Renungan Setelah Memakai Orang yang Salah

02 Januari 2023

Oleh Saudara Xiaofan, Tiongkok

Musim panas tahun 2020, aku bertanggung jawab untuk pekerjaan teks di gereja. Suatu hari, aku perhatikan Yang Can pandai bertutur kata dan penulis yang bagus. Pemikirannya jelas dalam persekutuan tentang kebenaran dan bersemangat dalam tugas. Aku ingin dia mengerjakan pekerjaan teks. Setelah menyelidiki, aku tahu menurut kebanyakan saudara-saudari dia berwatak congkak, selalu ingin didengarkan orang lain, dan sulit diajak kerja sama, tapi dia bisa terima dipangkas dan ditangani, merenungkan diri, dan mengenali diri. Kupikir dalam hati, "Meski dia agak congkak, selama dia bisa terima dipangkas dan ditangani, cepat atau lambat dia akan berubah, jadi seharusnya tak ada masalah besar." Maka, aku mengatur agar dia memulai pekerjaan teks. Untuk memastikan pemikiranku, saat melihat Yang Can, aku singkapkan bahwa dia congkak dan tak menerima saran orang lain, dan bersekutu bahwa itu jalan antikristus untuk melihat pemahamannya. Dengan tatapan menyesal dia berkata, "Saudari, jika bukan karena persekutuanmu, aku tak akan tahu betapa serius masalah ini. Aku memang punya natur congkak—aku mau bertobat." Melihatnya punya kesadaran dan tampak menyesal, kuanggap itu kepastian bahwa Yang Can tak punya masalah besar. Juga, dia antusias dalam tugas, jadi kupilih dia sebagai ketua tim. Tapi waktu berlalu dan sangat sedikit pekerjaan yang dia tangani berhasil. Rekan kerjanya, Saudari Li Xinming, pergi melihat yang terjadi dan mengetahui bahwa Yang Can dan satu saudari lain tak bisa bekerja sama. Tapi melalui beberapa persekutuan, Yang Can memperoleh kesadaran diri. Aku tidak terlalu memikirkannya. Dalam satu pertemuan, pemimpinku memperingatkan bahwa Yang Can sangat congkak dan selalu ingin didengarkan, bahwa dia ada di jalan antikristus, dan pernah melakukan pelanggaran serius. Dia ingin aku lebih memantau dan mengawasi pekerjaan Yang Can, dan mencari informasi bagaimana dia bekerja. Tapi saat itu aku sangat yakin, dan dengan percaya diri berkata kepada pemimpin, "Benar Yang Can sangat congkak, tapi dia bisa terima dipangkas dan ditangani, jadi dia orang benar." Aku juga memberi jaminan kepada pemimpin aku akan menangani Yang Can. Setelah itu, aku tak terlalu memikirkan peringatan pemimpin.

Beberapa bulan kemudian, pekerjaan yang diketuai Yang Can masih belum membuahkan hasil. Waktu aku memeriksanya, Yang Can melaporkan bahwa seorang anggota tim, Saudari Lin Lan, kualitasnya buruk dan masih belum paham prinsip. Yang Can harus membantunya mengatasi setiap masalah, ini memakan banyak waktu dan menghalanginya menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Itu yang menunda pekerjaan. Mendengarnya, aku merasa pekerjaan mereka kurang berhasil pasti karena masalah Lin Lan. Kemudian, Xinming berkata, "Kerja tim ini tak pernah ada hasilnya, Yang Can ketua tim, jadi bukankah dia masalahnya?" Aku sangat tidak setuju saat mendengarnya. Kataku, "Yang Can sangat congkak, tapi dia bisa terima dipangkas dan ditangani, pemahamannya akan prinsip bagus, dan menanggung beban dalam tugas. Tak mungkin dia masalahnya kalau kurang berhasil. Kualitas Lin Lan sangat kurang, jadi dia yang menunda kemajuan kerja. Asalkan kita buat perubahan staf yang tepat, Yang Can bisa memanfaatkan kekuatannya dan pekerjaan mereka pasti berkembang." Rekan kerjaku tak terlalu mengenal Yang Can, jadi mereka setuju memindahkan Lin Lan setelah ucapanku itu. Tak lama kemudian, aku mengirim Yang Can kerja bersama saudara-saudari yang baru saja dilatih dalam pekerjaan teks agar dia bisa ikut mengarahkan pekerjaan mereka. Kupikir jika kubiarkan Yang Can melatih mereka beberapa saat, pekerjaan mereka pasti akan ada kemajuan.

