Mengapa Aku Menolak Bekerja Sama Dengan Orang Lain?

14 Desember 2022

Oleh Saudari Ye Yuan, Myanmar

Suatu hari ada pemilihan gereja untuk memilih seorang pemimpin penginjilan. Di luar dugaanku, ketika hasilnya diumumkan, saudara-saudari telah memilih aku. Aku agak bersemangat. Kupikir, terpilih berarti aku punya kualitas lebih baik dan lebih mampu daripada yang lain. Aku juga agak gugup, takut aku akan mengecewakan kepercayaan semua orang jika tak bekerja dengan baik, maka mereka akan berpikir aku tak cocok untuk pengawasan. Aku tak ingin mengecewakan saudara-saudari. Karena mereka memilihku, ingin kubuktikan aku punya kualitas baik dan cakap, agar dapat memacu pekerjaan penginjilan kami. Setelah itu aku mulai berfokus pada pekerjaan. Saat itu, Saudari Wang sedang mengawasi pekerjaanku, tapi jarang kudiskusikan pekerjaan dengannya. Aku tak memberitahunya rencanaku, tapi selalu kulakukan semua sendiri. Kadang saat dia ingin membicarakan sesuatu denganku, dia tak bisa menghubungiku, dan saat dia bertanya di mana aku berada, kucari segala macam cara untuk menipunya, tak memberitahunya apa sebenarnya yang telah kulakukan. Aku berpikir kalau sudah berhasil dalam tugas, aku akan memberitahunya. Dengan begitu dia akan memuji kualitas dan kompetensiku, bahwa aku dapat bekerja dengan baik tanpa bantuan orang. Saudara-saudari akan berpikir memilihku adalah keputusan yang tepat, aku bisa memikul pekerjaan itu. Saat itu, anggota tim kami, Saudara Yunxiang, sangat bersemangat dalam tugasnya. Dia lebih efektif daripadaku dalam penginjilannya. Aku cemas saat mendengar Saudari Wang memujinya karena bertugas dengan baik. Aku adalah pengawas dan dia hanya anggota staf penginjilan biasa. Begitu proaktif dalam tugasnya, apa dia akan mempermalukanku? Apa orang akan memilihnya menjadi pengawas? Itu akan sangat memalukan bagiku. Aku sungguh tak bisa terima.

Suatu kali, Saudari Wang menugaskan aku dan Saudara Yunxiang untuk mengerjakan tugas bersama. Aku tidak ingin pergi dengannya, tapi ingin melakukannya sendiri. Sebelumnya, dia dipuji karena termotivasi dalam tugasnya. Jika dia pergi denganku, separuh pencapaian akan jadi miliknya, maka saudara-saudari mungkin lebih menghormatinya. Dengan pemikiran itu, aku pergi dan melakukannya sendiri. Aku ingin segera meningkatkan prestasiku, berpikir jika aku bekerja dengan baik, semua orang pasti akan mengagumi dan memujiku. Setelah itu aku mulai berfokus pada tugas. Tapi sekeras apa pun aku bekerja, sebanyak apa pun energi yang kukeluarkan, itu tak berhasil. Aku mengeluh kepada Tuhan—kenapa Dia tak memberkatiku, betapa pun keras aku bekerja? Keadaanku sangat buruk dan tak ingin melakukan tugas itu lagi. Setelah tahu apa yang sedang terjadi, Saudari Wang bersekutu denganku, "Kau tak berhasil baik dalam tugasmu. Apa ada masalah dengan gaya kerjamu? Kau perlu menilai apa yang terjadi dan perbaiki. Kau selalu ingin bekerja sendiri—bukan itu caranya bekerja. Kau harus bekerja sama dengan orang lain." Tak kuterima dia menunjukkan masalahku. Ada masalah dengan gaya kerjaku? Aku bekerja seperti itu juga sebelumnya, dan baik saja. Artinya pendekatanku benar—tak ada yang salah dengan itu! Setelah itu terus kugunakan gaya kerja yang sama. Selama waktu itu, bagaimanapun orang lain bersekutu denganku tentang jalan penerapan yang baik, aku tak mau mendengarkan dan tak mau menerimanya. Kupikir jika kulakukan sesuatu seperti yang mereka katakan, setelah kudapatkan hasilnya, mereka mungkin berkata bahwa pencapaianku adalah karena mengikuti saran mereka. Lalu mereka yang akan dipuji—siapa yang akan memujiku? Aku merasa sangat keras kepala dan ingin bertindak sendiri. Dua minggu berlalu dalam sekejap mata, dan aku belum mencapai apa pun. Aku benar-benar sengsara. Aku bekerja setiap hari tanpa istirahat, kenapa tak mendapatkan hasil apa pun? Aku tak tahu akar masalahnya, tapi tetap tak merenungkan diri. Beberapa minggu kemudian, ada saudara bertanya, menegurku, "Kau pengawas, tapi tidak bekerja dengan orang lain—selalu bertindak sendiri. Bisakah kau mencapai sesuatu seperti itu? Bukankah itu menghambat segalanya?" Aku kesal mendengarnya berkata seperti itu, tapi setelah itu aku sadar dia benar, itulah masalahnya. Saudara-saudari sering mengingatkanku agar perlu bekerja dengan orang lain, tapi aku terus bekerja sendiri, akibatnya pekerjaan itu tidak membuahkan hasil dan tertunda. Aku merasa bersalah saat menyadari itu dan ingin berubah.

Lalu kubuka diri kepada pemimpin tentang masalahku. Dia mengirimiku firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, jika orang hidup menurut falsafah duniawi mereka, dan jika mereka mengandalkan gagasan mereka sendiri, kecenderungan, keinginan, motif egois, bakat mereka sendiri, dan kepandaian dalam bergaul satu sama lain, ini bukanlah cara hidup di hadapan Tuhan, dan mereka tidak akan mampu mencapai kesatuan. Mengapa demikian? Karena jika orang hidup berdasarkan watak Iblis, mereka tidak akan dapat mencapai kesatuan. Lalu, apa akibat utama hal ini? Tuhan tidak akan bekerja di dalam diri mereka. Tanpa adanya pekerjaan Tuhan, jika orang mengandalkan kemampuan dan kepandaian mereka yang tidak seberapa, mengandalkan sedikit keahlian dan sedikit pengetahuan serta keterampilan yang telah mereka peroleh, mereka akan mengalami kesulitan untuk dipakai sepenuhnya di rumah Tuhan dan merasa sangat sulit untuk bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Tanpa adanya pekerjaan Tuhan, engkau tidak akan pernah mampu memahami kehendak Tuhan, tuntutan Tuhan, ataupun prinsip-prinsip penerapan. Engkau tidak akan tahu jalan dan prinsip untuk melaksanakan tugasmu, dan engkau tidak akan pernah tahu bagaimana bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau tindakan apa yang melanggar prinsip kebenaran dan menentang Tuhan. Jika tak satu pun dari hal-hal ini jelas bagimu, engkau hanya akan mematuhi dan mengikuti aturan secara membabi buta. Ketika engkau melaksanakan tugasmu dalam kebingungan seperti itu, engkau pasti akan gagal. Engkau tidak akan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan, dan engkau pasti akan membuat Tuhan membenci dan menolakmu dan engkau akan disingkirkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Tentang Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan menyadarkanku bahwa aku tak dapat bertugas mengikuti mauku sendiri, mengandalkan keterampilan dan trik cerdasku. Aku harus rukun bekerja dengan saudara-saudari, membahas berbagai hal, dan bersepakat dengan semua orang. Jika tidak, Roh Kudus tak akan bekerja dan tugasku tak akan diberkati Tuhan. Tapi bagiku, sejak terpilih sebagai pengawas, rasanya itu membuatku jadi seseorang yang istimewa, itu berarti aku punya kelebihan. Aku bertindak sebagai pekerja tunggal dan tak bekerja sama dengan saudara-saudari sehingga aku akan menonjol, dikagumi, dan disenangi orang. Aku tak banyak membahas pekerjaan dengan pengawasku dan bahkan pergi mengerjakan proyek tanpa memberitahunya. Aku ingin memberitahunya hanya setelah mencapai sesuatu agar dia akan memuji kualitas dan kemampuanku, dan berpikir aku memenuhi tugasku sebagai pengawas. Tapi tugasku tak berhasil karena aku tidak mencari prinsip, bahkan tidak rasional, mendebat Tuhan dan menyalahkan-Nya karena tak memberkatiku. Aku bahkan ingin berhenti dari tugasku. Aku sungguh tak rasional! Aku akhirnya sadar bertindak sendirian dalam tugas untuk memuaskan keinginanku, tidak mencari prinsip atau bekerja dengan orang lain, berarti tugas tidak akan pernah dilakukan dengan baik. Perilakuku juga menjijikkan Tuhan, yang akan meninggalkanku jika aku tak segera berubah. Menyadari semua ini, aku langsung berdoa: "Tuhan, sekarang aku sadar bahwa tidak bekerja sama dengan yang lain tidak berkenan bagi-Mu. Tolong bimbing dan bantu aku untuk segera berubah, agar rukun bekerja dengan orang lain."

Aku membaca firman Tuhan ini: "Frasa 'kerja sama yang harmonis' mudah dipahami secara harfiah, tetapi sulit untuk diterapkan. Bukanlah hal yang mudah untuk menghidupi frasa ini. Mengapa tidak mudah? (Manusia memiliki watak yang rusak.) Benar. Manusia memiliki watak rusak yang congkak, jahat, keras kepala, dan sebagainya, dan ini menghalangi mereka untuk menerapkan kebenaran. Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain, engkau menyingkapkan segala macam watak yang rusak. Sebagai contoh, engkau berpikir: 'Engkau ingin aku bekerja sama dengan orang itu, tetapi apakah dia sanggup? Bukankah orang akan memandang rendah diriku jika aku bekerja sama dengan orang yang tidak memiliki kualitas?' Dan terkadang, engkau bahkan mungkin berpikir, 'Orang itu sangat bodoh, dan dia tidak mengerti apa yang kukatakan!' atau 'Hal yang ingin kukatakan itu berhikmat dan berwawasan luas. Jika kuberitahukan kepada mereka dan membiarkan mereka yang melaksanakannya, akankah aku tetap menonjol? Usulanku adalah yang terbaik. Jika aku hanya mengatakannya dan membiarkan mereka yang melaksanakannya, siapa yang akan tahu bahwa itu adalah kontribusiku?' Pemikiran dan pendapat semacam itu—perkataan setan semacam itu—sering kita dengar dan lihat. Jika engkau memiliki pemikiran dan pendapat semacam itu, akan relakah engkau bekerja sama dengan orang lain? Akan mampukah engkau mencapai kerja sama yang harmonis? Ini tidak mudah; ada tantangan yang besar untuk itu! Frasa 'kerja sama yang harmonis' mudah diucapkan—buka saja mulutmu dan itu langsung terucap. Namun, ketika tiba saatnya untuk menerapkannya, ada penghalang yang besar di dalam dirimu. Pemikiranmu berubah-ubah. Terkadang, ketika engkau berada dalam suasana hati yang baik, engkau mungkin saja mampu bersekutu sedikit dengan orang lain; tetapi jika suasana hatimu buruk dan engkau terhalang oleh watak yang rusak, engkau sama sekali tidak akan mampu menerapkannya. Beberapa orang, sebagai pemimpin, tidak mampu bekerja sama dengan siapa pun. Mereka selalu memandang rendah orang lain, selalu bersikap pilih-pilih dalam memilih orang, dan ketika mereka melihat kekurangan orang lain, mereka mengkritik dan menyerang orang itu. Ini membuat pemimpin semacam itu menjadi pemimpin yang memberi pengaruh buruk, dan membuat mereka diganti. Apakah mereka tidak memahami apa arti frasa 'kerja sama yang harmonis'? Mereka sebenarnya memahaminya dengan sangat baik, tetapi tidak mampu menerapkannya. Mengapa mereka tidak mampu menerapkannya? Karena mereka terlalu menghargai status, dan watak mereka terlalu congkak. Mereka ingin pamer, dan ketika mereka telah memegang erat status tersebut, mereka tidak akan melepaskannya, karena takut status itu jatuh ke tangan orang lain dan membuat mereka tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Mereka takut ditinggalkan oleh orang lain dan tidak dihormati, takut perkataan mereka tidak memiliki kuasa atau otoritas. Itulah yang mereka takutkan. Sampai sejauh mana kecongkakan mereka? Mereka kehilangan akal sehat dan tindakan mereka semaunya dan gegabah. Dan apa akibatnya? Mereka bukan saja melaksanakan tugas dengan buruk, tetapi tindakan mereka juga mengakibatkan gangguan dan kekacauan, dan mengakibatkan mereka dipindahkan dan diganti. Katakan kepada-Ku, adakah tempat di mana orang semacam itu, dengan watak seperti itu, layak untuk melaksanakan tugas? Aku khawatir di mana pun mereka ditempatkan, mereka tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Jika mereka tak mampu bekerja sama dengan orang lain, apakah itu berarti mereka akan mampu melaksanakan tugas dengan baik seorang diri? Tentu saja tidak. Jika mereka melaksanakan tugas mereka seorang diri, mereka akan semakin tak terkendali, bahkan tindakan mereka bisa semakin semaunya dan gegabah. Apakah engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan baik atau tidak, itu tidak tergantung pada bakatmu, tingginya kualitasmu, kemanusiaanmu, kemampuanmu, atau keterampilanmu; itu tergantung pada apakah engkau adalah orang yang menerima kebenaran atau tidak dan apakah engkau mampu menerapkan kebenaran atau tidak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan mengatakan tak bekerja sama dalam suatu tugas berasal dari watak congkak. Tuhan ingin kita rukun bekerja agar dapat saling membantu, dan menutupi kelemahan kita. Itu juga membantu mengendalikan kerusakan kita, bermanfaat bagi kita dan pekerjaan kita. Tapi aku terlalu sombong. Kupikir tak perlu bekerja sama dengan siapa pun. Aku sendiri dapat bekerja dengan baik. Perspektifku adalah aku harus bekerja sendiri agar kemampuanku terlihat, jadi aku tak ingin bekerja sama atau menerima saran apa pun. Aku ingin tampil baik sendiri. Aku kurang arahan dalam tugas, tapi tetap tidak mencari solusinya. Saat Saudari Wang memberitahuku sebab pekerjaanku tak berhasil dan apa seharusnya pendekatanku, aku tahu dia benar, tapi tak mau mendengarkannya. Aku takut jika mendengarkannya, dan mulai bekerja lebih baik, orang lain yang dipuji, bukan aku. Saat Saudari Wang menugaskan Saudara Yunxiang bekerja denganku, aku takut dia akan merebut pujianku, lalu saat kami mencapai sesuatu, orang akan menghormatinya. Rasanya seperti aku bukan pengawas kompeten, yang tak sebaik anggota tim biasa. Untuk menjaga nama dan status, aku tak ingin bekerja dengan orang, tapi bekerja sendiri. Aku bertugas untuk dilihat, tapi sebenarnya mengejar status, hanya ingin pamer. Itu menunjukkan watak congkak.

Lalu kubaca bagian lain dari firman Tuhan: "Sebagai seorang pemimpin atau pekerja, jika engkau selalu menganggap dirimu lebih unggul daripada orang lain, dan menikmati tugasmu seperti pejabat pemerintah, selalu memuaskan dirimu dengan manfaat dari statusmu itu, selalu membuat rencanamu sendiri, selalu memikirkan dan menikmati ketenaran, dan statusmu sendiri, selalu mengurus urusanmu sendiri, dan selalu berusaha untuk mendapatkan status yang lebih tinggi, mengatur atau mengendalikan lebih banyak orang, dan memperluas lingkup kekuasaanmu, ini adalah masalah. Memperlakukan tugas penting sebagai kesempatan untuk menikmati kedudukanmu seolah-olah engkau adalah pejabat pemerintah adalah sangat berbahaya. Jika engkau selalu bertindak seperti ini, tidak mau bekerja bersama orang lain, tidak mau melemahkan kekuasaanmu dan membaginya dengan orang lain, tidak mau orang lain berada di atas angin, mencuri pusat perhatian, jika engkau hanya ingin menikmati kekuasaan seorang diri, itu berarti engkau adalah antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Firman Tuhan mengungkapkan keadaanku sebenarnya. Kuanggap tugas seolah itu jabatan resmi pemerintah. Begitu menjadi pengawas, aku hanya ingin menikmati mahkota terang statusku. Aku tak ingin bekerja sama dengan siapa pun agar dikagumi dan disenangi orang, dan mereka akan mengatakan aku berkualitas dan mampu bekerja. Takut mereka akan mencuri kemuliaanku dan merebut mahkotaku, aku ingin bekerja sendiri agar mendapatkan semua pujian setelah mencapai sesuatu dan mata semua orang akan tertuju padaku. Berharap melindungi nama dan statusku, tak kuhiraukan hasil kerja keseluruhan atau terima bantuan. Aku sangat congkak! Aku orang yang rusak, jadi pasti banyak penyimpangan dan masalah dalam pekerjaanku, dan banyak aspek yang tak kupertimbangkan. Tapi aku congkak, sombong, dan tinggi hati, berpikir tak ada yang salah denganku, dan tak ingin bekerja sama dengan orang lain. Jika itu terus berlanjut, mungkin akan menghambat pekerjaan gereja, dan jika tetap tak mau bertobat, aku akan menjadi antikristus. Kesadaran ini menakutkan bagiku. Aku sungguh ingin berubah, melepaskan keinginan untuk status, dan bertugas dengan baik.

