Pilihan yang Benar

16 September 2022

Oleh Saudara Shunyi, Tiongkok

Aku dilahirkan di desa pegunungan terpencil, di tengah keluarga yang dari generasi ke generasi berprofesi sebagai petani. Ketika masih bersekolah, ibuku sering menasihatiku: "Keluarga kita tak memiliki apa pun untuk diandalkan. Jika kau mau mengubah nasibmu dan berhasil dalam hidupmu, kau sendirilah yang harus mengubahnya. Satu-satunya harapanmu adalah berhasil di sekolah." Aku menanggapi perkataannya dengan serius, benar-benar berharap suatu hari pada "Jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu". Namun setelah lulus, aku bukan saja tak mampu menemukan pekerjaan yang stabil, kedua orang tuaku justru sakit parah. Kami menghabiskan seluruh tabungan keluarga dan kemudian meminjam uang dari kerabat. Aku tak mampu membayar mereka tepat waktu, jadi di belakangku bibiku sendiri bahkan menyebutku lintah darat. Aku mengerahkan diriku untuk menghasilkan uang agar mereka tidak memandang rendah diriku, tetapi kondisi keluarga kami yang miskin dan penghinaan kerabat kami membuatku merasa tertekan, dan aku sering diam-diam menangis. Tepat saat aku berada di titik terendahku, seorang teman memberitakan Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kepadaku. Lewat membaca firman Tuhan dan berkumpul dengan saudara-saudariku, aku memahami bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, dan nasib kita berada di tangan-Nya. Aku juga memahami bahwa hidup ini sangat menyakitkan karena manusia kehilangan perlindungan Tuhan setelah dirusak Iblis. Sekarang, pada akhir zaman, Tuhan telah menjadi daging dan mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia dari perusakan dan gangguan Iblis. Setelah memahami tentang maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia, aku menjadi sangat aktif ikut pertemuan dan membaca firman Tuhan sesering mungkin. Tak lama kemudian, aku mulai melaksanakan tugasku di gereja.