Setelah satu bulan, kami mengetahui mereka semua menjadi negatif dan pasif dalam tugas, katanya kualitas mereka buruk. Dan bukan saja mereka tidak membaik, efektivitas mereka juga merosot. Aku sangat bingung. Sebelum ada Yang Can, mereka semua sangat antusias, lalu kenapa mereka jadi tertekan setelah Yang Can datang? Kemudian, Xinming berkata bahwa dia merasa Yang Can punya masalah, dan bertanya kepadaku orang seperti apa dia. Tapi aku masih bersikeras bahwa Yang Can orang yang menerima kebenaran. Lalu Xinming lanjut berkata, "Di depanmu dia bisa terima dipangkas dan ditangani, tapi kadang dia menentang keras bila kami tunjukkan masalahnya." Aku kaget: Apa aku terpedaya penampilan palsu Yang Can? Maka, tak lama setelahnya, aku minta Saudari Xin Yi melihat dari dekat situasi di sana. Dia mengetahui bahwa Yang Can selalu menggunakan wewenangnya atas timnya, jika ada yang mengungkapkan gagasan lain, dia terus menihilkan pandangan mereka, dan akhirnya mereka turuti keinginannya. Tak lama, karena semua gagasan saudara-saudari selalu disingkirkan, mereka semua merasa kualitas mereka kurang untuk tugas itu dan tidak mengajukan usul lagi dalam diskusi kerja, hanya mendengarkan Yang Can. Yang Can bukan hanya tidak bisa merenungkan diri, dia sering mengeluh terlalu tertekan dan hanya dia yang memikirkan pekerjaan, sehingga mereka merasa merekalah yang membuat pekerjaan tak ada hasil, membuat mereka lebih kecewa. Xin Yi berkata Yang Can selalu bertindak seperti itu. Aku merasa tak enak mendengar semua itu. Kata-katanya seperti tamparan di mukaku. Aku sadar Yang Can telah memasang topeng di depanku untuk memperdaya dan menipuku. Dia tak punya kesadaran diri dan bukan orang yang menerima kebenaran sama sekali. Baru setelah ituaku sadar pekerjaan teks tak ada hasil sepenuhnya disebabkan olehku, karena aku buta, kurang kearifan, dan memakai orang yang salah. Setelah itu aku dan rekan kerjaku memecat Yang Can karena tingkah lakunya.

Setelah pemecatan Yang Can, aku mulai merenung sebab kegagalanku yang sesungguhnya. Suatu hari aku membaca firman Tuhan ini. "Jadi bagaimana seharusnya kita menilai apakah seseorang itu mencintai kebenaran atau tidak? Ini tergantung pada apa yang biasanya terwujud dalam diri mereka, dan apakah mereka hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak, apakah mereka melakukan apa yang mereka katakan, apakah yang mereka katakan dan lakukan itu sama. Jika yang mereka katakan terdengar masuk akal dan menyenangkan, tetapi mereka tidak melakukannya, tidak melakukan sesuai perkataan mereka, maka dalam hal ini mereka telah menjadi salah satu orang Farisi, mereka adalah orang munafik dan sama sekali bukan orang yang mencintai kebenaran. Banyak orang terdengar sangat masuk akal ketika mempersekutukan kebenaran, tetapi tidak menyadari ketika mereka menyingkapkan watak yang rusak. Apakah orang ini mengenal dirinya sendiri? Jika orang tidak mengenal dirinya sendiri, apakah mereka memahami kebenaran? Semua orang yang tidak mengenal dirinya sendiri adalah orang yang tidak memahami kebenaran, dan semua orang yang mengucapkan perkataan kosong tentang pengenalan diri memiliki kerohanian yang palsu, mereka adalah pembohong. ... Jadi apa yang seharusnya menjadi dasar untuk menilai apakah seseorang itu benar-benar mengenal dirinya sendiri? Jangan menilainya hanya dari apa yang mereka katakan. Engkau juga harus melihat apa yang benar-benar terwujud dalam diri mereka, cara termudah adalah lihatlah apakah mereka mampu menerapkan kebenaran—inilah yang terpenting. Kemampuan untuk menerapkan kebenaran membuktikan apakah mereka benar-benar mengenal diri mereka sendiri, karena mereka yang benar-benar mengenal diri sendiri memperlihatkan adanya pertobatan, dan hanya ketika orang memperlihatkan adanya pertobatan dalam diri mereka, barulah mereka benar-benar mengenal diri mereka sendiri. Misalnya, seseorang mungkin tahu bahwa dirinya curang, bahwa dirinya penuh tipuan dan rencana picik, dan dia mungkin juga mampu mengetahui kapan orang lain menyingkapkan kecurangan. Dalam kasus seperti itu, setelah dia mengatakan dirinya curang dalam beberapa hal, lihatlah apakah dia benar-benar bertobat dan menyingkirkan kecurangannya. Dan jika dia kembali menyingkapkan kecurangan, lihatlah apakah dia merasakan penyesalan dan rasa malu karena telah bersikap curang, lihatlah apakah dia dengan tulus menyesal. Jika dia tidak punya rasa malu, apalagi bertobat, maka pengenalan dirinya hanyalah sepintas lalu dan sembrono. Dia hanya asal-asalan; pengenalan dirinya bukanlah pengenalan yang benar" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Pengenalan Diri yang Menopang dalam Pengejaran Kebenaran"). Merenungkan firman Tuhan, aku sadar aku kurang mampu menilai dan memilih orang untuk ditempatkan. Penilaian kita akan orang lain tak boleh hanya didasari pemahaman yang mereka nyatakan. Kuncinya adalah melihat cara mereka mendekati masalah yang dihadapi dan yang mereka lakukan. Mereka yang sungguh cinta kebenaran dapat menerima kebenaran, dan bila terjadi sesuatu, mereka bisa mencari kebenaran dan merenungkan diri, mereka bisa bertobat dan berubah setelah tahu faktanya. Mereka yang tidak cinta kebenaran mungkin akan berkata manis, tapi terus berbuat sesuka hati mereka tanpa menerapkan kebenaran sama sekali. Betapapun baik dan dalam kearifan mereka kelihatannya, semua itu palsu. Seperti orang Farisi—ucapan mereka terdengar baik, sangat tinggi, tapi dalam hati mereka benci kebenaran. Mereka sama sekali tidak menerapkan firman Tuhan atau mengikuti perintah Tuhan. Ketika Tuhan Yesus tampil dan bekerja, mereka mati-matian menentang dan menghukum Dia untuk melindungi status dan kehidupan mereka. Akhirnya, mereka memaku Dia di kayu salib, melakukan dosa yang paling keji. Jelas sekali, pengetahuan spiritual yang selalu dibicarakan orang Farisi hanya untuk didengarkan orang, mendapat pujian dan penghormatan dari orang lain. Semua itu palsu.

Dalam interaksiku dengan Yang Can, kupikir dia bisa menerima kebenaran karena bisa mengakui naturnya congkak dan berkata dia bersedia bertobat. Tapi kenyataannya, dia hanya mengatakannya di depanku agar aku berpikir dia bisa terima dipangkas dan ditangani. Dia melakukannya sebagai topeng untuk menjaga nama dan statusnya, membuat citra palsu untuk menipu dan membodohiku. Dia sama sekali tidak menerima kebenaran. Dia tak punya kesadaran diri, apa lagi bertobat atau berubah. Jadi, dia ingin memimpin ke mana pun dia pergi dan ingin semua orang menurutinya. Tak ada yang bisa bekerja bersamanya, sehingga pekerjaan mereka berantakan. Dia bahkan melempar kesalahan, berkata saudari lain kurang berkualitas agar aku berpikir pekerjaan dirugikan gara-gara saudari itu. Semua yang dia katakan dan perbuat adalah akting, bermaksud untuk menipu, tapi aku bodoh, buta dan kurang kearifan. Aku benar-benar termakan kebohongannya, maka kupindahkan saudari itu dan melihat Yang Can bertanggung jawab dan menanggung beban dalam tugas. Akhirnya pekerjaan gereja tertunda. Aku buta dalam segala hal! Aku merasa sangat menyesal dan bersalah saat menyadarinya, terutama saat membaca firman Tuhan ini: "Pemimpin palsu semuanya buta. Mereka tidak memahami masalah apa pun. Mereka tak mampu mengenali siapa orang jahat atau siapa orang tidak percaya. Mereka tetap tidak sadar ketika orang mencampuri atau mengganggu pekerjaan gereja, dan bahkan memberikan kedudukan penting kepada orang bodoh. Pemimpin palsu menaruh kepercayaan besar kepada semua orang yang mereka promosikan, dengan senang hati memercayakan pekerjaan penting kepada mereka. Hal ini mengakibatkan orang-orang ini mengacaukan pekerjaan dan menyebabkan kerugian besar terhadap kepentingan rumah Tuhan—sementara para pemimpin palsu itu berpura-pura tidak mengetahui apa pun tentang hal itu. ... Fakta bahwa mereka memakai orang yang salah, sudah merupakan kesalahan yang sangat besar, dan setelahnya mereka memperparah kesalahan mereka dengan tidak pernah mengajukan pertanyaan, tidak berusaha mencari informasi lebih lanjut, ataupun menyelidiki pekerjaan orang ini; mereka juga tidak mengawasi atau mengamati. Yang mereka lakukan hanyalah menoleransi orang yang bertindak dengan sembrono ini. Seperti itulah cara kerja para pemimpin palsu. Setiap kali suatu pekerjaan kekurangan orang, pemimpin palsu dengan senang hati mengatur seseorang untuk menjadi penanggung jawab dan sesudah itu, mereka lepas tangan; mereka tidak pernah memeriksa pekerjaan itu, atau benar-benar pergi menemui orang tersebut, mengamati dirinya, dan berusaha mencari informasi lebih lanjut. Di wilayah tertentu, situasinya tidak kondusif untuk bertemu dan bercakap-cakap dengan mereka, tetapi engkau harus menanyakan tentang pekerjaan mereka, dan mencari cara untuk menanyakan apa yang telah mereka kerjakan, dan bagaimana mereka mengerjakannya: bertanyalah kepada saudara-saudari itu, atau kepada seseorang yang dekat dengan mereka. Dapatkah engkau melakukan hal ini? Namun, para pemimpin palsu bahkan tidak mengajukan pertanyaan apa pun, sebesar itulah keyakinan mereka. Pekerjaan mereka adalah mengadakan pertemuan dan mengkhotbahkan doktrin, dan ketika pertemuan selesai dan pengaturan kerja telah dibuat, mereka tidak melakukan apa-apa lagi; mereka tidak pergi untuk melihat apakah orang yang mereka pilih mampu melakukan pekerjaan nyata. Pada awalnya, engkau tidak memahami seseorang, tetapi berdasarkan kualitas dirinya, dan perilaku serta antusiasmenya, engkau merasa dia cocok untuk pekerjaan ini dan memakainya—tidak ada yang salah mengenai hal ini, karena tak seorang pun tahu bagaimana nantinya perubahan orang tersebut. Namun, setelah engkau mempromosikannya, bukankah engkau harus menyelidiki apakah dia melakukan pekerjaan nyata atau tidak, bagaimana cara dia bekerja, dan apakah selama ini dia berusaha bersikap licin, malas, dan asal-asalan? Inilah tepatnya yang harus kaulakukan, tetapi engkau tidak melakukan apa pun, engkau sama sekali tidak bertanggung jawab—dan ini artinya engkau adalah pemimpin palsu, dan engkau harus digantikan dan diusir" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Firman Tuhan menyingkap pemimpin palsu macam ini, yang tidak melakukan kerja nyata, yang asal-asalan dan tanpa prinsip menaikkan jabatan dan melatih orang lain, dan yang secara acak menugasi orang yang tidak sesuai prinsip dengan tugas penting. Mereka juga sangat tidak bertanggung jawab, dan ketika menunjuk seseorang yang salah, mereka tidak mengawasi atau memantau pekerjaan orang itu; mereka pergi begitu orang tersebut sudah di posisinya. Ini sungguh mengacaukan pekerjaan gereja. Aku merasa jahat memikirkan semua perbuatanku. Bukankah aku pekerja palsu yang selain kurang kearifan dan wawasan, juga tidak melakukan kerja nyata? Yang Can jelas orang yang congkak di jalan antikristus, mengacaukan tim, menyerang dan mengekang saudara-saudari. Tapi aku tak tahu sama sekali tentang hal ini, dan percaya semua yang dikatakannya, bertindak sebagai tamengnya, mengizinkan dia merusak dan mengganggu pekerjaan gereja. Mataku terbuka tapi aku buta! Awalnya aku kurang kearifan dan memilih Yang Can, tapi saat performa kerjanya terus buruk, aku tidak memeriksanya atau mempelajari situasi pekerjaannya, dan saat pemimpin dan rekan kerjaku mengatakannya, aku tetap tidak memikirkannya, malah memilih percaya saja pada apa yang kulihat. Akibatnya pekerjaan tidak bagus dipertahankan beberapa bulan. Lebih parahnya, aku tahu benar pekerjaan yang dikepalai Yang Can berantakan, tapi aku tetap merasa dia berbakat dan mengatur agar dia melatih staf baru. Hasilnya, karena dia meremehkan dan suka menyerang, saudara-saudari hidup dalam kesalahpahaman dan sikap negatif, memengaruhi pekerjaan mereka. Seandainya aku sedikit bertanggung jawab dan ingin mencari, aku sudah memantau dan mengawasi pekerjaan Yang Can, dan tak akan memakan waktu lama menemukan permasalahannya. Hal ini sangat merugikan pekerjaan. Pemimpin atau pekerja yang memiliki rasa tanggung jawab dan takut akan Tuhan menanggung beban dan melakukan semua sesuai prinsip. Mereka berhati-hati dalam mengangkat dan menunjuk pekerja, mereka meneliti orang itu, kemudian lanjut mengawasi pekerjaan mereka untuk melihat apakah mereka mampu untuk pekerjaan itu. Terutama kalau tak yakin, mereka lebih mengawasi dan mencermati, memindahkan atau memecat begitu mendapati orang itu tak cocok. Hal ini mencegah kerugian pekerjaan gereja akibat salah pilih. Tapi memilih Yang Can sudah menentang prinsip, dan setelahnya, aku tidak mengawasi atau memantau pekerjaannya. Aku lalai dalam tugas dan tidak bertanggung jawab. Aku tipe pekerja palsu yang tidak melakukan kerja nyata seperti yang diungkapkan firman Tuhan.

Aku merasa tak tenang lama setelahnya. Aku tahu Yang Can sangat congkak, lalu kenapa aku tidak mengawasi pekerjaannya? Kenapa aku sangat percaya kepadanya meski semua orang sudah memperingatkan? Aku memikirkannya berulang-ulang. Kemudian suatu hari, aku membaca firman Tuhan ini. "Para pemimpin palsu juga memiliki kelemahan besar: mereka cepat memercayai orang berdasarkan imajinasi mereka sendiri. Dan ini disebabkan karena tidak memahami kebenaran, bukan? Bagaimana firman Tuhan menyingkapkan esensi umat manusia yang rusak? Mengapa mereka memercayai manusia padahal Tuhan tidak? Tuhan tidak menilai orang berdasarkan penampilan mereka, melainkan selalu memeriksa hati mereka—jadi mengapa pemimpin palsu begitu sembarangan ketika mereka menilai orang lain dan menaruh kepercayaan pada diri mereka? Pemimpin palsu terlalu sombong, bukan? Yang mereka pikirkan adalah, 'Aku tidak salah ketika melihat orang ini. Tidak akan pernah ada masalah nantinya; mereka pasti bukan orang yang suka bermain-main, yang suka bersenang-senang dan membenci kerja keras. Mereka benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Mereka tidak akan berubah; jika mereka berubah, itu pasti berarti aku keliru tentang mereka, bukan?' Logika macam apa ini? Apakah engkau sejenis orang yang ahli? Apakah engkau memiliki penglihatan sinar-x? Inikah keahlian khususmu? Engkau bisa saja hidup bersama orang ini selama satu atau dua tahun, tetapi akankah engkau mampu melihat siapa diri mereka yang sebenarnya tanpa lingkungan yang cocok untuk menyingkapkan natur dan esensi mereka sepenuhnya? Jika mereka tidak disingkapkan oleh Tuhan, engkau bisa saja hidup berdampingan dengan mereka selama tiga atau bahkan lima tahun dan pasti tetap bergumul untuk melihat natur dan esensi seperti apa yang mereka miliki. Dan betapa lebih sulit lagi jika engkau jarang bertemu dengan mereka, jarang bersama dengan mereka? Engkau dengan begitu saja memercayai mereka berdasarkan kesan sekilas atau penilaian positif orang lain tentang mereka, dan berani memercayakan pekerjaan gereja kepada orang-orang semacam itu. Dalam hal ini, bukankah engkau terlalu buta? Bukankah engkau bersikap terburu nafsu? Dan bukankah para pemimpin palsu bersikap sangat tidak bertanggung jawab ketika mereka bekerja seperti ini?" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Jika sikapmu adalah menentang dengan keras kepala, menolak kebenaran, tidak mau menerima saran orang lain, tidak mencari kebenaran, hanya percaya pada dirimu sendiri, dan hanya melakukan apa yang kauinginkan—jika inilah sikapmu terhadap apa pun yang Tuhan lakukan dan inginkan, maka bagaimana reaksi Tuhan? Tuhan tidak akan memedulikanmu, Dia akan mengesampingkanmu. Bukankah engkau keras kepala? Bukankah engkau congkak? Bukankah engkau selalu menganggap dirimu benar? Jika engkau tidak taat, jika engkau tak pernah mencari, jika hatimu sama sekali tertutup bagi Tuhan dan menentang-Nya, maka Tuhan tidak akan memedulikanmu. Mengapa Tuhan tidak memedulikanmu? Karena jika hatimu tertutup bagi Tuhan, dapatkah engkau menerima pencerahan Tuhan? Dapatkah engkau merasakan ketika Tuhan menegurmu? Ketika orang keras kepala, ketika natur mereka yang kejam dan jahat sedang berperan, mereka tidak merasakan apa pun yang Tuhan lakukan, semua itu sia-sia—jadi Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang tidak ada gunanya. Jika engkau memiliki sikap menentang yang keras kepala seperti ini, yang akan Tuhan lakukan hanyalah tetap menyembunyikan diri-Nya darimu, Tuhan tidak akan melakukan hal-hal yang tak berguna. Jika engkau menentang dengan keras kepala seperti ini, dan tertutup seperti ini, Tuhan tidak akan pernah secara paksa melakukan apa pun dalam dirimu, atau memaksakan apa pun terhadapmu, Dia tak akan pernah terus berusaha berulang kali menggerakkan dan mencerahkanmu—Tuhan tidak bertindak dengan cara seperti ini. Mengapa Tuhan tidak bertindak dengan cara seperti ini? Terutama karena Tuhan telah melihat jenis watak tertentu dalam dirimu, watak buas yang muak akan kebenaran dan tidak menerima penalaran apa pun. Dan menurutmu, dapatkah orang mengendalikan binatang buas pada saat kebuasannya sedang berperan? Apakah teriakan dan jeritan terhadapnya ada gunanya? Apakah bernalar dengannya atau menenangkannya ada gunanya? Apakah orang berani mendekatinya? Ada cara yang baik untuk menggambarkan hal ini: itulah sikap tak mau menerima penalaran apa pun. Ketika kebuasan orang sedang berperan dan mereka tidak mau menerima penalaran apa pun, apa yang akan Tuhan lakukan? Tuhan tidak akan memedulikan mereka. Apa lagi yang perlu Tuhan katakan kepadamu jika engkau tidak mau menerima penalaran apa pun? Berkata lebih banyak tidak ada gunanya. Dan ketika Tuhan tidak memedulikanmu, apakah engkau diberkati, ataukah engkau menderita? Apakah engkau memperoleh manfaat ataukah mengalami kerugian? Tentu saja engkau akan mengalami kerugian. Dan siapa yang menyebabkan hal ini? (Kami yang menyebabkannya.) Engkaulah yang menyebabkannya. Tak seorang pun memaksamu bertindak seperti ini, tetapi engkau tetap merasa kesal. Bukankah engkau sendiri yang menyebabkan ini terjadi pada dirimu? Tuhan tidak memedulikanmu, engkau tidak dapat merasakan Tuhan, ada kegelapan dalam hatimu, hidupmu mengalami kerugian—dan bukankah engkau sendirilah yang menyebabkan ini terjadi pada dirimu, engkau memang pantas menerimanya!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga").

Firman Tuhan mengungkap keadaanku dengan tepat. Aku sama sekali tidak mencari prinsip kebenaran dalam tugas. Aku percaya diri, congkak dan teguh pendirian. Berulang kali aku diperingatkan tapi tidak kudengarkan, dan dengan keras kepala bergantung pada gagasanku sendiri. Aku sungguh keterlaluan. Sebelumnya, aku tak kenal Yang Can sama sekali, dan ketika mendengar penilaian orang lain terhadapnya, aku berpegang pada bayanganku sendiri, berpikir dia hanya berwatak congkak, dan itu bukan masalah besar. Aku bersekutu dan mengungkapkan dia, dan kulihat sepertinya dia menerimanya dan memperlihatkan pertobatan, kupikir dia menerima kebenaran. Aku begitu percaya pada penglihatanku dan tak ada niat mencari tahu. Aku membaca firman Tuhan berkata: "Tuhan tidak menilai orang berdasarkan penampilan mereka, melainkan selalu memeriksa hati mereka—jadi mengapa pemimpin palsu begitu sembarangan ketika mereka menilai orang lain dan menaruh kepercayaan pada diri mereka? Pemimpin palsu terlalu sombong, bukan?" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Tuhan adalah Tuhan pencipta dan menyelidiki segala sesuatu. Tuhan tidak berpegang pada penampilan orang. Aku adalah orang yang rusak yang tak punya kebenaran atau wawasan akan apa pun, tapi aku begitu congkak, percaya apa yang sekilas kullihat, begitu saja percaya Yang Can, dan mengangkatnya menjadi ketua tim. Betapa pun aku diperingatkan atau pekerjaannya buruk, aku tetap yakin aku tak salah menilai dia. Hal itu menunda pekerjaan selama beberapa bulan. Aku begitu congkak dan teguh pendirian. Bagaimana kalau melakukan tugas seperti itu? Aku melakukan kejahatan! Manusia dirusak oleh Iblis, dan watak rusak kita sudah berakar. Sebelum memperoleh kebenaran dan mengubah watak, kita hidup menuruti watak jahat kita. Kita congkak dan culas, sangat tak bisa dipercaya. Seperti apa natur dan esensi seseorang, jika kita tidak memahami kebenaran, dan tidak lama mengenal mereka, sulit untuk dikatakan. Tapi aku congkak dan percaya diri. Aku tak paham kebenaran dan tak bisa menyelidiki orang, tapi dengan keras kepala bergantung pada pandangan dan bayanganku sendiri. Betapapun sudah diingatkan, aku menolak ucapan mereka. Aku terus melakukan apa yang kuinginkan. Aku sungguh keterlaluan. Aku