Pilihan yang Benar

16 September 2022

Oleh Saudara Shun Yi, Tiongkok

Aku dilahirkan di desa pegunungan terpencil, dalam keluarga dari beberapa generasi petani. Ketika masih bersekolah, ibuku sering menasihatiku, "Keluarga kita tak memiliki apa pun untuk diandalkan. Jika kau mau mengubah nasibmu, kau sendirilah yang harus mengubahnya. Satu-satunya harapanmu adalah berhasil di sekolah." Aku menanggapi perkataannya dengan serius, benar-benar berharap suatu hari "lebih menonjol dari orang lain dan membawa kehormatan bagi nenek moyangku." Namun setelah lulus, aku bukan saja tak mampu menemukan pekerjaan yang stabil, tapi orang tuaku sakit parah. Kami menghabiskan seluruh tabungan keluarga dan kemudian meminjam uang dari kerabat. Karena aku tak membayar mereka tepat waktu, bibiku sendiri menyebutku vampir di belakangku. Aku mengabdikan diriku untuk menghasilkan uang agar mereka tidak akan memandang rendah diriku, tapi kondisi keluarga kami yang miskin dan penghinaan kerabat kami membuatku merasa sangat tertekan, dan aku sering menangis secara diam-diam. Tepat ketika aku sengsara dan merasa tak berdaya, pada Juni 2013, seorang teman memberitakan Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kepadaku. Melalui membaca firman Tuhan dan berkumpul dengan saudara-saudari, aku memahami bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, dan hidup kita berada di tangan-Nya. Aku juga memahami hidup itu sangat menyakitkan karena manusia kehilangan perlindungan Tuhan setelah mereka dirusak oleh Iblis, dan Tuhan telah menjadi daging dan mengungkapkan kebenaran pada akhir zaman untuk menyelamatkan manusia dari perusakan dan gangguan Iblis. Setelah memahami tentang kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia, aku menjadi benar-benar terlibat dalam pertemuan dan banyak membaca firman Tuhan. Aku juga dengan segera mulai melakukan tugas di gereja.

