Orang Lanjut Usia Seharusnya Lebih Giat Mengejar Kebenaran

24 Desember 2025

Saat usiaku lima puluh tahun, aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupku, aku bisa mendengar firman Tuhan secara langsung dan menyambut kedatangan kembali Tuhan Yesus. Setelah melihat adanya harapan untuk masuk ke dalam kerajaan surga, aku memiliki tujuan hidup yang nyata. Setiap hari aku bangun pagi dan tidur larut malam untuk membaca firman Tuhan, dan aku menerima serta tunduk pada tugas apa pun yang diatur gereja. Aku berpikir, "Selama aku terus melaksanakan tugasku, aku akan diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan surga." Pada tahun 2023, usiaku sudah 75 tahun. Aku sudah tua, ingatanku buruk, pendengaranku terganggu, penglihatanku kabur, dan kakiku juga tidak lagi kukuh. Setelah melihat kondisiku, gereja mengatur agar aku melaksanakan tugas menjadi tuan rumah. Aku terus berpikir bahwa aku makin tua dan kesehatanku memburuk. Aku sering lupa karena ingatanku yang buruk, dan terkadang ingatanku campur aduk. Beberapa tahun lagi, kalau aku menjadi pikun dan tidak bisa melaksanakan tugasku, bukankah aku akan jadi orang yang tidak berguna? Apa aku masih bisa diselamatkan? Suatu kali, aku baru saja pindah rumah dan tersesat saat hendak pulang. Setelah mengetahuinya, seorang saudari pun menyeletuk, "Apa kau bingung?" Aku buru-buru menjawab, "Aku tidak bingung." Dalam hati aku berpikir, "Semoga mereka tidak menganggapku bingung dan tidak mengizinkanku melaksanakan tugas. Kalau aku tidak punya tugas, habislah aku. Bagaimana aku bisa diselamatkan?" Namun, setelah kupikir-pikir lagi, aku menyadari bahwa saat memasak, aku sering lupa menambahkan garam atau daun bawang, dan kadang-kadang aku bingung arah di jalan dan tidak tahu jalan pulang. Aku mulai merasa takut dan berpikir, "Apa aku benar-benar mulai bingung? Apa gereja masih bisa memakaiku untuk melaksanakan tugas? Kalau aku tidak bisa melaksanakan tugas, apa aku masih bisa diselamatkan?" Aku mulai hidup dalam kekhawatiran dan kecemasan.

Pada bulan Juni 2023, aku menjadi tuan rumah pertemuan untuk saudara-saudari. Waktu itu, apartemen di lantai atas sedang direnovasi, dan setiap hari selalu ada suara gedebak-gedebuk. Setelah itu, sudah cukup lama aku tidak melihat saudara-saudari datang ke pertemuan. Aku pun bingung, "Kenapa mereka tidak datang lagi? Apa aku tidak dipakai lagi sebagai tuan rumah? Di usiaku ini, yang bisa kulaksanakan hanyalah tugas menjadi tuan rumah. Kalau tugas ini saja tidak bisa kulaksanakan, bukankah aku akan kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan?" Aku begitu cemas dan sangat berharap mereka akan datang lagi. Suatu malam, seorang saudari datang mengetuk pintu, dan menantu perempuanku yang membukakannya. Saudari itu berkata mereka sudah datang tiga atau empat kali, tetapi tidak ada yang menjawab. Hatiku terasa sangat tidak enak. Aku berpikir, "Bukankah ini karena aku sudah tua dan pendengaranku terganggu, sehingga aku tidak mendengar mereka? Aku belum melaksanakan tugasku dengan baik. Sekarang pendengaranku terganggu, penglihatanku kabur, responsku lambat, dan kakiku tidak kukuh. Aku benar-benar tidak bisa melakukan apa pun dengan baik! Bahkan tugas menjadi tuan rumah pun tidak bisa kulaksanakan dengan baik! Menjadi tua itu benar-benar membuat orang tidak berguna!" Aku sangat iri pada anak-anak muda, yang bisa belajar dengan cepat dan bisa melaksanakan tugas apa pun. Aku merasa bahwa Tuhan menyukai anak-anak muda, dan mereka pasti akan diselamatkan pada akhirnya. Kupikir, andai saja aku bisa kembali ke sepuluh tahun yang lalu, aku pasti masih bisa melaksanakan beberapa tugas di usia enam puluhan. Lambat laun, kondisiku memburuk, dan setiap hari aku hidup dalam tekanan dan kecemasan. Doa-doaku tidak lagi normal, dan setelah membaca firman Tuhan, aku tidak lagi mendapat terang atau pencerahan. Hatiku makin menjauh dari Tuhan. Suatu hari saat berjalan, aku tersandung dan urat kakiku terkilir. Meskipun itu tidak menunda pertemuanku, aku menjadi makin khawatir. Walaupun pertemuan kali ini tidak tertunda karena aku jatuh, kalau suatu hari aku jatuh sakit, aku mungkin tidak bisa ikut pertemuan atau melaksanakan tugas. Kemudian, aku benar-benar jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itu aku sangat negatif dan berpikir, "Kali ini habislah aku. Aku bahkan tidak bisa menghadiri pertemuan, apalagi melaksanakan tugas apa pun. Bukankah itu membuatku benar-benar tidak berguna?" Setelah keluar dari rumah sakit, kondisiku tetap buruk. Aku khawatir, kalau aku bahkan tidak bisa melaksanakan tugas menjadi tuan rumah, apa aku masih bisa diselamatkan? Bukankah itu berarti imanku selama bertahun-tahun akan sia-sia? Makin aku memikirkannya, makin aku merasa sedih dan tertekan. Jadi aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk mencerahkan dan menerangiku agar aku bisa keluar dari keadaanku yang negatif ini.