ingat Tuhan berkata bahwa "keras kepala, congkak, dan tidak menaati kebenaran" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pada Saat Engkau Melihat Tubuh Rohani Yesus, Tuhan Sudah Menciptakan Langit dan Bumi yang Baru"). Mereka penuh gagasan dan bayangan akan pekerjaan Tuhan. Saat Tuhan Yesus muncul untuk bekerja, mereka dengan teguh berpegang pada gagasan sendiri. Betapapun berkuasa dan kuat pekerjaan dan firman Tuhan Yesus, mereka sama sekali tidak terima, tapi mati-matian menentang dan menghukum Dia, akhirnya memaku Dia di kayu salib. Sifat keras kepala, congkak, dan sifat tak masuk akal mereka, mendorong mereka menolak pekerjaan Tuhan, tapi malah menghukum dan menentang Tuhan, dan akhirnya membuat mereka dihukum dan dikutuk Tuhan. Kulihat watak yang kutunjukkan persis seperti watak orang Farisi, dan aku berada di jalan orang Farisi yang menentang Tuhan. Jika aku tidak memperbaiki watak congkak dan teguh pendiranku, akibatnya aku menentang Tuhan, dan cepat atau lambat menyinggung watak Tuhan, ditinggalkan dan disingkirkan oleh Dia. Menyadarinya sungguh menakutkan bagiku dan aku buru-buru berdoa, mengaku dosa dan bertobat.

Kemudian aku membaca firman Tuhan berkata: "Apa pun yang kaulakukan, engkau harus belajar bagaimana mencari dan menaati kebenaran; asalkan suatu hal sesuai dengan prinsip kebenaran, maka hal itu benar. Bisa saja hal itu adalah perkataan anak kecil, atau perkataan saudara-saudari muda yang biasa-biasa saja, tetapi asalkan perkataan itu sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerima dan menaatinya, dan hasil dari bertindak seperti itu akan baik, dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang penting adalah apa motifmu, dan apa prinsip dan caramu dalam menangani segala sesuatu. Jika prinsip dan caramu dalam menangani segala sesuatu berasal dari kehendak manusia, dari ide dan gagasan manusia, dari falsafah Iblis, maka prinsip dan caramu tidak praktis, dan pasti tidak akan efektif, karena sumber dari prinsip dan caramu itu salah, dan tidak sesuai dengan prinsip kebenaran. Jika pandanganmu sesuai dengan prinsip kebenaran, dan engkau menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip kebenaran, maka engkau pasti akan menanganinya dengan benar, dan meskipun, pada waktu itu, orang tidak menerimanya, atau memiliki gagasan, atau menentangnya, setelah beberapa waktu engkau akan divalidasi. Segala sesuatu yang sesuai dengan prinsip kebenaran dampaknya akan jauh lebih baik; segala sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip kebenaran mungkin sesuai dengan gagasan orang pada waktu itu, tetapi akibatnya akan jauh lebih buruk, dan semua orang akan mengonfirmasi hal ini. Apa pun yang kaulakukan tidak boleh tunduk pada kendali manusia atau aturanmu sendiri; engkau harus terlebih dahulu berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, dan kemudian semua orang harus menyelidiki dan mempersekutukannya bersama. Dan apa tujuan bersekutu? Tujuannya adalah melakukan segala sesuatu dengan tepat sesuai dengan kehendak Tuhan, dan bertindak selaras dengan kehendak Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan untuk Mengatasi Watak yang Rusak"). Membaca firman itu memberiku jalan untuk maju. Saat menghadapi sesuatu, kita harus mencari kebenaran. Tak boleh congkak atau bertindak mengikuti gagasan dan bayangan sendiri. Kita harus kesampingkan diri, minta masukan dan dengarkan orang lain, dan bertindak sesuai prinsip kebenaran. Hanya melakukan tugas dengan cara ini kita bisa mendapatkan bimbingan Tuhan dan membuahkan hasil dalam pekerjaan kita. Dengan melakukannya kita juga yakin kita tidak berbuat jahat dan menentang Tuhan. Aku memetik pelajaran dari kegagalan ini dan bekerja sesuai firman Tuhan, mencari saran orang lain saat ada masalah, dan berhenti bergantung pada opini dan gagasan sendiri.

Tak lama kami melihat bahwa sejak Wang Juang diangkat menjadi pengawas, kemajuan kerja timnya tampak terseok-seok. Aku dan beberapa rekan kerja mendiskusikannya. Xin Yi bertanya-tanya apa mungkin ada kaitannya dengan Wang Juan. Aku berpikir meski Yang Juan agak congkak, sepertinya dia sangat menantikan kebenaran, dan tampak sangat tulus saat diperlihatkan bahwa dia bermasalah. Aku merasa bukan dia masalahnya. Aku sudah ingin mengutarakan pendapatku saat teringat pelajaran yang kupetik dari kegagalanku sebelumnya. Saat Xin Yi mengatakan Wang Juan mungkin bermasalah, dan aku tak tahu yang sebenarnya, tak yakin akan persoalan ini, aku tak boleh congkak dan keras kepala. Aku teringat firman Tuhan: "Jika orang ingin dicerahkan dan dibimbing oleh Tuhan, dan menerima kasih karunia Tuhan, sikap seperti apakah yang harus mereka miliki? Mereka harus sering memiliki sikap yang mencari dan taat di hadapan Tuhan. Entah engkau sedang melaksanakan tugasmu, berinteraksi dengan orang lain, atau menangani beberapa masalah tertentu yang terjadi pada dirimu, engkau harus memiliki sikap mencari dan taat" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Tanpa benar-benar memahami situasi, apakah hasil kerja yang buruk berkaitan dengan Wang Juan aku tak boleh menghakimi dengan membabi buta. Aku harus punya pemahaman nyata akan segalanya dan mendengarkan saran semua orang, lalu membuat keputusan berdasarkan prinsip. Kemudian, dengan mengajukan pertanyaan praktis, dan bersekutu tentang kebenaran terkait bersama rekan kerja lain, aku mengetahui Wang Juan memiliki watak congkak, jahat, dan culas. Untuk menjaga nama dan status, dalam diskusi kerja bersama yang lain, dia selalu mengumbar opininya yang muluk-muluk dan memamerkan pengetahuan profesionalnya untuk diam-diam menjatuhkan pandangan yang lain dan membuat mereka menurutinya. Dan agar orang lain tak berkata dia otokratis, dia akan pura-pura berkata dengan rendah hati, "Aku tak yakin aku benar," atau "Mungkin aku tak benar," membuat orang berpikir dia tahu apa yang dia kerjakan, membabi buta setuju dengannya, dan menuruti kemauannya. Akibatnya, pekerjaan mereka selalu tertunda dan tak ada kemajuan. Kelihatannya Wang Juan mencari opini yang lain, dalam hati, dia sama sekali tidak menerima kebenaran. Dia memakai topeng untuk menutupi natur otoriternya, untuk mengecoh dan mengendalikan orang lain, dan membuat mereka menurutinya. Kemudian kami membaca firman Tuhan tentang mengandalkan bakat dalam pekerjaan, di sana lebih jelas ditunjukkan bahwa Wang Juan tidak memahami prinsip. Dia hanya memanfaatkan kepandaiannya bicara, daya ingat yang bagus, dan sekumpulan doktrin untuk pamer, tapi sesungguhnya, dia tak punya jalan penerapan. Berdasarkan performanya yang konsisten, kami melihat dia berada di jalan antikristus dan memecatnya sesuai prinsip. Setelah pemecatannya, pekerjaan tim yang tertunda segera teratasi dan mendapat kemajuan.

Lewat pengalaman ini aku sungguh paham bahwa tanpa mencari prinsip kebenaran dalam bertugas, dan hanya mengandalkan watak congkak dalam bertindak berarti kita bisa berbuat jahat dan menentang Tuhan kapan saja, dengan demikian menyinggung watak-Nya. Aku juga mengerti pentingnya mencari kebenaran dan memandang orang serta segala sesuatu sesuai firman Tuhan. Ini satu-satunya cara agar terhindar berbuat salah dan dapat memuaskan Tuhan dalam tugas. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Iman: Sumber Kekuatan

Oleh Saudara Ai Shan, Myanmar Musim panas terakhir. Aku mempelajarinya di internet dan orang lain mempersekutukan banyak kebenaran denganku...