Setelah beberapa bulan, melihatku antusias dan ingin mengejar kebenaran, saudara-saudari merekomendasikan agar aku berlatih menjadi pemimpin kelompok. Aku bekerja sama dengan Saudara Li, memimpin beberapa kelompok pertemuan. Pada waktu itu, aku sudah punya pekerjaan, jadi Saudara Li pergi ke pertemuan siang hari yang agak jauh, dan aku pergi ke pertemuan malam. Dengan begitu, kami bisa mengatur jadwal kami dengan baik. Pada akhir tahun, kami kekurangan staf yang menangani urusan umum, jadi Saudara Li ditugaskan untuk melakukan pekerjaan itu dan untuk sementara waktu, aku ditugaskan memimpin kelompok-kelompok itu. Aku tahu aku benar-benar harus bersandar pada Tuhan untuk itu. Namun, pada saat yang sama, aku merasa seperti berada di posisi yang sulit. Jika aku mencurahkan seluruh waktu dan tenagaku ke dalam tugasku, aku pasti tak punya cukup waktu untuk bekerja. Perusahaanku telah menetapkan target penjualan akhir tahun sebesar satu juta yuan, dan jika melampaui target itu, aku bisa mendapatkan bonus akhir tahun yang lebih besar. Kupikir, jika memenuhi target itu, aku bukan saja mampu membayar hutangku, tapi aku dapat menabung sedikit uang, dan kemudian teman-teman dan kerabatku takkan memandang rendah diriku. Kupikir pertama-tama aku akan mendapatkan uang itu, kemudian bekerja lebih keras dalam tugasku. Penyeliaku di kantor memintaku bekerja lembur di malam hari untuk mencapai target itu, jadi aku selalu bekerja satu jam ekstra dan mengambil cuti untuk pertemuan, tapi penyeliaku berhenti menyetujui cutiku, dan ingin aku bekerja lembur lebih banyak. Itu membuatku sering terlambat ke pertemuan. Orang lain mengingatkanku agar datang lebih awal, dan aku hanya dengan enggan menganggukkan kepalaku. Tak lama kemudian, aku mendapat pesanan lebih dari 500.000 yuan dan bulan itu aku dibayar lebih dari 7.000 yuan, yang hanya membuatku makin ingin mendapatkan lebih banyak uang. Kupikir uang itu datang dengan sangat cepat dan aku telah memenuhi lebih dari setengah targetku. Jika lima dari sepuluh klienku menandatangani pesanan, itu akan menjadi keuntungan yang cukup besar bagiku. Dan kemudian, jika aku mendapatkan lebih banyak klien besar, mungkin aku bahkan mampu membeli rumah dan mobil dalam beberapa tahun, lalu bisa pulang ke kampung halaman dengan bangga dan penduduk desa akan menghormatiku. Jadi, aku tenggelam dalam mimpiku untuk menghasilkan banyak uang. Aku sering bekerja lembur di malam hari. Terkadang, aku teringat saudara-saudari yang menungguku di pertemuan dan merasa sedikit bersalah, tapi sudah terlambat saat aku pulang kerja—aku harus pulang ke rumah. Pada saat tiba di rumah, aku benar-benar lelah, dan tak punya tenaga untuk membaca firman Tuhan, jadi aku langsung tidur. Terkadang, aku bangun kesiangan, jadi hanya membaca firman Tuhan sekilas, lalu pergi bekerja. Ketika berdoa, aku tak tahu harus berkata apa. Hidup dalam keadaan seperti itu, aku menjadi makin ceroboh dalam tugasku. Beberapa petobat baru dalam lingkup tanggung jawabku sangat membutuhkan penyiraman dengan segera, dan aku meminta saudara-saudari lainnya pergi ke pertemuan petobat baru menggantikanku. Namun, mereka semua memiliki tugasnya sendiri dan terkadang juga tak bisa melakukannya, dan ini memengaruhi efektivitas penyiraman. Kemudian, semua pemimpin dan yang lainnya bersekutu denganku bahwa aku harus mengutamakan tugas, dan mengingatkanku bahwa hanya asal-asalan dalam pertemuan dan tidak bertanggung jawab dalam tugasku akan menghambat pertumbuhan hidup para petobat baru. Aku merasa agak takut mendengar mereka mengatakan itu. Jika para petobat baru tidak disirami tepat waktu, mereka bisa disesatkan oleh kebohongan dan mundur, artinya aku telah melakukan kejahatan. Aku tahu tak boleh terus seperti itu, jadi aku harus berdoa dan segera bertobat.

Setelah itu, ketika pergi untuk memeriksa kelompok-kelompok itu, aku dapat melihat bahwa sebagai akibat aku tidak melakukan pekerjaan nyata, masalah dan kesulitan petobat baru tidak terselesaikan tepat waktu, membuat mereka dalam keadaan buruk, dan beberapa dari mereka bahkan tidak menghadiri pertemuan secara teratur. Aku merasa sangat bersalah ketika melihat segala sesuatunya dalam keadaan itu. Makin banyak petobat baru yang bergabung dengan kami yang segera membutuhkan penyiraman dan sokongan, dan dibantu membangun dasar di jalan yang benar. Aku merasa harus berhenti dari pekerjaanku dan mengabdikan diriku sepenuh waktu untuk tugasku. Namun, atasanku di tempat kerja menugaskan beberapa proyek bagus untukku, dan penyeliaku berkata dia ingin membantuku mencari beberapa klien lagi. Ketika memberi tahu rekan sekerja bahwa aku berpikir untuk berhenti, mereka berkata, "Kau sudah lebih dari setengah jalan menuju target penjualanmu, jadi kau dapat melampauinya pada akhir tahun. Sayang sekali jika menyerah sekarang." Mendengar mereka mengatakan itu, aku juga merasa itu akan sangat disayangkan dan aku ingin bertahan sampai akhir tahun, lalu mengundurkan diri. Namun, pekerjaan gereja sangat membutuhkan orang untuk mengerjakannya, jadi jika aku hanya berfokus pada pekerjaanku dan menghasilkan uang, dan tidak melakukan pekerjaan gereja dengan sungguh-sungguh, itu akan sangat egois. Itu benar-benar dilema bagiku. Aku sebenarnya merasa konflik batin pada waktu itu. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia mencerahkan dan membimbingku.

Kemudian suatu hari, ketika sedang mendengarkan lagu pujian firman Tuhan, aku mendengar ini: "Sekarang ini, setiap hari yang engkau semua jalani sangatlah penting, dan itu sepenuhnya penting bagi tempat tujuan dan nasibmu, jadi engkau semua harus menghargai segala sesuatu yang engkau miliki hari ini, dan menghargai setiap menit yang berlalu. Engkau semua harus mendapatkan waktu sebanyak-banyaknya, sebisa mungkin, untuk memperoleh manfaat terbesar bagi dirimu sendiri, supaya engkau tidak menjalani hidup ini dengan sia-sia" ("Setiap Hari yang Engkau Hidupi Saat Ini Sangat Penting" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). "Bangkitlah, saudara-saudara! Bangkitlah, saudari-saudari! Hari-Ku tidak akan tertunda; waktu adalah kehidupan, dan memanfaatkan waktu berarti menyelamatkan kehidupan! Waktunya tidak lama lagi! Jika engkau semua gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi, engkau dapat belajar lagi dan mengulangi ujian itu sesering yang engkau mau. Namun, hari-Ku tidak akan mengalami penundaan lagi. Ingat! Ingat! Aku memintamu dengan perkataan baik ini. Akhir dunia dibukakan di depan matamu, dan bencana besar mendekat dengan cepat. Mana yang lebih penting: hidupmu, ataukah tidur, makanan, minuman, dan pakaianmu? Waktunya telah tiba bagimu untuk menimbang hal-hal ini" ("Waktu yang Hilang Tidak Akan Pernah Kembali" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Lagu pujian firman Tuhan ini benar-benar menyentuhku. Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman adalah pekerjaan mengakhiri zaman. Tuhan menentukan kesudahan setiap orang, dan membagi orang menurut jenisnya. Nanti, setiap orang entah akan diselamatkan dan bertahan hidup, atau akan binasa. Itu ditentukan oleh bagaimana kita mengejar kebenaran sekarang. Ini waktu penting yang menentukan kesudahan dan nasib kita. Satu demi satu bencana sedang menimpa sekarang. Makin banyak gempa bumi, banjir, dan kekeringan. Kita tidak tahu kapan pekerjaan Tuhan akan berakhir. Aku tahu jika tidak benar-benar menggunakan waktuku dengan baik untuk mengejar kebenaran, tapi terus mengejar uang dan kehidupan yang mudah seperti orang tidak percaya, itu akan merusak kesempatanku untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Aku teringat istri Lot. Dia mendambakan harta keluarga mereka. Para malaikat menuntun mereka keluar dari kota dan menyuruh mereka agar tidak menengok ke belakang, tapi dia melakukannya, lalu dia berubah menjadi tiang garam, tanda kehinaan. Aku sama seperti istri Lot. aku mendambakan kekayaan dan mengejar kesenangan duniawi, membajak tetapi menoleh ke belakang. Aku sangat bodoh dan buta! Aku teringat bagaimana dahulu aku hanyut di dunia, terlilit hutang tanpa jalan keluar. Keselamatan Tuhan turun atasku dan membawaku keluar dari penderitaanku, memberiku kesempatan untuk mengejar kebenaran dan keselamatan. Aku menikmati kasih Tuhan tapi tak punya keinginan untuk membalasnya. Aku lalai dalam tugasku, tidak bertanggung jawab terhadapnya. Aku benar-benar tak punya hati nurani dan itu menjijikkan bagi Tuhan. Aku tak boleh dengan keras kepala tetap berada di jalan yang salah, tapi harus melepaskan kepentingan pribadiku, mengejar kebenaran, dan melaksanakan tugasku dengan baik.

