebenaran adalah hal yang menyusahkan bagi mereka. Jika usaha mereka tidak diakui, dan sekalipun mereka bekerja di hadapan orang lain, tetapi pekerjaan mereka tidak terlihat, mereka tidak akan menerapkan kebenaran sama sekali. Jika pekerjaan itu diatur langsung oleh rumah Tuhan, dan mereka tidak punya pilihan selain melakukannya, mereka tetap akan mempertimbangkan apakah ini akan menguntungkan status dan reputasi mereka. Jika itu baik untuk status dan dapat meningkatkan reputasi, mereka pun mengerahkan semua yang mereka miliki ke dalam pekerjaan ini dan mengerjakannya dengan baik; mereka merasa seperti pepatah: sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Jika tidak bermanfaat bagi ketenaran, keuntungan, dan status mereka, dan jika melakukannya dengan buruk dapat merusak citra mereka, mereka memikirkan cara atau alasan untuk menghindarinya. Tugas apa pun yang dilaksanakan para antikristus, mereka selalu berpegang pada prinsip yang sama: mereka harus mendapatkan sejumlah keuntungan dalam hal reputasi, status, atau kepentingan mereka, dan mereka tidak boleh mengalami kerugian apa pun. Jenis pekerjaan yang paling para antikristus sukai adalah ketika mereka tidak perlu menderita atau membayar harga apa pun, dan ada manfaat bagi reputasi dan status mereka. Singkatnya, apa pun yang mereka lakukan, para antikristus terlebih dahulu memikirkan kepentingan mereka sendiri, dan mereka hanya bertindak setelah mereka memikirkan semuanya; mereka tidak menaati kebenaran dengan sungguh-sungguh, dengan tulus, tunduk dengan mutlak pada kebenaran tanpa berkompromi, tetapi melakukannya secara selektif dan bersyarat. Lalu apa syaratnya? Syaratnya status dan reputasi mereka harus terlindungi, dan tidak boleh sedikit pun dirugikan. Hanya setelah syarat ini dipenuhi, barulah mereka akan memutuskan dan memilih apa yang harus dilakukan. Artinya, antikristus memikirkan dengan serius bagaimana cara memperlakukan prinsip-prinsip kebenaran, amanat Tuhan, dan pekerjaan rumah Tuhan, atau bagaimana menangani hal-hal yang mereka hadapi. Mereka tidak memikirkan bagaimana cara memenuhi maksud-maksud Tuhan, bagaimana menjaga agar tidak merugikan kepentingan rumah Tuhan, bagaimana memuaskan Tuhan, atau bagaimana memberi manfaat bagi saudara-saudari; semua ini bukanlah hal-hal yang mereka pikirkan. Apa yang antikristus pikirkan? Mereka memikirkan apakah status dan reputasi mereka sendiri akan terpengaruh, dan apakah gengsi mereka akan menurun atau tidak. Jika melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan saudara-saudari, tetapi akan menyebabkan reputasi mereka sendiri dirugikan dan menyebabkan banyak orang menyadari tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya serta mengetahui esensi natur seperti apa yang mereka miliki, mereka pasti tidak akan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika melakukan beberapa pekerjaan nyata akan membuat lebih banyak orang mengagumi, menghormati, dan memuja mereka, memungkinkan mereka memperoleh martabat yang lebih besar atau memungkinkan perkataan mereka menjadi berotoritas dan membuat lebih banyak orang tunduk kepada mereka, maka mereka akan memilih untuk melakukannya dengan cara itu; jika tidak, mereka tidak akan pernah memilih untuk mengabaikan kepentingan mereka sendiri karena memikirkan kepentingan rumah Tuhan atau saudara-saudari. Inilah esensi dari natur antikristus" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan memperlihatkan kepadaku bahwa menentang dan menjadi kesal saat orang lain menyinggung masalah Isabella, dan tidak setuju jika dia digantikan, bukan hanya karena watak yang congkak. Tersembunyi di balik itu adalah motifku yang egois dan keji. Aku tidak mau menerima saran kedua pimpinan itu hanya agar aku dapat melindungi kedudukanku di gereja. Namun, mereka benar tentang masalah Isabella. Dia tidak cocok menjadi pengawas dan telah menghalangi pekerjaan penginjilan kami. Seharusnya aku segera memberhentikannya, tetapi aku malah mencari berbagai macam alasan untuk menghalangi tindakan itu agar aku dapat mempertahankan statusku. Akibatnya, kedua pemimpin gereja itu tidak tahu bagaimana mengatur segala sesuatunya dengan tepat, dan ini semakin menghambat pekerjaan penginjilan kami. Kecongkakan dan kegagalanku untuk menjunjung tinggi pekerjaan gereja, dan prioritasku pada status pribadiku semuanya memengaruhi pekerjaan penginjilan kami dan jalan masuk ke dalam kehidupan saudara-saudari. Aku sedang mengganggu pekerjaan gereja. Aku memberi janji palsu untuk menjunjung pekerjaan gereja, tetapi sebenarnya, semua itu hanyalah tentang mempertahankan statusku sendiri. Asalkan aku bisa melindungi statusku di gereja, sekalipun orang yang kupilih punya masalah dan menghambat pekerjaan gereja, aku berpura-pura tidak melihatnya. Aku siap melihat kepentingan gereja dirugikan jika itu artinya aku dapat melindungi statusku sendiri. Bukankah itu perilaku antikristus? Melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, aku menyadari esensi naturku yang menentang Tuhan, dan dengan jelas melihat motifku yang keji. Saat itu, aku merasa sedikit takut, dan mau bertobat kepada Tuhan, berhenti melakukan kejahatan dan menentang Dia karena kecongkakan.
Suatu kali dalam perenunganku, aku membaca satu bagian firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ketika orang lain menyuarakan pendapat yang berbeda, bagaimana kau bisa melakukan penerapan untuk membuatmu tidak bersikap semaunya dan gegabah? Engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap rendah hati, mengesampingkan apa yang kauyakini benar, dan membiarkan semua orang menyampaikan persekutuan. Meskipun engkau percaya dirimu benar, engkau tidak boleh tetap bersikeras mempertahankannya. Itu adalah semacam peningkatan; hal itu menunjukkan sikap yang mencari kebenaran, menyangkal dirimu sendiri, dan memenuhi maksud Tuhan. Begitu engkau memiliki sikap ini, pada saat yang sama tidak bersikeras pada pendapatmu sendiri, engkau harus berdoa, mencari kebenaran dari Tuhan, dan kemudian mencari dasar di dalam firman Tuhan—menentukan bagaimana bertindak berdasarkan firman Tuhan. Inilah penerapan yang paling cocok dan akurat. Ketika engkau mencari kebenaran dan mengemukakan suatu masalah, lalu membiarkan semua orang bersekutu dan mencari bersama, pada saat itulah Roh Kudus akan memberikan pencerahan. Tuhan mencerahkan orang sesuai dengan prinsip, Dia mempertimbangkan sikap mereka. Jika engkau dengan keras kepala berpegang pada pendapatmu, entah pandanganmu benar atau salah, Tuhan akan menyembunyikan wajah-Nya darimu dan mengabaikanmu; Dia akan membuatmu menemui jalan buntu untuk menyingkapkan dan menelanjangi keadaanmu yang buruk. Sebaliknya, jika sikapmu benar, tidak bersikeras pada pendapatmu sendiri, tidak merasa diri benar, tidak bertindak semaunya dan gegabah, tetapi bersikap mencari dan menerima kebenaran, jika engkau bersekutu dengan semua orang, maka Roh Kudus akan mulai bekerja di antaramu, dan mungkin Dia akan menuntunmu untuk memperoleh pemahaman melalui perkataan seseorang. Terkadang, ketika Roh Kudus mencerahkanmu, Dia membawamu untuk memahami inti dari suatu masalah hanya dengan beberapa kata atau frasa, atau dengan memberimu suatu pemikiran. Engkau segera menyadari bahwa apa pun yang selama ini telah kaupegang teguh adalah keliru, dan, pada saat yang sama, engkau memahami cara yang paling tepat untuk bertindak. Setelah mencapai taraf seperti itu, bukankah engkau sudah berhasil menghindarkan dirimu dari melakukan kejahatan, dan pada saat yang sama, menghindari menanggung akibat dari suatu kesalahan? Bukankah ini bentuk perlindungan Tuhan? (Ya.) Bagaimana hal semacam itu dicapai? Ini hanya tercapai jika engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan jika engkau mencari kebenaran dengan hati yang tunduk. Setelah engkau menerima pencerahan Roh Kudus dan menentukan prinsip mana yang harus kauterapkan, penerapanmu akan sesuai dengan kebenaran, dan engkau akan mampu memenuhi maksud Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Agar tidak melakukan kejahatan dalam tugasku atau mengganggu pekerjaan gereja, kuncinya adalah memiliki sikap yang mencari kebenaran ketika masalah muncul dan hati yang takut akan Tuhan, dan mampu bekerja sama dengan orang lain, dan, saat menemui pendapat yang berbeda, aku mengesampingkan diriku, berdoa, dan mencari. Itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus, melakukan segala sesuatu dengan benar, dan meminimalkan kesalahan. Memahami ini mencerahkan bagiku, dan aku tahu langkah selanjutnya. Setelah itu, aku memberhentikan Isabella dan pengawas baru dipilih. Setelah beberapa waktu, pekerjaan penginjilan meningkat secara nyata. Aku merasa jauh lebih menyesal saat melihat hasil-hasil ini. Aku merasa jijik dengan kecongkakanku sebelumnya dan bagaimana aku telah dengan sengaja mempertahankan Isabella, mengganggu pekerjaan gereja dan melakukan pelanggaran. Aku memanjatkan doa agar aku siap mencari kebenaran dalam segala sesuatu, tidak lagi bertindak dengan cara lamaku yang angkuh dan hidup dengan watak yang congkak seperti itu.
Tak lama kemudian, aku menghadapi masalah lain. Dalam diskusi kerja dengan beberapa diaken penginjilan, aku menyampaikan beberapa saran yang dengan segera ditolak oleh semua orang. Aku merasa sedikit malu dan bertanya-tanya apakah perkataanku sama sekali salah. Apakah semua yang dikatakan orang lain benar? Apa pendapat mereka tentang diriku sebagai pemimpin, jika semua pandanganku sama sekali ditolak? Mereka pasti menganggapku tidak memahami kebenaran dan tidak memiliki kenyataan. Akankah mereka mendengarkanku setelah itu? Akankah aku masih memiliki gengsi seorang pemimpin di mata orang? Dengan pemikiran ini, aku kembali memiliki keinginan untuk membantah yang orang lain katakan agar aku dapat mempertahankan reputasi. Lalu, aku merasa sangat bersalah, sadar bahwa keadaanku tidak baik. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, "Ya Tuhan, aku tahu mereka benar, tetapi aku merasa harga diriku terluka dan aku kembali ingin melindungi statusku. Kumohon lindungi dan bantu aku menerima saran saudara-saudari yang benar, mengikuti prinsip kebenaran dan tidak hidup dalam kerusakanku." Setelah berdoa, aku membaca firman Tuhan ini: "Ketika mengerjakan sesuatu, kita harus selalu berdiskusi dengan orang lain dan mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu. Jika pendapat sebagian besar orang sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerima dan menaatinya. Apa pun yang kaulakukan, jangan mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk. Melakukan hal seperti itu di dalam kelompok apa pun bukanlah hal yang baik. ... Engkau harus sering bersekutu dengan orang lain, memberi saran dan mengungkapkan pandanganmu sendiri—ini adalah tugasmu dan kebebasanmu. Namun, pada akhirnya, ketika keputusan harus dibuat, jika hanya engkau sendiri yang menjadi penentu keputusan, memaksa semua orang untuk menuruti perkataanmu dan mengikuti keinginanmu berarti engkau sedang melanggar prinsip. ... Jika tidak ada yang kaupahami dan engkau tidak punya pendapat, belajarlah untuk mendengarkan, menaati, dan mencari kebenaran. Inilah tugas yang seharusnya kaulaksanakan; ini berarti berperilaku baik dalam bersikap. Jika engkau tidak punya pendapat sendiri dan selalu takut terlihat bodoh, takut tak dapat menonjolkan diri, dan takut dipermalukan—jika engkau takut diremehkan orang lain dan tidak memiliki tempat di hati mereka, sehingga engkau selalu berusaha memaksakan dirimu untuk menjadi pusat perhatian dan selalu ingin melontarkan gagasan yang terdengar muluk-muluk, mengemukakan pernyataan konyol yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang kauingin diterima orang—apakah itu berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu? (Tidak.) Apa yang sedang kaulakukan? Engkau sedang bersikap merusak" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan mencerahkan. Bersekutu dengan orang lain dan mengutarakan pendapat dan saran adalah bagian dari tugas dan tanggung jawabku, tetapi membuat orang lain melakukan apa yang kuinginkan dan mendengarkanku adalah kecongkakan semata. Dalam diskusi kerja, semua orang berhak mengutarakan pendapat mereka, dan kita harus memilih yang sesuai dengan prinsip kebenaran dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Itulah sikap yang menerima kebenaran. Setelah itu, aku mulai berfokus menerapkan kebenaran, dan saat ada perbedaan pendapat dalam diskusi kerja, aku selalu menanyakan lebih lanjut ide orang-orang untuk mencapai mufakat yang kemudian dapat kami terapkan. Aku ingat, aku pernah menyelesaikan sesuatu seorang diri dan merasa tidak nyaman. Melalui doa dan perenungan, aku sadar aku tidak berdiskusi dengan rekanku untuk mencapai mufakat, dan itu bukan pendekatan yang benar. Aku membuka diri kepada semua orang dalam persekutuan bahwa aku congkak, bahwa aku tidak mendiskusikan segala sesuatu sebelum membuat keputusan, dan bahwa aku tak masuk akal dalam hal ini. Aku berkata bahwa aku mau berubah dan berhenti melakukan segala sesuatu dengan cara seperti itu. Aku juga meminta semua orang untuk membantu mengawasiku. Aku merasa mengesampingkan diriku dengan cara seperti itu, dan menerapkan kebenaran, membuat pikiranku tenang.
Aku melakukan penerapan seperti itu dalam beberapa diskusi kerja selanjutnya dan mendapati bahwa aku menangani segala sesuatu dengan lebih baik tanpa ada masalah apa pun yang muncul. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Melalui peristiwa ini, aku mengalami bahwa dengan tidak bersikap congkak dalam tugas dan bekerja sama dengan baik dengan orang lain, engkau bisa mendapatkan pekerjaan Roh Kudus dan engkau akan lebih mudah menyelesaikan segala sesuatu. Kini aku memiliki sedikit pemahaman tentang watakku yang rusak. Aku mampu menerapkan kebenaran dan telah sedikit berubah. Ini adalah buah dari firman Tuhan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Kenneth, Korea SelatanSuatu hari pada Mei 2021, kami sedang bersiap untuk syuting video Saudara Luka yang akan bernyanyi solo,...
Oleh Saudari Li Karen, Filipina Sebelum memercayai Tuhan Yang Mahakuasa, aku terbiasa dipuji guru. Aku selalu ingin diperhatikan, dan...
Oleh Saudari Lilieth, Honduras Pada Oktober 2018, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Enam bulan kemudian, aku...
Oleh Saudari Weniela, FilipinaAku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman pada tahun 2017. Masa bersekutu dengan...