Lalu, kubaca sebuah bagian firman Tuhan. "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan mempertimbangkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, atau statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau tidak murni dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin dan pahamilah semuanya itu, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika kualitasmu buruk, jika pengalamanmu dangkal, atau jika engkau tidak cakap dalam pekerjaanmu, berarti mungkin ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam pekerjaanmu, dan hasilnya mungkin tidak terlalu baik—tetapi engkau telah mengerahkan upayamu yang terbaik. Dalam segala hal yang engkau lakukan, engkau tidak memuaskan kehendak atau keinginan egoismu sendiri. Sebaliknya, engkau terus-menerus mempertimbangkan pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan. Meskipun engkau mungkin tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, hatimu telah diluruskan; jika, di atas semua ini, engkau dapat mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam tugasmu, maka tugasmu akan memenuhi standar dan engkau akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran; Inilah artinya menjadi kesaksian" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan memperjelas bahwa tugas bukanlah urusan pribadi, dan tak boleh dilakukan demi kepentingan pribadi, atau keinginan untuk nama dan status, tapi harus dengan segenap hati, mementingkan gereja dalam segala hal, dan tak menodainya dengan motif pribadi. Tapi aku hanya memikirkan nama dan posisiku, dan bekerja demi status, yang berarti aku makin tidak efektif dan menunda pekerjaan penginjilan. Aku tahu harus berhenti bekerja demi martabat dan status, tapi memikirkan kepentingan gereja dalam segala hal. Setelah itu, aku berusaha mengesampingkan reputasi dan status, bekerja sama dengan baik, tulus memikirkan cara bekerja dengan baik dan memenuhi tanggung jawabku. Aku merasa lebih damai setelah menerapkannya.

Suatu kali aku pergi menginjil dengan beberapa saudari, dan calon penerima Injil benar-benar ingin mencari. Kupikir jika kupergi sendirian, saudara-saudari akan memuji kemampuan persekutuanku. Aku sangat menyesal datang dengan mereka. Saat ini terlintas, kutahu itu bukan cara berpikir yang tepat. Aku sedang memikirkan nama dan statusku lagi, ingin bertindak sendiri. Jadi, aku berdoa dalam hati, siap untuk berhenti memikirkan kepentingan pribadi. Perasaanku berangsur tenang, memusatkan hati pada cara bersekutu dan bersaksi tentang Tuhan. Di bawah bimbingan Tuhan, tujuh atau delapan orang menerima pekerjaan Tuhan. Aku sungguh tergugah, dan memikirkan Tuhan Yesus yang berfirman, "Sekali lagi Aku berkata kepadamu, bahwa jika dua orang di antara kalian di bumi setuju mengenai apa pun yang hendak mereka minta, itu akan dilakukan untuk mereka oleh Bapa-Ku yang ada di surga. Karena di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam nama-Ku, di situlah Aku ada di tengah-tengah mereka" (Matius 18:19-20). Pada saat itu aku sadar tak ada orang yang sempurna, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Kita harus bekerja sama secara harmonis, membahas hal-hal dengan saudara-saudari, dan saling melengkapi kekurangan untuk bertahap mengurangi kesalahan bekerja dan mencapai lebih banyak dalam tugas. Sekarang saat melakukan tugasku dengan orang lain, bisa kulihat mereka sangat berorientasi pada detail kerja, dan sangat memperhatikan calon penerima Injil. Inilah kelebihan yang tak kumiliki. Aku telah belajar cukup banyak dari mereka. Saat kehilangan arah dalam tugasku, aku mencari dengan mereka, membahas apa yang harus kulakukan, dan mendapatkan hasil lebih baik dalam pekerjaanku. Syukur kepada Tuhan! Kualami sendiri bahwa dalam suatu tugas, sangat penting bekerja sama dengan orang.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Jalan untuk Tidak Berpura-pura

Oleh Saudari Daisy, Korea SelatanPada awal tahun 2021, aku terpilih sebagai pemimpin tim, yang bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman...

Tinggalkan Balasan