Setelah itu, aku mulai berpikir tentang mengapa aku tak pernah mampu melepaskan pekerjaan dan uang—apa sumber penyebabnya? Kemudian suatu hari, aku membaca beberapa firman Tuhan. "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). "'Uang membuat dunia berputar' adalah salah satu falsafah Iblis, dan falsafah ini tersebar luas di tengah seluruh umat manusia, dalam setiap masyarakat. Dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren karena pepatah ini telah tertanam di dalam hati setiap orang. Pada awalnya, orang tidak menerima pepatah ini, tetapi mereka kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. Bukankah ini sebuah proses bagaimana Iblis merusak manusia? Mungkin orang tidak memahami pepatah ini pada tingkat yang sama, tetapi setiap orang memiliki tingkat pemahaman dan pengakuan yang berbeda mengenai pepatah ini berdasarkan pada hal-hal yang terjadi di sekitar mereka dan berdasarkan pengalaman pribadi mereka sendiri. Bukankah ini yang terjadi? Terlepas dari seberapa banyak pengalaman yang dialami seseorang dengan pepatah ini, apa efek negatif yang dapat ditimbulkan pepatah ini dalam hati seseorang? Sesuatu terungkap melalui watak manusia dari orang-orang di dunia ini, termasuk dari setiap orang di antaramu. Apakah sesuatu ini? Sesuatu ini adalah pemujaan orang terhadap uang. Apakah sulit untuk mengeluarkan ini dari hati seseorang? Ini sangat sulit! Tampaknya perusakan manusia oleh Iblis sudah sedemikian dalamnya! Iblis menggunakan uang untuk mencobai manusia dan merusak mereka agar mereka memuja uang dan menghormati hal-hal materi. Lalu bagaimanakah pemujaaan terhadap uang ini terwujud dalam diri manusia? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang? Bukankah banyak orang kehilangan martabat dan kejujuran mereka demi mendapatkan lebih banyak uang? Bukankah banyak orang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengikut Tuhan karena uang? Bukankah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan adalah kerugian terbesar bagi manusia? Bukankah Iblis itu jahat, menggunakan cara dan pepatah ini untuk merusak manusia sampai tingkat seperti itu? Bukankah ini tipu muslihat yang jahat?" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"). Firman Tuhan menyingkapkan sumber penyebab mengejar uang dan ketenaran. Sejak kecil, kupikir falsafah Iblis seperti "Uang membuat dunia berputar" dan "Jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu" sebagai pepatah untuk dijalani. Kupikir dengan uang, orang dapat berbicara dengan percaya diri dan bermartabat, mereka bisa berdiri tegak, memiliki kedudukan tinggi, dan dihormati. Kupikir itulah satu-satunya cara untuk memiliki kehidupan yang berharga dan terhormat. Khususnya ketika keluargaku mengabaikanku, aku bahkan bekerja lembur untuk menghasilkan lebih banyak uang, berharap suatu hari nanti bisa memerintah mereka. Setelah percaya kepada Tuhan, aku tahu aku harus menghadiri lebih banyak pertemuan dan melaksanakan tugasku untuk memahami kebenaran dan bertumbuh dalam hidup. Namun, aku tak mampu melepaskan pengejaranku akan uang dan status. Ketika ada konflik antara tugas dan pekerjaanku, aku mengutamakan menghasilkan uang, menganggap enteng tugasku. Terutama ketika pekerjaanku berjalan dengan baik dan aku menghasilkan uang, keinginan itu menjadi makin meningkat. Aku sepenuhnya berfokus pada cara mendapatkan lebih banyak klien dan pesanan untuk menghasilkan lebih banyak uang, sama sekali mengabaikan pekerjaan gereja. Itu berarti beberapa petobat baru tidak disirami tepat waktu dan hampir mundur, dan pekerjaan penyiraman sangat tertunda. Pada saat itu, aku sadar, hidup dengan falsafah Iblis ini membuatku makin egois dan serakah, serta hanya memikirkan kepentinganku sendiri. Aku menikmati begitu banyak penyiraman dan makanan dari Tuhan, tapi tak membalas-Nya melalui tugasku. Aku tak punya nalar atau hati nurani! Reputasi dan status adalah alat Iblis untuk menyeret orang ke neraka, itu tipu muslihatnya. Itu menarik hatiku makin jauh dari Tuhan, hingga aku hanya asal-asalan bahkan dalam doa dan membaca firman Tuhan. Jika itu terus berlanjut, aku tak dapat memperoleh kebenaran, dan akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan oleh Tuhan.