Suatu hari, aku membaca sebuah artikel kesaksian pengalaman yang ditulis oleh seorang saudari lansia, dan itu sangat sesuai dengan keadaanku. Satu bagian firman Tuhan di dalamnya sangat menyentuh hatiku. Tuhan berfirman: "Terdapat juga orang-orang lanjut usia di antara saudara-saudari, yang berusia antara 60 hingga 80 atau 90 tahun, dan yang juga mengalami beberapa kesulitan karena usia lanjut mereka. Sekalipun telah berusia lanjut, pemikiran mereka belum tentu benar atau masuk akal, dan gagasan serta pandangan mereka belum tentu sesuai dengan kebenaran. Orang-orang lanjut usia ini juga memiliki masalah, dan mereka selalu khawatir, 'Kesehatanku tidak sebaik sebelumnya dan tugas yang mampu kulaksanakan sangat terbatas. Jika aku hanya melakukan tugas kecil ini, akankah Tuhan mengingatku? Terkadang aku jatuh sakit, dan aku perlu seseorang untuk merawatku. Jika tidak ada orang yang merawatku, aku tidak mampu melaksanakan tugasku, lalu apa yang dapat kulakukan? Aku sudah tua dan tak mampu mengingat firman Tuhan saat aku membacanya dan sulit bagiku untuk memahami kebenaran. Saat mempersekutukan kebenaran, perkataanku membingungkan dan tidak logis, dan aku belum memiliki pengalaman apa pun yang layak untuk kubagikan. Aku sudah tua dan tak punya cukup tenaga, penglihatanku tidak terlalu baik dan aku tidak sekuat sebelumnya. Segala sesuatu terasa sulit bagiku. Aku bukan saja tak mampu melaksanakan tugasku, tetapi aku juga mudah lupa dan melakukan kesalahan. Terkadang aku menjadi bingung dan menimbulkan masalah bagi gereja dan saudara-saudariku. Aku ingin memperoleh keselamatan dan mengejar kebenaran tetapi itu sangat sulit bagiku. Apa yang dapat kulakukan?' Saat memikirkan hal-hal ini, mereka mulai resah, berpikir, 'Mengapa aku baru mulai percaya kepada Tuhan pada usia ini? Mengapa aku tidak seperti mereka yang berusia 20-an dan 30-an, atau bahkan mereka yang berusia 40-an dan 50-an? Mengapa aku baru menemukan pekerjaan Tuhan ketika aku sudah sangat tua? Bukan karena aku bernasib buruk; setidaknya aku telah bertemu dengan pekerjaan Tuhan. Nasibku baik, dan Tuhan selama ini baik terhadapku! Hanya saja ada satu hal yang membuatku tidak senang, yaitu aku sudah sangat tua. Daya ingatku tidak terlalu bagus, dan kesehatanku tidak terlalu baik, tetapi aku memiliki kekuatan batin yang teguh dan tak tergoyahkan. Hanya saja tubuhku tidak mau menaatiku, dan aku mengantuk setelah mendengarkan persekutuan sebentar saja di pertemuan. Terkadang aku ketiduran saat menutup mataku untuk berdoa, dan pikiranku mengembara saat membaca firman Tuhan. Setelah membaca sedikit, aku mengantuk dan tertidur, dan firman Tuhan tidak dapat kupahami. Apa yang dapat kulakukan? Apakah dengan kesulitan nyata seperti itu aku masih mampu mengejar dan memahami kebenaran? Jika tidak, dan jika aku tak mampu melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, bukankah itu berarti seluruh imanku akan sia-sia? Bukankah aku akan gagal memperoleh keselamatan? Apa yang dapat kulakukan? Aku sangat khawatir! Di usiaku ini tidak ada lagi yang penting. Sekarang karena aku percaya kepada Tuhan, aku tidak memiliki kekhawatiran atau apa pun yang kucemaskan, dan anak-anakku sudah dewasa dan mereka tidak lagi membutuhkanku untuk menjaga atau membesarkan mereka, keinginan terbesarku dalam hidup ini adalah mengejar kebenaran, melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan, dan pada akhirnya memperoleh keselamatan selama tahun-tahun yang