Setelah beberapa bulan, melihatku begitu bersemangat dan ingin mengejar kebenaran, saudara-saudariku menyarankan agar aku berlatih untuk menjadi pemimpin kelompok. Aku bekerja sama dengan Saudara Li Zheng, dan bersama-sama kami memimpin beberapa kelompok pertemuan. Pada waktu itu, aku sudah punya pekerjaan, jadi pada siang hari, Li Zheng pergi ke pertemuan yang letaknya agak jauh, dan aku pergi ke pertemuan pada malam hari. Dengan cara demikian, semua berjalan sesuai jadwalku. Menjelang akhir tahun, kami tidak memiliki cukup staf untuk menangani urusan umum, jadi Li Zheng ditugaskan untuk melakukan pekerjaan itu dan untuk sementara waktu, aku ditugaskan memimpin kelompok-kelompok itu. Aku tahu aku harus mengandalkan Tuhan dan melakukan bagianku, tetapi pada saat yang sama, aku merasa seperti berada di posisi yang sulit. Jika kucurahkan seluruh waktu dan tenagaku untuk melaksanakan tugasku, aku pasti tak punya cukup waktu untuk pekerjaanku. Perusahaanku telah menetapkan target penjualan akhir tahun sebesar satu juta yuan, dan jika aku melampaui target itu, aku bisa mendapatkan bonus akhir tahun yang lebih besar. Kupikir: "Jika aku memenuhi target itu, aku bukan saja mampu membayar utangku, aku juga akan dapat menabung sedikit uang, dan kemudian teman-teman dan kerabatku tidak akan memandang rendah diriku. Mungkin aku harus mendapatkan uang ini terlebih dahulu, baru kemudian berfokus melaksanakan tugasku." Manajerku memintaku bekerja lembur di malam hari untuk mencapai target itu, jadi aku selalu lembur selama satu jam lebih pada malam hari, dan setelah itu berhenti bekerja untuk pergi ke pertemuan, tetapi manajerku tidak mau membiarkanku berhenti, dan ingin aku bekerja lembur lebih banyak lagi. Itu sering membuatku terlambat ke pertemuan. Saudara-saudari mengingatkanku agar datang lebih awal, dan aku hanya dengan enggan menganggukkan kepalaku. Tak lama kemudian, aku mendapat pesanan senilai lebih dari 500.000 yuan dan aku dibayar lebih dari 7.000 yuan pada bulan itu, yang hanya membuatku makin ingin mendapatkan lebih banyak uang. Kupikir: "Wow, uang datang begitu cepat! Aku telah memenuhi lebih dari setengah target akhir tahunku lewat pesanan itu. Jika lima dari sepuluh klienku menandatangani pesanan lain, aku bisa mendapatkan setumpuk besar uang tunai! Dan kemudian, jika aku mendapatkan lebih banyak klien besar, mungkin aku bahkan mampu membeli rumah dan mobil beberapa tahun lagi! Lalu aku bisa pulang ke kampung halaman dengan bangga dan penduduk desa akan sangat menghormatiku." Jadi, aku tenggelam dalam mimpiku untuk menghasilkan banyak uang, sering bekerja lembur hingga larut malam. Terkadang, aku teringat saudara-saudari yang menungguku datang ke pertemuan dan merasa sedikit bersalah, tetapi sudah sangat terlambat saat aku pulang kerja. Sesampainya di rumah, aku sangat lelah dan langsung tidur, tak punya tenaga lagi untuk membaca firman Tuhan. Terkadang, aku bangun kesiangan, jadi hanya membaca firman Tuhan sekilas, lalu pergi bekerja. Aku tidak tahu harus berkata apa kepada Tuhan ketika berdoa. Karena hidup dalam keadaan seperti itu, aku menjadi makin asal-asalan dalam tugasku. Beberapa petobat baru yang menjadi tanggung jawabku sangat membutuhkan penyiraman, tetapi aku minta saudara-saudari lain untuk pergi ke pertemuan petobat baru menggantikanku. Namun, mereka semua memiliki tugas masing-masing dan mereka juga tak bisa menggantikanku. Akibatnya, efektivitas penyiraman menjadi terpengaruh. Beberapa waktu kemudian, saudara-saudariku mempersekutukan kepadaku tentang perlunya aku mengutamakan tugasku, dan mengingatkanku bahwa hanya asal-asalan dalam pertemuan dan tidak bertanggung jawab dalam tugasku akan menghambat pertumbuhan hidup para petobat baru. Mendengar persekutuan mereka membuatku takut. Jika para petobat baru tidak disirami tepat waktu, mereka bisa disesatkan oleh kabar bohong dan mundur, dan itu berartinya aku telah melakukan kejahatan. Aku tahu aku tak boleh terus seperti itu, jadi aku berdoa kepada Than dan berjanji untuk bertobat dan berubah.

Setelah itu, aku pergi untuk memeriksa keadaan kelompok-kelompokku. Kulihat sebagai akibat aku tidak melakukan pekerjaan nyata, masalah dan kesulitan para petobat baru tidak terselesaikan tepat waktu, membuat mereka berada dalam keadaan yang buruk. Beberapa dari mereka bahkan tidak menghadiri pertemuan secara teratur. Aku merasa sangat bersalah ketika melihat keadaan itu. Makin banyak petobat baru yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, yang sangat membutuhkan penyiraman dan sokongan. Untuk membantu mereka membangun dasar di jalan yang benar, aku merasa aku harus berhenti dari pekerjaanku dan mengabdikan diriku sepenuh waktu untuk tugasku, tetapi atasanku telah memberiku beberapa proyek bagus, dan manajerku berkata dia akan membantuku mencari lebih banyak klien. Ketika memberi tahu rekan kerja di kantorku bahwa aku berpikir untuk berhenti, mereka berkata: "Kau sudah lebih dari setengah jalan menuju target penjualanmu, jadi kau pasti akan mencapainya pada akhir tahun. Sayang sekali jika menyerah sekarang." Mendengar perkataan mereka, aku juga merasa itu akan sangat disayangkan dan aku ingin bertahan sampai akhir tahun, baru kemudian mengundurkan diri. Namun, gereja masih kekurangan pekerja, jadi jika aku hanya berfokus menghasilkan uang dari pekerjaanku sendiri, dan tidak mengerahkan segenap hatiku untuk pekerjaan gereja. Itu berarti aku sangat egois. Ini benar-benar dilema bagiku. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia mencerahkan dan membimbingku.