Kemudian, aku mendengar lagu pujian lain firman Tuhan: "Kehilangan Kesempatan dan Engkau Akan Menyesalinya Selamanya". "Engkau harus memperhatikan beban Tuhan sekarang juga; jangan tunggu watak kebenaran Tuhan tersingkap bagi seluruh umat manusia, baru engkau mau memperhatikan beban-Nya. Bukankah semuanya sudah terlambat saat itu? Sekarang adalah kesempatan bagus untuk disempurnakan oleh Tuhan. Jika membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, engkau akan menyesalinya seumur hidup, sama seperti Musa yang tidak dapat memasuki tanah perjanjian Kanaan dan menyesalinya sepanjang sisa hidupnya, serta meninggal dengan penyesalan mendalam. Begitu Tuhan menyingkapkan watak kebenaran-Nya kepada seluruh umat manusia, engkau akan dipenuhi penyesalan. Bahkan jika Tuhan tidak menghajarmu, engkau akan menghajar dirimu sendiri karena penyesalan mendalam. Saat ini adalah kesempatan terbaik untuk disempurnakan; sekaranglah waktu yang paling baik. Jika engkau tidak sungguh-sungguh mencari untuk disempurnakan oleh Tuhan, begitu pekerjaan-Nya telah selesai dilakukan, semua akan terlambat—engkau akan melewatkan kesempatan ini. Sebesar apa pun keinginanmu, jika Tuhan tidak lagi melakukan pekerjaan-Nya, betapa pun besar usaha yang engkau lakukan, engkau tidak akan dapat mencapai kesempurnaan" (Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru). Aku bisa merasakan harapan Tuhan bagi kita melalui firman-Nya. Dia berharap kita bisa menghargai waktu yang berharga ini, untuk mengejar kebenaran, melaksanakan tugas kita, dan memperoleh keselamatan-Nya. Ini kesempatan yang tak ternilai untuk mengejar disempurnakan oleh Tuhan, dan waktu yang penting untuk melaksanakan tugas. Dalam melaksanakan tugas, dengan berlatih mencari kebenaran untuk menyelesaikan berbagai masalah, kita mampu memahami lebih banyak kebenaran dan bertumbuh lebih cepat dalam hidup. Jika tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk berlatih dengan baik, tapi terus mengejar uang, ketika pekerjaan Tuhan selesai, aku takkan mendapatkan apa pun, dan penyesalan sebesar apa pun tak ada gunanya. Sebenarnya, kau seharusnya sudah puas dalam hidup ini dengan memiliki makanan dan tempat tinggal. Jika kau melalaikan tugasmu untuk mendapatkan banyak uang, akhirnya itu akan merugikan hidupmu, dan kau akan kehilangan kesempatan besar untuk memperoleh kebenaran dan disempurnakan oleh Tuhan. Itu akan sangat bodoh!

Aku membaca bagian lain firman Tuhan "Sebagai seorang yang normal dan yang berupaya keras untuk mengasihi Tuhan, masuk ke dalam kerajaan untuk menjadi salah satu dari antara umat Tuhan adalah masa depanmu yang sejati dan suatu kehidupan yang paling berharga dan penting; tidak ada yang lebih diberkati dari dirimu. Mengapa Kukatakan demikian? Sebab mereka yang tidak percaya kepada Tuhan hidup untuk daging, dan mereka hidup untuk Iblis, tetapi sekarang, engkau hidup untuk Tuhan, dan hidup untuk melakukan kehendak Tuhan. Itu sebabnya Kukatakan bahwa hidupmu adalah hidup yang paling bermakna. Hanya sekelompok orang ini, yang telah dipilih oleh Tuhan, yang dapat hidup dalam kehidupan yang paling bermakna: tidak ada orang lain di dunia ini yang dapat hidup dalam kehidupan yang sedemikian berharga dan bermakna" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kenalilah Pekerjaan Terbaru Tuhan dan Ikutilah Jejak Langkah-Nya"). Membaca firman dari Tuhan ini membuatku bersemangat. Mengejar kebenaran dan mengenal Tuhan adalah satu-satunya jalan untuk memiliki kehidupan yang benar-benar bermakna. Dahulu, aku selalu hidup menurut falsafah Iblis, mengira dengan uang dan status, semua orang akan mengagumiku, dan itu akan menjadi hidup yang bermakna. Namun, semua itu salah. Tanpa iman, tanpa memperoleh kebenaran dan hidup, orang tak mampu benar-benar memahami apa pun. Mereka bahkan tidak tahu dari mana mereka berasal, dan mereka benar-benar tidak tahu bahwa Tuhan mengendalikan nasib manusia. Mereka hanya terus bekerja keras mengejar status dan uang, tidak berpikir untuk kembali sebanyak apa pun mereka menderita, dan mereka pasti akan mati dalam bencana ketika itu datang—maka uang mereka tidak akan berguna! Sangat menyedihkan dipermainkan dan disiksa oleh Iblis sepanjang hidupmu. Namun, memiliki iman dan mengejar kebenaran itu berbeda. Meskipun kita tidak memiliki banyak kepuasan materi, tapi dengan memahami kebenaran, memperoleh wawasan tentang beberapa hal, dan tidak lagi tergoda dan terikat oleh uang, kita bisa mendapatkan kedamaian dan pencerahan. Ayub memiliki begitu banyak harta keluarga, tapi bukan itu yang dia nikmati. Dia berfokus pada memahami kedaulatan Tuhan dalam segala hal, pada takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ketika ujian datang, dia tak mampu mengeluh, dan berdiri teguh menjadi kesaksian. Dia mendapatkan perkenanan Tuhan dan pada akhirnya Tuhan menampakkan diri kepada-Nya. Kehidupan Ayub memiliki makna dan nilai. Dengan pemikiran itu, aku menulis surat pengunduran diriku. Melihatku telah mengambil keputusan, atasanku tidak berusaha menghalangiku. Proses pengunduran diriku berjalan lancar. Saat keluar dari perusahaan itu, aku merasa sangat tenang, sangat bebas.

Setelah itu, aku benar-benar mengabdikan diriku ke dalam tugasku dan bekerja secara harmonis dengan saudara-saudari lainnya dalam menyirami petobat baru. Beberapa waktu kemudian, para petobat baru datang ke pertemuan dengan antusias, dan kehidupan bergereja meningkat. Aku merasa sangat damai! Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya: Pilihan Seorang Dokter
Selanjutnya: Renungan Di Masa Sakit

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Aku Tak Lagi Bekerja demi Uang

Oleh Saudari Weixiao, Tiongkok Saat aku masih kecil, keluargaku sangat miskin. Kami diremehkan semua kerabat dan tetangga kami, dan...

Tuhan Ada di Sisiku

Oleh Guozi, Amerika Serikat Aku dilahirkan dalam keluarga Kristen, dan ketika aku berusia satu tahun, ibuku menerima Tuhan yang...

Pilihan Seorang Dokter

Oleh Saudari Yang Qing, Tiongkok Ketika aku masih kecil, keluargaku sangat miskin. Ibuku lumpuh, terbaring di tempat tidur, dan minum obat...

Pilihanku untuk Sisa Hidupku

Oleh Saudara Xiao Yong, Tiongkok Saat masih anak-anak, keluargaku terbilang miskin dan kami sering dirundung oleh penduduk desa lain. Aku...