tersisa di hidupku. Namun, mengingat keadaan nyataku saat ini, rabun karena usia dan linglung dalam berpikir, memiliki kesehatan yang buruk, ketidakmampuan untuk melaksanakan tugasku dengan baik, dan terkadang menimbulkan masalah saat aku berusaha melakukan sebanyak yang mampu kulakukan, tampaknya memperoleh keselamatan tidak akan mudah bagiku.' Mereka memikirkan hal-hal ini berulang kali dan menjadi makin cemas, dan kemudian berpikir, 'Tampaknya hal-hal baik hanya terjadi pada orang-orang muda dan bukan pada orang lanjut usia. Tampaknya sebaik apa pun segala sesuatu, aku tak akan mampu lagi menikmati semua itu.' Makin mereka memikirkan hal-hal ini, makin mereka merasa resah dan cemas. Mereka bukan saja mengkhawatirkan diri mereka sendiri tetapi mereka juga merasa terluka. Jika mereka menangis, mereka merasa luka tersebut tidak benar-benar layak untuk ditangisi, dan jika mereka tidak menangis, rasa sakit itu, luka itu, akan selalu menyertai mereka. Jadi, apa yang harus mereka lakukan? ... Mungkinkah mereka benar-benar tak punya jalan keluar? Apakah ada solusinya? (Orang-orang lanjut usia juga harus melaksanakan tugas mereka semampu mereka.) Tentu saja diperbolehkan bagi orang-orang lanjut usia untuk melaksanakan tugas mereka semampu mereka, bukan? Bolehkah orang-orang lanjut usia tidak lagi mengejar kebenaran karena usia mereka? Apakah mereka tidak mampu memahami kebenaran? (Mereka mampu.) Mampukah orang lanjut usia memahami kebenaran? Mereka mampu memahami beberapa kebenaran, dan bahkan orang-orang muda pun tidak mampu memahami semuanya. Orang lanjut usia selalu memiliki kesalahpahaman, menganggap diri mereka linglung, ingatan mereka buruk, sehingga mereka tidak mampu memahami kebenaran. Benarkah demikian? (Tidak.) Meskipun orang muda jauh lebih bertenaga dibandingkan orang lanjut usia, dan secara fisik mereka lebih kuat, tetapi sebenarnya kemampuan mereka untuk mengerti, memahami, dan mengetahui sama saja dengan kemampuan orang lanjut usia. Bukankah orang lanjut usia juga pernah muda? Mereka tidak terlahir dalam keadaan tua, dan orang-orang muda, suatu hari juga akan menjadi tua. Orang lanjut usia tidak boleh selalu berpikir karena mereka sudah tua, lemah secara fisik, kurang sehat, dan memiliki ingatan yang buruk, itu berarti mereka berbeda dengan orang muda. Sebenarnya, tidak ada perbedaan. Apa maksud-Ku mengatakan tidak ada perbedaan? Entah seseorang itu sudah tua atau masih muda, mereka sama saja dalam hal watak rusak mereka, dalam hal sikap dan pandangan mereka, dan dalam hal perspektif dan sudut pandang mereka ketika memandang segala sesuatu. ... orang lanjut usia itu bukannya tidak memiliki sesuatu yang bisa mereka lakukan, mereka juga bukan tidak mampu untuk melaksanakan tugas mereka, dan terlebih lagi, mereka bukan tidak mampu untuk mengejar kebenaran—ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Berbagai kebohongan dan kekeliruan yang telah kaukumpulkan sepanjang hidupmu, serta berbagai ide dan gagasan tradisional, hal-hal yang bodoh dan sulit dihilangkan, hal-hal yang kolot, hal-hal yang konyol dan hal-hal yang menyimpang yang telah kaukumpulkan, semuanya itu telah bertumpuk di dalam hatimu, dan engkau harus menghabiskan jauh lebih banyak waktu daripada yang dihabiskan orang muda untuk menyelidiki, menganalisis, dan mengenali hal-hal ini. Bukan berarti tidak ada apa pun yang bisa kaulakukan, atau bukan berarti engkau boleh merasa sedih, cemas, dan khawatir saat tidak ada apa pun yang bisa kaulakukan—ini bukan tugas ataupun tanggung jawabmu. Pertama-tama, orang lanjut usia harus memiliki pola pikir yang benar. Meskipun usiamu mungkin sudah lanjut dan secara fisik engkau relatif sudah tua, tetap saja engkau harus memiliki pola pikir orang muda. Meskipun engkau makin tua, daya pikirmu melambat dan daya ingatmu memburuk, jika engkau masih mampu mengenal dirimu sendiri, masih memahami firman yang Kuucapkan, dan masih memahami kebenaran, itu membuktikan bahwa engkau tidak tua dan kualitasmu tidak kurang. Jika orang sudah berusia 70-an tetapi tidak mampu memahami kebenaran, ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah dan mereka tak mampu melaksanakan tugas. Jadi, usia tidak ada kaitannya dengan kebenaran" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Aku membaca bagian firman Tuhan ini berulang kali, dan makin kubaca, hatiku terasa makin terang. Tuhan benar-benar memeriksa lubuk hati manusia. Bukankah firman ini sedang membicarakan aku? Aku khawatir karena aku sudah tua, sakit-sakitan, pendengaranku terganggu, penglihatanku kabur, dan ingatanku sudah memburuk. Aku takut, seiring bertambahnya usiaku, aku tidak akan mampu melaksanakan tugasku, dan akan kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan. Sehari-hari, aku hidup dalam tekanan dan kecemasan. Setelah membaca bagian firman Tuhan itu, hatiku tiba-tiba merasa lega. Tuhan tahu kesulitan orang-orang lanjut usia, dan Dia telah mengungkapkan firman ini agar mereka dapat memahami maksud-Nya. Entah muda atau tua, Tuhan memberi setiap orang kesempatan untuk mengejar kebenaran dan diselamatkan. Aku pun melihat bahwa Tuhan itu benar. Dari firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Meskipun aku sudah tua, aku masih bisa memahami firman Tuhan, dan aku harus mencari kebenaran dalam hal-hal yang menimpaku, serta mengenali kerusakan dan kekuranganku sendiri. Aku juga harus mengejar kebenaran dan mencapai pertobatan serta perubahan, karena watak kaum lansia itu tidak kalah rusaknya dari kaum muda. Misalnya, watak congkakku sangat parah. Terkadang ketika saudara-saudari menunjukkan masalahku, aku tidak mau menerimanya. Dalam kehidupan keluarga sehari-hari, ketika menantu perempuanku tidak mendengarkanku, aku jadi marah dan berbicara kepadanya dengan sikap merendahkan. Semua ini adalah perwujudan dari watak yang rusak, dan aku perlu mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Jadi, bukan berarti tidak ada yang bisa kulakukan. Sekarang aku punya banyak waktu setiap hari untuk membaca lebih banyak firman Tuhan di rumah, mencari kebenaran dalam diri orang, peristiwa, dan hal-hal yang kutemui, serta mengatasi watak rusakku. Aku juga bisa menonton video kesaksian pengalaman dan memetik pelajaran dari pengalaman saudara-saudari. Aku pun bisa menulis artikel kesaksian pengalaman, menuliskan pengalaman nyataku untuk memberi kesaksian bagi Tuhan. Semua ini adalah hal-hal yang seharusnya kulakukan. Sekarang setelah memahami maksud Tuhan, aku tidak lagi salah memahami-Nya atau hidup dalam keadaan negatif, dan aku tidak lagi khawatir apakah aku bisa melaksanakan tugas atau tidak. Aku bertekad, entah gereja mengatur agar aku melaksanakan tugas atau tidak, aku akan tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan. Sejak saat itu, setiap hari aku bisa duduk dengan tenang untuk makan dan minum firman Tuhan, dan ketika berbagai hal menimpaku, aku bisa berdoa dan mencari maksud Tuhan.

Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan terlebih lagi, bukan berdasarkan seberapa menyedihkannya mereka, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). "Keinginan Tuhan adalah agar setiap orang disempurnakan, agar akhirnya didapatkan oleh-Nya, untuk sepenuhnya ditahirkan oleh-Nya, dan untuk menjadi orang-orang yang Dia kasihi. Tidak soal apakah Aku mengatakan engkau semua terbelakang atau kualitasmu rendah—ini semua fakta. Perkataan-Ku tentang hal ini tidak membuktikan bahwa Aku bermaksud meninggalkanmu, bahwa Aku telah kehilangan harapan atas dirimu, apalagi bahwa Aku tidak mau menyelamatkanmu. Sekarang ini, Aku telah datang untuk melakukan pekerjaan keselamatanmu, yang berarti bahwa pekerjaan yang Kulakukan adalah kelanjutan dari pekerjaan penyelamatan. Setiap orang memiliki kesempatan untuk disempurnakan: asalkan engkau mau, asalkan engkau mengejar, pada akhirnya engkau akan dapat mencapai hasilnya, dan tak seorang pun di antaramu yang akan ditinggalkan. Jika kualitasmu rendah, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kualitasmu yang rendah; jika kualitasmu tinggi, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kualitasmu yang tinggi; jika engkau bodoh dan buta huruf, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan dirimu yang buta huruf; jika engkau terpelajar, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan fakta bahwa engkau terpelajar; jika engkau sudah tua, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan usiamu; jika engkau mampu menjadi tuan rumah, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kemampuan ini; jika engkau mengatakan engkau tidak mampu menjadi tuan rumah, dan hanya mampu melaksanakan tugas tertentu, apakah itu mengabarkan Injil, atau mengurus gereja, atau menangani urusan umum lainnya, penyempurnaanmu oleh-Ku akan sesuai dengan tugas yang kaulakukan. Setia, tunduk sampai akhir, dan berusaha untuk memiliki kasih yang tertinggi kepada Tuhan—inilah yang harus kaucapai, dan tidak ada penerapan yang lebih baik dari ketiga hal ini. Pada akhirnya, manusia dituntut untuk mencapai ketiga hal ini, dan jika dia dapat mencapainya, dia akan disempurnakan. Namun, yang terpenting, engkau harus benar-benar mengejar, engkau harus secara aktif melangkah maju dan naik, dan tidak pasif dalam hal itu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku pun memahami bahwa Tuhan tidak menentukan kesudahan seseorang berdasarkan usia, senioritas, atau seberapa banyak penderitaan yang telah dialaminya, tetapi berdasarkan apakah dia memiliki kebenaran atau tidak. Aku berpikir bahwa diriku ini sudah tua dan tidak berguna lagi, jadi aku takut disingkirkan oleh Tuhan; ini menunjukkan bahwa aku tidak memahami maksud Tuhan dalam menyelamatkan manusia atau standar yang dituntut-Nya untuk menentukan kesudahan manusia. Tuhan menyelamatkan dan menyempurnakan manusia bukan berdasarkan usia atau kualitas mereka, melainkan berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran atau tidak. Jika seseorang dapat menerima kebenaran, setia kepada Tuhan, serta tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan, Dia tidak akan meninggalkannya. Ternyata selama ini aku memandang rumah Tuhan sama seperti dunia orang tidak percaya. Di masyarakat luar, orang lanjut usia diabaikan dan tidak dianggap, dan kukira di rumah Tuhan juga sama, bahwa begitu kau tua, Tuhan tidak lagi menginginkanmu. Ini adalah kesalahpahaman tentang Tuhan dan penghujatan terhadap Tuhan. Dunia ini dikuasai oleh Iblis, dan Iblis memakai orang untuk berjerih payah baginya. Begitu orang menjadi tua dan tidak bisa lagi berjerih payah, mereka dibuang. Namun di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa. Tuhan memberi orang kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengejar kebenaran; dalam proses melaksanakan tugas, orang-orang jadi mengenal diri mereka sendiri dan berubah, dan mereka membuang watak rusak Iblis dalam diri mereka. Aku berpikir bahwa aku ini sudah lanjut usia, tetapi Tuhan tidak mengambil kesempatanku untuk makan dan minum firman-Nya atau mengejar kebenaran. Tuhan terus-menerus mengungkapkan firman untuk menyirami dan membekali kita. Dia juga menggunakan firman-Nya untuk mencerahkan dan membimbingku ketika berbagai hal menimpaku, dan akulah yang tidak memahami maksud Tuhan. Aku berpikir bahwa karena aku sudah tua dan bingung, Tuhan tidak akan menyelamatkanku. Padahal nyatanya, selama seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan bersedia mengejar kebenaran, bahkan jika suatu hari mereka tidak dapat melaksanakan tugas, rumah Tuhan tidak akan mengeluarkan atau menyingkirkan mereka. Di sekitarku banyak saudara-saudari lansia yang sebaya denganku. Meskipun mereka tidak bisa melaksanakan banyak tugas sekarang, mereka tetap makan dan minum firman Tuhan serta menjalani kehidupan bergereja, dan gereja tidak mengeluarkan mereka. Sebaliknya, ada beberapa anak muda yang terus-menerus melaksanakan tugas, tetapi karena mereka tidak mengejar kebenaran dan watak rusak mereka tetap parah dan tidak berubah, mereka akhirnya melakukan banyak kejahatan dan dikeluarkan dari gereja. Dari sini, aku melihat watak benar Tuhan. Tuhan tidak menyelamatkan orang berdasarkan usia mereka, muda atau tua, tetapi dengan melihat hati mereka dan apakah mereka mengejar kebenaran. Sejak saat itu, entah aku punya tugas atau tidak, aku bertekad untuk makan dan minum firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, mengalami pekerjaan Tuhan, mengenali kekurangan dan kelemahanku, memahami watak rusakku, dan tidak lagi salah memahami atau mengeluh terhadap Tuhan.

Saat pertemuan, setelah seorang saudari mengetahui keadaanku, dia memintaku membaca satu bagian firman Tuhan: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia menerima berkat atau menderita kemalangan. Tugas adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia; itu adalah panggilan surgawinya, dan dia seharusnya melakukannya tanpa mencari imbalan jasa, dan tanpa syarat atau alasan. Hanya dengan demikianlah, baru bisa disebut melaksanakan tugas. Menerima berkat mengacu pada berkat yang orang nikmati ketika mereka disempurnakan setelah mengalami penghakiman. Menderita kemalangan mengacu pada hukuman yang orang terima ketika watak mereka tidak berubah setelah mereka menjalani hajaran dan penghakiman─yaitu ketika mereka tidak menjadi disempurnakan. Namun, entah mereka menerima berkat atau menderita kemalangan, makhluk ciptaan haruslah melaksanakan tugas mereka, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan seseorang, seseorang yang mengejar Tuhan. Janganlah engkau melaksanakan tugasmu hanya untuk menerima berkat, dan janganlah engkau menolak untuk melaksanakan tugas karena takut mengalami kemalangan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, dan manusia adalah makhluk ciptaan; sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bagi manusia untuk melaksanakan tugas mereka. Ini adalah tanggung jawab dan kewajiban manusia, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan menerima berkat atau menderita kemalangan. Hanya dengan mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan saat melaksanakan tugas dan mencapai perubahan watak, seseorang dapat menerima berkat Tuhan. Namun, aku justru percaya bahwa selama aku melaksanakan tugasku, aku akan diberkati oleh Tuhan. Aku selalu berpikir bahwa melaksanakan tugas berarti aku akan diberkati. Ini hanyalah gagasan dan imajinasiku sendiri. Jika diingat kembali, aku sudah melaksanakan cukup banyak tugas, tetapi aku tidak mengejar kebenaran dalam tugasku dan selalu bertindak sesuka hatiku. Aku jarang berdoa untuk mencari maksud Tuhan atau kebenaran, sehingga sampai saat ini, watakku hampir tidak berubah. Tidak peduli seberapa banyak tugas yang kulakukan dengan cara ini, aku tetap tidak akan mendapatkan perkenanan Tuhan. Aku telah menyia-nyiakan bertahun-tahun dengan tidak mengejar kebenaran. Mulai sekarang, aku harus mencari maksud Tuhan ketika berbagai hal menimpaku, menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, dan mengejar kebenaran untuk mencapai perubahan watak. Bahkan jika pada akhirnya aku tidak dapat diselamatkan, itu karena watakku belum berubah, bukan karena aku sudah tua dan Tuhan tidak menginginkanku. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, sekarang aku memahami maksud-Mu. Aku bersedia tunduk pada penataan serta pengaturan-Mu dan tidak lagi salah memahami atau mengeluh terhadap-Mu. Apa pun tugas yang kulaksanakan, aku ingin melaksanakannya dengan segenap hati dan pikiranku untuk memuaskan-Mu."

Kemudian, saudari itu menemukan bagian lain dari firman Tuhan yang berkaitan dengan keadaanku. Tuhan berfirman: "Orang percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat, memperoleh upah, dan menerima mahkota. Bukankah semua ini ada di hati semua orang? Kenyataannya memang demikian. Meskipun orang tidak sering membicarakannya, dan bahkan menyembunyikan motif dan keinginan mereka untuk mendapatkan berkat, keinginan dan motif yang ada di lubuk hati orang ini selalu tak tergoyahkan. Sebanyak apa pun teori rohani yang orang pahami, pemahaman berdasarkan pengalaman apa pun yang mereka miliki, tugas apa pun yang dapat mereka laksanakan, sebanyak apa pun penderitaan yang mereka tanggung, atau sebesar apa pun harga yang mereka bayar, mereka tidak pernah melepaskan motivasi untuk mendapatkan berkat yang tersembunyi di lubuk hati mereka dan selalu secara diam-diam bekerja keras demi motivasi mendapatkan berkat itu. Bukankah ini hal yang tersembunyi paling dalam di lubuk hati manusia? Tanpa motivasi untuk menerima berkat ini, bagaimana perasaanmu? Dengan sikap apa engkau akan melaksanakan tugasmu dan mengikuti Tuhan? Apa yang akan terjadi pada orang jika motivasi untuk menerima berkat yang tersembunyi di dalam hati mereka ini disingkirkan? Mungkin banyak orang akan menjadi negatif, sementara beberapa orang akan kehilangan motivasi dalam tugas mereka. Mereka akan kehilangan minat dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, seolah-olah jiwa mereka telah lenyap. Mereka akan terlihat seolah-olah hati mereka telah direnggut. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan berkat adalah sesuatu yang sangat tersembunyi dalam hati manusia. Mungkin, saat melaksanakan tugas mereka atau menjalani kehidupan bergereja, mereka merasa bahwa mereka mampu meninggalkan keluarga dan dengan senang hati mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, dan bahwa sekarang mereka memiliki pengetahuan tentang motivasi mereka untuk menerima berkat, dan telah mengesampingkan motivasi ini, dan tidak lagi dikuasai atau dikendalikan olehnya. Kemudian, mereka berpikir bahwa mereka tidak lagi memiliki motivasi untuk diberkati, padahal menurut Tuhan justru sebaliknya. Orang-orang hanya melihat hal-hal yang terlihat di luarnya. Tanpa ujian, mereka merasa baik tentang diri mereka sendiri. Selama mereka tidak meninggalkan gereja atau menyangkal nama Tuhan, dan mereka bertekun dalam mengorbankan diri bagi Tuhan, mereka yakin bahwa mereka telah berubah. Mereka merasa tidak lagi didorong oleh semangat pribadi atau dorongan sesaat dalam melaksanakan tugas mereka. Sebaliknya, mereka yakin bahwa mereka mampu mengejar kebenaran, dan mereka mampu untuk terus mencari dan menerapkan kebenaran saat melaksanakan tugas mereka sehingga watak rusak mereka ditahirkan dan mereka mencapai sedikit perubahan sejati. Namun, jika sesuatu terjadi yang berkaitan langsung dengan tempat tujuan dan kesudahan manusia, bagaimana perilaku mereka? Kebenaran disingkapkan secara keseluruhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Enam Indikator Pertumbuhan dalam Hidup"). Tuhan telah menyingkapkan niat tersembunyi dalam diri manusia untuk mendapatkan berkat. Manusia percaya kepada Tuhan bukan untuk memuaskan-Nya, melainkan untuk mendapatkan berkat dan keuntungan. Bahkan ketika mereka tampaknya meninggalkan keluarga dan karier mereka untuk melaksanakan tugas, itu semua hanya untuk mencoba bertransaksi dengan Tuhan. Setelah mengingat kembali saat pertama kali aku menemukan Tuhan, aku merasa memiliki harapan untuk masuk ke kerajaan surga, dan karenanya aku dengan antusias mengorbankan diriku. Aku tunduk pada tugas apa pun yang diatur gereja untukku, dan aku memiliki energi yang tak ada habisnya setiap hari. Namun, seiring bertambahnya usiaku, dan makin sedikit tugas yang dapat kuambil, aku mulai khawatir bahwa aku tidak akan menerima berkat, sehingga aku menjadi negatif. Aku juga tidak lagi fokus makan dan minum firman Tuhan. Aku tidak lagi mencari maksud Tuhan ketika berbagai hal menimpaku, dan sehari-hari aku hidup dalam tekanan dan kecemasan. Aku mulai menyadari bahwa selama bertahun-tahun ini aku melaksanakan tugasku demi mengejar berkat dan masuk ke kerajaan surga, bukan untuk memuaskan Tuhan. Dengan percaya kepada Tuhan dan melaksanakan tugas seperti ini, aku mencoba bertransaksi dan menipu Tuhan. Aku benar-benar tidak punya kemanusiaan! Setelah merenungkan tahun-tahun ini, aku mulai memahami beberapa kebenaran dengan membaca firman Tuhan, dan aku memperoleh sedikit pemahaman tentang natur Iblis dalam diriku. Aku juga sedikit memahami niat Tuhan yang tekun dalam menyelamatkan manusia. Aku telah menerima begitu banyak dari Tuhan, tetapi aku masih mencoba bertransaksi dengan-Nya. Begitu aku merasa tidak akan menerima berkat, aku menjadi negatif dan tidak lagi mau berusaha maju. Aku benar-benar tidak punya hati nurani ataupun nalar! Aku benar-benar egois dan hina! Aku melihat orang-orang seusiaku yang tidak percaya kepada Tuhan; hari-hari mereka dihabiskan untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Kalau tidak bergosip, mereka main kartu atau mahyong. Mereka tidak tahu apa arti hidup, dan setiap hari mereka hanya hidup tanpa tujuan sambil menunggu kematian. Selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, aku mulai memahami apa itu hidup yang bermakna. Aku tidak lagi mengejar kesenangan duniawi, tetapi justru ingin mengejar kebenaran, melaksanakan tugasku dengan baik, dan memuaskan Tuhan. Aku telah menemukan tujuan hidup. Aku merasa puas dan tenteram, dan bahkan jika aku mati saat ini, hidupku sudah berharga. Aku tidak boleh lagi mencoba bertransaksi dengan Tuhan, atau mengejar hanya demi berkat.

Tidak lama kemudian, saudari itu datang memintaku untuk kembali melaksanakan tugas menjadi tuan rumah. Aku sangat senang. Tuhan telah memberiku kesempatan lagi untuk melaksanakan tugas, dan aku ingin benar-benar menghargainya. Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Selain mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik dengan kemampuan terbaik mereka, ada banyak hal yang dapat orang lanjut usia lakukan. Kecuali engkau bodoh, terbelakang, dan tidak mampu menerapkan kebenaran, dan kecuali engkau tak mampu menjaga dirimu sendiri, ada banyak hal yang harus kaulakukan. Sama seperti orang muda, engkau dapat mengejar kebenaran, engkau dapat mencari kebenaran, dan engkau harus sering datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan berusaha memandang orang dan hal-hal serta berperilaku dan bertindak sepenuhnya berdasarkan firman Tuhan, dengan kebenaran sebagai standarmu. Inilah jalan yang harus kautempuh, dan engkau tidak boleh merasa sedih, cemas, atau khawatir karena engkau sudah tua, karena engkau memiliki banyak penyakit, atau karena tubuhmu menua. Merasa sedih, cemas, dan khawatir bukanlah hal yang benar untuk kaulakukan—itu adalah perwujudan sikapmu yang tidak masuk akal. ... Karena orang lanjut usia memiliki watak yang rusak seperti halnya orang muda, dan sering kali memperlihatkan watak rusak dalam hidup mereka dan saat melaksanakan tugas mereka seperti halnya orang muda, lalu mengapa orang lanjut usia tidak melakukan hal yang benar, tetapi malah selalu merasa sedih, cemas, dan khawatir tentang usia tua mereka dan tentang apa yang akan terjadi pada diri mereka setelah mereka mati? Mengapa mereka tidak melaksanakan tugas mereka seperti yang orang muda lakukan? Mengapa mereka tidak mengejar kebenaran seperti yang orang muda lakukan? Kesempatan ini telah diberikan kepadamu, jadi jika engkau tidak mengambil kesempatan ini, dan engkau sudah benar-benar sangat tua sehingga engkau tidak bisa mendengar atau melihat atau menjaga dirimu sendiri, maka engkau akan menyesal, dan hidupmu akan berlalu dengan cara seperti ini" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa aku tidak seharusnya hidup dalam kesusahan atau kecemasan tentang apakah aku akan diselamatkan, aku juga tidak boleh terus salah memahami dan mengeluh terhadap Tuhan seperti sebelumnya. Yang harus kulakukan adalah mengejar kebenaran untuk mengatasi watak rusakku. Aku tidak boleh menunggu sampai aku benar-benar bingung dan tidak bisa bergerak, karena saat itu akan terlambat untuk menyesal karena tidak mengejar kebenaran. Aku ingin memanfaatkan sisa waktu terakhir ini untuk mengejar kebenaran dan mencapai perubahan watak. Jika kuingat kembali, dulu aku selalu membaca firman Tuhan sambil lalu saja, tidak benar-benar meresapinya, dan aku tidak memahami maksud Tuhan. Sekarang aku sudah lebih tua, ingatanku tidak seperti anak muda, tetapi aku bisa membaca firman Tuhan berulang kali dan lebih banyak merenungkannya. Ketika berbagai hal terjadi, aku bisa mencari maksud Tuhan dan menemukan jalan penerapan dalam firman-Nya. Sama seperti yang Tuhan firmankan: "... berusaha memandang orang dan hal-hal serta berperilaku dan bertindak sepenuhnya berdasarkan firman Tuhan, dengan kebenaran sebagai standarmu." Aku harus berjuang memenuhi tuntutan Tuhan dan fokus pada jalan masuk kehidupanku, dan aku tidak bisa terus mengabaikan tugasku yang semestinya. Aku bersyukur kepada Tuhan karena telah membimbingku keluar dari kesusahan!

Setelah itu, baik dalam tugasku maupun saat berinteraksi dengan keluarga, ketika berbagai hal menimpaku, aku belajar untuk menerima bahwa itu adalah dari Tuhan. Aku mencari maksud Tuhan serta menerapkan sesuai dengan firman-Nya. Watak congkakku mulai berubah sedikit demi sedikit, dan putraku berkata aku tidak lagi sedominan dulu. Dalam hati, aku merasa benar-benar bersyukur kepada Tuhan. Tuhanlah yang membimbingku menuju perubahan ini, dan sejak saat itu, dalam kehidupanku sehari-hari, aku bersedia untuk menerapkan dan mengalami firman Tuhan serta memberi kesaksian bagi-Nya untuk memuliakan-Nya.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Akibat Memuja Manusia

Oleh Song Yu Saudari, Belanda Pada tahun 2019, aku berlatih dalam posisi kepemimpinan, bekerja bersama Wang. Selama interaksi kami, aku...

Laporan yang Keliru

Oleh Saudara Xiao Jie, AustraliaSelama satu tahun lebih, Tuhan telah mempersekutukan kebenaran tentang mengenali pemimpin palsu. Di...

Hubungi kami via WhatsApp