Kemudian suatu hari, ketika sedang mendengarkan lagu pujian firman Tuhan yang berjudul "Setiap Hari yang Engkau Jalani Saat Ini Sangatlah Penting", aku mendengar ini: "Sekarang ini, setiap hari yang engkau semua jalani sangatlah penting, dan itu sepenuhnya penting bagi tempat tujuan dan nasibmu, jadi engkau semua harus menghargai segala sesuatu yang engkau miliki hari ini, dan menghargai setiap menit yang berlalu. Engkau semua harus mendapatkan waktu sebanyak-banyaknya, sebisa mungkin, untuk memperoleh manfaat terbesar bagi dirimu sendiri, supaya engkau tidak menjalani hidup ini dengan sia-sia" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kepada Siapakah Engkau Setia?"). Aku juga mendengarkan "Waktu yang Hilang Tidak Akan Pernah Kembali": "Bangkitlah, saudara-saudara! Bangkitlah, saudari-saudari! Hari-Ku tidak akan tertunda; waktu adalah kehidupan, dan memanfaatkan waktu berarti menyelamatkan kehidupan! Waktunya tidak lama lagi! Jika engkau semua gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi, engkau dapat belajar lagi dan mengulangi ujian itu sesering yang engkau mau. Namun, hari-Ku tidak akan mengalami penundaan lagi. Ingat! Ingat! Aku menasihatimu dengan perkataan baik ini. Akhir dunia dibukakan di depan matamu, dan bencana besar mendekat dengan cepat. Mana yang lebih penting: hidupmu, ataukah tidur, makanan, minuman, dan pakaianmu? Waktunya telah tiba bagimu untuk menimbang hal-hal ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 30"). Lagu pujian firman Tuhan ini benar-benar berkesan bagiku. Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman adalah yang mengakhiri zaman ini. Tuhan menentukan kesudahan setiap orang, dan memisahkan orang menurut jenisnya. Pada akhirnya, setiap orang akan diselamatkan dan bertahan hidup, atau akan binasa. Itu ditentukan oleh bagaimana kita mengejar kebenaran pada saat ini. Ini adalah saat yang sangat penting yang menentukan kesudahan dan nasib kita. Sekarang ini, bencana menimpa kita satu demi satu—gempa bumi, banjir, dan kekeringan muncul dengan laju yang terus meningkat. Kita tidak tahu kapan pekerjaan Tuhan akan berakhir. Aku tahu jika aku tidak menggunakan waktuku dengan benar untuk mengejar kebenaran, tetapi terus mengejar uang dan kehidupan yang mudah seperti yang dilakukan orang tidak percaya, kesempatanku untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan akan lenyap. Aku teringat istri Lot. Malaikat menuntun keluarganya keluar dari kota dan menyuruh mereka untuk tidak menengok ke belakang, tetapi karena tamak akan kekayaan dan harta bendanya, dia menoleh ke belakang. Melakukan hal ini mengubahnya menjadi tiang garam, sebuah tanda kehinaan. Aku sama seperti istri Lot. Aku mendambakan kekayaan dan mengejar kesenangan duniawi, siap membajak tetapi menoleh ke belakang. Aku sangat bodoh dan buta! Aku teringat bagaimana dahulu aku hanyut di dunia ini, terlilit utang tanpa jalan keluar. Keselamatan Tuhan turun atasku dan membawaku keluar dari penderitaanku, memberiku kesempatan untuk mengejar kebenaran dan diselamatkan. Aku menikmati kasih Tuhan tetapi tak punya keinginan untuk membalasnya. Aku lalai dalam tugasku, tidak bertanggung jawab terhadapnya. Aku benar-benar tak punya hati nurani. Aku tak boleh terus bersikeras menempuh jalan yang salah. Sebaliknya, aku harus melepaskan kepentingan pribadiku, mengejar kebenaran, dan melaksanakan tugasku dengan benar.

Setelah itu, aku mulai bertanya-tanya mengapa aku tak pernah mampu melepaskan pekerjaan dan uang—apa sumber penyebabnya? Lalu suatu hari, aku membaca beberapa firman Tuhan: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). "'Uang membuat dunia berputar' adalah salah satu falsafah Iblis. Falsafah ini tersebar luas di antara semua manusia, di tengah setiap masyarakat; dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren. Ini karena pepatah itu telah tertanam di dalam hati setiap orang, yang awalnya tidak menerima pepatah ini, tetapi kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. Bukankah ini sebuah proses bagaimana Iblis merusak manusia? Mungkin orang tidak memahami pepatah ini pada tingkat yang sama, tetapi setiap orang memiliki tingkat pemahaman dan pengakuan yang berbeda mengenai pepatah ini berdasarkan pada hal-hal yang terjadi di sekitar mereka dan berdasarkan pengalaman pribadi mereka sendiri. Bukankah ini yang terjadi? Terlepas dari seberapa banyak pengalaman yang dialami seseorang dengan pepatah ini, apa efek negatif yang dapat ditimbulkan pepatah ini dalam hati seseorang? Sesuatu terungkap melalui watak manusia dari orang-orang di dunia ini, termasuk dari setiap orang di antaramu. Apakah sesuatu ini? Sesuatu ini adalah pemujaan orang terhadap uang. Apakah sulit untuk mengeluarkan ini dari hati seseorang? Ini sangat sulit! Tampaknya perusakan manusia oleh Iblis sudah sedemikian dalamnya! Iblis menggunakan uang untuk mencobai manusia dan merusak mereka agar mereka memuja uang dan menghormati hal-hal materi. Lalu bagaimanakah pemujaaan terhadap uang ini terwujud dalam diri manusia? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang? Bukankah banyak orang kehilangan martabat dan kejujuran mereka demi mendapatkan lebih banyak uang? Bukankah banyak orang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengikut Tuhan karena uang? Bukankah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan adalah kerugian terbesar bagi manusia? Bukankah Iblis itu jahat, menggunakan cara dan pepatah ini untuk merusak manusia sampai tingkat seperti itu? Bukankah ini tipu muslihat yang kejam?" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"). Firman Tuhan menyingkapkan kepadaku sumber penyebab aku mengejar uang dan ketenaran. Sejak kecil, kupikir falsafah Iblis seperti "Uang membuat dunia berputar" dan "Jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu" adalah pepatah yang harus kujalani. Kupikir dengan uang, orang dapat berbicara dengan penuh percaya diri dan bermartabat, bahwa kita bisa berdiri tegak, memiliki status yang tinggi, dan dihormati. Kupikir itulah satu-satunya cara untuk memiliki kehidupan yang berharga dan terhormat. Khususnya ketika kerabatku mengabaikanku, aku makin banyak bekerja lembur untuk menghasilkan lebih banyak uang, berharap suatu hari nanti bisa terbebas dari tatapan sinis mereka. Setelah percaya kepada Tuhan, aku tahu aku harus lebih sering menghadiri pertemuan dan melaksanakan lebih banyak tugasku agar aku memahami kebenaran dan bertumbuh dalam hidupku, tetapi aku tak mampu melepaskan pengejaranku akan uang dan status. Ketika ada konflik antara tugas dan pekerjaanku, aku mengutamakan menghasilkan uang, menganggap enteng tugasku. Ketika pekerjaanku berjalan dengan baik dan aku menghasilkan lebih banyak uang, keinginan itu menjadi makin kuat. Aku sepenuhnya berfokus untuk mendapatkan lebih banyak klien dan pesanan agar menghasilkan lebih banyak uang, sama sekali mengabaikan pekerjaan gereja. Itu berarti beberapa petobat baru tidak disirami tepat waktu dan hampir mundur, dan pekerjaan penyiraman menjadi sangat tertunda. Pada saat itu, barulah aku sadar bahwa hidup berdasarkan falsafah Iblis ini membuatku makin egois dan serakah—aku hanya memikirkan kepentinganku sendiri. Aku menikmati begitu banyak penyiraman dan makanan dari firman Tuhan, tetapi tidak membalas kasih-Nya melalui tugasku. Aku benar-benar tidak bernalar ataupun berhati nurani! Iblis menggunakan uang dan status untuk memikat dan merusak manusia. Itu menarik hatiku makin jauh dari Tuhan, hingga aku hanya asal-asalan bahkan dalam doa dan membaca firman Tuhan. Jika itu terus berlanjut, aku pasti tak akan memperoleh kebenaran, dan aku pasti akan kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan oleh Tuhan.

