Aku Mengetahui Cara Mengatasi Watak Rusak

19 Maret 2022

Oleh Saudara Ramses, Meksiko

Keluargaku Katolik, dan aku percaya kepada Tuhan bersama mereka sejak kecil. Saat bertumbuh dewasa, aku menyadari bahwa beberapa orang percaya hanya pergi ke gereja pada hari Minggu, tetapi selalu menjalani kehidupan sekuler. Mereka sering merokok, mabuk-mabukan, dan berpesta sama seperti orang tidak percaya. Aku merasa mereka tidak mengikuti tuntutan Tuhan, bahwa itu adalah dosa. Aku juga hidup dalam dosa. Aku berbohong, marah, dan iri hati. Bahkan meskipun mengakui dosaku kepada imam, aku tak mampu melepaskan diri dari siklus dosa, mengaku dosa, dan berbuat dosa lagi. Aku merasa benar-benar bingung. Jadi, kuputuskan untuk meninggalkan gereja kami dan bergabung dengan denominasi lain untuk mencari jalan melepaskan diri dari dosa.

Kemudian aku bertemu Saudara Raul di tempat kerja, yang sudah lama menjadi Kristen. Dia berkata dia telah pergi ke berbagai gereja, tetapi sekarang tidak karena khotbah para pendetanya selalu sama dan mereka selalu meminta persembahan. Dia berkata mereka hanya menginginkan uang, dan ketika saudara-saudari menginginkan bantuan mereka untuk suatu masalah, mereka selalu hanya berkata, "Tanyakanlah kepada pendeta itu terlebih dahulu, dan beri tahu aku jika kau masih tidak mampu memahaminya." Aku benar-benar bingung dengan hal itu. Mengapa hal seperti itu bisa terjadi di gereja? Setelah itu, aku pergi ke lima atau enam gereja Kristen lainnya dan melihat bahwa semuanya persis seperti yang dikatakan Saudara Raul. Aku ingat dalam satu ibadah beberapa orang percaya sedang bermain catur dan makan prasmanan. Aku melihat gereja-gereja tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus, tetapi telah menjadi tempat hiburan bagi orang-orang agamawi. Aku tidak mau pergi ke gereja lagi. Namun, Alkitab berkata, "Jangan meninggalkan persekutuan bersama kita, seperti sikap beberapa orang; tetapi saling menasihatilah: dan lebih sering lagi, saat kamu lihat harinya makin dekat" (Ibrani 10:25). Jadi, di manakah aku bisa beribadah? Aku benar-benar merasa bingung. Ada lebih dari 1.000 denominasi Kristen, jadi menemukan satu dengan bimbingan Tuhan dan pekerjaan Roh Kudus pasti sangat sulit. Saudara Raul juga tidak tahu harus pergi ke mana. Jadi, kami memutuskan untuk meninggalkan gereja kami dan menggunakan waktu luang kami untuk mempelajari Alkitab. Kami banyak membaca Alkitab bersama dan berbagi pemahaman kami, saling membantu dan mendukung.

Aku menghabiskan beberapa tahun seperti itu, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Namun, yang benar-benar membuatku frustrasi adalah ketika sesuatu yang tidak kusukai terjadi atau kepentinganku terganggu, aku selalu tak mampu mengendalikan amarahku. Terkadang di tempat kerja, Saudara Raul memintaku untuk bertindak sebagai asistennya. Jika dia memintaku untuk melakukan sesuatu dan aku tidak sepenuhnya memahaminya, dia selalu berbicara cukup kasar kepadaku, dan biasanya aku menjadi sangat marah. Kupikir, jelas dia tidak menyampaikannya dengan baik, tetapi memarahiku, memperlakukanku seperti orang bodoh, dan aku tidak harus menerimanya. Jadi, aku selalu balas memarahinya. Kami selalu meluapkan emosi dan tak mampu mengendalikan amarah. Akhirnya kami saling menjauh. Aku tak mau mendengarkannya atau menjelaskan segala sesuatu kepadanya. Namun, setelah tenang, kami akan membicarakan hal itu, mengakui kesalahan kami, dan saling meminta maaf. Aku tahu aku tak mampu melepaskan diriku dari dosa, selalu terus berbuat dosa dan memberontak terhadap Tuhan, jadi aku berdoa dan mengaku kepada Tuhan, dan berusaha mengendalikan diri. Namun, sekeras apa pun aku berusaha, aku selalu terus mengulanginya, berbuat dosa di siang hari, mengaku dosa di malam hari. Aku tenggelam dalam kesengsaraan dan rasa bersalah dalam lingkaran setan ini, dan merasa sangat kecewa dengan diriku sendiri. Aku bertanya pada diriku sendiri mengapa aku tak mampu berhenti berbuat dosa. Aku dan Saudara Raul telah membicarakan hal itu berkali-kali dan kami tahu kami tak mampu menahan diri, bahwa sikap kami yang merasa diri benar, congkak, dan merasa diri penting terlihat jelas, sehingga kami tak mungkin mencapai kekudusan.

Suatu waktu, saat kami sedang mendiskusikan pemahaman kami tentang ayat-ayat Alkitab, kami melihat ayat-ayat ini: "Jadilah engkau kudus; karena Aku kudus" (1 Petrus 1:16). "Tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan" (Ibrani 12:14). Ayat-ayat ini membuat kami berhenti sejenak untuk merenung. Tuhan berkata kepada kami bahwa kami harus menjadi kudus, tetapi kami hidup dalam dosa. Bagaimana mungkin kami mencapai kekudusan? Kami tidak memiliki jalan. Aku juga bertanya kepada pendetaku tentang hal itu, dan dia berkata, "Selama kita hidup dalam daging, kita takkan pernah mencapai kekudusan. Tuhan Yesus menebus kita dari dosa-dosa kita. Dosa-dosa kita telah diampuni, dan Tuhan tidak memandang kita sebagai orang berdosa. Ketika Dia turun di atas awan, Dia akan mengangkat kita ke dalam kerajaan surga." Mendengar hal ini cukup menghiburku, tetapi aku tetap merasa bingung. Tuhan itu kudus, dan kita selalu hidup dalam dosa. Jadi, akankah Dia benar-benar mengangkat kita ke dalam kerajaan-Nya ketika Dia datang kembali?

Suatu hari pada Juli 2019, Aku dan Saudara Raul sedang belajar Alkitab seperti biasa. Kami membuka Internet dan mengetikkan kata "Alkitab" di mesin pencari, dan menemukan sebuah film oleh Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, "Naik Kereta Api Terakhir." Aku sangat terkejut dengan apa yang kami lihat di dalamnya. Itu adalah film yang bagus dan kebenaran yang dipersekutukan benar-benar mencerahkan. Khususnya bagian di mana seorang saudari mengatakan bahwa Tuhan Yesus melakukan pekerjaan penebusan. Dia hanya mengampuni dosa manusia, tetapi tidak menyelesaikan natur dosa kita. Itu sebabnya kita terus berbuat dosa dan menentang Tuhan. Melihat orang yang percaya kepada Tuhan, dari pendeta hingga jemaat biasa, siapa di antara mereka yang dapat mengaku bebas dari dosa? Tak seorang pun. Semua manusia terikat dan dikendalikan oleh dosa tanpa terkecuali. Kita hidup dalam kerusakan—kita congkak, egois, licik, dan serakah. Kita tak berdaya selain berbuat dosa bahkan ketika kita tidak mau. Beberapa orang mungkin tampak rendah hati dan lembut, tetapi hati mereka penuh dengan kerusakan. Kita bukanlah orang kudus yang melakukan kehendak Tuhan yang pada akhirnya ingin Dia dapatkan. Itu sebabnya Tuhan harus melanjutkan pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia, melakukan tahap pekerjaan penghakiman di atas dasar pengampunan dosa untuk mentahirkan dan menyelamatkan kita sepenuhnya agar kita mampu melepaskan diri dari dosa dan menjadi suci, lalu masuk ke dalam kerajaan Tuhan dan memperoleh hidup yang kekal. Semua yang mereka katakan adalah kebenaran—itu mencerminkan kenyataan. Aku sangat bersemangat karena belum pernah mendengar apa pun yang seperti itu. Bagaimana mereka mampu menyampaikan begitu banyak pencerahan baru? Dari mana mereka mendapatkannya? Aku melihat mereka sedang membaca buku yang berjudul Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia. Isinya penuh dengan kuasa dan otoritas, dan hal-hal yang belum pernah kudengar sebelumnya. Aku hanya ingin mendengar dan menyelidikinya lebih lanjut. Setelah itu, kami menghubungi Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dan mulai menghadiri pertemuan dan persekutuan online. Firman Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar mencerahkan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebelum manusia ditebus, banyak racun Iblis yang telah tertanam kuat di dalam dirinya. Setelah ribuan tahun dirusak oleh Iblis, di dalam diri manusia terdapat sifat dasar yang selalu menolak Tuhan. Oleh karena itu, ketika manusia telah ditebus, manusia mengalami tidak lebih dari penebusan, di mana manusia dibeli dengan harga yang mahal, namun sifat beracun dalam dirinya masih belum dihilangkan. Manusia masih begitu tercemar sehingga harus mengalami perubahan sebelum layak untuk melayani Tuhan. Melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran ini, manusia akan sepenuhnya menyadari substansi mereka sebenarnya yang najis dan rusak, dan mereka akan dapat sepenuhnya berubah dan menjadi tahir. Hanya dengan cara ini manusia dapat dilayakkan untuk kembali menghadap takhta Tuhan. Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat ditahirkan dan diubahkan. Melalui penghakiman dan hajaran oleh firman-Nya, serta melalui pemurnian, manusia dapat mengenyahkan kerusakan dirinya dan disucikan. Daripada menganggap tahap pekerjaan ini sebagai tahap penyelamatan, lebih tepat menganggapnya sebagai tahap pekerjaan penyucian. Sebenarnya, tahap ini merupakan tahap penaklukan dan juga tahap kedua penyelamatan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (4)"). "Kristus akhir zaman menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan esensi manusia, dan membedah perkataan dan perbuatan manusia. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia seharusnya menaati Tuhan, bagaimana seharusnya manusia setia kepada Tuhan, bagaimana manusia seharusnya hidup dalam kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan sebagainya. Firman ini semuanya ditujukan pada esensi manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan berkaitan dengan bagaimana manusia merupakan perwujudan Iblis, dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan tidak hanya menjelaskan natur manusia dengan beberapa kata; Dia menyingkapkan, menangani, dan memangkasnya dalam jangka panjang. Semua cara-cara penyingkapan, penanganan, dan pemangkasan yang beragam ini tidak bisa digantikan dengan perkataan biasa, tetapi dengan kebenaran yang sama sekali tidak dimiliki manusia. Hanya cara-cara seperti inilah yang dapat disebut penghakiman; hanya melalui penghakiman jenis inilah manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya tentang Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Yang dihasilkan oleh pekerjaan penghakiman adalah pemahaman manusia tentang wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan kehendak Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami olehnya. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui hakikatnya yang rusak dan akar penyebab dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua efek ini dihasilkan oleh pekerjaan penghakiman, karena hakikat pekerjaan ini sebenarnya adalah pekerjaan membukakan jalan, kebenaran, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Menggunakan Kebenaran"). Setelah membaca bagian ini, aku memahami bahwa Tuhan Yesus melakukan pekerjaan penebusan, yang hanya menebus kita sehingga kita tidak lagi berdosa, tetapi natur dosa manusia tidak disingkirkan. Itulah sebabnya kita terus berbuat dosa, menyingkapkan kerusakan, dan menentang Tuhan. Merenungkannya, aku tahu itu semua benar. Setiap kali kehilangan kesabaran, aku selalu membenci diriku sendiri karena menjadi sangat marah. Aku tidak mau marah, tetapi setiap kali sesuatu yang tidak kusukai terjadi, aku tak berdaya selain marah. Aku sadar jika aku tidak menyelesaikan natur berdosaku, aku takkan pernah bebas dari dosa, dan kemudian aku pasti menentang Tuhan dalam pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Setelah itu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa dan memahami bahwa Dia menyingkapkan segala sesuatu tentang natur manusia yang berdosa. Dia menyingkapkan kepada kita berbagai macam misteri, seperti bagaimana manusia dirusak oleh Iblis, bagaimana kita mampu melepaskan diri dari dosa dan ditahirkan, siapa yang dapat masuk ke dalam kerajaan surga dan siapa yang akan dihukum, dan kesudahan dari berbagai jenis orang. Firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkapkan manusia mengandung kasih dan keselamatan-Nya. Sekeras apa pun firman-Nya, semua itu agar kita dapat memahami kebenaran, sehingga kita dapat dengan jelas memahami kebenaran tentang bagaimana Iblis telah merusak kita, benar-benar membenci diri kita sendiri, kemudian bertobat dan berubah. Aku merasa sangat senang setelah memahami hal itu dan merindukan lebih banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa. Aku juga sangat menikmati persekutuan dengan saudara-saudari.

Setelah itu, aku terpilih sebagai pemimpin untuk gereja pendatang baru. Suatu kali, seorang saudari mencariku untuk meminta bantuan dengan masalah yang dia hadapi dalam pekerjaannya, dan aku memberinya beberapa saran berdasarkan apa yang kuketahui. Namun, rupanya dia tidak begitu memahami maksudku, jadi dia meminta saudari lainnya untuk datang mendengar saranku Aku kembali menjelaskan semuanya, dan mereka tidak mengajukan pertanyaan apa pun setelah mendengarkanku, tetapi hanya setuju. Pada waktu itu, seorang pemimpin memanggil kami dan kedua saudari itu juga memintaku untuk menyampaikan saranku tentang pekerjaan itu. Aku telah dua kali menjelaskan semuanya, jadi tidak mau mengulanginya lagi, tetapi akhirnya dengan enggan aku mengulanginya lagi. Pemimpin itu tidak mengatakan apa pun setelah aku selesai, tetapi hanya memberiku dokumen untuk ditinjau, dan kemudian memberi tahu kami bagaimana kami harus melakukan pekerjaan tersebut. Aku sedikit kesal. Aku merasa pemimpin itu tidak benar-benar memahami maksudku. Aku sudah memberi tahu kedua saudari itu apa yang harus dilakukan, dan menghabiskan begitu banyak waktu untuk memikirkan semua pengaturan kerja. Aku telah tiga kali menjelaskannya. Apakah semua kerja kerasku benar-benar sia-sia? Karena kesal, aku berkata kepada pemimpin itu, "Apakah kau memahami apa yang kukatakan? Kami telah menyetujui hal ini dan telah mencapai mufakat." Dia berkata, "Apa yang kausarankan itu baik, tetapi ini pendekatan yang lebih rumit." Kemudian dia memberi tahu kami tentang cara yang lebih cepat dan sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kupikir itu memang terdengar seperti cara yang baik untuk melakukannya, tetapi aku tidak terlalu senang. Aku bertanya-tanya apa yang orang lain pikirkan tentang diriku jika pendekatan yang kupikirkan tidak digunakan. Akankah mereka berpikir aku tidak berguna dan bahkan tidak mampu mengatur sedikit pekerjaan? Itu pasti sangat memalukan. Makin kupikirkan, makin aku merasa buruk. Kemudian, pemimpin memintaku untuk melakukan pekerjaan itu bersama dua saudari itu. Aku sangat menentangnya dan berbicara sedikit kasar kepadanya. Kemudian, akhirnya aku menyelesaikan tugas itu, tetapi telah memperlihatkan kerusakan di dalamnya yang membuatku benar-benar merasa bersalah dan gelisah. Aku bertanya-tanya mengapa aku selalu hidup dalam kerusakan dan tak mampu berubah. Pemimpin mengambil tanggung jawab, memberikan beberapa saran bagus untuk meningkatkan efisiensi kerja kami. Ini baik untuk pekerjaan rumah Tuhan. Namun, aku tak mampu menerimanya, dan bahkan marah karenanya. Aku bertanya pada diriku sendiri mengapa aku marah. Aku harus menemukan sumbernya, agar mampu melepaskan diri darinya sesegera mungkin.

Malam itu, aku mulai mencari di situs web gereja untuk hal-hal tentang kemarahan, dan menemukan bagian ini dalam firman Tuhan: "Begitu seorang manusia memiliki status, ia akan sering kesulitan mengendalikan suasana hatinya, jadi, ia akan menikmati menggunakan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasannya dan melampiaskan emosinya; ia akan sering terbakar amarah tanpa alasan jelas, untuk menunjukkan kemampuannya dan membiarkan orang lain tahu bahwa status dan identitasnya berbeda dengan orang biasa. Tentu saja, orang yang rusak tanpa status apa pun juga sering kehilangan kendali. Amarah mereka sering kali disebabkan oleh rusaknya kepentingan pribadi mereka. Untuk melindungi status dan martabat mereka, umat manusia yang rusak akan sering kali melampiaskan emosinya dan menyatakan naturnya yang congkak. Manusia akan terbakar amarah dan melampiaskan emosinya untuk mempertahankan dan menegakkan keberadaan dosa, dan tindakan-tindakan ini adalah cara manusia mengungkapkan ketidakpuasannya; mereka penuh dengan kenajisan, dengan rencana licik dan intrik, dengan kerusakan dan kejahatan manusia, dan lebih dari semuanya, mereka penuh dengan ambisi dan keinginan liar manusia" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). Melalui firman Tuhan aku memahami bahwa ada alasan mengapa manusia cenderung marah. Ketika kepentingan atau reputasi kita dirugikan, kita melampiaskan ketidakpuasan, memperlihatkan emosi kita, dan kehilangan nalar manusia normal. Itu berarti berada di bawah kendali natur yang congkak, sehingga kita memperlihatkan watak jahat, hal-hal negatif. Merenungkan diriku sendiri dalam terang firman Tuhan, aku sadar ketika gagasanku ditolak dan tidak mendapatkan gengsi yang kuinginkan, aku menjadi sangat menentang Aku tahu pendekatan pemimpin lebih baik daripada pendekatanku, dan akan cepat dan mudah, tetapi aku tetap merasa marah. Aku merasa saranku ditolak sehingga orang lain mungkin memandang rendah diriku dan berpikir aku tidak berguna, jadi aku berbicara kasar kepada pemimpin. Pada waktu itu aku sadar aku benar-benar congkak, sangat berfokus pada reputasi dan statusku. Aku selalu merasa hebat, merasa benar, dan tidak mau mendengarkan orang lain. Aku mau melindungi posisiku di benak orang lain, jadi aku tidak mempertimbangkan apa yang akan menguntungkan pekerjaan rumah Tuhan. Aku sadar aku sangat congkak dan tidak punya rasa takut akan Tuhan atau ketundukan sejati pada keadaan yang Tuhan atur. Aku sangat menyesal ketika menyadari hal itu. Aku berdoa kepada Tuhan untuk bertobat, memohon Dia membimbingku untuk mengenal diriku sendiri dengan lebih baik dan menyingkirkan kecongkakanku.

Aku juga membaca bagian ini: "Kecongkakan adalah akar dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak yang congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk dari semuanya, mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan. Meskipun, secara lahiriah, beberapa orang mungkin tampak percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan akalnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada titik di mana mereka menghormati Tuhan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah watak mereka yang congkak. Semakin teliti engkau menyelesaikan masalah watakmu yang congkak, semakin engkau akan memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan baru setelah itulah engkau mampu tunduk kepada-Nya dan mampu mendapatkan kebenaran dan mengenal Dia" (persekutuan Tuhan). Aku merenungkan hal ini dan sadar aku tak mampu menerima saran orang lain dengan baik karena memiliki watak yang congkak. Aku ingin orang lain mendengarkanku, aku tak mau menerima atau mendengar gagasan orang lain. Aku teringat pekerjaanku dengan Saudara Raul. Aku sangat congkak dan tak mampu menoleransi nada bicaranya yang keras kepadaku dan tidak ingin dia membimbing pekerjaanku. Dan dalam interaksiku dengan istriku dan orang lain, aku selalu berpikir aku memiliki gagasan terbaik, bahwa aku benar, jadi mereka harus mendengarkanku dan melakukan apa yang kukatakan. Setelah percaya kepada Tuhan dan bekerja sama dengan saudara-saudari dalam tugas, aku terus hidup dalam kecongkakan dan tidak mau menerima saran orang lain. Bahkan ketika aku tahu pendekatanku tidak bagus, aku tetap ingin melakukan segala sesuatu dengan caraku dan ingin orang lain mendengarkanku. Aku sangat congkak. Karena begitu terjebak dalam kecongkakanku, aku tak mampu memandang segala sesuatu secara rasional. Aku merasa selalu benar, tetapi terkadang orang lain benar-benar memiliki gagasan yang lebih baik dan pandangan yang lebih menyeluruh. Dan sering kali dengan istriku, aku selalu merasa dirikulah yang benar, dan ketika melakukan segala sesuatunya dengan caraku, hasilnya ternyata buruk. Ini sama. Pendekatan pemimpin itu sederhana, tidak menunda kami, dan bisa mendapatkan hasil yang lebih baik, tetapi gagasanku rumit dan akan memakan waktu lama. Fakta memperlihatkan kepadaku bahwa aku tak punya alasan untuk bersikap begitu congkak. Aku seharusnya realistis, rendah hati dan tahu posisiku. Jika terus hidup dalam kecongkakan seperti itu, aku akan berakhir seperti penghulu malaikat, tidak mengindahkan Tuhan, menentang-Nya dan menyinggung watak-Nya. Dia pasti menghukum dan mengutukku. Ketika menyadari hal itu, aku segera berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku tidak mau hidup menurut watak congkakku lagi. Aku mau berada di posisiku dan hidup dalam kemanusiaan yang normal, mendengarkan saran saudara-saudari dalam tugasku, bekerja dengan baik bersama mereka, dan melakukan tugasku untuk memuaskan kehendak-Mu."

Setelah itu, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan lagi. "Natur yang congkak membuatmu keras kepala. Ketika orang memiliki watak keras kepala ini, bukankah mereka cenderung bertindak semaunya dan gegabah? Lalu, bagaimana engkau menyelesaikan masalah sikapmu yang bertindak semaunya dan gegabah ini? Misalnya, katakanlah sesuatu terjadi pada dirimu dan engkau memiliki gagasan dan rencanamu sendiri; setelah menentukan apa yang harus dilakukan, engkau harus mencari kebenaran dan bersekutu dengan semua orang tentang apa yang kaupikirkan dan yakini tentang hal ini, mintalah semua orang untuk memberitahukan kepadamu apakah pemikiran dan rencanamu benar dan sejalan dengan kebenaran atau tidak, mintalah semua orang melakukan pemeriksaan terakhir untukmu. Inilah cara terbaik untuk menangani sikapmu yang yang suka bertindak semaunya dan gegabah ini. Pertama, engkau dapat menjelaskan pandanganmu dan mencari kebenaran; inilah langkah pertama yang harus kaulakukan agar dapat mengatasi watakmu yang suka bertindak semaunya dan gegabah ini. Langkah kedua terjadi ketika orang lain menyuarakan pendapat yang berbeda—penerapan apa yang dapat kaulakukan untuk membuatmu tidak bertindak semaunya dan gegabah? Engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap rendah hati, mengesampingkan apa yang kauyakini benar, dan membiarkan semua orang mengikuti persekutuan. Meskipun engkau percaya jalanmu itu benar, engkau tidak boleh tetap bersikeras mempertahankannya. Itu, pertama-tama, adalah semacam peningkatan; hal itu menunjukkan sikap yang mencari kebenaran, menyangkali diri sendiri, dan memenuhi kehendak Tuhan. Begitu engkau memiliki sikap ini, pada saat yang sama ketika engkau tidak mengikuti pendapatmu sendiri, engkau harus berdoa, mencari kebenaran dari Tuhan, dan kemudian mencari dasar dalam firman Tuhan—menentukan bagaimana bertindak berdasarkan firman Tuhan. Inilah penerapan yang paling cocok dan akurat" (persekutuan Tuhan). "Bagi umat manusia yang rusak, masalah tersulit untuk diselesaikan adalah melakukan kesalahan yang sama. Untuk mencegah hal ini, orang harus terlebih dahulu menyadari bahwa mereka belum memperoleh kebenaran, bahwa belum ada perubahan dalam watak hidup mereka, dan bahwa meskipun mereka percaya kepada Tuhan, mereka masih hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis dan belum diselamatkan; setiap saat mereka cenderung untuk mengkhianati Tuhan dan menyimpang dari Tuhan. Jika mereka memiliki perasaan krisis ini di hati mereka—jika, seperti kata pepatah, mereka siap berperang di masa damai—maka mereka akan dapat sedikit mengendalikan diri, dan ketika sesuatu terjadi pada diri mereka, mereka akan berdoa kepada Tuhan dan bergantung pada Tuhan, serta akan mampu menghindarkan diri mereka melakukan kesalahan yang sama. Jika orang tidak mengenal diri mereka sendiri, dan tidak tahu bahwa natur jahat mereka masih berakar begitu kuat dalam diri mereka, mereka masih berisiko mengkhianati Tuhan, dan mereka selalu menghadapi kemungkinan mengalami kebinasaan. Ini nyata; mereka harus berhati-hati. Ada tiga hal terpenting yang harus diingat: pertama, engkau masih belum mengenal Tuhan; kedua, belum ada perubahan dalam watakmu; dan ketiga, engkau belum hidup dalam gambar manusia yang sejati. Ketiga hal ini sesuai dengan fakta, semua itu nyata, dan engkau harus jelas tentang semua itu, engkau harus mengenal dirimu sendiri. Jika engkau memiliki tekad untuk menyelesaikan masalah ini, engkau harus memilih motomu sendiri: misalnya, 'Aku adalah setan', atau 'Aku sering kali jatuh ke dalam dosa yang sama', atau 'Aku selalu berada dalam bahaya', atau 'Aku adalah kotoran di atas tanah'. Salah satu dari frasa ini cocok untuk dijadikan sebagai moto pribadimu, dan itu akan membantu jika engkau selalu mengingatkan dirimu sendiri akan hal itu. Ulangilah perkataan itu di dalam hatimu, renungkanlah itu, dan engkau mungkin dapat berhenti melakukan kesalahan, atau melakukan kesalahan lebih sedikit—tetapi yang terpaling adalah luangkan lebih banyak waktu untuk membaca firman Tuhan dan memahami kebenaran, untuk mengenal naturmu sendiri dan melepaskan diri dari kerusakanmu; hanya dengan cara demikianlah engkau akan aman" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan membantuku memahami bahwa untuk menyelesaikan kecongkakan, aku harus belajar bekerja sama dengan orang lain, mencari dan bersekutu. Aku harus menyampaikan pemikiranku dengan saudara-saudari dalam diskusi pekerjaan, dan bahkan meskipun menurutku gagasanku benar, aku tidak boleh memaksakannya, tetapi harus mencari kebenaran dan kehendak Tuhan dan mendengarkan saran orang lain. Semua orang seharusnya punya kesempatan untuk bicara dan menyampaikan gagasan. Aku harus dengan rendah hati mencari meskipun berbeda dari apa yang kusarankan, dan mengesampingkan apa yang menurutku benar. Barulah aku dapat berdoa dan mencari berdasarkan apa yang semua orang telah sampaikan dan mengizinkan Tuhan membimbing dan mencerahkanku. Itu akan menunjukkan kepadaku apa yang benar, apa yang sesuai, dan memperlihatkan kepadaku kelemahan dan kekuranganku sendiri. Dan ketika melihat orang lain memiliki gagasan yang lebih baik dan lebih benar daripadaku, aku harus belajar mengesampingkan diriku dan menerima apa yang mereka sampaikan. Itu sejalan dengan kehendak Tuhan dan menjagaku agar tidak melakukan kesalahan. Selain itu, aku menuliskan moto untuk diriku sendiri tentang kecongkakanku: "Aku hanyalah kotoran, tidak ada alasan untuk sombong. Aku selalu dalam bahaya karena tidak mampu mengendalikan diriku sendiri." Ini membantuku mengingat cela dari keadaanku yang congkak, dan mengingatkanku akan bahaya dan akibat hidup dalam kecongkakan. Setelah itu, aku mulai berfokus menerapkan firman Tuhan dan mendengarkan gagasan orang lain. Ketika seseorang memberikan saran atau pendapat yang berbeda denganku, di rumah, atau dalam tugas bersama saudara-saudari di gereja, aku mulai mengesampingkan diriku. Aku sadar orang lain benar-benar memiliki gagasan yang lebih menyeluruh daripadaku, Aku juga belajar menerima gagasan mereka dari hati dan menerapkan saran-saran yang baik. Setelah menerapkannya, aku menyadari bahwa aku tidak lagi marah terhadap saudara-saudari dan mampu mendengarkan pendapat orang lain. Aku juga merasa jauh lebih santai daripada sebelumnya. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan!

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan. "Orang tidak dapat mengubah watak mereka sendiri; mereka harus menjalani penghakiman dan hajaran, penderitaan dan pemurnian oleh firman Tuhan, atau ditangani, didisiplinkan, dan dipangkas oleh firman-Nya. Hanya setelah itulah mereka dapat mencapai ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, dan tidak lagi bersikap acuh tak acuh terhadap-Nya. Melalui pemurnian oleh firman Tuhan-lah, watak manusia berubah. Hanya melalui penyingkapan, penghakiman, pendisiplinan, dan penanganan oleh firman-Nya mereka tidak akan lagi berani bertindak gegabah, tetapi sebaliknya akan menjadi mantap dan tenang. Hal yang paling penting adalah mereka mampu untuk tunduk pada firman Tuhan zaman sekarang dan pekerjaan-Nya, bahkan sekalipun firman dan pekerjaan itu tidak sejalan dengan pemahaman manusia, mereka mampu menyingkirkan pemahaman tersebut dan dengan rela tunduk" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Wataknya Telah Berubah adalah Orang yang Telah Masuk ke dalam Kenyataan Firman Tuhan"). Firman Tuhan Yang Mahakuasa menunjukkan kepadaku bahwa kita tidak boleh mengandalkan kekuatan atau ketekunan kita sendiri untuk mengendalikan atau mengubah diri sendiri. Semua upaya pengendalian diri itu hanya dapat mengubah beberapa perilaku, tetapi perubahan itu takkan bertahan lama. Jika kita ingin mencapai perubahan watak sejati, kita harus menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, dan menerima kritik serta ujian dan pemurnian. Itulah satu-satunya cara untuk benar-benar mengetahui natur jahat kita dan melihat dengan jelas konsekuensi berbahaya dari hidup menurut watak jahat kita. Barulah kita benar-benar mampu membenci dan menyangkali diri kita sendiri, dan mencapai pertobatan dan perubahan sejati.

Dan aku bersyukur karena Tuhan Yang Mahakuasa memberiku kesempatan untuk mengalami penghakiman-Nya pada akhir zaman sehingga aku mampu memahami kebenaran, mengenal diriku sendiri dan menyelesaikan kerusakanku. Aku merasa sangat beruntung. Aku tidak lagi merasa bingung karena Tuhan Yang Mahakuasa telah menyingkapkan sumber dosa kita, keadaan dan perilaku kita yang rusak. Dia juga memberi kita jalan untuk menyingkirkan dosa dan mencapai perubahan watak dalam hidup. Firman Tuhan Yang Mahakuasa kaya dan berlimpah, serta memberi semua yang kita butuhkan. Memberi jawaban untuk semua kesulitan dan pertanyaan kita. Asalkan membaca dan menerima firman Tuhan dari hati, kita dapat menemukan prinsip untuk diterapkan, dan jalan ke depan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait