Bisakah Orang Masuk ke dalam Kerajaan Surga karena Kerja Keras?
Aku dilahirkan dalam keluarga Katolik. Sejak aku kecil, nenekku mengajarkanku cara berdoa dan menjalankan ritual-ritual Katolik. Ketika aku...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Dalam hal masuk ke dalam kerajaan surga, banyak orang berpikir, "Karena kita sudah percaya kepada Tuhan dan dosa-dosa kita telah diampuni, ketika Tuhan datang kembali, Dia akan langsung mengangkat kita ke dalam kerajaan-Nya." Orang-orang lainnya yang percaya bahwa hanya orang kuduslah yang bisa melihat Tuhan, lalu berpikir, "Kita hanya bisa terus berbuat dosa—kita belum terlepas dari belenggu dosa, jadi bisakah kita benar-benar masuk ke dalam kerajaan surga?" Untuk menjawab pertanyaan ini, sebagian orang mungkin berkata, "Meskipun kita berdosa, Tuhan Yesus adalah korban penghapus dosa kita untuk selamanya, jadi Dia akan mengampuni kita asalkan kita mengakui dosa kita kepada-Nya. Dengan demikian, Dia tidak akan menganggap kita berdosa, dan kita akan bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya." Namun menurutku tidak demikian, karena Alkitab berkata: "Karena jika kita dengan sengaja berbuat dosa setelah menerima pengetahuan kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu" (Ibrani 10:26). Ini membuktikan bahwa korban penghapus dosa bersifat terbatas. Orang yang mengenal jalan yang benar tetapi terus berbuat dosa tidak akan menerima keselamatan Tuhan. Jadi bagaimana cara kita masuk ke dalam kerajaan surga? Aku tak pernah mampu menjawabnya—setelah aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, barulah kutemukan jalan penyucian dan jalan masuk ke dalam kerajaan Tuhan.
Aku terlahir dalam keluarga Kristen, dan menghadiri ibadah bersama orangtuaku sejak kecil. Aku juga aktif dalam kegiatan gereja. Setelah dewasa, aku jauh lebih bersemangat mengorbankan diriku untuk Tuhan. Terkadang aku menemani pendeta untuk mengadakan pertemuan doa di luar kota. Namun, sekalipun sangat bersemangat, aku tidak mendapatkan kepuasan dari ibadah-ibadah itu. Khotbah pendeta selalu tentang hal usang yang sama. Tidak ada pencerahan baru. Dan secara pribadi, aku sering tak mampu hidup sesuai dengan ajaran Tuhan. Aku selalu terjebak dalam siklus berbuat dosa dan mengaku dosa. Contohnya, ketika aku melihat ibuku memberi saudaraku hadiah atau uang tetapi jarang memberiku apa-apa, aku jadi iri dan marah lalu mengeluh tentang dia. Dalam pelayananku untuk gereja, setiap kali pendeta memberiku tugas, aku berpikir dia pasti menyukaiku dan menganggapku baik. Aku merasa dipenuhi rasa bangga dan bahkan memandang rendah rekan sekerjaku yang lain. Alkitab berkata: "Usahakankah hidup damai dengan semua orang dan dalam kekudusan, karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan" (Ibrani 12:14). Namun, aku masih dipenuhi iri hati, kebencian dan sikap yang merendahkan. Aku tak bisa hidup rukun dengan keluargaku, apalagi mengasihi orang lain seperti mengasihi diriku sendiri dan hidup harmonis dengan semua orang. Tuhan itu kudus; bagaimana mungkin orang sepertiku benar-benar menerima pujian-Nya dan masuk ke dalam kerajaan-Nya? Aku benar-benar bingung, jadi aku mencari bantuan dari pendeta dan jemaat gereja lainnya. Namun pendeta hanya berkata, "Sebagai orang percaya, dosa-dosa kita telah diampuni. Korban penghapus dosa Tuhan Yesus berlaku untuk selamanya. Jadi mengenai semua dosa yang kita lakukan di masa lalu dan di masa depan, asalkan kita berdoa dan mengaku kepada Tuhan, Dia akan mengampuni kita tanpa syarat. Lalu Tuhan akan menganggap kita tidak berdosa dan kita akan diizinkan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Kita harus beriman kepada Tuhan." Namun mendengar perkataan pendeta tidak menyelesaikan kebingunganku. Tuhan mengampuni dosa kita, tetapi mengapa Alkitab juga berkata, "Karena jika kita dengan sengaja berbuat dosa setelah menerima pengetahuan kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu" (Ibrani 10:26)? Ini membuktikan bahwa Tuhan tidak akan mengampuni dosa kita tanpa syarat untuk selamanya. Aku masih belum mendapat kejelasan, dan hanya bisa menghibur diri dengan berpikir: Kasih Tuhan tak terbatas dan tak terhingga, jadi mungkin pendeta benar. Asalkan aku terus berdoa dan mengaku dosa, Tuhan tak akan lagi menganggapku berdosa, dan ketika Dia datang kembali, Dia akan mengangkatku ke dalam kerajaan surga. Setelah itu, aku hanya terus membaca Alkitab dan menghadiri ibadah, berharap aku akan masuk ke dalam kerajaan Tuhan ketika Dia datang.
Beberapa waktu kemudian, aku bertemu dua orang saudari secara daring. Kami sering mengobrol, saling mendorong dan memotivasi dalam iman kami dan membagikan pemikiran kami. Suatu hari, salah seorang dari mereka bertanya kepadaku, "Apa harapan terbesarmu sebagai orang percaya?" Tanpa ragu sedikit pun, aku berkata, "Tentu saja, masuk ke dalam kerajaan Tuhan!" Lalu dia bertanya, "Tahukah kau orang macam apa yang bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan?" Ketika dia mengatakan itu, aku berpikir dalam hatiku, "Ini justru hal yang membingungkanku. Pendeta dan jemaat gereja semuanya berkata bahwa dengan percaya kepada Tuhan dan dibaptis dalam nama-Nya, dosa-dosa kita telah diampuni dan kita bisa masuk ke dalam kerajaan surga. Apakah pertanyaannya ini berarti dia punya pendapat yang berbeda?" Lalu dia berkata, "Dahulu kupikir dalam beriman, asalkan kita menerima nama Tuhan, dan berdoa serta mengaku dosa dalam nama-Nya, Tuhan akan mengampuni dosa kita. Lalu, ketika Dia datang kembali, Dia akan mengangkat kita ke dalam kerajaan surga. Namun kemudian aku sadar bahwa meskipun dosa kita diampuni dengan percaya kepada Tuhan, kita masih cenderung berbuat dosa dan menentang Dia. Contohnya: Tuhan menuntut agar kita mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri, bersabar, serta menjadi garam dan terang untuk memuliakan Dia, tetapi kita selalu terjebak dalam perdebatan tentang hal-hal yang remeh. Kita menyalahkan Tuhan dan mengkhianati-Nya saat menghadapi bencana dan ujian. Kita hanya bekerja dan mengorbankan diri agar menerima berkat dan bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya. Ini artinya berusaha bertransaksi dengan Tuhan. Hidup seperti ini tidaklah sejalan dengan maksud Tuhan. Alkitab dengan jelas menyatakan: 'Karena itu jadilah kudus, sebab Aku ini kudus' (Imamat 11:45). 'Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, siapa saja yang melakukan dosa adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tinggal di rumah selamanya: tetapi Anak tetap tinggal selama-lamanya' (Yohanes 8:34-35). Tuhan itu kudus dan benar, dan kerajaan surga berada di bawah kekuasaan-Nya. Itu adalah tanah yang kudus. Tuhan tidak akan membiarkan hal najis mencemari tanah kudus-Nya. Mereka yang selalu berbuat dosa, menentang, dan memberontak terhadap Tuhan masih merupakan hamba dosa, dan sama sekali tak bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan." Setelah mendengar persekutuan saudari itu, aku berkata, "Kau benar. Dalam beriman, kita sering berbohong dan berbuat dosa dan tak mampu membebaskan diri dari dosa. Aku telah mengalami hal ini secara mendalam. Hal ini selalu membingungkanku. Dapatkah kita benar-benar masuk ke dalam kerajaan Tuhan jika seperti ini? Aku telah meminta nasihat pendeta dan jemaat gereja lainnya, tetapi tak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Melalui persekutuan kami, akhirnya aku memperoleh sedikit pemahaman. Orang-orang yang selalu berbuat dosa dan belum disucikan tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Namun aku masih belum mengerti, mengapa kita terus berbuat dosa padahal, sebagai orang percaya, Tuhan telah mengampuni kita?"
Untuk menjawab pertanyaanku, saudari itu membacakan beberapa bagian firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Meskipun manusia telah ditebus dan diampuni dosanya, itu hanya dapat dianggap bahwa Tuhan tidak lagi mengingat pelanggaran manusia dan tidak memperlakukan manusia sesuai dengan pelanggarannya. Namun, ketika manusia hidup dalam daging dan belum dibebaskan dari dosa, dia hanya bisa terus berbuat dosa, tanpa henti menyingkapkan watak rusak Iblis dalam dirinya. Inilah kehidupan yang manusia jalani, siklus tanpa henti berbuat dosa dan meminta pengampunan. Mayoritas manusia berbuat dosa di siang hari lalu mengakui dosa di malam hari. Dengan demikian, sekalipun korban penghapus dosa selamanya efektif bagi manusia, itu tidak dapat menyelamatkan manusia dari dosa. Hanya separuh dari pekerjaan penyelamatan telah diselesaikan, karena watak manusia masih rusak. ... Tidak mudah bagi manusia untuk menyadari dosa-dosanya; manusia tidak dapat mengenali sifat dasarnya sendiri yang telah berakar begitu dalam. Hanya melalui penghakiman oleh firman, dampak seperti itu dapat dicapai. Hanya dengan demikian, manusia secara bertahap diubahkan dimulai dari titik tersebut hingga seterusnya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (4)"). "Meskipun Yesus datang di antara manusia dan melakukan banyak pekerjaan, Dia hanya menyelesaikan pekerjaan penebusan seluruh umat manusia dan melayani sebagai korban penghapus dosa manusia; Dia tidak membebaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menjadi korban penghapus dosa dan menanggung dosa manusia, tetapi juga menuntut Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang bahkan lebih besar untuk membebaskan manusia sepenuhnya dari wataknya yang telah dirusak oleh Iblis. Jadi, setelah manusia diampuni dari dosa-dosanya, Tuhan datang kembali menjadi daging untuk memimpin manusia memasuki zaman yang baru, dan memulai pekerjaan hajaran dan penghakiman. Pekerjaan ini telah membawa manusia ke dalam alam yang lebih tinggi. Semua orang yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya akan menikmati kebenaran yang lebih tinggi dan mendapatkan berkat yang lebih besar. Mereka akan benar-benar hidup dalam terang, dan mereka akan mendapatkan kebenaran, jalan, dan hidup" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Pengantar"). Setelah membaca firman Tuhan, dia kemudian menyampaikan persekutuannya: "Selama Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus hanya melakukan pekerjaan penebusan, bukan pekerjaan penyucian dan pengubahan manusia. Kita semua tahu bahwa di akhir Zaman Hukum Taurat Perjanjian Lama, orang-orang terancam hukuman mati karena tidak mematuhi hukum Taurat. Lalu, Tuhan itu sendiri menjadi daging dan disalibkan sebagai korban penghapus dosa bagi manusia, menebus manusia dari dosa-dosanya. Asalkan orang mengaku dosa dan bertobat kepada Tuhan, dosa mereka pun bisa diampuni, dan mereka bisa menikmati anugerah, damai sejahtera dan kebahagiaan yang Tuhan karuniakan. Pengampunan dosa ini maksudnya adalah tidak lagi dihukum mati di bawah hukum Taurat. Bukan berarti manusia sudah bebas dari dosa, terutama bukan berarti manusia tak akan pernah lagi berbuat dosa. Dosa kita diampuni melalui iman kita, tetapi natur berdosa kita masih sangat berakar di dalam diri kita. Kita dipenuhi watak Iblis di dalam diri kita, seperti kecongkakan, kesombongan, dan kejahatan. Sebagai contoh, kita bahkan melawan hati nurani kita sendiri, berbohong dan menipu, untuk melindungi kepentingan kita sendiri. Jika orang tidak bersikap seperti yang kita inginkan, kita marah dan mencela mereka. Kita bersaing untuk mendapatkan status dan mencari keuntungan, kita iri dan suka bertengkar. Kita juga mengejar tren-tren duniawi yang jahat dan menikmati kesenangan daging. Dan lain sebagainya. Kita tahu bahwa berbuat dosa tidaklah sesuai dengan maksud Tuhan dan kita sering datang ke hadapan Tuhan untuk bertobat dan mengaku dosa, tetapi kemudian kita terus berbuat dosa. Semua ini adalah hasil dari natur Iblis di dalam diri kita. Jika kita tidak membereskan sumber dari natur berdosa kita, maka dosa kita akan seperti rumput yang dipotong tangkainya, lalu langsung tumbuh kembali dari akarnya. Oleh karena itu, pada akhir zaman, Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman, sepenuhnya menyelesaikan masalah natur berdosa kita, mentahirkan dan mengubah watak rusak kita, sehingga kita tidak lagi berbuat dosa atau menentang Tuhan. Inilah satu-satunya cara agar layak masuk ke dalam kerajaan surga."
Setelah mendengarkan persekutuan saudari itu, aku mengerti bahwa pengampunan dosa hanya berarti bahwa Tuhan Yesus telah mengampuni dosa-dosa kita, bukan berarti kita tidak berdosa. Juga bukan berarti bahwa Tuhan akan mengampuni dosa kita tanpa batas, seperti yang telah dikatakan pendetaku. Persekutuan saudari ini sangat nyata, dan sepenuhnya sejalan dengan Alkitab: "Karena jika kita dengan sengaja berbuat dosa setelah menerima pengetahuan kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu" (Ibrani 10:26). Apa yang dikatakan pendeta membuatku sangat bingung. Tuhan itu kudus. Apakah Dia akan benar-benar membawa kita ke dalam kerajaan-Nya meski kita selalu berbuat dosa? Aku tak bisa memahaminya, jadi aku hanya memercayai apa yang pendeta katakan dan terus mempelajari Alkitab, berdoa dan mengaku dosa, serta berharap ketika Tuhan datang Dia tak akan melihat dosa-dosa kita, melainkan akan membawa kita langsung ke dalam kerajaan-Nya. Jika dipikirkan kembali, itu adalah gagasan yang sangat dibuat-buat. Saudari itu berkata bahwa Tuhan akan melakukan pekerjaan penghakiman untuk menyucikan manusia pada saat Dia datang kembali, jadi langsung kutanyakan padanya bagaimana sebenarnya Tuhan akan melakukan pekerjaan ini. Dengan sabar dia menjawab, "Alkitab berisi banyak nubuat tentang ini. Contohnya: 'Masih ada banyak hal lain yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak dapat menanggungnya saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran' (Yohanes 16:12-13). 'Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya: firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya di akhir zaman' (Yohanes 12:48). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan akan mengungkapkan kebenaran untuk menghakimi dan menyucikan manusia pada akhir zaman. Sekarang Tuhan Yesus telah datang kembali sebagai Tuhan Yang Mahakuasa yang berinkarnasi pada akhir zaman. Dia mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai di rumah Tuhan untuk menyelesaikan natur berdosa manusia dan watak Iblis dalam dirinya, dan pada akhirnya membebaskan manusia dari pengaruh Iblis." Kemudian, dia menunjukkan kepadaku video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Kristus akhir zaman menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan esensi manusia, dan membedah perkataan dan perbuatan manusia. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia seharusnya tunduk kepada Tuhan, bagaimana seharusnya manusia setia kepada Tuhan, bagaimana manusia seharusnya hidup dalam kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan sebagainya. Firman ini semuanya ditujukan pada esensi manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan berkaitan dengan bagaimana manusia merupakan perwujudan Iblis, dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan tidak hanya menjelaskan natur manusia dengan beberapa kata; Dia menyingkapkan dan memangkasnya dalam jangka panjang. Semua cara-cara penyingkapan dan pemangkasan yang beragam ini tidak bisa digantikan dengan perkataan biasa, tetapi dengan kebenaran yang sama sekali tidak dimiliki manusia. Hanya cara-cara seperti inilah yang dapat disebut penghakiman; hanya melalui penghakiman jenis inilah manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya tentang Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Yang dihasilkan oleh pekerjaan penghakiman adalah pemahaman manusia tentang wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan maksud-maksud Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami olehnya. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui esensi dirinya yang rusak dan akar penyebab dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua efek ini dihasilkan oleh pekerjaan penghakiman, karena esensi pekerjaan ini sebenarnya adalah pekerjaan membukakan jalan, kebenaran, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Menggunakan Kebenaran"). "Melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran ini, manusia akan sepenuhnya mengenali esensi yang najis dan rusak dalam diri mereka sendiri, dan mereka akan dapat sepenuhnya berubah dan disucikan. Hanya dengan cara ini manusia dapat dilayakkan untuk kembali menghadap takhta Tuhan. Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat ditahirkan dan diubahkan. Melalui penghakiman dan hajaran oleh firman-Nya, serta melalui pemurnian, manusia dapat membuang kerusakannya dan ditahirkan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (4)").
Saudari itu menyampaikan persekutuannya setelah video berakhir: "Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa terutama menggunakan kebenaran untuk menghakimi dan menyingkapkan natur Iblis dalam diri manusia dan berbagai watak jahat yang menentang dan berdosa terhadap Dia. Pada saat yang sama, Dia juga menjelaskan semua kebenaran yang harus kita terapkan dalam iman kita—contohnya, bagaimana menciptakan hubungan yang normal dengan Tuhan, bagaimana hidup dalam kemanusiaan yang normal, bagaimana mengasihi dan tunduk kepada Tuhan, bagaimana percaya dan melayani Tuhan sesuai dengan maksud-Nya dan banyak lagi. Melalui penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita bisa melihat seberapa dalam kita telah dirusak Iblis, dan bagaimana kita dipenuhi watak Iblis seperti kecongkakan, kesombongan, dan kejahatan. Kita sama sekali tidak hidup dalam keserupaan dengan manusia, tetapi menjadi perwujudan Iblis dan tidak layak untuk hidup di hadapan Tuhan. Kita juga mampu mengenal watak benar Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran, mulai membenci dan merasa muak akan diri kita sendiri serta bertobat kepada Tuhan. Kemudian watak rusak kita secara bertahap dapat berubah, dan kita akan memperoleh rasa takut akan Tuhan dan tunduk kepada-Nya." Setelah itu, dia membagikan beberapa pengalamannya. Dia berkata bahwa sebelumnya dalam beriman kepada Tuhan, dia mengira karena dia telah mengorbankan dirinya, telah banyak menyerahkan diri, mengalami kesukaran dan membayar harga bagi Tuhan, itu berarti dia telah menjadi orang yang paling mencintai Tuhan dan lebih baik dibanding orang lain. Dia menggunakan ini sebagai modal dan memandang rendah orang lain, menganggap dirinya yang paling layak diberi mahkota dan upah. Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, dia membaca firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkapkan umat manusia. Dia membaca bagian berikut ini: "Akan lebih baik bagi kalian untuk mencurahkan lebih banyak upaya demi kebenaran mengenal diri kalian sendiri. Mengapa engkau semua tidak berkenan bagi Tuhan? Mengapa watakmu adalah kejijikan bagi-Nya? Mengapa perkataanmu membangkitkan kebencian-Nya? Begitu engkau semua telah menunjukkan sedikit kesetiaan, engkau memuji dirimu sendiri dan menuntut upah untuk sumbangsih kecilmu; engkau memandang rendah orang lain ketika mampu memperlihatkan sedikit ketundukan, dan meremehkan Tuhan setelah menyelesaikan tugas kecil. ... Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau percaya kepada Tuhan, engkau tidak dapat hidup sesuai dengan Tuhan. Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau sama sekali tidak layak, engkau tetap saja menyombong. Tidakkah engkau semua merasa bahwa nalarmu sudah tumpul sedemikian rupa sampai-sampai engkau tidak lagi punya pengendalian diri?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). Dia merasa sedih dan malu setelah membaca bagian ini. Kemudian dia sadar bahwa sikapnya yang selalu menonjolkan diri dan merendahkan orang lain, keyakinannya bahwa dirinya layak dimahkotai, sepenuhnya disebabkan oleh natur Iblis yang congkak di dalam dirinya. Dia sadar bahwa pengorbanannya itu bukan karena dia ingin tunduk kepada Tuhan, melainkan dilakukan untuk mendapatkan berkat, untuk bertransaksi dengan Tuhan. Dia mulai memahami watak Iblis yang congkak dalam dirinya, juga ketidakmurnian imannya. Dia sadar bahwa dirinya penuh dengan watak Iblis tetapi masih dengan tanpa malu dan tidak masuk akal berharap untuk diberkati dan masuk ke dalam kerajaan surga. Dia mulai benci dan muak akan dirinya sendiri, dan tidak lagi berpikir dirinya lebih baik dibandingkan orang lain. Dia tak berani membual tentang cintanya kepada Tuhan atau menuntut agar Dia memberinya upah dan memahkotai dirinya. Sebaliknya, dia sadar bahwa dia harus menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan dengan cara yang jujur dan benar, berusaha untuk menyingkirkan watak rusaknya, dan berusaha sebaik mungkin melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan. Setelah mendengar persekutuannya, aku memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman-Nya pada akhir zaman. Kupikir kesaksian pengalamannya ini sangat nyata dan sangat membantuku. Aku teringat bagaimana aku pun sama saja—pendeta menyukaiku dan memercayakanku untuk melakukan tugas, jadi aku yakin bahwa aku lebih baik daripada saudara-saudariku dan aku memandang rendah mereka. Di rumah, aku selalu berpikir kehidupan semua orang harus berputar di sekitarku. Seperti itulah watakku yang congkak. Kupikir aku juga bisa ditahirkan dan diubah melalui penghakiman dan hajaran Tuhan pada akhir zaman. Kami berbincang hingga larut malam, dan aku memperoleh banyak makanan dan kepuasan rohani.
Kemudian, secara ekstensif aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan mendapati bahwa firman Tuhan tidak hanya menyingkap kebenaran di balik kerusakan manusia dan misteri pekerjaan Tuhan, tetapi juga menjelaskan secara mendetail cara menyingkirkan watak yang rusak, bagaimana menjalani kehidupan yang bermakna dan banyak aspek kebenaran lainnya. Aku sadar bahwa firman Tuhan Yang Mahakuasa adalah kebenaran dan suara Tuhan. Aku menjadi sangat yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali dan aku pun secara resmi menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku mengingat kembali bagaimana selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan aku hidup dalam dosa dan tak berdaya melepaskan diri dari cengkeraman dosa—aku begitu bingung tentang bagaimana masuk ke dalam kerajaan surga. Kini akhirnya aku menemukan jalan menuju penyucian dan kerajaan surga! Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Aku dilahirkan dalam keluarga Katolik. Sejak aku kecil, nenekku mengajarkanku cara berdoa dan menjalankan ritual-ritual Katolik. Ketika aku...
Oleh Saudari Jingmo, Malaysia Aku beruntung pada tahun 1997 menerima Injil Tuhan Yesus dan, saat aku dibaptis, pendeta berdoa dan...
Oleh Saudara David, VenezuelaAku punya banyak pekerjaan saat muda. Aku adalah supervisor penggajian untuk pemerintah negara bagian Sucre,...
Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Selama bertahun-tahun, sarana kepercayaan tradisional orang (yaitu dalam Kekristenan, salah satu dari tiga...