Kemudian, aku mendengar lagu pujian firman Tuhan lainnya: "Kehilangan Kesempatan untuk Disempurnakan oleh Tuhan adalah Penyesalan Seumur Hidup." Isinya: "Engkau harus memperhatikan beban Tuhan sekarang juga; jangan tunggu watak kebenaran Tuhan tersingkap bagi seluruh umat manusia, baru engkau mau memperhatikan beban-Nya. Bukankah semuanya sudah terlambat saat itu? Sekarang adalah kesempatan bagus untuk disempurnakan oleh Tuhan. Jika membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, engkau akan menyesalinya seumur hidup, sama seperti Musa yang tidak dapat memasuki tanah perjanjian Kanaan dan menyesalinya sepanjang sisa hidupnya, serta meninggal dengan penyesalan mendalam. Begitu Tuhan menyingkapkan watak kebenaran-Nya kepada seluruh umat manusia, engkau akan dipenuhi penyesalan. Bahkan jika Tuhan tidak menghajarmu, engkau akan menghajar dirimu sendiri karena penyesalan mendalam. Saat ini adalah kesempatan terbaik untuk disempurnakan; sekaranglah waktu yang paling baik. Jika engkau tidak sungguh-sungguh mencari untuk disempurnakan oleh Tuhan, begitu pekerjaan-Nya telah selesai dilakukan, semua akan terlambat—engkau akan melewatkan kesempatan ini. Sebesar apa pun keinginanmu, jika Tuhan tidak lagi melakukan pekerjaan-Nya, betapa pun besar usaha yang engkau lakukan, engkau tidak akan dapat mencapai kesempurnaan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pikirkan Maksud Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Aku bisa merasakan apa yang Tuhan harapkan dari kita melalui firman-Nya. Dia berharap kita mampu menghargai waktu yang berharga ini untuk mengejar kebenaran dengan benar, melaksanakan tugas kita dengan baik, dan memperoleh keselamatan-Nya. Ini kesempatan sekali seumur hidup bagi kita untuk membuat diri kita disempurnakan oleh Tuhan, dan merupakan waktu yang penting untuk melaksanakan tugas kita. Dalam melaksanakan tugas, dengan berlatih mencari kebenaran untuk menyelesaikan berbagai masalah, kita dapat memahami lebih banyak kebenaran dan bertumbuh lebih cepat dalam hidup ini. Jika aku tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk berlatih dengan baik, tetapi terus mengejar uang, aku tidak akan mendapatkan apa pun ketika pekerjaan Tuhan berakhir, dan penyesalan sebesar apa pun tidak akan ada gunanya. Sebenarnya, kita seharusnya sudah puas dalam hidup ini dengan memiliki makanan dan pakaian. Jika kita melalaikan tugas kita untuk mendapatkan banyak uang, akhirnya itu akan merugikan hidup kita, dan kita akan kehilangan kesempatan besar untuk memperoleh kebenaran dan disempurnakan oleh Tuhan. Itu tentunya sangat bodoh!

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Sebagai seseorang yang normal, dan yang mengejar kasih kepada Tuhan, masuk ke dalam kerajaan untuk menjadi salah satu dari antara umat Tuhan adalah masa depanmu yang sejati dan suatu kehidupan paling berharga dan bermakna; tidak ada yang lebih diberkati dari dirimu. Mengapa Kukatakan demikian? Sebab mereka yang tidak percaya kepada Tuhan hidup untuk daging, dan mereka hidup untuk Iblis, tetapi sekarang, engkau hidup untuk Tuhan, dan hidup untuk mengikuti kehendak Tuhan. Itu sebabnya Kukatakan bahwa hidupmu adalah hidup yang paling bermakna. Hanya sekelompok orang ini, yang telah dipilih oleh Tuhan, yang dapat hidup dalam kehidupan yang paling bermakna: tidak ada orang lain di dunia ini yang dapat hidup dalam kehidupan yang sedemikian berharga dan bermakna" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kenalilah Pekerjaan Terbaru Tuhan dan Ikutilah Jejak Langkah-Nya"). Membaca firman dari Tuhan ini sangat mendorongku. Mengejar kebenaran dan mengenal Tuhan adalah satu-satunya jalan untuk memiliki kehidupan yang benar-benar bermakna. Dahulu, aku selalu hidup menurut falsafah Iblis, mengira dengan uang dan status, semua orang akan mengagumiku, dan itu akan membuat hidupku berarti. Namun, semua itu salah. Tanpa iman, tanpa memperoleh kebenaran sebagai hidup, orang tak akan mampu benar-benar memahami apa pun. Mereka bahkan tidak tahu dari mana mereka berasal, bahwa Tuhan mengendalikan nasib manusia. Mereka hanya akan terus bekerja keras mengejar status dan uang, tidak berpikir untuk berpaling, sebanyak apa pun mereka menderita. Ketika bencana menimpa, orang-orang seperti ini pasti akan binasa—maka uang mereka tidak akan ada gunanya. Sangat menyedihkan dipermainkan dan disiksa oleh Iblis sepanjang hidup mereka. Namun, memiliki iman dan mengejar kebenaran itu berbeda. Kita mungkin tidak memiliki banyak kepuasan materi, tapi dengan memahami kebenaran, kita mampu memahami segala sesuatu dengan lebih jelas dan tidak akan lagi tergoda dan terikat oleh uang. Kita bisa mendapatkan kedamaian dan pencerahan. Ayub memiliki begitu banyak harta keluarga, tetapi bukan itu yang dia nikmati. Dia berfokus untuk memahami kedaulatan Tuhan dalam segala hal, dan untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ketika ujian datang, dia tak pernah mengeluh, dan mampu tetap teguh dalam kesaksiannya. Dia mendapatkan perkenanan Tuhan dan pada akhirnya Tuhan menampakkan diri kepadanya. Kehidupan Ayub sangat bermakna dan bernilai. Dengan pemikiran itu, aku menulis surat pengunduran diriku. Melihatku telah mengambil keputusan, atasanku tidak berusaha menghalangiku. Proses pengunduran diriku berjalan lancar. Saat keluar dari perusahaan itu, aku merasa sangat tenang dan bebas.

Setelah itu, aku mengabdikan diri untuk melaksanakan tugasku dan bekerja dengan saudara-saudariku menyirami para petobat baru. Tak lama kemudian, para petobat baru datang ke pertemuan dengan penuh semangat, dan kehidupan bergereja meningkat. Aku merasa sangat damai! Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Pilihan Seorang Dokter

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Bangkitnya seorang Budak Uang

Oleh Saudari Xing Wu, Tiongkok Ketika aku muda, keluargaku miskin dan orang tuaku tidak mampu membiayai sekolahku, jadi, aku membuat dan...

Tinggalkan Balasan

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh